Dasar Hukum Perbankan Syari’ah

cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Perbankan Syari’ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic Banking. Perbankan Syari’ah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara, dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya yang berdasar pada prinsip-prinsip syari’ah. Bank syariah memiliki pengertian bank yang beroperasi berdasarkan prinsip kegiatan muamalat yang ada dalam Islam dengan berlandaskan pada ketentuan Al-Qur’an dan Hadist. Maksud dari bank yang beroperasi berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist adalah bagaimana bank tersebut melakukan kegiatan-kegiatan operasionalnya berdasarkan perintah dan larangan Allah SWT yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadist tersebut. Sesuai dengan perintah dan larangan itu maka yang dijauhi adalah praktek-praktek usaha yang dilakukan di zaman Rasulullah dan bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya tetapi tidak dilarang oleh Beliau. 14 Hukum Perbankan Syari’ah adalah hukum atau aturan-aturan yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut tentang bank yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara, dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syari’ah.

2. Dasar Hukum Perbankan Syari’ah

14 Karnaen Perwataatmaja dan M. Syafi’I Antonio, 1992, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta, Dana Bhakti Wakaf, hlm. 2 Awal mula konsep perbankan syari’ah adalah adanya larangan riba dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist yang kemudian dijadikan sumber hukum pertama bagi pelaksanaan perbankan syari’ah. Setelah diterimanya konsep tersebut maka para pemikir menterjemahkan ke dalam peraturan-peraturan sehingga dapat lebih spesifik dan dimengerti oleh ummat. Adapun sumber hukum perbankan syari’ah antara lain: a. Al-Qur’an 1 QS. Al-Baqarah 275 “Orang-orang yang makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata berpendapat, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang larangan; dan urusannya terserah kepada Allah. Orang yang kembali mengambil riba, maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” QS. Al baqarah: 275. 2 QS. Al-Baqarah 278 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba yang belum dipungut jika kamu orang-orang yang beriman.” 3 QS. An-Nisa’ 61 “Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah kamu tunduk kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi manusia dengan sekuat-kuatnya dari mendekati kamu.” Terkait dengan Perbankan Syari’ah, berikut adalah dasar hukum Perbankan Syari’ah: a. Perbankan Syari’ah dalam UUD 1945 Dari sisi konstitusi UUD 1945 Perbankan Syari’ah sudah mendapatkan tempat dalam Pembukaan UUD bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam Pasal 33 ayat 4 UUD disebutkan bahwa: “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar asas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.”Dan institusi ekonomi yang paling tepat untuk menerjemahkan hal diatas adalah Perbankan Syariah. Dalam Pasal 29 ayat 2 UUD juga menjelaskan tentang jaminan kemerdekaan bagi setiap penduduk untuk memeluk dan beribadah menurut agamanya masing-masing. Sedangkan dalam pandangan islam ibadah tidak hanya mencakup hubungan manusia dengan Allah mahdhah, tetapi juga meliputi hubungan sesame manusia muamalah. b. Perbankan Syariah dalam UU Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disahkan pada tanggal 16 Juli 2008 dengan terdiri dari 13 bab dan 70 pasal. Secara garis besar UU ini memberikan kepastian hukum Bank Syariah di Indonesia, penyebutan kata “syariah” memberikan identitas yang jelas bagi Bank Syariah. c. Perbankan Syariah dalam Peraturan Bank Indonesia PBI Peraturan Bank Indonesia PBI adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk mengawasi dan membina semua bank yang berbadan hukum Indonesia atau beroperasi di Indonesia. Dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah terdapat banyak pasal yang memerintahkan tentang keberadaan PBI. d. Fatwa Majelis Ulama Indonesia MUI Dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menentukan bahwa perincian mengenai prinsip syariah difatwakan oleh MUI. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 26 UU Perbankan Syariah bahwa: 1 Kegiatan usaha Perbankan Syariah danatau produk dan jasa syariah, wajib tunduk pada prinsip syariah. 2 Prinsip Syariah itu difatwakan oleh MUI. 3 Fatwa MUI dituangkan dalam PBI. 4 Dalam rangka penyusunan PBI, Bank Indonesia membentuk Komite Perbankan Syariah.

3. Prinsip Operasional Bank Syari’ah