Ketentuan Murabahah Tinjauan tentang Murabahah 1. Pengertian Murabahah

Jual beli dalam murabahah dapat juga disebut dengan jual beli secara amanah, karena pihak penjual harus memberitahukan harga yang sebenarnya karena pembeli juga harus percaya dengan informasi harga dari pihak penjual tersebut tanpa bukti dan sumpah. Maka jika di dalam barang yang diperjual-belikan tersebut terdapat cacat maka penjual pun harus memberitahukan kepada pembeli.

4. Ketentuan Murabahah

Transaksi murabahah mempunyai beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa DSN No: 04DSN-MUIIV2000 yang menjelasakan beberapa ketentuan tentang murabahah, yakni: 1 Ketentuan umum murabahah dalam Bank Syariah. Dalam hal ini nasabah dan bank harus melakuakan akad murabahah yang bebas riba, barang yang diperjualbelikan halal dan bermanfaat, bank hharus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan transaksi, Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati, serta jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip, menjadi milik bank. 2 Ketentuan murabahah kepada nasabah. Dimana nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang aset kepada bank, bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah, dan nasabah harus menerima membeli sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya serta kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli, bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan, serta jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah. 3 Berisi tentang jaminan dalam murabahah. Jaminan ini dibolehkan, agar nasabah serius degan pesanannya dan bank dapat meminta nasabah menyediakan jaminan yang dapat dipegang. 4 Berisi tentang hutang dalam murabahah. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Namun, jika nasabah menjual kembali barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya. Dan jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. 5 Berisi tentang penundaan pembayaran dalam murabahah. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaian dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan. 6 Berisi tentang bangkrut dalam murabahah. Yskni jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.

5. Operasional Murabahah