BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Batang dan Daun Evodia
Hasil uji skrining fitokimia ekstrak etanol batang dan daun evodia dengan berbagai pereaksi tertera di Tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1. Hasil Skrining Fitokimia Batang Evodia dan Daun Euodia ridleyi Horch.
Metabolit Sekunder Pereaksi Batang
Daun Alkaloid
Meyer
- -
Wagner -
-
Bouchardart -
-
Dragendorf + + +
+ + +
Flavonoid FeCl
3
1
+ + + + + +
Steroid CeSO
4
TLC +
-
Liebermen-Bouchard +
-
Terpenoid CeSO
4
TLC +
-
Saponin Liebermen-Bouchard
Aquadest, Alkohol 96, HCl 6 2 N
+ -
- +
Keterangan : -: Tidak terdapat senyawa, + : sedikit, ++: sedang, +++: banyak
Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat hasil skrining fitokimia ekstrak etanol batang dan daun evodia. Ekstrak etanol batang evodia mengandung senyawa metabolit
sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid dan terpenoid. Ekstrak etanol daun evodia mengandung metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, dan saponin.
Secara keseluruhan dari kedua ekstrak tersebut, memiliki metabolit sekunder terbanyak dari golongan senyawa alkaloid dan flavonoid.
Penelitian ini menggunakan pelarut etanol karena memiliki kemampuan dalam mengekstrak senyawa metabolit sekunder. Menurut Agoes 2007, senyawa
yang dapat larut dalam etanol diantaranya adalah flavonoid, alkaloid, dan saponin serta senyawa aktif lainnya.
Senyawa metabolit sekunder telah banyak digunakan sebagai bahan obat antimikroba seperti flavonoid, saponin, dan tanin, yang memiliki gugus hidroksil
Universitas Sumatera Utara
aromatis sebagai antibakteri. Golongan terpenoid juga memiliki kemampuan untuk menghambat mikroba. Salah satu contoh terpenoid yang dapat menghambat
mikroba yaitu golongan triterpenoid dan monoterpenoid Lenny, 2006; Silaban, 2009; Waji dan Andis, 2009.
Dalimunthe 2009 mengatakan, ada beberapa mekanisme senyawa antimikroba yaitu, sebagai antimetabolit, menghambat sintesis dinding sel,
menghambat fungsi kerja membran sel, menghambat sintesis protein dan menghambat asam nukleat.
Flavonoid memiliki struktur fenolik yang mengandung satu gugus hidroksil. Dalam menghambat mikroba, flavonoid dapat berikatan dengan
membran ekstraseluler dan protein. Sehingga sel bakteri mengalami kebocoran dan tidak dapat bereproduksi. Mekanisme terpenoid dalam menghambat mikroba
belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga dapat berikatan membran sel bakteri oleh senyawa yang bersifat lipofilik. Senyawa lipofilik berikatan dengan senyawa
lipid pada bakteri sehingga dapat menembus lapisan dinding sel bakteri. Selain senyawa flavonoid dan terpenoid, alkaloid dan saponin juga dapat menghambat
mikroorganisme. Adapun mekanisme alkaloid sebagai antimikroba yaitu dengan mengganggu sintesis DNA dan dinding sel sedangkan saponin, dengan cara
merusak membran sel, sehingga menyebabkan kebocoran sel yang akhirnya memacu terjadinya kematian sel Ciocan dan Bara, 2007; Cowan 1999; Hotmauli,
2010.
4.2.Uji Antagonis Ekstrak Etanol Batang Evodia terhadap Pertumbuhan S. mutans, S. dysenteriae dan C. albicans
Hasil uji antagonis ekstrak batang evodia terhadap S. mutans, S. dysenteriae, dan C. albicans secara in vitro menunjukkan bahwa ekstrak batang evodia berpotensi
menghambat pertumbuhan ketiga mikroba tersebut. Data hasil uji antagonis batang evodia terhadap mikroba dapat dilihat pada Lampiran 4 hal. 45 dan
Lampiran 5 hal. 46. Diameter zona hambat ekstrak batang evodia dapat dilihat pada Gambar 4.1 A, B, dan C.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1. A. Zona Hambat Ekstrak Etanol Batang Evodia terhadap Pertumbuhan S. mutans setelah 24 jam inkubasi B. S. dysenteriae
setelah 24 jam inkubasi C. C. albicans setelah 48 jam inkubasi dengan konsentrasi a=5, b=10, c=20, d=40 dan e=0
pada Media Mueller Hinton Agar pada suhu 37 º C
Dari Gambar 4.1, rata-rata diameter zona hambat terbesar dihasilkan oleh konsentrasi 40. Hasil pengukuran diameter zona hambat menunjukkan bahwa
ekstrak batang evodia memiliki kemampuan menghambat lemah terhadap C. albicans 7,51 mm, sedang terhadap S. mutans 14,59 mm dan kuat terhadap
S. dysenteriae 17,42 mm. Penentuan kriteria ini menurut David dan Stout 1971 yang mengatakan bahwa ketentuan kekuatan daya antibakteri sebagai berikut:
daerah hambatan 20 mm atau lebih termasuk sangat kuat, daerah hambatan 10-20 mm kategori kuat, daerah hambatan 5-10 mm kategori sedang, dan daerah
hambatan 5 mm atau kurang termasuk kategori lemah.
Gambar 4.2. Diamater Zona Hambat Ekstrak Etanol Batang Evodia terhadap Pertumbuhan S. mutans, S. dysenteriae dan C. albicans Hari 1,2
dan 3
5 10
15 20
5 10
20 40
5 10
20 40
5 10
20 40
Streptococcus mutans Shigella dysenteriae
Candida albicans
D iam
et er
z on
a h am
b at
m m
Konsentrasi Ekstrak Etanol Batang Evodia
Hari ke 1 Hari ke 2
Hari ke 3
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Gambar 4.2, dapat dilihat bahwa diameter zona hambat ekstrak etanol batang evodia terhadap pertumbuhan S. mutans dan S. dysenteriae, dari
hari 1, 2 dan 3 mengalami penurunan, tetapi tidak terjadi pada C. albicans. Penurunan diameter zona hambat yang terjadi disebabkan oleh waktu. Menurut
David dan Stout 1971, waktu kontak ekstrak dengan mikroba uji juga mempengaruhi diameter zona hambat. Penurunan zona hambat ini dipengaruhi
oleh kondisi laju difusi ekstrak yang berkurang pada hari berikutnya. Pada saat berdifusi, konsentrasi ekstrak etanol batang evodia pada tepi zona mengecil,
sehingga memberikan kesempatan untuk pertumbuhan mikroba. Mikroorganisme mengalami beberapa fase tumbuh yaitu fase lag, fase log,
fase stationer, dan fase kematian. Fase lag terjadi sebagai awal proses pertumbuhan C. albicans. Fase ini dipengaruhi oleh jenis C. albicans, umur
C. albicans dalam stok awal, dan komposisi media tumbuhnya. Menurut Falahudin 2008, fase lag C. albicans terjadi pada hari ke-0 sampai hari ke-1, dan
fase log C. albicans terjadi pada hari ke-1 sampai hari ke-2. Pertumbuhan C. albicans yang tidak merata pada hari ke-1 di media mengakibatkan diameter
zona hambat tidak terlihat secara sempurna. Diameter zona hambat C. albicans dapat terlihat pada hari ke-2, yaitu pada saat seluruh permukaan media telah
ditumbuhi oleh koloni C. albicans. Kemampuan ekstrak etanol batang evodia pada ketiga mikroorganisme
tersebut berbeda-beda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh struktur dinding sel mikroba. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi 2010, bakteri G +
cenderung lebih sensitif terhadap antibakteri, karena struktur dinding sel bakteri G + lebih sederhana dibandingkan dengan struktur dinding sel bakteri G -
sehingga memudahkan senyawa antibakteri untuk masuk kedalam bakteri G +. Hasil uji antagonis ekstrak etanol batang evodia terhadap pertumbuhan
terhadap S. mutans, S. dysenteriae, dan C. albicans terdapat perbedaan. Ekstrak etanol batang evodia lebih efektif terhadap S. dysenteriae dibandingkan dengan
S. mutans dan C. albicans. Perbedaan efek ekstrak etanol batang evodia ini dapat dipengaruhi oleh senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.1 hal. 19, ekstrak etanol batang evodia memiliki senyawa flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan steroid. Dinding sel bakteri G -
contohnya S. dysenteriae, memiliki dinding sel berlapis tiga yang tersusun atas lipopolisakarida, peptidoglikan dan lipid dengan kadar yang tinggi 11-22.
Menurut Dewi 2010, flavonoid yang bersifat polar dapat berikatan dengan peptidoglikan yang juga bersifat polar. Setelah lapisan peptidoglikan dapat
ditembus oleh flavonoid, senyawa terpenoid dan steroid yang bersifat lipofilik akan menembus lapisan lipid. Kemudian alkaloid akan mengganggu sintesis
DNA. Hasil uji statistik One Way Annova diameter zona hambat kontrol positif
kloramfenikol 30 µg dengan berbagai ekstrak etanol batang evodia terhadap pertumbuhan S. mutans menunjukkan nilai signifikan 0,000 p 0,05.
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa kontrol positif dan konsentrasi ekstrak etanol batang evodia baik konsentrasi 0, 5, 10, 20 dan 40 telah
menunjukkan aktivitas yang berbeda terhadap pertumbuhan S. mutans. Uji statistik dilanjutkan dengan uji Post Hoc Bonferroni untuk melihat
perlakuan mana yang memiliki efek yang sama atau berbeda dan efek yang terkecil sampai efek yang terbesar antara satu dengan yang lainnya. Uji Post Hoc
Bonferroni hari pertama antara kontrol positif dengan konsentrasi ekstrak batang evodia menunjukkan perbedaan yang nyata p 0,05. Kontrol positif yang
digunakan adalah kloramfenikol 30 µg yang menunjukkan diameter zona hambat sebesar 25,05 mm pada hari pertama. Berdasarkan hasil uji Post Hoc Bonferroni,
kontrol positif lebih efektif atau lebih berpengaruh dibandingkan dengan variasi konsentrasi ekstrak etanol batang evodia terhadap pertumbuhan S. mutans .
Uji statistik Post Hoc Bonferroni hari pertama terhadap diameter zona hambat S. mutans untuk konsentrasi 0 dengan konsentrasi 5, 10, 20 dan
40 menunjukkan adanya perbedaan yang nyata p 0,05. Hasil uji statistik berarti bahwa konsentrasi 0 dengan konsentrasi 5, 10, 20 dan 40
memberikan efek yang berbeda terhadap pertumbuhan S. mutans. Uji statistik Post Hoc Bonferroni untuk konsentrasi 5 12,04 mm, konsentrasi 10 12,75
mm, konsentrasi 20 13,78 mm, dan konsentrasi 40 14,59 mm tidak ada perbedaan nyata. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa variasi konsentrasi
Universitas Sumatera Utara
ekstrak etanol batang evodia memiliki kemampuan yang sama terhadap pertumbuhan S. mutans.
Hasil uji statistik Kruskal-Wallis diameter zona hambat antara kontrol positif kloramfenikol dengan berbagai ekstrak etanol batang evodia terhadap
pertumbuhan S. dysenteriae menunjukkan perbedaan yang nyata dengan nilai signifikan 0,000 p 0,05. Hasil uji menunjukkan bahwa kontrol positif dan
konsentrasi ekstrak batang evodia baik konsentrasi 0, 5, 10, 20 dan 40 telah memberikan aktivitas yang berbeda dalam menghambat pertumbuhan
S. dysenteriae. Uji statistik dilanjutkan dengan uji statistik Mann-Whitney untuk melihat
perlakuan mana yang lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan S. dysenteriae. Uji statistik Mann-Whitney hari pertama antara kontrol positif dan
berbagai ekstrak etanol batang evodia menunjukkan adanya perbedaan yang nyata p 0,05. Kontrol positif yang digunakan adalah kloramfenikol 30 µg. Diameter
zona hambat yang dihasilkan oleh kontrol positif ini adalah diameter yang paling besar yaitu 27,86 mm pada hari pertama. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
kontrol positif memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan variasi konsentrasi ekstrak etanol batang evodia dalam menghambat pertumbuhan
S. dysenteriae. Uji statistik Mann-Whitney hari pertama terhadap diameter zona hambat
S. dysenteriae untuk konsentrasi 0 dengan konsentrasi 5, 10, 20 dan 40 menunjukkan perbedaan yang nyata. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan efek antara konsentrasi 0 dengan konsentrasi ekstrak lainnya dalam aktivitasnya terhadap pertumbuhan S. dysenteriae. Uji Mann-Whitney hari
pertama untuk konsentrasi 5 9,81 mm dengan konsentrasi 10 13,15 mm, konsentrasi 20 15,19 mm dan konsentrasi 40 17,42 mm menunjukkan
perbedaan yang nyata. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak etanol batang evodia memiliki efek terhadap pertumbuhan S. dysenteriae.
Hasil uji statistik Kruskall-Wallis diameter zona hambat antara kontrol positif nistatin 20,6 µg dengan berbagai konsentrasi ekstrak etanol batang evodia
terhadap pertumbuhan C. albicans pada hari pertama menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan 0,207 p 0,05. Perbedaan yang tidak signifikan ini
Universitas Sumatera Utara
terjadi karena koloni C. albicans yang tidak tumbuh merata, sehingga zona hambat ekstrak belum dapat terlihat secara sempurna. Namun pada hari ke-2,
menunjukkan perbedaan yang signifikan 0,001 p 0,05. Berdasarkan hasil uji statistik menyatakan bahwa ekstrak etanol batang evodia dan kontrol positif
memberikan efek terhadap pertumbuhan C. albicans. Uji statistik dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Uji statistik Mann-
Withney diameter zona hambat pada hari ke-2 untuk kontrol positif 6,34 mm dengan konsentrasi 5 6,68 mm, 10 7,19 mm, dan 20 7,35 mm
menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata p 0,05. Namun menunjukkan perbedaan yang nyata p 0,05 dengan konsentrasi 40 9,57 mm. Berdasarkan
hasil uji statistik berarti konsentrasi ekstrak etanol batang evodia 40 lebih efektif dibandingkan dengan kontrol positif dalam menghambat pertumbuhan
C. albicans. Notasi hasil uji statistik diameter zona hambat ekstrak etanol batang evodia terhadap pertumbuhan S. mutans, S. dysenteriae dan C. albicans dapat
dilihat pada Lampiran 12 hal. 53.
4.3.Uji Antagonis Ekstrak Etanol Daun Evodia terhadap Pertumbuhan S. mutans, S. dysenteriae dan C. albicans
Hasil uji antagonis ekstrak daun evodia terhadap S. mutans, S. dysenteriae, dan C. albicans secara in vitro menunjukkan ekstrak daun evodia berpotensi
menghambat pertumbuhan mikroba. Data hasil uji antagonis daun evodia terhadap mikroba dapat dilihat pada Lampiran 6 hal. 47 dan Lampiran 7 hal. 48. Diameter
zona hambat ekstrak daun evodia dapat dilihat pada Gambar 4.3. A, B, dan C.
Gambar 4.3. A. Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Evodia terhadap Pertumbuhan
S. mutans setelah 24 jam inkubasi B. S. dysenteriae setelah 24 jam inkubasi C. C. albicans setelah 48 jam inkubasi dengan Konsentrasi
a=5, b=10, c=20, d=40 dan e=0 pada Media Mueller Hinton Agar pada suhu 37 º C
Universitas Sumatera Utara
Dari Gambar 4.3, rata-rata diameter zona hambat terbesar terdapat pada konsentrasi 40. Menurut David dan Stout 1971, hasil pengukuran diameter
zona hambat menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun evodia memiliki aktivitas yang lemah terhadap C. albicans 8,35 mm, sedang terhadap S. dysenteriae
14,66 mm dan kuat terhadap S. mutans 18,44 mm.
Gambar 4.4. Diamater Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Evodia terhadap Pertumbuhan S. mutans, S. dysenteriae dan C. albicans Hari 1, 2
dan 3
Berdasarkan Gambar 4.4, dapat dilihat bahwa diameter zona hambat ekstrak etanol batang evodia terhadap pertumbuhan S. mutans dan S. dysenteriae, dan
C. albicans dari hari 1, 2 dan 3 mengalami penurunan. Penurunan diameter zona hambat ini dipengaruhi oleh waktu. Menurut David dan Stout 1971, waktu
kontak ekstrak dengan mikroba uji juga mempengaruhi diameter zona hambat. Penurunan zona hambat ini dipengaruhi oleh kondisi laju difusi ekstrak yang
berkurang pada hari berikutnya. Pada saat berdifusi, konsentrasi ekstrak etanol batang evodia pada tepi zona terlalu kecil, sehingga memberikan kesempatan
untuk pertumbuhan mikroba. Kemampuan ekstrak etanol daun evodia dalam menghambat pertumbuhan
ketiga mikroorganisme ini berbeda-beda. Perbedaan kemampuan ekstrak ini dipengaruhi oleh penyusun dinding sel mikroorganisme. Hasil uji ekstrak etanol
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
5 10
20 40
5 10
20 40
5 10
20 40
Streptococcus mutans Shigella dysenteriae
Candida albicans
D iam
et er
z on
a H am
b at
m m
Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Evodia
Hari ke 1 Hari ke 2
Hari ke 3
Universitas Sumatera Utara
daun evodia menunjukkan bahwa ekstrak lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri G + yaitu S. mutans dibandingkan dengan bakteri G - yaitu
S. dysenteriae dan jamur C. albicans. Menurut Lathifah 2008, senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid
yang bersifat polar lebih mudah menembus dinding sel bakteri G + S. mutans, karena struktur dinding sel bakteri ini berlapis tunggal dan tersusun atas
peptidoglikan protein dan gula serta lipid dengan kadar rendah 1-4, sehingga ekstrak tumbuhan lebih mudah menembus bakteri ini. Dinding sel bakteri G –
S. dysenteriae lebih sulit ditembus senyawa yang bersifat polar karena struktur dinding sel bakteri ini berlapis tiga yang tersusun atas lipopolisakarida,
peptidoglikan dan lipid dengan kadar yang tinggi 11-22. Kusumaningtyas
2009, mengemukakan
komposisi dinding
sel C. albicans yang
terdiri dari fibrillar layer, mannoprotein, β-gulcan, kitin, dan membram plasma. Ekstrak etanol daun evodia memiliki senyawa metabolit
sekunder yaitu saponin. Saponin mempunyai aktivitas sebagai antifungal dengan mekanisme kerjanya yaitu dengan cara merusak membran sel, sehingga
menyebabkan kebocoran sel yang akhirnya memacu terjadinya kematian sel. Hasil uji statistik Kruskall-Wallis diameter zona hambat antara kontrol
positif kloramfenikol 30 µg dengan berbagai konsentrasi ekstrak etanol daun evodia terhadap pertumbuhan S. mutans menunjukkan perbedaan yang nyata
dengan signifikan 0,000 p 0,05. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kontrol positif dan berbagai konsentrasi ekstrak tersebut memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan S. mutans. Uji statistik dilanjutkan dengan menggunakan uji statistik Mann-Whitney
untuk melihat perlakuan yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan S. mutans. Dari hasil uji Mann-Whitney hari pertama diameter zona hambat antara
kontrol positif 25,05 mm dengan konsentrasi 0 6 mm, 5 11,13 mm, 10 13,71 mm, 20 17,07 mm dan 40 18,44 mm menunjukkan ada perbedaan
yang nyata. Apabila dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak daun evodia, kontrol positif menghasilkan aktivitas yang kuat dengan diameter zona hambat
terbesar. Berdasarkan hasil uji statistik berarti kloramfenikol 30 µg lebih efektif dibandingkan dengan ekstrak daun evodia.
Universitas Sumatera Utara
Uji statistik Mann-Whitney hari pertama diameter zona hambat antara ekstrak konsentrasi 0 dengan konsentrasi 5, 10, 20 dan 40 menunjukkan
perbedaan yang nyata. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa ekstrak dengan konsentrasi 0 memiliki pengaruh yang tidak sama dengan konsentrasi
5, 10, 20, dan 40. Uji statistik Mann-Whitney konsentrasi 5 dan 10 serta 10, 20, dan 40 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak 5 dan 10 serta 10, 20 dan 40 memiliki efek yang sama.
Hasil uji statistik Kruskall-Wallis diameter zona hambat antara kontrol positif kloramfenikol 30 µg dengan berbagai konsentrasi ekstrak etanol daun
evodia terhadap pertumbuhan S. dysenteriae menunjukkan perbedaan yang nyata p 0,05 dengan signifikan 0,000. Hal ini berarti kontrol positif dengan variasi
konsentrasi ekstrak berpengaruh terhadap pertumbuhan S. dysenteriae. Uji statistik dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk melihat
konsentrasi yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan S. dysenteriae. Hasil uji Mann-Whitney hari pertama antara kontrol positif 27,86 mm dengan
konsentrasi 0 6 mm, 5 9,54 mm, 10 11,26 mm, 20 13,10 mm dan 40 14,66 mm menunjukkan perbedaan yang nyata. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa antara kontrol positif dan konsentrasi ekstrak memiliki aktivitas yang berbeda terhadap S. dysenteriae.
Hasil uji statistik Mann-Whitney hari pertama antara kontrol positif dengan konsentrasi 40 memiliki perbedaan yang nyata p 0,05. Hasil uji statistik
menunjukkan kontrol positif memiliki aktivitas menghambat mikroba lebih baik daripada konsentrasi 40. Berdasarkan kriteria David dan Stout 1971, kontrol
positif memiliki aktivitas yang sangat kuat terhadap S. dysenteriae. Berdasarkan Gambar 4.4 hal. 26, dapat dilihat bahwa ekstrak etanol daun
evodia dapat menghambat pertumbuhan C. albicans dengan diameter zona hambat terbesar dihasilkan oleh konsentrasi 40 dengan diameter 8,35 mm, dan diameter
zona hambat terkecil dihasilkan oleh konsentrasi 5 6,88 mm. Pada konsentrasi 0 , tidak menunjukkan zona hambat yang ditandai dengan diameter 6 mm sama
dengan diameter cakram.
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji statistik Kruskall-Wallis diameter zona hambat antara kontrol positif nistatin 20,6 µg dengan variasi konsentrasi ekstrak etanol daun evodia
menunjukkan perbedaan yang nyata p 0,05 dengan signifikan 0,009. Hal ini menunjukkan bahwa kontrol positif dan variasi ekstrak etanol daun evodia
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan C. albicans. Uji statistik dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui
perlakuan yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan C. albicans. Hasil uji statistik Mann-Whitney hari pertama antara kontrol positif 6,34 mm dengan
konsentrasi 0 6 mm dan 5 6,88 mm, dan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata. Namun konsentrasi 0 dengan konsentrasi 10 7,72 mm, 20
7,52 mm, dan 40 8,35 mm menunjukkan perbedaan yang nyata. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ekstrak pada konsentrasi 10, 20, dan 40
merupakan konsentrasi yang memiliki efek yang sama dalam menghambat pertumbuhan C. albicans. Notasi hasil uji statistik diameter zona hambat ekstrak
etanol daun evodia terhadap pertumbuhan S. mutans, S. dysenteriae dan C. albicans dapat dilihat pada Lampiran 13 hal. 54.
Ekstrak etanol batang evodia dan ekstrak etanol daun evodia memiliki kemampuan untuk menghambat S. mutans, S. dysenteriae, dan C. albicans.
Ekstrak etanol batang evodia lebih efektif dalam menghambat S. dysenteriae dibandingkan dengan ekstrak etanol daun evodia. Perbedaan efek antimikroba
kedua ekstrak dipengaruhi oleh perbedaan metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak. Hasil skrining fitokimia pada Tabel 4.1 hal. 19, menunjukkan
ekstrak etanol batang evodia memiliki senyawa steroid dan terpenoid yang tidak terkandung dalam ekstrak etanol daun evodia. Mekanisme terpenoid dan steroid
dalam menghambat mikroorganime adalah dengan cara berikatan dengan lipid. Kadar lipid pada bakteri G – lebih banyak, sehingga dengan adanya senyawa
terpenoid dan steroid, lapisan lipid bakteri dapat ditembus, dan dapat mengakibatkan kebocoran sel.
Ekstrak etanol daun evodia lebih efektif dalam menghambat S. mutans dan C. albicans dibandingkan dengan ekstrak etanol batang evodia. Perbedaan efek
antimikroba kedua ekstrak dipengaruhi oleh perbedaan metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak. Hasil skrining fitokimia pada Tabel 4.1 hal. 19,
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan ekstrak etanol daun evodia mengandung senyawa saponin sedangkan pada ekstrak etanol batang tidak. Saponin merupakan senyawa yang
dapat merusak membran sel pada S. mutans dan C. albicans.
4.4. Uji Kontrol Positif Kloramfenikol 30 µg, Nistatin 20,6 µg dan Kontrol Negatif DMSO terhadap Pertumbuhan S. mutans, S.
dysenteriae, dan C. albicans
Hasil uji kontrol positif dan kontrol negatif terhadap pertumbuhan S. mutans, S. dysenteriae dan C. albicans secara in vitro dapat pada Gambar 4.5. A, B, dan
C. Data hasil uji kontrol positif dan negatif dapat dilihat pada lampiran 8 hal. 49.
Gambar 4.5. Zona Hambat DMSO a dan Kloramfenikol 30 µg b terhadap Pertumbuhan A. S. mutans setelah 24 jam inkubasi, B.
S. dysenteriae setelah 24 jam inkubasi, dan Zona Hambat DMSO a dan Nistatin 20,6 µg b C. terhadap Pertumbuhan C. albicans
setelah 48 jam inkubasi pada Media Mueller Hinton Agar pada suhu 37º C
Berdasarkan Gambar 4.5 A. a, B. a, dan C. a menunjukkan bahwa kontrol negatif DMSO tidak menghasilkan zona hambat. Gambar 4.5. A. b, dan B. b,
menunjukkan bahwa kontrol positif kloramfenikol 30 µg menunjukkan zona hambat yang besar yaitu pada hari pertama diameter zona hambat masing-masing
adalah 25,05 mm dan 27,86 mm. Untuk Gambar 4.5. C. b kontrol positif nistatin 20,6 µg menunjukkan zona hambat yang kecil sebesar 6,34 mm pada
hari pertama. Kontrol negatif berfungsi untuk mengetahui apakah pelarut juga
berpotensi untuk menghambat atau membunuh mikroba. Kontrol positif merupakan obat antimikroba yang sudah murni dan kuat. Pengujian antimikroba
Universitas Sumatera Utara
yang kuat ini digunakan sebagai perbandingan potensi ekstrak batang dan daun evodia dalam menghambat pertumbuhan mikroba.
Gambar 4.6. Diameter Zona Hambat Kontrol Positif Kloramfenikol 30 µg, Nistatin 20,6 µg dan Kontrol Negatif DMSO terhadap
Pertumbuhan S. mutans, S. dysenteriae dan C. albicans pada Hari 1, 2 dan 3
Berdasarkan Gambar 4.6, dapat dilihat pada hari pertama kontrol positif kloramfenikol 30 µ g terhadap S. mutans dan S. dysenteriae menghasilkan
diameter zona hambat masing-masing sebesar 25,05 mm dan 27,86 mm serta menurun pada hari ke-2 dan hari ke-3. Pada hari pertama kontrol positif nistatin
20,6 µg menghasilkan dimeter zona hambat sebesar 6,34 mm dan tidak menunjukkan perubahan pada hari ke-2 dan hari ke-3. Menurut kriteria kekuatan
daya antimikroba yang dinyatakan David dan Stout 1971, kloramfenikol 30 µg memiliki kemampuan daya hambat yang sangat kuat terhadap S. mutans dan
S. dyenteriae, sedangkan nistatin 20,6 µg memiliki kemampuan daya hambat yang lemah. Kontrol negatif DMSO terhadap ketiga mikroba tidak menunjukkan
diameter zona hambat yang ditandai dengan diameter zona hambat 6 mm sebesar diameter cakram.
Menurut Reapina 2007, DMSO adalah pelarut yang umum digunakan sering digunakan dalam analisis atau percobaan, karena kemampuannya untuk
melarutkan senyawa baik polar ataupun non polar. DMSO memiliki sifat seperti emulsifier. Rumus senyawa DMSO adalah CH
3 2
SO. DMSO merupakan cairan bening dengan bau seperti bawang putih. DMSO memiliki titik didih 189
o
C dan dapat larut dalam air. DMSO bersifat stabil dalam kondisi normal dan bersifat
5 10
15 20
25 30
K lo
ra m
fe n
ik o
l DM
S O
K lo
ra m
fe n
ik o
l DM
S O
N is
ta tin
DM S
O
S. mutans S. dysenteriae
C. albicans
D iam
et er
z on
a h am
b at
m m
Hari 1 Hari 2
Hari 3
Universitas Sumatera Utara
higrokopis. DMSO efektif sebagai pelarut dalam proses ekstraksi dan pemisahan komponen aroma flavor, serta dalam fraksinasi komponen tidak jenuh dari suatu
bahan. Menurut Tekur 2007, kloramfenikol juga disebut chloromycetin.
Kloramfenikol diperoleh dari
Streptomyces venezuelae.
Kloramfenikol mengandung gugus nitrobenzena. Mekanisme kloramfenikol sebagai antimikroba
adalah dengan menghambat sintesis protein bakteri dengan mengikat reversibel ke 50 S subunit ribosom dan menghambat pembentukan ikatan peptida. CLSI 2006,
menyatakan zona hambat pada mikroba yang dihasilkan oleh kloramfenikol 30 µg akan dikatakan resisten apabila diameter zona hambat yang dihasilkan adalah
≤ 12 mm. Diameter zona hambat yang dihasilkan oleh kloramfenikol dalam penelitian
ini 12 mm, yang menunjukkan S. mutans dan S. dysenteriae tidak bersifat resisten.
Namun untuk C. albicans, kontrol positif yang diujikan tidak menunjukkan daya hambat. Pada Gambar 4.5. C. b terlihat bahwa nistatin lemah
dalam menghambat pertumbuhan C. albicans karena hanya sedikit ditemukannya zona bening.
Menurut Lubis 2008, nistatin merupakan antibiotik yang digunakan sebagai antijamur, diisolasi dari Streptomyces nourse pada tahun 1951 dan
merupakan antibiotik grup poliene. Nistatin tidak bersifat toksik tetapi dapat menimbulkan mual, muntah dan diare jika diberikan dengan dosis tinggi. Nistatin
bekerja dengan mengikat sterol dalam membran sel sehingga mengakibatkan perubahan permeabilitas membran dan selanjutnya kebocoran komponen
intraseluler. Dalam penelitian Astuti 2012, resisten C. albicans mengalami resisten
terhadap nistatin sebesar 2,95 . Resisten terhadap antifungal golongan poliene jarang terjadi selama pengobatan, tetapi yang umum terjadi isolat menunjukkan
konsentrasi hambat minimum yang tinggi. Apabila terjadi resisten terhadap antifungi golongan poliene, diakibatkan karena membran yang tidak biasa,
sehingga mengakibatkan penurunan efektivitas poliene dalam menembus membran Hamilton, 1973.
Universitas Sumatera Utara
4.5. Uji Konsentrasi Hambat Minimum KHM terhadap Pertumbuhan S. mutans, S. dysenteriae, dan C. albicans
Hasil uji antagonis ekstrak etanol batang dan daun evodia dalam menghambat S. mutans, S. dysenteriae dan C. albicans secara in vitro menunjukkan bahwa
ekstrak tersebut sudah mampu menghambat pertumbuhan ketiga mikroorganisme ini pada konsentrasi 5. Untuk mengetahui konsentrasi hambat minimum dari
ekstrak tersebut, maka konsentrasi ekstrak diturunkan dengan pengenceran. Konsentrasi yang digunakan untuk uji KHM ini adalah 1, 2, 3 dan 4.
Grafik hasil pengujian KHM ekstrak batang dan daun evodia dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan 4.8.
Gambar 4.7. Diameter Zona Hambat Minimum Ekstrak Etanol Batang Evodia terhadap Pertumbuhan S. mutans, S. dysenteriae, dan C. albicans
pada Hari 1, 2 dan 3
Gambar 4.8. Diameter Zona Hambat Minimum Ekstrak Etanol Daun Evodia terhadap Pertumbuhan S. mutans, S. dysenteriae, dan C. albicans
pada Hari 1, 2 dan 3
1 2
3 4
5 6
7 8
9
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
S. mutans S. dysenteriae
C. albicans
D iam
et er
z on
a h am
b at
m m
Konsentrasi Ekstrak Etanol Batang Evodia
Hari ke 1 Hari ke 2
Hari ke 3
2 4
6 8
10
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
3 4
S. mutans S. dysenteriae
C. albicans
D iam
et er
z on
a h am
b at
m m
Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Evodia
Hari ke 1 Hari ke 2
Hari ke 3
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Gambar 4.7, ekstrak etanol batang evodia pada konsentrasi 1 tidak dapat menghambat pertumbuhan S. mutans dan S. dysenteriae, pada konsentrasi
2 dapat menghambat S. mutans dengan diameter zona hambat sebesar 7,02 mm dan menghambat S. dysenteriae dengan diameter zona hambat 8,69 mm. Ekstrak
etanol batang evodia pada konsentrasi 1, 2, dan 3 tidak dapat menghambat pertumbuhan C. albicans, pada konsentrasi 4 dapat menghambat C. albicans
dengan diameter zona hambat 6,85 mm. Berdasarkan pada hasil penelitian diatas, menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol batang evodia
terhadap S. mutans dan S. dysenteriae adalah 2, serta terhadap C. albicans adalah 4.
Berdasarkan Gambar 4.8, ekstrak etanol daun evodia pada konsentrasi 1 tidak dapat menghambat pertumbuhan S. mutans, pada konsentrasi 2 dapat
menghambat pertumbuhan S. mutans dengan diameter zona hambat sebesar 7,73 mm. Ekstrak etanol daun evodia pada konsentrasi 1, 2, 3 dan 4 tidak dapat
mengambat pertumbuhan S. dysenteriae. Ekstrak etanol daun evodia pada konsentrasi 1 dan 2 tidak dapat menghambat pertumbuhan C.albicans, namun
pada konsenstrasi 3 ekstrak dapat menghambat pertumbuhan C. albicans dengan diameter zona hambat sebesar 7,18 mm. Berdasarkan hasil penelitian di
atas, menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol daun evodia terhadap S. mutans adalah 2, S. dysenteriae adalah 5, dan C. albicans
adalah 3. Data uji konsentrasi hambat minimum ekstrak etanol batang dan daun evodia dapat dilihat pada Lampiran 9 hal. 50, Lampiran 10 hal. 51 dan Lampiran
11 hal. 52. Hasil uji KHM ekstrak etanol batang dan daun evodia terhadap
pertumbuhan S. mutans, S. dysenteriae dan C. albicans bervariasi. Konsentrasi Hambat Minimum ekstrak etanol batang dan daun evodia terhadap pertumbuhan
S. mutans adalah sama yaitu pada konsentrasi 2. Dalam menghambat pertumbuhan S. dysenteriae, KHM ekstrak etanol batang evodia lebih rendah
daripada ekstrak etanol daun evodia serta dalam menghambat pertumbuhan C. albicans, KHM ekstrak etanol daun evodia lebih rendah daripada ekstrak etanol
batang evodia.
Universitas Sumatera Utara
Nilai KHM ekstrak etanol batang sereh wangi dan ektrak etanol daun sereh wangi terhadap S. mutans adalah 6 Suprianto, 2008. Nilai KHM ekstrak
etanol bawang putih terhadap S. mutans sebesar 5 Adi dkk., 2010. Kedua nilai KHM tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai KHM ekstrak etanol batang
evodia dan ekstrak etanol daun evodia yang didapat. Nilai KHM ekstrak daun pacar air terhadap C. albicans ATCC 10231
sebesar 12,5 Hotmauli, 2010. Nilai KHM ekstrak daun pacar air lebih besar dibandingkan dengan nilai KHM ekstrak etanol batang evodia dan ekstrak etanol
daun evodia. Nilai KHM ekstrak etanol jambu biji daging buah putih 0,03 Adnyana dkk., 2004. Nilai KHM ini lebih kecil dibandingkan dengan KHM
ekstrak etanol batang evodia dan ekstrak etanol daun evodia.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN