Analisis Data Pengujian 1. Pengujian menentukan tahanan generator sinkron

63 P out = Vt x Ia x cos φ If = 0,6 A Putaran = 1500 rpm Ia1 A Vt1 Volt Pout watt Torsi Gram Cosφ1 1,2 164 284,5 150 0,74 1,4 152 292,4 150 0,76 1,6 138 302,8 150 0,74 Tabel 4.5 Data percobaan setelah perbaikan faktor daya V t1 Volt I a1 A Kapasitor μF I a2 A V t2 Volt Pout Watt Torsi gram Cos φ 2 164 1,2 2 0,98 172 260,5 150 0,82 4 0,91 180 268,4 150 0,93 152 1,4 2 1,15 161 312,0 150 0,84 4 1,02 168 322,6 150 0,95 138 1,6 2 1,37 142 343,8 150 0,85 4 1,3 149 362,2 150 0,98

4.3 Analisis Data Pengujian 1. Pengujian menentukan tahanan generator sinkron

= = = 3,98 Ω Universitas Sumatera Utara 64 Dikarenakan tahanan jangkar akan beroprasi pada tegangan AC maka harus dikalikan faktor koreksi yang harganya 1,1 sd 1,5 R AC = 1,2 x 3,98 = 4,776 Ω Dengan persamaan tabel diatas maka diperoleh table hasil analisa pengujian tahanan pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Hasil Analisa data percobaan tahanan jangkar Vdc V Idc A R DC Ohm R AC Ohm 6 2,26 3,98 4,776

2. Penentuan Parameter Generator Sinkron Tabel 4.7

Perbandingan data beban nol dan data hubung singkat No OCC SCC 1 If mA V φ V If mA Ia A 2 13 0,61 3 10 24 10 0,88 4 20 35 20 1,3 5 30 46 30 1,72 6 40 56 40 2,01 7 50 72 50 2,26 8 60 88 60 2,62 9 70 101 70 3,13 10 80 112 80 3,54 11 90 125 90 3,87 12 100 136 100 4,12 Universitas Sumatera Utara 65 13 110 148 110 4,45 14 120 162 120 4,83 Dari tabel diatas, maka diambil salah satu niaai arus penguatan If yaitu 100 mA Dimana, ketika If = 100 mA Vφ = 136 → dari karekteristik beban nol OCC Ia = 4,12 → dari karekteristik hubung singkat SCC Maka diperoleh Zs = = = 33,01 Ω Xs = Xs = Xs = 32,66

3. Penentuan Nilai Kapasitor Perbaikan Faktor Daya.

Faktor daya yang diinginkan adalah 0,8 dan 0,9 untuk setiap nilai arus beban yang digunakan sebagai objek pengambilan data. - Target cos φ 0,8 ; φ = 36,87 dari cos φ 0,74 ; φ = 42,27 ∆Q = P Tan φ 1 – φ 2 VAR = 284,5 Tan 42,27 – 36,87 VAR = 26,89 VAR ∆C perfasa = = μF ∆C perfasa = = 1,11 μF - Target cos φ 0,9 ; φ = 25,84 dari cos φ 0,74 ; φ = 42,27 Universitas Sumatera Utara 66 ∆Q = P Tan φ 1 – φ 2 VAR = 284,5 Tan 42,27 – 25,84 VAR = 83,89 VAR ∆C perfasa = = μF ∆C perfasa = = 3,31 μF Dari hasil perhitungan tersebut maka dipakailah kapasitor dengan nilai 2 μF dan 4 μF untuk setiap beban yang telah ditentukan.

4. Penentuan tegangan dan regulasi tegangan - Regulasi

- Ia = 1,2 A Sebelum perbaikan faktor daya, Cos φ = 0,74 E f = E f = = 193,78 VR = = = 18,16 Setelah Perbaikan faktor daya, cos φ = 0,82 E f = E f = = 195,3 Universitas Sumatera Utara 67 VR = = = 13,55 Setelah perbaikan faktor daya , Cos φ = 0.93 E f = E f = = 196,04 VR = = = 8,91 - Ia = 1,4 A Sebelum per baikan faktor daya, Cos φ = 0,76 E f = E f = = 188,11 VR = = = 23,76 Setelah Perbaikan faktor daya, cos φ = 0,84 E f = E f = = 187,89 Universitas Sumatera Utara 68 VR = = = 16,70 Setelah perbaikan faktor daya , Cos φ = 0.95 E f = E f = = 186,17 VR = = = 10,81 - Ia = 1,6 A Sebelum perbaikan faktor daya, Cos φ = 0,74 E f = E f = = 181,63 VR = = = 31,61 Setelah Perbaikan faktor daya, cos φ = 0,85 E f = E f = Universitas Sumatera Utara 69 = 174,91 VR = = = 23,18 Setelah perbaikan faktor daya , Cos φ = 0.98 E f = E f = = 168,38 VR = = = 13,01 - Efisiensi - Ia = 1,2 A Sebelum perbaikan faktor daya Cos φ = 0,74 , P out = 284,5 watt P scl = 3 x I a 2 x R a = 3 x 1,2 2 x 4,776 = 20,63 Watt η = η = = Universitas Sumatera Utara 70 = 93,23 Setalah perbaikan faktor daya Cos φ = 0,82 , P out = 260,5 Watt P scl = 3 x I a 2 x R a = 3 x 0,98 2 x 4,776 = 13,76 Watt η = η = = = 94,9 Setalah perbaikan faktor daya Cos φ = 0,93 , P out = 268,4 Watt P scl = 3 x I a 2 x R a = 3 x 0,91 2 x 4,776 = 11,86 Watt η = η = = = 95,76 - Ia = 1,4 A Universitas Sumatera Utara 71 Sebelum perbaikan faktor daya Co s φ = 0,76 , P out = 292,4 watt P scl = 3 x I a 2 x R a = 3 x 1,4 2 x 4,776 = 28,08 Watt η = η = = = 91,24 Setalah perbaikan faktor daya Cos φ = 0,84 , P out = 312,0 Watt P scl = 3 x I a 2 x R a = 3 x 1,15 2 x 4,776 = 18,95 Watt η = η = = = 94,42 Setalah perbaikan faktor daya Cos φ = 0,95 , P out = 322,6 Watt P scl = 3 x I a 2 x R a Universitas Sumatera Utara 72 = 3 x 1,02 2 x 4,776 = 14,91 Watt η = η = = = 95,58 - Ia = 1,6 A Sebelum perbaikan faktor daya Cos φ = 0,74 , P out = 302,8 watt P scl = 3 x I a 2 x R a = 3 x 1,6 2 x 4,776 = 36,67 Watt η = η = = = 89,19 Setalah perbaikan faktor daya Cos φ = 0,85 , P out = 343,8 Watt P scl = 3 x I a 2 x R a = 3 x 1,37 2 x 4,776 = 26,89 Watt Universitas Sumatera Utara 73 η = η = = = 92,75 Setalah perbaikan faktor daya Cos φ = 0,98 , P out = 362,2 Watt P scl = 3 x I a 2 x R a = 3 x 1,3 2 x 4,776 = 24,41 Watt η = η = = = 93,68 Dari hasil analisa data diatas, berikut adalah tabel hasil analisa percobaan berbeban untuk menentukan Ef, VR , η pada tabel Tabel 4.8 Hasil analisa data percobaan berbeban Ia A Sebelum Perbaikan Faktor Daya Sesudah Perbaiakan Faktor Daya Cos φ 1 Ef V VR η P scl Cos φ 1 Ef V VR η P scl 1,2 0,74 193,78 18,16 93,23 20,63 0,82 195,3 13,55 94,9 13,76 0,93 196,04 8,91 95,76 11,86 Universitas Sumatera Utara 74 1,4 0,76 188,11 23,76 91,24 28,08 0,84 187,89 16,70 94,42 18,95 0,95 186,17 10,81 95,58 14,91 1,6 0,74 181,63 31,61 89,19 36,67 0,85 174,91 23,18 92,75 26,89 0,98 168,38 13,01 93,68 24,41

5. Regulasi Tegangan Dengan Metode Segita Potier Tabel 4.9

Data Percobaan Berbeban Ia = 4,83 A n = 1500 Rpm Vnominal = 220 V NO Cos φ VΦ 1 1 204 2 0,7 Lagging 186 3 0,9 Leading 227 Dari kurva OCC dan kurva Zpf yang telah diketahui, maka kurva segitiga potier telah dapat digambarkan dengan mengikuti langkah – langkah yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Dari SCC maka diperoleh OB = 0,12 A Dari data Zpf diperoleh A = 0, 34 A AD = OB IG = OH dengan sudut - 180 – 90 + ϴ untuk beban lagging - 180 – 90 - ϴ untuk beban leading - 90 untuk beban unity Universitas Sumatera Utara 75 Dari data – data yang didapat maka diperoleh kurva potier seperti berikut : Gambar 4.1 Kurva Potier OG = 0,24 A IG = 0,02 A a. Beban resistif, Cos φ = 1 If = = = 0,24 A Dari karakteristik OCC untuk mendapatkan E dengan If 0,24 A ilah E = 251 A VR = Universitas Sumatera Utara 76 = = 23,03 b. Beban Induktif, Cos φ = 0,7 Lagging , φ = 45,57 If = = = 0,25 A Dari karakteristik OCC untuk mendapatkan E dengan If 0,25 A ilah E = 254 A VR = = = 36,55 c. Beban Kapasitif, Cos φ = 0,9 Leading , φ = 25,84 If = = = 0,23A Dari karakteristik OCC untuk mendapatkan E dengan If 0,23 A ialah E = 248 A VR = = = 9,25 Universitas Sumatera Utara 77 Regulasi Tegangan Dengan Metode New Asa Tabel 4.10 Data Percobaan Berbeban Ia = 4,83 A n = 1500 Rpm Vnominal = 220 V NO Cos φ VΦ 1 1 204 2 0,7 Lagging 186 3 0,9 Leading 227 If 1 = 0,15 A If 2 = 0,2 A a. Beban resistif, Cos φ = 1 If = = = 0,25 A Dari karakteristik OCC untuk mendapatkan E dengan If 0,25 A ialah E = 254 A VR = = = 24,51 Universitas Sumatera Utara 78 b. Beban Induktif, Cos φ = 0,7 Lagging , φ = 45,57 If = = = 0,288 A Dari karekteristik OCC untuk mendapatkan E dengan If 0,288 A dapat menggunakan metode interpolasi dengan : If = 0,28 A diperoleh V = 265 Volt If = 0,29 A diperoleh V = 270 volt If = 0,288 = 265 + x 270 – 265 = 269 VR = = = 44,69 c. Beban Kapasitif, Cos φ = 0,9 Leading , φ = 25,84 If = = = 0,21 A Universitas Sumatera Utara 79 Dari karakteristik OCC untuk mendapatkan E dengan If 0,21 A ialah E = 234 A VR = = = 3,08 4.4 Grafik Pengujian 4.4.1

Dokumen yang terkait

Analisis Penentuan Tegangan Terminal, Regulasi, Dan Efisiensi Generator Sinkron 3 Fasa Rotor Salient Pole Dengan Metode Blondel (Two Reaction Theory)

6 75 105

Analisa Penentuan Tegangan Terminal Generator Sinkron 3 Fasa Dan Perbaikan Faktor Daya Beban Menggunakan Metode Pottier

29 237 107

Analisis Perbandingan Penentuan Regulasi Tegangan Generator Sinkron 3 Fasa dengan Menggunakan Metode Potier dan Metode New ASA

14 74 99

Analisis Perbandingan Penentuan Regulasi Tegangan Generator Sinkron 3 Fasa dengan Menggunakan Metode Potier dan Metode New ASA

0 0 12

Analisis Perbandingan Penentuan Regulasi Tegangan Generator Sinkron 3 Fasa dengan Menggunakan Metode Potier dan Metode New ASA

0 0 1

Analisis Perbandingan Penentuan Regulasi Tegangan Generator Sinkron 3 Fasa dengan Menggunakan Metode Potier dan Metode New ASA

0 0 5

Analisis Perbandingan Penentuan Regulasi Tegangan Generator Sinkron 3 Fasa dengan Menggunakan Metode Potier dan Metode New ASA

0 0 2

BAB II GENERATOR SINKRON 3 FASA - Analisis Penentuan Tegangan Terminal, Regulasi, Dan Efisiensi Generator Sinkron 3 Fasa Rotor Salient Pole Dengan Metode Blondel (Two Reaction Theory)

0 0 47

TUGAS AKHIR - Analisis Penentuan Tegangan Terminal, Regulasi, Dan Efisiensi Generator Sinkron 3 Fasa Rotor Salient Pole Dengan Metode Blondel (Two Reaction Theory)

0 1 13

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA PHASA 2.1 Umum - Analisa Penentuan Tegangan Terminal Generator Sinkron 3 Fasa Dan Perbaikan Faktor Daya Beban Menggunakan Metode Pottier

0 0 32