BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat dekat dengan kehidupan manusia, bahkan boleh dikatakan bahwa dimana ada manusia, disana
ilmu psikologi itu berlaku. Hal ini disebabkan karena psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia. Dewasa ini ilmu psikologi semakin berkembang
dan kebutuhan akan jasa layanan psikologi semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Gunarsa 1992, bahwa semakin maraknya biro-
biro psikologi di kota-kota besar menandakan bahwa masyarakat mulai mempercayai biro-biro psikologi untuk mengukur aspek psikologis dalam dirinya
Menurut data yang diperoleh Hirzithariqi 2009 ada banyak nama-nama biro konsultasi psikologi yang berkembang. Tercatat di Jakarta ada 109 biro layanan
psikologi, di Yogyakarta ada 8 biro layanan psikologi, di Bandung ada 7 biro, dan masih banyak biro di kota-kota kecil yang belum terjangkau. Di kota medan
sendiri ada 6 biro layanan psikologi yang tercatat pada tahun 2009, termasuk Pusat Penelitian dan Pengembangan Masyarakat selanjutnya akan disebut P3M
Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara. Berkaitan dengan kebutuhan akan ilmu psikologi yang semakin
meningkat, baik dalam dunia pendidikan maupun pekerjaan, orang-orang berlomba-lomba untuk belajar tentang psikologi, latihan psikotes dan berbagai hal
lain yang berkaitan dengan tes psikologi. Hal ini sesuai dengan apa yang
Universitas Sumatera Utara
dinyatakan oleh Anastasi dan Urbina 2003 bahwa aplikasi utama tes psikologi adalah untuk seleksi dan klasifikasi sumber daya manusia untuk bidang industri,
seperti penerimaan karyawan, penunjukan tugas, pemindahan, promosi atau bahkan pemutusan hubungan kerja . Karena bersifat kompetisi ini lah maka
orang-orang beerusaha untuk memenangkan kompetisi tersebut dengan berbagai cara. Mereka berusaha mencari buku panduan dan bimbingan tes serta latihan-
latihan. Tentu saja hal ini sangat merugikan, karena tes psikologi yang seharusnya dijaga kerahasiaannya akan menjadi suatu alat tes yang tidak valid dan tidak
reliabel. Tes psikologi akan kehilangan fungsi sebagai suatu instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur secara objektif sampel perilaku manusia.
Tes Psikologi merupakan salah satu andalan dalam ilmu psikologi. Menurut Anastasi Urbina 2003, tes psikologi merupakan suatu pengukuran
yang objektif terhadap suatu sampel perilaku. Tujuan dari tes psikologi adalah untuk mengukur perbedaan antara individu atau reaksi individu yang sama pada
situasi yang berbeda. Tes psikologi memiliki empat tujuan utama, yaitu diagnosa, prediksi, dekripsi dan pemahaman diri. Berdasarkan empat fungsi utama tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa sebuah tes psikologi sangat berperan penting dalam memberikan profil mengenai seseorang. Untuk itulah tes psikologi perlu
dijaga dengan baik, agar tujuan-tujuan tersebut bisa tercapai. Tes psikologi dibangun oleh sekumpulan aitem yang telah dirancang
sedemikian rupa, baik itu berbentuk pertanyaan atau pernyataan mengenai sesuatu hal yang hendak diukur atau diungkap Azwar, 2007. Berdasarkan definisi di atas
dapat ditarik kesimpulan, bahwa kualitas tes ditentukan oleh kualitas aitem-aitem
Universitas Sumatera Utara
yang membangunnya. Suatu tes psikologi yang baik secara psikometri merupakan syarat mendasar untuk mencapai tujuan tes itu sendiri. Oleh karena itu adalah
penting untuk melakukan analisa karakteristik psikometri pada setiap alat tes psikologi yang digunakan.
Ada berbagai jenis tes psikologi yang disesuaikan dengan objek pengukurannya dan digunakan sesuai dengan kebutuhan, diantaranya tes
inteligensi, tes bakat, tes prestasi, tes kreativitas tes kepribadian, inventori minat, prosedur tingkah laku, tes neuropsikologi Gregory, 2004. Intelegenz Struktur
Test selanjutnya akan disebut dengan IST sendiri merupakan salah satu dari jenis tes inteligensi yang banyak digunakan saat ini. IST merupakan suatu alat tes
inteligensi yang dibuat di Jerman oleh Rudolf Amthauer pada tahun 1953. Tes ini terdiri dari 9 subtes yang mengukur aspek inteligensi yang berbeda-beda satu
sama lain. Menurut Amthauer, inteligensi merupakan suatu struktur tersendiri dari keseluruhan struktur kepribadian manusia yang terdiri dari kemampuan jiwani dan
rohani. Struktur tersebut memiliki fungsi sedemikian rupa, sehingga memungkinkan manusia itu bertindak sebagai pelaku dalam dunianya. Inteligensi
dapat dinilai berdasarkan keberhasilan atau prestasi yang dicapai individu diktat kuliah IST Universitas Padjadjaran, 2008.
Menurut Bonang, dkk dalam Gayatri, 2008, IST merupakan alat tes inteligensi yang paling sering digunakan, baik di lingkungan pendidikan maupun
pekerjaan. Di bidang pendidikan, tes inteligensi digunakan untuk mengetahui kecerdasan dan tingkat kemampuan siswa, sehingga berdasarkan profil siswa bisa
dirancang suatu metode pengajaran yang efektif disesuaikan dengan kemampuan
Universitas Sumatera Utara
siswa tersebut. Selain itu, tes inteligensi juga dapat mengukur minat dan bakat siswa, sehingga dapat membantu proses penjurusan, misalnya apakah siswa
tersebut lebih cenderung ke IPA, IPS atau Bahasa. Dalam hal ini, tes inteligensi dapat membantu siswa dalam mengenali diri dan potensi yang dimiliki, sehingga
dari awal bisa mengarahkan dirinya ke bidang yang tepat pada saat kuliah nantinya. Di bidang pekerjaan, tes inteligensi sering digunakan untuk menyeleksi
karyawan, menempatkan karyawan pada suatu jabatan tertentu, mengevaluasi karyawan dan lain sebagainya. Selain di bidang pendidikan dan pekerjaan, tes
inteligensi juga sering dipergunakan di bidang klinis, seperti diagnosa mental retardation. Biasanya penggunaan IST dipaketkan dengan tes-tes psikologis
lainnya. Namun beberapa keluhan yang sering disampaikan mengenai IST sendiri adalah adanya beberapa aitem yang sudah tidak relevan dengan keadaan sekarang
yang menyulitkan subjek dalam mengerjakan aitem tersebut. Saat ini IST yang digunakan di Indonesia adalah IST ’70 yang diadaptasi
untuk pertama kalinya pada tahun 1973 oleh Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Salah satu biro yang menggunakan IST adalah Unit Pelayanan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Masyarakat selanjutnya disebut P3M Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara. Biasanya IST digunakan untuk menyeleksi
karyawan-karyawan yang akan diterima oleh perusahaan yang mempercayakan P3M Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sebagai recruiternya. Sejak
bulan April 2010 sampai bulan Agustus 2010 tercatat beberapa perusahaan besar yang mempercayakan P3M Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
sebagai recruiter nya, dan IST adalah salah satu dari sekian alat tes yang sering
Universitas Sumatera Utara
digunakan dalam proses seleksi tersebut. Novi, Komunikasi Personal, Oktober 2010.
Permasalahan dalam penggunaan IST yaitu pemakaian yang dianggap sudah terlalu sering sehingga terdapat kejenuhan dalam pemakaiannya dan
menimbulkkan efek pembelajaran bagi subjek. Di samping itu penggunaanya yang sering dimaksudkan untuk kepentingan seleksi menyebabkan orang-orang
berusaha untuk mempelajari tes tersebut dengan berbagai cara, termasuk mencari buku-buku panduan dan soal-soal latihan yang memang sudah banyak beredar di
internet maupun di toko-toko buku. Sebagai contoh kasus, peneliti dalam pembicaraan pribadinya dengan salah satu peserta tes seleksi karyawan di
lingkungan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, menemukan bahwa soal-soal mirip dengan IST memang sudah banyak dijual di pasaran.
“soal-soal kemarin mah dah sering saya kerjakan, saya punya bukunya juga, dibeli di gramedia,,,model soalnya sama bahkan
ada yang sama persis. Di internet apalagi, gampang dicari soal yang seperti itu” Sitio, peserta tes Pelindo I 2009, Maret 2011
Fenomena di atas menunjukkan bahwa selain penggunaan IST yang sudah terlalu sering sehingga menimbulkan pembelajaran, kerahasiaan tes ini juga
memang sudah sangat sulit untuk dikontrol. Hal ini juga didukung oleh issue yang beredar menurut HIMPSI Himpunan Sarjana Psikologi dan Psikolog Indonesia
yang menyatakan bahwa IST’70 sudah tidak valid lagi untuk mengukur
Universitas Sumatera Utara
inteligensi. Kondisi ini dilatarbelakangi oleh kedua faktor tadi, yaitu frekuensi pemakaian yang sudah terlalu tinggi dan kerahasiaannya yang sulit dikontrol.
Penemuan lain mengenai permasalahan penggunaan IST, khususnya di lingkungan P3M Fakultas Psikologi USU yaitu dikawatirkan alat tes ini sudah
bocor. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu administrasi P3M menyatakan bahwa beberapa tahun terakhir sering ditemukan lembar jawaban
dengan nilai yang sempurna untuk beberapa subtes Novi, Komunikasi Personal, Oktober 2010. Hal ini tentu saja mustahil terjadi sekalipun untuk subjek genius
sekalipun atau seandainya terjadi proses pembelajaran karena dikenai tes yang sama secara berulang-ulang. Kemungkinan besar nilai sempurna tersebut
disebabkan karena mereka memiliki kunci jawaban. Beberapa penelitian terhadap IST sebenarnya sudah pernah dilakukan di
Indonesia. Salah satunya dilakukan oleh Santosa et al. pada tahun 1997. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji validitas prediktif dengan subjek penelitian
mahasiswa baru di Atmajaya pada tahun akademik 19971998. Hasilnya menyatakan bahwa beberapa subtes pada IST dapat dijadikan prediktor untuk
prestasi mahasiswa di semester pertama, namun skor total IST secara keseluruhan kurang baik dalam memprediksi keberhasilan prestasi mahasiswa. Hanya
beberapa tes yang berkorelasi signifikan p≤0.05 dengan prestasi mahasiswa dan korelasinya masih dalam taraf yang kecil. Subtes-subtes tersebut adalah SE
saterganzung dengan r = 0,219; AN Analogien dengan r = 0,192; ME Merk Aufgaben dengan r = 0,210; RA Rechen Aufgaben dengan r =0,251; ZR
Universitas Sumatera Utara
Zahlen Reihen dengan r = 0,176; GE Gemeinsamkeiten dengan r = 0,152 dalam Bawono, 2008.
Penelitian lain terhadap IST dilakukan oleh Fakultas Psikologi Universitas Airlangga pada tahun 2004 untuk melihat validitas dan reabilitas. Penelitian ini
menggunakan populasi siswa SMU Negeri maupun swasta Jawa Timur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 176 item tes terdapat 131 item yang
dinyatakan valid dan 45 item yang dinyatakan gugur dan dari sembilan subtes, satu subtes yakni ZR dengan jumlah item 20 dinyatakan semua itemnya valid.
Sedangkan untuk realibitas dari Sembilan subtes tersebut semuanya dinyatakan reliabel dengan besar koefisien sebesar 0,463-0,821 pada taraf signifikansi 0,01
Hamidah, 2000. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, peneliti merasa masih
kurangnya penelitian mengenai validitas dan reliabilitas terhadap IST, mengingat tes ini merupakan salah satu alat tes yang masih sering digunakan dan juga bahwa
syarat alat tes yang baik adalah alat tes yang harus terus menerus dievaluasi penggunaannya. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Bonang et al.
dalam Bawono 2008 bahwa sebuah tes yang telah dipakai dalam jangka waktu yang cukup lam seperti IST, memang memerlukan pengujian ulang untuk melihat
sejauhmana tes tersebut masih dapat digunakan sebagai alat ukur yang handal. Pada penelitian ini, akan dilakukan analisis karakteristik psikometri pada
satu subtes saja, yaitu subtes wortaushwahl selanjutnya akan disebut dengan WA. Secara umum, subtes WA ini sering dikenal dengan penalaran verbal.
Subtes WA ini tediri dari 20 aitem, masing-masing aitem terdiri dari 5 kata, empat
Universitas Sumatera Utara
diantaranya memiliki kemiripan dan testee diharapkan mampu memilih satu yang paling berbeda. Sebelum menentukan satu kata yang paling berbeda, testee perlu
menentukan empat kata yang mirip dan bisa dikelompokkan ke dalam satu kategori. Maka disimpulkan bahwa subtes WA ini mengukur kemampuan
inductive reasoning yang di dalamnya terdapat proses categorization. Berpikir Induktif Inductive Reasoning mencakup pembuatan prediksi
mengenai situasi baru berdasarkan pengetahuan yang sudah ada. Induksi berhubungan dengan banyak penalaran yang dilakukan oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari, seperti memprediksi kemungkinan hujan turun, memprediksi bagaimana reaksi pasangan ketika menerima sekotak coklat
pemberian suami, memprediksi kenaikan harga 6 bulan ke depannya, dan sebagainya. Lebih umum, induksi tercakup dalam suatu ranges aktivitas-aktivitas
kognitif seperti categorization, probability judgment, analogical reasoning,
scientific inference, and decision making. Brett K. Hayes; Evan Heit; and Haruka
Swendsen, 2010. Categorization dan inductive reasoning berjalan berdampingan. Menurut
Anderson dalam Heit, 2007, fungsi utama dari categorization bukan supaya kita dapat mengkategorikan sesuatu hal, tetapi lebih kepada mengijinkan kita untuk
membuat suatu kesimpulan. Categorization terdiri dari objek-objek atau kejadian- kejadian yang harus kita kelompokkan bersama karena kita merasa mereka
berhubungan. Kemampuan categorization memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan lingkungan tanpa diliputi oleh kerumitannya. Jadi kemampuan
categorization ini merupakan faktor penting yang sangat dibutuhkan dalam
Universitas Sumatera Utara
kehidupan manusia. Bruner, Goodnow and Austin dalam Stephen K. Reed, 2004 menyebutkan lima keuntungan categorization, yaitu: 1 mengkategorikan objek
dapat mengurangi kompleksitas lingkungan, 2 kategorisasi berarti objek di dunia sekitar dapat teridentifikasi, 3 membangun categorization mengurangi
kebutuhan untuk terus-terus belajar hal yang sama, 4 Categorizing mengijinkan kita untuk memutuskan hal apa yang mendasari suatu tindakan yang sesuai, 5
Categorizing memungkinkan kita untuk menyusun dan menghubungkan kelas dari objek dan kejadian-kejadian.
Sebelumnya sudah pernah dilakukan penelitian analisis karakteristik psikometri khusus terhadap subtes WA di Universitas Katolik Atmajaya Jakarta.
Penelitian ini menggunakan sampel anak SMA. Hasilnya adalah bahwa semua aitem dalam subtes ini memilliki daya diskriminasi yang baik, namun tidak
reliabel, memiliki validitas prediktif yang sangat rendah, Artinya dari penelitian ini didapat bahwa subtes WA tidak bisa memprediksi siswa siswi SMA jurusan
IPA atau IPS Gayatri, 2008. Mengingat masih sangat kurangnya penelitian terhadap subtes WA ini, dan
juga menyadari permasalahan-permasalahan dalam penggunaan IST yang sudah dijelaskan sebelumnya, serta mengingat bahwa aspek yang diukur oles subtes WA
merupakan suatu aspek yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, maka penelitian ini bermaksud untuk melakukan analisis karakteristik psikometri
terhadap IST subtes WA. Adapun karakteristik psikometri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah parameter aitem subtes WA berupa indeks diskriminasi dan
taraf kesulitan aitem, efektivitas distraktor pada masing —masing aitem, analisis
Universitas Sumatera Utara
validitas dan analisis reliabilitas. Masing-masing parameter akan dihitung secara terpisah, dan pada akhirnya secara bersama-sama akan menunjukkan apakah
aitem-aitem dalam alat tes baik atau tidak Kaplan saccuzzo, 2005. Proses analisis karakteristik psikometri akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan
teori klasik atau Classical Test Theory selanjutnya disebut CTT. CTT ini memiliki asumsi bahwa setiap pengukuran menghasilkan skor tampak X,
dimana skor X ini merupakan skor murni T individu ditambah error E pengukuran. Jadi setiap pengukuran yang dilakukan mengandung error. Semakin
tinggi error yang terjadi, maka semakin tidak bagus intrumen tersebut.
B. Perumusan Masalah