Kesimpulan Classical True-score Theory 1. Pengertian Classical True-score Theory

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang karakteristik psikometri subtes WA pada IST, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara umum, indeks kesulitan aitem subtes WA masih belum memuaskan. Mengingat bahwa subtes WA pada IST merupakan alat tes inteligensi maka diharapkan aitem-aitemnya harus memiliki indeks kesulitan yang bervariasi dari mudah, sedang sampai dengan sulit. Berdasarkan hasil analisis, tidak ada satupun aitem yang memiliki taraf kesulitan yang tinggi. 2. Berdasarkan hasil analisis indeks daya diskriminasi aitem subtes WA, aitem- aitem yang memiliki kualitas yang baik serta mampu menangkap perbedaan individu yang memiliki tingkat kompetensi baik dan tidak baik berjumlah 16 aitem. Ke 16 aitem ini memiliki indeks daya diskriminasi sangat bagus dan lumayan bagus, sehingga tidak membutuhkan revisi. 3. Berdasarkan hasil analisis efektifitas distraktor pada aitem subtes WA, 17 dari 20 aitem memiliki distraktor yang efektif, dalam arti distraktor tersebut berfungsi sebagaimana mestinya. 4. Secara keseluruhan dari hasil analisis gabungan karakteristik psikometri yang dilakukan terhadap subtes WA menunjukkan bahwa 14 aitem dapat diterima, 5 aitem membutuhkan revisi dan 1 sisanya dianggap gugur. 5. Instrumen subtes WA pada IST yang mengukur kemampuan berpikir induktif dengan bahasa dalam proses seleksi karyawan masih tidak reliabel. Universitas Sumatera Utara 6. Berdasarkan analisis validitas konstrak Subtes WA pada IST diketahui bahwa subtes ini sudah tidak valid.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang karakteristik psikometri subtes WA pada IST, maka disarankan beberapa hal yang berkaitan dengan penggunaan subtes WA pada masa yang akan datang, sebagai berikut: 1. Jika dilihat dari hasil analisis aitem subtes WA, maka diharapkan adanya perbaikan terhadap beberapa aitem dengan memperhatikan tingkat kesulitan, indeks daya diskriminasi serta distraktor yang digunakan. 2. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengkorelasikan dengan alat tes lain diluar IST, misalnya dengan TIKI atau CFIT, supaya hasil yang diperoleh lebih kaya dan mendalam khususnya mengenai validitas diskriminan. 3. Selain itu, peneliti selanjutnya juga diharapkan untuk meneliti secara kualitatif, karena dalam penelitian ini, peneliti masih terfokus secara kuantitatif. 4. Untuk para tenaga akademisi, khususnya bidang psikometri Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, supaya mempertimbangkan melakukan revisi dan adaptasi terhadap IST supaya menjadi alat tes yang valid dan reliabel di lingkungan Fakultas Psikologi. 5. Untuk P3M diharapkan untuk lebih memperhatikan kunci jawaban, karena selama dalam proses penelitian ini, dijumpai ketidaksesuaian kunci jawaban IST versi P3M dengan IST UNPAD, khususnya pada subtes WA dijumpai 4 kunci yang tidak sesuai, yaitu aitem 23, 35, 38 dan 40. Universitas Sumatera Utara 6. Selain itu, P3M juga diharapkan agar hati-hati saat memeriksa setiap lembar jawaban peserta tes, karena selama dalam proses penelitian ini juga dijumpai beberapa lembar jawaban yang salah koreksi. Tentu hal ini dapat merugikan peserta tes. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Azwar 2007 bahwa teori pengukuran dapat dibahas dari tiga macam pendekatan secara umum, yaitu a pendekatan teori skor murni klasikal classical true-score theory, b pendekatan teori skor murni kuat strong true- score theory dan c pendekatan latent-trait theory. Teori skor-murni kuat mempunyai pandangan yang mirip dengan teori skor- murni klasikal mengenai nilai harapan skor tampak yang merupakan skor murni, akan tetapi dalam teori skor murni kuat terdapat asumsi-asumsi tambahan mengenai probabilitas skor-tampak yang akan diperoleh seorang subjek yang merupakan skor-murni tertentu sehingga dengan asumsi-asumsi tersebut kelayakan teori skor-murni kuat bagi data tertentu, dapat diuji. Sedangkan latent-trait theory berasumsi bahwa aspek performansi terpenting pada suatu tes dapat ditunjukkan oleh kedudukan seorang subjek pada suatu latent-trait yang berupa karakteristik psikologis yang tidak tampak. Berbeda dengan teori skor murni kuat, walaupun asumsi bahwa nilai harapan skor tampak pada teori latent-trait juga merupakan skor murni, pada umumnya tidak terdapat hubungan linear antara skor-murni dengan latent-trait sehingga nilai harapan skor tampak tidak sama dengan nilai latent-trait. Teori skor murni kuat dan teori latent-trait tidak cuma sekedar membahas konsep eror standar dalam pengukuran saja, akan tetapi juga membahas masalah Universitas Sumatera Utara eror standar yang bervariasi sesuai dengan level skor murni atau latent-traitnya. Menurut kedua teori tersebut, eror standar tidak terpengaruh oleh distribusi skor subjek. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan pendekatan teori skor murni klasikal dalam proses analisis yang dilakukan, denga pertimbangan bahwa teori ini lebih praktis dalam menerangkan masalah reliabilitas dan validitas. Selain itu juga pemahamannya yang tidak menuntut pengetahuan yang terlalu dalam mengenai beberapa fungsi distribusi statistik dan model-model matematiknya.

E. Classical True-score Theory 1. Pengertian Classical True-score Theory

Classical True-score Theory selanjutnya disebut dengan CTT merupakan pendekatan yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar konsepsi reliabilitas pada dekade-dekade yang telah lalu dan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam pengembangan formula-formula reliabilitas. Pendekatan ini juga memiliki nilai praktis yang tinggi dalam menerangkan masalah validitas dan reliabilitas Azwar, 2004 CTT pada intinya dijelaskan dalam bentuk asumsi-asumsi matematis, yang pada akhirnya dijadikan sebagai dasar turunan aljabar atau kesimpulan- kesimpulannya. Universitas Sumatera Utara

2. Asumsi-asumsi dalam Classical True-score Theory

Sebelum membahas asumsi-asumsi dalam CTT, perlu diketahui bahwa asumsi-asumsi tersebut merupakan hubungan matematis dari skor tampak X, skor murni T, dan eror pengukuran E. Skor tampak merupakan angka yang menunjukkan nilai performansi subjek pada suatu pengukuran, yang tidak lain merupakan nilai total dari jawaban subjek dalam tes tersebut. Skor murni dijelaskan sebagai angka performansi. Adapun sumsi-asumsi dalam CTT dalam Azwar, 2007 adalah sebagai berikut: Asumsi 1 : X = T + E 1 Asumsi ini menjelaskan bahwa sifat aditif berlaku pada hubungan antara skor tampak, skor muni, dan eror. Skor tampak X merupakan jumlah skor murni T dan eror E Asumsi 2: εX = T 2 Asumsi ini menyatakan bahwa skor murni merupakan nilai harapan dari skor tampaknya. Jadi, T merupakan harga rata-rata distribusi teoretik skor tampak apabila orang yang sama dikenai tes yang sama berulangkali dengan asumsi pengulangan tes itu dilakukan tidak terbatas banyaknya dan setiap pengulangan tes adalah independen satu sama lain. Asumsi 3: = 0 3 Universitas Sumatera Utara Asumsi ini menyatakan bahwa bagi populasi subjek yang dikenai tes, distribusi eror pengukuran dan distribusi skor murni tidak berkorelasi. Implikasinya, skor murni yang tinggi tidak selalu berarti mengandung eror yang selalu positif ataupun selalu negatif Azwar, 2007. Asumsi 4: = 0 4 Asumsi ini menyatakan bahwa dalam eror pada dua tes yang dimaksud untuk mengukur hal yang sama tidak saling berkorelasi. Asumsi ini akan tidak terpenuhi sekiranya skor tampak dipengaruhi kondisi testing, seperti misalnya kelelahan, Practice effect, suasana hati, atau factor-faktor dari lingkungan Suryabrata, 2005. Asumsi 5 : = 0 5 Jika ada dua tes yang dimaksudkan untuk mengukur atribut yang sama, maka eror pada tes pertama tidak berkorelasi dengan skor-skor murni pada tes kedua. Asumsi 6 Jika ada dua tes yang dimaksudkan untuk mengukur atribut yang sama membunyai skot tampak X dan X’ yang memenuhi asumsi 1 sampai 5, dan jika untuk setiap populasi subjek T = T’ serta varians eror kedua tes tersebut sama, kedua tes tersebut disebut sebagai tes yang parallel Suryabrata, 2005 Universitas Sumatera Utara Asumsi 7 Jika ada dua tes yang dimaksudkan untuk mengukur atribut yang sama membunyai skot tampak X dan X’ yang memenuhi asumsi 1 sampai 5, dan jika untuk setiap populasi subjek T1 = T2 + C. Dengan C sebagai suatu bilangan konstan, maka kedua tes tersebut dapat disebut sebagai tes yang setara equivalent test.

B. Analisis Karakteristik Psikometri