Universitas Sumatera Utara
Peneliti masih menemukan adanya pelanggaran dalam kategori ini. Wartawan Siantar 24
Jam terbukti menampilkan foto korban kejahatan asusila. Foto korban ditampilkan tanpa sensor sedikitpun. Berdasarkan tabel di atas, masih ada dua berita yang menampilkan foto
korban kejahatan asusila. Berikut merupakan contoh foto yang menampilkan korban kejahatan asusila :
Dalam berita tersebut ditampilkan foto Indah nama samaran yang merupakan korban pencabulan, tanpa sensor sama sekali. Tentu pembaca yang melihat foto ini bisa saja
mengenali sang korban. Hal yang perlu diingat bahwa berita ini ditayangkan dalam rubrik Siantar Raya. Rubrik ini memiliki unsur proximity kedekatan dengan pembacanya. Jika
tetangga atau kerabat Indah ada yang membaca berita ini, bukan tidak mungkin mereka akan mengenali Indah melalui foto yang ditampilkan.
4.5.2 Menampilkan Identitas Foto Anak yang Menjadi Pelaku Kejahatan
Wartawan tidak boleh menyebutkan atau menyiarkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Identitas yang dimaksud bukan hanya nama, alamat atau data diri lain yang
dapat diketahui publik, melainkan juga foto si pelaku yang notabene masih anak-anak. Jika identitas sang anak diketahui, dikhawatirkan akan mengganggu kejiwaan dan masa depan
anak tersebut. Pers memiliki tanggung jawab untuk melindungi masa depan sang anak.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Jangan sampai kehidupan anak menjadi tidak kondusif karena wartawan menampilkan fotonya secara jelas tanpa sensor. Berikut merupakan hasil penelitian dalam kategori
menampilkan identitas foto anak yang menjadi pelaku kejahatan :
100 200
Ada menampilkan
identitas foto anak yang
menjadi pelaku kejahatan
Tidak ada menampilkan
identitas foto anak yang
menjadi pelaku kejahatan
Tidak jelas
Ju m
la h
B e
ri ta
Ada menampilkan identitas foto
anak yang menjadi pelaku kejahatan
Tidak ada menampilkan
identitas foto anak yang menjadi
pelaku kejahatan Tidak jelas
Menampilkan Identitas Foto Anak yang Menjadi
Pelaku Kejahatan 2
155
Frekuensi dalam Menampilkan Identitas Foto Anak yang Menjadi
Pelaku Kejahatan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tingkat reliabilitas dalam kategori menampilkan identitas foto anak yang menjadi pelaku kejahatan adalah 0,99. Peneliti menemukan dua berita yang melanggar pasal 5 Kode
Etik Jurnalistik dalam hal menampilkan identitas foto anak yang menjadi pelaku kejahatan. Dari kedua berita tersebut, terlihat jelas bahwa wartawan menampilkan foto pelaku kejahatan
yang usianya masih di bawah 16 tahun secara jelas tanpa sensor sama sekali. Berikut merupakan contoh foto dalam berita yang melanggar pasal 5 Kode Etik Jurnalistik tersebut :
Pelarian 2 dari 4 pelaku pembongkaran Sekolah Menengah Kejuruan SMK Negeri 2 Siantar akhirnya berhasil ditangkap polisi dari dua tempat berbeda, Rabu 91 sekira jam
10.00 WIB. Dua pelaku yang diamankan yakni Robin Simonangkir 15 warga Jalan Kertas Kelurahan Siopat Suhu, Siantar Timur. Ia ditangkap di seputaran Komplek Megaland Jalan
Sangnawaluh, Kelurahan Siopat Suhu, Siantar Timur dan Arun Hutajulu 20 warga Rambung Merah, Simalungun. Ia ditangkap di seputaran Pasar Horas Kelurahan Dwikora,
1.3
98.7 0.0
Persentase Menampilkan Identitas Foto Anak yang Menjadi Pelaku
Kejahatan
Ada Menampilkan Identitas Foto Anak yang
Menjadi Pelaku Kejahatan
Tidak Ada Menampilkan Identitas Foto Anak yang
Menjadi Pelaku Kejahatan
Tidak Jelas
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Siantar Barat. “4 ABG Bongkar SMKN 2 : 2 Ditangkap, 2 Buron”, Siantar 24 Jam, 10 Januari 2013.
Dari foto dan berita di atas dapat kita lihat bahwa wartawan Siantar 24 Jam
menampilkan secara jelas foto Robin Simonangkir, seorang pelaku pembongkaran SMKN 2, yang masih berusia 15 tahun. Hal ini tentu sudah menyalahi pasal 5 Kode Etik Jurnalistik, di
mana disebutkan bahwa wartawan tidak boleh menyiarkan menyebutkan atau menyiarkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Jika merujuk pada Kode Etik Jurnalistik, maka
wartawan harian Siantar 24 Jam seharusnya menyensor atau menyamarkan foto Robin. Jangan sampai wajahnya terlihat dengan jelas. Contoh pelanggaran lainnya dapat dilihat
dalam berita berikut ini :
HN 11 kini berurusan dengan polisi. Pelajar kelas 2 Sekolah Dasar yang tinggal di Jalan SM Raja, Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara ini dilaporkan kepolisi karena dituduh
telah mencabuli L boru S, bocah yang usianya belum genap 4 tahun, Kamis 101 sekira jam 23.30 WIB.
Cerita S Nababan 65 orang tua HN, anaknya dilaporkan karena dituduh mencabuli anak tetangganya di belakang rumah, Kamis sore sekira jam 18.00 WIB. S Nababan yang
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
berprofesi sebagai supir angkot jurusan simpang 2-Parluasan itu terkejut begitu tau anaknya dilaporkan ke polisi. Menurutnya tuduhan pencabulan yang dilakukan anaknya itu adalah
fitnah.“ Dituduh Cabuli Bocah 4 Tahun Siswa SD Dipolisikan”, Siantar 24 Jam, 12 Januari 2013.
Berita di atas menampilkan foto HN 11 yang dituduh melakukan pencabulan terhadap
L boru S. Memang foto HN disertai dengan sensor, namun hanya pada bagian matanya saja. Dengan sensor yang minim seperti itu, tentu pembaca masih bisa mengenali HN. Apalagi
dalam berita juga disebutkan tempat tinggal HN. Parahnya lagi, HN masih berstatus sebagai tertuduh, bukan sebagai tersangka. HN yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar
dikhawatirkan akan terganggu kehidupannya karena berita ini.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tema-tema yang paling sering dimunculkan dalam rubrik Siantar Raya sebagian besar
merupakan tema-tema kriminal. Hal ini dapat kita lihat dari tiga tema berita yang paling sering ditampilkan, yaitu perampokan pencurian 20,4, kecelakaan 17,2
dan penganiayaan 11,5. 2.
Penerapan Kode Etik Jurnalistik pasal 4 dan pasal 5 di rubrik Siantar Raya harian Siantar 24 Jam sudah berjalan dengan cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan
kecilnya persentase terjadinya pelanggaran di beberapa kategorisasi. Tidak ada persentase pelanggaran yang mencapai 10 untuk setiap kategori. Bahkan untuk
kategori berita bohong, berita fitnah dan foto cabul tidak diketemukan pelanggaran sama sekali. Meski persentase pelanggaran Kode Etik Jurnalistik pasal 4 dan 5 kecil,
namun peneliti masih menemukan beberapa pelanggaran yang cukup fatal dan mampu memberikan efek yang negatif terhadap pembaca.
3. Bentuk-bentuk pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 dan 5 yang terdapat di
dalam rubrik Siantar Raya antara lain masih ditampilkannya tulisan dan foto-foto sadis biasanya korban kecelakaan, menampilkan tulisan cabul, penyiaran identitas
korban kejahatan asusila tulisan dan foto serta menanyangkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan tulisan dan foto. Dari beberapa pelanggaran tersebut,
peneliti melihat bahwa pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pasal 4 yang paling banyak ditemukan, khususnya dalam kategori tulisan sadis 7.6 dan penayangan foto sadis
5.1 . Ternyata wartawan Siantar 24 Jam masih melakukan penggambaran serta dramatisasi dalam pemberitaan yang mengandung unsur sadisme atau kekejaman.
Selain itu, banyak juga ditemukan foto-foto sadis yang ditampilkan tanpa sensor sama sekali.
Universitas Sumatera Utara