18
sehingga masing-masing pihak akan berusaha untuk mengoptimalkan kepentingannya terlebih dahulu. Pertentangan yang dapat terjadi di antara
pihak-pihak tersebut adalah : 1.
Manajemen berkepentingan
meningkatkan kesejahteraannya,
sedangkan pemegang
saham berkeinginan
meningkatkan kekayaannya.
2. Manajemen berkeinginan memperoleh kredit sebesar mungkin dengan
bunga rendah, sedangkan kreditor hanya ingin memberi kredit sesuai dengan kemampuan perusahaan.
3. Manajemen berkeinginan membayar pajak sekecil mungkin,
sedangkan pemerintah ingin memungut pajak setinggi mungkin. Masalah keagenan dapat terjadi karena adanya asymmetric information
antara pemilik dan manajer, yaitu ketika salah satu pihak memiliki informasi yang tidak dimiliki oleh pihak yang lainnya, Scott 2000.
Upaya untuk mengatasi masalah perbedaan kepentingan tersebut, seringkali mendorong manajer untuk melakukan perataan laba melalui
pemilihan prosedur akuntansi, Prasetio 2002 dalam Ikayanti 2005 .
2.4 Tinjauan Atas Penelitian Terdahulu
Studi secara empiris mengenai perataan laba telah banyak dilakukan oleh peneliti baik luar maupun dalam negeri. Sebagian besar penelitian tersebut
terfokus pada terjadinya perataan laba termasuk instrumen dan tujuannya dan faktor-faktor yang terkait dengan terjadinya perataan laba.
Moses 1987 dalam Murtanto 2004 menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar
untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi subjek penelitian
yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum general public. Hasil
19
sebaliknya ditemukan oleh Albrecht dan Richardson 1990 dalam Murtanto 2004 bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar kurang memiliki
dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan- perusahaan yang lebih kecil. Michelson et. al. 1995 menemukan bukti bahwa
perusahaan-perusahaan besar cenderung melakukan perataan laba. Jin dan Machfoedz 1998 meneliti faktor-faktor yang dapat dikaitkan
dengan terjadinya praktik perataan laba dengan mengambil sampel perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta BEJ. Dari tiga variabel
independen yang diuji, yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, dan leverage operasi perusahaan diperoleh hasil bahwa hanya leverage operasi
perusahaan saja yang memiliki pengaruh pada praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan di Indonesia.
Jatiningrum 2000 meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba dengan periode penelitian selama tahun 1994 sampai dengan tahun 1998.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hanya variabel profitabilitas saja yang mendorong praktik perataan laba. Sedangkan dua variabel lainnya, yaitu
ukuran perusahaan dan sektor industri tidak berhasil menunjukkan bahwa kedua faktor tersebut merupakan pendorong praktik perataan laba.
Salno dan Baridwan 2000 meneliti perbedaan kinerja dan risiko antara perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan yang tidak melakukan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kinerja dan risiko antara perusahaan yang melakukan perataan laba dengan tidak
melakukan perataan laba. Narsa 2003 melakukan penelitian yang menganalisis faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap income smoothing selama krisis moneter pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya, mengajukan ukuran
perusahaan, profitabilitas dan financial leverage sebagai variabel yang diuji.
20
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa profitabilitas dan ukuran perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap income smoothing.
Miqdad dan Fauziyah 2007 juga meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba dengan menggunakan tiga variabel, yaitu
besaran perusahaan, financial leverage dan Net Profit Margin NPM. Mereka menemukan bahwa ketiga variabel tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap
praktik perataan laba.
2.5 Kerangka Konseptual