pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh sekelompok perawat sehingga terdapat interaksi kelompok dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien. Setiap tim keperawatan membawahi perawat pelaksana di setiap shift yang terbagi secara merata dan mendapat kode masing-masing pasien kelolaan,
sehingga perawat pelaksana mendapatkan beban tugas secara adil dan merata. Paparan diatas melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian
tentang hubungan lingkungan kerja perawat dengan tingkat kepatuhan pelaksanaan 5 momen hand hygiene di Rumah Sakit Umum Kaliwates PT Rolas
Nusantara Medika Jember.
1. 2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah hubungan lingkungan kerja perawat tingkat kepatuhan pelaksanaan 5 Momen Hand Hygiene
di Rumah Sakit Umum Kaliwates PT Rolas Nusantara Medika Jember?
1. 3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dirumuskan dalam tujuan umum dan tujuan khusus seperti yang diuraikan berikut ini.
1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan lingkungan kerja
perawat dengan tingkat kepatuhan pelaksanaan 5 momen hand hygiene di Rumah Sakit Umum Kaliwates PT Rolas Nusantara Medika Jember.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Kaliwates PT Rolas Nusantara Medika Jember
b. Mengidentifikasi lingkungan kerja perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Kaliwates PT Rolas Nusantara Medika Jember;
c. Mengidentifikasi tingkat kepatuhan pelaksanaan 5 momen hand hygiene perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Kaliwates PT Rolas
Nusantara Medika Jember; d. Mengidentifikasi hubungan lingkungan kerja perawat dengan tingkat
kepatuhan pelaksanaan 5 momen hand hygiene di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Kaliwates PT Rolas Nusantara Medika Jember.
1. 4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Instansi Pendidikan
Manfaat bagi instansi pendidikan adalah hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan dalam referensi dan pengembangan penelitian mengenai lingkungan
kerja dan pelaksanaan hand hygiene perawat sehingga dapat dijadikan sebagai sumber rujukan dalam penelitian selanjutnya untuk meningkatkan perkembangan
penelitian tentang 5 momen hand hygiene dan lingkungan kerja perawat. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi institusi
pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan bagi generasi perawat baru dengan menanamkan kebiasaan mematuhi 5 momen hand hygiene dalam upaya
pencegahan dan pengendalian infeksi.
1.4.2 Bagi Instansi Kesehatan Manfaat yang diperoleh bagi instansi kesehatan adalah hasil penelitian ini
dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada pasien khususnya keselamatan pasien patient safety dengan
meningkatkan upaya pencegahan infeksi nosokomial salah satunya melalui penerapan 5 momen hand hygiene dengan tepat.
1.4.3 Bagi keperawatan Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk mengetahui pentingnya
pelaksanaan 5 momen hand hygiene dengan tepat yang dapat menurunkan angka kejadian infeksi nosokomial serta meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
yang berdampak pada mutu pelayanan rumah sakit dan kepuasan pasien, selain itu dapat menjadi masukan bagi rumah sakit untuk meningkatkan kinerja perawat
dalam pelaksanaan 5 momen hand hygiene.
1.4.4 Bagi masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya hand hygiene
oleh perawat untuk mencegah terjadinya infeksi. Sehingga masyarakat dapat mengetahui serta mengingatkan tenaga kesehatan untuk melakukan hand hygiene
dalam memberikan perawatan kepada pasien. Selain itu masyarakat juga ikut andil dengan menjaga kebersihan tangan dengan mentaati peraturan di rumah sakit.
1.4.5 Bagi Peneliti Manfaat bagi peneliti adalah menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
khususnya tentang hubungan lingkungan kerja dengan tingkat kepatuhan pelaksanaan 5 momen hand hygiene perawat.
1. 5 Keaslian Penelitian
Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian sekarang yaitu penelitian yang dilakukan oleh Putra, et al. 2006
dengan judul “Pengaruh Lingkungan Kerja Perawat Terhadap Pelaksanaan Praktek Keperawatan Di Rumah Sakit
Umum Dr. Saiful Anwar Malang Tahun 2006”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara antara lingkungan kerja perawat
kepemimpinan, manajemen dan budaya, kendali terhadap beban kerja, kendali terhadap praktek, dan sumber daya yang memadai dengan pelaksanaan praktek
keperawatan pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah pada variabel independen yaitu pada penelitian sebelumnya menggunakan pelaksanaan praktek keperawatan
sedangkan penelitian sekarang menggunakan tingkat kepatuhan pelaksanaan 5 momen hand hygiene. Pada variabel dependen yaitu penelitian sebelumnya
menggunakan lingkungan kerja yang meliputi kepemimpinan, manajemen dan budaya, kendali terhadap beban kerja, kendali terhadap praktek, dan sumber daya
yang memadai, sedangkan penelitian saat ini menggunakan keterlibatan,
kekompakan rekan kerja, dukungan supervisor, otonomi, orientasi tugas, tekanan kerja, kejelasan, kontrol manajerial, inovasi dan kenyamanan fisik.
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian sebelumnya yaitu deskriptif korelasional dengan menggunakan desain cross sectional. Teknik
pengambilan sampling yaitu total sampling dengan sampel sebanyak 196 perawat. di IRNA I dan II RSU Dr. Saiful Anwar Malang. Sedangkan penelitian saat ini
menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampling total sampling dengan sampel sebanyak 32 perawat
di ruang perawatan A dan B RSU Kaliwates PT Rolas Nusantara Medika Jember. Penelitian lain yang mendukung penelitian ini yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Setiawati 2009 dengan judul “Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi ketaatan petugas kesehatan melakukan hand hygiene dalam mencegah infeksi nosokomial di Ruang Perinatologi RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketaatan petugas kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Desain penelitian
yang digunakan yaitu deskriptif korelasi dengan pendekatan croos sectional. Teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling dengan jumlah sampel
sebanyak 84 orang 18 orang dokter dan 66 perawat. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketaatan dalam penelilian tersebut meliputi faktor internal usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, sensitifitas kulit, pengetahuan, pernyataan terhadap rekomendasi hand hygiene dan faktor eksternal ketersediaan fasilitas,
kekurangan tenaga kerja, role model. Hasil dari penelitian tersebut yaitu terdapat
hubungan antara pengetahuan dan ketersediaan tenaga kerja dengan ketaatan petugas kesehatan melakukan hand hygiene.
Penelitian lain yang mendukung penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Suryoputri 2011 tentang perbedaan angka kepatuhan cuci tangan
petugas kesehatan di RSUP dr. Kariadi studi di bangsal bedah, anak, interna, dan ICU. Hasil dari penelitian tersebut adalah kepatuhan cuci tangan masih rendah di
4 bangsal RSDK. Angka kepatuhan cuci tangan berdasarkan bangsal tidak berbeda secara statistik, akan tetapi terdapat perbedaan angka kepatuhan pada
pengelompokkan profesi yaitu antara kelompok residen-perawat dan perawat- coass.
Perbedaan dengan penelitian saat ini yaitu pada teknik pengumpulan data. Penelitian sebelumnya melakukan observasi langsung selama 1 jam pada satu
subjek sedangkan pada penelitian saat ini peneliti melakukan observasi selama 3 jam pukul 08.00
– 11.00 WIB pada satu subjek penelitian. Penelitian sebelumnya kuesioner dibagikan kepada petugas kesehatan tersebut untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi praktek cuci tangan meliputi prosedur yang ada membuat semakin lama cuci tangan, ketersediaan fasilitas
masih kurang memadai, kemungkinan iritasi tangan dan persepsi bahwa cuci tangan sebaiknya setelah kontak dengan pasien, sedangkan pada penelitian saat ini
kuesioner untuk mengetahui lingkungan kerja perawat. Penelitian sebelumnya menggunakan dilakukan uji Kruskal Wallis dan Mann
– Whitney U untuk mengetahui perbedaan, sedangkan penelitian saat ini menggunakan uji Chi square
untuk mengetahui hubungan.
18
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Infeksi Nosokomial
2.1.1 Definisi Infeksi Nosokomial Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang dapat
menyebabkan sakit. Apabila mikroorganisme tidak menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan maka infeksi tersebut bersifat asimtomatik dan
sebaliknya penyakit akan timbul jika patogen berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal Potter Perry, 2005.
Infeksi nosokomial pertama kali dikenal oleh Semmelweis pada tahun 1847 dan hingga saat ini masih menjadi masalah yang cukup menyita perhatian.
Nosokomial berasal dari bahasa yunani yaitu nosos yang artinya penyakit dan komeo yang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat untuk merawat atau
rumah sakit, sehingga infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit Darmadi, 2008.
Infeksi nosokomial sebelumnya dikenal dengan istilah Hospital Aquired Infections, namun saat ini telah diganti dengan istilah baru yaitu Healthcare-
associated infections HAIs. Infeksi nosokomial merupakan suatu infeksi yang terjadi pada pasien selama proses perawatan di rumah sakit atau fasilitas
kesehatan lainnya dan tidak muncul atau inkubasi pada saat pasien masuk. Infeksi ini termasuk infeksi yang didapat di rumah sakit namun terlihat setelah pasien