Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian yang dilakukan ini adalah:
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara. 2.
Sebagai bahan informasi bagi petani kopi dan investor yang berminat dalam
pengembangan bisnis komoditas kopi. 3.
Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan
dengan penelitian ini.
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Di Indonesia, tanaman kopi dibudidayakan oleh rakyat dan perkebunan besar di beberapa tempat, antara lain DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, NTT dan Timor- Timur. Dari keseluruhan sentra produksi tersebut, produksi kopinya mencapai
88,37 dari total produksi Indonesia. Tanaman kopi yang dirawat dengan baik biasanya sudah mulai berproduksi pada umur 2,5-3 tahun, tergantung pada iklim dan
jenisnya. Tanaman kopi robusta biasanya sudah dapat berproduksi pada umur 2,5 tahun, sedangkan kopi arabika pada umur 2,5-3 tahun. Umur ekonomis kopi dapat
mencapai 10-15 tahun, kopi arabika dapat berproduksi hingga 10 tahun, sedangkan kopi robusta dapat mencapai 15 tahun. Namun demikian tingkat produksi kopi sangat
di pengaruhi oleh tingkat pemeliharaannya, seperti pemupukan, pemberantasan terhadap hama penyakit juga pada pemilihan bibit Najiyati dan Danarti, 2004.
Untuk mendapatkan hasil produksi kopi yang baik maka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang mendukung proses produksi kopi tersebut. Faktor
produksi tersebut adalah lahan, modal, tenaga kerja dan faktor lingkungan. Masing- masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain.
Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
dengan baik. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi proses produksi seperti iklim, kondisi lingkungan, kondisi tanah Daniel, 2002.
Kopi dapat tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan, tetapi untuk mencapai hasil optimal memerlukan persyaratan tertentu. Zona terbaik pertumbuhan kopi
adalah 20º LU dan 20º LS. Oleh karena itu produsen kopi dunia adalah Negara- negara yang terletak pada wilayah tersebut. Indonesia yang terletak pada zona 5º
lintang utara LU dan 10º lintang selatan LS secara potensial merupakan daerah kopi yang baik. Sebagian besar daerah kopi di Indonesia terletak antara 0º - 10º LS
Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Sulawesi Selatan dan sebagian kecil antara 0º - 5º LU Aceh dan Sumatera Utara.
Unsur iklim yang banyak berpengaruh terhadap usahatani kopi adalah elevasi tinggi tempat, temperatur dan tipe curah hujan. Kopi arabika dapat ditanam pada
elevasi 800-2.000 m, dengan elevasi optimal 1.000 – 1.500, dan temperatur rata-rata tahunan 17º - 21º C. Batas elevasi terendah arabika ditentukan oleh ketahanannya
terhadap penyakit karat daun. Elevasi tertinggi dibatasi oleh frost yang sering terjadi pada daerah dengan ketinggian di atas 1.500 m. kopi robusta dapat ditanam pada
elevasi 0 -1000 m dengan elevasi optimal 400 – 800 m, dan temperature tahunan 21º - 24º C. Oleh karena masih belum banyak arabika yang tahan terhadap karat daun,
maka kebanyakan petani walaupun mempunyai daerah di atas 800 m lebih suka menanam robusta yang relative lebih rentan terhadap penyakit. Ketinggian tempat ini
akan berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan besar biji, makin tinggi elevasi makin lambat pertumbuhan kopi dan makin besar biji yang dihasilkan.
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
Kondisi tanah, yang mencakup struktur, tekstur dan topografi tanah amat mempengaruhi kualitas pertumbuhan tanaman kopi. Tanaman kopi menurut
persyaratan tanah yang disatu pihak cukup berpori sehingga memungkinkan air mengalir ke dalam tanah secara bebas, tetapi dilain pihak harus dapat menahan cukup
air. Tanaman kopi tidak cocok untuk ditanam di tanah liat yang terlalu lekat karena menahan terlalu banyak air, sebaliknya tidak pula cocok untuk ditanam ditanah
berpasir karena terlalu berpori. Tanaman kopi memerlukan distribusi curah hujan yang tepat. Kopi memerlukan masa agak kering selama ± 3 bulan yakni pada masa
pembentukan primordial bunga, pemekaran bunga dan penyerbukan. Bagi kopi robusta masa kering sangat penting sebab diperlukan dalam masa penyerbukan silang.
Kadar humus juga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman kopi Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991.
Wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 kilometer persegi atau 212.725 Ha atau 2,97 dari luas provinsi Daerah tingkat I Sumatera Utara, dan secara geografis
terletak antara 2 º50 LU - 3°19 LS. Iklim di Kabupaten Karo adalah Tropis Basah, dengan curah hujan 1.000 – 4.000 mmthn pada suhu udara 16º C - 27° C dengan
kelembaban udara 82. Meskipun faktor lingkungan yang di butuhkan tanaman kopi sedikit berbeda dengan keadaan di lokasi penelitian yaitu di Kabupaten Karo, namun
kopi tetap dapat tumbuh dengan baik di daerah penelitian BPS Kabupaten Karo, 2009.
Dalam melakukan usaha pertanian, seorang pengusaha atau seorang petani akan selalu berpikir bagaimana ia mengalokasikan input seefisien mungkin untuk
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
dapat memperoleh hasil yang maksimal. Cara pemikiran yang demikian adalah wajar, mengingat petani melakukan konsep bagaimana cara memaksimumkan keuntungan.
Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh struktur biaya dalam menjalankan suatu usahatani Daniel, 2002
Struktur biaya yang mempengaruhi suatu proses produksi dapat berupa biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak
tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya sewa atau bunga tanah yang berupa uang. Biaya lain-lainnya pada umumnya masuk biaya variabel karena besar
kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksinya, misalnya pengeluaran- pengeluaran untuk bibit, biaya persiapan dan pengolahan tanah. Total biaya diperoleh
dari penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel, sehingga dapat diketahui berapa besar penerimaan dan pendapatan suatu usahatani yang dijalankan.
Total penerimaan suatu usahatani kopi dapat diperoleh melalui hasil produksi kopi tersebut dikali dengan harga jual dari kopi. Pendapatan bersih merupakan selisih
dari total penerimaan dan total biaya. Apabila pendapatan yang diperoleh lebih besar dari total biaya, atau di peroleh keuntungan maka usahatani kopi yang dijalankan
tersebut dikatakan layak. Kelayakan tersebut dapat diukur dengan kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net BC Mubyarto, 1987.
Sebagai salah satu hasil komoditi pertanian, kopi nampaknya masih akan mempunyai kemampuan yang besar dalam menyerap tenaga kerja. Sampai saat ini di
Indonesia sektor pertanianlah yang masih mempunyai peluang besar dalam menyerap
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
tenaga kerja. Hubungan antara petani kopi dan kebun kopi sangat fluktuatif seiring dengan fluktuasi harga kopi di pasar, dan pada gilirannya hal ini akan berpengaruh
pada penyerapan tenaga kerja. Pada saat harga kopi tinggi petani rajin memelihara kebun dan tanaman kopinya, tentu saja petani memerlukan banyak tenaga kerja.
Tetapi pada saat harga rendah petani hampir tidak berhubungan dengan kopinya. Dengan demikian tenaga yang diperlukan juga tidak banyak Retnandari dan
Tjokrowinoto, 1991.
Landasan Teori
Ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk
tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki
yang dikuasai sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran output yang melebihi masukan input Soekartawi,
1995.
Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat ditempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan dan air,
perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah dan sebagainya. Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak Mubyarto, 1987.
Perlunya analisis usaha tani memang bukan untuk kepentingan petani saja tetapi juga untuk para penyuluh pertanian seperti penyuluh pertanian lapangan PPL,
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
penyuluh pertanian madya PPM, dan penyuluh pertanian spesialis PPS, para mahasiswa atau pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan analisis
usahatani. Dalam melakukan analisis usahatani ini, seseorang dapat melakukannya menurut kepentingan untuk apa analisis usahatani yag dilakukannya Soekartawi,
1995. Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup
panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama, tergantung pada jenis komoditi yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi
juga ikut sebagai penentu pencapaian produksi. Proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan dapat dipenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal
dengan nama faktor produksi. Faktor produksi dalam usahatani mencakup tanah, modal dan tenaga kerja.
Sebagian ahli berpendapat dan memasukkan faktor keempat, yaitu manajemen atau pengelolaan skill kedalam faktor produksi. Masing-masing faktor mempunyai
fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan. Bila hanya tersedia tanah, modal
dan manajemen saja, tentu proses produksi atau usahatani tidak akan jalan karena tidak ada tenaga kerja Daniel, 2002.
Tenaga kerja usaha tani merupakan faktor yang penting, tenaga kerja usaha tani dapat diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Tenaga kerja luar
keluarga diperoleh dengan upahan atau arisan tenaga kerja. Tenaga kerja manusia
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
terdiri atas: tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Perhitungan tenaga kerja dari ketiga jenis tersebut berbeda-beda. Perhitungan tenaga kerja dalam kegiatan proses
produksi adalah dengan menggunakan satuan HKP Hermanto, 1993. Modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Modal mempengaruhi
ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam pemasukan. Modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit, pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja. Kekurangan modal
menyebabkan kurangnya pemasukan yang diberikan sehingga menimbulkan resiko atau rendahnya hasil yang diterima Daniel, 2002.
Harga merupakan salah satu faktor yang sulit dikendalikan. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah mengenai yang satu ini, tetapi sampai saat ini tetap saja
harga masih merupakan masalah. Harga produk pertanian umumya adalah berfluktuasi. Oleh karena itu diperlukan stok yang cukup agar tidak terjadi pembelian
bahan baku yng berulang-ulang pada harga yang tidak pasti Soekartawi, 1994. Dalam usahatani dikenal dua macam biaya, yaitu biaya tunai atau biaya yang
dibayarkan dan biaya yang tidak tunai atau biaya yang tidak dibayarkan. Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar
keluarga, biaya untuk input produksi. Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya yang dikeluarkan
oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Biaya seringkali jadi masalah bagi petani, terutama dalam pengadaan input atau sarana
produksi Daniel., 2002.
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
Pendapatan bersih adalah penerimaan dikurangi biaya produksi. Petani dalam memperoleh pendapatan bersih yang tinggi maka petani harus mengupayakan
penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. Jenis hasil yang pasarnya baik dan mengupayakan biaya poduksi yang rendah dengan mengatur biaya produksi,
menggunakan teknologi yang baik, mengupayakan harga input yang rendah, dan mengatur skala produksi yang efisien Simajuntak, 2004.
Dalam rangka mencari suatu ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu usahatani dilakukan atau layak atau tidak layaknya suatu usahatani yang dijalankan
dapat dilihat dari beberapa indeks, indeks-indeks tersebut disebut investment criteria atau kriteria investasi. Berikut ini adalah beberapa investment criteria yang paling
sering digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu usahatani : •
Net Present Value NPV Net present value NPV atau nilai bersih sekarang merupakan selisih antara
Present value dari benefit dan Present value dari biaya. Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu kita harus tahu berapa PV kas bersihnya. PV kas bersih dapat dicari
dengan jalan membuat dan menghitung dari cash flow perususahaan selama umur investasi tertentu. Rumusannya sebagai berikut :
NPV =
∑
=
+ −
n t
t t
t
i C
B 1
Bila NPV 0, maka usaha tani tersebut layak Bila NPV 0, maka usaha tani tidak layak
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
• Internal Rate of Return IRR
Internal Rate of Return IRR merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil. Kriteria layak atau tidak layak bagi suatu usaha adalah bila IRR
lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku saat usaha itu dilaksanakan. Rumusannya sebagai berikut :
IRR =
1 2
2 1
1 1
i i
NPV NPV
NPV i
− −
+
Bila IRR ≥ i maka usaha tani dikatakan layak
Bila IRR ≤ i maka usaha tani dikatakan tidak layak
• Net Benefit-Cost Ratio Net BC
Untuk menghitung indeks ini terlebih dahulu dihitung
t t
t
i C
B 1
+ −
untuk setiap tahun t. Lalu Net BC merupakan perbandingan sedemikian rupa sehingga
pembilangnya terdiri atas Present value total dari benefit bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih itu bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas Present
value total dari biaya bersih dalam tahun-tahun di mana
t t
C B
− bersifat negative yaitu biaya kotor lebih besar daripada benefit kotor. Rumusannya sebagai berikut :
Net BC =
∑ ∑
= =
+ −
+ −
n t
t t
t n
t t
t t
i B
C i
C B
1 1
1 1
Bila BC 1 maka usaha tani tersebut dinyatakan layak
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
Bila BC 1 maka usaha tani tersebut dinyatakan tidak layak Kadariah, 1999.
Kerangka Pemikiran
Pengelolaan usahatani kopi merupakan kemampuan petani bertindak sebagai pengelola atau sebagai manajer dari usaha taninya. Berusahatani merupakan suatu
proses yang di dalamnya terdiri dari himpunan input produksi atau faktor produksi seperti lahan, modal, tenaga kerja dan sarana produksi lainya yang mendukung
kegiatan usaha tani sehingga menghasilkan output yang memuaskan. Dalam hal ini output merupakan hasil produksi yaitu kopi.
Lahan sebagai salah satu input atau faktor produksi merupakan pabriknya hasil- hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan darimana hasil produksi
tersebut keluar. Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha
tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien
usaha tani yang dilakukan. Kecuali bila usaha tani dijalankan dengan tertib dan administrasi yang baik serta teknologi yang tepat. Tingkat efisiensi sebenarnya
terdapat pada penerapan teknologi. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama-
sama faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu dalam hal ini hasil pertanian. Modal petani yang berupa barang diluar tanah
adalah ternak beserta kandangnya, cangkul, bajak dan alat-alat pertanian lain.
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
Faktor produksi pada tenaga kerja dalam pertanian di Indonesia harus dibedakan kedalam tenaga kerja dalam usaha tani kecil-kecilan dan persoalan tenaga
kerja dalam perusahaan pertanian yang besar-besar yaitu perkebunan, kehutanan, peternakan. Pembedaan ini penting karena apa yang dikenal sebagai tenaga kerja
dalam usahatani tidaklah sama pengertiannya secara ekonomis dengan pengertian tenaga kerja dalam perusahaan-perusahaan dalam perkebunan.
Sarana produksi adalah sarana yang dibutuhkan dalam proses produksi. Sarana produksi terdiri dari lahan, bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan sarana produksi dan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi merupakan biaya produksi. Untuk memenuhi
keseluruhan dari input produksi maka ada biaya yang dikeluarkan yang di sebut sebagai biaya produksi.
Pendapatan bersih suatu usaha tani diperoleh dari selisih antara penerimaan dan total biaya produksi. Penerimaan diperoleh dari output atau total produksi yang
dihasilkan dikali dengan harga jual produksi tersebut. Dari pendapatan bersih tersebut dapat dianalisis kelayakan usaha tani. Usaha tani tersebut dikatakan layak apabila
menguntungkan dan dikatakan tidak layak apabila usaha tani yang di jalankan mengalami kerugian atau pendapatan bersih yang diperoleh lebih kecil dari total
biaya produksi yang dikeluarkan dalam menjalankan usaha tani tersebut. Secara sistematis kerangka pemikiran tersebut diatas di gambarkan sebagai berikut :
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
SKEMA 1 KERANGKA PEMIKIRAN ANALISIS USAHATANI KOPI
Keterangan : =
= hubungan
USAHATANI KOPI
PROSES INPUT
• Lahan
• Modal
• Tenaga kerja
• Saprodi
OUTPUT •
Kopi
BIAYA PENERIMAAN
KELAYAKAN
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
Hipotesis Penelitian
1. Faktor produksi pada tahun 2-4 tahun secara serempak berpengaruh nyata
namun secara parsial hanya curahan TK yang berpengaruh nyata sementara faktor produksi pupuk organik dan pupuk anorganik tidak berpengaruh nyata.
Sedangkan pada tahun 5-15 baik secara serempak dan parsial tidak berpengaruh nyata.
2. Usaha tani kopi didaerah penelitian adalah usaha yang layak secara finansial.
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Alasan pemilihan daerah penelitian ini adalah berdasarkan
data primer melalui informasi dari PPL di Kecamatan Simpang Empat bahwa 70 petani di kecamatan tersebut berusaha tani kopi .
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
Tabel 1 :Luas Tanam, Produksi dan Produktivitas Kopi Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo Tahun 2008 Ha.
Kecamatan Luas Tanam Ha
Produksi Ton Produktivitas
TonHa
Kopi Kopi
Kopi
Mandinding 175
114.5 0.65
Lau baleng 152
78.5 0.52
Tigabinanga 236
278.2 1.18
Juhar 329
309.2 0.94
Munthe 351
411.5 1.17
Kutabuluh 367
463 1.26
Payung 315
453.6 1.44
Simp.Empat 316
435 1.38
Kabanjahe 152
209.5 1.38
Berastagi 100
133.5 1.34
Tigapanah 462
672.8 1.46
Merek 1.218
2,031.7 1668.06
Barusjahe 451
621.4 1.38
Dolat Rakyat Merdeka
Tiganderket Namanteran
Jumlah 5,369
7,297.8 1.682
Sumber : Dinas Pertanian Bidang Perkebunan Kab.Karo
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
Tabel 2 :Luas Tanam, Produksi dan Produktifitas kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kab. Karo Tahun 2008
Desa Luas Tanam
Ha
Produksi Ton Produktifitas
TonHa 1
Torong 12.00
17 1.417
2 Jeraya
24.00 32
1.333 3
Perteguhen 24.00
30 1.250
4 Pintu Besi
34.00 45
1.324
5 Lingga
69.00 97.5
1.413 6
Nangbelawan 20.00
31.5 1.575
7 Sirumbia
16.00 25.5
1.594 8
Berastepu 155.00
245 1.581
9 Kuta Tengah
17.00 22.5
1.324 10
Gamber 10.00
15 1.500
11 Ndokumsiroga
24.00 15
0.625 12
Lingga Julu 37.00
45 1.216
13 Surbakti
26.00 30
1.154 14
Tiga Pancur 10.00
17 1.7
15 Beganding
22.00 30
1.364 16
Gajah 8.50
12.75 1.5
17 Bulan Baru
8.00 14
1.75
Jumlah 516.50
724.75 23.618
Sumber : Kantor Kecamatan Simpang Empat
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani tanaman kopi, jenis kopi arabika. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel aksendetal yaitu siapa saja petani
yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila petani yang di temui memiliki kriteria seperti : bertani kopi dan memenuhi kelompok
umur kopi. Adapun jumlah populasi petani kopi di Kecamatan Simpang Empat adalah 365 KK dan di ambil sampel sebanyak 60 KK sampel ini di peroleh karena
keterbatasan biaya dan waktu sehingga sampel yang ditemui dilapangan dan cocok sebagai sumber data yang di peroleh 60 KK. Dari data yang diperoleh di Kecamatan
Simpang Empat terdapat 3 desa yang memiliki produksi yang paling tinggi, ketiga desa tersebut adalah desa Berastepu, Lingga, Lingga Julu. Namun setelah melakukan
survey lapangan di desa Berastepu masih melalukan penanaman secara polikultur, tidak terfokus pada tanaman kopi saja. sedangkan tingkat umur kopi di desa tersebut
masih muda sekitar 2-5 tahun. Oleh karena itu diadakan survey kembali keberbagai desa, dengan melihat umur kopi, dan apakah kopi tersebut diusahakan secara
monokultur, hal tersebut di peroleh melalui informasi dari para petani kopi dan koordinator PPL Kecamatan Simpang Empat. Survei dilakukan pada 9 desa yaitu
desa Ndokumsiroga, Surbakti, Perteguhen, Lingga, Lingga Julu, Beganding, Nangbelawan, Sukandebi, Gajah. Namun hanya 5 desa saja yang diperoleh sampel
petani kopi yang berumur 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 dan 15 tahun yaitu desa Ndokumsiroga, Surbakti, Lingga, Lingga julu dan Perteguhen dan sampel pada umur
9, 11,12,13,14 tidak ada diperoleh di desa-desa yang lainnya.
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
Metode pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani kopi melalui
survey maupun melalui kuisioner yang dibuat oleh peneliti. Sedangkan data sekunder di peroleh dari Badan Pusat Statistik BPS Sumatera Utara, dan Badan Pusat statistik
BPS Kabupaten Karo, Kantor Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, Kantor Kecamatan Simpang Empat dan Instansi yang terkait.
Metode Analisis Data
Untuk menguji hipotesis, digunakan metode dan teknik data yang sesuai dengan masing-masing hipotesis yang dibuat. Hipotesis 1, dianalisis dengan mengunakan
fungsi Cobb-Douglas. Fungsi Cobb-Douglas merupakan salah satu bentuk khusus fungsi produksi yang dipakai secara luas dalam analisis ekonomi yang di analisis
dengan menggunakan Regresi linier berganda yaitu Y= a+
3 3
2 2
1 1
X b
X b
X b
+ +
Dimana : Y = Produksi KgHa
X 1 = Pupuk OrganikKgHa X2 = Pupuk Anorganik Kg Ha
X3 = Curahan tenaga kerja HKPHa
Hosanna Sri Arta Br Karo : Analisis Usahatani Kopi Di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, 2010.
Hipotesis 2, dianalisis dengan dengan menggunakan analisis finansial yaitu IRR, Net BC dan NPV sebagai berikut :