Analisis Pergeseran Sektor Ekonomi Di Kota Medan

(1)

ANALISIS PERGESERAN SEKTOR EKONOMI

DI KOTA MEDAN

Oleh :

R a h m a n t a 1)

1)

Staf Pengajar Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian USU, Medan

ABSTRAK

Pembangunan ekonomi suatu daerah pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus untuk mewujudkan keadaan yang lebih baik secara bersama-sama dan berkesinambungan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perubahan dan pergeseran sektor ekonomi pada perekonomian daerah di Kota Medan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai instansi/lembaga yang terkait dengan permasalahan yang diteliti, data yang digunakan mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis Shift Share. Metode ini dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di daerah yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (a) rata-rata sektor produksi di Kota Medan memiliki pertumbuhan sektor produksi yang cepat karena seluruh sektor memiliki nilai nasional share yang positif, (b) sektor pengangkutan, keuangan, bangunan, perdagangan dan jasa-jasa merupakan sektor yang maju di Kota Medan, dibandingkan sektor lainnya, hal ini ditandai dengan proporsional share yang bertanda positif, (c) sektor pengangkutan, industri, bangunan dan perdagangan merupakan sektor yang memiliki daya saing yang tinggi atau sektor yang mengalami pergeseran yang cepat, dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya di Kota Medan.

Kata Kunci : Produk Domestik Regional Bruto, Pergeseran Sektor Ekonomi, dan Analisis Shift Share


(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembangunan ekonomi suatu daerah pada hakekatnya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sadar dan terus menerus untuk mewujudkan keadaan yang lebih baik secara bersama-sama dan berkesinambungan. Dalam kerangka itu, pembangunan ekonomi juga ditujukan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata. Salah satu indikator yang biasanya digunakan untuk mengukur pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah adalah pertumbuhan ekonomi. Walaupun indikator ini mengukur tingkat pertumbuhan output dalam suatu perekonomian, namun sesungguhnya juga memberikan indikasi tentang sejauh mana aktivitas perekonomian yang terjadi pada suatu periode tertentu telah menghasilkan peningkatan pendapatan bagi masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna mempercepat perubahan struktur perekonomian daerah menuju perekonomian yang terus meningkat dan dinamis yang bercirikan industri yang kuat dan maju, pertanian yang tangguh serta memiliki basis pertumbuhan sektoral yang berpotensi besar. Pertumbuhan ekonomi juga diperlukan untuk menggerakkan dan memacu pembangunan di bidang lainnya sekaligus sebagai kekuatan utama pembangunan dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengatasi ketimpangan sosial ekonomi.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan kelompok-kelompok masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru serta merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Wujud perekonomian daerah yang dibangun mencerminkan peningkatan peran masyarakat dan pelayanan masyarakat dengan tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah Daerah perlu membuat prioritas kebijakan agar pembangunan daerah dapat berjalan sesuai rencana. Terkait dengan kebijakan


(3)

anggaran, penentuan prioritas kebijakan tentang pengeluaran daerah merupakan hal yang penting. Penentuan prioritas kebijakan tersebut dapat diwujudkan salah satunya dengan menentukan sektor-sektor prioritas atau unggulan. Lebih jauh, penentuan prioritas tidak hanya dilakukan pada tingkat sektoral saja, tetapi juga pada tingkat subsektor, usaha, bahkan tingkat komoditi yang layak untuk dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada.

Pembangunan daerah yang terdesentralisasi memberikan kesempatan kepada daerah untuk merencanakan pembangunan sesuai kebutuhan berdasarkan karakteristik yang spesifik dan potensi-potensi sumber daya daerah yang tersedia. Perencanaan pembangunan daerah didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis dari berbagai pelaku yaitu pemerintah, swasta atau kelompok masyarakat lainnya pada berbagai tingkatan untuk menghadapinya saling ketergantungan dan keterkaitan aspek-aspek fisik, sosial-ekonomi serta aspek lingkungan lainnya dengan cara : (1) secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah; (2) merumuskan tujuan-tujuan dan kebijakan pembangunan daerah; (3) menyusun konsep-konsep strategi bagi pemecahan masalah (solusi) dan (4) melaksanakannya sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Dengan demikian, peluang-peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan.

Perencanaan pembangunan di Kota Medan belum memiliki data dan informasi yang memadai sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan, maka para perencana pembangunan daerah harus dapat menganalisis, menjelaskan dan memahami tentang kegiatan ekonomi potensial atau sektor dan subsektor yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi serta struktur dan pola ekonomi daerah, sehingga pendekatan pelaksanaan pembangunan daerah di Kota Medan dengan pengembangan wilayah berdasarkan keunggulannya dan pergeseran sektor ekonomi sehingga dapat menciptakan keserasian pertumbuhan ekonomi. Informasi yang perlu diketahui terkait dengan analisis diatas adalah peran sektor dan subsektor dalam menyumbangkan output di daerah dan perkembangannya dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Regional Bruto.


(4)

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang ingin diteliti yaitu bagaimana perubahan dan pergeseran sektor ekonomi pada perekonomian daerah di Kota Medan ?.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan dan pergeseran sektor ekonomi pada perekonomian daerah di Kota Medan.

LANDASAN TEORI DAN STUDI TERDAHULU Landasan Teori

Analisis Shift Share merupakan suatu analisis dengan metode yang sederhana dan sering dilakukan oleh praktisi dan pembuat keputusan baik lokal maupun regional di seluruh dunia untuk menetapkan target industri/sektor dan menganalisis dampak ekonomi. Analisis Shift Share memungkinkan pelaku analisis untuk dapat mengidentifikasi keunggulan daerahnya dan menganalisis industri/sektor yang menjadi dasar perekonomian daerah.

Analisis Shift Share ini digunakan untuk menganalisis perubahan ekonomi (misalnya pertumbuhan atau perlambatan pertumbuhan) suatu variabel regional sektor/industri dalam suatu daerah. Variabel atau data yang dapat digunakan dalam analisis adalah tenaga kerja atau kesempatan kerja, nilai tambah, pendapatan, Pendapatan Regional Domestik Bruto (PDRB), jumlah penduduk, dan variabel lain dalam kurun waktu tertentu.

Dalam analisis Shift Share perubahan ekonomi ditentukan oleh tiga komponen sebagai berikut : (a) komponen pertumbuhan ekonomi nasional, (b) komponen pertumbuhan proporsional, dan (c) komponen pertumbuhan pangsa wilayah atau komponen differensial shift.

Pengertian pertumbuhan disini, menyangkut perkembangan berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi (output) dan pendapatan. Berbeda dengan pembangunan ekonomi, yang mengandung arti lebih luas dan mencakup perubahan pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh (Djojohadikusumo,1994).


(5)

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya baru terjadi jika jumlah barang dan jasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu, untuk melihat peningkatan jumlah barang yang dihasilkan maka pengaruh perubahan harga-harga terhadap nilai pendapatan daerah pada berbagai tahun harus dihilangkan. Caranya adalah dengan melakukan perhitungan pendapatan daerah didasarkan atas harga konstan. Laju pertumbuhan ekonomi pada suatu tahun tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini :

1 1

 

 

t t t t

Yr Yr Yr

G 100 % dimana Gt adalah tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang dinyatakan dalam persen, Yrt adalah pendapatan daerah riil pada tahun t, dan Yrt-1 adalah pendapatan daerah riil pada tahun t-1.

Studi Terdahulu

Transformasi sektoral pertama kali diperkenalkan Fisher pada tahun 1935, Fisher mengenalkan konsep tentang kegiatan primer, sekunder dan tersier. Sektor primer sebagai kegiatan pertanian dan produksi perkebunan, serta beberapa kasus dalam kegiatan pertambangan. Sektor sekunder terdiri dari kegiatan manufaktur dan konstruksi. Sektor tersier terdiri dari transportasi dan komunikasi, perdagangan, pemerintahan dan jasa lainnya.

Menurut Todaro (1997), tingkat perubahan struktural dan pertumbuhan sektoral yang tinggi melekat dalam proses pertumbuhan dan sebagian komponen pertumbuhan struktur tersebut mencakup pergeseran berangsur-angsur dari aktivitas pertanian ke sektor non pertanian, bahkan dari sektor industri ke jasa. Pergeseran ini dapat dilihat dari perannya terhadap peningkatan produksi maupun tenaga kerja dan kontribusi dalam pembentukan Pendapatan Domestik Bruto.

Djojohadikusumo (1994), mengatakan bahwa perubahan struktural biasanya ditandai dengan peralihan dan pergeseran dari kegiatan sektor produksi primer (pertanian dan pertambangan) ke sektor produksi sekunder (industri manufaktur dan konstruksi), dan sektor tersier (jasa-jasa).


(6)

Hermansyah (2002), melakukan identifikasi sektor ekonomi potensial dan melihat prospek pembangunan daerah di Kabupaten Banjar pasca pemekaran Kota Banjar Baru. Alat analisis yang digunakan Shift-Share (SS), Location Quotient (LQ), Metode Rasio Pertumbuhan (MRP), Overlay dan Klassen Typology. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Banjar selama periode penelitian. Sektor lain yang memberikan kontribusi cukup dominan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri, dan sektor bangunan. Subsektor yang paling besar kontribusinya dalam pembentukan PDRB Kabupaten Banjar adalah subsektor perdagangan besar dan eceran, subsektor tanaman bahan makanan, subsektor pemerintahan umum dan subsektor industri tanpa migas.

Hipotesis

Pola pergeseran sektor ekonomi masih banyak didonominasi oleh sektor jasa dibandingkan dengan sektor lainnya di Kota Medan.

METODE PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis perkembangan suatu sektor ekonomi di suatu wilayah jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, apakah tumbuh dengan cepat atau lambat, khususnya di Kota Medan mulai tahun 2005 sampai dengan 2009.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai instansi/lembaga yang terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan, Bappeda dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.


(7)

Metode Analisis Data

Analisis Shift Share membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor (industri) di daerah kita dengan wilayah nasional. Metode ini memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel. Analisis ini menggunakan metoda pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur sektor suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah tetapi dalam kaitannya dengan ekonomi nasional. Ada juga yang menamakan model analisis ini sebagai industrial mix analysis, karena komposisi industri yang ada sangat mempengaruhi laju pertumbuhan wilayah tersebut. Analisis Shift Share dapat menggunakan variabel lapangan kerja atau nilai tambah (PDRB). Dalam penelitian ini menggunakan data PDRB di Kota Medan dan Sumatera Utara.

Pertambahan PDRB regional total (∆ PDRBt) dapat diurai menjadi komponen shift dan komponen share. Komponen share sering pula disebut komponen national share. Komponen national share (N) adalah banyaknya pertambahan PDRB regional seandainya proporsi perubahannya sama dengan laju pertambahan nasional selama periode studi. Hal ini dapat dipakai sebagai kriteria bagi daerah yang bersangkutan untuk mengukur apakah daerah itu tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dari pertumbuhan rata-rata nasional. Komponen shift adalah penyimpangan (deviation) dari national share dalam pertumbuhan PDRB regional. Penyimpangan ini positif didaerah-daerah yang tumbuh lebih cepat dan negatif didaerah-daerah yang tumbuh lebih lambat/merosot dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB secara nasional.

Dengan menggunakan notasi aljabar, berbagai hubungan antara komponen-komponen di atas dapat dinyatakan pada uraian berikut ini. Akan tetapi, sebelum mengemukakan rumus hubungan terlebih dahulu akan dikemukakan notasi yang digunakan sebagai berikut :

Δ : Pertambahan angka akhir (tahun t) dikurangi dengan angka awal (tahun t-n)

N : Wilayah nasional yang lebih tinggi jenjangnya r : Region atau wilayah analisis


(8)

E : Banyaknya lapangan kerja atau nilai PDRB i : Sektor ekonomi

t : Tahun t-1 : Tahun awal Ns : National share Pr : Proportional share Dr : Differential shift

Hubungan antara kompoenen tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: ΔEr = Er,t – Er t-n

Artinya, pertambahan PDRB regional adalah banyaknya PDRB pada tahun akhir (t) dikurangi dengan jumlah PDRB pada tahun awal (t-n).

Persamaan di atas berlaku untuk total PDRB di wilayah tersebut. Hal ini dapat juga dilihat secara per sektor sebagai berikut :

ΔEri = Er,i.t – Er,i,t-n

Artinya pertambahan PDRB regional sektor i adalah jumlah PDRB sektor i pada tahun akhir (t) dikurangkan dengan PDRB sektor i pada tahun awal (t-n). Pertambahan PDRB regional sektor i ini dapat diperinci atas pengaruh dari National share, Proportional share dan Differential shift. Dalam notasi aljabar hal itu adalah :

ΔEr,i,t = (Nsi + Pr,i + Dr,i)

Peranan National share adalah seandainya pertambahan PDRB regional sektor i tersebut sama dengan proporsi pertambahan PDRB nasional secara rata-rata. Hal ini dapat ditulis sebagai berikut :

Ns,i,t = Er,i,t-n (EN,t / EN,t-n) – Er,i,t-n

Proportional share adalah melihat pengaruh sektor i secara nasional terhadap pertumbuhan PDRB sektor i pada region yang dianalisis. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut :

Pr,i,t = {EN,i,t / EN,i,t-n) – (EN,t / EN,t-n)} x Er,i,t-n

Differential shift menggambarkan penyimpangan antar pertumbuhan sektor i di wilayah analisis terhadap pertumbuhan sektor i secara nasional. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut.


(9)

Perlu diingat bahwa apabila kita hendak melihat pengaruhnya terhadap seluruh wilayah analisis maka angka untuk masing-masing sektor harus ditambahkan. Persamaan untuk seluruh wilayah adalah sebagai berikut.

ΔEr = (Ns + Pr + Dr) Dimana :

n

Ns,t = Σ {Er,i,t-n (EN,t / EN,t-n) – Er,i,t-n} t=1

n

Pr,t = Σ [{(EN,i,t / EN,i,t-n) – (EN,t / EN,t-n)} x Er,i,t-n] t=1

n

Dr,t = Σ [{Er,i,t - (EN,i,t / EN,i,t-n) - Er,i,t-n}] t=1

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis shift share menganalisis perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti kesempatan kerja, nilai PDRB pada dua titik waktu di suatu wilayah. Dari hasil analisis ini akan diketahui bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, apakah tumbuh dengan cepat atau lambat. Hasil analisis ini juga dapat menunjukkan bagaimana perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya, apakah bertumbuh dengan cepat atau lambat. Dalam analisis ini diasumsikan bahwa perubahan nilai PDRB di suatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga kompenen yaitu : (1) komponen nasional share (Ns), (2) komponen proporsional share (Pr), dan (3) komponen differensial shift (Dr). Hasil analisis ketiga komponen tersebut akan diuraikan sebagai berikut.


(10)

Tabel 1. Analisis PDRB Kota Medan dan Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Dengan Metoda Shift Share (Milyar Rupiah)

Kota Medan Sumatera Utara

2005 2009 2005 2009

(a) (b) (c) (d)

No Sektor

Er,i,t-n Er,i,t EN,i,t-n EN,i,t

1 Pertanian 670,58 765,95 22.191,30 26.526,92

2 Perrtambangan 0,77 0,57 1.074,75 1.322,98

3 Industri 3842,15 4591,60 21.305,37 24.977,11

4 Listrik, Gas 413,36 464,92 716,25 816,00

5 Bangunan 2712,63 3748,68 5.515,98 7.554,36

6 Perdagangan 6850,43 8824,16 15.984,93 20.575,43

7 Pengangkutan 4637,20 6866,78 7.379,92 10.630,44

8 Keuangan 3507,54 4721,48 5.440,50 7.939,21

9 Jasa-jasa 2637,75 3446,55 8.288,79 11.216,75

PDRB 25.272,41 33.430,69 87.897,79 111.559,20

Sumber : Kota Medan dan Sumatera Utara Dalam Angka, BPS, 2010

Tabel 2. Perhitungan National Share

Kota Medan Sumatera Utara

2005 2009 2005 2009

(a) (b) (c) (d)

No Sektor

Er,i,t-n Er,i,t EN,i,t-n EN,i,t

1 Pertanian 670,58 765,95 22.191,30 26.526,92

2 Perrtambangan 0,77 0,57 1.074,75 1.322,98

3 Industri 3842,15 4591,60 21.305,37 24.977,11

4 Listrik, Gas 413,36 464,92 716,25 816,00

5 Bangunan 2712,63 3748,68 5.515,98 7.554,36

6 Perdagangan 6850,43 8824,16 15.984,93 20.575,43

7 Pengangkutan 4637,20 6866,78 7.379,92 10.630,44

8 Keuangan 3507,54 4721,48 5.440,50 7.939,21

9 Jasa-jasa 2637,75 3446,55 8.288,79 11.216,75

PDRB 25.272,41 33.430,69 87.897,79 111.559,20


(11)

Tabel 2. Lanjutan Perhitungan National Share

(e) (f) f - a

∑EN,i,t/∑EN,I,t-n (a x e) Ns

1,2692 851,09 180,51

1,2692 0,98 0,21

1,2692 4.876,43 1.034,28

1,2692 524,63 111,27

1,2692 3.442,85 730,22

1,2692 8.694,51 1.844,03

1,2692 5.885,50 1.248,30

1,2692 4.451,74 944,20

1,2692 3.347,81 710,06

6803,14

Tabel 3. Perhitungan Proporsional Share

Kota Medan Sumatera Utara

2005 EN,i,t/EN,i,t-n ∑EN,i,t/∑EN,i,t-n b - c Ps No Sektor

(a) (b) (c) (d) a x d

1 Pertanian 670,58 1,1954 1,2692 -0,0738 -49,50

2 Pertambangan 0,77 1,2310 1,2692 -0,0382 -0,03

3 Industri 3842,15 1,1723 1,2692 -0,0969 -372,13

4 Listrik, Gas 413,36 1,1393 1,2692 -0,1299 -53,71

5 Bangunan 2712,63 1,3695 1,2692 0,1003 272,21

6 Perdagangan 6850,43 1,2872 1,2692 0,0180 123,20

7 Pengangkutan 4637,20 1,4405 1,2692 0,1713 794,18

8 Keuangan 3507,54 1,4593 1,2692 0,1901 666,74

9 Jasa-jasa 2637,75 1,3532 1,2692 0,0841 221,71

PDRB 25.272,41 1.602,67

Sumber : Kota Medan dan Sumatera Utara Dalam Angka, BPS, 2010, Diolah

Tabel 4. Perhitungan Differential Shift

Kota Medan

2009 2005 Ds

EN,i,t/EN,i,t-n b x c a - d

No Sektor

(a) (b) (c) d e

1 Pertanian 765,95 1,1954 670,58 801,59 -35,64

2 Pertambangan 0,57 1,2310 0,77 0,95 -0,38

3 Industri 4591,60 1,1723 3842,15 4504,30 87,30

4 Listrik, Gas 464,92 1,1393 413,36 470,93 -6,01

5 Bangunan 3748,68 1,3695 2712,63 3715,06 33,62

6 Perdagangan 8824,16 1,2872 6850,43 8817,71 6,45

7 Pengangkutan 6866,78 1,4405 4637,20 6679,68 187,10

8 Keuangan 4721,48 1,4593 3507,54 5118,48 -397,00

9 Jasa-jasa 3446,55 1,3532 2637,75 3569,52 -122,97

PDRB 33.430,69 25.272,41 -248


(12)

Tabel 5. Analisis Pergeseran Struktur Ekonomi Kabupaten Deli Serdang, Tahun 2004 - 2009

Komponen No Sektor Pertumbuhan

Nasional

Proposional Share

Differential Shift

Pergeseran Struktur Ekonomi

1 Pertanian 180,51 -49,50 -35,64 95,37

2 Pertambangan 0,21 -0,03 -0,38 -0,20

3 Industri 1.034,28 -372,13 87,30 749,45

4 Listrik, Gas 111,27 -53,71 -6,01 51,56

5 Bangunan 730,22 272,21 33,62 1.036,05

6 Perdagangan 1.844,03 123,20 6,45 1.973,73

7 Pengangkutan 1.248,30 794,18 187,10 2.229,58

8 Keuangan 944,20 666,74 -397,00 1.213,94

9 Jasa-jasa 710,06 221,71 -122,97 808,80

Jumlah 6.803,14 1.602,67 -248 8.158,28

Sumber : Kota Medan dan Sumatera Utara Dalam Angka, BPS, 2010, Diolah

1. Komponen Nasional Share/Komponen Pertumbuhan Nasional

Kompoenen nasional share adalah mengkaji perubahan produksi suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi nasional secara umum, atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Bila diasumsikan bahwa tidak terdapat perbedaan karakteristik ekonomi antar sektor produksi dan antar wilayah, maka akibat dari perubahan ini pada berbagai sektor produksi dan wilayah kurang lebih sama dan setiap sektor dan wilayah akan berubah dan bertumbuh dengan laju yang hampir sama dengan laju pertumbuhan nasional. Akan tetapi pada kenyataannya beberapa sektor bertumbuh lebih cepat dari sektor-sektor lainnya dan beberapa wilayah lebih maju dari pada wilayah lainnya. Oleh karena itu perlu identifikasi penyebabnya dan mengukur besaran yang disebabkan oleh komponen nasional share.

Berdasarakan komponen nasional share ternyata sektor yang memiliki pertumbuhan paling cepat di Kota Medan bila dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata Provinsi Sumatera Utara adalah sektor perdagangan yang memiliki nilai komponen nasional share yang paling tinggi dari seluruh sektor produksi yaitu sebesar 1.844,03 milyar rupiah, kemudian disusul sektor pengangkutan yaitu sebesar 1.248,30 milyar rupiah, kemudian sektor industri sebesar 1.034,28 milyar rupiah. Sementara sektor yang pertumbuhan regionalnya paling lambat yaitu sektor pertambangan yaitu sebesar 0,21 milyar rupiah. Berdasarkan hasil analisis


(13)

ini maka dapat dikatakan bahwa untuk memacu pertumbuhan ekonomi regional di Kota Medan yang lebih tinggi lagi di masa mendatang adalah paling tepat dilaksanakan dengan mendorong sektor prioritas yaitu meliputi sektor perdagangan, pengangkutan dan industri.

2. Komponen Proporsional Share/Komponen Pertumbuhan Proporsioanl Berdasarkan hasil analisis komponen proporsional share, bagi sektor yang bertanda positif dapat dikatakan sebagai sektor yang maju, sedangkan sektor yang bertanda negatif sebagai sektor yang tidak maju. Berdasarkan hasil proporsional share mengindikasikan bahwa sektor pengangkutan dan keuangan di Kota Medan merupakan sektor yang maju. Keadaan ini cermin dari nilai komponen proporsional share sektor pengangkutan dan keuangan yang bertanda positif yaitu sebesar 794,18 milyar rupiah, begitu juga untuk sektor keuangan yaitu sebesar 666,74 milyar rupiah merupakan sektor yang maju. Sedangkan untuk sektor lainnya, seperti : sektor pertanian, pertambangan, industri, listrik dan gas merupakan sektor yang belum maju, karena memiliki nilai proporsional share yang bertanda negatif.

3. Komponen Differensial Shift/Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komponen differensial shift timbul karena adanya peningkatan atau penurunan dari PDRB atau nilai sektor produksi dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat atau lambatnya pergeseran sektor suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya disebabkan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, prasarana sosial dan ekonomi pada wilayah tersebut, dan lainnya.

Berdasarkan hasil analisis differential shift, sektor pengangkutan, perdagangan, bangunan dan industri merupakan sektor yang memiliki daya saing yang tinggi atau sektor yang pertumbuhan pergeseran yang cepat dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dalam wilayahnya sendiri. Situasi ini tercermin dari nilai komponen differential share untuk sektor-sektor tersebut bertanda positif.

Sedangkan sektor lainnya, seperti : sektor pertanain, pertambangan, listrik dan gas, keuangan dan jasa-jasa merupakan sektor yang memiliki daya saing


(14)

yang rendah atau sektor yang pertumbuhan pergeseran yang lambat, dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dalam wilayahnya sendiri. Situasi ini tercermin dari nilai komponen differential shift untuk sektor-sektor tersebut bertanda negatif.

4. Pergeseran Struktur Sektor Ekonomi

Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa selama tahun 2005 - 2009, nilai PDRB sektoral Kota Medan telah mengalami perubahan atau perkembangan. Nilai PDRB tersebut tumbuh sebesar 33.430,69 milyar rupiah atau sebesar 33,0%. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan nasional, proporsional share dan differential shift.

Hasil analisis pergeseran struktur sektor ekonomi maka dapat disimpulkan bahwa sektor pengangkutan dan perdagangan merupakan sektor yang tumbuh lebih cepat akibat dari pengaruh perubahan produksi atau kebijakan nasional. Oleh karena itu, strategi ke depan dengan melakukan pembangunan sektor pengangkutan dan perdagangan yang berkaitan dengan produk-produk pertanian, industri dan jasa, sehingga diharapkan ke depan terdapat peningkatan sektoral secara menyeluruh dan peningkatan wilayah. Jadi, hipotesis yang menyatakan bahwa sektor ekonomi masih banyak didominasi sektor jasa di Kota Medan dapat diterima.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Rata-rata sektor produksi di Kota Medan memiliki pertumbuhan sektor

produksi yang cepat karena seluruh sektor memiliki nilai nasional share yang positif.

2. Sektor pengangkutan, keuangan, bangunan, perdagangan dan jasa-jasa merupakan sektor yang maju di Kota Medan, dibandingkan sektor lainnya, hal ini ditandai dengan proporsional share yang bertanda positif, sedangkan sektor lainnya merupakan sektor yang kurang maju.

3. Sektor pengangkutan, industri, bangunan dan perdagangan merupakan sektor yang memiliki daya saing yang tinggi atau sektor yang mengalami


(15)

pergeseran yang cepat, dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya di Kota Medan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran, sebagai bentuk implementasi dari hasil penelitian ini yaitu :

1. Hendaknya mempergunakan strategi dan perencanaan yang baik dalam usaha meningkatkan perekonomian Kota Medan dengan mengembangkan sektor-sektor yang maju sehingga hasil yang diperoleh lebih optimal.

2. Hendaknya pengembangan sektor pengangkutan, industri, bangunan dan perdagangan dapat ditingkatkan ke depan. Karena sektor ini memiliki nilai pergeseran yang cepat dan sekaligus diarahkan untuk mengatasi permasalahan pengangguran serta mengurangi kemiskinan di perkotaan.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, L. 2002. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi Kedua, BPFE, UGM, Yogyakarta.

Bendavid, V.A. 1991. Regional and Local Economic Analysis For Practitioner. Preager Publisher, New York.

Badan Pusat Statistik. 2010. Kota Medan Dalam Angka 2010. Kota Medan, Medan.

Badan Pusat Statistik. 2010. Sumatera Utara Dalam Angka 2010. Provinsi Sumatera Utara, Medan.

Djojohadikusumo, D. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Ghalib, R. 2005. Ekonomi Regional. Pustaka Ramadhan, Bandung.

Jhingan, M. L, 2008, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Edisi Keenambelas, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.


(16)

Miraza, B.H., 2005. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Bandung, Koordinator Jawa Barat, Bandung. Mulyanto, H.R. 2008. Prinsip-prinsip Pengembangan Wilayah. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Rostow, W. W. 1960. The Stages of Economic Growth: A Non–Communist Manifesto. Third Edition. Cambridge University Press, Cambridge.

Soepono, P. 1993. Analisis Shift Share : Perkembangan dan Penerapan. Ekonomi dan Bisnis Indoensia, Jakarta.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Baduose Media, Sumatera Barat, Padang.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta, Bandung.

Tarigan, R. 2004. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara, Jakarta. Tarigan, R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara, Jakarta. Todaro, M.P. dan S.C. Smith. 1997. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.


(1)

Tabel 2. Lanjutan Perhitungan National Share

(e) (f) f - a

∑EN,i,t/∑EN,I,t-n (a x e) Ns

1,2692 851,09 180,51

1,2692 0,98 0,21

1,2692 4.876,43 1.034,28

1,2692 524,63 111,27

1,2692 3.442,85 730,22 1,2692 8.694,51 1.844,03 1,2692 5.885,50 1.248,30 1,2692 4.451,74 944,20 1,2692 3.347,81 710,06 6803,14

Tabel 3. Perhitungan Proporsional Share

Kota Medan Sumatera Utara

2005 EN,i,t/EN,i,t-n ∑EN,i,t/∑EN,i,t-n b - c Ps No Sektor

(a) (b) (c) (d) a x d

1 Pertanian 670,58 1,1954 1,2692 -0,0738 -49,50 2 Pertambangan 0,77 1,2310 1,2692 -0,0382 -0,03 3 Industri 3842,15 1,1723 1,2692 -0,0969 -372,13 4 Listrik, Gas 413,36 1,1393 1,2692 -0,1299 -53,71 5 Bangunan 2712,63 1,3695 1,2692 0,1003 272,21 6 Perdagangan 6850,43 1,2872 1,2692 0,0180 123,20 7 Pengangkutan 4637,20 1,4405 1,2692 0,1713 794,18 8 Keuangan 3507,54 1,4593 1,2692 0,1901 666,74 9 Jasa-jasa 2637,75 1,3532 1,2692 0,0841 221,71

PDRB 25.272,41 1.602,67

Sumber : Kota Medan dan Sumatera Utara Dalam Angka, BPS, 2010, Diolah

Tabel 4. Perhitungan Differential Shift

Kota Medan

2009 2005 Ds

EN,i,t/EN,i,t-n b x c a - d No Sektor

(a) (b) (c) d e

1 Pertanian 765,95 1,1954 670,58 801,59 -35,64

2 Pertambangan 0,57 1,2310 0,77 0,95 -0,38

3 Industri 4591,60 1,1723 3842,15 4504,30 87,30 4 Listrik, Gas 464,92 1,1393 413,36 470,93 -6,01 5 Bangunan 3748,68 1,3695 2712,63 3715,06 33,62 6 Perdagangan 8824,16 1,2872 6850,43 8817,71 6,45 7 Pengangkutan 6866,78 1,4405 4637,20 6679,68 187,10 8 Keuangan 4721,48 1,4593 3507,54 5118,48 -397,00 9 Jasa-jasa 3446,55 1,3532 2637,75 3569,52 -122,97

PDRB 33.430,69 25.272,41 -248


(2)

Tabel 5. Analisis Pergeseran Struktur Ekonomi Kabupaten Deli Serdang, Tahun 2004 - 2009

Komponen No Sektor Pertumbuhan

Nasional

Proposional Share

Differential Shift

Pergeseran Struktur Ekonomi

1 Pertanian 180,51 -49,50 -35,64 95,37

2 Pertambangan 0,21 -0,03 -0,38 -0,20

3 Industri 1.034,28 -372,13 87,30 749,45 4 Listrik, Gas 111,27 -53,71 -6,01 51,56

5 Bangunan 730,22 272,21 33,62 1.036,05

6 Perdagangan 1.844,03 123,20 6,45 1.973,73 7 Pengangkutan 1.248,30 794,18 187,10 2.229,58 8 Keuangan 944,20 666,74 -397,00 1.213,94

9 Jasa-jasa 710,06 221,71 -122,97 808,80

Jumlah 6.803,14 1.602,67 -248 8.158,28

Sumber : Kota Medan dan Sumatera Utara Dalam Angka, BPS, 2010, Diolah

1. Komponen Nasional Share/Komponen Pertumbuhan Nasional

Kompoenen nasional share adalah mengkaji perubahan produksi suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi nasional secara umum, atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Bila diasumsikan bahwa tidak terdapat perbedaan karakteristik ekonomi antar sektor produksi dan antar wilayah, maka akibat dari perubahan ini pada berbagai sektor produksi dan wilayah kurang lebih sama dan setiap sektor dan wilayah akan berubah dan bertumbuh dengan laju yang hampir sama dengan laju pertumbuhan nasional. Akan tetapi pada kenyataannya beberapa sektor bertumbuh lebih cepat dari sektor-sektor lainnya dan beberapa wilayah lebih maju dari pada wilayah lainnya. Oleh karena itu perlu identifikasi penyebabnya dan mengukur besaran yang disebabkan oleh komponen nasional share.

Berdasarakan komponen nasional share ternyata sektor yang memiliki pertumbuhan paling cepat di Kota Medan bila dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata Provinsi Sumatera Utara adalah sektor perdagangan yang memiliki nilai komponen nasional share yang paling tinggi dari seluruh sektor produksi yaitu sebesar 1.844,03 milyar rupiah, kemudian disusul sektor pengangkutan yaitu sebesar 1.248,30 milyar rupiah, kemudian sektor industri sebesar 1.034,28 milyar rupiah. Sementara sektor yang pertumbuhan regionalnya paling lambat yaitu sektor pertambangan yaitu sebesar 0,21 milyar rupiah. Berdasarkan hasil analisis


(3)

ini maka dapat dikatakan bahwa untuk memacu pertumbuhan ekonomi regional di Kota Medan yang lebih tinggi lagi di masa mendatang adalah paling tepat dilaksanakan dengan mendorong sektor prioritas yaitu meliputi sektor perdagangan, pengangkutan dan industri.

2. Komponen Proporsional Share/Komponen Pertumbuhan Proporsioanl Berdasarkan hasil analisis komponen proporsional share, bagi sektor yang bertanda positif dapat dikatakan sebagai sektor yang maju, sedangkan sektor yang bertanda negatif sebagai sektor yang tidak maju. Berdasarkan hasil proporsional share mengindikasikan bahwa sektor pengangkutan dan keuangan di Kota Medan merupakan sektor yang maju. Keadaan ini cermin dari nilai komponen proporsional share sektor pengangkutan dan keuangan yang bertanda positif yaitu sebesar 794,18 milyar rupiah, begitu juga untuk sektor keuangan yaitu sebesar 666,74 milyar rupiah merupakan sektor yang maju. Sedangkan untuk sektor lainnya, seperti : sektor pertanian, pertambangan, industri, listrik dan gas merupakan sektor yang belum maju, karena memiliki nilai proporsional share yang bertanda negatif.

3. Komponen Differensial Shift/Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komponen differensial shift timbul karena adanya peningkatan atau penurunan dari PDRB atau nilai sektor produksi dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat atau lambatnya pergeseran sektor suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya disebabkan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, prasarana sosial dan ekonomi pada wilayah tersebut, dan lainnya.

Berdasarkan hasil analisis differential shift, sektor pengangkutan, perdagangan, bangunan dan industri merupakan sektor yang memiliki daya saing yang tinggi atau sektor yang pertumbuhan pergeseran yang cepat dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dalam wilayahnya sendiri. Situasi ini tercermin dari nilai komponen differential share untuk sektor-sektor tersebut bertanda positif.

Sedangkan sektor lainnya, seperti : sektor pertanain, pertambangan, listrik dan gas, keuangan dan jasa-jasa merupakan sektor yang memiliki daya saing


(4)

yang rendah atau sektor yang pertumbuhan pergeseran yang lambat, dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dalam wilayahnya sendiri. Situasi ini tercermin dari nilai komponen differential shift untuk sektor-sektor tersebut bertanda negatif.

4. Pergeseran Struktur Sektor Ekonomi

Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa selama tahun 2005 - 2009, nilai PDRB sektoral Kota Medan telah mengalami perubahan atau perkembangan. Nilai PDRB tersebut tumbuh sebesar 33.430,69 milyar rupiah atau sebesar 33,0%. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan nasional, proporsional share dan differential shift.

Hasil analisis pergeseran struktur sektor ekonomi maka dapat disimpulkan bahwa sektor pengangkutan dan perdagangan merupakan sektor yang tumbuh lebih cepat akibat dari pengaruh perubahan produksi atau kebijakan nasional. Oleh karena itu, strategi ke depan dengan melakukan pembangunan sektor pengangkutan dan perdagangan yang berkaitan dengan produk-produk pertanian, industri dan jasa, sehingga diharapkan ke depan terdapat peningkatan sektoral secara menyeluruh dan peningkatan wilayah. Jadi, hipotesis yang menyatakan bahwa sektor ekonomi masih banyak didominasi sektor jasa di Kota Medan dapat diterima.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Rata-rata sektor produksi di Kota Medan memiliki pertumbuhan sektor

produksi yang cepat karena seluruh sektor memiliki nilai nasional share yang positif.

2. Sektor pengangkutan, keuangan, bangunan, perdagangan dan jasa-jasa merupakan sektor yang maju di Kota Medan, dibandingkan sektor lainnya, hal ini ditandai dengan proporsional share yang bertanda positif, sedangkan sektor lainnya merupakan sektor yang kurang maju.

3. Sektor pengangkutan, industri, bangunan dan perdagangan merupakan sektor yang memiliki daya saing yang tinggi atau sektor yang mengalami


(5)

pergeseran yang cepat, dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya di Kota Medan.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan beberapa saran, sebagai bentuk implementasi dari hasil penelitian ini yaitu :

1. Hendaknya mempergunakan strategi dan perencanaan yang baik dalam usaha meningkatkan perekonomian Kota Medan dengan mengembangkan sektor-sektor yang maju sehingga hasil yang diperoleh lebih optimal.

2. Hendaknya pengembangan sektor pengangkutan, industri, bangunan dan perdagangan dapat ditingkatkan ke depan. Karena sektor ini memiliki nilai pergeseran yang cepat dan sekaligus diarahkan untuk mengatasi permasalahan pengangguran serta mengurangi kemiskinan di perkotaan.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, L. 2002. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi Kedua, BPFE, UGM, Yogyakarta.

Bendavid, V.A. 1991. Regional and Local Economic Analysis For Practitioner. Preager Publisher, New York.

Badan Pusat Statistik. 2010. Kota Medan Dalam Angka 2010. Kota Medan, Medan.

Badan Pusat Statistik. 2010. Sumatera Utara Dalam Angka 2010. Provinsi Sumatera Utara, Medan.

Djojohadikusumo, D. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Ghalib, R. 2005. Ekonomi Regional. Pustaka Ramadhan, Bandung.

Jhingan, M. L, 2008, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Edisi Keenambelas, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.


(6)

Miraza, B.H., 2005. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Bandung, Koordinator Jawa Barat, Bandung. Mulyanto, H.R. 2008. Prinsip-prinsip Pengembangan Wilayah. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Rostow, W. W. 1960. The Stages of Economic Growth: A Non–Communist Manifesto. Third Edition. Cambridge University Press, Cambridge.

Soepono, P. 1993. Analisis Shift Share : Perkembangan dan Penerapan. Ekonomi dan Bisnis Indoensia, Jakarta.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Baduose Media, Sumatera Barat, Padang.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta, Bandung.

Tarigan, R. 2004. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara, Jakarta. Tarigan, R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara, Jakarta. Todaro, M.P. dan S.C. Smith. 1997. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.