Proporsi dan Karakteristik Penyebab Perdarahan Saluran Cerna Bahagian Atas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Endoskopi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010

(1)

PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PENYEBAB

PERDARAHAN SALURAN CERNA BAHAGIAN ATAS

BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN

ENDOSKOPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2010

Oleh :

AGUS PRATAMA PONIJAN

080100396

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PENYEBAB

PERDARAHAN SALURAN CERNA BAHAGIAN ATAS

BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN

ENDOSKOPI DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

AGUS PRATAMA PONIJAN

080100396

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Proporsi dan Karakteristik Penyebab Perdarahan Saluran Cerna Bahagian

Atas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Endoskopi di RSUP H. Adam Malik

Medan Tahun 2010

Nama : Agus Pratama Ponijan

NIM : 080100396

Pembimbing

Penguji

(dr.Ilhamd, Sp. PD)

(dr. Yahwardiah, PhD)

NIP:196623041996031011

NIP: 195508071983032001

(dr. Lita Feriyawati, MKes)

NIP: 1970002082001122001

Medan, 12 Januari 2012

Dekan

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara


(4)

NIP: 195402201980111001

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil Penelitian dengan Judul:

Proporsi dan Karakteristik Penyebab Perdarahan Saluran Cerna Bahagian Atas

Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Endoskopi di RSUP H. Adam Malik Medan

Tahun 2010

Yang dipersiapkan oleh:

NAMA: Agus Pratama Ponijan

NIM: 080100396

Karya Tulis Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke

Sidang Karya Tulis Ilmiah.

Medan, 15 Desember 2011

Disetujui,

Dosen Pembimbing


(5)

ABSTRAK

Latar belakang:

Perdarahan saluran cerna seperti dengan gejala

melena

dan

hematemesis

adalah suatu kondisi umum yang sering dijumpai oleh para dokter

dan para petugas endoskopi. Angka kematian oleh karena perdarahan saluran

cerna bahagian atas cukup tinggi. Pada penelitian ini, menghitung proporsi dan

karakteristik penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas sepanjang tahun

2010.

Metode:

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif restrospektif. Dengan

mengambil data dari rekam medik pasien yang melakukan endoskopi saluran

cerna bahagian atas di Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi, Departemen Ilmu

Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik, Medan selama periode 1 Januari 2010

hingga 31 Desember 2010.

Hasil:

Dari 984 orang yang melakukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna

bahagian atas sepanjang tahun 2010, ditemukan sebanyak 250 pasien (25,4%)

yang mengalami perdarahan saluran cerna bahagian atas. Dengan jumlah pasien

laki-laki sebanyak 177 (71%) dan perempuan sebanyak 73 (29%). Sedangkan

suku yang paling banyak melakukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna

bahagian atas adalah suku Batak sebanyak 134 orang (53,6%) dan diikuti suku

Jawa sebanyak 74 orang (29,6%). Usia yang paling sering melakukan

pemeriksaan endoskopi dengan keluhan perdarahan saluran cerna bahagian atas

adalah usia 41-50 tahun sebanyak 71 orang (28,4%). Lalu kasus terbanyak yang

menyebabkan perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah

varices esofagus

sebanyak 104 kasus (31%), disusul oleh

ulkus gaster

sebanyak 52 kasus (15%).

Kesimpulan:

Etiologi penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas di RSUP

H. Adam Malik paling banyak adalah

varices esofagus

yang selalu disertai dengan

sirosis hati

sebagai penyakit penyerta.


(6)

ABSTRACT

Background:

Gastrointestinal bleeding such as hematemesis or melena are

common conditions in clinical practice and endoscopic service. The mortality rate

that caused by upper gastrointestinal bleeding is quite high. In this research, we

count the etiology proportion that cause upper gastrointestinal bleeding at the

whole year of 2010.

Methods:

This research was done descriptive retrospectively. We took data from

the patient medical record that did the upper gastrointestinal endoscope at

Division of Gastroenterology and Hepatology, from Internal Medicine

Department, at H. Adam Malik Hospital, from the 1

st

January until 31

st

December.

Results:

From 984 patients that did the endoscopy examination during the whole

year of 2010, we found 250 patients (25,4%) that have suffered the upper

gastrointestinal bleeding. Contain male 177 patients (71%) and 73 female

patients (29%). Then the most race that did the endoscope examination for upper

gastrointestinal bleeding was Bataknese race 134 patient(53,6%) and followed by

Javanese race 74 patients (29,6%). The most ages did the endoscope examination

for upper gastrointestinal bleeding was 41-50 years old 71 patients (28,4%). The

most etiology that caused upper gastrointestinal bleeding was esophageal varices

that found in 104 cases (31%), followed by gastric ulcer in 52 cases (15%).

Conclusions:

The most etiology that cause upper gastrointestinal at H. Adam

Malik Hospital was esophageal varices that always appears with liver cirrhosis.

Keywords:

Upper gastrointestinal bleeding,

endoscope, esophageal varices


(7)

KATA PENGANTAR

Terima kasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan anugerahNya saya dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini. Tidak lupa terima kasih saya ucapkan juga kepada dosen-dosen yang telah

membimbing dan mengajar saya selama ini. Terima kasih kepada:

1.

Kedua orang tua yang telah turut mendukung setiap langkah saya

dalam proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.

2.

dr. Ilhamd, Sp.PD yang telah membimbing saya selama pembuatan

karya tulis ilmiah ini.

3.

Terima kasih kepada keluarga dan segenap teman-teman yang telah

mendukung saya selama ini.

Karya tulis ilmiah ini adalah mengenai penelitian yang telah dilakukan

dengan judul

Proporsi dan Karakteristik Penyebab Perdarahan Saluran Cerna

Bahagian Atas Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Endoskopi di RSUP H. Adam

Malik Medan Tahun 2010

”.

Masih tingginya insidensi perdarahan saluran cerna

bahagian atas dan angka kematian yang tidak berkurang tentunya perlu mendapat

perhatian khusus. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat

akan pentingnya pemeriksaan awal. Padahal dengan pemeriksaan awal yang cepat

maka perdarahan saluran cerna bahagian atas dapat ditangani secara cepat

sehingga jumlah kematian akibat perdarahan saluran cerna bahagian atas dapat

ditekan.

Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.

Saya sangat berharap saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat

menyempurnakan lagi karya tulis ilmiah ini. Kepada semua yang membaca karya

tulis ilmiah ini saya mengucapkan terima kasih karena telah meluangkan waktu

untuk membaca karya tulis penelitian ini.


(8)

(Agus Pratama Ponijan)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan

………..

i

Abstrak

………

ii

Abstract

……….

iii

Kata Pengantar

………

iv

Daftar Isi

………

v

Daftar Tabel

………..

vii

Daftar Gambar

………

…..

viii

Daftar Singkatan

………...

ix

Daftar Lampiran

……….

x

BAB 1 PENDAHULUAN

……….

1

1.1.

Latar Belakang... 1

1.2.

Rumusan Masalah... 2

1.3.

Tujuan Penelitian... 2

1.4.

Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

... 4

2.1.

Perdarahan Saluran Cerna Bahagian Atas... 4

2.1.1.

Definisi………

4

2.1.2. Gambaran Umum

………

4

2.1.3. Etiologi... 5

2.1.4. Faktor Resiko... 8

2.1.5. Gejala Klinis... 9

2.1.6. Diagnosis... 10

2.1.7. Tata Laksana... 11

2.2.

Endoskopi... 12

2.2.1. Definisi Endoskopi... 12

2.2.2. Prinsip Dasar Endoskop

i………...

12

2.2.3.

Gambaran Endoskopi………..

14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

….

16


(9)

3.1.

Kerangka Konsep Penelitian... 16

3.2.

Definisi Operasional... 16

3.2.1.

Definisi………

16

3.2.2.

Cara Ukur………

16

3.2.3.

Alat Ukur……….

16

3.2.4.

Hasil Ukur………

17

3.2.5.

Skala Pengukuran……….

17

BAB 4 METODE PENELITIAN

... 18

4.1.

Rancangan Penelitian

………..

18

4.2.

Lokasi dan Waktu Penelitian

………...

18

4.2.1.

Tempat Penelitian………

18

4.2.2.

Waktu Penelitian……….

18

4.3.

Populasi dan Sampel Penelitian

………..

18

4.3.1.

Populasi………..

18

4.3.2.

Sampel………..

18

4.4.

Metode Pengumpulan Data

……….

18

4.5.

Pengolahan dan Analisa Data

………..

19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

……….

20

5.1.

Hasil Penelitian……….

20

5.1.1.

Deskripsi Lokasi Penelitian………...

20

5.1.2.

Hasil Penelitian………..

20

5.2.

Pembahasan………...

25

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

……….

28

6.1.

Kesimpulan………..

28

6.2.

Saran……….

28

DAFTAR PUSTAKA

………

29

LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Etiologi

UGIB

dari data

Center for Ulcer Research and Education

(

CURE

)

………

6

Tabel 5.4. Distribusi Hasil Pemeriksaan Endoskopi dari 250 Pasien dengan


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.

Gambaran endoskopi pada pasien gastric ulcer akibat penggunaan

NSAIDs dan test H.Pylori negatif

………..

14

Gambar 2.2.

Gambaran endoskopi pada pasien duodenal ulcer dengan test H.Pylori

positif tetapi tidak ada riwayat penggunaan NSAIDs

………

14

Gambar 2.3.

Gambaran endoskopi pada pasien Mallory-Weiss Tear

………..

14

Gambar 2.4.

Gambaran endoskopi dari esophageal varices

………

15

Gambar 2.5.

Gambaran endoskopi dari gastric varices dan esophageal variceal

ligation-related ulcers

………

15

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

……….

16

Gambar 5.1. Distribusi Golongan Umur dari 250 Pasien yang Menjalani

Pemeriksaan Endoskopi dengan Keluhan Perdarahan Saluran Cerna Bahagian

Atas

………...

20

Gambar 5.2. Distribusi Suku dan Jenis Kelamin Pasien yang Melakukan

Pemeriksaan Endoskopi dengan Keluhan Perdarahan Saluran Cerna Bahagian

Atas

………...……….

21

Gambar 5.3. Distribusi Penyakit Penyerta yang Timbul Bersamaan dengan

Perdarahan

Saluran

Cerna

Bahagian

Atas

……….

21

Gambar 5.4. Distribusi Hasil Pemeriksaan Endoskopi dari 250 Pasien dengan

Keluhan

Perdarahan

Saluran

Cerna

Bahagian


(12)

DAFTAR SINGKATAN

GI

: Gastrointestinal

UGIB

: Upper Gastrointestinal Bleeding

SCBA

: Saluran Cerna Bahagian Atas

PUD

: Peptic Ulcer Disease

NSAIDs

: Non-Steroid Anti-Inflammatory Drugs

OAINS

: Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid

ICU

: Intensive Care Unit

ASGE

: American Society of Gastrointestinal Endoscopy

NGT

: Nasogastric Tube

EGD

: Esophagogastroduodenoskopi

CT

: Computed Tomography


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2

Surat Izin Penelitian

Lampiran 3

Surat Persetujuan Komisi Etik

Lampiran 4

Data Induk

Lampiran 5

Hasil Analisa Data


(14)

ABSTRAK

Latar belakang:

Perdarahan saluran cerna seperti dengan gejala

melena

dan

hematemesis

adalah suatu kondisi umum yang sering dijumpai oleh para dokter

dan para petugas endoskopi. Angka kematian oleh karena perdarahan saluran

cerna bahagian atas cukup tinggi. Pada penelitian ini, menghitung proporsi dan

karakteristik penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas sepanjang tahun

2010.

Metode:

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif restrospektif. Dengan

mengambil data dari rekam medik pasien yang melakukan endoskopi saluran

cerna bahagian atas di Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi, Departemen Ilmu

Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik, Medan selama periode 1 Januari 2010

hingga 31 Desember 2010.

Hasil:

Dari 984 orang yang melakukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna

bahagian atas sepanjang tahun 2010, ditemukan sebanyak 250 pasien (25,4%)

yang mengalami perdarahan saluran cerna bahagian atas. Dengan jumlah pasien

laki-laki sebanyak 177 (71%) dan perempuan sebanyak 73 (29%). Sedangkan

suku yang paling banyak melakukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna

bahagian atas adalah suku Batak sebanyak 134 orang (53,6%) dan diikuti suku

Jawa sebanyak 74 orang (29,6%). Usia yang paling sering melakukan

pemeriksaan endoskopi dengan keluhan perdarahan saluran cerna bahagian atas

adalah usia 41-50 tahun sebanyak 71 orang (28,4%). Lalu kasus terbanyak yang

menyebabkan perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah

varices esofagus

sebanyak 104 kasus (31%), disusul oleh

ulkus gaster

sebanyak 52 kasus (15%).

Kesimpulan:

Etiologi penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas di RSUP

H. Adam Malik paling banyak adalah

varices esofagus

yang selalu disertai dengan

sirosis hati

sebagai penyakit penyerta.


(15)

ABSTRACT

Background:

Gastrointestinal bleeding such as hematemesis or melena are

common conditions in clinical practice and endoscopic service. The mortality rate

that caused by upper gastrointestinal bleeding is quite high. In this research, we

count the etiology proportion that cause upper gastrointestinal bleeding at the

whole year of 2010.

Methods:

This research was done descriptive retrospectively. We took data from

the patient medical record that did the upper gastrointestinal endoscope at

Division of Gastroenterology and Hepatology, from Internal Medicine

Department, at H. Adam Malik Hospital, from the 1

st

January until 31

st

December.

Results:

From 984 patients that did the endoscopy examination during the whole

year of 2010, we found 250 patients (25,4%) that have suffered the upper

gastrointestinal bleeding. Contain male 177 patients (71%) and 73 female

patients (29%). Then the most race that did the endoscope examination for upper

gastrointestinal bleeding was Bataknese race 134 patient(53,6%) and followed by

Javanese race 74 patients (29,6%). The most ages did the endoscope examination

for upper gastrointestinal bleeding was 41-50 years old 71 patients (28,4%). The

most etiology that caused upper gastrointestinal bleeding was esophageal varices

that found in 104 cases (31%), followed by gastric ulcer in 52 cases (15%).

Conclusions:

The most etiology that cause upper gastrointestinal at H. Adam

Malik Hospital was esophageal varices that always appears with liver cirrhosis.

Keywords:

Upper gastrointestinal bleeding,

endoscope, esophageal varices


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah perdarahan yang terjadi di

saluran cerna yang dimulai dari mulut hingga ke 2/3 bagian dari

duodenum

.

Ari F. Syam (2005) dalam penelitiannya di RSCM Jakarta menyebutkan

bahwa kebanyakan penderita perdarahan saluran cerna bahagian atas disebabkan

oleh

varises esophagus

sekitar (33,5 %). Tingginya angka penderita

varises

esophagus

dikarenakan adanya hubungan antara

varises esophagus

dengan

munculnya penyakit hepatitis B dan C di Indonesia.

Demikian pula pada penelitian yang dilakukan oleh Nasrul Zubir dan

Julius di kota Padang tahun 1992 tepatnya di RSU dr. M. Jamil, jenis kelainan

yang ditemukan pada pemeriksaan endoskopi yang terbanyak adalah

varises

esophagus

= 196 penderita (23,17 %),

gastritis refluks

menempati urutan tertinggi

diantara

gastritis

lainnya (41,21 %). Jumlah tukak lambung dan tukak

duodenum

pada penelitian ini hampir sebanding (1,04 : 1). (Jubril, N.,

et al

., 1992)

Berbeda dengan sebagian besar negara di Eropa dan Amerika dalam buku

Current Diagnosis & Treatment in Gastroenterology

yang sebahagian besar

penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas dikarenakan

peptic ulcer

dan

sesuai dengan data penelitian yang dilakukan oleh

CURE

ada sekitar 55 % pasien

perdarahan saluran cerna bahagian atas yang disebabkan oleh

peptic ulcer

.

(Jutabha, R.,

et al.

2003)

Angka kematian di berbagai belahan dunia juga masih menunjukkan

jumlah yang cukup tinggi terutama di Indonesia yang wajib jadi perhatian khusus.

Berdasarakan hasil penelitian di Jakarta didapati bahwa jumlah kematian akibat

perdarahan saluran cerna atas berkisar 26 %. (Syam, A.F.,

et al

., 2005)

Di Perancis, sebuah laporan menyimpulkan bahwa jumlah kematian dari

perdarahan saluran cerna bahagian atas telah turun dari sekitar 11 % menjadi 7 %;

sebaliknya, dari sumber laporan yang sama dari Yunani mendapatkan tidak


(17)

adanya penurunan jumlah kematian tersebut. Di Spanyol sendiri mendapatkan

bahwa perdarahan saluran cerna bahagian atas 6 kali lebih sering terjadi

dibandingkan dengan perdarahan saluran cerna bahagian bawah. (Caestecker, J.d.,

2011)

Di Amerika Serikat, setiap tahun pasien yang masuk ke Instalasi Gawat

Darurat (IGD) dengan sebab perdarahan saluran cerna atas. Sejak tahun 1945,

angka kematian di Amerika Serikat oleh sebab perdarahan saluran cerna atas

mencapai 5

10 % dan tidak berubah hingga saat ini. (John, R.S., 2009)

Insidensi dari perdarahan saluran cerna bahagian atas di Indonesia tidak

jauh berbeda daripada di negara maju lainnya, yaitu penderita perdarahan saluran

cerna bahagian atas lebih banyak pada pria daripada wanita dan pada pasien

dengan usia lebih dari 60 tahun seperti yang dikemukakan dalam penelitian yang

dilakukan oleh Ari F. Syam serta penelitan yang dilakukan oleh Nasrul Zubir.

Insidensi dari perdarahan saluran cerna bahagian atas dua kali lebih sering

pada pria daripada pada wanita, dalam seluruh tingkatan usia; tetapi, jumlah angka

kematian tetap sama pada kedua jenis kelamin.

Angka kematian meningkat pada

usia yang lebih tua (>60 tahun) pada pria dan wanita. (Caestecker, J.d., 2011)

Untuk memeriksa perdarahan saluran cerna bahagian atas dilakukanlah

pemeriksaan endoskopi untuk menegakkan diagnosa tentang penyebab yang dapat

menimbulkan perdarahan saluran cerna bahagian atas.

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas maka

muncullah suatu rumusan masalah yang perlu dibahas, yaitu:

Bagaimana proporsi dan karakteristik penyebab perdarahan saluran

cerna bahagian atas dari hasil endoskopi pasien di RSUP H. Adam Malk Medan

tahun 2010

?”

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1.

Tujuan Umum


(18)

Untuk mengetahui proporsi penyebab perdarahan saluran cerna bahagian

atas di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010.

1.3.2.

Tujuan Khusus

Untuk mengetahui karakteristik daripada penderita perdarahan saluran

cerna bahagian atas di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4.

Manfaat Penelitian

Meningkatkan pengetahuan bagi peneliti tentang perdarahan saluran cerna

bahagian atas, memberikan informasi tentang proporsi perdarahan saluran cerna

bahagian atas di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010, dan dapat dijadikan

sumber pendukung untuk penelitian berikutnya yang membahas tentang

perdarahan saluran cerna bahagian atas.

Kemudian hasil penelitian ini diharapkan dapat diserahkan ke Departemen

Kesehatan Provinsi Sumatera Utara agar dijadikan sebagai laporan serta informasi

yang bermanfaat.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Perdarahan Saluran Cerna Atas

2.1.1. Definisi

Perdarahan saluran cerna bahagian atas (didefinisikan sebagai perdarahan

yang terjadi di sebelah

proksimal ligamentum Treitz

pada

duodenum distal

.

Sebagian besar perdarahan saluran cerna bahagian atas

terjadi sebagai akibat

penyakit

ulkus peptikum

(

PUD

,

peptic ulcer disease

) (yang disebabkan oleh

H.

Pylori

atau penggunaan obat-obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) atau

alkohol). Robekan

Mallory-Weiss

,

varises esofagus

, dan

gastritis

merupakan

penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas yang jarang. (Dubey, S., 2008)

2.1.2. Gambaran Umum

Perdarahan saluran cerna bahagian atas dapat bermanifestasi klinis mulai

dari yang seolah ringan, misalnya perdarahan tersamar sampai pada keadaan yang

mengancam hidup.

Hematemesis

adalah muntah darah segar (merah segar) atau

hematin

(hitam seperti kopi) yang merupakan indikasi adanya perdarahan saluran

cerna bagian atas atau

proksimal ligamentum Treitz

. Perdarahan saluran cerna

bagian atas (SCBA), terutama dari

duodenum

dapat pula bermanifestasi dalam

bentuk

melena

.

Hematokezia

(darah segar keluar per

anum

) biasanya berasal dari

perdarahan saluran cerna bagian bawah (

kolon

).

Maroon stools

(feses berwarna

merah hati) dapat berasal dari perdarahan

kolon

bagian

proksimal

(

ileo-caecal

).

(Djojoningrat, D., 2006)

Upper gastrointestinal

tract bleeding

(“

UGI

bleeding

”)

atau lebih dikenal

perdarahan saluran cerna bahagian atas memiliki prevalensi sekitar 75 % hingga

80 % dari seluruh kasus perdarahan akut saluran cerna. Insidensinya telah

menurun, tetapi angka kematian dari perdarahan akut saluran cerna, masih

berkisar 3 % hingga 10 %, dan belum ada perubahan selam 50 tahun terakhir.


(20)

Tidak berubahnya angka kematian ini kemungkinan besar berhubungan dengan

bertambahnya usia pasien yang menderita perdarahan saluran cerna serta dengan

meningkatnya kondisi

comorbid

.

Peptic ulcers

adalah penyebab terbanyak pada

pasien perdarahan saluran cerna, terhitung sekitar 40 % dari seluruh kasus.

Penyebab lainnya seperti

erosi gastric

(15 % - 25 % dari kasus), perdarahan

varises

(5 % - 25 % dari kasus), dan

Mallory-Weiss Tear

(5 % - 15 % dari kasus).

Penggunaan

aspirin

ataupun

NSAIDs

memiliki prevalensi sekitar 45 % hingga 60

% dari keseluruhan kasus perdarahan akut. (Alexander, J.A., 2008

)

2.1.3. Etiologi

Banyak kemungkinan penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas

pada buku

The Merck Manual of Patient Symptoms

(Porter, R.S.,

et al.

, 2008):

1.

Duodenal ulcer

(20

30 %)

2.

Gastric

atau

duodenal erosions

(20

30 %)

3.

Varices

(15

20 %)

4.

Gastric ulcer

(10

20 %)

5.

Mallory

Weiss tear

(5

10 %)

6.

Erosive esophagitis

(5

10 %)

7.

Angioma

(5

10 %)

8.

Arteriovenous malformation

(< 5 %)

9.

Gastrointestinal stromal tumors

Dalam buku

Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology

ada

beberapa etiologi yang dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna bahagian

atas beserta tabel hasil penelitian dari

Center for Ulcer Research and Education


(21)

Tabel 2.1. Etiologi UGIB dari Data

Center for Ulcer Research and Education

(CURE)

Diagnosis

Number of Patients

(%)(n=948)

Peptic ulcers

524 (55)

Gastroesophageal varices

131 (14)

Angiomas

54 (6)

Mallory-Weiss tear

45 (5)

Tumors

42 (4)

Erosions

41 (4)

Dieulafoy’s lesion

6 (1)

Other

105 (11)

2.1.3.1. Penyakit-Penyakit

Ulcerativa

atau

Erosive

2.1.3.1.1. Penyakit

Peptic Ulcer

Di Amerika Serikat,

PUD

(

Peptic Ulcer Disease

) dijumpai pada sekitar

4,5 juta orang pada tahun 2011. Kira-kira 10 % dari populasi di Amerika Serikat

memiliki

PUD

. Dari sebahagian besar yang terinfeksi

H pylori,

prevalensinya

pada orang usia tua 20%. Hanya sekitar 10% dari orang muda memiliki infeksi

H

pylori

; proporsi orang-orang yang terinfeksi meningkat secara konstan dengan

bertambahnya usia. (Anand, B.S., 2011)

Secara keseluruhan, insidensi dari

duodenal ulcers

telah menurun pada

3-4 dekade terkahir. Walaupun jumlah daripada

simple

gastric ulcer mengalami

penurunan, insidensi daripada

complicated gastric ulcer

dan opname tetap stabil,

sebagian dikarenakan penggunaan

aspirin

pada populasi usia tua. Jumlah pasien

opname karena

PUD

berkisar 30 pasien per 100,000 kasus. (Anand, B.S., 2011)

Prevalensi kemunculan

PUD

berpindah dari yang predominant pada

pria ke frekuensi yang sama pada kedua jenis kelamin. Prevalensi berkisar 11-14

% pada pria dan 8-11 % pada wanita. Sedangkan kaitan dengan usia, jumlah

kemunculan

ulcer

mengalami penurunan pada pria usia muda, khususnya untuk


(22)

2.1.3.1.2.

Stress Ulcer

Dari buku “

Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology

dikatakan bahwa hingga saat ini masih belum dipahami bagaimana terjadinya

stress ulcer

, tetapi banyak dikaitkan dengan hipersekresi daripada asam pada

beberapa pasien,

mucosal ischemia

, dan alterasi pada

mucus gastric

. (Jutabha, R.,

et al.

2003)

2.1.3.1.3.

Medication-Induced Ulcer

Berbagai macam pengobatan berperan penting dalam perkembangan

daripada penyakit

peptic ulcer

dan perdarahan saluran cerna bahagian atas akut.

Paling sering,

aspirin

dan

NSAIDs

dapat menyebabkan erosi

gastroduodenal

atau

ulcers

, khususnya pada pasien lanjut usia. (Jutabha, R.,

et al.

2003)

2.1.3.2.

Mallory-Weiss Tear

Mallory- Weiss Tear

muncul pada bagian

distal esophagus

di bagian

gastroesophageal junction

. Perdarahan muncul ketika luka sobekan telah

melibatkan

esophageal venous

atau

arterial plexus

. Pasien dengan

hipertensi

portal

dapat meningkatkan resiko daripada perdarahan oleh

Mallory-Weiss Tear

dibandingkan dengan pasien

hipertensi non-portal

.

Sekitar 1000 pasien di

University of California Los Angeles

datang ke

ICU dengan perdarahan saluran cerna bahagian atas yang berat,

Mallory-Weiss

Tear

adalah diagnosis keempat yang menyebabkan perdarahan saluran cerna

bahagian atas, terhitung sekitar 5 % dari seluruh kasus.

(Jutabha, R.,

et al.

2003)

2.1.3.3.

Gastroesophageal Varices

Esophageal varices

dan

gastric varices

adalah

vena collateral

yang

berkembang sebagai hasil dari

hipertensi

sistemik ataupun

hipertensi segmental

portal

. Beberapa penyebab dari

hipertensi portal

termasuk

prehepatic thrombosis

,

penyakit hati, dan penyakit

postsinusoidal

.

Hepatitis B

dan

C

serta penyakit


(23)

alkoholic liver

adalah penyakit yang paling sering menimbulkan penyakit

hipertensi portal

intrahepatic

di Amerika Serikat. (Jutabha, R.,

et al.

2003)

2.1.3.4. Pengaruh Obat

NSAIDs

Penggunaan

NSAIDs

merupakan penyebab umum terjadi

tukak gaster

.

Penggunaan obat ini dapat mengganggu proses peresapan mukosa, proses

penghancuran mukosa, dan dapat menyebabkan cedera. Sebanyak 30% orang

dewasa yang menggunakan

NSAIDs

mempunyai

GI

yang kurang baik. Faktor

yang menyebabkan peningkatan penyakit

tukak gaster

dari penggunaan

NSAIDs

adalah usia, jenis kelamin, pengambilan dosis yang tinggi atau kombinasi dari

NSAIDs

, penggunaan

NSAIDs

dalam jangka waktu yang lama, penggunaan

disertai antikoagulan, dan

severe comorbid illness.

(Anand, B.S., 2011B.S.

Anand, 2011)

Sebuah studi prospektif jangka panjang didapatkan pasien dengan

arthritis

dengan usia diatas 65 tahun, yang secara teratur menggunakan

aspirin

pada dosis rendah beresiko menderita

dyspepsia

apabila berhenti menggunakan

NSAIDs

. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan

NSAIDs

harus dikurangi.

(Anand, B.S., 2011)

Walaupun prevalensi penggunaan

NSAIDs

pada anak tidak diketahui,

tetapi sudah tampak adanya peningkatan, terutama pada anak dengan

arthritis

kronik yang dirawat dengan

NSAIDs

. Laporan menunjukkan terjadinya

ulserasi

pada penggunaan

ibuprofen

dosis rendah, walau hanya 1 atau 2 dosis. (Anand,

B.S., 2011)

Penggunaan

kortikosteroid

saja tidak meningkatkan terjadinya

tukak

gaster

, tetapi penggunaan bersama

NSAIDs

mempunyai potensi untuk

menimbulkan

tukak gaster

. (Anand, B.S., 2011)

Resiko perdarahan saluran cerna bahagian atas dapat terjadi dengan

penggunaan

spironolactone

diuretic

atau

serotonin reuptake inhibitor

.

(Anand,

B.S., 2011)


(24)

The American Society for Gastrointestinal Endoscopy

(

ASGE

)

mengelompokkan pasien dengan perdarahan saluran cerna bahagian atas

berdasarkan usia dan kaitan antara kelompok usia dengan resiko kematian.

ASGE

menemukan angka mortalitas untuk 3.3% pada pasien usia 21-31 tahun, untuk

10.1% pada pasien berusia 41-50 tahun, dan untuk 14.4% untuk pasien berusia

71-80 tahun . (Caestecker, J.d., 2011)

Menurut organisasi tersebut, ada beberapa faktor resiko yang

menyebabkan kematian, perdarahan berulang, kebutuhan akan endoskopi

hemostasis

ataupun operasi, yaitu: usia lebih dari 60 tahun

,

comorbidity

berat

,

perdarahan aktif (contoh,

hematemesis

, darah merah per

nasogastric tube

, darah

segar per

rectum

)

,

hipotensi

,

dan

coagulopathy

berat

Pasien dengan

hemorrhagic shock

memiliki angka kematian yang

mencapai 30 %. (Caestecker, J.d., 2011)

2.1.5. Gejala Klinis

Gejala klinis perdarahan saluran cerna:

Ada 3 gejala khas, yaitu:

1.

Hematemesis

Muntah darah dan mengindikasikan adanya perdarahan saluran cerna atas,

yang berwarna coklat merah atau “

coffee ground

”.

(Porter, R.S.,

et al.

, 2008)

2.

Hematochezia

Keluarnya darah dari

rectum

yang diakibatkan perdarahan saluran cerna

bahagian bawah, tetapi dapat juga dikarenakan perdarahan saluran cerna bahagian

atas yang sudah berat. (Porter, R.S.,

et al.

, 2008)

3.

Melena

Kotoran (

feses

) yang berwarna gelap yang dikarenakan kotoran bercampur

asam lambung; biasanya mengindikasikan perdarahan saluran cerna bahagian atas,

atau perdarahan daripada usus-usus ataupun

colon

bahagian kanan dapat juga

menjadi sumber lainnya. (Porter, R.S.,

et al.

, 2008)

Disertai gejala

anemia

, yaitu: pusing,

syncope, angina

atau

dyspnea.


(25)

Studi

meta-analysis

mendokumentasikan insidensi dari gejala klinis

UGIB

akut sebagai berikut:

Hematemesis

- 40-50%,

Melena

- 70-80%,

Hematochezia

-

15-20%,

Hematochezia

disertai

melena

- 90-98%,

Syncope

- 14.4%,

Presyncope

-

43.2%,

Dyspepsia

- 18%, Nyeri

epigastric

- 41%,

Heartburn

- 21%,

Diffuse

nyeri

abdominal

- 10%,

Dysphagia

- 5%, Berat badan turun - 12%, dan

Jaundice

- 5.2%

(Caestecker, J.d., 2011)

2.1.6. Diagnosis

Diagnosis dapat dibuat berdasarkan inspeksi muntahan pasien atau

pemasangan selang

nasogastric

(

NGT

,

nasogastric tube

) dan deteksi darah yang

jelas terlihat; cairan bercampur darah, atau “

ampas kopi

”’ Namun, aspirat

perdarahan telah berhenti, intermiten, atau tidak dapat dideteksi akibat

spasme

pilorik

. (Dubey S., 2008)

Pada semua pasien dengan perdarahan saluran

gastrointestinal

(

GIT

) perlu

dimasukkan pipa nasogastrik dengan melakukan aspirasi isi lambung. Hal ini

terutama penting apabila perdarahan tidak jelas. Tujuan dari tindakan ini adalah:

1.

Menentukan tempat perdarahan.

2.

Memperkirakan jumlah perdarahan dan apakah perdarahan telah berhenti.

(Soeprapto, P.,

et al.

, 2010)

Angiography

dapat digunakan untuk mendiagnosa dan menatalaksana

perdarahan berat, khususnya ketika penyebab perdarahan tidak dapat ditentukan

dengan menggunakan endoskopi atas maupun bawah. (Savides, T.J.,

et al.

, 2010)

Conventional radiographic imaging

biasanya tidak terlalu dibutuhkan

pada pasien dengan perdarahan saluran cerna tetapi adakalanya dapat memberikan

beberapa informasi penting. Misalnya pada

CT scan

;

CT Scan

dapat

mengidentifikasi adanya lesi massa, seperti tumor

intra

-

abdominal

ataupun

abnormalitas pada usus yang mungkin dapat menjadi sumber perdarahan.

(Savides, T.J.,

et al.

, 2010)


(26)

Mempertahankan saluran nafas paten dan restorasi volume

intravascular

adalah tujuan tata laksana awal. Infus

kristaloid

awal, sampai 30 mL/ kg, dapat

diikuti transfusi darah O-negatif atau yang

crossmatched

jika diperlukan. Pasien

dengan

perdarahan

aktif

memerlukan

konsultasi

emergensi

untuk

esofagogastroduodenoskopi

(

EGD

). Pasien tanpa perdarahan aktif dapat dipantau,

diobservasi, dan mungkin dijadwalkan untuk

EGD

. Intervensi selama

EGD

meliputi injeksi

epinefrin

submukosa

,

skleroterapi

, dan

ligase

pita. Jika tindakan

ini gagal menghentikan perdarahan,

angiografi

dengan

embolisasi

atau

pembedahan mungkin diperlukan. Untuk pasien yang diduga mengalami

perdarahan

varises

, tata laksana medis dapat diberikan sambil menunggu tindakan

definitif.

Oktreotid

dapat digunakan untuk menurunkan tekanan

vena

porta

, dan

pipa

Sengstaken-Blakmore

dapat dipasang sebagai tindakan sementara untuk

bertahan. (Dubey S., 2008)

2.2.

Endoskopi

2.2.1. Definisi Endoskopi

Endoskopi adalah suatu alat untuk melihat ke bagian dalam tubuh dengan

menggunakan suatu selang fiberoptik yang disesuaikan dengan sistem kerja

lapangan pandang manusia sehingga memungkinkan kita untuk melakukan

pemeriksaan pada organ-organ bagian dalam tubuh manusia. (Wong, L.M.,

et al

.,

2008)

2.2.2. Prinsip Dasar Endoskopi

Prinsip Kerja Endoskopi Fleksibel meliputi:

1.

Control Head

.

2.

Flexible Shaft

yang dilengkapi dengan

manoeverable tip

.

3.

Head sendiri yang dihubungkan dengan sumber cahaya

via umbilical cord

dan melalui saluran yang lain akan mengalirkan udara/ air,

suction

dan

sebagainya saluran

suction

juga bisa dipakai untuk memasukkan alat

diagnostik seperti forsep

biopsy

dan alat- alat perlengkapan terapetik yang

lain. (Putra, D.S., 2009)


(27)

a.

Indikasi

Indikasi endoskopi, yaitu: perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA),

dyspepsia, disfagia, odinofagia,

nyeri

epigastrium

kronis, kecurigaan obsruksi

outlet,

survey endoskopi, curiga keganasan, dan nyeri dada tidak khas (Putra,

D.S., 2009)

b.

Kontra Indikasi Absolut

Kontra indikasi endoskopi, yaitu: tidak kooperatif,

psikopat,

alergi obat

premedikasi, syok,

infark miokard

akut, respiratori

distress, dan

perdarahan masif

(Putra, D.S., 2009)

c.

Kontra Indikasi Relatif

Kontra indikasi relatif, yaitu: kelainan

kolumna vertebralis,

gagal jantung

,

sesak nafas

,

gangguan kesadaran

,

infeksi akut

, aneurisma aorta torakalis,

tumor

mediastinum, stenosis esofagus, gastritis

korosif akut

,

dan

gastritis flegmonosis

(Putra, D.S., 2009)

2.2.3. Gambaran Endoskopi

a.

Peptic Ulcer


(28)

Gambar 2.1.

Gambaran endoskopi pada pasien gastric ulcer akibat penggunaan

NSAIDs dan test H.Pylori negatif

(Vakil, N., 2010)

Gambar 2.2.

Gambaran endoskopi pada pasien duodenal ulcer dengan test H.Pylori

positif tetapi tidak ada riwayat penggunaan NSAIDs

(Vakil, N., 2010)

b.

Mallory-Weiss Tear

Gambar 2.3.

Gambaran endoskopi pada pasien Mallory-Weiss Tear

(Savides, T.J.,

et

al.

, 2010)

c.

Gastroesophageal varices


(29)

Gambar 2.5.

Gambaran endoskopi dari gastric varices dan esophageal variceal

ligation-related ulcers

(Shah, V.H.,

et al.

, 2010)


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Gambar 3.1

.

Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Defenisi

Operasional

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur

Perdadarahan

saluran

cerna

bahagian atas adalah

perdarahan

yang

terjadi di saluran

cerna yang dimulai

dari mulut hingga ke

2/3

bagian

dari

duodenum.

Endoskopi

adalah

suatu

alat

untuk

melihat ke bagian

dalam tubuh dengan

menggunakan suatu

selang

fiberoptik

yang

disesuaikan

dengan sistem kerja

lapangan

pandang

manusia

sehingga

Alat

ukur

berupa

rekam

medic

pasien yang

melakukan

pemeriksaan

endoskopi.

Penilaian

terhadap

hasil

endoskopi

yang

tertera pada

rekam

medik.

Jenis

jenis

kelainan

yang

diperoleh

dengan

melakukan

endoskopi.

Skala

pengukuran

adalah skala

nominal

1.

Pasien rawat inap

2.

Pasien rawat jalan

3.

Konsul

Perdarahan saluran cerna

bahagian atas

Hasil Endoskopi

Karakteristik Penderita:

1.

Usia

2.

Jenis kelamin

3.

Hasil endoskopi

4.

Penyakit penyerta


(31)

memungkinkan kita

untuk

melakukan

pemeriksaan

pada

organ-organ bagian

dalam

tubuh

manusia.

Usia adalah lama

waktu hidup atau

ada

(sejak

dilahirkan

atau

diadakan).

Jenis

kelamin

adalah sesuatu yang

dapat membedakan

antara laki-laki dan

perempuan.

Suku adalah perihal

atau sifat mengenai

suku (bangsa).

Hasil

endoskopi

adalah hasil yang

diperoleh

dari

tindakan

pemeriksaan

endoskopi.

Penyakit

penyerta

adalah penyakit lain

yang didapat selain

daripada

penyakit

utama.


(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif retrospektif

dengan metode penelitian

cross-sectional

.

4.2.

Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian mengambil tempat di Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi,

Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP H. Adam Malik Medan.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 sampai Oktober 2011.

4.3.

Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua penderita yang selama tahun 2010

telah melakukan pemeriksaan endoskopi datang dengan keluhan perdarahan

saluran cerna atas.

4.3.2. Sampel

Sampel data berasal dari hasil pemeriksaan endoskopi penderita

perdarahan saluran cerna atas di Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi,

Departemen Ilmu Penaykit Dalam RSUP H. Adam Malik sejak Januari 2010

hingga Desember 2010.

Adapun kriteria inklusi yang dibutuhkan adalah data hasil endoskopi yang

lengkap dalam rekam medis sedangkan untuk kriteria eksklusi adalah setiap data

hasil endoskopi yang tidak lengkap dan setiap pasien yang batal melakukan

tindakan pemeriksaan endoskopi dengan berbagai alasan yang tercatat di dalam

rekam medik.


(33)

4.4.

Metode Pengumpulan Data

Data-data yang diperlukan diperoleh dari rekam medik berupa usia pasien,

jenis kelamin, dan hasil endoskopi pasien yang melakukan prosedur pemeriksaan

endoskopi di Departemen Gastroenterologi dan Hepatologi RSUP H. Adam

Malik. Data dikumpulkan dari bulan Januari 2010 hingga Desember 2010.

4.5.

Pengolahan dan Analisa Data

Semua data yang terkumpul dijumlahkan dan disusun dalam bentuk tabel

dan grafik.


(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1.

Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

dengan sumber yang berasal dari rekam medik pasien yang melakukan endoskopi

sejak tanggal 1 Januari 2010 hingga 31 Desember 2010.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di RSUP. H. Adam Malik Medan yang

merupakan rumah sakit pemerintah yang ditujukan sebagai pusat pelayanan

kesehatan masyarakat, pendidikan kesehatan, dan pelatihan kesehatan; tepatnya di

Divisi Gastroenterologi dan Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam.

5.1.2. Hasil Penelitian

Dari perhitungan ditemukan bahwa sepanjang tahun 2010 sejak tanggal 1

Januari hingga 31 Desember, data rekam medik dari RSUP H. Adam Malik Divisi

Gastroenterologi dan Hepatologi mencatat sebanyak 984 pasien yang datang

melakukan pemeriksaan endoskopi, 250 (25,4%) diantaranya dengan perdarahan

saluran cerna bahagian atas. Sebanyak 145 (14,7%) pasien dieksklusi dikarenakan

ketidaklengkapan data rekam medik dan dikarenakan pembatalan pemeriksaan

endoskopi dikarenakan berbagai alasan medis.

6

9

28

52

8

25

9

0

2

4

6

19

13

20

8

1

0

20

40

60

11-20

21-30

31-40

41-50

51-60

61-70

71-80

81-90

Laki-Laki

Perempuan

Gambar 5.1. Distribusi Golongan Umur dari 250 Pasien yang Menjalani

Pemeriksaan Endoskopi dengan Keluhan Perdarahan Saluran Cerna Bahagian


(35)

Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa usia yang paling sering

melakukan pemeriksaan endoskopi dengan perdarahan saluran cerna bahagian

atas adalah golongan umur 41-50 tahun (28%) disusul kelompok umur 51-60

tahun (24%) dan kelompok umur 61-70 tahun (18%).

88

59

13

17

0

46

15

8

3

1

0

20

40

60

80

100

Batak

Jawa

Melayu

Aceh

Dayak

Laki-Laki

Perempuan

Gambar 5.2. Distribusi Suku dan Jenis Kelamin Pasien yang Melakukan

Pemeriksaan Endoskopi dengan Keluhan Perdarahan Saluran Cerna Bahagian

Atas

Pada tabel 5.2. dapat dilihat bahwa suku Batak adalah suku paling banyak

menderita perdarahan saluran cerna bahagian atas dengan jumlah total 134 pasien

(52,5%) lalu disusul suku Jawa dengan jumlah total 74 pasien (32%).

Juga dapat dilihat pada tabel 5.2. bahwasanya laki-laki 177 orang (70,8%)

lebih cenderung menderita perdarahan saluran cerna bahagian atas daripada

wanita 73 orang (29,2%) dengan rasio perbandingan (2:1).

165

1

2

1

1

84

1

0

50

100

150

200

Tanpa Penyakit Penyerta

Hematoma Hepatitis B Hepatitis C Jaudice Obstruksi

Sirosis Hati Tuberculosis Paru

Jumlah

Gambar 5.3. Distribusi Penyakit Penyerta yang Timbul Bersamaan dengan

Perdarahan Saluran Cerna Bahagian Atas


(36)

Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa keluhan penyakit penyerta yang paling

sering menyertai perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah

sirosis

hati

sebanyak 84 (33%), tetapi yang menarik adalah sebanyak 165 (65%) ternyata

tidak memiliki penyakit penyerta.

Tabel 5.4. Distribusi Hasil Pemeriksaan Endoskopi dari 250 Pasien dengan

Perdarahan Saluran Cerna Bahagian Atas

Kelainan Endoskopi

Jumlah Penderita

Persentase (%)

Varices Esofagus

104

31%

Ulkus Gaster

52

15%

Gastritis

46

14%

Gastropati

42

12%

Normal

24

7%

Ulkus Duodenal

15

4%

Esofagitis

13

4%

Ligasi

12

4%

Kanker

8

2%

Barret Esofagus

3

1%

Candidiasis Esofagus

3

1%

Bulbitis

3

1%

Penyakit Bile Refluks

2

1%

Polip Gaster

2

1%

Varices Gaster

2

1%

Clot Gaster

1

0%

Hernia Hiatus

Oesophagus

1

0%

Asites

1

0%

Polip Esofagus

1

0%

Varices Duodenal

1

0%

Obstruksi Gaster

1

0%


(37)

104

52

46

42

24

15

13

12

0

20

40

60

80

100

120

Varices Esofagus

Ulkus Gaster

Gastritis Gastropati Normal Ulkus Duodenal

Esofagitis Ligasi

Jumlah Kelainan Endoskopi

Gambar 5.4. Distribusi Hasil Pemeriksaan Endoskopi dari 250 Pasien dengan

Keluhan Perdarahan Saluran Cerna Bahagian Atas

Pada tabel 5.4. dan gambar 5.4. dapat dilhat bahwa dari hasil pemeriksaan

endoskopi; penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas terbanyak adalah

varices esofagus sebanyak 104 kasus (31%) diikuti oleh

ulkus gaster

52 kasus

(15%) lalu, gastritis terdapat 46 kasus (14%), gastropati 42 kasus (12%), normal

24 kasus (7%), ulkus duodenal 15 kasus (4%), esofagitis 13 kasus (4%),

ligasi 12

kasus (4%), dan keganasan 8 kasus (3%). Dari hasil pemeriksaan endoskopi juga

ditemukan bahwa kebanyakan pasien yang datang melakukan pemeriksaan

endoskopi memiliki lebih dari satu kelainan pada saluran cerna.

5.2.

Pembahasan

Perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah salah satu gangguan sistem

pencernaan yang umumnya membuat pasien sering berkunjung ke dokter untuk

berobat sehingga pemeriksaan endoskopi diperlukan untuk mengidentifikasi

sumber perdarahan. Tingginya angka prevalensi penderita

hepatitis B

di Indonesia

yang pada akhirnya dapat menyebabkan penyakit

sirosis

hati juga meningkat, hal

ini dikarenakan

sirosis

hati dapat menimbulkan

varices esofagus

yang pada

akhirnya menimbulkan perdarahan saluran cerna bahagian atas.


(38)

Pada penelitian ini, ditemukan insidensi perdarahan saluran cerna bahagian

atas lebih sering terjadi pada laki-laki (70,8%). Hasil ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan Syam, A.F.,

et al

., 2005 yang menemukan bahwa insidensi

perdarahan saluran cerna bahagian atas pada laki-laki sebesar 66%. Pada

penelitian lain yang dilakukan Zaltman C,

et al.

,

2002 ditemukan insidensi

terjadinya perdarahan saluran cerna bahagian atas pada laki-laki dan perempuan

dengan rasio 2:1.

Bila kita observasi dari segi usia pasien, pada penelitian ini ditemukan

bahwa usia yang paling banyak melakukan pemeriksaan endoskopi dengan

keluhan perdarahan saluran cerna bahagian atas yaitu pasien dengan usia 41-50

tahun sebanyak 71 pasien (28%), Hasil ini sedikit berbeda dengan referensi yang

didapat, dimana referensi menyatakan bahwa pasien yang beresiko menderita

perdarahan saluran cerna bahagian atas lebih sering pada usia lebih dari 60 tahun.

Ini menunjukkan bahwa perdarahan saluran cerna bahagian atas lebih sering

terjadi pada pasien yang lebih tua. Data ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Caestecker, J.d

. et al.

, 2011, Syam, A.F.,

et al

., 2005, dan

referensi lain yang menyebutkan salah satu faktor resiko daripada perdarahan

saluran cerna bahagian atas adalah usia di atas 60 tahun. Pasien-pasien di atas 60

tahun memiliki resiko kematian yang lebih tinggi dibanding pasien muda. Dengan

kebanyakan hasil diagnosis yang ditemukan pada pasien-pasien tersebut berupa

varices esofagus

dan

ulkus peptik

.

Pada penelitian ini, proporsi

varices esofagus

di RSUP H. Adam Malik

Medan sangat tinggi dimana terdapat sebanyak 104 pasien (31%) dan hasil ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Syam, A.F.,

et al

., 2005 yang

mendapatkan sekitar (33,5%) kasus perdarahan saluran cerna bahagian atas di

RSCM Jakarta diakibatkan

varices esofagus

. Berbeda dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Zaltman C,

et al.

,

2002 di Brazil yang hanya menemukan

(18,75%). Pada penelitian ini,

varices esofagus

berperan penting sebagai

penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas;

varices esofagus

biasanya

disebabkan oleh

sirosis

hati yang merupakan akibat infeksi kronik daripada virus


(39)

kronik di Indonesia sangat tinggi. Pada penelitian dijumpai sebanyak 84 (33%)

kasus perdarahan saluran cerna bahagian atas yang disertai dengan

sirosis hati

.

Lalu ada sekitar 49 pasien diantaranya muncul bersamaan dengan

gastropati

hipertensi portal

.

Sirosis hati

sering disebabkan oleh infeksi virus

hepatitis B

sehingga menyebabkan perburukan keadaan menjadi

gastropati hipertensi portal

yang berakhir menjadi perdarahan saluran cerna bahagian atas. Hal ini dapat

dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Aguslina, Farida. 2004 yang

menyebutkan bahwa berdasarkan pemeriksaan

HBsAg pada kelompok donor

darah di Indonesia prevalensi

hepatitis B berkisar antara 2,50

36,17%.

Varices

ini dapat berdarah, meningkatkan risiko infeksi dan kematian dalam periode

waktu yang singkat sehingga dibutuhkan manajemen pemeriksaan endoskopi

segera yang mencakup diagnosis dan terapi. (Norberto C,

et al

., 2010)

Pada studi ini, ditemukan bahwa proporsi

ulkus peptik

cukup tinggi yaitu

sebanyak 67 pasiem (19,2%) baik dari

ulkus gaster

maupun

ulkus duodenal

.

Angka ini menjadi urutan kedua terbanyak setelah

varices esofagus

dan sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Syam, A.F.,

et al

., 2005 yang juga

menemukan sekitar (26,8%) sementara berbeda dengan Zaltman C,

et al.

,

2002

dimana penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas adalah

ulkus peptik

yaitu sekitar (39,7%).

Penderita

ulkus peptik

yang mengakibatkan perdarahan saluran cerna

bahagian atas biasanya berusia lebih dari 60 tahun, ini menunjukkan bahwa usia

memiliki peranan penting yang harus dipertimbangkan dalam menegakkan

diagnosa perdarahan saluran cerna bahagian atas. Penelitian sebelumnya oleh

Kirk

and Richard, 1980

yang menunjukkan bahwa pasien dengan penyakit

sirosis

hati

dikarenakan

ulkus peptik

dengan frekuensi 6% sampai 19% mengalami

perdarahan

gastrointestinal

.

Penelitian ini terdapat sebanyak 46 pasien (14%) yang mengalami

gastritis

yang menyebabkan perdarahan saluran cerna bahagian atas. Sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh McCormack,

et al

., 1985 dimana diamati adanya

gastritis

pada endoskopi sebanyak 65 pasien (51%). Adanya

gastritis

dengan penyakit hati

atau derajat tekanan

vena hepatik

yang meningkat juga menyebabkan perdarahan


(40)

saluran cerna bahagian atas. Asam dalam

lumen

, asam empedu, alkohol, ASA

(Asam

Asetilsalisilat

/

Asetosal

) dan berbagai penyebab lainnya menyebabkan

penghancuran

epitel

sawar lambung sehingga asam kembali berdifusi ke

mukosa

.

Hal ini menyebabkan peningkatan penghancuran sel

mukosa

yang menimbulkan

peningkatan

pepsinogen

-

pepsin

yang menyebabkan rusaknya fungsi sawar

lambung sehingga terjadi penghancuran

kapiler

dan

vena

kecil. Peningkatan

penghancuran sel

mukosa

juga menimbulkan peningkatan asam yang merangsang

aktivitas

kolinergik

. Selain itu penghancuran sel

mukosa

juga menyebabkan

terjadinya peningkatan

histamin

yang menyebabkan peningkatan

vasodilatasi

permeabilitas terhadap protein, terjadi kebocoran plasma ke

intestinum

,

edema

,

juga terjadi kebocoran plasma ke lambung. Secara keseluruhan dari hal di atas

dapat menyebabkan perdarahan saluran cerna bahagian atas (Agus, Priyanto,

2008).

Dari pembahasan di atas dapat dilihat bahwa endoskopi memiliki peranan

yang sangat penting dalam menemukan kelainan-kelainan di saluran pencernaan.


(41)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.

Kesimpulan

Pada penelitian ini, ditemukan bahwa penyebab perdarahan saluran cerna

bahagian atas di RSUP H. Adam Malik Medan yang paling banyak disebabkan

oleh

varices esofagus

dan dari kebanyakan kasus

varices esofagus

disertai oleh

sirosis hati

. Oleh karena itu butuh tindakan pemeriksaan endoskopi segera pada

pasien

sirosis hati

sebelum terjadinya perdarahan saluran cerna bahagian atas

dengan demikian dapat secara cepat ditangani oleh para dokter sehingga dapat

dicegah timbulnya perdarahan saluran cerna bahagian atas.

6.2.

Saran

Kepada pelayan kesehatan diharapkan mampu mengadakan penyuluhan

kepada masyarakat tentang perdarahan saluran cerna bahagian atas beserta

kaitaanya dengan penyakit

sirosis hati

lalu mengedukasi masyarakat mengenai

gejala awal perdarahan saluran cerna bahagian atas sehingga dapat dengan segera

dilakukan pemeriksaan dini.

Kepada masyarakat diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dalam

menjaga kesehatan dan bila ditemukan gejala awal perdarahan saluran cerna

bahagian atas segera lakukan pemeriksaan dini.

Kepada pihak rumah sakit diharapkan kedepannya memperbaiki sistem

pendataan pasien sehingga data-data yang dibutuhkan oleh peneliti lebih lengkap

dan akurat karena hasil penelitian juga bergantung pada kelengkapan data yang

tersedia.

Kepada peneliti lainnya diharapakan agar mampu membuat dan

mengembangkan mutu penelitian ini kedepannya dengan menggunakan metode

penelitian yang berbeda.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Aguslina, Farida. 2004.

Hepatitis B Ditinjau Dari Kesehatan Masyarakat Dan

Upaya Pencegahan

[jurnal ilmiah]. USU Respotory. FKM USU,

Medan

Agus, Priyanto, 2008. Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika

Alexander, J.A., 2008

. Chapter 11: Nonvariceal Gastroinestinal Tract Bleeding

.

Dalam

: Hauser, S.C.,

et al.

Mayo Clinic Gastroenterology and

Hepatology Board Review 3

rd

ed

. Canada:

Scientific Publication

Anand, B.S., 2011.

Peptic Ulcer Disease

,

Bayler College of Medicine

. Available

from:

http://emedicine.medscape.com/article/181753-overview#a0156

(Accesed 1 Mei 2011)

Caestecker, J.d., 2011.

Upper Gastrointestinal Bleeding Clinical Presentation,

Hahnemann

University

.

Available

from:

http://emedicine.medscape.com/article/187857-clinical#a0216

(Accesed 1 Mei 2011)

Djojoningrat, D., 2006.

Pendekatan Klinis Penyakit Gastrointestinal

.

Dalam

:

Sudoyo, A.W.,

et al

.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: 4

th

ed. Vol 1

.

Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI,

289

292.

Dubey, S., 2008.

Perdarahan Gastrointestinal Atas

.

Dalam

: Greenberg, M.I.,

et

al.

Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Vol 1

. Jakarta:

Penerbit Erlangga, 275.

John, R.S., 2009.

Chapter 30: Acute Upper Gastrointestinal Bleeding

.

Dalam

:

Greenberger, N.J.,

et al

.

Current Diagnosis & Treatment

Gastroenterology, Hepatology, & Endoscopy

. USA: McGraw-Hill

Companies, 324

342.


(43)

Jubril, N.,

et al

., 1992.

Gambaran Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas di

Bagian Penyakit Dalam RSU dr. Jamil, Padang

. Dalam: Sriwidodo.

1992.

Majalah Cermin Dunia Kedokteran

. Jakarta: Grup PT Kalbe

Farma, 26

28.

Jutabha, R.,

et al.

2003.

Acute Upper Gastrointestinal Bleeding

.

Dalam

:

Friedman, S.L.,

et al

.

Current Diagnosis & Treatment in

Gastroenterology 2 ed

. USA:

McGraw-Hill Companies

, 53

67.

Kirk

and

Richard, 1980.

Continous Intravenous Vasopressin in Active Upper

Gastrointestinal Bleeding A Placebo- Controlled Trial

. USA:

McGraw-Hill Companies

, 324

342.

Laine, L., 2008.

Gastrointestinal Bleeding

.

Dalam

: Fauci, A.S.,

et al

.

Harrison’s

Principles of Internal Medicine: 17

th

ed. Vol 1

. USA:

McGraw-Hill

Companies

, 257

260.

McCormack,

et al

., 1985.

Upper Digestive Hemorrhage in Liver Cirrhosis:

Clinical and endoscopic finding

. USA:

Saunders Elsevier

Norberto C,

et al

., 2010.

Characteristics and Outcomes of Acute Upper

Gastrointestinal Bleeding After Therapeutic Endoscopy In The Elderly.

USA

: McGraw-Hill Companies

Porter, R.S.,

et al.

, 2008.

The Merck Manual of Patient Symptoms

. USA:

Merck

Research Laboratories.

Putra, D.S., 2009.

Endoskopi Saluran Cerna

. Available from:

http://www.dr-deddy.com/artikel-kesehatan/105-endoskopi.html

(Accesed 1 Mei


(44)

Savides, T.J.,

et al.

, 2010.

Chapter 19: Gastrointestinal Bleeding

.

Dalam

:

Feldman, M.,

et al

.

Sleisenger and Fordtran’s Gastrointestinal and

Liver Disease Pathophysiology/ Diagnosis/ Management 9

th

ed Vol 1

.

USA:

Saunders Elsevier

Shah, V.H.,

et al.

, 2010.

Chapter 90: Portal Hypertension and Gastrointestinal

Bleeding

.

Dalam

: Feldman, M.,

et al

.

Sleisenger and Fordtran’s

Gastrointestinal and Liver Disease Pathophysiology/ Diagnosis/

Management 9

th

ed Vol 2

. USA:

Saunders Elsevier

Soeprapto, P.,

et al.

, 2010.

Kegawatdaruratan Gastrointestinal

Dalam

: Juffrie,

M.,

et al

.

Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi: 1

st

ed

. Jakarta:

Badan Penerbit IDAI, 27

50.

Syam, A.F.,

et al

., 2005.

The Causes of Upper Gastrointestinal Bleeding in The

National Referral Hospital: Evaluation on Upper Gastrointestinal

Tract Endoscopic Result in Five Years Period Vol 6 No.3

. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Available from:

www.ina-jghe.com/?page=journal.download_abs

tract

_process&id=183

(Accesed 28 April 2011)

Vakil, N., 2010.

Chapter 52: Peptic Ulcer Disease

.

Dalam

: Feldman, M.,

et al

.

Sleisenger and Fordtran’s Gastrointestinal and Liver Disease

Pathophysiology/ Diagnosis/ Management 9

th

ed Vol 1

. USA:

Saunders Elsevier

Wong, L.M.,

et al

., 2008.

Gastrointestinal Endoscopy

.

Dalam

: Fauci, A.S.,

et al

.

Harrison’s Principles of Internal Medicine: 17

th

ed. Vol 2

. USA:


(45)

Zaltman C, Souza HS, Castro ME, Sobral Mde F, Dias PC, Lemos V Jr. 2002.

Upper Gastrointestinal Bleeding in a Brazillian Hospital: a

Retrospective Study of Endoscopic Records

.

Arq Gastroenterol

, 39:

74-80


(1)

696 Perempuan Melayu Gastritis antrum 40 31-40 697 Perempuan Batak Gastritis antrum 19 11-20 698 Perempuan Jawa Gastritia antrum 39 31-40 699 Laki-Laki Batak Normal 56 51-60 700 Laki-Laki Batak Varices esofagus 51 51-60 701 Laki-Laki Jawa Normal 54 51-60 702 Laki-Laki Melayu Stiktur esofagus 36 31-40 703 Laki-Laki Aceh Normal 47 41-50 704 Laki-Laki Melayu Gastritis antrum 39 31-40 705 Perempuan Batak Pan gastropathy 51 51-60 706 Laki-Laki Batak Pan gastritis 24 21-30 707 Perempuan Batak Pan gastritis 38 31-40 708 Perempuan Batak Multiple ulcer antrum 47 41-50 709 Perempuan Batak Esofagitis dan gastritis antrum 74 71-80 710 Laki-Laki Batak Normal 62 61-70 711 Perempuan Batak Gastritis antrum 56 51-60 712 Laki-Laki Jawa Gastropathy dan Ca gaster dan ulkus duodenal 65 61-70 713 Laki-Laki Melayu Pan gastropathy 56 51-60 714 Perempuan Melayu Gastritis antrum 78 71-80 715 Perempuan Batak Gastritis antrum 32 31-40 716 Laki-Laki Jawa Gastritis antrum 33 31-40 717 Laki-Laki Batak Normal 17 11-20 718 Laki-Laki Melayu Ulkus duodenal dan gastropathy 46 41-50 719 Laki-Laki Batak Gastritis corpus 44 41-50 720 Perempuan Batak Gastritis antrum 60 51-60 721 Perempuan Aceh Normal 45 41-50 722 Laki-Laki Batak Pan gastritis dan ulkus gaster dan esofagitis 56 51-60 723 Laki-Laki Jawa Gastritis antrum dan bile refluks 44 41-50 724 Perempuan Batak Varices esofagus dan gastropathy 65 61-70 725 Laki-Laki Melayu Ca ampula vateri 74 71-80 726 Laki-Laki Batak Varices esofagus dan gastritis antrum 56 51-60 727 Perempuan Jawa Normal 17 11-20 728 Laki-Laki Jawa Ca esofagus 48 41-50 729 Perempuan Jawa Gastritis antrum 57 51-60 730 Perempuan Jawa Normal 15 11-20 731 Perempuan Batak Gastropathy Hipertensi Portal 47 41-50 732 Perempuan Batak Gastritis antrum 76 71-80 733 Perempuan Melayu

Esofagitis dan gastropathy dan ulkus corpus dan ulkus

duodenal 77 71-80

734 Laki-Laki Jawa Ulkus pilorik 20 11-20 735 Perempuan Batak Ulkus duodenal 54 51-60


(2)

736 Laki-Laki Batak Ligasi varices esofagus 56 51-60 737 Perempuan Batak Normal 30 21-30 738 Laki-Laki Aceh Gastropathy dan bulbitis 58 51-60 739 Laki-Laki Batak Ligasi varices esofagus 70 61-70 740 Perempuan Batak Gastropathy dan gastritis 76 71-80 741 Laki-Laki Batak Normal 38 31-40 742 Laki-Laki Batak Gastritis cardia 20 11-20 743 Perempuan Batak Gastritis antrum dan bile refluks 51 51-60 744 Perempuan Melayu Varices esofagus dan ulkus antrum 24 21-30 745 Laki-Laki Jawa Varices esofagus dan gastropathy dan ligasi 50 41-50 746 Perempuan Jawa Varices esofagus dan ulkus duodenal 55 51-60 747 Laki-Laki Batak Ulkus bulbus duodenal 39 31-40 748 Perempuan Dayak Varices esofagus dan gastropathy 50 41-50 749 Perempuan Aceh Ulkus bulbus duodenal 55 51-60 750 Perempuan Batak Ulkus gaster 65 61-70 751 Laki-Laki Jawa Ulkus antrum 57 51-60 752 Laki-Laki Batak Ca esofagus dan Ca gaster 33 31-40 753 Laki-Laki Jawa Ligasi varices esofagus 50 41-50 754 Laki-Laki Batak Multiple apthous ulkus pilork 50 41-50 755 Perempuan Batak Gastritis antrum 55 51-60 756 Perempuan Batak Normal 54 51-60 757 Perempuan Batak Ca gaster 41 41-50 758 Perempuan Batak Ligasi varices esofagus 25 21-30 759 Perempuan Batak Gastritis antrum 66 61-70 760 Laki-Laki Batak Gastritis antrum 55 51-60 761 Perempuan Jawa Bile refluks 52 51-60 762 Perempuan Melayu Gastritis antrum 67 61-70 763 Laki-Laki Jawa Gatropathy dan multiple ulkus antrum 53 51-60 764 Laki-Laki Batak Ligasi varices esofagus 56 51-60 765 Laki-Laki Jawa Varices esofagus dan gastropathy 52 51-60 766 Laki-Laki Batak Gastritis antrum 60 51-60 767 Perempuan Batak Gastritis antrum 32 31-40 768 Perempuan Batak Gastritis cardia 51 51-60 769 Perempuan Aceh Ligasi varices esofagus 36 31-40 770 Laki-Laki Aceh Gastropathy dan Ca ampula vateri 60 51-60 771 Laki-Laki Batak Ligasi varices esofagus 32 31-40 772 Laki-Laki Melayu Normal 48 41-50 773 Perempuan Batak Candidiasis esofagus 45 41-50 774 Laki-Laki Batak Ca gaster 57 51-60 775 Perempuan Batak Normal 51 51-60 776 Perempuan Batak Gastropathy 58 51-60


(3)

777 Laki-Laki Batak Ligasi varices esofagus 50 41-50 778 Laki-Laki Jawa Ulkus antrum dan ulkus bulbus duodenal 50 41-50 779 Laki-Laki Batak Gastropathy dan ulkus duodenal 50 41-50 780 Laki-Laki Batak Normal 51 51-60 781 Laki-Laki Batak Normal 35 31-40 782 Laki-Laki Jawa Gastropathy Hipertensi Portal 68 61-70 783 Perempuan Batak Ulkus antrum 43 41-50 784 Perempuan Jawa Varices esofagus dan gastropathy 49 41-50 785 Laki-Laki Aceh Gastropathy 32 31-40 786 Laki-Laki Jawa Ca esofagus 70 61-70 787 Laki-Laki Jawa Gastritis cardia dan fundus 14 11-20 788 Perempuan Batak Varices esofagus dan ligasi 43 41-50 789 Perempuan Jawa Normal 55 51-60 790 Laki-Laki Melayu Pan gastritis erosiva 11 11-20 791 Laki-Laki Batak Varices esogfagus dan gastritis antrum 57 51-60 792 Perempuan Batak Ulkus antrum 51 51-60 793 Laki-Laki Batak Normal 56 51-60 794 Laki-Laki Batak Ulkus Apthous antrum 48 41-50 795 Perempuan Batak Gastritis antrum 41 41-50 796 Perempuan Jawa Gastropathy 52 51-60 797 Perempuan Jawa Gastritis antrum dan pilorik 42 41-50 798 Laki-Laki Batak Gasrtitis antrum 56 51-60 799 Laki-Laki India Normal 41 41-50 800 Laki-Laki Jawa Varices esofagus dan gastritis cardia 53 51-60 801 Laki-Laki Jawa Ca ampula vateri 51 51-60 802 Perempuan Jawa Ulkus gaster 65 61-70 803 Laki-Laki Jawa Normal 52 51-60 804 Laki-Laki Jawa Varices esofagus dan ulkus antrum 53 51-60 805 Laki-Laki Jawa Gastritis antrum 52 51-60 806 Laki-Laki Batak Normal 45 41-50 807 Laki-Laki Batak Gastropathy 53 51-60 808 Perempuan Batak Normal 50 41-50 809 Laki-Laki Aceh Ligasi varices esofagus 44 41-50 810 Laki-Laki Batak

Varices esofagus dan multiple ulkus antrum dan

gastropathy 49 41-50

811 Laki-Laki Batak Esofagitis dan pan gastritis dan bulbitis 45 41-50 812 Perempuan Batak Ulkus apthous antrum dan pilorik 73 71-80 813 Laki-Laki Aceh Pan gastritis dan obstruksi gaster 40 31-40 814 Laki-Laki Jawa Gastritis erosiva dan esofagitis 59 51-60 815 Perempuan Jawa Ligasi varices esofagus 38 31-40 816 Laki-Laki Aceh KPK 47 41-50


(4)

817 Laki-Laki Jawa Gastritis antrum dan duodenal dan bile refluks 68 61-70 818 Laki-Laki Batak Ulkus antrum 64 61-70 819 Laki-Laki Jawa Gastritis antrum 53 51-60 820 Laki-Laki Aceh Gastritia antrum 62 61-70 821 Laki-Laki Batak Gastropathy dan ulkus antrum 48 41-50 822 Perempuan Batak Multiple ulcer antrum dan bulbitis 20 11-20 823 Laki-Laki Melayu Ligasi varices esofagus 53 51-60 824 Perempuan Batak Normal 45 41-50 825 Laki-Laki Aceh Hiatus hernia esofagus 40 31-40 826 Perempuan Batak Normal 55 51-60 827 Perempuan Batak Esofagitis 57 51-60 828 Perempuan Jawa Normal 48 41-50 829 Laki-Laki Batak Giant ulcer dan Ca gaster 52 51-60 830 Perempuan Batak Gastritis antrum 56 51-60 831 Laki-Laki Batak Gastritis antrum 42 41-50 832 Laki-Laki Jawa Gastropathy 45 41-50 833 Laki-Laki Batak Multiple ulkus antrum 50 41-50 834 Perempuan Batak Gastritis antrum 13 11-20 835 Perempuan Aceh Normal 56 51-60 836 Perempuan Batak Multiple ulkus pada antrum dan corpus dan gastropathy 65 61-70 837 Perempuan Batak Varices esofagus 50 41-50 838 Laki-Laki Batak Multiple apthous ulcus pada bulbus duodenal 42 41-50 839 Perempuan Batak Gastritis antrum 49 41-50 840 Perempuan Batak Candidiasis esofagus 52 51-60 841 Laki-Laki Batak Normal 71 71-80 842 Perempuan Aceh Ligasi varices esofagus 36 31-40 843 Laki-Laki Batak Varices esofagus 24 21-30 844 Laki-Laki Aceh Ulkus antrum 42 41-50


(5)

Kelompok Umur * JenisKelamin Crosstabulation

JenisKelamin

Total Laki-Laki Perempuan

Kelompok Umur 11-20 Count 6 2 8

% within JenisKelamin 3.4% 2.7% 3.2%

21-30 Count 9 4 13

% within JenisKelamin 5.1% 5.5% 5.2%

31-40 Count 28 6 34

% within JenisKelamin 15.8% 8.2% 13.6%

41-50 Count 52 19 71

% within JenisKelamin 29.4% 26.0% 28.4%

51-60 Count 48 13 61

% within JenisKelamin 27.1% 17.8% 24.4%

61-70 Count 25 20 45

% within JenisKelamin 14.1% 27.4% 18.0%

71-80 Count 9 8 17

% within JenisKelamin 5.1% 11.0% 6.8%

81-90 Count 0 1 1

% within JenisKelamin .0% 1.4% .4%

Total Count 177 73 250

% within JenisKelamin 100.0% 100.0% 100.0%

Suku * JenisKelamin Crosstabulation

JenisKelamin

Total Laki-Laki Perempuan


(6)

Suku Batak Count 88 46 134

% within JenisKelamin 49.7% 63.0% 53.6%

Jawa Count 59 15 74

% within JenisKelamin 33.3% 20.5% 29.6%

Minang Count 12 8 20

% within JenisKelamin 6.8% 11.0% 8.0%

Melayu Count 1 0 1

% within JenisKelamin .6% .0% .4%

Dayak Count 0 1 1

% within JenisKelamin .0% 1.4% .4%

Aceh Count 17 3 20

% within JenisKelamin 9.6% 4.1% 8.0%

Total Count 177 73 250