2
Salah satu teknologi atau alat yang dapat membantu meringankan pekerjaan manusia ialah teknologi telemetri dimana manusia dapat mengetahui
suatu hal atau keadaan dari jarak jauh tanpa harus berada di lokasi. Prinsip kerja dari alat ini adalah menggunakan sensor dan gelombang radio, dimana suatu
besaran yang terdeteksi oleh sensor lalu dipancarkan lewat gelombang radio sehingga sampai ke penerima. Atas dasar latar belakang itulah penulis mengambil
judul “ Perancangan Sistem Telemetri Untuk Pendeteksi Keadaan Gunung Berapi Menggunakan Modulasi Digital FSK-FM”
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah : Perancangan berbasiskan sistem telemetri ini diharapkan dapat digunakan
untuk mengukur suatu besaran seperti suhu, getaran dan volume gas dari jarak jauh yang dapat diaplikasikan sebagai pendeteksi aktivitas gunung berapi
Mengetahui prinsip kerja dari sistem telemetri menggunakan modulasi FSK dan gelombang FM.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana merancang dan membuat alat yang dapat mendeteksi besaran suhu, gas dan getaran berbasiskan sistem telemetri sehingga dapat digunakan
untuk mendeteksi keadaan gunung berapi.
1.4 Batasan Masalah
Karena rumitnya pembuatan tugas akhir ini maka batasan masalah yang diambil meliputi :
3
Rangkaian pengirim dan penerima FM yang digunakan adalah rangkaian yang sudah jadi..
Sensor yang digunakan adalah sensor suhu, sensor getar dan sensor gas Karbon Monoksida CO.
1.5 Metoda Penelitian
Dalam Menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis melakukan langkah-langkah : Mempelajari dan mengumpulkan data dari buku serta artikel-artikel yang
berhubungan dengan Tugas Akhir ini. Melakukan Perancangan dan menentukan komponen yang akan digunakan
untuk pembuatan alat. Melakukan pengujian alat untuk menetukan kinerja dari tiap rangkaian serta
melakukan pengukuran di laboratorium. Melakukan konsultasi dengan pembimbing untuk mengetahui dan mengatasi
masalah serta hambatan yang timbul dalam pembuatan Tugas Akhir Ini.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan Tugas Akhir ini meliputi : BAB I
: PENDAHULUAN Membahas latar belakang, tujuan, rumusan masalah, batasan masalah,
,metodologi penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : DASAR TEORI
Membahas teori dasar yang berhubungan dengan pembuatan tugas akhir ini.
4
BAB III : PERANCANGAN ALAT Membahas cara kerja rangkaian, langkah-langkah perancangan dan
pembuatan perangkat ini. BAB IV : PENGUJIAN ALAT
Berisi hasil pengukuran serta pengujian rangkaian dan analisa. BAB V : PENUTUP
Berisi mengenai kesimpulan dari hasil pembuatan tugas akhir ini serta saran yang ditujukan untuk pengembangan alat lebih lanjut.
6
30 buah di Bali dan Nusa Tenggara 16 buah di Maluku
18 buah di Sulawesi
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat,
sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali.
Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah
mati. Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magma di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain
aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:
Aliran lava.
Letusan gunung berapi.
Aliran lumpur.
Abu.
Kebakaran hutan.
Gas beracun.
Gelombang tsunami.
Gempa bumi. Di bawah ini adalah tingkatan status aktifitas untuk gunung berapi serta makna
dari tiap status tersebut :
7
Tabel 2.1 Tingkat Isyarat Gunung Berapi di Indonesia Status
Makna
AWAS
Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang
menimbulkan bencana
Letusan awal dimulai dengan abu dan asap
Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam
SIAGA
Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana
Peningkatan intensif kegiatan seismik
Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada
keadaan yang dapat menimbulkan bencana
WASPADA
Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal
Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya
Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal
NORMAL
Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma
Level aktivitas dasar
Tak seperti gempa yang tak bisa diprediksi kehadirannya, bencana gunung berapi meletus sebenarnya lebih dapat dipantau dan diprediksi. Setiap gunung
berapi memiliki pos pemantauan yang bertugas memantau aktivitas gunung berapi
8
secara fisik dan kimiawi. Dari pantauan ini pula status gunung berapi bisa ditentukan, waspada, siaga, dan awas. Selain hasil pantauan seismik di pos-pos
pemantau gunung berapi, beberapa tanda gunung berapi meletus dapat dipantau oleh mata awam, misalnya:
Suhu di sekitar kawah naik normalnya rata-rata berkisar antara 10 C-
40 C.
Mata air menjadi kering.
Frekuensi getaran yang meningkat.
Tumbuhan di sekitar gunung layu.
Binatang di sekitar gunung bermigrasi. Selain itu tanda-tanda gunung api meletus juga dapat disertai dengan
keluarnya gas vulkanik dari dalam kawah antara lain gas Karbonmonoksida CO, Karbondioksida CO2, Hidrogen Sulfida H2S, Sulfurdioksida SO2, dan
Nitrogen NO2 yang dapat membahayakan manusia. Dengan mengetahui tanda- tanda tersebut maka para pemantau gunung berapi dapat memberitahukan kepada
masyarakat atau para wisatawan agar tidak mendekati gunung tersebut sehingga tidak menimbulkan korban.
2.2 Telemetri