Struktur Tegakan Horisontal Pada Hutan Rawa Gambut

STRUKTUR TEGAKAN HORISONTAL PADA HUTAN RAWA GAMBUT
SITI LATIFAH, S. Hut, MSi
Program Ilmu Kehutanan
Jurusan Manajemen Hutan
Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan
Hutan alam dengan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
merupakan suatu sumber daya alam yang dikaruniakan Allah kepada manusia untuk
kelangsungan hidupnya. Agar hutan dapat memberikan fungsi dan manfaat yang
lestari diperlukan adanya pengelolaan yang optimal.
Kegiatan-kegiatan pengelolaan hutan akan dapat dijalankan secara optimal,
apabila informasi mengenai keadaan dan dimensi tegakan diketahui secara teliti
terlebih dahulu. Pengetahuan mengenai bentuk dan karakteristik struktur tegakan
hutan merupakan salah satu informasi yang diperlukan untuk maksud pengelolaan
hutan tersebut.
Struktur tegakan meliputi dua tipe, yaitu struktur tegakan horisontal dan
vertikal.
Struktur tegakan vertikal merupakan sebaran jumlah pohon
dalam
berbagai lapisan tajuk, sedangkan struktur tegakan horisontal merupakan sebaran
jumlah pohon pada berbagai kelas diameter. Secara matematis struktur tegakan

horisontal ini dapat dipandang sebagai hubugan fungsional antara diameter (X)
dengan jumlah pohon (N) pada satuan luas tertentu yang dapat dinyatakan sebagai
N=f(X).
Stuktur tegakan mempunyai bentuk yang khas untuk setiap tempat
tumbuh, setiap jenis pohon dan keadaan tegakan hutan (Suhendang, 1985).
Dengan diketahuinya bentuk struktur tegakan horisontal sebelum dilakukan
pembalakan, maka diharapkan selanjutnya dapat dipeoleh dimensi tegakan dengan
ketelitian yang terandalkan .
I.
Ekosistem Terkhususkan di dalam HutanTropika Basah
Ewusie (1990) menyebutkan bahwa di dalam hutan tropika basah terdapat
beberapa ekosistem terkhususkan, seperti nabatah pegunungan, hutan rawa,
ekosistem pantai seperti rawa bakau, dan nabatah pesisisr.
Untuk selanjutnya dalam makalah ini yang dimaksud ekosistem terkhususkan
adalah hutan rawa gambut. Pada umunya rawa ditemukan pada unjuran danau atau
sungai tenang terlindung, pada pinggiran air tergenang, dan dalam lekuh. Di dala
hutan tropika tidak banyak terkumpul humus, sehingga sebagian hutan rawa tropika
tidak membentuk gambut, terutama di tempat yang ainya cukup kaya akan bahan
mineral.
Hutan rawa gambut (Peat swamp forest) di Indonesia seluas sekitar

1.500.000 ha denga ciri-ciri sebagai berikut (Soerianegara dan Indrawan, 1988):
a. Iklim selalu basah
b. Tanah tergenang air gambut, lapisan gambut mempunyai ketebalan 1-20
m.
c. Tanah rendah rata
d. Jenis-jenis pohon yang umumnya tumbuh, antara lain : Alstonia sp.,
Anisoptera sp., Capnosperma, Cratoxylon, Dryobalanops sp., Durio
carinatus., Sapotaceae div, Koompasssia malaccensis, Merista glabra,
Eugenia, Litsea, Pholido carpus, Tristania, dan lain-lain.

© 2003 Digitized by USU digital library

1

II.
Pengertian dan Penggunaan Model Struktur Tegakan
Richard (1964) mendifinisikan struktur tegakan hutan sebagai sebaran
individu tumbuhan dala lapisan tajuk hutan. Meyer, et al (1961) menggunkan istilah
ini sebagai sebaran jumlah pohon per satuan luas (hektar) dalam berbagai lapisan
kelas diameternya.

Husch et al. (1982)
menggunakan istilah ini untuk
menerangkan sebaran jenis pohon dengan dimensi (diameter ) dalam kawasan
hutan .Sementara menurut Trumbul (1963) dalam Suhendang (1985) struktur
tegakan adalah sebaran luas bidang dasar pada berbagai kelas diameter. Struktur
tegakan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah sebaran jumlah pohon persatuan
luas (hektar) berdasarkan kelas diameternya.
Meyer et al. (1961) memakai data yang diperoleh dari French Foretser de
lalement de Liocourt pada tahun 1898 berdasarkan hasil pengukuran pada kawasan
hutan tidak seumur untuk menggambarkan model sebaran struktur tegakan hutan
berupa hubungan fungsional antara diameter setinggi dada dengan kerapatan
tegakannya. Bentuk srtuktur tegakan yang diperolehnya adalah berbentuk huruf J
terbalik dengan menggunakan persamaan famili sebaran eksponensial. Husch et al.
(1982) juga melakukan pengamatan tentang masalah ini dan memperoleh hasil yang
sama dengan hasil yang tersebut di atas.
Model struktur tegakan dapat digunakan untuk menduga nilai kerapatan
tegakan , penentuan luas bidang dasar tegakan, dan penentuan volume tegakan.
a. Penentuan kerapatan tegakan
Struktur tegakan merupakan hubungan fungsional antara kerapatan
tegakan dengan diameternya, secara matematis dapat disimbolkan dengan

N=f(X), yang menyatakan N adalah jumlah pohon total per ha, f(x)
menyatakan struktur tegakan hutan, dan X adalah diameter pohon setinggi
dada (cm). Adapun prosedur perhitungannya untuk pohon berdiameter ≥10
cm dapat dilihat pada persamaan sebagai berikut :
P(xi-k/2/ 2≤x≤ +k/2)
xi+k/2
(ƒf(x) dx) N
xi-k/2
Ni

=

=
X maks
(ƒf(x) dx)
X min

N
P(≥10)
………..(1)


untuk kerapatan tegakan total dilakukan dengan prosedur :
N

=

P
∑ Ni pohon /ha
i=1
………..(2)

dimana :
f (x)
k
Xi
Ni
N
P
X maks
(ƒf(x) dx)

X min

=
=
=
=
=
=
=

Fungsi kepekatan dari famili sebaran terpilih
Selang kelas diameter
Diameter tengah kelas diameter ke-i
Kerapatan tegakan pada kelas diameter ke-1
Jumlah tegakan per ha total pada suatu areal
Jumlah kelas diameter
Faktor koreksi dari kaidah peluang bersyarat

© 2003 Digitized by USU digital library


2

b. Penentuan Luas Bidang dasar Tegakan
Luas bidang dasar tegakan tiap kelas diameter dapat ditentukan dengan
prosedur :
Di
= (π/4) ∑ Xi2 Ni m2/ha
Di
= Luas bidang dasar tegakan kelas diameter ke-i
Xi
= Diameter tengah (cm) pohon pada kelas diameter ke-i
Ni
= Nilai kerapatan tegakan pada kelas diameter ke- i
…………..(3)
c. Penetuan Volume Tegakan
Volume tegakan kelas diameter ke-i dapat ditentukan dengan prosedur:
Vi
= vi Ni m3/ha
vi
= Tarif volume

Ni
= Nilai kerapatan tegakan pada kelas diameter ke- i
Vi
= Volume tegakan kelas diameter ke-i
…………(4)

III.
Penutup
Model struktur tegakan dapat digunakan untuk menduga nilai kerapatan
tegakan , penentuan luas bidang dasar tegakan, dan penentuan volume tegakan.
Pemakaian model struktur tegakan dalam pendugaan dimensi tegakan akan dapat
lebih menguntungkan dipandang dari segi waktu, biaya, dan tenaga yang diperlukan
serta kepraktisan pelaksanaannya. Adanya kepraktisan pekerjaan di lapangan ini
memungkinkan untuk mengurangi kesalahan yang dibuat.

DAFTAR PUSTAKA
Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Penerbit Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
Husch,B.,C.I. Miller and T.W.Beers.1982. Forest Mensuration. Jont Willey and sons.
New York.

Meyer, H. A., A.B. Recknagel, D.D. Stevensen and R.A Bartoo. 1961.
Manajement. The Ronald Press Company. New York.

Forest

Richards, P.W. 1964. the Tropical Rain Forest an Ecology Study. Cambridge at The
University Press. Cambridge.
Suhendang, E. 1985. Studi Model Struktur Tegakan Hutan Hujan Alam Dataran
Rendah di Bengkunat, Propinsi DT I Lampung. Thesisi. Fakultas Pasca
Sarjana, IPB. Bogor. Tidak Diterbitkan.

© 2003 Digitized by USU digital library

3