Teknik Pengangkutan Kayu Di Hutan Rawa Gambut

TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd,
Prop. Sumatera Selatan)
MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian
Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Mengingat kondisi alam yang membtasi, pengangkutan kayu di hutan rawa banyak dilakukan dengan menggunakan jalan rel. Pengangkutan kayu melalui jalan rel ini pada hakekatnya ada dua cara, yaitu cara pertama dengan menggunakan lori yang didorong oleh orang dan cara kedua dengan menggunakan lori yang ditarik loko. Pada umumnya kegiatan pengangkutan melalui jalan darat ini kemudian dilanjutkan melalui jalan air dengan sistem rakit (Dulsalam, 1988).
Menurut Brown (1958), faktor-faktor yang menentukan cara pengangkutan adalah sebagai berikut : (1) Biaya, (2) ukuran panjang dan berat kayu, (3) tersedianya tenaga kerja, (4) jarak ke pabrik pengolahan kayu, (5) besarnya biaya operasi, (6) pertimbangan iklim, (7) topografi, (8) nilai tegakan, dan (9) permintaan pabrik setiap tahun.
Adpun keuntungan pengangkutan melalui jalan rel menurut Suharto (1957) dalam Sianturi (1984) sebagai berikut : - Kapasitas angkut relatif besar - Pengngkutan kayu relatif teratur - Tidak tergantung musim dan cuaca - Biaya angkutan relatif murah
Sedangkan kelemahannya adalah (Elias, 1988) : - Tanjakan maksimum hanya 3 %, sehingga tidak dapat digunakan pada topografi
berat - Pengangkutan di atas rel memerlukan volume besar tiap rit secara
berkesinambungan untuk membuatnya ekonomis - Sarana jalannya tidak bisa digunakan untuk umum - Investasi untuk jalan dan sarana tinggi

KONSTRUKSI JALAN REL
Menurut Dulsalam (1988), konstruksi jalan rel dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas adalah rel besi beserta perlengkapannya, yakni tempat meluncurnya roda lori dan loko sedangkan bagian

2002 designed by USU digital library

1

bawah adalah bantalan yang terdiri dari kayu bulat yang disusun berlapis-lapis seolah-olah terapung di atas tanah lembek.
Dulsalam dan Sianturi (1986), membagi jalan rel menjadi dua macam yaitu rel yang terbuat dari baja dan rel yang terbuat dari kayu. Perbedaan konstruksi jalan rel kayu dan jalan rel besi hanya terletak pada bagian atasnya saja. Pada jalan rel kayu, rel terbuat dari kayu kaso berukuran 5 cm dan tinggi 7 cm. Bagian atas kayu dilapisi besi siku berukuran 5 cm x 5 cm. Rel kayu biasanya mempunyai panjang 6 m.

1 2
3 4 5

Keterangan Gambar : 1. besi siku 2. jari-jari 3. bujuran 4. galang 5. sepatu

Gambar 1. Penampang melintang jalan rel kayu.

1
Keterangan Gambar : 1. besi siku 2. jari-jari 3. bujuran 4. galang 5. sepatu

1
2 3 4 5

Gambar 2. Penampang melintang jalan rel kayu. Adapun unsur-unsur biaya dalam konstruksi jalan rel besi dan kayu menurut Dulsalam dan Sianturi (1986) secara garis besar dibagi dua macam, yaitu biaya bahan dan biaya upah. Biaya bahan dalam pembuatan jalan rel kayu meliputi biaya pembelian besi siku dan paku, sedangkan biaya bahan dalam pembuatan jalan rel besi meliputi biaya pembelian rel besi, besi sambungan, paku rel, dan baut. Biaya upah pada konstruksi jalan rel kayu dan jalan rel besi meliputi biaya pemasangan rel, pembuatan dan pemasangan unsur jari-jari dan galang.

2002 designed by USU digital library

2

SISTEM PENGANGKUTAN KAYU

Pengangkutan kayu (major transportation) di hutan rawa dimulai dari memuat kayu di betou (Tpn) sampai ke log pond (TPK). Kegiatan pengangkutan di areal HPH PT kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd. meliputi pembuatan jalan rel dan pengangkutan kayu dari betou ke logpond.
a. Pembuatan jalan rel
Hutan rawa dengan kondisi areal yang tanahnya bergambut dan basah, serta memilki topografi yang datar (0-8 %) sehingga jenis jalan yang paling sesuai adalah jaringan jalan rel. Jalan rel ini terdiri dari susunan kayu dan rel besi sebagi tempat meluncurnya loko dan lori.
Pembuatan jalan rel ini dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun dengan cara memindahkan rel besi dari satu areal tebangan ke areal tebang yang lain. Pekerjaan pembuatan jalan rel dimulai dengan pembuatan rencana jaringan jalan di atas peta, kemudian rintisan sesuai dengan rnecana di peta, pembuatan galkang dan pemasangan rel. Pembuatan jalan rel ini dilakukan dengan sistem borongan.
Panjang jalan rel yang telah direalisasikan sejak beroperasi sampai tahun 1997 sepanjang 373,60 km. Adapun realisasi pembutan jalan rel tahun 1996/1997 adalah 20 km. Jarak rata-rata pengangkutan kayu dengan loko dari betou (Tpn) ke logpond pada saat penelitian ini adalah 16,375 km.
Pemeliharaan dan perbaikan jalan rel dilakukan oleh regu pekerja harian. Pemeliharaan jalan angkutan ini dilakukan oleh regu pekerja setiap hari yang terdiri dari 2 regu dengan anggota empat orang. Tugas dari pekerja ini adalah memperbaiki jalan rel yang rusak yakni galangan yang rusak (lapuk), paku rel yang lepas, plat sambungan rel yang lepas, membersihkan jalan rel dari semak dan membersihkan jika pohon yang tumbang di atas rel.
b. Pengangkutan dengan loko dan lori Pengangkutan kayu dari betou sampai ke logpond di areal HPH PT Kurnia Musi
Plywood Industrial Co. Ltd di tepi Sungai Merang dilakukan melalui jalan darat dengan menggunakan rangkaian lori dengan tenaga loko bermesin diesel merk Yanmar TS 230 R buatan Jepang yang dibeli tahun 1995. Mesin tipe ini mempunyai tenaga dengan daya kerja minimum 18 DK/2200 rpm dan maksimum 23 DK/2200 rpm denganisi langkah 1132 cc.
Pengangkutan dilakukan untuk mengangkut kayu yang berada di betou ke log pond. Jarak angkut rata-rata yang ditempuh dari log pond ke betou pada sat penelitian adalah 16,375 km. Satu buah loko mempunyai 15 set lori yang dikerjakan oleh satu regu pekerja yang berjumlah 4-6 orang dan satu orang menjadi operator dengan menggunakan sistem upah borongan.
ELEMEN KERJA PENGANGKUTAN
Tahapan kegiatan pengangkutan kayu dengan menggunakan lokotraksi meliputi : 1. Berjalan kosong, merupakan tahap awal dari kegiatan pengangkutan dimana loko
menarik dan mendorong lori ( 8 set lori ditarik dan 7 set lori didorong) menuju betou. Tahapan kegiatan ini meliputi :

2002 designed by USU digital library

3

- Persiapan sebelum menuju betou, yakni memansakan mesin dan menunggu loko depan.
- Loko berjalan kosong, yakni loko bergerak meninggalkan log pond sampai loko berhenti di betou dan siap dimuati.
2. Memuat, merupakan kegiatan menaikkan kayu ke ats lori dengan menggunakan locak. Tahapan kegiatan memuat ini meliputi : - Mengatur posisi lori di betou. - Membongkar peralatan muat bongkar (locak, tongkat pengungkit, tongkattongkat untuk memantapkan kayu yang dimuat) yang berada di atas lori di betou. - Memasang landasan sebagai tempat menggulingkan kayu dari betou ke atas lori. - Memasang tali pengikat antara lori dengan jari-jari jalan rel agar lori stabil pada saat pemuatan dilakukan. - Menggulingkan kayu dari atas betou ke atas lori dengan menggunakan locak dan pengungkit. - Mengatur posisi kayu di atas lori, mengikat kayu di atas lori dan memasang pengganjal agar kayu tidak jatuh dan stabil pada saat lori berjalan.

3. Mengangkut, kegiatan mengangkut kayu merupakan tahap dimana lori yang telah dimuati kayu mulai berangkat dari betou menuju log pond. Tahapan kegiatan ini meliputi :
- Persiapan pengangkutan, kegiatannya yakni mengambil air yang digunakan untuk pendingainan mesin dan air yang digunakan untuk membasahi roda lori selama perjalan. - Berjalan bermuatan, yakni loko berjalan meninggalkan betou dengaan menarik dan mendorong lori yang telah bermuatan.
Pada saat perjalanan bermuatan ini dilakukan penaburan pasir putih yang berfungsi untuk meningkatkan daya traksi roda lori dengan rel dan pemasngan kulit-kulit kayu pada sambungan rel yang berfungsi untuk mengurangi kemungkinan roda loko dan lori yang keluar dari rel akibat sambungan rel tidak rata. 4. Membongkar, merupakan kegiatan menurunkan kayu dari atas lori ke logpond. Kegiatan ini dimulai dengan melepas tali pengikat.
PRODUKTIVITAS PENGANGKUTAN KAYU
a. Waktu Kerja dan Produktivitas Pengangkutan Pengukuran waktu kerja (time study) bertujuan untuk menentukan waktu yang
diperlukan oleh pekerja normal menyelesaikan pekerjaan dasar dalam menentukan produktivitas kerja.
Waktu kerja pengangkutan kayu dengan menggunakan lori yang ditarik/didorong loko adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut kayu dari betou ke logpond. Pengukuran waktu kerja pengangkutan, yakni loko dan lori berjalan kosong menuju betou, memuat, berjalan bermuatan menuju logpond dan membongkar muatan.
Waktu kerja kegiatan pengangkutan dengan menggunakan lokotraksi di areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd adalah 608,990 menit dengan volume angkut rata-rata 42,626 m3 dan jarak angkut rata-rata 16,375 km. Waktu kerja rata-rata efektif selama kegiatan pengangkutan ini adalah 528,255 menit. Waktu hilang yang begitu besar mencapai 81,845 menit mengakibatkan waktu yang dibutuhkan selama pengangkutan menjadi lebih lama.

2002 designed by USU digital library

4

Waktu hilang yang dapat dihindarkan pada kegiatan pengangkutan pada kegiatan pengangkutan ini adalah roda loko dan lori keluar dari jalan rel sebesar 50,365 menit (8,27 %), disebabkan kondisi jalan angkutan (jalan rel) yang rusak.
Besarnya waktu hilang ini disebabkan roda lori atau loko keluar rel sehingga pekerja membutuhkan waktu untuk mengembalikan roda loko atau lori diakibatkan oleh kondisi jalan rel yang dilalui. Kondisi jalan rel yang rusak, menyebabkan seringnya roda loko dan lori keluar jalur rel.
Waktu hilang ini akan semakin besar bila kayu di atas lori jatuh. Disamping besarnya waktu yang digunakan untuk memuat kembali ke atas lori, juga sangat berbahaya bagi keselamatan regu angkut (pelori), sehingga kayu yang jatuh ini kadang-kadang tidak dimuat kembali.

BIAYA PENGANGKUTAN KAYU
a. Biaya Pengangkutan kayu dari Tpn ke logpond Total biaya pengangkutan loko dan lori dari Tpn ke logpond sebesar Rp
8.798/m3, terdiri dari biaya jalan rel sebesar Rp 3.334,6/m3 dan biaya pengangkutan Rp 5.463,9/m3.

b. Biaya pembuatan jalan rel Dalam perhitungan biaya angkutan dengan loko tidak terlepas dari biaya
pembuatan jalan relnya. Untuk itu dalam perhitungan biaya tersebut perlu dipertimbangkan biaya pembuatan jalan dan pemeliharaan jalannya. Panjang jalan angkutan yang dilewati oleh loko sepanjang 16,375 km.
Pembuatan jalan angkutan dilakukan setiap tahun dengan loksasi yang berbeda sesuai dengan RKT yang akan berjalan. Apabila pengangkutan selesai maka dilakukan pembongkaran rel untuk pembuatan jalan rel beriutnya. Masa pakai besi rel adalah 20 tahun.
Biaya jalan rel ini terdiri dari biaya bahan jalan rel sebesar Rp 98.510.362,/tahun, biaya pembuatan jalan rel Rp 42.247.500,-/tahun dan perbaikan dan pemeliharaan jalan rel Rp 21.600.000,-/tahun.
Biaya total pembuatan jalan rel sebesar Rp 156.548.012,-/tahun atau biaya jalan rel sebesar Rp 3.334,-/m3, dimana produksi rata-rata per tahun di blok tebangan Sei Merang sebesar 48.687 m3/tahun.
c. Biaya total pengangkutan Pengangkutan di atas jalan rel ini menggunakan loko bermesin diesel merk
Yanmar TS 230 R yang menarik/mendorong 15 set lori, dimana 8 set lori didorong dan 7 set lori ditarik. Biaya pengangkutan ini memperhitungkan juga alat yang digunakan pelori untuk memuat dan membongkar kayu.
Harga satu buah loko bermesin diesel merk Yanmar TS 230 R adalah Rp 17.750.000,- dengan masa pakai 5 tahun dan ori dibuat dan dirakit sendiri oleh perusahaan dengan biya sebesar Rp 783.600,-.
Besar kecilnya biaya tetap dipengaruhi oleh besar kecilnya waktu yang diperlukan oleh pekerja dalam muat bongkar, kapasitas muatan, besar kecilnya biaya usaha angkutan dan waktu hilang. Besarnta biaya variabel dipengaruhi oleh kecepatan rata-rata selama kegiatan pengangkutan. Biaya variabel akansemakin besar apabila kecepatan loko rendah, hal ini disebabkan waktu tempuh yang dibutuhkan lebih besar.
Bila dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Misarwan (1996) diperoleh hasil biaya total angkutan lebih besar Rp 11.734,50/m3, yang terdiri dari biaya jalan rel dan biaya pengangkutan masing-masing sebesar Rp 7.046,89/m3 dan

2002 designed by USU digital library

5

Rp 4.687,61/m3. Biaya jalan rel ini lebih besar karena produksi rata-rata tahunan di areal HPH PT Rokan Permai Timber Unit Sebanga Hulu lebih kecil (25.056 m3) dibandingkan dengan produksi rata-rata tahunan di areal HPH Pt Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd blok Sei Merang (46.687 m3), mengakibatkan biaya yang ditanggung oleh jalan rel lebih besar.
KESIMPULAN
1. Sistem pengangkutan kayu di hutan rawa gambut dilakukan dengan modus jalan rel dan alat yang digunakan berupa lori yang ditarik dengan lokotraksi.
2. Elemen kerja pengangkuta kayu di hutan rawa gambut meliputi : (1) berjalan kosong menuju Tpn (betou); (2) memuat kayu ke atas lori; (3) mengangkut kayu dari betou ke logpond; dan (4) membongkar kayu logpond.
3. Kegiatan pengangkutan kayu meliputi pembuatan jalan rel dan pengangkutan kayu.

4. Produktivitas kerja pengangkutan dengan lokotraksi sebesar 4,26 m3/jam dengan jarak angkut rata-rata 16,37 km dan volume angkutan rata-rata 42,63 m3.

2002 designed by USU digital library

6

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1994. Rencana Karya Pengusahaan Hutan. PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd. Palembang.
Conway, S. 1978. Logging Practices Principles of Timber Harvesting System. Miller Preeman Publication, Inc. Washington.
Dulsalam dan A. Sianturi. 1986. Biaya Konstruksi dan Volume Kayu pada Jalan Rel Kayu dan Besi. Jurnal Lembaga Penelitian Hasil Hutan Vol. 5 No. 4. LPHH. Bogor.
FAO. 1974. Logging and Log Transport in Tropical High Forest. FAO Forestry Development, Paper No. 18. Rome.
Muhdi. 1998. Analisis Biaya dan Produktivitas Penyaradan Kayu dengan Sistem Kuda-kuda dan Pengangkutan Kayu dengan Lokotraksi di Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industries, Sumsel). Skripsi Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Bogor.

2002 designed by USU digital library

7