Pemanenan Kayu Di Hutan Rawa Gambut Di Sumatera Selatan

PEMANENAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT DI SUMATERA SELATAN
(Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd,
Prop. Sumatera Selatan)
MUHDI, S. Hut., M.Si
Fakultas Pertanian
Program Ilmu Kehutanan
Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN
Potensi hutan rawa di Indonesia diperkirakan masih besar. Tim Indonesian
Forestry Studies yang dikutip Tinambunan (1989) menyatakan bahwa arel hutan
rawa di Indonesia masih ada sekitar 32 % dari pada areal pengusahaan hutan (HPH)
di daerah datar dan bergelombang yang belum dipanen atau ekuivalen dengan luas
6,2 juta ha.
Hutan ini dapat menghasilkan 30 m3/ha kayu bulat jenis komersil dengan
pemanenan sistem tebang pilih. Potensi hutan rawa yng besar ini perlu dimnfaatkan
secara optimal dan efisien dengan menerapkan prinsip-prinsip kelestarian. Dalam
kegiatan pemanfaatan hutan rawa ini, tidak terlepas pada kegiatan pemanenan hasil
hutan.
Pemanenan hasil hutan dapat pula diartikan sebagai serangakaian kegiatan
yang dimaksudkan untuk memindahkan kayu dari hutan ke tempat penggunaan atau

pengolahan (Conway, 1978). Kegiatan ini dibedakan atas empat komponen utama,
yaitu :
1. Penebangan, yaitu mempersiapkan kayu seperti menebang pohon dan memotong
kayu sebelum kayu disarad jika dianggap perlu.
2. Penyaradan, yaitu usaha untuk memindahkan kayu dari tempat penebangan ke
tepi jalan angkutan.
3. Pengangkutan, yaitu usaha mengangkut kayu dari hutan ke tempat penimbunan
atau pengolahan.
4. Penimbunan, yaitu usaha untuk menyimpan kayu dalam keadaan baik sebelum
digunakan tau dipasarkan, dalam kegiatan ini termasuk pemotongan ujung-ujung
kayu yang pecah atau kurang rata sebelum ditimbun.

II.

KARAKTERISTIK HUTAN RAWA GAMBUT

1. Letak
PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd. Secara geografis terletak antara
1o50’– 2o10’ LS dan 103o5’ – 104o20’ BT. Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood
Industrial Co. Ltd. Berada dalam wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Lalan yang

terdiri dari sub DAS Merang, sub DAS Kepahyang, sub DAS Lalan, sub DAS
Pejudian dan sub DAS Medak.
2. Luas dan Keadaan Wilayah
Berdasarkan SK Mentan No. 160/Kpts/Um/3/1979 tanggal 7 Maret 1979 PT
Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd. memiliki areal seluas 130.000 hektar
terdiri dari hutan produksi 97.500 ha, hutan konversi 11.500 ha, dan areal
penggunaan lain yang berlokasi di kelompok hutan S. Medang 21.000 ha.
3. Topografi
Keadaan topografi di areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd.
Merupakan areal dataran rendah terletak pada ketinggian antara 5 sampai 50
meter dari permukaan laut. Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd.
Seluruhnya adalah areal datar yaitu lereng A (0 – 8 %), karena hutannya berupa
daerah rawa.
4. Tanah dan Geologi
Berdasarkan peta jenis tanah eksploitasi Propinsi Sumatera Selatan, seluruh
areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd terdiri dari organosol dan
gleihumus. Tanah organosol dan gleihumus yang ada merupakan tanah tua,
terdapat menyebar pada seluruh areal.
Berdasarkan peta geologi bersistem Indonesia lembar Sumatera Selatan,
areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd sebagian besar berupa

hamparan gambut, aluvial dan rawa yang terbentuk karena pengaruh bentuk
bentang lam/topografi.
5. Iklim
Curah hujan bulanan di areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd
tidak mengalami fluktuasi yang tajam. Kawasan ini mempunyai rata-rata curah
hujan tahunan sebesar 2.245 mm dengan jumlah bulan basah rata-rata selama
12 bulan.
Rata-rata curah hujan bulanan mencapai 187,1 mm. Curah hujan bulanan
ini cenderung meningkat pada periode bulan Oktober sampai Maret dan mencapai
puncaknya pada bulan Maret (358 mm). Pada periode bulan Mei sampai dengan
September, curah hujan di kawasan ini cenderung rendah dan yang terendah
terjadi pada bulan Agustus (130 mm).
Jumlah hari hujan di kawasan ini bervariasi antara 12-22 hari tiap bulan atau
rata-rata 13 hari tiap bulan. Jumlah hari hujan pada bulan-bulan basah berkisar
antara 16-22 hari. Kawasan ini berdasarkan sistem klasifikasi iklim Schmidt &
Fergusson memiliki iklim basah (tipe B), dengan nilai Q rata-rata 21,61 %.
6. Keadaan Hutan
Areal hutan sebagian besar berupa areal virgin forest didominasi oleh jenisjenis meranti (Shorea sp), durian burung (Durio carinatus), jelutung (Dyera lowii),
geronggang (Cratoxylon arborescens), arang-arang (Diospyros sp), kempas


2002 designed by USU digital library

2

(Koompassia malaccensis), punak (Tetrameristra glabra), rengas burung
(Melanorrhoea walicchii) dan ramin (Gonystylus bancanus).
Potensi tegakan pada areal yang belum ditebang (virgin forest) untuk jenis
komersial berdiameter 20 cm – 49 cm adalah 65,63 m3/ha sedangkan untuk
pohon-pohon berdiameter 50 cm ke atas adalah 39,48 m3/ha.
III. TEKNIK PEMANENAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT
1. Perencanaan Petak Tebang dan Organisasi Kerja
Untuk RKT 1997/1998 luas blok tebangan sebesar 2.400 ha, terbagi 2 blok
yakni blok Kepahyang 1.200 ha dan blok Merang 1.200 ha. Luas petak tebangan 100
ha maka setiap blok tebangan terdiri dari 12 petak.
Satu petak tebang 100 ha dilayani satu orang operator chainsaw, dimana
terdapat 10 regu kerja penyarad. Pemungutan kayu di dalam petak dilakukan pada
unit-unit terkecil berupa petak tebang berukuran lebar 200 m dan panjang 500 m
tegak lurus jalan rel.
200 m


500 m

100 m

1000 m
Keterangan gambar :
: betou (Tpn)
: jaringan jalan sarad
: jalan rel

Gambar 3. Skema letak betou/Tpn pada petak tebang
2. Penebangan Kayu
Kayu yang ditebang adalah
kayu yang berjenis komersial dengan batas
diameter yang dapat ditebang sesuai dengan pedoman TPTI.
Jenis kayu yang diproduksi pada umumnya adalah jenis-jenis meranti (Shorea
sp), durian burung (Durio carinatus), jelutung (Dyera lowii), geronggang (Cratoxylon

2002 designed by USU digital library


3

arborescens), arang-arang (Diospyros sp), kempas (Koompassia malaccensis),
punak (Tetrameristra glabra), rengas burung (Melanorrhoea walicchii) dan ramin
(Gonystylus bancanus).
Penebangan dilakukan pada pohon yang terdapat karpet merah. Pohon yang
terlalu besar (diameter > 100 cm) biasanya tidak ditebang, karena keterbatasan
kekuatan jalan sarad.
3. Tempat Pengumpulan Kayu (Betou)
Satu unit anak petak memiliki jalan sarad dan TPn (betou). Jaringan jalan
sarad ini dibuat untuk proses pengeluaran log yang berada pada petak tebang
sampai log dikumpulkan di betou (Tpn). Satu jaringan jalan sarad memiliki satu
buah jalan sarad utama. Jalan sarad utama ini dibuat sebelum dilakukan
penebangan. Adapun jalan sarad cabang yang dibuat setelah pohon ditebang,
yang berfungsi menghubungkan log dengan jalan sarad utama. Jalan sarad
terbuat dari galangan kayu berukuran pancang dan tiang yang ditata berlapis.
Jalan sarad ini terdiri dari 2-3 lapisan, dengan ukuran galang yang digunakan
masiing-masing 8 – 1 cm untuk lapisan 1, 19-30 cm untuk lapisan 2 dan 6-12 cm
untuk lapisan 3.
TPn (betou) berfungsi sebagai tempat pengumpulan kayu yang sudah

ditebang di petak tebang sehingga memudahkan dalam pemuatan ke atas lori.
TPn (betou) dibuat oleh regu sarad setelah jalan sarad utama selesai dibuat.
Dalam satu betou ini terdapat 4-6 pelabuhan.
Pelabuhan dibuat dari susunan galang yang ditata sedemikian rupa sehingga
setiap lapisan tegak lurus terhadap lapisan yang lain yang terbuat dari kayu
berdiameter 7-15 cm. Ukuran diameter galang yang digunakan tiap lapisan adalah
sebagai berikut ; 13-15 cm (lapisan 1), 8-10 cm (lapisan 2), 18-24 cm (lapisan
3), 8-10 cm (lapisan 4), dan 17-21 cm (lapisan 5). Pelabuhan berukuran panjang
lebih kurang 22 meter tegak lurus jalan rel dan lebar lebih kurang 2 meter. Satu
buah pelabuhan ini mampu menampung 30 batang log.
4. Penyaradan Kayu
Proses kegiatan mengeluarkan kayu dari petak tebang ke Tpn (betou)
disebut penyaradan. Penyaradan di HPH PT. Kurnia Musi Plywood Industrial Co.
Ltd. Dilakukan secara manual oleh regu-regu penyarad. Setiap regu penyarad
terdiri dari 6-8 orang yang bekerja pada petak kerja berukuran 500 m x 200 m
dengan sisi panjang tegak lurus jalan angkutan. Peralatan yang digunakan
seperangkat alat kuda-kuda (ongkak).
Alat kuda-kuda ini terbuat dari kayu dengan panjang lebih kurang 3 m dan
dipasang galang dengan lebar bukaan antar sisinya 30 cm. Galang ini berfungsi
sebagai penahan dan sekaligus menyeimbangkan kayu yang disarad. Sebagai

landasan alat kuda-kuda ini adalah jalan sarad. Lapisan paling atas (jari-jari)
sebagai landasan kuda-kuda diolesi sabun agar memperkecil gesekan antar alat
sarad dengan landasan.
Tenaga kerja penyaradan menggunakan pekerja kontrak yang didatangkan
dari pulau Jawa dengan masa kontrak 3 bulan. Sistem upah yang digunakan
adalah sistem borongan. Usia pekerja tergolong produktif dengan tingkat
pendidikan beragam dari SD sampai SMTA. Setiap regu penyarad bertanggung
jawab terhadap jalannya pengeluaran kayu dari petak tebang ke TPn.
Waktu kegiatan penyaradan, dimulai pukul 6.00 wib dan selesai 17.00 wib.
Adapun kegiatan penyaradan di hutan rawa meliputi : membuat jalan raya,
membuat betou dan penyaradan.

2002 designed by USU digital library

4

5. Pengangkutan Kayu
Pengangkutan kayu (major transportation) di hutan rawa dimulai dari
memuat kayu di betou (Tpn) sampai menangkut kayu menuju ke log pond (TPK).
Kegiatan pengangkutan di areal HPH PT kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd.

meliputi pembuatan jalan rel dan pengangkutan kayu dari betou ke logpond.
Hutan rawa dengan kondisi areal yang tanahnya bergambut dan basah,
serta memilki topografi yang datar (0-8 %) sehingga jenis jalan yang paling
sesuai adalah jaringan jalan rel. Jalan rel ini terdiri dari susunan kayu dan rel besi
sebagi tempat meluncurnya loko dan lori.
Pengangkutan kayu dari betou sampai ke logpond di areal HPH PT Kurnia
Musi Plywood Industrial Co. Ltd di tepi Sungai Merang dilakukan melalui jalan
darat dengan menggunakan rangkaian lori dengan tenaga loko bermesin diesel
merk Ynamar TS 230 R buatan Jepang yang dibeli tahun 1995. Mesin tipe ini
mempunyai tenaga dengan daya kerja minimum 18 DK/2200 rpm dan maksimum
23 DK/2200 rpm denganisi langkah 1132 cc.
Pengangkutan dilakukan untuk mengangkut kayu yang berada di betou ke
log pond. Jarak angkut rata-rata yang ditempuh dari log pond ke betou pada sat
penelitian adalah 16,375 km.

6. Muat Bongkar Kayu
Memuat, merupakan kegiatan menaikkan kayu ke ats lori dengan
menggunakan locak. Kegiatan pemuatan kayu dilakukan di TPn (betou) dengan
menggunakan peralatan locak.
Adapun kegiatan pembongkaran, dilakukan di TPK (logpond), yakni dengan

menurunkan kayu dari atas lori. Peralatan yang digunakan adalah locak.

IV. KESIMPULAN
1.

2.
3.

Karakteristik hutan rawa gambut yang
tergenang air dan bergambut
menjadikan teknik pemanenan kayu yang khas, yakni berupa sistem
penyaradan dengan sistem kuda-kuda dan pengangkutan kayu dengan
menggunakan jalan rel.
Sistem pemanenan kayu di hutan rawa berdasarkan sumbe energi yang
dikeluarkan menggunakan sistem manual (sistem kuda-kuda).
Tahapan pemanenan kayu di hutan rawa, meliputi : perencanaan pemanenan
kayu, penebangan, penyaradan, pengangkutan dan muat bongkar.

2002 designed by USU digital library


5

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1994. Rencana Karya Pengusahaan Hutan. PT Kurnia Musi Plywood
Industrial Co. Ltd. Palembang.
Conway, S. 1978. Logging Practices Principles of Timber Harvesting System. Miller
Preeman Publication, Inc. Washington.
Dulsalam dan A. Sianturi. 1986. Biaya Konstruksi dan Volume Kayu pada Jalan Rel
Kayu dan Besi. Jurnal Lembaga Penelitian Hasil Hutan Vol. 5 No. 4. LPHH.
Bogor.
Elias. 1999. Reduced Impact Timber Harvesting in The Indonesian Selective Cutting
and Planting System. Penerbit IPB Press. Bogor.
FAO.

1974. Logging and Log Transport in Tropical High Forest.
Development, Paper No. 18. Rome.

FAO Forestry

Misarwan. 1996. Analisis Biaya Pemanenan Kayu di Hutan Rawa (Studi Kasus di
Areal HPH PT Rokan Permai Timber, Propinsi Riau). Skripsi Fakultas Kehutanan
IPB Bogor. Bogor.
Muhdi. 1998. Analisis Biaya dan Produktivitas Penyaradan Kayu dengan Sistem
Kuda-kuda dan Pengangkutan Kayu dengan Lokotraksi di Hutan Rawa Gambut
(Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industries, Sumsel). Skripsi
Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Bogor.
Satriyono, A. 1996. Studi Perancangan Alat Penyaradan Kayu di Hutan Rawa.
Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Skripsi Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Bogor.

2002 designed by USU digital library

6