Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Iodium Dan Zat Goitrogenik Dengan Status Iodium Dan Stunting Pada Siswa SD Di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER IODIUM
DAN ZAT GOITROGENIK DENGAN STATUS IODIUM
DAN STUNTING PADA SISWA SD DI KECAMATAN
KROYA KABUPATEN CILACAP

ANGGA RIZQIAWAN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Pola
Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan Zat Goitrogenik dengan Status Iodium dan
Stunting pada Siswa SD di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap adalah benar
karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Angga Rizqiawan
NIM I14110020

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB
harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

ABSTRAK
ANGGA RIZQIAWAN. Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan
Zat Goitrogenik dengan Status Iodium dan Stunting pada Siswa SD di Kecamatan
Kroya Kabupaten Cilacap. Dibimbing oleh SRI ANNA MARLIYATI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara konsumsi
pangan sumber iodium dan zat goitrogenik dengan status iodium dan stunting
pada siswa SD di kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Desain
penelitian adalah cross sectional study. Sejumlah 69 siswa dari dua sekolah dasar
diikutsertakan dalam penelitian ini. Kriteria inklusi untuk contoh yaitu berada di

wilayah endemik GAKI dan merupakan siswa kelas 4 atau 5 SD. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pangan sumber iodium yang sering dikonsumsi adalah ikan,
susu, dan roti dengan total rata-rata konsumsi 50 gram setiap harinya. Pangan
sumber goitrogenik yang sering dikonsumsi adalah kangkung, bayam, singkong,
daun singkong, buncis, ubi jalar dan terong dengan total rata-rata konsumsi 59.9
gram setiap harinya. Rata-rata asupan iodium sebagian besar contoh dikategorikan
kurang (300µg/L). Tidak terdapat hubungan yang nyata (p>0.05) antara asupan iodium
dengan kadar EIU, konsumsi pangan goitrogenik dan kadar EIU maupun kadar
EIU dan status gizi (TB/U).
Kata kunci: EIU, GAKI, goitrogenik, iodium, stunting
ABSTRACT
ANGGA RIZQIAWAN. The Correlation of Goitrogenic Substance and Iodine
Sources Food Consumption Patterns with Iodine Status and Stunting on
Elementary Students in Kroya Subdistrict, District Cilacap. Supervised by SRI
ANNA MARLIYATI.
This study aimed to analyze the association between food consumption
patterns of goitrogenic substance and iodine sources with iodine status and
stunting in elementary school students in Kroya Subdistric, District Cilacap,
Central Java. The design of this study was a cross sectional study. A number of 69
students from two elementary schools were participated in this study. The criteria

for inclusion were in the endemic area of IDD and a Grade 4 or 5 in elementary
school. The results showed that iodine sources food that often consumed by
subjects were fish, milk, and wheat bread with a total average daily consumption
were 50 grams. Goitrogenic substance sources food that often consumed by
subjects were kale, spinach, cassava, cassava leaves, green beans, sweet potatoes
and eggplant with a total average daily consumption were 59.9 grams. Iodine
intake of most of sample categorized less (300µg/L). There was no correlation (p>
0.05) between the intake of iodine and UIE levels, goitrogenic food consumption
and UIE levels as well as UIE level and nutritional status (HAZ).
Keywords: UIE, IDD, goitrogenic, iodine, stunting

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER IODIUM
DAN ZAT GOITROGENIK DENGAN STATUS IODIUM
DAN STUNTING PADA SISWA SD DI KECAMATAN
KROYA KABUPATEN CILACAP

ANGGA RIZQIAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan Zat Goitrogenik dengan
Status Iodium dan Stunting pada Siswa SD di Kecamatan Kroya Kabupaten
Cilacap” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1. Ibu Dr Ir Sri Anna Marliyati, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan
pembimbing akademik atas waktu, bimbingan, dan masukannya dalam

penyusunan skripsi ini.
2. Dr Rimbawan selaku moderator seminar dan dosen penguji atas waktu dan
masukannya dalam penyempurnaan skripsi ini.
3. Keluarga tercinta: Sutarno (Ayah), Puji Rahayu (Ibu), Siti Fatimah (Bibi)
dan keluarga besar lainnya atas kasih sayang yang luar biasa, dukungan dan
doa yang tak ada hentinya kepada penulis di setiap perjalanan kehidupan.
4. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi atas beasiswa Bidik Misi yang
diberikan selama 8 Semester.
5. Kepala Sekolah SD Negeri Mergawati 01 dan SD Negeri Ayamalas 03 atas
izin yang diberikan kepada penulis untuk pengambilan data penelitian.
6. Teman-teman HIMAGIZI khususnya BPH Kadiv periode 2013/2014 dan
divisi Infokom periode 2013/2014 atas bantuan, dukungan, semangat dan
motivasinya.
7. Rekan tim sekretariat PERGIZI PANGAN Indonesia dan AIPGI: Nazhif
Gifari, Khoirul Anwar, Teguh Jati Prasetyo, Kustarto Rifki Taufani, Septian
Suhandono, Alghifari Tri Handoko Nisa Mawadaturrohmah dan Zakia
Umami atas bantuan, dukungan, semangat dan motivasinya.
8. Rekan tim UNICEF Project: Hanifah Al Khairiyah dan Aviani Harfika atas
bantuan, dukungan, semangat dan motivasinya.
9. Seluruh dosen, tenaga kependidikan Departemen Gizi Masyarakat dan

teman-teman seperjuangan Gizi Masyarakat IPB Angkatan 48, seluruh
kakak dan adik tingkat, serta seluruh teman-teman yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu atas kebersamaan dan semangat yang diberikan.
Penulis mohon maaf atas segala kekurangan ataupun kekhilafan yang penulis
lakukan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala
kebaikan dengan pahala dan kebaikan yang lebih besar dan semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat.
Bogor, Desember 2015

Angga Rizqiawan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2


Hipotesis Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

KERANGKA PEMIKIRAN

4

METODE

6

Desain, Tempat, dan Waktu

6


Cara Pemilihan Contoh

6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

6

Pengolahan dan Analisis Data

7

Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN

10
11

Karakteristik Contoh


11

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh

12

Pengetahuan Gizi Ibu/Pengasuh

14

Status Gizi Contoh

15

Status Iodium Contoh

16

Asupan dan Tingkat Kecukupan Gizi Contoh


17

Konsumsi Pangan Sumber Iodium

18

Konsumsi Pangan Goitrogenik

19

Hubungan antar Variabel

20

SIMPULAN DAN SARAN

22

Simpulan

22

Saran

22

DAFTAR PUSTAKA

23

LAMPIRAN

25

DAFTAR TABEL
1 Jenis data, variabel dan cara pengumpulan data
2 Kategori status gizi TB/U
3 Kriteria median kadar iodium urin pada anak SD
4 Kecukupan asupan iodium
5 Kategori tingkat kecukupan gizi makro
6 Kategori tingkat kecukupan gizi mikro
7 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu
8 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga
9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orang tua
10 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua
11 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan per kapita
12 Besar pengeluaran menurut kategori pendapatan per kapita
13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi ibu/pengasuh
14 Sebaran contoh berdasarkan status gizi (TB/U)
15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi makro
16 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan zat gizi mikro
17 Konsumsi rata-rata pangan goitrogenik per hari (gram)

7
8
9
9
10
10
11
12
13
13
14
14
15
16
17
18
19

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran hubungan pola konsumsi pangan sumber iodium
dan zat goitrogenik dengan status iodium dan stunting pada siswa SD di
Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap

5

DAFTAR LAMPIRAN
1 Uji korelasi Spearman hubungan pendapatan per kapita dengan
konsumsi pangan sumber iodium
2 Uji korelasi Spearman hubungan pendapatan per kapita dengan
konsumsi pangan sumber goitrogenik
3 Uji korelasi Spearman hubungan pengetahuan gizi ibu/pengasuh
dengan konsumsi pangan sumber iodium
4 Uji korelasi Spearman hubungan pengetahuan gizi ibu/pengasuh
dengan konsumsi pangan sumber goitrogenik
5 Uji korelasi Spearman hubungan asupan iodium total dan kadar
ekskresi iodium urin
6 Uji korelasi Spearman hubungan konsumsi pangan goitrogenik dan
ekskresi iodium urin
7 Uji korelasi Spearman Iodium Urin dan Status Gizi
8 Kuisioner Penelitian
9 Dokumentasi Kegiatan

23
23
24
24
24
25
25
28
34

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah gizi di Indonesia merupakan masalah yang masih belum bisa
diatasi sampai saat ini. Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami
oleh beberapa negara di dunia, khususnya negara-negara berkembang termasuk
Indonesia. Stunting merupakan bentuk dari proses pertumbuhan anak yang
terhambat, yang disebabkan oleh kondisi malgizi dalam waktu yang panjang,
sehingga stunting merupakan masalah gizi kronis. Stunting menjadi masalah gizi
yang perlu mendapatkan perhatian karena dapat mempengaruhi kualitas sumber
daya manusia.
Penyebab stunting sangat beragam dan kompleks, namun secara umum
dikategorikan menjadi tiga faktor yaitu faktor dasar (basic factors), faktor yang
mendasari (underlying factors), dan faktor dekat (immediate factors). Faktor
ekonomi, sosial, dan politik, termasuk dalam basic factors; faktor keluarga,
pelayanan kesehatan termasuk dalam underlying factors sedangkan faktor diet dan
kesehatan termasuk dalam immediate factors. Faktor diet memegang peranan
penting karena berpengaruh langsung terhadap asupan yang akan mempengaruhi
status gizi.
Prevalensi nasional untuk kurang gizi kronis (stunting) berdasarkan hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 pada anak usia 5—12 tahun
sebesar 30.7%, angka ini tergolong tinggi untuk tingkatan kesehatan masyarakat.
Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat bila prevalensi pendek sebesar 30 –
39 persen dan serius bila prevalensi pendek ≥40 persen (Riskesdas 2013).
Sedangkan untuk provinsi Jawa Tengah prevalensi anak pendek usia 5-12 tahun
berdasarkan Riskesdas 2013 sedikit di bawah prevalensi nasional.
Selain stunting masalah gizi yang masih dihadapi adalah gangguan akibat
kekurangan iodium (GAKI). Data WHO tahun 2005 menyebutkan bahwa terdapat
130 negara di dunia yang mengalami masalah GAKI, termasuk Indonesia.
Sementara itu, di Indonesia Survei Nasional pemetaan GAKI pada tahun 2004
menunjukkan bahwa sekitar 8.2% daerah di Indonesia masuk kategori endemik
berat, 13.1% endemik sedang dan 35.8% endemik ringan. Hasil pemetaan GAKI
secara nasional menunjukan adanya penurunan prevalensi GAKI pada anak SD
yaitu dari 27.7% pada tahun 1990 menjadi 9.3% pada tahun 1998. Namun pada
tahun 2003 kembali meningkat menjadi 11.1%. Secara umum GAKI masih
dianggap sebagai masalah karena prevalensi kejadiannya masih di atas 5% yang
merupakan ambang batas masalah kesehatan masyarakat di Indonesia (Depkes RI
2005).
Kabupaten Cilacap merupakan kabupaten terluas di provinsi Jawa Tengah.
Data Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun 2003 dan 2004 menyebutkan bahwa
Kabupaten Cilacap termasuk ke dalam daerah endemik GAKI. Begitu juga dengan
data profil kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun 2009 juga menyebutkan ada 11
kabupaten yang termasuk kedalam daerah endemik GAKI, yaitu Cilacap,
Banjarnegara, Wonosobo, Magelang, Wonogiri, Karanganyar, Pati, Temanggung,
Kendal, Tegal dan Brebes. Selain itu, data profil kesehatan provinsi tahun 2013

2
juga menyebutkan bahwa kabupaten dengan konsumsi garam beryodium terendah
adalah Kabupaten Cilacap (29.23%) dan Kabupaten Grobogan (29.23%).
Data yang ada menunjukkan bahwa kabupaten Cilacap telah menjadi
daerah endemis GAKI sejak lama. Berdasarkan data yang diperoleh dari harian
Suara Merdeka tahun 2003 disebutkan bahwa terdapat beberapa kecamatan yang
menjadi daerah endemis GAKI di Kabupaten Cilacap yaitu Kecamatan Cimanggu,
Patimuan, Binangun, Karangpucung, Jeruk Legi, Kroya, Sidareja, dan
Gandrungmangu. Melihat letak geografis Kabupaten Cilacap yang berbatasan
langsung dengan laut dan memiliki garis pantai yang panjang, serta beberapa
kecamatan termasuk kecamatan Kroya yang merupakan daerah dekat pantai masih
menjadi daerah endemis GAKI menjadi hal yang menarik untuk diteliti.
GAKI tidak hanya mengakibatkan gondok dan kretinisme saja, namun
juga berpengaruh terhadap penurunan daya tahan terhadap penyakit,
perkembangan otak (intelektual) yang terhambat dan berpotensi menurunkan
tingkat kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ), produktivitas rendah bahkan
terlahir cacat baik fisik maupun mental serta gangguan pertumbuhan (Riskesdas
2007). Adanya akibat dari GAKI yaitu gangguan terhadap pertumbuhan anak
membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Pola
Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan Zat Goitrogenik dengan Status Iodium dan
Stunting pada Siswa SD di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap”. Penelitian
mengenai GAKI sering dilakukan pada anak usia sekolah dasar yaitu pada usia 612 tahun karena pertimbangan kerentanan mereka terhadap defisiensi iodium.
Anak pada usia ini sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga
perhatian terhadap gizi anak sekolah merupakan langkah strategis karena
dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian SDM yang berkualitas.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan pokok
permasalahan yang akan menjadi fokus penelitian adalah:
1. Bagaimana pola konsumsi pangan sumber iodium dan komponen goitrogenik
pada siswa SD?
2. Bagaimana hubungan pola konsumsi pangan dengan status iodium siswa SD?
3. Bagaimana hubungan antara status iodium dengan kejadian stunting pada
siswa SD?

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum:
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara konsumsi pangan sumber iodium dan zat goitrogernik dengan status iodium
dan stunting pada siswa SD di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa
Tengah.

3
Tujuan Khusus:

1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga dan pengetahuan gizi
ibu/pengasuh contoh.
Menganalisis status gizi (TB/U) contoh.
Menganalisis pola konsumsi pangan sumber iodium dan zat goitrogenik
contoh.
Menganalisis asupan energi, protein, iodium, kalsium, zat besi, vitamin A dan
tingkat kecukupan gizi contoh.
Menganalisis kadar iodium urin contoh.
Menganalisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi keluarga dan
pengetahuan gizi ibu dengan konsumsi pangan sumber iodium dan
goitrogenik.
Menganalisis hubungan antara asupan iodium dan zat goitrogenik dengan
kadar iodium urin contoh
Menganalisis hubungan kadar iodium urin contoh dengan status gizi (TB/U)
contoh.

Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara konsumsi pangan sumber iodium dan zat
goitrogenik dengan status iodium contoh.
2. Terdapat hubungan antara konsumsi pangan sumber iodium dan zat
goitrogenik dengan kejadian stunting.
3. Terdapat hubungan antara status iodium dengan stunting.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini secara khusus diharapkan dapat menjadi gambaran dan
informasi terhadap warga dan pemerintah setempat tentang pentingnya
memperhatikan konsumsi pangan sumber iodium dan pangan sumber zat
goitrogenik serta pengaruhnya terhadap status iodium yang akan mempengaruhi
status gizi anak berupa kejadian stunting dan GAKI. Secara umum, penelitian ini
diharapkan bisa menjadi sumber referensi untuk semua pihak yang termasuk
dalam program perbaikan gizi. Bagi perguruan tinggi diharapkan juga sebagai
perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan,
pengembangan penelitian, dan pengabdian masyarakat.

4

KERANGKA PEMIKIRAN
Pola konsumsi pangan sumber iodium dan zat goitrogenik dilihat dari jenis
dan jumlah konsumsi pangan sumber iodium termasuk penggunaan garam serta
jenis dan jumlah konsumsi pangan yang mengandung zat goitrogenik. Keadaan
suatu wilayah mempengaruhi ketersediaan dan kualitas pangan yang tersedia.
Daerah pantai biasanya memiliki ketersediaan pangan sumber iodium yang
banyak, namun tidak menutup kemungkinan banyak juga tersedia pangan yang
mengandung goitrogenik. Ketersediaan pangan ini dapat mempengaruhi pola
konsumsi pangan seseorang.
Karakteristik individu seperti umur dan jenis kelamin juga dapat
menentukan preferensi untuk memilih makanan yang membentuk pola konsumsi
pangan termasuk konsumsi pangan sumber iodium dan zat goitrogenik. Demikian
juga dengan karateristik sosial ekonomi serta pengetahuan gizi. Kondisi sosial
ekonomi dapat mempengaruhi pemilihan makanan yang akan dikonsumsi.
Semakin baik pendidikan akan memberi peluang lebih baik untuk mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik. Pekerjaan yang lebih baik akan meningkatkan
pendapatan yang diperoleh dan akan mempengaruhi pemilihan makanan yang
lebih baik. Pengetahuan gizi juga dapat mendukung praktik gizi yang akan
menentukan jenis makanan apa yang akan dikonsumsi.
Konsumsi pangan yang terbentuk, akan memberikan pengaruh kepada
kecukupan zat gizi seperti energi, protein, kalsium, vitamin A, zat besi serta
iodium dan zat gizi lainnya. Asupan dan tingkat kecukupan energi, protein dan
kalsium akan mempengaruhi status gizi. Asupan dan tingkat kecukupan iodium
akan berpengaruh langsung terhadap status iodium. Asupan dan tingkat
kecukupan vitamin A dan zat besi dapat mempengaruhi juga metabolisme hormon
tiroid dan iodium yang secara tidak langsung juga mempengaruhi status iodium.
Status iodium memiliki keterkaitan dengan status gizi (TB/U) yang diukur
menggunakan antropometri. Status gizi (TB/U) memberikan gambaran
pemenuhan gizi di masa lampau. Secara keseluruhan kerangka pemikiran
hubungan pola konsumsi pangan sumber iodium dan zat goitrogenik dengan status
iodium dan stunting pada siswa SD di Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap dapat
dilihat pada Gambar 1 berikut.

5
Karakteristik Sosial
Ekonomi Keluarga
 Pekerjaan Orang Tua
 Pendidikan Orang Tua
 Besar Keluarga
 Pendapatan Orang Tua

Pengetahuan
Gizi ibu

Karakteristik
Contoh
 Umur
 Jenis Kelamin
 Kelas

Pola Konsumsi Pangan
contoh
 Jenis dan Jumlah
konsumsi pangan
sumber iodium
 Jenis dan Jumlah
konsumsi pangan
yang mengandung
zat goitrogenik
 Penggunaan Garam

Kecukupan
energi, protein,
iodium, vitamin
A dan zat besi

Status Gizi
TB/U

Daerah Pantai

Ketersediaan
Pangan Sumber
Iodium

Ketersediaan
Pangan yang
mengandung zat
Goitrogenik

Kecukupan
Iodium

Status Iodium
- Ekskresi
Iodium Urin

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan pola konsumsi pangan sumber iodium
dan zat goitrogenik dengan status iodium dan stunting pada siswa SD di
Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap
Keterangan:
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti

6

METODE
Desain, Tempat, dan Waktu
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study.
Pengumpulan data dan informasi dilakukan sekaligus pada suatu saat (point time
approach) dan peneliti tidak memberikan intervensi apapun terhadap contoh.
Penelitian dilakukan di dua Sekolah Dasar di Kecamatan Kroya, yaitu SD Negeri
Ayamalas 03 dan SD Negeri Mergawati 01. Pengumpulan data dilakukan pada
bulan Juni 2015, sedangkan pengolahan, analisis dan interpretasi data dilakukan
pada bulan Agustus hingga Oktober 2015.
Cara Pemilihan Contoh
Populasi pada penelitian utama adalah siswa SD kelas 4 dan 5 beserta
orang tuanya, dimana dalam satu keluarga hanya ada satu responden. Adapun
kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
1. Berada wilayah endemik GAKI.
2. Siswa SD kelas 4 dan 5.
Perhitungan jumlah contoh minimal berdasarkan pada rumus untuk Cross
Sectional Study menurut Lameshow et al (1997) yaitu:

Dimana:
n
Z(1-α/2)
P
d

�=

�2

α

−2 P
�2

−P

= Besar sampel
= Tngkat signifikansi pada 95% (α = 0.05)
= Prevalensi konsumsi garam beriodium daerah Cilacap (29.23%)
= presisi/ tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0.08)

Berdasarkan rumus tersebut didapatkan jumlah minimal subyek yaitu sebanyak 63
siswa. Jumlah tersebut ditingkatkan menjadi 70 siswa dengan tujuan untuk
meningkatkan ketepatan penelitian dan memperkirakan adanya drop out.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data,
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengukuran
antropometri, wawancara menggunakan kuesioner dan analisis Ekskresi Iodium
Urin (EIU). Kuisioner ini dimodifikassi dari Paramita (2013) yang disesuaikan
dengan kebutuhan data pada penelitian ini. Nilai Ekskresi Iodium Urin (EIU)
diperoleh dengan mengumpulkan urin contoh. Urin yang dikumpulkan merupakan
urin sewaktu dan ditampung pada tabung urin. Urin yang terkumpul kemudan
dilakukan analisis di Laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan GAKI,

7
Magelang – Jawa Tengah. Data sekunder merupakan data gambaran wilayah
Kecamatan Kroya. Tabel 1 berikut ini merupakan daftar jenis dan cara
pengumpulan data berdasarkan variabel yang digunakan dalam penelitian.
No
1

2

3

4

5

6

Tabel 1 Jenis data, variabel dan cara pengumpulan data
Jenis Data
Variabel
Cara Pengumpulan
data
Karakteristik Sosial
Wawancara
 Pekerjaan Orang Tua
Ekonomi Keluarga
terstruktur
 Pendidikan Orang Tua
Contoh
menggunakan
 Besar Keluarga
 Pendapatan Orang Tua kuisioner
Pengetahuan Gizi
Wawancara
 Pengetahuan Gizi
Orang tua
terstruktur
Ibu/Pengasuh
menggunakan
pertanyaan
Kebiasaan Makan
 Jenis dan Jumlah
 Wawancara
Contoh
konsumsi pangan
menggunakan
sumber iodium
kuisioner metode
Semi Quantitative  Jenis dan Jumlah
Food Frequency
konsumsi pangan
Questionare (SQsumber zat goitrogenik
FFQ)
 Jenis dan jumlah
konsumsi pangan
sumber iodium
 Asupan energi, protein,
vitamin A dann zat besi
 Iodina Test
 Penggunaan Garam
Karakteristik Contoh
Wawancara
 Identitas
terstruktur
 Umur
menggunakan
 Jenis Kelamin
kuisioner
 Kelas
Penilaian antropometri  Berat Badan
Pengukuran
contoh
langsung
 Tinggi Badan
menggunakan
timbangan injak dan
stature meter
Penilaian status iodium  Kadar iodium urin
Analisis nilai
contoh
ekskresi iodium urin
contoh
dengan etode
spektrofotometri

Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pengeditan
(editing), pengkodean (coding), pemasukan data (entry), pengecekan ulang
(cleaning), dan analisis data. Tahapan pengeditan dilakukan dengan cara

8
pengecekan kelengkapan data, tahapan pengkodean (coding) dilakukan dengan
cara menyusun code-book sebagai panduan pemasukan data dan pengolahan data.
Data kemudian dimasukkan (entry) ke dalam tabel yang sudah ada. Setelah itu
dilakukan pengecekan ulang (cleaning) untuk memastikan tidak ada kesalahan
dalam memasukkan data. Tahapan terakhir adalah analisis data yang diolah
dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel 2013 dan Statitical
Program for social Sciences (SPSS) versi 16.0. Analisis data yang digunakan
meliputi analisis deskriptif, uji normalitas, uji korelasi Spearman.
Data pengetahuan gizi orang tua ditentukan dengan memberikan poin pada
setiap pertanyaan yang diajukan. Pengkategorian pengetahuan gizi orang tua
mengacu pada Khomsan (2000) yaitu jika mendapat poin lebih dari 80 maka
pengetahuan orang tua sampel termasuk ke dalam kategori baik. Apabila
mendapat poin 60 – 80 maka pengetahuan gizi orang tua termasuk ke dalam
kategori sedang dan jika kurang dari 60 maka pengetahuan gizi orang tua
termasuk ke dalam kategori kurang. Besar keluarga dikelompokkan tiga kategori
berdasarkan Hurlock (1998) yaitu keluarga kecil jika jumlah anggota keluarga ≤4
orang, keluarga sedang jika jumlah anggota keluarga 5-7 orang, dan keluarga
besar jika jumlah anggota keluarga ≥8 orang.
Data pendapatan per kapita diperoleh dari penjumlahan pendapatan yang
diperoleh oleh semua anggota keluarga yang sudah bekerja kemudian dibagi
dengan jumlah anggota keluarga. Pendapatan per kapita yang didapat digolongkan
menjadi tiga tingkatan berdasarkan Puspitawati (2010) yaitu, termasuk keluarga
miskin jika pendapatan per kapita 2GK. Data Garis Kemiskinan yang digunakan pada penelitian ini adalah
Garis Kemiskinan untuk Provinsi Jawa Tengah bulan September tahun 2014 yaitu
Rp 277 802,- (BPS 2014). Data pendidikan orang tua dibagi menjadi lima
kelompok, yaitu tidak sekolah, SD, SLTP, SLTA, dan D3/PT.
Status gizi contoh dihitung berdasarkan data umur dan tinggi badan contoh
dengan parameter tinggi badan menurut umur (TB/U) menggunakan software
WHO Anthroplus 2007. Berikut adalah kategori status gizi menurut TB/U yang
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kategori status gizi TB/U
Nilai z-score
Kategori