Strategi Efisiensi Pemasaran Ikan Segar Dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

STRATEGI PENINGKATAN EFISIENSI PEMASARAN IKAN
LAUT SEGAR DARI PELABUHAN PERIKANAN
NUSANTARA BRONDONG

MIFTACHUL HUDA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Peningkatan Efisiensi
Pemasaran Ikan Laut Segar Dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016

Miftachul Huda
NIM. C451130171

RINGKASAN
MIFTACHUL HUDA. Strategi Efisiensi Pemasaran Ikan Segar Dari Pelabuhan
Perikanan Nusantara Brondong. Dibimbing oleh IIN SOLIHIN dan ERNANI
LUBIS.
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong merupakan pelabuhan
perikanan yang paling sibuk di Jawa Timur. Ikan yang didaratkan di PPN
Brondong beragam. Ikan swangi (Priacanthus tayenus) dan ikan kuniran
(Upeneus sulphureus) merupakan ikan hasil tangkapan dominan serta ikan
tongkol (Auxis thazard) dan ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) merupakan
ikan ekonomis tinggi yang di daratkan di PPN Brondong. Ikan yang berasal dari
PPN Brondong ini dipasarkan ke berbagai daerah baik di Lamongan sendiri, kota
disekitar Jawa Timur hingga keluar provinsi. Ikan yang berasal dari PPN
Brondong yang dipasarkan di berbagai tempat memiliki tingkat kenaikan harga

yang signifikan. Kenaikan ini disebabkan adanya perlakuan dalam kegiatan
pemasaran dan pengambilan keuntungan selama ikan didistribusikan.
Ikan dari PPN Brondong teridentifikasi adanya masalah dalam hal
pemasarannya yaitu ketidak efisienan dari rantai pemasaran. Tujuan penelitian ini
secara umum adalah untuk menyusun strategi peningkatan efisiensi pemasaran
ikan segar dari PPN Brondong. Secara khusus bertujuan [1] menghitung efisiensi
pemasaran ikan yang ada di PPN Brondong, [2] mengidentifikasi faktor-faktor
berpengaruh pada efisiensi pemasaran ikan dari PPN Brondong, dan [3]
merumuskan strategi peningkatan efisiensi pemasaran ikan dari PPN Brondong.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember tahun 2014 di
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong Kabupaten Lamongan Provinsi
Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan dengan metode kasus terhadap strategi
peningkatan efisiensi pemasaran ikan dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Brondong. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung di pelabuhan. Data sekunder
yang diambil adalah terkait dengan jumlah hasil tangkapan nelayan, volume ikan
yang dipasarkan, harga ikan yang ada di PPN, jumlah pengepul dan jumlah
distributor. Responden yang diwawancarai untuk pengisian kuisioner adalah
nelayan, pedagang/bakul, serta distributor. Pengambilan responden dilakukan
secara purposive sampling yang dapat mewakili tujuan penelitian.

Berdasarkan analisis, didapatkan hasil bahwa pemasaran ikan swangi,
kuniran, tongkol dan kakap merah yang berasal dari PPN Brondong masih berada
pada tingkat tidak efisien meskipun untuk ikan kakap merah mendekati efisien.
Pemasaran dikatakan efisien jika nilai efisiensi pemasaran (Eps) lebih kecil dari
lima persen (Eps5%). Ikan swangi dan kuniran masing-masing
pada rantai kedua memiliki tingkat efisiensi pemasaran sebesar 7,38% dan 6,85%.
Ikan tongkol melewati 5 rantai untuk mencapai konsumen, mulai dari rantai kedua
hingga kelima memiliki tingkat efisiensi pemasaran sebesar 22,94% ditingkat
supplyer, 17,20% ditingkat agen, 14,67% ditingkat pedagang besar dan 14, 57%
ditingkat pengecer. Ikan kakap menjadi komoditas dengan nilai semua rantai
mendekati efisien dibandingkan ikan tongkol dimana nilai efisiensi pemasarannya
8,22% ditingkat supplyer, 9,29% ditingkat agen, 6,51% ditingkat pedagang besar
dan 5,44% ditingkat pedagang pengecer.

Faktor utama dari permasalahan tidak efisiennya pemasaran ikan segar
dari PPN Brondong ada lima, yaitu: sumberdaya manusia, biaya penanganan,
fasilitas yang masih sederhana, metode penanganan ikan pasca penangkapan dan
lingkungan kerja yang tidak higienis. Melihat tidak efisiennya pemasaran ikan
dari PPN Brondong, maka perlu adanya strategi untuk meningkatkan efisiensi
pemasaran ikan yang ada di PPN Brondong.

Strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi pemasaran
ikan di PPN Brondong antara lain: [1] pengoptimalan produksi ikan di PPN
Brondong dan memperluas jaringan pemasaran ke kota-kota kecil yang belum
menjadi lokasi pemasaran agar ikan dapat terpasarkan secara maksimal, [2]
pengoptimalan coldstorage untuk menjaga stok ikan di PPN agar stabil dimusim
paceklik, [3] peningkatan sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan
industri perikanan sehingga ikan keluar dari pelabuhan sudah menjadi produk
dengan nilai tambah, [4] menjalin kerjasama dengan pelabuhan lain untuk dapat
mensuplai ikan ke PPN Brondong sebagai bahan baku perusahaan pengolahan
ikan yang berdiri disekitar pelabuhan, [5] melakukan pemasaran komoditas ikan
dengan harga yang bersaing dengan pelabuhan lain termasuk ikan yang menjadi
bahan pokok perusahaan agar harga tidak dimonopoli perusahaan, [6] pembuatan
peraturan pemerintah mengenai batas minimal harga ikan serta kriteria minimal
kualitas ikan yang layak dipasarkan, [7] pengaktifan PPDI dengan sistem lelang
untuk dapat meningkarkan efisiensi biaya pemasaran ikan serta menjalankan
program SLIN, [8] pengaktifan PPDI beserta dermaga bongkarnya dan
pengaktifan sistem lelang sehingga nelayan terhindar dari monopoli harga oleh
perusahaan, selain itu juga dapat bersaing harga dan kualitas ikan dengan
pelabuhan lain


Kata kunci: efisiensi pemasaran, PPN Brondong, strategi efisiensi pemasaran

SUMMARY
MIFTACHUL HUDA. Efficiency Fresh Fish Marketing Strategy from Brondong
Fishing Port. Supervised by IIN SOLIHIN and ERNANI LUBIS.
Brondong fishing port is the busiest fishing port in East Java. Fish landed
in Brondong fishing port is diverse. Spotted big eye fish (Priacanthus tayenus)
and yellow goat fish (Upeneus sulphureus) is the dominant fish catches and
eastern little tuna (Auxis thazard) and red snapper (Lutjanus malabaricus) is an
economical high in fish landed in Brondong fishing port. Fish from Brondong
fishing port is marketed to various regions in Lamongan, East Java town to the
other provinces. Fish originated in Brondong fishing port are marketed in various
places have a significant level of price increases. This increase was due to the
treatment in marketing activities and making profits for fish distributed.
Fish from Brondong fishing port identified problems in terms of
marketing, that is inefficiency of marketing actors. The general purpose of this
research is to develop a strategy for increasing efficiency of fresh fish marketing
in Brondong fishing port. The purpose of research are specifically is [1] calculate
efficiency marketing of fish in Brondong fishing port, [2] identify the factors that
affect the efficiency marketing of fish in Brondong fishing port, and [3] formulate

a marketing strategy to increase the efficiency
This study was conducted in November-December 2014 at Brondong
fishing port Lamongan, East Java. Research conducted by case method to increase
efficiency fish marketing strategy in Brondong fishing port. The data used are
primary data and secondary data. The primary data obtained through interviews
and direct observation in the harbor. Secondary data taken is related to the amount
of the catch, the volume of fish sold, the price of fish in the Brondong fishing
port, the number of collectors and a number of distributors. Respondents were
interviewed and for filling the questionnaire are fishermen, traders, as well as
distributors. Intake of respondents taken by purposive sampling in order to
represent research purposes.
Based on the analysis, showed that fish marketing spotted big eye, yellow
goat fish, eastern little tuna and red snapper are derived from Brondong fishing
port still be at a level not efficient even for red snapper efficient approach.
Marketing said to be efficient if the efficiency of marketing (Eps) is less than five
percent (Eps< 5%), and is said to be efficient if the value of marketing efficiency
greater than five percent (Eps >5%). Spotted big eye fish and yellow goat fish
respectively in the two chains have a level of marketing efficiency of 7.38% and
6.85%. Swordfish passed 5 chain to reach consumers, ranging from second to fifth
chains have an efficiency level marketing supplyer of 22.94%, 17.20% level

agents, 14.67% level, wholesalers and 14 retailers 57% level. Snapper into a
commodity with all the value chain approach efficiently than eastern little tuna
where the value of their marketing efficiency level supplyer 8.22%, 9.29% level
agent, 6.51% level, wholesalers and retailers 5.44% level.
The main factor of the problems inefficient marketing of fresh fish in
Brondong fishing port there are five, that is: human resources, handling costs,
facilities are still modest, post-arrest method of handling fish and hygienic
working environment. Seeing the inefficiency of fish marketing in Brondong

fishing port, so there needs to a strategy to improve the efficiency of fish
marketing in Brondong fishing port.
The strategy can be applied to improve the efficiency of fish marketing in
Brondong fishing port among other things: [1] optimization of fish production in
Brondong fishing port and expand marketing network to smaller towns that are
not yet marketing location so that the fish can be maximum marketed, [2]
optimization coldstorage to preserve fish stocks in Brondong fishing por for stable
season drought, [3] the improvement of facilities and infrastructure to support the
development of the fishing industry so that the fish out of the harbor has become a
product with added value, [4] to establish cooperation with other ports to be able
to supply fish to Brondong fishing port as raw material for fish processing

companies were established around the port, [5] doing commodity marketing of
fish at a price competitive with other ports including fish that became a staple
companies that price is not monopolized by the company, [6] making of
government regulations on the minimum limit of the price of fish and the
minimum quality criteria for marketable fish, [7] Activation PPDI with the
auction system in order to improve the efficiency of fish marketing costs as well
as running the program SLIN, [8] PPDI activation along with its loading dock and
the activation of an auction system so that fishermen avoid monopoly pricing by
companies , but it also can compete in price and quality of fish with other ports
Keywords: marketing efficiency, Brondong Fishing Port, marketing efficiency
strategy

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB


Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

STRATEGI PENINGKATAN EFISIENSI PEMASARAN IKAN
LAUT SEGAR DARI PELABUHAN PERIKANAN
NUSANTARA BRONDONG

MIFTACHUL HUDA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:

Dr Ir Sugeng Hari Wisudo MSi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini ialah Strategi
Peningkatan Efisiensi Pemasaran Ikan Segar dari Pelabuhan Perikanan Nusantara
Brondong.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Iin Solihin, S.Pi M.Si dan
Ibu Dr Ir Ernani Lubis, DEA selaku pembimbing, Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo,
M.Si selaku penguji, serta Prof Dr Ir Mulyono S Baskoro, MSc selaku Komisi
Pendidikan yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang
telah memberikan ijin penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Terima kasih kepada Novia Nurul Afiyah dan Novita Putri yang turut membantu
dalam proses pengambilan data. Terima kasih kepada Ibu Tri Wahyu Budiarti, Ibu

Mas Umamah, Bapak Iqbal Himam, Wildy Kamali E, Oktavianto Prastyo D,
Benaya M Simeon, Wahida Kartika, Nora Akbarsyah, Ramziah An-najah, Asep
Hamzah, serta seluruh teman-teman Teknologi Perikanan Laut yang memberikan
bantuan dalam pengerjaan maupun semangat tiada henti.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016

Miftachul Huda

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Identifikasi Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
2 METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Metode Penelitian dan Pengumpulan Data
Analisis Data
Analisis Efisiensi Pemasaran Distribusi Hasil Tangkapan
Faktor-faktor Berpengaruh Pada Efisiensi Pemasaran Ikan
Strategi Meningkatkan Efisiensi Pemasaran Ikan di PPN Brondong
3 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
Kondisi Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong
Lokasi Pemasaran Ikan PPN Brondong
Fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong
4 EFISIENSI PEMASARAN IKAN LAUT SEGAR DI PPN BRONDONG
Pendahuluan
Materi dan Metode Penelitian
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan
5 FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH PADA EFISIENSI PEMASARAN
IKAN SEGAR DARI PPN BRONDONG
Pendahuluan
Materi dan Metode Penelitian
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan
6 STRATEGI MENINGKATKAN EFISIENSI PEMASARAN IKAN DI PPN
BRONDONG
Pendahuluan
Materi dan Metode Penelitian
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan
7 PEMBAHASAN UMUM
8 KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv
xiv
xv
1
3
3
3
3
4
5
7
7
7
8
9
11
12
14
15
17
28
31

32
32
34
40
44

44
45
48
54
56
57
58
59
63

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Halaman
Jenis data yang diambil pada saat penelitian
5
Perusahaan pengolahan disekitar PPN Brondong
9
Jumlah kapal dan jenis alat tangkap di PPN Brondong
11
Jumlah tenaga kerja yang berkecimpung di PPN Brondong
11
Tujuan dan volume pemasaran ikan dari PPN Brondong
12
Daftar fasilitas pokok di PPN Brondong
13
Fasilitas fungsional pendukung pemasaran ikan di PPN Brondong
13
Daftar fasilitas penunjang di PPN Brondong
14
Pemanfaatan ikan yang dipasarkan
17
Nama perusahaan pengolahan ikan di sekitar PPN Brondong
17
Margin harga ikan swangi
20
Margin harga ikan kuniran
20
Margin harga ikan tongkol
21
Margin harga ikan kakap merah
21
Perhitungan kenaikan harga ikan swangi
22
Perhitungan kenaikan harga ikan Kuniran
23
Perhitungan kenaikan harga ikan tongkol
23
Perhitungan kenaikan harga ikan kakap merah
25
Tingkat efisiensi pemasaran ikan swangi
26
Tingkat efisiensi pemasaran ikan kuniran
26
Tingkat efisiensi pemasaran ikan tongkol
27
Tingkat efisiensi pemasaran ikan kakap merah
28
Nilai efisiensi pemasaran semua pada setiap rantai
30
Komparasi penyebab tidak efisiennya pemasaran ikan
30
Penyebab tidak efisiennya pemasaran ikan
34
Jenis-jenis biaya pengeluaran untuk perlakuan
36
Permasalahan efisiensi pemasaran dan solusi
40
Penyajian matriks SWOT
45
Data internal dan eksternal yang dibutuhkan untuk analisis SWOT
46
Penilaian bobot faktor strategis internal untuk meningkatkan
efisiensi pemasaran ikan di PPN Brondong
47
Penilaian bobot faktor strategis eksternal untuk meningkatkan
efisiensi pemasaran ikan di PPN Brondong
48
Matriks IFAS (Internal Factor Strategy)
50
Matriks EFAS (External Factor Strategy)
52
Matriks SWOT
52
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Kerangka pemikiran efisiensi pemasaran ikan dari PPN Brondong
4
Diagram Ishikawa
8
Pola analisis SWOT dan potensi pengembangan
9
Lokasi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong
10
Diagram produksi ikan dominan di PPN Brondong menurut
jenisnya tahun 2013
12
6 Ikan obyek penelitian
15
1
2
3
4
5

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Alur pemasaran ikan swangi dan ikan kuniran di PPN Brondong
Alur pemasaran ikan tongkol dari PPN Brondong
Alur pemasaran ikan kakap merah
Grafik tingkat kenaikan harga ikan di tiap rantai
Ilustrasi Diagram Ishikawa
Ikan yang diinjak di keranjang untuk memadatkan
Para buruh yang sedang mensortir ikan di TPI PPN Brondong
Pengangkutan ikan dengan keranjang dari TPI menuju truk
Penuangan ikan dalam drum yang hanya diberi bongkahan es
Hasil analisis diagram ishikawa pada faktor-faktor berpengaruh
terhadap efisiensi pemasaran di PPN Brondong
DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Perkembangan harga ikan swangi selama 20 hari
Perkembangan harga ikan kuniran selama 20 hari
Perkembangan harga ikan tongkol selama 20 hari
Perkembangan harga ikan kakap merah selama 20 hari
Ikan yang masuk PPN Brondong dari jalur darat
Peta daerah pemasaran ikan tongkol dari PPN Brondong
Peta daerah pemasaran ikan kakap merah dari PPN Brondong
Penentuan nilai internal pada analisis SWOT
Penentuan nilai eksternal pada analisis SWOT
Kriteria penentuan bobot SWOT

18
19
19
29
33
35
36
37
38
39
Halaman
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72

1

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Negara Indonesia yang merupakan Negara Maritim atau Kepulauan
memiliki potensi lestari sumberdaya perikanan laut sekitar 6,5 juta ton/tahun
dengan tingkat pemanfaatan mencapai 5,71 juta ton pada tahun 2011. Indonesia
memiliki luas lautan mencapai 5,8 juta km2 yang terdiri dari perairan teritorial,
perairan laut 12 mil dan perairan ZEE Indonesia (Noegroho, 2013). Salah satu
wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) yang memiliki
sumberdaya ikan yang cukup besar adalahWPP-RI 573 dengan potensi lestari
491,7 ribu ton/tahun dan WPP-RI 712 dengan potensi lestari 836,6 ribu ton/tahun
(PUSDATIN KKP, 2011).
Jawa Timur dikelilingi oleh WPP-RI 573 dan WPP RI 712 yang memiliki
potensi lestari perikanan masing-masing 491,7 ribu ton/tahun dan 836,6 ribu
ton/tahun. Potensi yang ada di perairan membuat aktifitas bidang penangkapan
ikan menjamur hampir di seluruh wilayah utara dan selatan Jawa Timur. Bukti
besarnya produksi perikanan yang dimiliki Jawa Timur salah satunya dapat dilihat
dengan adanya aktifitas bongkar muat hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Brondong-Lamongan. Data Statistik Nasional menunjukkan total
produksi ikan untuk tingkat provinsi Jawa Timur tahun 2013 sebesar 381.573,90
ton dan yang didaratkan di tempat pelelangan ikan PPN Brondong sebesar 70.150
ton (BPS, 2014).
Ikan merupakan komoditi mudah rusak sehingga diperlukan penanganan
khusus dalam proses pemasaran agar tetap terjaga kesegarannya. Menurut Triyanti
dan Shafitri (2012), pemasaran produk harus mendapatkan perhatian khusus
karena merupakan salah satu kunci pengembangan usaha. Menurut Lubis (2012),
pelabuhan perikanan adalah tempat awal dilakukan pemasaran ikan hasil
tangkapan sehingga sejak dari pelabuhan perikanan sampai pendistribusiannya
perlu diperhatikan penanganannya agar ikan tetap dalam kondisi segar ketika
sampai di konsumen. Pemasaran memiliki peranan penting demi sampainya
produk ke tangan konsumen.
Aktivitas pemasaran harus ada dalam setiap kegiatan produksi untuk dapat
berkelanjutan. Menurut Anwar (2011), sistem pemasaran dapat dimaknai sebagai
mata rantai penghubung antara pihak produsen dengan konsumen termasuk semua
tata cara, arus, pelayanan, serta pelaku usaha. Memasarkan barang harus dapat
dilakukan secara efisien agar harga komoditas yang dipasarkan tidak terlampau
mahal dibandingkan biaya produksi.
Tingkat efisiensi dari suatu kegiatan pemasaran dapat dihitung dengan
menggunakan rumus matematis. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Oktariza et al (1996), untuk melihat tingkat efisiensi pemasaran
ada 4 analisis kuantitatif yang perlu diperhatikan meliputi margin pemasaran,
biaya dan keuntungan pemasaran serta fisherman’s share. Efisiensi pemasaran
ikan dianalisis meliputi biaya pemasaran, harga ikan di pasaran, keuntungan
lembaga pemasaran, analisis efisiensi pemasaran, analisis margin pemasaran dan
analisis saluran pemasaran (Ismail et al, 2008).
Dalam perikanan tangkap, pelabuhan perikanan memiliki peran yang sangat
vital. Pelabuhan perikanan yang sebagai pusat pendaratan ikan merupakan pintu
gerbang komoditas ikan segar yang nantinya akan didistribusikan menuju

2

konsumen. Pelabuhan merupakan tempat bertemunya antara nelayan dengan para
pembeli ikan baik itu konsumen secara langsung atau pun dari para pemilik
industri pengolahan ikan, sesuai dengan amanat PERMEN No. 8 tahun 2012
mengenai fungsi pengusahaan meliputi pelayanan bongkar muat ikan, pelayanan
pengolahan hasil perikanan, serta pemasaran dan distribusi ikan. Para pengusaha
yang membutuhkan ikan sebagai bahan baku untuk diproduksi menjadi barang
konsumsi sangat bergantung pada kestabilan bahan baku yang ada di pelabuhan
perikanan. Menurut PERMEN No. 16 tahun 2006 tentang fungsi pelabuhan
perikanan dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat berupa: pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil
perikanan, pemasaran dan distribusi ikan, pengumpulan data tangkapan dan hasil
perikanan, pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan, maka
peran pelabuhan menjadi sangat penting disini untuk memastikan komoditas
bahwa bahan baku untuk industri pengolahan tetap tersedia. Menjaga stabilitas
harga ikan yang ada di pasaran juga turut menjadi tanggung jawab dari pihak
pelabuhan dengan cara menjaga komoditas ikan tetap selalu ada tanpa ada dampak
dari musim panen dan musim paceklik ikan. Selain menjaga agar ikan selalu ada,
harga juga menjadi masalah yang tidak lepas dari jumlah ikan yang ada di
pendaratan ikan. Harga ikan yang cenderung fluktuatif juga membuat para pemilik
industri mengalami pasang-surut dalam kegiatan produksi olahan ikan ini sendiri.
Pemasaran ikan di PPN Brondong teridentifikasi adanya masalah.
Permasalahan terjadi dari sisi nelayan yang ada di PPN Brondong dan dari sisi
konsumen akhir. Nelayan PPN Brondong saat ini mendapatkan harga ikan hasil
tangkapan belum sesuai dengan harga yang ada dipasaran. Nelayan selayaknya
mendapatkan hasil penjualan layak yang mendekati harga ikan di tingkat
konsumen. Ikan kakap merah dan ikan tongkol merupakan salah satu ikan yang di
tingkat nelayan dengan konsumen akhir memiliki harga yang berbeda jauh. Ikan
kakap merah di tingkat nelayan dijual dengan harga Rp.40.000/kg sedangkan
ditingkat konsumen mencapai Rp.70.000/kg serta ikan tongkol ditingkat nelayan
Rp.9.500/kg, ditingkat konsumen mencapai Rp.25.000/kg.
Melihat adanya permasalahan yang muncul tersebut, perlu menghitung
efisiensi pemasaran ikan yang ada di PPN Brondong. Selain itu perlu
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemasaran ikan serta
bagaimana strategi yang dapat meningkatkan efisiensi yang ada. Menurut Ismail
et al (2008), pemasaran merupakan kegiatan yang penting dalam menjalankan
usaha perikanan, karena pemasaran merupakan tindakan ekonomi yang
berpengaruh terhadap naik turunnya pendapatan nelayan. Produksi akan sia-sia
bila harga rendah, maka pemasaran harus baik dan efisien. Hasil-hasil perikanan
supply tidak sama dengan demand, hal ini mempengaruhi terjadinya fluktuasi
harga oleh karena itu penting untuk meneliti efektifitas pemasaran hasil-hasil
perikanan laut. Menurut Zainuddin (1995) dalam Ismail et al (2008), perbaikan
dalam bidang pemasaran dimaksudkan untuk mengarah dalam memperbesar nilai
yang diterima nelayan dan memperkecil biaya pemasaran serta terciptanya harga
jual dalam batas kemampuan daya beli konsumen. Dengan kata lain perbaikan
bidang pemasaran bertujuan memperbesar tingkat efisiensi pemasaran.

3

Identifikasi Masalah
Aktivitas pemasaran ikan dari pelabuhan perikanan hingga mencapai
konsumen merupakan hal yang harus ada untuk memastikan produk sampai di
konsumen. Harga ikan di tingkat konsumen berbeda relatif tinggi dibanding harga
ikan yang baru didaratkan di pelabuhan perikanan. Kurang efisiennya penanganan
dan pemasaran ikan diindikasi menjadi penyebab perbedaan harga yang tinggi
antara di tingkat nelayan dengan konsumen. Tingkat efisiensi pemasaran tiap jenis
ikan juga memiliki perbedaan tergantung dari lokasi pemasarannya. Banyak faktor
yang membuat pemasaran ikan menjadi tidak efisien mulai dari sumberdaya
manusia hingga dari penggunaan alat transportasi dalam kegiatan pemasaran.
Mengasilkan kegiatan pemasaran yang efisien diperlukan suatu strategi dimana
dapat meningkatkan efisiensi dari aktivitas pemasaran itu sendiri.
Tujuan Penelitian
1. Menganalisis efisiensi pemasaran ikan yang ada di PPN Brondong;
2. Mengidentifikasi faktor-faktor berpengaruh pada efisiensi pemasaran ikan dari
PPN Brondong;
3. Merumuskan strategi peningkatan
efisiensi pemasaran ikan dari PPN
Brondong.
Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan akan mendapatkan manfaat diantaranya:
1. Akademisi : diharapkan dapat menambah wawasan mengenai kondisi
pemasaran ikan yang ada di PPN Brondong.
2. Distributor : diharapkan dapat menjadi solusi dalam penyelesaian masalah
efisiensi pemasaran ikan.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola PPN Brondong untuk
mengefisienkan sistim pemasaran ikan
Kerangka Pemikiran
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong merupakan salah satu
pelabuhan perikanan terbesar di Jawa Timur yang menjadi pusat pemasaran ikan.
Aktivitas pemasaran ikan terjadi setiap hari di PPN Brondong dengan berbagai
macam jenis ikan dipasarkan. Ikan yang berasal dari PPN Brondong dipasarkan ke
berbagai daerah di pulau Jawa dan Bali. Ikan dipasarkan ke pasar tradisional dan
perusahaan. Beberapa jenis ikan yang berasal dari PPN Brondong dikirim ke
perusahaan untuk menjadi bahan baku olahan produk perikanan dan sebgaian
jenis lainnya di kemas untuk kemudian di ekspor.
Pemasaran merupakan kunci dari pendapatan nelayan yang menjadi
produsen. Aktivitas pemasaran harus ada dalam suatu kegiatan pertukaran barang
dan jasa. Melalui pemasaran nelayan dan pelaku usaha yang bekerja di bidang
jual-beli mendapatkan penghasilan. Pendapatan dari para pelaku usaha berasal
dari terjualnya produk yang dipasarkan. Ikan yang merupakan produk mudah
rusak (perishable product) dipasarkan memiliki nilai jual yang berbeda-beda di
setiap tempatnya karena adanya kegiatan pemasaran dan pengambilan
keuntungan. Pemasaran yang efisien menjadi penting karena mempengaruhi dari
harga jual ikan dipasaran serta memberikan keuntungan bagi setiap pelaku usaha
yang ada didalam rantai pemasaran ini.

4

Melihat pentingnya efisiensi pemasaran dalam aktivitas perputaran produk
perikanan ini, perlu adanya informasi mengenai tingkat efisiensi pemasaran yang
ada di PPN Brondong, faktor-faktor berpengaruh dalam efisiensi pemasaran ikan
serta strategi peningkatan efisiensi pemasaran ikan yang berasal dari PPN
Brondong. Kerangka pemikiran ini disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pemikiran efisiensi pemasaran ikan dari PPN Brondong

2. METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Brondong, Pasar Pabean Surabaya (pasar induk), Pasar Larangan Sidoarjo (pasar
kabupaten), dan Pasar Wonoayu (pasar kecamatan/desa). Penelitian dilakukan
pada bulan November hingga Desember 2014. Penelitian dilakukan dengan
metode wawancara menggunakan kuesioner.

5

Metode Penelitian dan Pengumpulan Data
Penelitian dilaksanakan berdasarkan studi kasus terhadap strategi
peningkatan efisiensi pemasaran ikan dari Pelabuhan Perikanan Pantai (PPN)
Brondong. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung di pelabuhan serta di setiap
lokasi ikan dipasarkan. Wawancara dengan responden dilakukan langsung di
setiap lokasi dengan meruntut tiap pelaku dari PPN Brondong hingga ke pedagang
pengecer. Wawancara dilakukan terhadap 5 responden nelayan, 5 pemborong, 5
distributor, 5 sopir, 3 pedagang di pasar regional, 3 pedagang pasar
kabupaten/kota dan 3 pedagang pasar kecamatan. Data sekunder yang
dikumpulkan terkait dengan jumlah hasil tangkapan nelayan, volume ikan yang
dipasarkan, harga ikan yang ada di PPN, jumlah pengepul dan jumlah distributor.
Responden yang diwawancarai dan untuk pengisian kuisioner adalah nelayan,
pedagang/bakul, serta distributor. Pengambilan responden dilakukan secara
purposive sampling agar dapat mewakili tujuan penelitian. Pada penelitian ini,
data sekunder akan didapatkan dari instansi a) Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Brondong mengenai data fasilitas pelabuhan dan asal ikan yang didaratkan
di pelabuhan, b) Dinas Kelautan dan Perikanan Lamongan mengenai informasi
produksi dan nilai produksi ikan, pelaku usaha di Tempat Pelelangan Ikan, data
statistik perikanan, serta lokasi tujuan distribusi ikan yang berasal dari PPN
Brondong. Jenis data primer dan data sekunder yang diambil sesuai pada Tabel 1.
Pada penelitian efisiensi pemasaran ini, penelitian difokuskan pada
aktivitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong sebagai lokasi awal
pemasaran ikan. Lokasi selanjutnya yaitu pasar ikan Pabean surabaya sebagai
lokasi pusat pemasaran ikan untuk tingkat agen penjualan ikan, pasar Larangan
Sidoarjo sebagai lokasi pemasaran ikan yang berasal dari pasar pabean untuk
pedagang tingkat pedagang besar, serta pasar Wonoayu Sidoarjo sebagai lokasi
pemasaran tingkat pedagang pengecer.
Tabel 1. Jenis data yang diambil pada saat penelitian
No.
1

Jenis
Data

Data yang diambil

Data
Primer

 Daerah tujuan hasil
tangkapan PPN
Brondong
 Harga hasil
tangkapan (ikan
pelagis)
 Kuantitas hasil
tangkapan ikan
pelagis di PPN
Brondong
 Alat pengangkut
hasil tangkapan
 Lama waktu
pendistribusian
ikan
 Pengeluaran dan

Cara
Tempat
Pengambilan
Pengambilan
Data
Data
Pengamatan
Pelabuhan, TPI,
dan
dan lokasi
wawancara
distribusi
langsung

Responden
Kepala
TPI,
nelayan,
pedagang/
bakul,
distributor
dan
konsumen

6

No.

Jenis
Data

Data yang diambil






2

Data

Sekunder









pemasukan
distributor
Harga ikan di
setiap tingkat
pelaku usaha
(nelayan,
tengkulak,
distributor,
pedagang besar,
pedagang kecil dan
konsumen) dan
konsumen
Panjang rantai yang
dilewati dalam
distribusi
Kuantitas ikan
didistribusikan
Biaya pengiriman
ikan
Jumlah hasil
tangkapan nelayan
PPN Brondong
menurut jenisnya
Volume ikan yang
dipasarkan di PPN
Brondong melalui
jalur darat menurut
asal ikan.
Harga ikan yang
ada di PPN
Brondong
Jumlah pedagang
di PPN Brondong
Jumlah pengepul di
PPN Brondong
Distributor di PPN
Brondong
Peta wilayah dan
denah PPN
Brondong
Rencana
pengembangan
Pelabuhan
Perikanan (Master
Plan)

Cara
Pengambilan
Data

Tempat
Pengambilan
Data

Mengajukan
permohonan
data ke pihak
Pelabuhan,
Dinas
Kelautan dan
Perikanan
dan TPI

Dinas Kelautan
dan Perikanan
Kabupaten/Kota,
Kantor
Pelabuhan
Perikanan
Nusantara, dan
Tempat
Pelelangan Ikan

Responden

7

Analisis Data
Analisis Efisiensi Pemasaran Hasil Tangkapan
Analisis yang dilakukan adalah untuk mengukur tingkat efisiensi pemasaran
ikan dari PPN Brondong hingga ke angan konsumen. Pengukuran tingkat efisiensi
dilihat dari beberapa indikator pengukuran yaitu biaya pemasaran ikan segar,
pangsa harga ikan segar, keuntungan lembaga pemasaran, dan efisiensi
pemasaran.
Menurut Anwar (1976), untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran
Ikan pada masing-masing lembaga pemasaran, digunakan rumus sebagai berikut:

��� =

dimana:
Eps
: Efisiensi Pemasaran
Bp
: Biaya Pemasaran
HE
: Harga Eceran
Kriteria:
– Eps < 5%, berarti efisien
– Eps > 5%, berarti tidak efisien

��

��

%

Efisiensi pemasaran terlihat dari sisi besarnya margin yang ada dari
komoditas yang dipasarkan. Menurut Sudiyono (2004), secara matematis besarnya
margin pemasaran dapat dilihat dengan menggunakan rumus (MP=Pr-Pf). MP
adalah margin pemasaran, Pr adalah harga di tingkat pedagang pengecer, dan Pf
adalah harga ditingkat produsen. Menurut Irawan (2007), efisiensi pemasaran
merupakan maksimalisasi rasio luaran yang dilakukan oleh pedagang dan
masukan yang meliputi sumberdaya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan
pemasaran.
Menurut Irawan (2007), sistem pemasaran semakin efisien apabila besarnya
marjin pemasaran yang merupakan jumlah dari biaya pemasaran dan keuntungan
pedagang semakin kecil. Dengan kata lain, perbedaan antara harga yang diterima
petani dan harga yang dibayar konsumen semakin kecil.
Biaya pemasaran adalah semua biaya yang terjadi sejak produk selesai
diproduksi dan di simpan dalam gudang dan sampai saat produk diubah kembali
dalam bentuk tunai. biaya pemasaran merupakan biaya yang keluarkan dalam
memasarkan, mendistribusikan, dan melayani produk atau jasa (Setiawan, 2014).
Menurut Mulyadi (2005) biaya pemasaran adalah biaya yang terjadi untuk
melaksanakan pemasaran produk.
Faktor-faktor Berpengaruh Pada Efisiensi Pemasaran Ikan
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi pemasaran ikan salah
satunya dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan
di pelabuhan perikanan Brondong melalui diagram ishikawa (fishbone diagram).
Melalui diagram ini diharapkan nantinya akan teridentifikasi masalah-masalah
beserta penyebabnya dalam pemasaran dan distribusi ikan yang ada di PPN
Brondong.

8

Menurut Scavarda et al (2004) konsep dasar dari diagram fishbone adalah
permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau pada
bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab permasalahan digambarkan
pada sirip dan durinya. Kategori penyebab permasalahan yang sering digunakan
sebagai start awal meliputi material, mesin dan peralatan, sumber daya manusia,
metode, lingkungan, dan pengukuran. Menurut Pande dan holpp (2001)
kebanyakan penulis manajemen mutu merekomendasikan menggunakan metode
brainstorming untuk menghasilkan diagram sebab dan akibat (diagram ishikawa).
Diagram fishbone (Gambar 2) merupakan suatu alat visual untuk
mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail
semua penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan (Asmoko, 2013).
Sumberdaya manusia

Proses

Peralatan
Masalah

Material

Lingkungan
n

Manajemen
n

Gambar 2. Diagram Ishikawa
Strategi Meningkatkan Efisiensi Pemasaran Ikan Di PPN Brondong
Strategi efisiensi pemasaran ikan dari Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Brondong dilakukan menggunakan analisis SWOT. Penggunaan analisis
SWOT ini diperuntukkan untuk mencari solusi pemecahan masalah yang muncul
dalam kegiatan rantai pasok yang ada di PPN Brondong. Melalui analisis SWOT
ini diharapkan akan adanya solusi pemecahan masalah yang memberikan dampak
positif terhadap tingkat efisiensi dari kegiatan pemasaran yang ada di PPN
Brondong hingga mencapai industri pengolahan bahkan hingga konsumen akhir
yang berbasis pada peningkatan peran pihak pelabuhan.
Analisis SWOT (Gambar 3) merupakan cara untuk mengidentifikasi
berbagai faktor secara sistematis dalam rangka memutuskan strategi yang ingin
dilakukan. Penggunaan analisis ini berdasarkan logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths), peluang (oportunities), namun selain
memanfaatkan itu juga harus meminimalisisr kelemahan (weaknesses), dan
ancaman (threats). Analisis SWOT ini mempertimbangkan faktor lingkungan
internal dari segi kekuatan dan kelemahan yang kemudian dibandingkan dengan
faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman. Berdasarkan pertimbangan ini
nantinya akan didapatkan suatu keputusan yang setrategis untuk mendapatkan
tujuan yang maksimal dari suatu kegiatan (Rangkuti, 2011).

9

Peluang (O)
3. Mendukung
strategi turn arround

1. Mendukung
strategi agresif

Kelemahan (W)

Kekuatan (S)

4. Mendukung
strategi defensif

2. Mendukung
strategi diversifikasi

Ancaman (T)

Gambar 3. Pola analisis SWOT dan potensi pengembangan (Sumber: Rangkuti, 2011).

3. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
Kondisi Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong terletak di Desa
Brondong, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Pelabuhan
Perikanan Nusantara Brondong secara geografis terletak pada koordinat 06o 53’
30, 81” LS dan 112o 17’ 01, 22” BT. PPN Brondong memiliki lokasi yang
strategis karena terletak di tengah beberapa pangkalan pendaratan ikan (PPI) yang
ada di Kabupaten Lamongan diantaranya PPI Lohgung dan PPI Labuhan yang ada
di sebelah barat PPN Brondong serta PPI Kranji dan PPI Weru yang berada di
sebelah timur PPN Brondong. Lokasi pelabuhan dapat dilihat pada Gambar 4.
PPN Brondong juga memiliki nilai strategis dari sisi bisnis usaha
pengolahan perikanan. Dibuktikan dengan telah adanya beberapa perusahaan
pengolahan ikan yang berinvestasi dan didirikan di sekitar PPN Brondong serta
mengambil bahan baku ikan dari pelabuhan tersebut. Berdasarkan data laporan
tahunan PPN Brondong tahun 2013 terdapat 7 perusahaan yang berdiri di sekitar
PPN Brondong. Secara rinci perusahaan yang berdiri disekitar PPN Brondong
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perusahaan pengolahan disekitar PPN Brondong

NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

NAMA PERUSAHAAN
PT. HATNI
PT. ANELA
CV. SINDI PRATAMA
PT. 88
PT. 689
KUD. MINATANI
PT. STARFOOD

PRODUKSI OLAHAN
Ikan fillet beku
Ikan beku
Surimi dan Ikan Beku
Surimi dan Ikan Beku
Ikan Beku dan Ikan Olahan
Ikan Beku
Ikan Beku

Sumber: PPN Brondong, 2013 (Diolah kembali)

10

Gambar 4. Lokasi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong

11

Jumlah armada perikanan tangkap yang ada di PPN Brondong pada tahun
2013 mencapai 1.577 armada, dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 14.614
orang. Sebaran armada perikanan tangkap yang ada di PPN Brondong meliputi 2
kapal alat tangkap purse seine, 1.197 kapal dogol mingguan, 27 kapal dogol
harian, 2 kapal payang, 247 kapal dengan alat tangkap rawai, dan 102 kapal
collecting (gendongan) (Tabel 3).
Tabel 3. Jumlah kapal dan jenis alat tangkap di PPN Brondong
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jenis Alat
Tangkap
Mini purse seine
Dogol Mingguan
Dogol Harian
Payang
Rawai
Gill net
Collecting
Jumlah

Jumlah kapal
Perikanan (Unit)
2
1.197
27
2
247
102
1.577

Jumlah Nelayan
/ Kapal (orang)
25
10
5
8
7
7

Jumlah Nelayan
(orang)
50
11.970
135
16
1.729
714
14.614

Sumber: PPN Brondong, 2013
Tenaga kerja yang berkecimpung didalam pelabuhan perikanan nusantara
juga sangat banyak yaitu mencapai 1.463 orang yang memiliki berbagai peran
seperti bakul kecil, penjual besar/agen, tukang becak, kuli pikul, timbang dan
sortir ikan, pedagang eceran dan tenaga kerja lainnya. Banyaknya tenaga kerja ini
dikarenakan masyarakat yang tinggal disekitar PPN Brondong bergantung pada
keberadaan pelabuhan ini. Besarnya perputaran uang yang ada di PPN Brondong
dan banyaknya ikan yang didaratkan tiap hari juga membuat besarnya penyerapan
tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.
.
Tabel 4. Jumlah tenaga kerja yang berkecimpung di PPN Brondong
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

JENIS PEKERJAAN
Bakul Kecil
Penjual / Agen
Tukang Becak
Kuli Pikul, Timbang & Sortir
Pedagang
Tenaga Kerja lain
Total

JUMLAH TENAGA KERJA
42
90
187
725
87
332
1.463

Sumber: KUD Mina Tani tahun 2014
Lokasi Pemasaran Ikan PPN Brondong
Lokasi pemasaran ikan yang berasal dari PPN Brondong sangat luas. Ikan
yang berasal dari PPN Brondong dipasarkan ke Jawa-Bali. Pada tahun 2013
penyebarannya seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5 meliputi Provinsi Jawa
Timur sebesar 40.113 ton atau sebesar 68,99%, Provinsi Jawa Tengah 3.197 ton
atau 5,50%, Propinsi Jawa Barat 9.002 ton atau 15,48%, DKI Jakarta 2.580 ton
atau 4,44% dan Bali 3.253 ton atau 5,59% total produksi PPN Brondong.

12

Tabel 5. Tujuan dan volume pemasaran ikan dari PPN Brondong tahun 2013
No
1
2
3
4
5

Tujuan
Jawa Timur
Jawa Tengah
Jawa Barat
Jakarta
Bali
Jumlah

Volume ( ton )
40.113
3.197
9.002
2.580
3.253
58.145

Prosentase (%)
68,99
5,50
15,48
4,44
5,59
100

Sumber: PPN Brondong, 2013

Volume (Ton)

Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong memiliki lima ikan dominan
yaitu ikan kuningan (kuniran) (Priacanthus tayenus) 15.678 ton, ikan mata besar
(swangi) (Upeneus sulphureus) 14.136 ton, ikan kapas-kapas (kapasan) (Lactarius
lactarius) 6.986 ton, ikan layang (Decapterus russelli) 5.115 ton dan ikan ayamayam (Abalistes stellaris) 1.831 ton. Pada Gambar 5 ditunjukkan selain ikan
dominan, juga terdapat ikan ekonomis tinggi yaitu kakap merah (Lutjanus
malabaricus) sebanyak 585 ton dan ikan tongkol (Euthynus affinis) 1.183 ton.
18,000
16,000
14,000
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0

15,678
14,136

6,986
5,115
1,831

585

1,183

Jenis Ikan
Gambar 5. Diagram produksi ikan dominan di PPN Brondong menurut jenisnya
Fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong
Fasilitas yang ada di PPN Brondong terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu
fasilitas pokok yang merupakan fasilitas utama dalam menunjang kegiatan
operasional di pelabuhan perikanan, fasilitas fungsional yang merupakan
pendukung pengembangan usaha perikanan tangkap yang ada di PPN Brondong,
dan fasilitas penunjang merupakan fasilitas sekunder. Berikut ini merupakan
rincian dari masing – masing fasilitas:
Fasilitas pokok yang ada di PPN Brondong ada enam jenis yaitu area lahan
industri, dermaga, kolam pelabuhan, turap, jalan yang ada didalam pelabuhan dan
breakwater seperti yang tertera pada Tabel 6.

13

Tabel 6. Daftar fasilitas pokok di PPN Brondong
No
Jenis Fasilitas
Areal Lahan industri
1.
Dermaga / jetty
2.
Kolam Pelabuhan
3.
Turap (Revetment)
4.
Jalan didalam pelabuhan
5.
Breakwater
6.

Volume
13,22 ha
525,5 m
23,4 ha
2.139 m
7.270 m
292 m

Kondisi
Baik
Baik
Baik
Baik
Sebagian rusak
Baik

Sumber: PPN Brondong, 2013
Fasilitas fungsional memiliki peran yang penting dalam kegiatan perikanan
yang ada di dalam pelabuhan. Fasilitas yang harus ada terutama fasilitas yang
mendukung aktivitas pemasaran ikan. Meliputi fasilitas aktivitas dari ikan turun
dari kapal hingga ikan siap dipasarkan keluar dari Pelabuhan. Setidaknya ada 16
jenis fasilitas yang ada di PPN Brondong yang dapat mendukung kelancaran
kegiatan pemasaran. Jenis fasilitas yang mendukung pemasaran dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel 7. Fasilitas fungsional pendukung pemasaran ikan di PPN Brondong
No
Jenis Fasilitas
Volume
Tingkat Pemanfaatan
2
1.080 m
Berfungsi
1. Gedung TPI
100 m2
Berfungsi
2. Gudang Keranjang
3
170 m
Berfungsi
3. Tangki air & instalasi
15&50 ton/hr
Berfungsi
4. Pabrik Es Balok
2
800 m
Berfungsi
5. Areal Parkir
120 m2
Berfungsi
6. R.Sortir Ikan
1 unit
Berfungsi
7. Tower Air
2
25 m
Berfungsi
8. Pos Masuk
480 m2
Berfungsi
9. Los Pengepakan Ikan
2
960 m
Berfungsi
10 Area Bongkar Muat
24 m2
Berfungsi
11 Pos Jaga
2
2.976 m
Belum berfungsi
12 Gedung PPDI
744 m2
Belum berfungsi
13 Ruang Sortir Ikan
2
96 m
Berfungsi
14 Kantor Administrasi
276 m2
Berfungsi
15 Tandon Air Tawar
2
Tandon
Air
Laut
122,97
m
Berfungsi
16
Sumber: PPN Brondong, 2013
Fasilitas penunjang di pelabuhan juga tidak kalah penting untuk menunjang
lancarnya aktivitas di pelabuhan. PPN Brondong setidaknya memiliki enam jenis
fasilitas penunjang diantaranya tempat ibadah, pagar yang mengelilingi PPN,
mess operator, rumah dinas kepala pelabuhan, rumah dinas pegawai, dan
kios/warung seperti pada Tabel 8.

14

Tabel 8. Daftar fasilitas penunjang di PPN Brondong
No
Jenis Fasilitas
Volume
100 m2
1. Tempat Ibadah
380 m
2. Pagar Keliling
250 m2
3. Mess Operator
120 m2
4. Rumah Kalabuh
170 m2
5. Rumah Dinas
250 m2
6. Kios/Warung
Sumber: PPN Brondong, 2013

4. EFISIENSI PEMASARAN IKAN LAUT SEGAR DI PPN
BRONDONG
Pendahuluan
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong merupakan pelabuhan
perikanan yang paling sibuk di Jawa Timur. Ikan yang didaratkan sangat
bervariasi. Beberapa jenis ikan yang didaratkan di PPN Brondong diantaranya
Ikan tongkol (Euthynus affinis) dan kakap merah (Lutjanus malabaricus) yang
merupakan ikan ekonomis tinggi serta ikan kuniran (Upeneus sulphureus) dan
ikan swangi (Priacanthus tayenus) merupakan hasil tangkapan dominan yang
didaratkan di PPN Brondong. Ikan yang berasal dari PPN Brondong ini
dipasarkan ke berbagai daerah baik di Lamongan sendiri, kota di sekitar Jawa
Timur maupun keluar Provinsi Jawa Timur. Ikan yang berasal dari PPN Brondong
memiliki tingkat kenaikan harga yang sangat signifikan dimana di tingkat
pelabuhan harga salah satu ikan yaitu kakap merah hanya Rp.45.000/kg namun di
tingkat konsumen mencapai Rp.60.000-80.000/kg. Kenaikan ini disebabkan
karena adanya penanganan ikan selama pendistribusian. Distribusi merupakan
bagian dari pemasaran yang selalu muncul ketika melakukan perpindahan barang
barang dari satu tempat ke tempat yang lainnya dan terjadi pertambahan nilai.
Distribusi merupakan faktor penting yang membuat perpindahan barang menjadi
cepat (Deswindi, 2007).
Pemasaran dilakukan menggunakan alat transportasi darat berupa truk bak
terbuka atau pick-up dimana ikan dimasukkan ke dalam drum ataupun palka fiber
yang diletakkan di atas kendaraan. Proses pemasaran ikan yang berasal dari PPN
Brondong melalui banyak tangan/pelaku atau juga yang biasa disebut rantai
pemasaran. Panjangnya rantai yang dilalui ini membuat pemasaran ikan yang
menjadi tidak efisien. Rantai pemasaran mencakup semua link dari titik produksi
(proses penangkapan ikan) sampai pengguna akhir atau konsumen akhir. Rantai
pemasaran berisi kumpulan sub-pasar atau sistem pemasaran. Sebuah sistem
pemasaran didefinisikan sebagai mata rantai hubungan antara produsen / pemasok
dan konsumen, termasuk semua mekanisme yang menentukan hubungan antara
laba produsen dan penyediaan produk fisik (Cenini, 2012).
Melihat mahalnya harga ikan di tingkat konsumen yang jauh berbeda
dengan harga di tingkat nelayan di PPN Brondong, maka perlu diketahui tingkat
efisiensi pemasaran ikan swangi, kuniran, tongkol dan kakap merah yang ada di
PPN Brondong. Ikan yang menjadi fokus penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.

15

Ikan Swangi (Priacanthus tayenus)

Ikan Kuniran (Upeneus sulphureus)

Ikan Tongkol (Euthynnus affinis)

Ikan Kakap Merah (Lutjanus
malabaricus)
Gambar 6. Ikan obyek penelitian

Materi dan Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Brondong, Pasar Pabean Surabaya (pasar induk), Pasar Larangan Sidoarjo (pasar
kabupaten), dan Pasar Wonoayu (pasar kecamatan/desa). Penelitian dilakukan
pada bulan November hingga Desember 2014. Pengambilan data dilakukan
dengan metode purposive sampling yaitu melakukan wawancara langsung dengan
para pelaku yang ada di setiap lokasi pemasaran ikan. Wawancara dilakukan
terhadap lima responden nelayan, lima pemborong, lima distributor, lima sopir,
tiga pedagang di pasar regional, tiga pedagang pasar kabupaten/kota dan tiga
pedagang pasar kecamatan. Penentuan jumlah responden diatas dikarenakan telah
memiliki kesamaan informasi, sehingga informasi sudah dianggap cukup karena
saling melengkapi dari responden yang sebelumnya.
Pengambilan data meliputi harga ikan yang dijual, keuntungan, tingkat
kenaikan harga di setiap pelaku, serta biaya produksi yang dikeluarkan oleh setiap
pedagang atau distributor. Menurut Hapsari (2013), untuk mengetahui jumlah
rantai dan margin pemasaran ikan diperlukan data meliputi harga ikan, Saluran
pemasaran ikan, margin pemasaran ikan, biaya produksi pada pedagang pengecer
dan pedagang besar ikan, dan keuntungan yang didapatkan oleh pedagang
pengecer dan pedagang besar. Setelah ditemukan alur pemasaran termasuk jumlah

16

pelaku dan besarnya margin yang terjadi, maka akan didapatkan tingkat efisien
dari pemasaran ikan yang berasal dari PPN Brondong.
Efisien menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu tepat atau sesuai
untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang
waktu, tenaga, biaya), mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat,
berdaya guna, bertepat guna. Efisien artinya melakukan sesuatu dengan sumber
daya yang hemat atau dengan tanpa pemborosan, sedangkan efisiensi adalah
penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum
(Anggrahini, 2011).
Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006), efisiensi tata niaga dianalisis
berdasarkan efisiensi teknis dan ekonomis. Efisiensi teknis dipilih karena
memiliki kriteria yang jelas meliputi input pendapatan dan biaya barang yang
dipasarkan hingga output dari barang yang dipasarkan. Pengukuran efisiensi
ekonomis menggunakan margin rantai nilai yang ada di pasar sebagai alat
ukurnya. Efisiensi teknis merupakan pengendalian fisik dari produk atau
komoditas yang mencakup prosedur, teknis, dan besarnya skala operasi. Tujuan
dari efisiensi teknis ini untuk penghematan fisik seperti mengurangi kerusakan
barang, mencegah merosotnya mutu produk, dan menghemat tenaga kerja yang
akan berdampak pengurangan ongkos berupa uang yang tergantung pada
economic environment dalam rantai nilai yang berlangsung. Efisiensi ekonomis
menunjukkan bahwa perusahaan atau industri dengan teknik, skill dan
pengetahuan yang ada, dapat bekerja atas dasar biaya rendah dan memperoleh
keuntungan.
Margin pemasaran adalah perbedaan harga antara yang harus dibayar
kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. Menurut
Anwar (1976), untuk menghitung margin pemasaran dapat menggunakan rumus:

dimana :
MP
: Margin pemasaran
HK
: Harga ditingkat konsumen
HP
: Harga ditingkat nelayan

=

Efisiensi pemasaran merupakan maksimisasi rasio antara luaran dan
masukan yang digunakan dalam kegiatan pemasaran (Irawan, 2007). Menurut
(Rasyaf, 1995) dalam (Rasuli et al, 2007), biaya pemasaran adalah biaya-biaya
yan