Sistem Pendukung Keputusan Intelijen untuk Seleksi Konsep pada Pengembangan Produk Baru Asap Cair Tempurung Kelapa

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN INTELIJEN UNTUK
SELEKSI KONSEP PADA PENGEMBANGAN PRODUK
BARU ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA

ERVINA MELA DEWI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Sistem Pendukung
Keputusan Intelijen untuk Seleksi Konsep pada Pengembangan Produk Baru Asap
Cair Tempurung Kelapa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Ervina Mela Dewi
NIM F361090041

RINGKASAN
ERVINA MELA DEWI. Sistem Pendukung Keputusan Intelijen untuk Seleksi
Konsep pada Pengembangan Produk Baru Asap Cair Tempurung Kelapa
Dibimbing oleh YANDRA ARKEMAN, ERLIZA NOOR, dan NOER AZAM
ACHSANI.
Produk kelapa di Indonesia khususnya yang berbasis tempurung kelapa
masih terbatas jumlahnya sehingga perlu dilakukan pengembangan produk baru.
Tempurung kelapa dapat menghasilkan asap cair tempurung kelapa yang dapat
dijadikan berbagai macam produk. Pengembangan produk asap cair tempurung
kelapa dimulai dengan pencarian konsep produk berbasis asap cair tempurung
kelapa lalu pemilihan konsep produk yang menjadi prioritas utama untuk
dikembangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangun sistem
pendukung keputusan seleksi konsep produk baru asap cair tempurung kelapa
dengan menggunakan sistem intelijen. Beberapa tujuan spesifik dari penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut: mendapatkan konsep-konsep produk baru asap cair

tempurung kelapa, mendapatkan determinan dan kriteria sukses produk
agroindustri kelapa, merancang model prediksi tingkat sukses konsep produk baru
dan merancang model penentuan nilai dan rekomendasi konsep produk baru
berdasarkan prediksi tingkat sukses, kebaruan, dan attractiveness.
Studi literatur dan wawancara pakar dilakukan untuk mendapatkan produk
baru asap cair tempurung kelapa dan kriteria sukses produk agroindustri kelapa.
Studi literatur, wawancara pakar, kuesioner serta metode Delphi digunakan untuk
mendapatkan determinan sukses produk baru. Jaringan syaraf tiruan
backpropagation digunakan pada pemodelan prediksi tingkat sukses produk baru.
Untuk merancang model penentuan nilai dan rekomendasi konsep produk baru
dilakukan studi literatur, perbandingan berpasangan, dan metode Bayes.
Konsep produk baru yang dapat dikembangkan dari asap cair tempurung
kelapa yaitu pengawet makanan, pewarna makanan, flavor, antioksidan, sabun,
shampoo antiketombe, obat gatal, obat sakit kulit, penghilang bau, sterilizing
agent, additive untuk rubber sheet, fumigan pada industri kayu, termisida, pupuk
alami, hormon pertumbuhan tanaman, pestisida, herbisida, insektisida, fungisida,
repelen, dan obat dan campuran makanan ternak. Determinan utama yang
mempengaruhi kesuksesan produk baru yaitu kuantitas bahan baku, potensi pasar,
dan keunggulan produk. Kriteria sukses produk baru agroindustri meliputi profit,
penjualan, dan pangsa pasar.

Model prediksi profit yang paling akurat dibentuk dari fungsi aktivasi
lapisan masukan tansig, lapisan keluaran purelin, metode pembelajaran trainlm,
dengan MSE sebesar 2,00E-08, R pelatihan= 1, 9 epoch, dan akurasi= 91,60%.
Model prediksi penjualan yang paling akurat dibentuk dari fungsi aktivasi lapisan
masukan tansig, lapisan keluaran tansig, metode pembelajaran trainlm dengan
MSE sebesar 0,00170, R pelatihan= 0,98963, 50 epoch, dan akurasi= 86,34%.
Model prediksi pangsa pasar dalam negeri yang paling akurat dibentuk dari fungsi
aktivasi lapisan masukan tansig, lapisan keluaran purelin, metode pembelajaran
trainlm dengan MSE sebesar 5,57E-13, nilai R pelatihan = 1, 13 epoch dan
akurasi= 97,62%. Model prediksi pangsa pasar luar negeri penjualan yang paling
akurat dibentuk dari fungsi aktivasi lapisan masukan tansig, lapisan keluaran

purelin, metode pembelajaran trainlm, dengan MSE sebesar 4,73E-14, R
pelatihan= 1, 12 epoch, dan akurasi= 94,16%. Semua model menggunakan 13
neuron pada lapisan masukan, 23 neuron pada lapisan tersembunyi, dan 11 neuron
pada lapisan keluaran.
Kriteria yang digunakan untuk menilai konsep produk baru terdiri dari
tingkat sukses, kebaruan, dan attractiveness. Kriteria tingkat sukses
dikembangkan menjadi sub-kriteria profit, penjualan, pangsa pasar dalam negeri,
dan pangsa pasar luar negeri. Kriteria kebaruan produk dikembangkan menjadi

sub-kriteria kebaruan untuk dunia dan kebaruan untuk agroindustri kelapa.
Kriteria attractiveness dikembangkan menjadi sub-kriteria tren, keberlanjutan
kebutuhan akan produk, pengaruh pengembangan produk terhadap sektor lain,
dan kemampuan produk memenuhi kebutuhan.
Sistem pendukung keputusan intelijen seleksi konsep produk baru dapat
menyeleksi konsep produk baru berdasarkan rekomendasi dan prioritas
pengembangan. Produk pupuk alami, hormon pertumbuhan tanaman, pestisida,
herbisida, insektisida, fungisida, dan repelen dinyatakan potensial dan menjadi
prioritas utama untuk dikembangkan. Penghilang bau, sterillizing agent, additive
untuk rubber sheet, fumigan pada industri kayu, termisida, sabun, shampoo
antiketombe, serta obat dan campuran makanan ternak, pengawet makanan,
antioksidan untuk makanan, flavour, obat sakit kulit, dan obat gatal dinyatakan
cukup potensial dan menjadi prioritas ke-2. Sedangkan pewarna makanan
menjadi prioritas ke-3 dan dinyatakan cukup potensial namun perlu perbaikan.
Kata kunci: asap cair tempurung kelapa, sistem penunjang keputusan, konsep
produk

SUMMARY
ERVINA MELA DEWI. Intelligent Decision Support System for Concept
Selection of Coconut Shell Wood Vinegar New Product Concept Development.

Supervised by YANDRA ARKEMAN, ERLIZA NOOR, and NOER AZAM
ACHSANI.
Derivate products of coconut in Indonesia especially coconut shell are still
limited and potentially being developed. Coconut shell can be transformed to
wood vinegar that can be developed to many products. Coconut shell wood
vinegar can be developed through find out and then select the main priority
concept products. Objective of this study was to design an intelligent decision
support system for concept selection of coconut new product development. To
gain the objective of this study, some specific objectives were to find out the new
product concepts of coconut shell wood vinegar, find the determinants and
success criteria of coconut agroindustry new product, design success level
prediction model of new product concepts and design value and recommendation
model based on success level prediction, novelty and attractiveness.
Literature study and interview with expert were done to find coconut shell
wood vinegar new product concepts and success criteria of coconut agroindustry
new product concepts. Literature study, interview with expert, questioner and
Delphi method were used to obtain the success determinants of new product
concepts. Backpropagation artificial neural network was applied on modeling of
success level prediction. Design the model of value and recommendation were
done by literature study, paired comparison and Bayes method. Coconut shell

wood vinegar new product concepts that can be developed are food preservative,
food color, flavor, food antioxidant, soap, shampoo, medicine for skin problems,
medicine for itching, deodorizer, sterilizing agent, additive for rubber sheet,
fumigan for wood industry, termicide, organic fertilizer, plant growth hormone,
pesticide, herbicide, insecticide, fungicide, repellent, and feed additive. Main
success determinants which effect on new product concepts were quantity of raw
material, market opportunity and product superiority. Then, success criteria of
new product agroindustry were profit, selling and national and international
market share.
The most accurate of profit model prediction was resulted by activation
function of input layer: tansig, output layer: purelin. trainlm learning method with
MSE = 2,00E-08, R training = 1, and epoch = 9, accuration = 91,60%. Most
accurate prediction model of selling was resulted by activation function of input
layer: tansig, output layer: tansig, and trainlm learning method with MSE =
0.00170, R training = 0.98963, and epoch = 50, accuration = 86,34%. Most
accurate for domestic market share was resulted by activation function of input
layer: tansig, output layer: purelin, trainlm learning method with MSE= 5.57E-13,
R training = 1, epoch = 13 and accuration = 97,62%. Most accurate for
international market share was resulted by activation function of input layer:
tansig, output layer: purelin, trainlm learning method with MSE= 4.73E-14, R

training = 1, epoch = 12 and accuration = 94,16%. All models used 13 neurons
on output layer, 26 neurons on hidden layer, and 11 neurons on output layer.

Sub-criteria of success level consists were profit, selling, domestic and
international market share. Sub-criteria of novelty criteria of product concepts
were novelty to the world and novelty for coconut agroindustry. Sub-criteria of
attractiveness were trend, sustainability product demand, effect of product
development on other sectors, and ability of product to cover the need.
Intelligent Decision Support System for Concept Selection of Coconut New
Product Development can be used to select product concepts based on priority
and recommendation in product development. Organic fertilizer, plant growth
hormone, pesticide, herbicide, insecticide, fungicide and repellent were potential
product concepts and as major priority. Then, deodorizer, sterilizing agent,
additive for rubber sheet, fumigant for wood industry, termicide, soap, shampoo,
feed additive, food preservative and antioxidant, flavor, and medicine for skin
problems, and medicine for itching were potential as second priority. Meanwhile,
food color was third priority to develop but its still need to improve.
Key words: coconut shell wood vinegar, decision support system, product
concepts


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN INTELIJEN UNTUK
SELEKSI KONSEP PADA PENGEMBANGAN PRODUK
BARU ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA

ERVINA MELA DEWI

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji pada Ujian Tertutup : Prof. Dr. Ir. Djumali Mangunwidjaja, DEA.
Dr. Ir. Agus Buono, M.Sc., M.Kom.
Penguji pada Ujian Terbuka : Prof. Ir. Isti Surjandari, Ph.D.
Prof. Dr. Ir. Irawadi Jamaran

Judul Disertasi: Sistem Pendukung Keputusan Intelijen untuk Seleksi Konsep
pada Pengembangan Produk Baru Asap Cair Tempurung Kelapa
Nama
: Ervina Mela Dewi
NIM
: F361090041

Disetujui
Komisi Pembimbing


Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng.
Ketua

Prof. Dr. Ir. Erliza Noor
Anggota

Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, M.S.
Anggota
Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Machfud, M.S.

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.


Tanggal Ujian: 26 Agustus 2014

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya
sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih pada penelitian ini
yaitu pengembangan produk baru, dengan judul Sistem Pendukung Keputusan
Intelijen untuk Seleksi Konsep pada Pengembangan Produk Baru Asap Cair
Tempurung Kelapa.
Disertasi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu ucapan terima kasih serta penghargaan, disampaikan kepada:
1 Komisi Pembimbing: Dr. Ir. Yandra Arkeman, M,Eng., Prof. Dr. Ir. Erliza
Noor dan Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, M.S. yang telah banyak
mencurahkan energi dan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan
selama ini.
2 Prof. Dr. Ir. Djumali Mangunwidjaja, DEA dan Dr. Ir. Agus Buono, M.Sc.
M.Kom., yang telah berkenan menjadi penguji pada ujian tertutup atas
pertanyaan dan masukan untuk penyempurnaan disertasi ini.
3 Prof. Dr. Ir. Machfud, M.S. selaku pimpinan sidang dan Dr. Eng. Taufik Djatna
yang mewakili Ketua Program Studi TIP pada ujian tertutup dan terbuka atas
masukan yang diberikan.
4 Prof. Ir. Isti Surjandari, Ph.D., dan Prof. Dr. Irawadi Jamaran yang telah
berkenan menjadi penguji pada ujian terbuka atas pertanyaan dan masukan
untuk penyempurnaan disertasi ini.
5 Civitas akademika di Program Studi TIP dan Pascasarjana IPB.
6 Rektor Universitas Jenderal Soedirman, Ketua LPPM UNSOED, dan Civitas
Akademika Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman khususnya
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan.
7 Para pakar, dan responden yang terlibat pada penelitian ini.
8 Supriyanto, M.Si dan Dra. Mutia Nur Estri, M.Kom dari Program Studi
Matematika UNSOED yang telah berbagi ilmu mengenai JST. Begitu pula
Toto Haryanto, M.Kom, Gibtha Laxmie, M.Kom, dan Ardiansyah M.Kom
dari Program Studi Ilmu Komputer IPB yang membantu pembuatan sistem.
9 Kedua orang tua: Mamih Hj. Euis Fatimah Suryatiningsih dan Papah RM.
Cholid Zubaidi, S.H., mertua: Bapa Nana Maksudi dan Mamah Juju Ruhjati,
beserta adik-adik.
10 Keluarga tercinta, suami: Ahadiyat Yugi, S.P., M.Si. D. Tech. Sc. beserta buah
hati: Fadhilah Alfath (almarhum), Farrel Ahmad Rizqian, dan Faikarashif
Andika Rizqian.
11 Rekan-rekan angkatan 2009, kakak dan adik kelas pada Program Doktor TIP
IPB juga para sahabat alumni SMP Negeri 12 Bandung tahun 88.
12 Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan sumbangsih pada penulisan disertasi ini.
Ucapan Jazza kumullaahu khairan katsira disampaikan kepada semua pihak
yang telah memberikan kontribusi pada karya ilmiah ini.
Bogor, Agustus 2014
Ervina Mela Dewi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kerangka Pikir Penelitian
Tahapan Penelitian
Tujuan
Ruang Lingkup
Kebaruan Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
4
4
6
6
6
6

2 KONSEP PRODUK BARU ASAP CAIR TEMPURUNG KELAPA
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan

7
7
8
9
19

3 DETERMINAN DAN KRITERIA SUKSES KONSEP PRODUK BARU
AGROINDUSTRI
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan

20
20
20
23
33

4 MODEL PREDIKSI TINGKAT SUKSES KONSEP PRODUK BARU
DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan

34
34
35
38
44

5 MODEL PENENTUAN NILAI DAN REKOMENDASI KONSEP PRODUK
BARU
45
Pendahuluan
45
Metode
45
Hasil dan Pembahasan
47
Kesimpulan
55
6 VALIDASI DAN IMPLEMENTASI MODEL SELEKSI KONSEP PRODUK
BARU
56
Validasi
56
Implementasi
57

Kesimpulan

64

7 PEMBAHASAN UMUM
Kesimpulan dan Saran

65
67

DAFTAR PUSTAKA

69

LAMPIRAN

79

RIWAYAT HIDUP

112

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Penelitian seleksi konsep produk baru
Kandungan kimia dominan pada asap cair tempurung kelapa
Penggunaan komersial senyawa dominan asap cair tempurung kelapa
Konsep produk baru yang dapat dikembangkan dari asap cair
tempurung kelapa
Pakar pada pemilihan determinan kesuksesan produk baru
Determinan kesuksesan konsep produk baru
Hasil skor penilaian pakar untuk determinan
Skor variabel kuantitas bahan baku
Hasil perbandingan berpasangan cara mendapatkankan bahan baku
Bobot dan skor masing-masing kriteria dari sub-variabel perolehan
bahan baku hasil perhitungan dengan Expert Choice
Skor variabel peluang pasar
Skor variabel keunggulan produk
Kriteria sukses produk baru
Perhitungan kriteria sukses
Pengkodean nilai keluaran
Jumlah data sebelum bootstrap
Jumlah data setelah bootstrap
Hasil pelatihan menggunakan beberapa variasi jumlah neuron pada
lapisan tersembunyi
Lima kombinasi terbaik hasil pelatihan untuk target profit
Lima kombinasi terbaik hasil pelatihan untuk target penjualan
Lima kombinasi terbaik hasil pelatihan untuk target pangsa pasar
dalam negeri
Lima kombinasi terbaik hasil pelatihan untuk target pangsa pasar luar
negeri
Arsitektur terbaik keempat model prediksi
Skala yang digunakan pada perbandiangan berpasangan
Hasil perbandingan berpasangan kriteria pemilihan konsep produk
baru
Bobot kriteria pemilihan konsep produk baru
Sub-kriteria tingkat sukses dan metode penilaiannya
Hasil perbandingan berpasangan sub-kriteria tingkat sukses
Bobot sub-kriteria tingkat sukses
Sub-kriteria kebaruan dan metode penilaiannya
Hasil perbandingan berpasangan sub-kriteria kebaruan

3
12
13
15
21
23
24
26
28
28
30
31
32
33
38
39
39
41
42
42
42
43
43
46
47
47
48
48
49
49
50

32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42

Bobot sub-kriteria kebaruan
Sub-kriteria attractiveness dan metode penilaiannya
Hasil perbandingan berpasangan sub-kriteria attractiveness
Bobot sub-kriteria attractiveness
Skor dan nilai normalisasi
Rekomendasi produk berdasarkan nilai prioritas
Hasil face validation
Hasil perhitungan alternatif konsep produk baru asap cair tempurung
kelapa berdasarkan kriteria prediksi tingkat sukses
Hasil perhitungan alternatif konsep produk baru asap cair tempurung
kelapa berdasarkan kriteria kebaruan
Hasil perhitungan alternatif konsep produk baru asap cair tempurung
kelapa berdasarkan kriteria attractiveness
Prioritas konsep produk asap cair tempurung kelapa berdasarkan nilai
prediksi tingkat sukses, kebaruan, dan attractiveness

50
51
52
52
53
54
56
59
60
61
62

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Diagram input proses output sistem pendukung keputusan intelijen
seleksi konsep produk baru asap cair tempurung kelapa
Tahapan proses pengembangan produk baru
Tahapan proses penelitian pencarian konsep produk baru asap cair
tempurung kelapa
Skema proses pengolahan tempurung kelapa menjadi asap cair
Peralatan produksi asap cair
Tahapan proses penentuan determinan
Nilai rerata determinan
Skema bahan baku pada tahap-tahap proses produksi
Fungsi aktivasi tansig
Fungsi aktivasi logsig
Fungsi aktivasi purelin
Tahapan proses pemodelan prediksi dengan JST
Ilustrasi metode leave one out
Tahapan proses pemodelan nilai dan rekomendasi konsep produk
baru
Konfigurasi model Co-NPD

5
7
8
10
10
22
25
29
36
36
36
37
40
46
66

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Kuesioner penentuan determinan kesuksesan konsep produk baru
Kuesioner tingkat sukses produk agroindustri
Kuesioner penentuan tingkat kepentingan sub-variabel bahan baku
Perbandingan berpasangan untuk pembobotan sub-variabel cara
mendapatkan bahan baku dengan Expert Choice
Data produk yang dijadikan pola
Skema arsitektur jaringan yang digunakan
Perbandingan berpasangan untuk pembobotan kriteria seleksi konsep
produk baru dengan Expert Choice 2000

80
83
89
92
93
95
96

8
9
10
11

Perbandingan berpasangan untuk pembobotan sub-kriteria tingkat
sukses dengan Expert Choice 2000
97
Perbandingan berpasangan untuk pembobotan sub-kriteria kebaruan
dengan Expert Choice 2000
98
Perbandingan berpasangan untuk pembobotan sub-kriteria
attractiveness dengan Expert Choice 2000
99
Tampilan Co-NPD
100

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Agroindustri kelapa potensial untuk dikembangkan di Indonesia.
Setidaknya, hal ini ditunjukkan dengan arealnya yang luas di Indonesia yaitu
sebesar 3,8 juta ha (Indrawanto 2008). Dibandingkan dengan Filipina yang
mempunyai luas lahan yang relatif sama (3,2 juta ha) perolehan nilai ekspor
kelapa Indonesia hanya sepertiga dari yang diperoleh Filipina. Hal ini disebabkan
karena jumlah produk yang dihasilkan Filipina hanya 51% yang berupa crude
coconut oil (CCO) dan sisanya berupa produk turunan lainnya, sedangkan produk
kelapa Indonesia justru didominasi oleh 78% CCO yang memiliki nilai tambah
relatif kecil (Kementan 2005).
Perlu upaya untuk mengejar ketertinggalan dari Filipina dengan melakukan
pengembangan produk baru khususnya dari bagian buah kelapa yang belum
optimal dikembangkan yaitu tempurung kelapa. Selama ini pengembangan produk
berbasis tempurung kelapa belum beragam, tidak seperti produk dari daging buah
kelapa yang relatif telah lebih dulu berkembang. Hal ini dikarenakan tempurung
kelapa lebih dianggap sebagai hasil samping dari daging buah kelapa. Apabila
dilihat dari jumlah bahan baku, tempurung kelapa yang merupakan hasil samping
dari pengolahan daging buah, memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan. Jika
dihitung pertahun maka tempurung kelapa yang dapat dihasilkan berjumlah 3,1
juta ton/tahun. Secara kuantitatif, Indonesia memiliki keunggulan yang sangat
besar dari tempurung kelapa, tetapi pengusahaan tempurung kelapa belum digali
dengan baik (Hasanah et al. 2012).
Berdasarkan data ekspor tahun 2003, Indonesia ternyata lebih banyak
mengekspor dalam bentuk arang tempurung (56%) (Kementan 2005). Hal ini
mengindikasikan bahwa produk tempurung yang dihasilkan Indonesia masih
sangat terbatas, padahal masih banyak peluang untuk pengembangan produkproduk baru dari tempurung kelapa. Tempurung kelapa yang dahulu hanya
dianggap sebagai limbah atau bila dijual nilainya rendah, ternyata dapat
diproduksi menjadi asap cair yang mengandung beragam senyawa kimia (Hasanah
et al. 2012).
Melalui teknologi pirolisis, tempurung kelapa dapat diproduksi menjadi
asap cair yang mengandung kelompok senyawa asam dan turunannya, alkohol,
aldehid, hidrokarbon, keton, fenol, dan piridin. Senyawa-senyawa tersebut dapat
digunakan sebagai bahan baku produk industri. (Wijaya et al. 2008; Payamara
2011). Penggunaan asap cair sebagai bahan baku industri yang renewable
mendukung proses produksi yang ramah lingkungan (Hasanah et al. 2012).
Pengembangan produk baru dimulai dengan pencarian ide mengenai
produk yang akan dibuat. Ide dari pengembangan produk baru asap cair
tempurung kelapa yaitu pemanfaatan tempurung kelapa untuk dijadikan asap cair
sebagai bahan baku yang dapat diperbaharui (renewable) sehingga dapat dijadikan
alternatif pengganti bahan baku produk industri yang tidak dapat diperbaharui
seperti dari minyak bumi. Setelah ide didapatkan kemudian perlu dicari dan
diseleksi konsep-konsep produk yang dinilai potensial untuk dikembangkan

2
supaya didapatkan konsep produk yang potensial untuk dikembangkan ke tahap
berikutnya.
Seperti yang terjadi pada industri pada umumnya, pengambilan keputusan
dalam menyeleksi konsep produk merupakan salah satu tahap yang kritis dalam
proses pengembangan produk baru (Rainey 2005). Selama ini seleksi konsep pada
pengembangan produk baru (dalam penelitian ini selanjutnya disebut seleksi
konsep produk baru) lebih banyak dilakukan berdasarkan intuisi dan subjektifitas
pengambil keputusan tanpa dengan cermat dipertimbangkan faktor-faktor penentu
kesuksesan produk. Praktik seperti ini cenderung menghasilkan keputusan yang
bias (Febransyah 2005), yang berpotensi menyebabkan kegagalan produk (Zhang
dan Chu 2009). Salah satu cara untuk membantu para pengambil keputusan dalam
menyeleksi konsep produk baru adalah dengan merancang bangun suatu sistem
keputusan seleksi konsep produk baru. Kegagalan produk akibat salah dalam
pemilihan konsep yang akan dikembangkan diharapkan dapat diminimalkan
dengan penggunaan sistem pengambilan keputusan seleksi yang tepat.
Sistem pengambilan keputusan seleksi konsep produk baru perlu dibangun
berdasarkan kriteria-kriteria penting yang berpengaruh terhadap kesuksesan
produk. Salah satu kriteria penting adalah tren dan kebutuhan konsumen akan
produk tersebut (Ho dan Chen 2007). Tren dan kemampuan produk dalam
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen mengandung pengertian bahwa
produk tersebut harus memiliki tingkat attractivess yang tinggi. Oleh karena itu
dalam rancang bangun sistem pengambilan keputusan seleksi konsep produk baru,
kriteria attractiveness produk menjadi kriteria yang penting untuk
dipertimbangkan (Åstebro dan Koehler 2007).
Kriteria lain yang perlu dipertimbangkan dalam merancang bangun sistem
keputusan seleksi konsep produk baru adalah kebaruan produk. Kebaruan
menjadi pertimbangan yang juga penting karena kebaruan suatu produk dapat
menciptakan keunggulan kompetitif dari produk yang telah ada, sehingga
meningkatkan potensi sukses konsep produk baru yang akan dikembangkan
(Freel dan De Jong 2009).
Beberapa penelitian mengenai seleksi konsep telah dikembangkan (Tabel
1). Febransyah (2005), Rukmayadi dan Marimin (2000), Badizadeh dan
Khanmohammadi (2011) menggunakan Analitical Hierarchy Process (AHP)
untuk menentukan konsep produk baru yang potensial dikembangkan dengan
berbagai kriteria pemilihan. Febransyah (2005) mengembangkan kriteria bentuk,
ketahanan, dan kemudahan sebagai dasar pemilihan konsep produk baru.
Rukmayadi dan Marimin (2000) menetapkan bahan baku, sumber daya manusia,
teknologi dan produksi, pemasaran, produk, manajemen, dan finansial sebagai
kriteria yang dipakai dalam menyeleksi produk kelapa yang potensial untuk
dikembangkan. Sedangkan menurut Badizadeh dan Khanmohammadi (2011)
kriteria yang harus dipertimbangkan untuk seleksi produk adalah profitabilitas,
efisiensi, efek strategis ke industri lain, dan resiko-resiko yang mungkin
ditimbulkan. Penelitian-penelitian tersebut hampir semua menilai konsep produk
baru berdasarkan subjektivitas pakar. Perlu dikembangkan sesuatu metode
penilaian konsep produk baru yang bersifat subjektif dan objektif sehingga
keputusan yang diambil lebih fair dan tidak bias.
Belum banyak metode yang dikembangkan untuk merancang bangun
sistem pendukung keputusan seleksi konsep produk baru berdasarkan penilaian

3

yang objektif dan subjektif. Salah satu metode yang secara objektif digunakan
pada penilaian produk yaitu studi kelayakan. Pada studi kelayakan parameter yang
digunakan yaitu IRR, pay back period, break event point, dan lainnya (Rangkuti
2005). Pada tahap seleksi konsep, hal ini sulit dilakukan karena informasi
mengenai aspek ekonomi konsep produk baru yang akan dikembangkan belum
terinci. Misalnya saja, belum ditentukan lokasi pendirian pabrik, mesin-mesin
yang akan dipakai, jumlah produk yang akan diproduksi, harga jual produk dan
lain-lain. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menilai konsep produk baru
secara objektif yaitu dengan penggunaan benchmark dari konsep produk sejenis
yang telah dikembangkan. Informasi dari produk sejenis dapat dijadikan dasar
untuk prediksi konsep produk baru asap cair tempurung kelapa yang akan
dikembangkan.
Tabel 1 Penelitian seleksi konsep produk baru
Nama Peneliti dan Tahun
Febransyah (2005)
Rukmayadi dan Marimin (2000)
Thieme et al. (2000)

Widodo et al. (2011)
Horn dan Salvendy (2006)
Spanjol et al. (2011)
Åstebro dan Koehler (2007)
Girotra et al. (2009)
Badizadeh dan Khanmohammadi
(2011)
Penelitian yang diusulkan

Tema penelitian
Model pengukuran tingkat sukses dengan
fuzzy AHP
Model seleksi produk kelapa dengan AHP
Sistem pendukung keputusan prediksi
dengan JST pengembangan produk baru
berteknologi tinggi di USA (produk tidak
spesifik)
Model prediksi dengan JST pengembangan
produk baru telepon genggam
Model seleksi konsep berdasarkan kebaruan
Model seleksi konsep berdasarkan kebaruan
Model seleksi konsep berdasarkan
attractiveness
Model seleksi konsep produk baru
berdasarkan kebaruan dan attractiveness
Model seleksi ide berdasarkan profit,
efisiensi, resiko (finansial, teknis, manajerial,
sumber daya manusia)
SPK intelijen seleksi konsep produk baru
berdasarkan prediksi tingkat sukses,
kebaruan dan attractiveness

Penggunaan benchmark untuk prediksi telah banyak dilakukan yaitu dengan
mengaplikasikan sistem intelijen khususnya jaringan syaraf tiruan. Jaringan syaraf
tiruan merupakan salah satu sistem pemrosesan informasi yang didesain dengan
menirukan cara kerja otak manusia dalam menyelesaikan suatu masalah dengan
melakukan proses belajar. Jaringan syaraf tiruan mampu melakukan pengenalan
kegiatan berbasis data masa lalu sehingga mempunyai kemampuan untuk
memberikan keputusan terhadap data yang belum pernah dipelajari (Shanthi et al.
2009; Chowdhury et al. 2011).

4
Prediksi dengan JST telah dilakukan pada beberapa bidang kajian,
diantaranya pendidikan (Oladokun et al. 2008), kesehatan dan obat-obatan
(Shanthi et al. 2009; Chowdhury et al. 2011), ekonomi (Odom dan Sharda 1990;
Sutikno et al. 2007; Paliwal dan Kumar 2009; Pakaja et al. 2012; Solechan dan
Shinta 2012), teknik (Valença dan Peres 2001; Lekkas et al. 2004; Devi et al.
2012), dan lain-lain. Secara umum dapat disimpulkan bahwa JST mampu
memberikan hasil yang akurat dalam prediksi.
Aplikasi JST pada prediksi kesuksesan produk telah dilakukan oleh Thieme
et al. (2000) terhadap produk-produk baru berteknologi tinggi di Amerika. Hal
yang sama juga telah dilakukan oleh Widodo et al. (2011) terhadap produk
telepon genggam. Kedua hasil penelitian menyimpulkan bahwa JST dapat
diaplikasikan untuk prediksi kesuksesan produk dengan tingkat ketepatan yang
tinggi.
Rancang bangun sistem pendukung keputusan seleksi konsep produk baru
berdasarkan prediksi kesuksesan, kebaruan, dan attractiveness perlu dilakukan
supaya didapatkan konsep produk baru yang paling potensial dan prioritas
dikembangkan.
.
Kerangka Pikir Penelitian
Salah satu tahap kritis dalam pengembangan produk baru adalah tahap
seleksi konsep produk baru. Kesalahan dalam memilih konsep dapat berakibat
fatal yaitu terjadinya kegagalan produk yang berpotensi merugikan perusahaan.
Tingkat kegagalan produk yang disebabkan kesalahan dalam pemilihan konsep ini
cukup tinggi, yaitu 35-75% (Crawford dan Marle 1987; Lin et al. 1995). Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh cara pemilihan konsep produk baru yang kurang
tepat misalnya mengandalkan intuisi dari pemegang kebijakan tanpa didukung
oleh pendekatan ilmiah sehingga keputusan yang diambil mengandung bias tinggi.
Salah satu upaya untuk meminimalkan kegagalan produk yaitu dengan
penggunaan sistem pendukung keputusan intelijen untuk seleksi konsep produk
baru. Sistem pendukung keputusan seleksi konsep produk baru yang tepat dapat
membantu para pengambil keputusan dalam memilih konsep yang potensial
dikembangkan ke tahap concept development.
Tahapan Penelitian
Perancangan sistem pendukung keputusan intelijen seleksi konsep produk
baru mengacu pada tahapan pengembangan sistem yang terdiri dari tahapan:
analisis kebutuhan, identifikasi sistem, perancangan prototipe sistem, validasi, dan
implementasi (Marimin 2004).
Analisis kebutuhan dilakukan dengan studi pustaka, dan wawancara pakar
agroindustri kelapa. Hasilnya menunjukkan bahwa pengembangan produk yang
dapat dilakukan untuk agroindustri asap cair tempurung kelapa perlu dilakukan
mulai dari pencarian konsep-konsep produk baru dan pemilihan konsep produk
baru yang prioritas untuk dikembangkan.
Pemilihan konsep produk baru dapat dilakukan dengan bantuan sistem
pendukung keputusan berbasis sistem intelijen. Pengambilan keputusan melalui
bantuan SPK intelijen diharapkan lebih cepat dan tepat. Pada perancangan SPK

5

diperlukan persyaratan awal, yaitu pemahaman terhadap sistem yang akan
dikembangkan. Pemahaman terhadap sistem dapat dicapai melalui suatu upaya
sistematis untuk melalui identifikasi sistem. Identifikasi sistem bertujuan untuk
mengetahui input dan output pada sistem pendukung keputusan seleksi konsep
produk baru. Salah satu cara untuk melihat keterkaitan antara input dan output
pada pengembangan SPK adalah dengan membuat diagram input output (Turban
et al. 2005).
Diagram input proses output sistem pada Gambar 1, menunjukkan bahwa
yang menjadi input untuk sistem yaitu konsep-konsep produk baru yang akan
diseleksi sebelum masuk ke tahap concept development dan output-nya adalah
konsep produk baru yang paling berpotensi untuk sukses.
Potensi sukses dinilai berdasarkan prediksi tingkat sukses, kebaruan dan
attractiveness konsep produk baru. Nilai prediksi kesuksesan diperoleh dari
pemodelan prediksi (dengan jaringan syaraf tiruan). Nilai prediksi kemudian
digabungkan dengan nilai kebaruan dan attractiveness untuk dihitung nilai
totalnya berdasarkan persamaan matematika. Nilai total dari setiap alternatif
konsep produk baru kemudian dikelompokkan berdasarkan standar penilaian
prioritas. Nilai total konsep dan standar penilaian prioritas dikembangkan melalui
pemodelan penentuan nilai dan rekomendasi konsep produk baru.
Pada pemodelan prediksi dengan jaringan syaraf tiruan diperlukan
benchmark berupa data kesuksesan produk industri sejenis berdasarkan
determinan dan kriteria kesuksesan produk. Pencarian determinan dan kriteria
sukses konsep produk baru dilakukan sebelum pemodelan prediksi dengan JST.
Proses
PERANCANGAN
SISTEM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN INTELLIJEN
SELEKSI KONSEP PRODUK
BARU ACTK
·
·
·

Input
Konsep produk yang akan
dikembangkan
Data pola dari produk sejenis
berdasarkan determinan dan kriteria
sukses

·

Pemodelan prediksi tingkat
sukses dengan JST
Pemodelan penentuan nilai
dan rekomendasi konsep
produk berdasarkan tingkat
sukses, kebaruan, dan
attractiveness dengan
perbandaingan berpasangan
dan Metode Bayes

Pengambil Keputusan

Output
Konsep produk yang paling
prioritas untuk dikembangkan

Umpan Balik

Gambar 1 Diagram input proses output sistem pendukung keputusan intelijen
seleksi konsep produk baru asap cair tempurung kelapa
Tahapan penelitian dimulai dengan pencarian konsep produk baru asap cair
tempurung kelapa yang dibahas pada Bab 2. Selanjutnya, penentuan determinan
dan kriteria kesuksesan produk pada Bab 3, perancangan model prediksi tingkat
sukses dengan JST pada Bab 4, dan perancangan model penentuan nilai dan

6
rekomendasi konsep produk baru dengan perbandingan berpasangan dan Metode
Bayes pada Bab 5. Setelah perancangan sistem selesai kemudian dilakukan
validasi supaya diperoleh kepastian bahwa SPK yang dirancang valid dan sesuai
dengan kebutuhan pada dunia nyata. SPK yang telah dinyatakan valid, selanjutnya
diimplementasikan untuk menilai alternatif konsep produk baru asap cair
tempurung kelapa. Validasi dan implementasi sistem dibahas pada Bab 6.
Pembahasan umum hasil penelitian hingga kesimpulan dan saran diulas pada Bab
7.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangun sistem pendukung
keputusan intelijen untuk seleksi konsep produk baru asap cair tempurung kelapa.
Beberapa tujuan spesifik adalah untuk mendapatkan konsep-konsep produk baru
yang berasal dari turunan senyawa kimia asap cair tempurung kelapa,
mendapatkan determinan dan kriteria sukses produk baru agroindustri kelapa,
merancang bangun model prediksi tingkat sukses dengan sistem intelijen jaringan
syaraf tiruan, dan merancang bangun model penentuan prioritas dan rekomendasi
konsep produk baru berdasarkan prediksi tingkat sukses, kebaruan dan
attractiveness.
Ruang Lingkup
1)
2)
3)

4)

Konsep yang dimaksud pada penelitian ini yaitu versi yang lebih rinci dari
dari ide, yang dinyatakan dalam pengertian tertentu yang dimengerti
konsumen namun belum berupa desain atau rancangan produk.
Pengembangan produk baru pada penelitian ini difokuskan pada tahap
seleksi konsep pada tahap idea generation sebelum concept development.
Konsep produk baru asap cair tempurung kelapa yang dimaksud adalah
konsep produk yang dikembangkan dari turunan senyawa yang terdapat
pada asap cair tempurung kelapa dan belum dikembangkan pada
agroindustri kelapa di Indonesia (pada saat penelitian ini dilakukan).
Sistem pendukung keputusan seleksi konsep produk baru ini ditujukan
untuk perusahaan agroindustri.
Kebaruan Penelitian

Kebaruan dari penelitian ini adalah rancang bangun sistem pendukung
keputusan seleksi konsep produk baru dengan sistem intelijen khususnya jaringan
syaraf tiruan untuk memprediksi tingkat sukses konsep produk ditunjang oleh
penilaian kebaruan dan attractiveness.
Manfaat Penelitian
Sistem pendukung keputusan intelijen ini diharapkan dapat digunakan
sebagai salah satu alat pengambilan keputusan untuk seleksi konsep produk yang
akan dikembangkan. Konsep produk yang dinyatakan sebagai prioritas utama
diharapkan dapat dikembangkan sehingga jumlah produk kelapa khususnya yang
berbahan baku asap cair tempurung kelapa dapat ditingkatkan.

7

2 KONSEP PRODUK BARU ASAP CAIR TEMPURUNG
KELAPA
Pendahuluan
Produk kelapa yang dihasilkan Filipina telah mencapai 100 jenis sementara
Indonesia baru menghasilkan belasan jenis (Kementan 2005). Hal ini menjadikan
Philipina sebagai eksportir utama kelapa dunia dengan menguasai sekitar 31.83%
sementara Indonesia sebesar 11.78% atau dapat dikatakan bahwa pendapatan
ekspor Indonesia hanya sepertiga dari Fillipina (Parker 2004). Selain itu juga,
Indonesia belum tercatat sebagai eksportir produk-produk oleokimia, VCO, dan
produk jadi dari serat sabut dan arang aktif (Kementan 2005).
Melihat fakta ketertinggalan Indonesia dari Filipina diperlukan
pengembangan produk baru khususnya dari bagian buah kelapa yang belum
optimal dikembangkan yaitu tempurung kelapa. Tempurung kelapa yang dahulu
hanya dianggap sebagai limbah atau bila dijual nilainya rendah, ternyata dapat
diproduksi menjadi asap cair yang mengandung beragam senyawa kimia yang
bermanfaat sebagai bahan baku industri (Hasanah et al. 2012).
Pengembangan produk baru dari asap cair tempurung kelapa dimulai dari
penggagasan ide/gagasan. Pada tahapan proses pengembangan produk baru,
kegiatan seleksi konsep dilakukan pada tahap idea generation sebelum concept
development (Gambar 2). Ide produk adalah pemikiran mengenai sesuatu yang
bisa dibuat untuk memenuhi kebutuhan konsumen sehingga masih dalam bentuk
yang belum matang, sedangkan konsep produk merupakan versi yang lebih rinci
dari dari sebuah ide yang dinyatakan dalam pengertian tertentu, istilah, wujud atau
bentuk yang dimengerti konsumen (Kotler 2008).

Sumber: Rainey (2005)
Gambar 2 Tahapan proses pengembangan produk baru
Ide untuk pengembangan produk baru asap cair tempurung kelapa yaitu
memanfaatkan tempurung kelapa (yang selama ini belum optimal
pengembangannya) menjadi asap cair sebagai bahan baku yang dapat diperbaharui
(renewable) sebagai alternatif untuk menggantikan bahan baku produk industri
yang tidak dapat diperbaharui seperti dari minyak bumi. Melalui teknologi

8
pirolisis tempurung kelapa dapat diproduksi menjadi asap cair yang mengandung
kelompok senyawa asam dan turunannya, alkohol, aldehid, hidrokarbon, keton,
fenol, dan piridin. Senyawa-senyawa tersebut dapat digunakan sebagai bahan
baku produk industri. (Wijaya et al. 2008; Payamara 2011). Asap cair tempurung
kelapa memiliki keunggulan dibanding senyawa berbasis minyak bumi atau bahan
lainnya yang tidak dapat diperbarui. Pengembangan produk baru yang berasal dari
asap cair tempurung kelapa mendukung proses produksi ramah lingkungan
(Hasanah et al. 2012). Alternatif konsep yang dapat dikembangkan menjadi fokus
pembahasan pada bab ini.
Metode
Pencarian konsep produk baru dari asap cair tempurung kelapa dilakukan
dengan studi pustaka dan wawancara pakar. Diagram tahapan proses penelitian
pencarian konsep produk baru asap cair tempurung kelapa dapat dilihat pada
Gambar 3.
Mulai
Studi literatur kandungan
senyawa asap cair tempurung
kelapa

Pemilihan pakar

Pemilihan senyawa dominan

Pakar Terpilih

Studi pustaka mengenai
kegunaan senyawa dominan
Pencarian Konsep produk baru
asap cair tempurung kelapa
Konsep produk
baru yang dapat
dikembangkan

Selesai

Gambar 3 Tahapan proses penelitian pencarian konsep produk baru asap cair
tempurung kelapa
Tahapan proses penelitian melalui serangkaian kegiatan sebagai berikut:
1) Studi pustaka kandungan kimia asap cair tempurung kelapa. berdasarkan hasilhasil penelitian yang mengidentifikasi kandungan senyawa kimia asap cair
tempurung kelapa.

9

2) Pemilihan senyawa dominan untuk dikembangkan menjadi produk baru dengan
bantuan pakar asap cair. Pakar memberikan pendapatnya mengenai senyawa
yang potensial dikembangkan berdasarkan konsentrasi senyawa asap cair dan
hubungannya dengan potensi pengembangannya.
3) Studi pustaka mengenai kegunaan senyawa-senyawa dominan tersebut baik
yang berasal dari tempurung kelapa maupun dari kayu lainnya.
4) Pencarian konsep produk baru asap cair tempurung kelapa berdasarkan
kegunaan dari senyawa dominan tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Kandungan senyawa asap cair tempurung kelapa
Tempurung kelapa merupakan salah satu bagian dari produk pertanian
yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Jika dihitung pertahun maka tempurung
kelapa yang dapat dihasilkan mencapai 3,1 juta ton/tahun. Secara kuantitatif,
Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang sangat besar dari tempurung
kelapa, tetapi pengusahaan tempurung kelapa di Indonesia masih menghadapi
beragam kendala sehingga potensinya belum dapat termanfaatkan dengan baik.
Tempurung kelapa memiliki kadar air mencapai 8% jika dihitung berdasarkan
berat kering atau setara dengan 12% berat per butir kelapa. Tempurung kelapa
yang dulu hanya digunakan sebagai bahan bakar, sekarang sudah merupakan
bahan baku industri yang cukup penting (Hasanah et al. 2012).
Tempurung kelapa memiliki fungsi biologis sebagai pelindung inti buah dan
terletak di bagian sebelah dalam sabut dengan ketebalan berkisar antara 3–6 mm.
Tempurung kelapa mengandung 32% hemisellulose, 14% sellulose, dan 46%
lignin. Kadar airnya mencapai 8% jika dihitung berdasarkan berat kering atau
setara dengan 12% berat per butir kelapa (Ketaren dan Djatmiko 1985).
Tempurung kelapa mempunyai berat antara 200-300 gram atau 15-19 % dari
berat buah kelapa, dari 1000 buah kelapa diperoleh 19,5% tempurung (Tranggono
et al. 1997). Melalui teknologi pirolisis tempurung kelapa dapat diproduksi
menjadi asap cair yang mengandung ribuan senyawa yang dapat digunakan
sebagai bahan baku industri. (Pangnakorn et al. 2009; Payamara 2011; Hasanah
et al. 2012). Dekomposisi hemiselulosa, selulosa dan lignin dapat dilakukan
melalui proses pirolisis untuk menghasilkan asap cair dengan kondisi suhu tinggi
contohnya hemiselulosa (200-250oC), selulosa (280-350 oC) dan lignin (300-450
o
C) (Girrard 1992).
Produk-produk hasil olahan tempurung kelapa ini adalah bio-oil, liquid
smoke (asap cair), karbon aktif, tepung tempurung, dan kerajinan tangan. Asap
cair (liqud smoke/wood vinegar) merupakan campuran larutan dari dispersi asap
kayu dalam air yang dibuat melalui proses pirolisis (Darmadji 2002). Skema
pengolahan asap cair dari tempurung kelapa dapat dilihat pada Gambar 4.
Pirolisis adalah proses pemanasan tanpa adanya oksigen sehingga terjadi
penguraian komponen-komponen penyusun kayu keras. Pengertian lain dari
pirolisis adalah penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan organik yang
disebabkan oleh pemanasan dengan suhu tinggi tanpa berhubungan dengan udara
luar sehingga terjadi reaksi penguraian dari senyawa-senyawa kompleks yang
menyusun kayu keras. Pirolisis dapat menghasilkan tiga bentuk zat yaitu padatan,

10
cairan dan gas (Tranggono et al. 1997). Contoh alat yang digunakan untuk
pirolisis dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 4 Skema proses pengolahan tempurung kelapa menjadi asap cair

Gambar 5 Peralatan produksi asap cair
Komposisi tempurung kelapa dan kayu memiliki kandungan yang hampir
sama. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian selulosa dan satu bagian
hemiselulosa, serta satu bagian lignin. Hemiselulosa adalah komponen kayu yang
mengalami pirolisa paling awal menghasilkan fural, furan, asam asetat dan
homolognya. Hemiselulosa tersusun dari pentosan dan heksosan dan rata-rata
proporsi ini tergantung pada jenis kayu. Pirolisis dari pentosan membentuk
furfural, fural dan turunannya beserta suatu seri yang panjang dari asam
karboksilat. Bersama-sama dengan selulosa, pirolisis heksosan membentuk asam
asetat dan homolog. Dekomposisi hemiselulosa terjadi pada suhu 200-250 oC.
Fenol dihasilkan dari dekomposisi lignin yang terjadi pada suhu 300 oC dan

11

berakhir pada suhu 400 oC. Proses selanjutnya yaitu pirolisa selulosa
menghasilkan senyawa asam asetat dan senyawa karbonil seperti asetaldehid,
glikosal dan akreolin. Pirolisa lignin akan menghasilkan senyawa fenol, guaikol,
siringol bersama dengan homolog dan derivatnya (Girrard 1992). Selama proses
pirolisis akan terbentuk berbagai macam senyawa. Menurut Maga (1988)
senyawa-senyawa yang terdapat di dalam asap dikelompokkan menjadi beberapa
golongan yaitu, fenol, karbonil (terutama keton dan aldehid), asam, furan, alkohol
dan ester, lakton, hidrokarbon alifatik, dan hidrokarbon poliklis aromatis.
Kandungan senyawa fenol dalam asap sangat tergantung pada temperatur
pirolisis kayu. Menurut Girrard (1992) beberapa jenis fenol yang biasanya
terdapat dalam produk asapan adalah guaiakol, dan siringol. Senyawa-senyawa
fenol yang terdapat dalam asap kayu umumnya hidrokarbon aromatik yang
tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah gugus hidroksil yang terikat.
Senyawa-senyawa fenol ini juga dapat mengikat gugus-gugus lain seperti aldehid,
keton, asam dan ester (Tranggono et al. 1997).
Senyawa lain dari hasil pirolisis yaitu karbonil yang berperan pada
pewarnaan dan citarasa produk asapan. Golongan senyawa ini mempunyai aroma
seperti aroma karamel yang unik. Jenis senyawa karbonil yang terdapat dalam
asap cair antara lain adalah vanilin dan siringaldehida. Sedangkan senyawa asam
dari hasil pirolisis antara lain adalah asam asetat, propionat, butirat dan valerat.
Senyawa lainnya yang dapat dihasilkan dari pirolisis kayu yaitu hidrokarbon
polisiklis aromatis (HPA). Senyawa hidrokarbon aromatik seperti benzo(a)pirena
merupakan senyawa yang memiliki pengaruh buruk karena bersifat karsinogenik
(Girrard 1992).
Beberapa hasil penelitian menggunakan Gas Chromatography Mass
Spectrometry menunjukkan bahwa termpurung kelapa mengandung banyak sekali
materi kimia (Tranggono et al. 1997; Luditama 2006; Sari et al. 2006; Budijanto
et al. 2008; Dolaria 2008; Sutin 2008; Yefrida et al. 2008; Zuraida 2008;
Suryono 2009; Hasanah et al. 2012). Senyawa-senyawa tersebut meliputi fenol
(14 jenis), keton (21 jenis), asam (15 jenis), alkohol (4 jenis), aldehid (4 jenis),
karbonil (1 jenis), pyridin (4 jenis), benzen (1 jenis), katecol (1 jenis), ester (6
jenis), furan (3 jenis), alkana (5 jenis), amin (2 jenis), pirazin (1 jenis), dan sterol
(1 jenis). Tipe dan konsentrasi semua senyawa kimia tersebut sangat beragam
tergantung dari suhu, pelarut dan standar pirolisis yang digunakan (Mohan et al.
2006; Hasanah et al. 2012).
Pengembangan konsep produk baru berdasarkan potensi kandungan kimia
asap cair tempurung kelapa
Melalui diskusi mendalam dengan dua orang pakar asap cair dari Badan
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, dipilih senyawa-senyawa dengan
konsentrasi di atas 10%. Menurut pakar, senyawa pada asap cair dengan
konsentrasi di bawah 10% belum komersial untuk dikembangkan karena tidak
efisien. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kandungan kimia asap cair didominasi
oleh fenol beserta turunannya, dan asam asetat. Dua jenis materi kimia tersebut
sudah secara luas digunakan dalam dunia industri. Saat ini, fenol diekstrak dalam
skala besar dari minyak bumi (Demuth dan Beale 2000), sedangkan asam asetat
diperoleh melalui pembuatan secara sintetis dan proses fermentasi (Ometto et al.
2007).

12
Tabel 2 Kandungan kimia dominan pada asap cair tempurung kelapa
Senyawa
Phenol

2,6 dimethoxy phenol

2 methoxy phenol

Metode
Kondesasi
300oC
Kondesasi
500oC
Kondesasi
300oC
NA

pada

Konsentrasi (%)
34,45

pada

31,93

pada

19,28
14,87

pada

12,57

pada

12,44

pada

11,98

Suryono
(2009)
Tranggono
et al. (1997)
Yefrida et al.
(2008)
Luditama
(2006)
Luditama
(2006)
Sutin (2008)

pada

12,53

Sutin (2008)

pada

18,29

Sutin (2008)

pada

21,71

NA

44,13

NA

19,90

Kondesasi
300oC
Kondesasi
500oC
Kondesasi
300oC
Kondesasi
300oC
Kondesasi
300oC
Kondesasi
300oC
NA

Pustaka
Luditama
(2006)
Luditama
(2006)
Sutin (2008)

2 methyl propyl ester Kondesasi pada
butanoic acid
300oC
Nitro 2 methyl 2 butane Kondesasi pada
300oC
9-Octadecenoic
acid Destilasi
pada
o
(Z)-, tetradecyl ester 227-251,8 C
(Oleic acid. tetradecyl
ester)- C32H62O2
2-Lauro, 1-3 dodecoin- Destilasi
pada
o
C35H66O6
336,6-427,8 C
Dodecanoid
acid, Destilasi
pada
o
1,2,3-propanetriyl ester 336,6-427,8 C
(Glyceryl
tridodecanoate)C39H74O6
Octanoid acid, 1,2,3, Destilasi
pada
o
propanetriyl
ester- 336,6-427,8 C
C27H50O6
Alkyl aryl ether
NA

30,76

Budijanto et
al. (2008)
Tranggono
et al. (1997)
Sutin (2008)

34,99

Sutin (2008)

71,68

Sari et al.
(2006)

37,53

Sari et al.
(2006)
Sari et al.
(2006)

Acetic acid

51,99

NA

11,5

37,18

15,25

Sari et al.
(2006)

69,01

Suryono
(2009)
Yefrida et al.
(2008)

13

Konsep produk baru yang dapat dikembangkan berdasarkan kandungan
kimia dominan asap cair
Penentuan konsep produk baru didasarkan pada kandungan kimia dominan
pada asap cair, khususnya fenol dan asam asetat. Tabel 2 menunjukkan bahwa
kedua senyawa ini memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dari
senyawa lainnya. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa fenol dan turunannya telah
digunakan di berbagai industri seperti makanan, bahan kimia, farmasi, kosmetik
dan pertanian. Asam asetat telah menjadi bahan baku pada pembuatan bahan
kimia untuk industri pertanian. Produk-produk berbahan baku fenol dan asam
asetat tersebut sebagian besar sudah dikomersialkan, hanya sebagian kecil saja
yang masih dalam tahap penelitian, yaitu antibakteri dan antioksidan.
Tabel 3 Penggunaan komersial senyawa dominan asap cair tempurung kelapa
Senyawa
Phenol

Penggunaan
Antimikroba
Antioksidan
Flavor
Deodorizer
Sterilizing Agent
Antiketombe
Anti-Eczema
Anti-Scabies
Anti-Atopic Dermatitis
Lotion
Sabun
Oral Analgesic
Coagulating Agent For Rubber
Additive untuk Rubber Sheet
Pengawet Rubber Sheet
Pengawet Kayu
Pestisida

2 Methoxy Phenol

Smoke Taste
Antimikroba
Antioksidan
Pewarna Pangan
Flavor
Pengawet Kayu

2,6 Dimethoxy Phenol

Antijamur

Pustaka
Darmadji (1996)
Manu dan
Sangsrichan (2009)
Mohan et al. (2006);
Soldera et al.