Spatial Based on Determination of Processing Industrial Area of Agricultural Products in Tulang Bawang Regency Lampung Province

PENENTUAN KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN
HASIL PERTANIAN BERBASIS SPASIAL DI
KABUPATEN TULANG BAWANG PROPINSI LAMPUNG

DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO

SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Penentuan Kawasan Industri
Pengolahan Hasil Pertanian Berbasis Spasial di Kabupaten Tulang Bawang
Propinsi Lampung adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.


Bogor, Agustus 2010

Drie Sarwiedi Sumpriyatno
NRP A156080254

ABSTRACT
DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO. Spatial Based on Determination of
Processing Industrial Area of Agricultural Products in Tulang Bawang Regency
Lampung Province. Under the Direction of KOMARSA GANDASASMITA and
WIDIATMAKA.
The aims of this research was to determine the optimal location for area of
agricultural product processing industry in Tulang Bawang district based on
agricultural yield potential and accessibility. Optimal location was a region
located outside the territory of consessio and, protected area, close to raw
materials, ports and water resources. All indicators were analyzed with spatial
analysis, LQ, P-Median Problem and AHP. The analysis showed that there are 10
districts which are outside the plantation consession and protected area. LQ results
based on planting extended are cassava, rubber and palm oil. Optimal location for
potential agricultural and accessibility was Penawar Aji and Rawajitu Selatan subdistricts. Based on the location of water sources, the three sub districts met the
criteria as an industrial area whereas for the electricity network, just Menggala

sub-districts was that met the criteria. AHP results showed all respondents
considered that the District of Rawajitu Selatan as the optimal location area of
agricultural product processing industry with a priority on the feasibility of the
road, increasing growth, increasing revenues and existing production.
Keywords : industrial area, optimal location, spatial, tulang bawang

RINGKASAN
DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO. Penentuan Kawasan Industri Pengolahan
Hasil Pertanian Berbasis Spasial di Kabupaten Tulang Bawang Propinsi
Lampung. Dibimbing oleh : KOMARSA GANDASASMITA dan
WIDIATMAKA

Berdasarkan data pada PDRB tahun 2008, dapat dikemukakan bahwa
struktur perekonomian Kabupaten Tulang Bawang sangat ditentukan oleh
besarnya sumbangan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa.
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tulang Bawang sebesar
43,29%. Oleh karena itu, dominasi sektor pertanian dalam pembentukan PDRB
akan terus terjadi sampai beberapa tahun kedepan. Sektor industri pengolahan
tanpa migas menunjukkan kontribusi yang terbesar kedua setelah pertanian yaitu
21,04 %. Oleh karena itu pembangunan industri pada masa yang akan datang

merupakan peluang yang cukup baik untuk meningkatkan PDRB Kabupaten
Tulang Bawang ke depan.
Banyaknya industri yang tumbuh di beberapa wilayah di Kabupaten Tulang
Bawang terutama industri yang mengolah hasil-hasil pertanian menunjukan
bahwa pertumbuhan sektor pertanian sebagai bahan baku industri semakin
berkembang. Tetapi industri yang ada belum mampu untuk menampung
keseluruhan produksi pertanian yang ada. Akibat over supply menyebabkan harga
hasil-hasil pertanian menjadi sangat rendah sehingga hasil pertanian tersebut
dikirim keluar wilayah atau tidak dipanen sama sekali. Akibat kurangnya industri
menggunakan hasil pertanian yang ada menyebabkan keberadaan industri tidak
menimbulkan multiplier effect terhadap daerah di sekitarnya. Selain itu adanya
industri yang tersebar di dalam wilayah Kabupaten Tulang Bawang menyebabkan
kurangnya pengawasan pemerintah, sehingga dibutuhkan suatu kawasan industri
yang mampu mengantisipasi kelebihan supply dari hasil-hasil pertanian dan
letaknya dalam satu kawasan yang terpadu, antara lain dalam hal ketersediaan
kawasan industri sebagai pendorong bergeraknya ekonomi suatu daerah dengan
menghidupkan daerah di sekitarnya sebagai daerah pendukung (hinterland)
sehingga dapat menimbulkan efek menyebar (spread effect) untuk pertumbuhan
perekonomian kawasan industri tersebut dan daerah hinterland-nya.
Dari hasil tumpang tindih peta kawasan hak guna usaha, peta kawasan

lindung dan peta administrasi didapat bahwa kecamatan yang tidak masuk dalam
kawasan hak guna usaha dan lindung ada 10 kecamatan yaitu Menggala, Banjar
Agung, Banjar Margo, Gedung Aji, Gedung Aji Baru, Meraksa Aji, Penawar
Tama, Penawar Aji, Rawa Pitu dan Rawa Jitu Selatan. Untuk Kecamatan Gedung
Meneng, Dente Teladas dan Rawa Jitu Timur merupakan kecamatan yang
wilayahnya merupakan kawasan hak guna usaha dan lindung, hanya sebagian
kecil yang bukan kawasan keduanya. Selanjutnya dalam menentukan lokasi
optimal kawasan industri pengolahan hasil pertanian, digunakan 10 kecamatan
terpilih ini sebagai wilayah penelitian.
Hasil perhitungan LQ tanaman pangan dengan nilai LQ > 1 untuk tanaman
padi sawah terdapat di 5 kecamatan, padi ladang di 1 kecamatan, jagung di 4
kecamatan, ubi kayu di 4 kecamatan, ubi jalar di 5 kecamatan, kacang kedelai di 2

kecamatan, kacang hijau di 3 kecamatan dan kacang tanah di 5 kecamatan. Untuk
perhitungan LQ tanaman perkebunan di Kabupaten Tulang Bawang menunjukkan
bahwa komoditas karet yang memiliki nilai LQ > 1 berada di 4 kecamatan,
komoditas kopi di 2 kecamatan, komoditas lada di 2 kecamatan, komoditas kelapa
dalam di 2 kecamatan, komoditas kelapa hibrida di 3 kecamatan dan komoditas
kelapa sawit di 6 kecamatan. Dari luas areal tanaman pangan dan perkebunan
dapat diketahui bahwa komoditas dengan luasan terbesar adalah areal ubi kayu,

padi, karet dan kelapa sawit. Berdasarkan ini maka industri ubi kayu, karet dan
kelapa sawit dapat dikembangkan. Ketiga komoditas tersebut memiliki luasan
yang cukup sehingga dapat diusahakan untuk memenuhi kebutuhan industri
pengolahan sesuai masing-masing komoditas.
Hasil dari perhitungan lokasi optimal maka Kecamatan Penawar Aji
merupakan lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil pertanian
berdasarkan jarak dan waktu tempuh sebenarnya, jika dibangun jalan yang
menghubungkan Kecamatan Rawajitu Selatan dan Kecamatan Dente Teladas
maka lokasi yang optimal untuk industri pengolahan hasil pertanian adalah
Kecamatan Rawajitu Selatan. Berdasarkan kedekatan dengan sumber air maka
Kecamatan Menggala, Penawar Aji dan Rawajitu Selatan dilalui oleh sungai.
Berdasarkan keberadaan jaringan listrik maka hanya Kecamatan Menggala yang
memiliki jaringan listrik.
Para stakeholders memandang bahwa Kecamatan Rawajitu Selatan
merupakan lokasi prioritas untuk penentuan kawasan industri pengolahan hasil
pertanian dengan prioritas kepada kelayakan jalan untuk menuju kecamatan
tersebut, adanya pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan bagi masyarakat
dan produksi eksisting yang dapat memasok bahan baku bagi industri.

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

PENENTUAN KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN
HASIL PERTANIAN BERBASIS SPASIAL DI
KABUPATEN TULANG BAWANG PROPINSI LAMPUNG

DRIE SARWIEDI SUMPRIYATNO

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah


SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

Judul

Nama
NRP

: Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian
Berbasis Spasial di Kabupaten Tulang Bawang Propinsi
Lampung
: Drie Sarwiedi Sumpriyatno
: A156080254

Disetujui :
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc

Ketua

Dr. Ir. Widiatmaka, DAA
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pasca Sarjana

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr

Prof. Dr. Ir. Khairil A Notodiputro, MS

Tanggal Ujian : 12 Agustus 2010

Tanggal Lulus :


Karya ini kupersembahkan untuk :
Seluruh keluarga besar atas doa dan restunya serta dukungan dan bantuan baik
moral dan material
Istriku tercinta :
Dwi Astuti Wulandari, SP yang selalu memberikan dukungan serta semangat
kepada penulis

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yng
dipilih dalam penelitian ini adalah penentuan kawasan industri, dengan judul
Penentuan Kawasan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Berbasis Spasial di
Kabupaten Tulang Bawang Propinsi Lampung.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita,
M.Sc dan Dr. Ir. Widiatmaka, DAA selaku komisi pembimbing serta Dr. Ir. Ernan
Rustiadi, M.Agr selaku Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah
Pasca Sarjana IPB, Bupati Tulang Bawang beserta segenap jajarannya di lingkup
Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang yang telah memberikan
kesempatan tugas belajar dan bantuan material, Pusat Pembinaan, Pendidikan dan
Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren) Bappenas yang telah memberikan

beasiswa, staf pengajar dan pengelola Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
(PWL) serta rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua, mertua, istri serta
seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2010

Drie Sarwiedi Sumpriyatno.

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 Maret 1973 dari ayah
Mochamad Sarwiyono dan ibu Sudilah. Penulis merupakan putra ketiga dari
empat bersaudara.
Tahun 1992 penulis lulus dari SMA Negeri 38 Jakarta dan pada tahun 1993
masuk Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta pada Fakultas
Pertanian Jurusan Agronomi. Penulis lulus sebagai Sarjana pada tahun 1999
kemudian pada tahun yang sama bekerja di CV Cigagak Farm Cipanas sampai
tahun 2001. Pada tahun 2001 sampai dengan 2003 bekerja di PT Guna Mulia
Intikapita Jakarta dan pada tahun 2003 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil

Daerah Kabupaten Tulang Bawang. Saat ini penulis ditempatkan sebagai staf
Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Tulang Bawang.
Pada tahun 2008 penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan di Sekolah Pasca Sarjana IPB pada Program Studi Ilmu Perencanaan
Wilayah (PWL) atas beasiswa yang diberikan oleh Pusat Pembinaan, Pendidikan
dan Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren) Bappenas.

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...............................................................................................

Halaman
i

DAFTAR TABEL .......................................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

iv

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

v

PENDAHULUAN
Latar Belakang ....................................................................................
Perumusan Masalah ............................................................................
Tujuan dan Manfaat Penelitian ...........................................................
Kerangka Pemikiran ............................................................................

1
4
6
6

TINJAUAN PUSTAKA
Kawasan Industri ...................................................................................
Agroindustri ..........................................................................................
Pengembangan Wilayah ........................................................................
Teori Lokasi ..........................................................................................
Analisis Spasial .....................................................................................

10
11
12
13
14

METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian ..................................................................................
Bahan dan Alat .....................................................................................
Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
Metode Analisis ....................................................................................

17
17
17
17

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Bentang Lahan ......................................................................................
Kependudukan ......................................................................................
Ketenagakerjaan ....................................................................................
Kebijakan Industri di Kabupaten Tulang Bawang ................................

26
27
28
29

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Spasial ............................................................................
Hasil Analisis Komoditas Pertanian .....................................................
Hasil Analisis Penentuan Lokasi Optimal Kawasan Industri (PMedian) .................................................................................................
Hasil Analisis Terhadap Persepsi Stakeholders (AHP) ........................

34
42
45
52

2

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................... 56
Saran ...................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
LAMPIRAN

58

DAFTAR TABEL
Halaman
1. PDRB Kabupaten Tulang Bawang tahun 2002-2008 Atas Dasar
Harga Berlaku .......................................................................................

2

2. Matriks Pendekatan Penelitian ..............................................................

24

3. Kepadatan Penduduk dan Presentase Rumah Tangga Miskin ...............

28

4. Jumlah Tenaga Kerja per Sektor ...........................................................

29

5. Perusahaan Pengelola Hak Guna Usaha di Kabupaten Tulang Bawang

41

6. LQ untuk Tanaman Pangan ...................................................................

43

7. LQ untuk Tanaman Perkebunan ............................................................

44

8. Komoditas Berdasarkan Luas Tanaman ................................................

44

9. Hasil Perhitungan Jarak Optimal Terhadap Produksi Hasil Pertanian ..

47

10. Jarak Antar Kecamatan dan Pelabuhan Menggunakan Jarak
Sebenarnya .............................................................................................

48

11. Jarak Antar Kecamatan dan Pelabuhan Berdasarkan Rencana Jalan
Baru .......... ............................................................................................

49

12. Rekapitulasi Analisis .............................................................................

54

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran Penelitian ...........................................

9

2. Bagan Alir Analisis Penelitian ..............................................................

23

3. Peta Administrasi Kabupaten Tulang Bawang ......................................

26

4. Pelabuhan Industri Sementara di Dente Teladas ...................................

31

5. Peta Alokasi Pemanfaatan Lahan ..........................................................

35

6. Peta Kawasan Lindung ..........................................................................

36

7. Peta Kawasan Hak Guna Usaha ............................................................

37

8. Peta Lokasi Terpilih ..............................................................................

39

9. Peta Rencana Pelabuhan Industri ..........................................................

40

10. Peta Luasan dan Sebaran Komoditas Pertanian Untuk Industri ............

45

11. Peta Jalan dan Rencana Jalan di Kabupaten Tulang Bawang ...............

49

12. Peta Alternatif Lokasi Optimal ..............................................................

50

13. Peta Keberadaan Listrik di Kabupaten Tulang Bawang ........................

51

14. Hasil Analisis AHP Dalam Penentuan Kawasan Industri Pengolahan
Hasil Pertanian .......................................................................................

53

15. Peta lokasi optimal di Kecamatan Penawar Aji sebagai kawasan
industri ...................................................................................................

55

16. Peta lokasi optimal di Kecamatan Rawajitu Selatan sebagai kawasan
industri berdasarkan rencana pembangunan jalan .................................

56

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Luasan komoditas tanaman pangan di tiap-tiap kecamatan di
Kabupaten Tulang Bawang ......................................................................

62

2. Luasan komoditas tanaman perkebunan di tiap-tiap kecamatan di
Kabupaten Tulang Bawang ......................................................................

63

3. Jarak Tempuh Antar Ibukota Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang

64

4. Waktu Tempuh Antar Ibukota Kecamatan di Kabupaten Tulang
Bawang .....................................................................................................

65

5. Jarak Antar Ibukota Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Menurut
Rencana Pembangunan Jalan ...................................................................

66

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Dalam penentuan kawasan industri perlu diperhatikan aspek-aspek yang
dapat mendukung pengembangan suatu kawasan seperti adanya sumberdaya yang
tersedia baik kemampuan manusia, potensi alam, sosial kemasyarakatan dan
sumberdaya buatan. Dalam Peraturan Presiden nomor 28 tahun 2008 tentang
Kebijakan Industri Nasional disebutkan bahwa kompetensi inti industri daerah
adalah sekumpulan keunggulan atau keunikan sumberdaya alam dan kemampuan
suatu daerah untuk membangun daya saing dalam rangka mengembangkan
perekonomian propinsi dan kabupaten/kota menuju kemandirian. Dalam rangka
menyuburkan industri nasional perlu ditumbuhkan industri baru yang potensial
berbasis pada potensi sumberdaya nasional, yang memiliki potensi berkembang
yang tinggi, khususnya yang berbasis sumberdaya alam terbarukan yang ditunjang
oleh sumberdaya manusia berpengetahuan maupun keunggulan aspek lain seperti
kondisi geografi, luas bentang wilayah, kekayaan budaya, dan sebagainya.
Hal tersebut dapat dikaitkan dengan diberlakukannya otonomi daerah sesuai
dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan
undang-undang tersebut, kepada pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk
membangun daerahnya sesuai dengan potensi dan unggulan yang dimiliki. Jika
suatu daerah memiliki potensi dan unggulan yang dapat diarahkan ke sektor
lainnya, maka pemerintah daerah harus mengupayakan ketersediaan sarana dan
prasarana. Begitu pula dengan sektor industri, agar pembangunan industri di
daerah dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif, maka diperlukan sinkronisasi
arah pembangunan industri antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah,
baik propinsi maupun kabupaten/kota.
Kabupaten Tulang Bawang terbentuk dari etnis penduduk yang sebagian
besar berasal dari wilayah transmigrasi Jawa dan Bali yang memiliki mata
pencaharian utama di sektor pertanian. Di samping mengandalkan pada pertanian
padi sawah, banyak pula penduduk yang mengusahakan perkebunan seperti karet,
kelapa sawit, kelapa dan tebu. Potensi pengembangan perkebunan di Tulang

2

Bawang tercatat seluas kurang lebih 298.943 ha. Disamping itu potensi pertanian
lainnya yang memiliki prospek yang baik adalah ubi kayu.
Dari berbagai sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian Tulang
Bawang, sektor industri memegang peranan yang cukup penting. Kehadiran
perusahaan besar disamping perusahaan kecil lainnya sangat berperan dalam
menggerakkan roda perekonomian di daerah ini. Beberapa industri yang telah
berkembang di Kabupaten Tulang Bawang adalah industri kerajinan, industri gula,
industri CPO dan industri tapioka.
Tabel 1 PDRB Kabupaten Tulang Bawang tahun 2002-2008
pemekaran) atas dasar harga berlaku (juta rupiah)
Lapangan Usaha
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan Tanpa
Migas
Listrik, Gas & Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
Transportasi dan
Komunikasi
Keuangan, Persewaan &
Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Total PDRB

2002
1.629.877

2003
1.800.663

2004
1.973.481

3.398

3.834

4.331

845.575

926.158

1.460
81.839
710.812

Tahun ke2005
2006
2.334.136 2.879.356

(sebelum

2007
3.521.513

2008
4.503.439

5.534

21.245

37.718

991.259

1.134.203 1.329.984

1.616.736

2.198.828

2.079
90.061
794.387

2.891
98.172
849.149

3.901
5.937
108.380
129.374
966.986 1.106.963

7.584
166.464
1.374.672

10.185
208.010
1.719.339

215.047

261.187

294.823

373.272

488.419

568.606

677.606

153.841

179.218

203.696

235.474

262.951

303.182

352.486

151.341
3.794.123

164.107
4.222.680

198.850
4.617.855

4.820

227.992
269.668
5.391.501 6.444.873

341.435
421.586
7.921.438 10.129.195

Sumber : PDRB Tulang Bawang, 2009.

Struktur perekonomian Kabupaten Tulang Bawang sangat ditentukan oleh
besarnya sumbangan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa.
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tulang Bawang tahun
2008 sebesar 44,46%. Oleh karena itu, dominasi sektor pertanian dalam
pembentukan PDRB akan terus terjadi sampai beberapa tahun ke depan. Namun
demikian melihat kepada Tabel 1 nampak bahwa sektor industri pengolahan tanpa
migas menunjukkan kontribusi terbesar kedua setelah pertanian yaitu

21,71 %.

Oleh karena itu pembangunan industri pada masa yang akan datang merupakan
peluang yang cukup baik untuk meningkatkan PDRB Kabupaten Tulang Bawang.
Pengembangan sektor industri di Kabupaten Tulang Bawang dapat
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang signifikan karena dapat menjadi

3

tumpuan tumbuh dan berkembangnya berbagai kegiatan ekonomi dan bidang
pembangunan lainnya secara berkelanjutan. Pembangunan industri sangat
berperan dalam menciptakan lapangan pekerjaan serta memperluas kesempatan
berusaha, meningkatkan tingkat pendapatan sekaligus menghemat devisa,
mendorong pembangunan daerah, peningkatan produktifitas serta memeratakan
pendapatan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. Beberapa potensi yang
dimiliki Kabupaten Tulang Bawang untuk pengembangan industri adalah adanya
kapasitas produk perkebunan yang cukup besar, berkembangnya industri
menengah di bidang pengolahan hasil pertanian dan keberadaan pelabuhan
perusahaan.
Beberapa dampak positif / keuntungan dapat diperoleh dari pengembangan
kawasan industri bagi perkembangan lingkungan di sekitarnya. Keuntungan
pertama adalah untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Keuntungan kedua dari pembentukan kawasan industri adalah kemudahan dalam
hal penyediaan sarana infrastruktur yang diperlukan oleh pabrik – pabrik dalam
melakukan produksinya. Dengan menggabungkan beberapa industri dalam satu
kawasan, maka pemenuhan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang dan
diperlukan untuk proses industri dapat dipenuhi lebih mudah karena dikumpulkan
dalam satu kawasan. Berbeda halnya apabila tidak terdapat kawasan industri,
dimana lokasi industri yang satu dengan yang lain terletak berjauhan, maka sarana
yang diperlukan untuk proses produksi cenderung susah dilakukan dan lebih
mahal karena penggunaannya yang cenderung untuk keperluan sendiri. Namun
dengan adanya kawasan industri yang merupakan aglomerasi/pengumpulan dari
beberapa industri, maka pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana industri
dapat lebih mudah, karena dikelompokkan pada satu kawasan, dan lebih murah
sifatnya, karena dapat digunakan secara bersama-sama.
Keuntungan ketiga yang dapat diperoleh dari pengembangan kawasan
industri

adalah

Meningkatnya

peningkatan
pertumbuhan

pendapatan
ekonomi

daerah

suatu

melalui

daerah

pajak

berarti

juga

daerah.
akan

meningkatkan pendapatan pajak daerahnya. Dengan bertambahnya pajak daerah,
maka pemerintah dapat lebih mengembangkan pembangunan di sekitar kawasan.

4

Selain hal–hal yang berkaitan dengan ekonomi, keuntungan pengembangan
kawasan industri juga dapat diperoleh dari aspek lingkungan. Pengembangan
kawasan industri dapat mempermudah pengelolaan lingkungan. Pengelolaan
limbah secara terintegrasi dengan mudah bisa dilakukan. Pencemaran lingkungan
dapat diminimalisir karena pengawasan dapat dilakukan secara rutin. Dengan
dikelompokkannya industri dalam satu kawasan, maka amdal-nya dapat berupa
amdal kawasan, sehingga lebih mempermudah dalam pengecekan dan
pengontrolan lingkungannya.
Keuntungan lainnya adalah memudahkan pemasaran hasil panen dari
komoditi pertanian yang merupakan bahan baku dari industri. Dengan adanya
kawasan industri diharapkan seluruh hasil pertanian dapat diserap sebagai bahan
baku industri tidak hanya yang berasal dari sekitar kawasan namun dapat juga
yang berada pada luar kawasan.
Dari aspek kependudukan, pengembangan kawasan industri juga memiliki
nilai penting. Letak kawasan industri yang biasanya berada di pingiran kota atau
terletak di luar kota dapat mengurangi arus urbanisasi. Masyarakat dari desa tidak
lagi hanya menargetkan kota sebagai tempat mencari pekerjaan, tetapi cukup ke
kawasan industri yang menyediakan lapangan kerja cukup banyak. Para warga
kota yang bekerja di kawasan industri juga cenderung akan memilih tinggal di
daerah kawasan industri apabila kawasan industri telah menyediakan fasilitas
hunian yang memadai.

Perumusan Masalah
Banyaknya industri yang tumbuh di beberapa wilayah di Kabupaten Tulang
Bawang terutama industri yang mengolah hasil-hasil pertanian menunjukan
bahwa pertumbuhan sektor pertanian sebagai bahan baku industri semakin
berkembang. Tetapi industri yang ada belum mampu untuk menampung
keseluruhan produksi pertanian yang ada (over supply). Akibat over supply
ini menyebabkan harga hasil-hasil pertanian menjadi sangat rendah sehingga hasil
pertanian yang tidak dapat ditampung oleh industri dikirim keluar wilayah atau
tidak dipanen sama sekali. Akibat kurangnya industri menggunakan hasil

5

pertanian yang ada menyebabkan keberadaan industri tidak menimbulkan
multiplier effect terhadap daerah di sekitarnya.
Keberadaan lahan-lahan yang berstatus HGU sebenarnya memiliki potensi
yang sangat besar, namun kurang memberikan multiplier effect karena sifatnya
yang enclave, sehingga tidak berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat.
Beberapa aktifitas perusahaan besar tersebut bahkan menghambat akses antar
wilayah karena adanya komplek-komplek HGU yang tidak boleh dilalui. Dengan
posisi tawar perusahaan yang sangat besar menyebabkan pemerintah daerah
kesulitan untuk melakukan intervensi pembangunan di wilayah tersebut (Bappeda,
2009).
Adanya industri yang tersebar di dalam wilayah Kabupaten Tulang Bawang
menyebabkan kurangnya pengawasan pemerintah. Untuk itu, dibutuhkan suatu
kawasan industri yang mampu mengantisipasi kelebihan supply dari hasil-hasil
pertanian dan letaknya berada dalam satu kawasan yang terpadu. Ketersediaan
kawasan industri yang mampu mendorong bergeraknya ekonomi suatu daerah
yang akan menghidupkan daerah di sekitarnya sebagai daerah pendukung
(hinterland) sehingga dapat menimbulkan efek menyebar (spread effect) untuk
pertumbuhan perekonomian kawasan industri tersebut dan daerah hinterland-nya.
Pentingnya industri menurut Fatah (2009) adalah memperluas kesempatan
kerja, menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan masyarakat, menghasilkan
devisa melalui ekspor dan menghemat devisa melalui substitusi produk impor.
Dengan

adanya pertumbuhan industri maka akan merangsang pertumbuhan

sektor pertanian untuk menyediakan bahan baku juga merangsang pengembangan
sektor jasa seperti lembaga keuangan, pemasaran, perdagangan, periklanan dan
transportasi.
Dari latar belakang dan uraian diatas, dapat dirumuskan masalah penulisan
adalah sebagai berikut :
1. Dimana lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil
pertanian di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan potensi hasil
pertanian?
2. Dimana lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan hasil
pertanian di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan aksesibilitas?

6

3. Bagaimana persepsi dari stakeholders terhadap penentuan kawasan
industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang ?

Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka tujuan umum penelitian ini adalah
memberikan gambaran dalam penentuan kawasan industri berbasis spasial di
Kabupaten Tulang Bawang. Bila dijabarkan lebih lanjut, tujuan khusus penelitian
ini adalah :
1. Menentukan lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan
hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan potensi hasil
pertanian.
2. Menentukan lokasi yang optimal untuk kawasan industri pengolahan
hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang berdasarkan aksesibilitas.
3. Menggali persepsi dari stakeholders terhadap penentuan kawasan
industri pengolahan hasil pertanian di Kabupaten Tulang Bawang.

Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Agar dapat menjadi acuan dalam menentukan letak dan posisi dari
kawasan industri di Kabupaten Tulang Bawang.
2. Agar dapat menjadi bahan masukan untuk memperkaya pemikiran dalam
merencanakan pengembangan wilayah, khususnya dalam pengembangan
industri berbasis pertanian.

Kerangka Pemikiran

Dalam perkembangan suatu wilayah, potensi yang dimiliki oleh suatu daerah
sangat penting terutama dalam mewujudkan tingkat perekonomian yang baik.
Kabupaten Tulang Bawang memiliki potensi hasil pertanian secara umum yang
cukup mendominasi dibanding sektor lainnya dan diikuti oleh sektor industri
sebagai penunjang dari sektor pertanian. Adanya sektor industri yang mampu
menampung surplus produksi pertanian akan meningkatkan pendapatan sektor

7

pertanian. Demikian juga bila terjadi surplus tenaga kerja di sektor pertanian yang
dapat ditampung di sektor industri akan tetap menjaga tingkat pendapatan yang
tinggi di sektor pertanian. Akhirnya dari hubungan sinergis antar kedua sektor
tersebut dapat terus merangsang pertumbuhan ekonomi wilayah (Rustiadi et al.,
2008).
Tumbuhnya

berbagai

industri

di

beberapa

lokasi

yang

tersebar

memunculkan keuntungan dan kerugian bagi daerah dimana lokasi industri
tersebut beroperasi. Keuntungan jika lokasi industri tersebar adalah dapat dekat
dengan bahan baku, ongkos angkut bahan baku ke industri rendah dan dekat
dengan tenaga kerja. Kerugiannya adalah jarak dengan pasar relatif jauh sehingga
dapat menimbulkan biaya angkut yang tinggi ke pasar, tidak menimbulkan efek
yang menguntungkan bagi daerah di sekitarnya dan jika terjadi kerusakan
lingkungan akibat adanya industri sulit terkontrol. Di samping itu dengan industri
yang tersebar maka berbagai limbah dari industri pokok yang masih dapat diolah
menjadi hasil industri lainnya menjadi kurang optimal seperti limbah yang berasal
dari industri pengolahan tapioka yang dapat digunakan sebagai pakan ternak, jika
industri terpusat pada satu lokasi maka jumlah limbah tersebut dapat bernilai
ekonomis sangat tinggi.
Pemanfaatan limbah industri hasil pertanian dalam jumlah yang besar dapat
memunculkan industri baru pengolahan limbah sehingga jumlah limbah yang
tidak terpakai dapat diminimalisasi. Sebagai contoh, pada industri minyak sawit,
dihasilkan beberapa limbah yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan.
Diantaranya adalah tandan kosong kelapa sawit yang dapat digunakan sebagai
pupuk organik, pupuk Kalium dan serat sebagai pengisi jok mobil dan bahan
pengepak industri (http://id.shvoong.com, 2009). Jika limbah tersebut diolah
secara optimal dalam skala besar maka akan menumbuhkan industri baru
disamping industri pengolahan hasil pertanian.
Salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan suatu wilayah
untuk dijadikan kawasan industri adalah jarak ton-mil terdekat baik dari pasar
maupun dari bahan baku. Jarak ton-mil adalah produk dari jarak pengiriman yang
diangkut, diukur dalam mil, dan berat muatan yang sedang diangkut, diukur dalam

8

ton. Jarak ton-mil terdekat berkaitan dengan biaya pengiriman yang dikeluarkan
seberat 1 ton dalam jarak 1 mil.
Jarak ton-mil terdekat dari pasar mempertimbangkan biaya pengangkutan
yang minimal dari wilayah industri ke pasar. Menurut Crafts dan Mulatu (2005)
industri secara relatif dengan skala ekonomi tinggi cenderung untuk berlokasi di
daerah yang potensi pasarnya tinggi. Alasannya adalah perusahaan dengan
teknologi maju akan menghadapi suatu penjualan dengan meminimalkan biayabiaya pengangkutan dan keuntungan dari produksi yang besar dengan
menempatkan industri di dalam lokasi-lokasi pusat pertumbuhan.
Pertimbangan jarak ton-mil terdekat dengan bahan baku, selain untuk
meminimalkan biaya pengangkutan juga mempertimbangkan daya tahan bahan
baku selama perjalanan menuju lokasi industri. Untuk hasil pertanian, kondisi
bahan baku yang cepat rusak sangat membutuhkan pengangkutan yang cepat
menuju tempat pengolahan sehingga jarak terhadap sumber bahan baku
merupakan salah satu pertimbangan dalam menentukan kriteria kawasan industri.
Infrastuktur yang baik juga sangat menentukan kecepatan pengangkutan
bahan baku dan pengangkutan ke pasar. Dengan mempertimbangkan kondisi
infrastruktur maka akan didapatkan penghematan biaya, bisa pada saat
pengangkutan bahan baku atau pada saat pengangkutan menuju ke pasar.
Untuk itu maka dibutuhkan suatu kriteria dalam menentukan suatu kawasan
industri yang dalam hal ini dibagi menjadi 2 kriteria yaitu kriteria utama dan
kriteria pertimbangan. Adapun kriteria utama yang dipakai dalam penelitian ini
meliputi jarak terhadap pasar, jarak terhadap bahan baku, jaringan infrastruktur
yang ada dan jarak terhadap sungai. Sementara untuk kriteria pertimbangan
meliputi daya dukung lahan, kesuburan tanah, peruntukan lahan, ketersediaan
lahan, komoditas eksisting, harga lahan, orientasi lokasi, kerawanan terhadap
bencana dan jarak terhadap pemukiman.
Dengan mempertimbangkan seluruh komponen masyarakat dan pemerintah
daerah maka nantinya akan ditentukan suatu kawasan yang sesuai untuk industri
terutama yang berkaitan dengan pengolahan hasil pertanian dan disesuaikan pula
dengan kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah. Menurut Carod (2005), ruang
merupakan faktor penentu lokasi karena lokasi geografis suatu kawasan yang

9

digunakan untuk berdirinya suatu perusahaan akan mempengaruhi perkembangan
kawasan tersebut.
Kerangka pemikiran yang dapat menggambarkan permasalahan dan tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

Wilayah Administrasi
Kabupaten Tulang Bawang

- Potensi Sumber
Daya Alam
- Kondisi Geografis
- Kondisi Eksisting

Bahan
Pertimbangan
Pemda,
DPRD, LSM,
Akademisi,
Masyarakat

Kepentingan :
- Pemerintah
- Masyarakat
- Dunia Usaha

Kriteria Kawasan
Industri Pengolahan
Hasil Pertanian

- Ketersediaan Infrastruktur

Kebijakan Rencana Tata
Ruang Wilayah

PENENTUAN KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN
HASIL PERTANIAN

Gambar 1 Bagan alir kerangka pemikiran penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA

Kawasan Industri

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan
Industri disebutkan bahwa kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan
kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki
izin usaha kawasan industri. pengelola suatu zona / wilayah yang ditetapkan oleh
pemerintah sebagai kegiatan industri. Di dalam zona perindustrian tersebut,
terdapat industri yang sifatnya individual (yang berdiri sendiri) dan industri–
industri yang sifatnya mengelompok dalam kawasan industri (Industrial Estate).
Di Indonesia pada tahun 2005 sudah terdapat 203 kawasan industri yang tersebar
di berbagai wilayah Indonesia dengan luas + 67.000 Ha. Dari jumlah tersebut baru
beroperasi 64 kawasan dengan total area + 20.000 Ha, dan rata-rata tingkat
pemanfaatan + 44% yang di dalamnya terdapat + 60.000 industri (Subagya, 2008).
Kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan
bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan
oleh Pemerintah Kota/Kabupaten yang bersangkutan. Zona industri adalah satuan
geografis sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri, baik
berupa industri dasar maupun industri hilir berorientasi kepada konsumen akhir
dengan populasi tinggi sebagai penggerak utama yang secara keseluruhan
membentuk berbagai kawasan yang terpadu dan beraglomerasi dalam kegiatan
ekonomi dan memiliki daya ikat spasial. Perusahaan kawasan industri wajib
melakukan kegiatan penyediaan atau penguasaan tanah, penyusunan rencana
tapak tanah, rencana teknis kawasan, penyusunan analisis tapak tanah, pemasaran
kapling industri,
Pemerintah sendiri telah banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk
mendorong terciptanya kawasan industri di berbagai daerah-daerah untuk menarik
para investor asing untuk menanamkan modalnya di kawasan perindustrian yang
sudah ada. Salah satu kebijakan pemerintah adalah dengan strategi pengembangan
FTZ (Free Trade Zone) atau SEZ (Special Economic Zone). Dimana kebijakan ini

11

diberlakukan di suatu kawasan industri berupa pemberian fasilitas dan insentif
fiskal yang amat menarik dan bersifat khusus sehingga investor dapat tertarik
untuk membuka pabriknya pada kawasan industri tersebut. Selain itu usaha
pemerintah yang lain untuk pengembangan kawasan industri adalah dengan
pembangunan kelengkapan infrastruktur yang menunjang usaha-usaha produksi di
kawasan industri ini (Subagya, 2008).
Kunci untuk menentukan kelayakan suatu lokasi bagi aktivitas manufaktur
adalah akumulasi jumlah ton-mil terendah di suatu lokasi. Penentuan lokasi
terbaik tergantung pada karakter bahan baku yang digunakan yaitu : 1) Ubiquitous
dari bahan, artinya bahan baku yang tersedia di mana saja sehingga tidak ada
kendala produksi, 2) Bahan baku setempat berpengaruh spesifik terhadap lokasi.
(Rustiadi et al., 2008).

Agroindustri

Agroindustri adalah industri yang mempunyai kaitan yang kuat dengan
pertanian. Kaitannya dapat berbentuk sumber input atau output yang digunakan di
bidang pertanian. Agroindustri merupakan salah satu sub sistem penting dalam
sistem agribisnis, memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan yang tinggi
karena pangsa pasar dan nilai tambah yang relatif besar dalam produksi nasional.
Agroindustri dapat mempercepat transformasi struktur perekonomian dari
pertanian ke industri. Agroindustri juga dapat menjadi wahana bagi usaha
mengatasi kemiskinan karena daya jangkau dan spektrum kegiatannya yang luas.
Tidak kalah pentingnya, agroindustri umumnya dapat diselaraskan dengan usaha
pelestarian lingkungan karena keterkaitannya dengan budidaya pertanian ( Saragih
2001, dalam Moravia, 2009 ).
Agroindustri mampu menunjukkan kemampuannya untuk menjadi katup
pengaman untuk mencegah terjadinya keterpurukan ekonomi. Hal ini karena
agroindustri memiliki ciri-ciri

terkait erat dengan karakteristik komoditas

pertanian, yaitu: (a) bersifat musiman, (b) mudah rusak, (c)memakan tempat,
(d) amat beragam, (e)transmisi harga rendah, dan (f) struktur pasar monopsonis
(Arifin 2003, dalam Djamhari, 2004). Peningkatan produktivitas agroindustri

12

diarahkan sehingga matarantai kegiatan agroindustri dalam negeri tidak lagi
mengandalkan produk atau bahan baku impor. Kemandirian ini perlu diwujudkan,
sehingga kegiatan agroindustri diarahkan untuk mendukung substitusi impor,
sehingga nilai tambah yang diciptakan dapat dinikmati pelaku agroindustri
domestik, misalnya berupa penciptaan lapangan kerja baru ( Djamhari, 2004).

Pengembangan Wilayah

Menurut Misra (1985) dalam Djakapermana (2005), pengembangan wilayah
adalah upaya agar wilayah tersebut dapat berkembang mencapai tingkat yang
diinginkan. Pengembangan wilayah dilaksanakan melalui optimasi pemanfaatan
sumberdaya alam secara harmonis melalui pendekatan yang komprehensif pada
aspek fisik, ekonomi, sosial dan budaya untuk pembangunan berkelanjutan.
Salah satu cara untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah dengan
penataan ruang yang dimanfaatkan sebagai leverage agar wilayah berkembang
mencapai tujuan yang ditetapkan. Penataan ruang merupakan proses yang
mencakup penyusunan rencana tata ruang wilayah, pemanfaatan ruang melalui
serangkaian program pelaksanaan pembangunan agar sesuai rencana serta
pengendalian pelaksanaan pembangunan agar sesuai dengan rencana tata ruang.
Menurut Adisasmita (2008), aspek ruang dalam pemanfaatan wilayah
mencakup aspek lokasi wilayah dan aspek dimensi wilayah. Aspek lokasi wilayah
berkaitan, di satu pihak dengan fungsi lindung, dan di lain pihak dengan masalah
pilihan atas lokasi bagi tempat permukiman ataupun kegiatan usaha, yakni dalam
rangka memperoleh tingkat kemudahan yang diinginkan atau sebaliknya. Bagi
kegiatan usaha yaitu dalam mempertinggi tingkat kemudahan bagi masyarakat di
wilayah tertentu, baik dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun
mengembangkan kegiatan usahanya. Aspek dimensi wilayah berkaitan dengan
masalah tata guna tanah, yaitu yang memberikan petunjuk tentang batas-batas
wilayah, baik sehubungan dengan kemampuannya maupun fungsi lindung dalam
rangka pemanfaatan wilayah secara optimal.

13

Teori Lokasi

Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order)
kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumbersumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap
keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial.
Lokasi berbagai kegiatan seperti rumah tangga, pertokoan, pabrik, pertanian,
pertambangan, sekolah, dan tempat ibadah tidaklah asal saja/acak berada di lokasi
tersebut, melainkan menunjukkan pola dan susunan (mekanisme) yang dapat
diselidiki dan dapat dimengerti (Tarigan, 2005).
Menurut Tarigan (2005) dalam mempelajari lokasi berbagai kegiatan,
terlebih dahulu membuat asumsi bahwa ruang yang dianalisis datar dan
kondisinya sama di semua arah. Dalam kondisi seperti ini, bagaimana manusia
mengatur kegiatannya dalam ruang, baru kemudian asumsi ini dilonggarkan
secara bertahap sehingga ditemukan kondisi dalam dunia nyata. Dalam dunia
nyata, kondisi dan potensi setiap wilayah adalah berbeda. Dampaknya menjadi
lebih mudah dianalisis karena telah diketahui tingkah laku manusia dalam kondisi
potensi ruang adalah sama. Salah satu unsur ruang adalah jarak. Jarak
menciptakan “gangguan” ketika manusia berhubungan/bepergian dari satu tempat
ke tempat lainnya. Jarak menciptakan gangguan karena dibutuhkan waktu, tenaga
dan biaya untuk mencapai lokasi yang satu dari lokasi lainnya. Selain itu jarak
juga menciptakan gangguan informasi,sehingga makin jauh dari suatu lokasi
makin kurang diketahui potensi/karakter yang terdapat pada lokasi tersebut.
Makin jauh jarak yang ditempuh, makin menurun minat orang untuk bepergian
dengan asumsi faktor lain semuanya sama.
Terkait dengan lokasi, salah satu faktor yang menentukan apakah suatu
lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat
aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari
lokasi lain di sekitarnya. Tingkat aksesibilitas antara lain dipengaruhi jarak,
kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung
termasuk frekuensinya tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur
tesebut. Di sisi lain, berbagai hal yang disebutkan di atas sangat terkait dengan

14

aktivitas ekonomi yang terjalin antara dua lokasi. Artinya, frekuensi perhubungan
sangat terkait dengan potensi ekonomi dari dua lokasi yang dihubungkannya.
Dengan demikian, potensi mempengaruhi aksesibilitas, tetapi di sisi lain,
aksesibilitas juga menaikkan potensi suatu wilayah.
Menurut Hanafiah (1982), pemerintah sebagai penentu lokasi mempunyai
kekuatan atau kewenangan yang dapat mempengaruhi penentuan lokasi berbagai
kegiatan ekonomi rumah tangga dan perusahaan melalui kegiatan masyarakat
yang tersebar secara spasial, dan bertujuan untuk memaksimumkan pelayanan
kepada masyarakat melalui penyebaran fasilitas pelayanan secara merata.
Analisis Spasial

Perencanaan

pembangunan wilayah diartikan sebagai suatu upaya

merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan ekonomi
dan program pembangunan yang di dalamnya mempertimbangkan aspek wilayah
dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya
kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan (Nugroho dan Dahuri, 2004).
Proses perencanaan pembangunan wilayah selalu berhadapan dengan obyekobyek perencanaan yang memiliki sifat keruangan (spasial). Oleh karena itu
dalam analisis perencanaan wilayah, analisis yang menyangkut obyek-obyek
dalam sistem keruangan (analisis spasial) menjadi sangat penting (Rustiadi, et al
2008).
Menurut Rustiadi et al., (2008), analisis spasial dipahami secara berbeda
antara ilmuwan berlatar belakang geografi dan berlatar belakang sosial (termasuk
ekonomi). Perbedaan keduanya bersumber dari perbedaan 2 hal, pertama
perbedaan pengertian kata spasial atau ruang itu sendiri dan kedua fokus
kajiannya. Pandangan geografi, pengertian spasial adalah pengertian kata spasial
adalah pengertian yang bersifat rigid (kaku), yakni segala hal yang menyangkut
lokasi atau tempat. Definisi suatu tempat atau lokasi secara geografis sangat jelas,
tegas dan lebih teratur karena setiap lokasi di atas permukaan bumi dalam ilmu
geografi dapat diukur secara kuantitatif. Fokus kajian para ahli geografi dalam
analisis spasial tertuju pada cara mendeskripsikan fakta, dengan kata lain lebih
memfokuskan pada aspek ”apa” dan ”bagaimana” yang terjadi di atas permukaan

15

bumi dan bahkan ”dimana”. Domain kajian ilmu geografi lebih banyak
menekankan pada bagaimana mendeskripsikan fenomena spasial. Oleh karenanya
ilustrasi-ilustrasi spasial dengan ”peta” yang memiliki akurasi informasi spasial di
dalamnya sangat penting. Analisis mengenai pola-pola spasial (pemusatan,
penyebaran, kompleksitas spasial dan lain-lain) kecenderungan spasial, bentukbentuk dan struktur interaksi spasial secara deskriptif menjadi kajian-kajian yang
banyak mendapat perhatian dari ahli geografi. Semuanya dikaji tanpa harus
mendalami permasalahan sosial ekonomi yang ada di dalamnya. Sementara dalam
perspektif ekonomi, analisis spasial lebih menekankan pada ”apa yang menjadi
masalah” (what) dan ”mengapa masalah itu terjadi” (why). Aspek-aspek spasial
tidak didefinisikan dalam bahasa-bahasa posisi yang memiliki pengertian lebih
kuantitatif, melainkan lebih pada masalahnya. Bahkan aspek spasial lebih
dianggap memiliki makna jika ada kejelasan masalah di dalamnya. Segala aspek
spasial yang dijelaskan di bidang ilmu geografi hanya akan memiliki arti spasial
dalam kacamata ilmu sosial ekonomi jika dipahami ada masalah dan ada
permasalahan sosial ekonomi terhadapnya.
Menurut Rondinelli (1985) dalam Ansoriudin (2008), analisis spasial hanya
menyediakan beberapa hasil perhitungan atau olahan data yang dibutuhkan untuk
menyusun pendapat secara rasional dan dapat dipertanggungjawabkan dengan
cara mengkombinasikan dengan hasil-hasil analisis lainnya.
Di samping perkembangan metode-metode analisis spasial, peranan Sistem
Informasi Geografis (SIG) di dalam visualisasi data spasial akhir-akhir ini
semakin signifikan. Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai suatu perangkat
alat untuk mengumpulkan, menyimpan, memanggil kembali, mentransformasi dan
menyajikan data spasial dari aspek-aspek permukaan bumi (Burrough 1989,
dalam Barus dan Wiradisastra, 2000).
Komponen utama SIG terbagi 4 kelompok yaitu perangkat keras, perangkat
lunak, organisasi (manajemen) dan pemakai. Porsi masing-masing komponen
tersebut berbeda dari satu sistem ke sistem lainnya, tergantung dari tujuan
dibuatnya SIG tersebut (Barus dan Wiradisastra, 2000).
Menurut Barus dan Wiradisastra (2000), kelebihan sistem informasi
geografis adalah merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial.

16

Dalam SIG, data dipelihara dalam bentuk digital. Data ini lebih padat
dibandingkan dalam bentuk peta cetak, tabel dan bentuk konvensional lainnya.
Dalam SIG tidak hanya data yang berbeda dapat diintegrasikan, prosedur yang
berbeda juga dapat dipadukan. Sebagai contoh, prosedur penanganan data
sepertipengumpulan data, verifikasi data dan pembaharuan data. Prosedur juga
dapat diintegrasikan seperti pemisahan operasi menjadi beberapa tahap, misalnya
dalam melakukan registrasi lahan maka secara langsung dalam kegiatan tersebut
menghasilkan data yang dapat digunakan dalam pemantauan penggunaan lahan,
dalam hal ini keduanya berada dalam SIG yang sama. Dalam hal ini SIG
digunakan untuk mengecek keakuratan perubahan, zona mana yang kena dampak
dan pada saat yang bersamaan memperbaiki peta dan data tabel yang relevan.
Dengan cara ini pemakai mendapatkan lebih banyak informasi baru dan dapat
memanipulasinya sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.

METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang
Bawang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama
kurang lebih 8 (delapan) bulan, mulai bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan
April 2010.

Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Petapeta tematik (Peta-peta Penggunaan Lahan, Administratif, Jalan, Kawasan
Lindung), kuisioner untuk memperoleh data primer, data-data sekunder, software
ArcGIS versi 9.3, Expert choice 11, MS office excel, MS Word

Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang digunakan dala