Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus Alba L.) Dengan Metode Thiobarbituric Acid (Tba).
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN
MURBEI (Morus alba L.) DENGAN METODE Thiobarbituric
Acid (TBA)
WIDIA AYU LESTARI
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus alba L.) dengan Metode Thiobarbituric Acid
(TBA) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2016
Widia Ayu Lestari
NIM G84110011
ABSTRAK
WIDIA AYU LESTARI. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Murbei
(Morus alba L.) dengan Metode Thiobarbituric acid (TBA). Dibimbing oleh
HASIM dan ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS.
Daun murbei mengandung berbagai senyawa aktif yang berperan sebagai
antioksidan. Ekstraksi daun murbei dengan etanol 65% menghasilkan kadar
flavonoid dan fenolik tertinggi dibandingkan pelarut lain seperti aseton. Penelitian
ini bertujuan menentukan konsentrasi optimum antioksidan ekstrak etanol daun
murbei dengan mengukur konsentrasi malondialdehida menggunakan metode TBA,
serta membandingkan aktivitas antioksidannya dengan α-tokoferol. Rendemen
ekstrak yang diperoleh sebesar 24.52% dan rata-rata kadar air 7.26%. Hasil uji
fitokimia positif pada flavonoid, tanin, steroid. Eugenol merupakan senyawa
dengan kelimpahan terbesar mencapai 34.32% berdasarkan uji GC-MS. Hasil uji
antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun murbei pada konsentrasi 125,
200, 500, dan 1000 ppm dapat menghambat pembentukkan MDA masing-masing
sebesar 41.21%, 45.33%, 44.20% dan 36.00%. Potensi antioksidan daun murbei
terbaik secara in vitro pada konsentrasi 200 ppm. Nilai inhibisi pada konsentrasi
200 ppm lebih rendah dibandingkan inhibisi α-tokoferol yang mencapai 62.06 %.
Kata kunci: antioksidan, eugenol, inhibisi, malondialdehida, murbei
ABSTRACT
WIDIA AYU LESTARI. Antioxidant Activity of Ethanol Extracts of Mulberry
Leaves (Morus alba L.) using TBA Method (thiobarbituric acid). Supervised by
HASIM and ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS.
Mulberry leaves contain a variety of active compounds that act as
antioxidants. Mulberry leaves extraction using ethanol 65% produce the highest
level of flavonoids and phenolic compared to other solvents such as acetone. The
purpose of this study is to search the optimum concentration antioxidant of ethanol
extraction of mulberry leaves to measure the concentration of malondialdehida
using TBA method, and compare its antioxidant activity to alpha tocopherol. The
yield of extract obtained is 24.52% and average of 7.26% water content.
Phytochemical test results showed positive results in flavonoids, tannins, steroids.
Eugenol is the most abundant compound detected using GC-MS test, which is
34.32%. The test results showed that the antioxidant extract of mulberry leaves
ethanol at a concentration of 125, 200, 500, and 1000 ppm can inhibit the formation
of MDA respectively by 41.21%, 45.33%, 44.20% and 36.00%. Best mulberry leaf
antioxidant potency in vitro is at the concentration of 200 ppm. Inhibition value at
200 ppm concentration is lower than inhibition value of alpha tokoferol which is
62.06%.
Keywords: antioxidants, eugenol, inhibition, malondialdehida, mulberry
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN
MURBEI (Morus alba L.) DENGAN METODE Thiobarbituric
Acid (TBA)
WIDIA AYU LESTARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus alba L.) dengan Metode
Thiobarbituric Acid (TBA). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 hingga
Oktober 2015 di Laboratorium Biokimia Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr drh Hasim DEA dan Dr drh
Aryani Sismin Satyaningtijas MSc atas bimbingan, saran serta waktu selama penelitian
serta penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada orangtua,
kakak-kakak, Bidikmisi, keluarga Senior Resident Asrama TPB IPB dan Biokimia
angkatan 48 atas doa dan dukungan yang selalu diberikan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna sehingga sangat
terbuka untuk kritik dan saran yang membangun agar tulisan ini menjadi lebih baik.
Akhir kata penulis berharap tulisan ini dapat berguna bagi penulis maupun semua pihak
demi kemajuan ilmu pengetahuan.
Bogor, Januari 2016
Widia Ayu Lestari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
METODE
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Penelitian
2
Analisis Data Statistika
4
HASIL
4
Kadar Air dan Rendemen Ekstrak
4
Senyawa Fitokimia Ekstrak Daun Murbei
5
Penentuan Waktu Inkubasi Asam Linoleat
5
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Murbei
5
Identifikasi Senyawa Biokatif dengan GC-MS
7
PEMBAHASAN
7
Kadar Air dan Rendemen Ekstrak
7
Senyawa Fitokimia Ekstrak Daun Murbei
9
Penentuan Waktu Inkubasi Asam Linoleat
9
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Murbei
10
Identifikasi Senyawa Bioaktif dengan GC-MS
12
SIMPULAN DAN SARAN
13
Simpulan
13
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
17
RIWAYAT HIDUP
25
DAFTAR TABEL
1 Kadar air simplisia dan rendemen ekstrak daun murbei
2 Hasil uji fitokimia ekstrak daun murbei
3 Komposisi senyawa ekstrak etanol daun murbei
4
5
7
DAFTAR GAMBAR
1 Absorbansi asam linoleat pada λ= 234 nm
2 Konsentrasi malondialdehida (MDA)
3 Persen (%) inhibisi ekstrak etanol daun murbei
5
6
6
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Diagram alir penelitian
Kadar air simplisia dan rendemen ekstrak daun murbei
Kromatogram ekstrak etanol daun murbei
Penentuan waktu inkubasi optimum asam linoleat
Data penentuan waktu inkubasi optimum asam linoleat
Pembuatan kurva standar
Kurva standar TMP
Pengukuran antioksidan dengan metode TBA
Data inhibisi uji antioksidan
Hasil analisis fitokimia
Analisis statistika aktivitas antioksidan
18
18
19
19
20
20
21
22
23
23
24
PENDAHULUAN
Radikal bebas bersifat sangat reaktif dan dapat menyebabkan kerusakan pada
makromolekul seperti lipid, protein, karbohidrat dan DNA (Murray 2003). Masalah
ini dapat diatasi dengan adanya antioksidan dalam tubuh seperti superoksida
dismutase, katalase, dan glutation peroksidase (Winarsi 2007). Jumlah radikal
bebas yang berlebihan membuat kebutuhan tubuh akan antioksidan juga
meningkat.Antioksidan sintetik seperti butylatedhydroxyanysole (BHA),
butylatedhydroxytoluene (BHT), tetra-butyl hydroxy quinon (TBHQ) dan αtokoferol dapat menimbulkan efek samping seperti kanker dan kerusakan hati,
sehingga penggunaannya dalam makanan dibatasi sebesar 200 ppm (Hernani dan
Rahardjo 2005). Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan seperti buah dan
sayur diharapkan lebih aman untuk dikonsumsi.
Murbei dikenal sebagai tanaman yang kaya manfaat, seperti pemanfaatan
daunnya sebagai pakan ulat sutera karena kandungan proteinnya yang mencapai
21.39% (Syahrir et al. 2009). Daun murbei juga dimanfaatkan sebagai obat
antidiabetes karena adanya kandungan 1-Deoxynojirimycin (DNJ), yaitu inhibitor
kompetitif bagi α-glukosidase (Kwon et al. 2011). Kandungan senyawa aktif daun
murbei secara umum meliputi golongan fenolik, flavonoid seperti rutin, kuersetin,
asam galat dan asam klorogenik (Katsube et al. 2006).
Daun murbei yang diekstrak oleh etanol 65% menghasilkan total fenolik dan
flavonoid yang lebih baik dibandingkan aseton pada konsentrasi yang sama.
Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol 65% daun murbei menggunakan
metode 2,2-diphenyl-1picrylhydrazyl (DPPH) juga menghasilkan inhibisi yang
lebih baik dari ekstrak aseton 65% (Jeszka et al. 2014b). Jumlah total fenolik dan
flavonoid berhubungan dengan aktivitas antioksidan. Semakin tinggi kandungan
total fenolik suatu tanaman maka kandungan antioksidannya juga meningkat
(Delouee dan Urooj 2007).
Penelitian mengenai antioksidan ekstrak etanol 65% daun murbei telah
dilakukan menggunakan metode DPPH. Penelitian ini dilakukan berdasarkan
permasalahan belum diketahuinya konsentrasi optimum antioksidan ekstrak etanol
65% daun murbei menggunakan metode Thibarbituric acid (TBA). Metode DPPH
dan TBA memiliki prinsip yang berbeda. Prinsip metode DPPH berdasarkan
kemampuan suatu antioksidan dalam menangkap radikal bebas (DPPH) (Aqil et al.
2006), sedangkan metode TBA menguji kemampuan antioksidan dalam
menghambat proses oksidasi senyawa stabil seperti asam lemak atau lipid
(peroksidasi lipid) (Kikuzaki dan Nakatani 1993). Kemampuan dalam menghambat
peroksidasi lipid penting ditentukan karena tingginya kadar lipid peroksida dalam
tubuh dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular (Yagi 1994).
Penelitian ini bertujuan menentukan konsentrasi optimum antioksidan ekstrak
etanol daun murbei dengan mengukur konsentrasi malondialdehida menggunakan
metode TBA, serta membandingkan aktivitas antioksidannya dengan α-tokoferol.
Penentuan konsentrasi optimum penting dilakukan karena antioksidan yang baik
memiliki aktivitas yang tinggi pada konsentrasi rendah. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat mendukung informasi ilmiah mengenai potensi antioksidan daun
murbei, sehingga dapat dijadikan dasar pengembangan daun murbei sebagai produk
fitofarmaka.
2
METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah oven, blender, Erlenmeyer, shaker, shimadzu
type GC-MS-QP2010, mortar, penangas, pipet Mohr, botol gelap berulir, labu
takar, termometer, spektrofotometer Genesys 10 UV (190-1100 nm), sentrifus
Hettich Universal (0-6000 rpm) dan tabung sentrifus.
Bahan yang digunakan adalah daun murbei yang diperoleh dari Unit
Konservasi Budidaya Biofarmaka (UKBB), etanol absolut, kloroform, amoniak,
H2SO4, pereaksi Dragendorf, pereaksi Meyer, pereaksi Wagner, FeCl3, eter, NaOH
10%, asam linoleat, bufer fosfat 0.1 M pH 7, α-tokoferol (vitamin E), 1,1,3,3tetrametoksipropana (TMP) 6 M, trichloroacetic acid (TCA), thiobarbituric acid
(TBA) dan asam asetat glasial.
Prosedur Penelitian
Preparasi Simplisia Daun Murbei (Jeszka et al. 2014a)
Daun murbei segar yang diperoleh dari UKBB. Daun yang diambil adalah
daun muda pada posisi 1 sampai 8. Daun dipisahkan dari kotoran dan dicuci
kemudian dikeringkan selama 1 jam di bawah sinar matahari. Pengeringan
dilanjutkan menggunakan oven selama 6 jam pada suhu 60 °C. Daun yang sudah
kering diblender agar menjadi serbuk halus berukuran 35 mesh.
Analisis Kadar Air (WHO 1998)
Analisis kadar air dilakukan dengan mengeringkan cawan porselen
menggunakan oven pada suhu 105 ºC selama 30 menit dan diletakkan dalam
desikator selama 15 menit kemudian ditimbang. Sebanyak 2 g simplisia daun
murbei dimasukkan ke dalam cawan untuk di oven pada suhu 105 ºC selama 3 jam
dan didiamkan dalam desikator selama 15 menit, lalu ditimbang. Kadar air dihitung
dengan menggunakan rumus :
Kadar air = Bobot sampel awal (g)− bobot sampel akhir (g) × 100%
Bobot sampel awal (g)
Ekstraksi Daun Murbei (Modifikasi metode Jeszka et al. 2014a)
Pelarut ekstraksi yang optimal ditentukan berdasarkan percobaan (Jeszka et
al. 2014a), yaitu digunakan etanol 65% dengan perbandingan 1:10, diulang
sebanyak 3 kali ulangan. Maserasi dilakukan selama 24 jam (6 jam pertama dikocok
dengan shaker). Hasil ekstraksi dievaporasi menggunakan rotary evaporator.
Analisis Fitokimia Ekstrak Daun Murbei (Harborne 1987)
Uji alkaloid menggunakan 0.3 mL ekstrak yang ditambag 1.5 mL kloroform
dan 3 tetes amonia sehingga terpisah menjadi dua fraksi yang salah satu fraksinya
adalah kloroform. Fraksi kloroform yang terpisah dicampurkan dengan 2 tetes asam
sulfat untuk diuji oleh tiga pereaksi yaitu reagen Dregendorf, Meyer dan Wagner.
Uji tanin diawali dengan mengencerkan ekstrak dengan perbandingan 1:5
yang kemudian dididihkan selama 5 menit. Pengujian cukup dengan 3 tetes dari
3
sampel oleh 3 tetes FeCl3 1% yang akan menghasilkan warna biru tua atau hijau
kehitaman jika positif tanin.
Uji flavonoid juga memerlukan pengenceran dengan akuades dengan
perbandingan 1:2. Hasil pengenceran digunakan sebanyak 0.3 mL dicampurkan
dengan 1.5 mL metanol yang kemudian dipanaskan pada suhu 50 °C selama 5 menit.
5 tetes dari hasil pemanasan tersebut dipindahkan ke plat tetes untuk diuji dengan
5 tetes asam sulfat pekat. Warna merah akan terbentuk jika terdapat flavonoid.
Uji saponin cukup dilakukan dengan memanaskan sampel yang telah
diencerkan dengan perbandingan 1:10 selama 5 menit. Perlakuan dilanjutkan
dengan pengocokan selama 10 menit jika terbentuk buih yang stabil maka ekstrak
positif mengandung saponin.
Uji steroid dan triterpenoid menggunakan 2 mL ekstrak yang dilarutkan
dalam etanol 30% dan dipanaskan kemudian filtrat yang dihasilkan dibiarkan
menguap sehingga menyisakan bagian yang diberi penambahan 1 mL eter. Fraksi
eter sebanyak 5 tetes diuji dengan 3 tetes asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat
pekat. Warna merah atau ungu menunjukkan keberadaan senyawa triterpenoid
sedangkan steroid ditandai dengan warna hijau.
Penentuan Waktu Inkubasi Asam Linoleat (Esterbauer et al. 1989 dalam
Taher 2003)
Sebanyak 2 mL buffer fosfat 0.1 M pH 7, 2 mL asam linoleat 50 mM dalam
etanol 99.8%, 1 mL air bebas ion dicampurkan dan ditempatkan pada botol gelap
berulir. Campuran tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 40 °C dan diukur
serapannya setiap hari hingga tercapai serapan maksimum dan memberikan
pengukuran yang cenderung menurun. Waktu yang Pengukuran intensitas serapan
dilakukan dengan cara menambahkan sebanyak 50 µL campuran asam linoleat yang
telah diinkubasi ke dalam 6 mL etanol 75%. Selanjutnya campuran tersebut dibaca
serapannya pada panjang gelombang 234 nm dengan larutan etanol 75% sebagai
blanko.
Analisis Potensi Antioksidan dengan Metode TBA (Kikuzaki dan Nakatani
1993)
Ekstrak etanol daun murbei dibuat dengan konsentrasi 125, 200, 500, dan
1000 ppm. Kontrol positif menggunakan larutan α-tokoferol 200 ppm yang
dilarutkan dalam etanol. Kontrol negatif menggunakan akuades. Ekstrak etanol
daun murbei, kontrol positif dan negatif masing-masing diambil sebanyak 1 mL,
ditambah dengan 2 mL bufer fosfat 0.1 M pH 7.0 dan 2 mL asam linoleat 50 mM
dalam etanol 99.8%. Semua larutan dimasukkan ke dalam botol gelap berulir dan
diinkubasi pada suhu 40 °C selama waktu inkubasi optimum yang telah ditentukan
sebelumnya menggunakan metode diena terkonjugasi. Pengukuran MDA dilakukan
dua hari setelah inkubasi dengan menggunakan metode TBA, yaitu dengan
mengambil 1 mL dari setiap larutan kemudian ditambahkan 2 mL larutan TCA 20%
dan 2 mL larutan TBA 1% dalam asam asetat glasial 50%. Akuades digunakan
sebagai blanko dengan perlakuan yang sama. Campuran diletakkan dalam penangas
air 100 °C selama 10 menit. Sentrifugasi dilakukan setelah campuran dingin dengan
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit dan diukur panjang gelombangnya pada 532
nm. Pembuatan kurva standar dilakukan dengan menggunakan larutan TMP dengan
konsentrasi 1.5, 3, 6, 9, 12, 15, dan 18 µM, setiap konsentrasi dipipet 1 mL dan
4
ditambahkan 2 mL larutan TCA 20% dan 2 mL larutan TBA 1% dalam asam asetat
glasial 50%. Campuran reaksi diletakkan dalam penangas air 100 °C selama 10
menit. Campuran disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit dan
diukur serapannya pada panjang gelombang 532 nm. Blanko yang digunakan
adalah akuades dengan perlakuan yang sama (Yagi 1994). Persentase inhibisi
ekstrak dapat dihitung dengan rumus :
Persen (%) inhibisi = [MDA] kontrol negatif −[MDA] ekstrak × 100%
[MDA] kontrol negatif
Analisis dan Identifikasi Senyawa Bioaktif dengan GC-MS
Ekstrak etanol 65% murbei dianalisis dan diidentifikasi kandungan
senyawanya dengan menggunakan alat Shimadzu Type Gas ChromatographyMass Spectroscopy (GC-MS) QP2010. Kondisi GC-MS menggunakan kolom
kapiler Rtx-5MS (60 m : 0.25 mmID mengandung 5% difenil 95%
dimetilpolisilosan), suhu kolom adalah 50 °C. Gas pembawa yang digunakan
adalah helium (He). Aliran kolom sebesar 0.85 mL/menit. Suhu sumber ion sebesar
200 °C dan inlet Press adalah 101.0 kPa.
Analisis Data Statistika
Pengukuran aktivitas antioksidan sampel dilakukan dengan rancangan
percobaan acak lengkap (RAL). Kelompok pertama adalah kontrol negatif
(akuades) dengan 3 kali ulangan. Kelompok kedua adalah kontrol positif αtokoferol dengan konsentrasi 200 ppm dan 3 kali ulangan. Kelompok ketiga adalah
ekstrak etanol daun murbei dengan konsentrasi 125, 200, 500 dan 1000 ppm dan
setiap konsentrasi diulang sebanyak 3 kali.
HASIL
Kadar Air dan Rendemen Ekstrak
Simplisia berupa serbuk daun murbei berukuran 35 mesh. Tabel 1
menunjukkan hasil pengukuran kadar air dan rendemen dari simplisia daun murbei.
Rata-rata kadar air kurang dari 10%. Ekstraksi simplisia daun murbei menggunakan
metode maserasi menggunakan etanol 65%. Hasil ekstraksi berupa pasta berwarna
hijau dengan bau menyerupai bau daun murbei segar. Rendemen yang didapatkan
sebesar 24.52% dengan standar deviasi 0.095.
Tabel 1 Kadar air simplisia dan rendemen ekstrak daun murbei
Pengujian
Rata-Rata Kadar
Air (%)
Rendeman Ekstrak
(%)
Hasil
7.26 ± 0.765
24.52 ± 0.095
5
Senyawa Fitokimia Ekstrak Daun Murbei
Analisis fitokimia dilakukan terhadap ekstrak daun murbei meliputi berbagai
uji keberadaan metabolit sekunder seperti alkaloid, tanin, flavonoid, saponin,
steroid, dan triterpenoid. Hasil yang tercantum pada Tabel 2 menyatakan bahwa
ekstrak etanol daun murbei mengandung flavonoid, tannin, dan steroid.
Tabel 2 Hasil uji fitokimia ekstrak daun murbei
Uji
Alkaloid
Flavonoid
Tannin
Saponin
Steroid
Triterpenoid
Keterangan :
Hasil pengamatan
+
+
+
+
-
: mengandung senyawa metabolit sekunder
: tidak mengandung senyawa metabolit sekunder
Penentuan Waktu Inkubasi Asam Linoleat
Nilai absorbansi asam linoleat pada panjang gelombang 234 nm dengan
metode diena terkonjugasi ditunjukkan oleh Gambar 1. Nilai absorbansi meningkat
dari hari ke-0 sampai hari ke-4. Penurunan nilai absorbansi terjadi pada hari ke-5,
namun meningkat di hari ke-6 sebelum menurun kembali di hari ke-7. Waktu
inkubasi optimum ditentukan ketika absorbansi mencapai maksimum yaitu dihari
ke-4. Pengukuran antioksidan dilakukan dua hari setelah tercapainya absorbansi
maksimum yaitu pada hari ke-6. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa seluruh diena
terkonjugasi telah mengalami dekomposisi membentuk produk akhir peroksidasi
lipid yaitu MDA.
Absorbansi
(λ=234 nm)
0,08
0,06
0,04
0,02
0
0
1
2
3
4
5
Waktu inkubasi (hari)
6
7
Gambar 1 Absorbansi asam linoleat pada λ= 234 nm
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Murbei
Pengukuran aktivitas antioksidan pada berbagai konsentrasi ekstrak
dilakukan dengan menggunakan metode TBA. Hasil pengukuran konsentrasi MDA
seperti terlihat pada Gambar 2 menunjukkan bahwa kontrol positif memiliki
6
MDA (µM)
konsentrasi MDA terendah. Ekstrak etanol daun murbei pada konsentrasi 125, 200,
500, dan 1000 ppm memiliki nilai MDA yang lebih rendah dari kontrol negatif.
Konsentrasi MDA berbanding terbalik dengan nilai inhibisi seperti terlihat pada
Gambar 3. Nilai inhibisi menunjukkan % penghambatan pembentukan radikal
bebas. Konsentrasi MDA yang semakin kecil menunjukkan kemampuan ekstrak
yang lebih baik dalam menghambat peroksidasi lipid.
Kontrol positif memiliki nilai inhibisi terbesar mencapai 62.06% dan
konsentrasi 1000 ppm memiliki inhibisi terkecil dengan nilai 36.00%. Hal ini
berarti penghambatan terbaik berada pada α-tokoferol 200 ppm. Ekstrak etanol
daun murbei pada keempat konsentrasi, memiliki penghambatan yang lebih rendah
dari α-tokoferol. Ekstrak etanol daun murbei 200 ppm memiliki % inhibisi tertinggi
dibandingkan konsentrasi ekstrak etanol lainnya, yaitu sebesar 45.33%.
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
8,11 ± 0,36 c
5,19 ± 0,03 b
4,77 ± 1,45 b
4,53 ± 0,41 b
4,43 ± 0,77 b
3,08 ± 0,16 a
Kontrol
Alfa
negatif tokoferol
(Akuades) 200 ppm
125
200
500
1000
Konsentrasi (ppm)
% Inhibisi
Gambar 2 Konsentrasi Malondialdehida (MDA). Huruf kecil yang berbeda
menunjujukkan bahwa secara statistika % inhibisi berbeda nyata
pada α=0.05 dan huruf kecil yang sama menunjukkan % inhibisi
tidak berbeda nyata pada α=0.05 dengan uji Duncan
70
60
50
40
30
20
10
0
62,06 a
41,21 b
Alfa
tokoferol 200
ppm
125
45,33 b
44,19 b
36 b
200
500
1000
Konsentrasi (ppm)
Gambar 3 Persen Inhibisi Ekstrak Etanol Daun Murbei. Huruf kecil yang
berbeda menunjukan bahwa secara statistika % inhibisi berbeda
nyata pada α = 0.05 dan huruf kecil yang sama menunjukkan %
inhibisi tidak berbeda nyata pada α=0.05 dengan uji Duncan
7
Identifikasi Senyawa Biokatif dengan GC-MS
Hasil GC-MS menunjukkan bahwa ekstrak etanol 65% daun murbei memiliki
15 senyawa yang terlihat di Tabel 3. Empat senyawa dengan kelimpahan tertinggi
adalah eugenol, metil linoleat, asam palmitat dan asam stearat.
Tabel 3 Komposisi senyawa ekstrak etanol daun murbei
1
2
3
4
5
6
7
8
Waktu retensi
(menit)
2.015
13.850
13.934
14.457
14.544
15.561
17.524
18.400
9
18.550
2.28
10
19.251
6.94
11
12
13
14
19.348
19.567
19.650
20.985
4.84
13.08
8.87
2.68
15
22.074
2.68
Puncak
Kelimpahan (%)
2.94
2.20
34.32
1.32
4.21
1.15
2.75
9.74
Kemungkinan
senyawa
ethanol
eugenol
eugenol
trans-caryophyllen
trans-caryophyllen
asam laurat
phytol
asam palmitat
asam nonadecanoat,
etil ester
metil 11oktadecenoat
phytol
metil linoleat
asam stearat
asam hexanedioic
asam 1,2
benzenidicarboxylic
PEMBAHASAN
Kadar Air dan Rendemen Ekstrak
Daun murbei adalah tanaman herbal yang memiliki berbagai manfaat seperti
pakan ulat sutera, antidiabetes dan antioksidan. Saat ini telah banyak diproduksi teh
gabungan antara daun murbei dengan daun teh (Camellia cinensis) sebagai
minuman kesehatan (Dainy 2009). Banyaknya manfaat daun murbei ini membuka
peluang untuk memproduksi daun murbei dalam berbagai sediaan. Kandungan zat
aktif daun murbei telah diuji secara fitokimia, yaitu terdiri atas tanin, alkaloid, dan
steroid. Penanganan yang buruk terhadap daun murbei akan menurunkan kualitas
simplisia sehingga dapat menurunkan pula kandungan senyawa aktif yang
terkandung dalam daun murbei. Salah satu parameter yang digunakan dalam
penentuan kualitas simplisia adalah kadar air.
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu bahan dan
dinyatakan dalam persen (%). Kadar air penting untuk ditentukan karena
keberadaan air memudahkan pertumbuhan bakteri, kapang dan khamir sehingga
dapat mempengaruhi umur simpan simplisia. Kadar air simplisia diperkecil dengan
cara pengeringan. Pengeringan membuat simplisia tidak mudah rusak dan dapat
disimpan dalam waktu lama karena terhentinya reaksi kimia dalam simplisia.
8
Pengukuran kadar air juga dapat digunakan sebagai faktor koreksi dalam
pengukuran rendemen (Ananingsih 2007).
Daun murbei yang telah dikeringkan menggunakan oven selama 6 jam pada
suhu 60 °C berbentuk kering. Ciri keberhasilan pengeringan pada simplisia daun
antara lain bergemerisik, menjadi serpihan bila diremas, tidak berjamur, memiliki
bau dan rasa khas menyerupai bahan segarnya (SEAFAST 2012). Pengukuran
kadar air terhadap simplisia daun murbei dilakukan sebanyak 3 kali dan
menghasilkan rata-rata kadar air sebesar 7.26%. Metode pengeringan yang berbeda
dapat menghasilkan kadar air yang berbeda-beda, namun secara umum kurang dari
10%. Kadar air ekstrak yang kurang dari 10% dapat menghindarkan simplisia dari
pertumbuhan jamur (Arifin et al. 2006). Suhu 60 °C juga digunakan oleh penelitian
(Syahrir et al. 2009) yang menggunakan suhu 60 °C selama 24 jam sehingga
menghasilkan kadar air kurang dari 10%. Pengeringan selama 5 jam pada suhu
45 °C dan dibantu pengeringan dengan sinar matahari juga menghasilkan kadar air
hingga 7% (Amma 2009).
Ekstraksi adalah proses pemisahan campuran beberapa zat menjadi
komponen terpisah. Ekstraksi daun murbei dilakukan dengan menggunakan metode
maserasi, yaitu dengan cara merendam simplisia dalam pelarut sehingga bahan aktif
yang terkandung dalam simplisia dapat terlarut. Pemilihan metode maserasi
berdasarkan pada beberapa alasan antara lain maserasi merupakan metode
sederhana yang tidak membutuhkan peralatan khusus sehingga dapat dilakukan di
semua laboratorium. Hal ini membuat maserasi menjadi metode yang tidak
membutuhkan biaya besar. Maserasi tergolong proses ekstraksi dingin, yaitu
ekstraksi yang tidak menggunakan pemanasan. Hal ini membuat proses maserasi
dapat mempertahankan senyawa-senyawa aktif yang tidak tahan terhadap
pemanasan.
Penelitian Amma (2009) juga menggunakan proses maserasi dengan
pengadukan selama 5 jam dan didiamkan selama 24 jam pada suhu ruang dengan
pelarut air dan heksana. Rendemen yang dihasilkan sebesar 16.25%. Nilai ini lebih
rendah dibandingkan ekstraksi menggunakan pelarut etanol 65% yang memiliki
rata-rata 24.52%. Penggunaan pelarut yang berbeda membuat nilai rendemen yang
didapatkan berbeda meskipun berasal dari bahan yang sama. Hal ini disebabkan
metabolit sekunder yang terekstrak bergantung dengan jenis pelarut yang
digunakan.
Kondisi maserasi menggunakan pelarut etanol 65% dan diulang sebanyak 3
kali. Hal ini berdasarkan kondisi optimal untuk ekstraksi daun murbei menurut
Jeszka et al. (2014a). Beberapa pelarut telah digunakan dalam berbagai penelitian
untuk mengekstraksi senyawa bioaktif dalam daun murbei seperti air, aseton, dan
metanol. Pelarut berperan dalam mengekstraksi metabolit sekunder yang
terkandung dalam simplisia berdasarkan prinsip like dissoleve like. Metabolit
sekunder yang bersifat polar akan terekstrak oleh pelarut polar, sebaliknya senyawa
nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar. Pelarut organik seperti aseton dan
etanol dapat meningkatkan ekstraksi senyawa bioaktif yang didapatkan sebanyak
dua kali lipat (Jeszka et al. 2009). Penelitian Jeszka et al. (2014b) menunjukkan
bahwa total flavonoid dan asam fenolik daun murbei lebih tinggi pada ekstrak
etanol 65% dibandingkan aseton 65%. Kandungan flavonoid yang tinggi dapat
meningkatkan aktivitas antioksidan (Du et al. 2009).
9
Senyawa Fitokimia Ekstrak Daun Murbei
Analisis fitokimia terhadap ekstrak daun murbei menunjukkan hasil seperti
terlihat pada Tabel 1 yaitu positif terhadap flavonoid, tanin, dan steroid.
Keberadaan tanin ditandai dengan timbulnya warna biru tua atau hitam kehijauan.
Flavonoid ditandai dengan adanya warna merah, kuning, dan jingga pada lapisan
amil alkohol, sedangkan steroid ditandai dengan warna hijau. Metabolit sekunder
yang di sekresikan oleh tumbuhan seperti flavonoid, tanin dan steroid memiliki
peran yang beragam. Senyawa bioaktif yang terkandung sebagian besar berperan
sebagai antioksidan (Yang et al. 2010). Total antioksidan yang terkandung dalam
buah dan sayur hampir 80% berasal dari flavonoid. Golongan flavonoid seperti
kuersetin telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan penghambatan oksidasi lowdensity lipoprotein (LDL) secara in vitro (Sibuea 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Agustina et al. (2014) terhadap daun murbei
yang diekstrak menggunakan etanol memperlihatkan adanya kandungan kuersetin
dan antosianin yang termasuk jenis flavonoid glikosida, serta beta karoten. Beta
karoten memiliki kemampuan penting sebagai antioksidan. Kelompok senyawa
yang bertanggung jawab dalam aktivitas antioksidan daun murbei diduga berasal
dari golongan flavonoid.
Analisis fitokimia terhadap buah murbei menunjukkan adanya kandungan
alkaloid (Asano et al. 2001), karoten, dan flavonoid (Hassimotto et al. 2007), serta
vitamin, asam linoleat, asam palmitat, asam oleat, gula, dan mineral (Ercisli dan
Orhan 2007). Bagian buah murbei (Morus alba L) memiliki 13 jenis flavonol
glikosida dan kapasitas penangkapan radikal bebas mencapai 86.79% yang diuji
menggunakan metode DPPH (Natic et al. 2015). Penelitian terhadap bagian murbei
lain yaitu ranting dan kulit akar yang diekstrak dengan etanol memperlihatkan
adanya aktivitas antioksidan dan antitirosin yang lebih tinggi pada bagian ranting
dibandingkan akar (Chang et al. 2011).
Pengujian kandungan fitokimia pada tanaman yang sama dapat memberikan
hasil yang berbeda. Pengujian terhadap bagian yang berbeda dalam tanaman yang
sama juga memungkinkan terjadinya perbedaan. Hal ini karena kandungan
fitokimia dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti lingkungan tempat tumbuh
termasuk perbedaan varietas dan kondisi geografis tempat tumbuh (Kardono 2003).
Metode yang digunakan dalam ekstraksi, reagen-reagen, dan kesensitifan alat juga
menjadi penentu metabolit sekunder yang dihasilkan. Penggunaan pelarut yang
berbeda dalam proses ekstraksi juga menentukan jenis metabolit sekunder yang
terekstrak. Pelarut etanol memiliki dua gugus dengan sifat yang berbeda, gugus
alkil bersifat nonpolar, dan gugus hidroksil yang bersifat polar (Salim 2006).
Perbedaan ini membuat etanol dapat mengekstrak metabolit sekunder yang
memiliki kepolaran yang beragam.
Penentuan Waktu Inkubasi Asam Linoleat
Penentuan waktu inkubasi optimal asam linoleat dilakukan sebelum analisis
potensi antioksidan, menggunakan metode diena terkonjugasi. Metode ini
berdasarkan pada tahapan peroksidasi lipid yang terdiri atas tahap inisiasi,
propagasi, dan terminasi. Tahap inisiasi memisahkan sebuah atom hidrogen dari
10
grup metilena (-CH2-) Polyunsatureted fatty acid (PUFA) oleh radikal bebas yang
akan menghasilkan suatu radikal karbon. Radikal ini akan distabilkan melalui
pengaturan ulang ikatan rangkap sehingga membentuk diena terkonjugasi. Tahap
ini dimanfaatkan untuk mengetahui waktu oksidasi optimal asam linoleat, yaitu saat
terbentuknya diena terkonjugasi (Cornwell dan Morisaki 1984). Pengukuran
dilakukan menggunakan spektrofotometer Uv pada panjang gelombang 234 nm
karena kemampuan diena terkonjugasi menyerap pada panjang gelombang tersebut.
Nilai absorbansi terus meningkat (Gambar 1), karena pada tahap kedua
peroksidasi lipid yaitu propagasi yang menghasilkan radikal karbon lain dan reaksi
berlangsung terus menerus (Ekawati 2007). Peningkatan nilai absorbansi dari hari
ke-0 hingga hari ke-4 menunjukkan bahwa pembentukan diena terkonjugasi telah
mencapai nilai maksimal. Penurunanan nilai absorbansi terjadi pada hari ke-5
namun meningkat dihari ke-6 sebelum menurun kembali dihari ke-7. Hal ini
menunjukkan menurunnya jumlah diena terkonjugasi dan mulai terdekomposisi
membentuk produk akhir peroksidasi lipid yaitu malondialdehida (MDA).
Peningkatan kembali absorbansi di hari ke-6 dapat disebabkan adanya pengaruh
suhu dan oksigen yang kurang stabil dalam campuran asam linoleat selama inkubasi.
Nilai absorbansi hari ke-6 masih lebih rendah dibandingkan absorbansi di hari ke4 sehingga waktu inkubasi optimum ditetapkan selama empat hari. Analisis potensi
antioksidan dapat dilakukan dua atau tiga hari setelah tercapainya pembentukkan
diena terkonjugasi maksimum yaitu pada hari ke-6. Hal ini berdasarkan asumsi
bahwa setelah dua hari dari masa inkubasi optimum, semua diena terkonjugasi
mulai terdekomposisi menjadi MDA (Kikuzaki dan Nakatani 1993).
Proses pembentukkan diena terkonjugasi hingga mencapai jumlah maksimum
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti panas, cahaya, pH, oksigen, ion logam dan
radikal lipid (Amelia 2006). Faktor-faktor tersebut membuat timbulnya perbedaan
waktu tercapainya diena terkonjugasi yang maksimum, sehingga masa inkubasi
asam linoleat menjadi berbeda-beda. Penentuan waktu inkubasi asam linoleat
dengan metode diena terkonjugasi yang dilakukan oleh Ekawati (2007)
menunjukkan bahwa absorbansi optimum tercapai pada hari ke-3, sehingga
pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dua hari setelahnya yaitu pada hari ke5. Hasil berbeda berbeda ditunjukkan oleh Falakh (2008) yaitu menghasilkan
inkubasi optimum asam linoleat terjadi pada hari ke-6 sehingga pengukuran
aktivitas antioksidan dilakukan pada hari ke-8.
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Murbei
Pengujian aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan mengukur
kemampuan dalam menangkap radikal bebas atau radical scavenger seperti metode
DPPH (Aqil et al. 2006), atau melalui aktivitas penghambatan oksidasi senyawa
stabil seperti asam lemak dan lipid dengan metode TBA (Kikuzaki dan Nakatani
1993). Metode TBA dapat menunjukkan kemampuan antioksidan dalam
melindungi lipid dari oksidasi (peroksidasi lipid) yang biasa terjadi dalam tubuh
terutama di membran sel. Pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan TBA
berdasarkan pada pengukuran konsentrasi malondialdehida (MDA). MDA sebagai
hasil proses peroksidasi lipid bereaksi dengan TBA membentuk kompleks MDATBA berwarna merah muda yang diukur menggunakan spektrofotometer Uv-Vis
11
pada panjang gelombang 532 nm. Alasan penggunaan metode TBA untuk menguji
aktivitas antioksidan karena TBA bersifat sensitif terhadap peroksida lipid. Metode
TBA merupakan metode yang sering digunakan dalam mengukur peroksidasi lipid
pada membran sel. Reaksi yang terjadi antara MDA dengan TBA juga
menghasilkan produk yang sama dengan reaksi lipid peroksida dan TBA (Yagi
1994).
Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan pada hari ke-6, yaitu dua hari
setelah inkubasi optimum pada hari ke-4. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa diena
terkonjugasi yang terbentuk optimum pada hari ke-4 mulai terdekomposisi menjadi
MDA (Kikuzaki dan Nakatani 1993). Kurva standar menggunakan 1,1,3,3tetrametoksipropana (TMP). Hasil pengukuran kurva standar menghasilkan regrasi
linier yang digunakan dalam pengukuran konsentrasi MDA. Inkubasi asam linoleat
yang ditambah akuades sebagai kontrol negatif menghasilkan rata-rata selisih MDA
8.11 µM (Gambar 2). Nilai MDA yang dihasilkan pada kontrol negatif merupakan
yang tertinggi. Hal ini disebabkan ketiadaan senyawa antioksidan yang berperan
dalam menghambat pembentukan MDA. Ketiadaan senyawa antioksidan baik
ekstrak etanol daun murbei maupun α-tokoferol membuat oksidasi terjadi terus
menerus terhadap asam linoleat hingga terbentuk jumlah MDA yang tinggi.
Proses oksidasi asam linoleat akan dihambat oleh α-tokoferol sebagai kontrol
positif dan senyawa antioksidan yang diperkirakan terkandung dalam ekstrak etanol
daun murbei. Αlfa tokoferol atau vitamin E dengan konsentrasi 200 ppm digunakan
sebagai kontrol positif menghasilkan konsentrasi MDA yang lebih kecil yaitu 3.08
µM dengan inhibisi sebesar 62.06%. Penggunaan α-tokoferol 200 ppm berdasarkan
pada batas konsentrasi maksimum yang dapat digunakan dalam pembuatan
makanan (Hernani dan Rahardjo 2005). Αlfa tokoferol banyak digunakan dalam
berbagai penelitian sebagai pembanding kinerja antioksidan. Hal ini karena peran
α-tokoferol telah terbukti sebagai pelindung senyawa lain dan sifatnya yang mudah
teroksidasi. Salah satu peran α-tokoferol dalam tubuh antara lain sebagai
antioksidan pada membran lipid dengan mencegah terjadinya oksidasi Poly
unsaturated fatty acid (PUFA).
Penggunaan α-tokoferol sebagai antioksidan dapat menghasilkan inhibisi
yang berbeda-beda. Perbedaan ini dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain
kemurnian dan kualitas α-tokoferol serta metode yang digunakan. Terdapat
beberapa metode yang digunakan untuk menentukan waktu inkubasi seperti metode
diena terkonjugasi dan tiosianat, keduanya dapat menghasilkan waktu inkubasi
yang berbeda. Perbedaan waktu inkubasi ini mengakibatkan perbedaan oksidasi
asam linoleat sehingga antioksidan yang digunakan juga menghasilkan reaksi dan
inhibisi yang berbeda.
Penambahan ekstrak etanol daun murbei dengan konsentrasi 125, 200, 500
dan 1000 ppm menghasilkan konsentrasi MDA dan inhibisi yang beragam.
Konsentrasi MDA terendah berada pada ekstrak 200 ppm dengan inhibisi tertinggi
mencapai 45.33%. Konsentrasi MDA tertinggi dengan inhibisi terendah justru
berada pada ekstrak 1000 ppm. Hal ini dapat disebabkan konsentrasi yang terlalu
besar sehingga ekstrak yang seharusnya berperan sebagai antioksidan berubah
menjadi prooksidan (Gordon 1990). Konsentrasi MDA ekstrak etanol daun murbei
secara keseluruhan lebih tinggi dibandingkan α-tokoferol. Ekstrak etanol 200 ppm
memiliki inhibisi yang lebih rendah dibandingkan α-tokoferol pada konsentrasi
yang sama, sehingga ekstrak etanol daun murbei tidak lebih baik dari α-tokoferol
12
dalam menghambat oksidasi lipid. Hal ini karena α-tokoferol digunakan dalam
bentuk senyawa murni, sedangkan daun murbei berupa ekstrak kasar , selain itu
banyak faktor seperti suhu dan oksigen dalam pembentukan MDA yang harus
dikendalikan dengan baik (Fitri et al. 2014).
Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun murbei dianalis menggunakan uji
statistika RAL. Hasil uji statistika menunjukkan tidak ada perbedaan daya hambat
yang nyata antar konsentrasi ekstrak etanol daun murbei pada (α= 0.05) tetapi,
kontrol positif dan ekstrak etanol daun murbei pada keempat konsentrasi ekstrak
menunjukkan adanya perbedaan pada (α= 0.05). Kontrol negatif menunjukkan
perbedaan yang nyata pada (α= 0.05) dengan α-tokoferol dan ekstrak etanol daun
murbei.
Identifikasi Senyawa Bioaktif dengan GC-MS
Potensi antioksidan yang dihasilkan oleh daun murbei berkaitan dengan
kandungan fitokimia yang dimilikinya. Kandungan fitokimia yang diuji secara
kualitatif menunjukkan keberadaan senyawa flavonoid, tanin dan steroid.
Identifikasi menggunakan GC-MS dilakukan untuk mengetahui senyawa-senyawa
yang terkandung dalam ekstrak etanol 65% daun murbei, terutama yang berperan
sebagai antioksidan. GC-MS bekerja dengan menggabungkan prinsip kerja Gas
Chromatography (GC) dan Mass Spectroscopy (MS). Kromatografi gas berperan
dalam memisahkan senyawa-senyawa yang terdapat dalam campuran ekstrak
etanol daun murbei. Spektrofotometer akan mendeteksi jenis senyawa yang telah
berhasil dipisahkan. Senyawa yang teridentifikasi dalam ekstrak etanol daun
murbei tercantum dalam Tabel 3 menunjukkan terdapat 15 jenis senyawa dengan
waktu retensi dan kelimpahan berbeda.
Kandungan asam lemak dalam ekstrak etanol daun murbei antara lain asam
palmitat, etil ester, metil ester, asam stearat dan asam heksadekanoat, berperan
dalam menghambat pertumbuhan mikroba (Asghar 2011). Senyawa lain yang
terkandung dalam ekstrak murbei adalah trans-caryopphyllene. Senyawa ini
termasuk dalam golongan sesquiterpen, yaitu senyawa triterpenoid yang dibangun
oleh 3 isoprena. Senyawa trans caryophyllene dan beberapa asam lemak yang
terkandung dalam ektrak etanol daun murbei memiliki peran sebagai antifungi
(Warsinah 2011).
Senyawa dengan kelimpahan tertinggi mencapai 34.32 % adalah eugenol.
Eugenol merupakan komponen utama dari minyak cengkeh (Syxygium
aromaticum). Kandungan eugenol dalam minyak cengkeh mencapai 70- 96%
(Towaha 2012). Kim et al. (2000) menyebutkan bahwa eugenol juga terdapat dalam
daun murbei (Morus alba) bersama senyawa lain seperti rutin, morasetin, kuersetin,
benzaldehida, dan skopoletin. Struktur eugenol terdiri atas beberapa gugus
fungsional seperti alil, metoksi dan fenol. Gugus fenol dapat berperan sebagai
antioksidan karena kemampuannya menyumbangkan atom hidrogen untuk
menstabilkan radikal bebas (Aini et al. 2007).
Penghambatan pembentukan MDA oleh ekstrak etanol 65% pada berbagai
konsentrasi diduga karena keberadaan senyawa eugenol sebagai antioksidan.
Pengujian antioksidan dengan metode β- karoten juga menunjukkan bahwa eugenol
memiliki sifat antioksidan karena dapat menghambat pembentukan peroksida dari
13
asam oleat. Eugenol memiliki beberapa derivat seperti isoeugenol dan vanili.
Aktivitas antioksidan isoeugenol lebih tinggi dibandingkan eugenol, sedangkan
vanili memiliki aktivitas yang lebih rendah dari eugenol (Aini et al. 2007). Manfaat
lain dari eugenol meliputi antimikroba, antioksidan analgesik, antifungal dan lainlain. Penggunaan eugenol sebagai obat kumur dapat menghambat pertumbuhan
bakteri streptococcus mutans dan streptococcus viridians yang menjadi penyebab
utama plak gigi (Nurdjannah 2004). Gabungan eugenol dan isolat katekin gambir
(Uncaria gambier) dari fase etil asetat memiliki aktivitas penghambatan terhadap
sel kanker serviks (Zakiah 2011).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Uji statistika (α= 0.05) menunjukkan bahwa konsentrasi MDA pada kontrol
negatif berbeda nyata dengan ekstrak etanol daun murbei. Uji statistika terhadap
kontrol positif dan ekstrak etanol daun murbei pada keempat konsentrasi berbeda
nyata. Keempat konsentrasi ekstrak etanol daun murbei tidak berbeda nyata pada
(α= 0.05). Konsentrasi optimum antioksidan ekstrak etanol daun murbei adalah 200
ppm. Αlfa tokoferol bekerja lebih baik dibandingkan ekstrak etanol daun murbei
pada konsentrasi yang sama. Kandungan fitokimia daun murbei meliputi flavonoid,
tannin, dan steroid. Identifikasi dengan GC-MS menunjukkan bahwa terdapat
senyawa dominan yaitu eugenol, metil linoleat, asam palmitat, asam stearat.
Saran
Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan menguji potensi antioksidan
senyawa murni dari ekstrak etanol 65% daun murbei, seperti eugenol. Senyawa
aktif lain yang dihasilkan ekstrak etanol 65% daun murbei memiliki potensi
antibakteri, sehingga penelitian berikutnya dapat dilakukan untuk mengetahui
aktivitas antibakteri ekstrak etanol 65% daun murbei.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina L, Mustabi J, Jamilah. 2014. Zat bioaktif dan daya hambat antibakteri
daun murbei [catatan penelitian]. Makassar (ID): Universitas Hassanudin.
Aini N, Purwono B, Tahir I. 2007. Structure-antioxidant activities relationship
analysis of isoeugenol, eugenol, vanilin and their derivates. Indo. J. Chem.
7(1):611-66.
Amelia G. 2006. Potensi rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) sebagai
antioksidan alami [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Amma NR. 2009. Efek hipoglikemik ekstrak daun murbei (Morus multicaulis)
terhadap kadar glukosa darah tikus DM [Disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
14
Ananingsih K. 2007. Food Processing and Engineering. Semarang
(ID):Teknologi Pengolahan Pangan, Unika Soegijapranata.
Aqil F, Ahmad I, Mehmood Z. 2006. Antioxidant and free radical scavenging
properties of twelve traditionally used Indian medicinal plants. Turk J Biol.
30:177-183.
Arifin H, Anggraini N, Handayani D, Rasyid R. 2006. Standarisasi ekstrak etanol
daun Eugenia cumini Merr. Jurnal Sains Teknologi Farmasi. 11(2).
Asano N, Yamashita T, Yasuda, K, Ikeda K, Kizu H, Kameda Y. 2001.
Polyhydroxylated alkaloids isolated from mulberry trees (Morus alba L.) and
silkworms (Bombyx mori L.). J Agric Food Chem. 49:4208–4213.
doi/abs/10.1021/jf010567e.
Asghar S, Rehman MI, Choudahry, Rahman. 2011. Gas chromatography-mass
spectrometry (GC-MS) analysis of petroleum ether extract (oil) and bioassays of crude extract of Iris germanica. I J Of Genetics and Molecular
Biology. 3(7): 95-100.
Chang LW, Juang LJ, Wang BS, Wang MY, Tai HM, Hung WJ, Chen YJ, Huang
MH. 2011. Antioxidant and antityrosinase activity of mulberry (Morus alba
L.) twigs and root bark. Food Chem Toxic. 49:785-790.
doi:10.1016/j.fct.2010.11.045.
Cornwell DG, Morisaki N. 1984. Free Radicals in Biology. Lousiana: Academic Pr.
Dainy NC. 2009. Teh camellia-murbei sebagai minuman kesehatan [Disertasi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Delouee SA, Urooj A. 2007. Antioxidant properties various solvent extract of
mulberry (Morus indica L.) leaves. Food Chemistry. 102:1233-1240.
doi:10.1016/j.foodchem.2006.07.013.
Du Q, Zheng J, Xu Y. 2008. Composition of anthocyanins in mulberry and their
antioxidant activity. Journal of Food Composition and Analysis. 21:390–395.
doi:10.1016/j.jfca.2008.02.007.
Ekawati RA. 2007. Potensi antioksidasi daun salam (Eugenia polyantha Wight.)
pada lingkungan agrobiofisik yang berbeda [Skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor.
Ercisli S, Orhan E. 2007. Chemical composition of white (Morus alba), red (Morus
rubra) and black (Morus nigra) mulberry fruits. Food Chemistry. 103:1380–
1384. doi:10.1016/j.foodchem.2006.10.054.
Falakh S. 2008. Aktivitas antioksidasi ekstrak jamur kuping hitam (Auricularia
polytricha) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fitri HA, Santoso B, Suhendi A. 2014. Aktivitas penangkapan radikal bebas ekstrak
etanol daun ubi ungu (Ipomoea batatas L.) dengan pengeringan oven
menggunakan metode DPPH, FTC, dan TBA [catatan penelitian]. Surakarta
(ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gordon MH. 1990. Food Antioxidant. New York (US): Elseviere Applied Science.
Harborne JP. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjamah;
Niksolihin S, editor. Bandung (ID):ITB. Terjemahan dari: Phytochemical
Methode.
Hassimotto NMA, Genovese MI, Lajolo FM. 2007. Identification and
characterisation of anthocyanins from wild mulberry (Morus nigra L.)
growing in Brazil. Food Science and Technology International.13:17–25.
15
Hernani, Rahardjo M. 2005. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Jeszka M. Kobus J, Flaczyk E. 2009. Evaluation of antioxidant activity of Morus
alba leaf extracts. Bromatologiai Chemia Toksykologiczna. XLII:2791–2796.
Jeszka M, Flaczyk E, Gorecka D, Kobus J, Kosmider A. 2014a. Optimization the
extraction process of phenolic compounds and antiradical activity of white
mulberry leaves by response surface methodology. Food Science Technology
Quality.91:15-29.
Jeszka M, Flaczyk E, Jeszka J, Krejpcio Z, Krol E, Buchowski MS. 2014b.
Mulberry leaf extract intake reduces hyperglycaemia in streptozotocin (STZ)induced diabetic rats fed high-fat diet. Journal of Functional Foods. 8(C):917. doi:10.1016/j.jff.2014.02.018.
Kardono LBS. 2003. Kajian kandungan kimia mahkota dewa (Phaleria
marcocarpa). Di dalam: Prosiding Pameran Produk Obat Tradisional dan
Seminar Sehari Mahkota Dewa; Jakarta, Indonesia. Jakarta (ID): Pusat
Penelitian dan Pengembangan Farmasi dan Obat Tradisional.
Katsube T, Imawaka N, Kawano Y, Yamazaki Y, Shiwaku K, Yamane Y. 2006.
Antioxidant flavonol glycosides in mulberry (Morus alba L.) leaves isolated
based on LDL antioxidant activity. Food Chemistry. 97:25-31.
Kikuzaki H, Nakatani N. 1993. Antioxidant effect of some ginger constituents.
Journal
of
Food
Science.
58(6):1407-1410.
doi:
10.1016/j.foodchem.2005.03.019.
Kim SY, Gao JJ, Kang HK. 2000. Two flavonoids from the leaves of Morus alba
induce differentiation of the human promyeloctic leukimia (HL-60) cell line.
Biol Pharm Bull. 23(4):451-455.
Kwon HJ, Chung JY, Kim JY, Kwon O. 2011. Comparison of 1-deoxynojirimycin
and aqueous mulberry leaf extract with emphasis on postprandial
hypoglycemic effects: in vivo and in vitro studies. J Agric Food Chem.
59:3014-3019.
Natic MM, Dabic DC, Papetti A, Aksic MM, Ognjanov V, Ljubojevic M, Tesic ZL.
2015. Analysis and characterisation of phytochemicals in mulberry (Morus
alba L.) fruits grown in Vojvodina, North Serbia. Food Chemistry. 171:128136. doi: 10.1016/j.foodchem.2014.08.101.
Nurdjannah N. 2004. Diversifikasi penggunaan cengkeh. Perspektif. 3(2):61-70.
Salim. 2006. Penentuan daya inhibisi ekstrak air dan etanol daging buah mahkota
dewa (Phaleria marcocarpa (Scheeff.)Boerl.) terhadap aktivitas enzim
tirosin kinase secara in vitro [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[SEAFAST] Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology
Center. 2012. Cara Produksi Simplisia yang Baik. Bogor (ID): SEAFAST
Center.
Sibuea P. 2004. Kuersetin senjata pemusnah radikal bebas. Kompas. Rubrik
Humaniora.
Syahrir S, Wiryawan KG, Parrakasi A, Winugroho Ramdania W. 2009. Daya
hambat hidrolisis karbohidrat oleh ekstrak daun murbei. Agripet. 9(2):1-9.
Taher A. 2003. Peran fitoestrogen kedelai sebagai antioksidan dalam penanggulan
aterosklerosis [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Towaha J. 2012. Manfaat eugenol cengkeh pada berbagai industri di Indonesia.
Perspektif. 11(2):91-101.
16
Warsinah, Kusumawati E, Sunarto. 2011. Identifikasi senyawa antifungi dari kulit
batang kecapi (Sandoricum koetjape) dan aktivitasnya terhadap Candida
albicans. Majalah Obat Tradisional. 16(3):165-173.
[WHO] World Health Organization. 1998. Quality Control Method for Medicinal
Plant Material. Geneva:World Health Organization.
Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Yagi K. 1994. Free Radical in Diagnostic Medicine. Newyork (US):Plenum Press.
Yang X, Yang L, Zheng H. 2010. Hypolipidemic and antioxidant effects of
mulberry (Morus alba L.) fruit in hyperlipidaemia rats. Food Chem Toxic.
48:2374–2379. doi:10.1016/j.fct.2010.05.074.
Zakiah K. 2011. Uji efek antiproliferatif campuran senyawa eugenol dan isolat
katekin gambir (Uncaria gambier, Roxb) dari fase etil asetat terhadap kultur
sel kanker serviks (HeLa cell line) [Skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
17
LAMPIRAN
18
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Preparasi simplisia
daun murbei
Analisis kadar air
Uji alkaloid
Ekstraksi daun murbei
Uji tanin
Analisis fitokimia
ekstrak daun murbei
Uji flavonoid
Uji saponin
Analisis dan
identifikasi dengan
GC-MC
Steroid dan
triterpenoid
Penentuan waktu
inkubasi asam linoleat
dengan metode diena
terkonjugasi
Analisis potensi
antioksidan dengan
metode TBA
Lampiran 2 Kadar air simplisia dan rendemen ekstrak daun murbei
Contoh Perhitungan:
Massa simplisia : 190 g
Massa ekstrak
: 43.2060
Kadar air
: 7.258 %
% rendemen =
=
bobot ekstrak
Bobot simplisia tanpa air
.
x 100%
x 100%
= 24.52%
.
Bobot simplisia tanpa air = bobot simplisia - (kadar air x bobot simplisia)
19
Lampiran 3 Kromatogram ekstrak etanol daun murbei
Lampiran 4 Penentuan waktu inkubasi optimum asam linoleat
2 mL buffer fosfat 0.1 M pH 7, 1 mL
air bebas ion, 2 mL asam linoleat 50
mM dalam etanol 99.8%
Inkubasi pada 400C, masukan ke
dalam botol berulir
50 µL campuran asam linoleat yang
telah diinkubasi, 6 mL etanol 75%
Etanol 75% sebagai blanko
Ukur pada 234 nm
Pengukuran
dilakukan
setiap hari
hingga
mencapai
serapan
maksimum
20
Lampiran 5 Data penentuan waktu inkubasi optimum asam linoleat
Hari ke0
1
2
3
4
5
6
7
Absorbansi rata-rata
0.003 ± 0.0005
0.003 ± 0.000
0.006 ± 0.002
0.047 ± 0.010
0.068 ± 0.020
0.040 ± 0.008
0.056 ± 0.006
0
MURBEI (Morus alba L.) DENGAN METODE Thiobarbituric
Acid (TBA)
WIDIA AYU LESTARI
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus alba L.) dengan Metode Thiobarbituric Acid
(TBA) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2016
Widia Ayu Lestari
NIM G84110011
ABSTRAK
WIDIA AYU LESTARI. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Murbei
(Morus alba L.) dengan Metode Thiobarbituric acid (TBA). Dibimbing oleh
HASIM dan ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS.
Daun murbei mengandung berbagai senyawa aktif yang berperan sebagai
antioksidan. Ekstraksi daun murbei dengan etanol 65% menghasilkan kadar
flavonoid dan fenolik tertinggi dibandingkan pelarut lain seperti aseton. Penelitian
ini bertujuan menentukan konsentrasi optimum antioksidan ekstrak etanol daun
murbei dengan mengukur konsentrasi malondialdehida menggunakan metode TBA,
serta membandingkan aktivitas antioksidannya dengan α-tokoferol. Rendemen
ekstrak yang diperoleh sebesar 24.52% dan rata-rata kadar air 7.26%. Hasil uji
fitokimia positif pada flavonoid, tanin, steroid. Eugenol merupakan senyawa
dengan kelimpahan terbesar mencapai 34.32% berdasarkan uji GC-MS. Hasil uji
antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun murbei pada konsentrasi 125,
200, 500, dan 1000 ppm dapat menghambat pembentukkan MDA masing-masing
sebesar 41.21%, 45.33%, 44.20% dan 36.00%. Potensi antioksidan daun murbei
terbaik secara in vitro pada konsentrasi 200 ppm. Nilai inhibisi pada konsentrasi
200 ppm lebih rendah dibandingkan inhibisi α-tokoferol yang mencapai 62.06 %.
Kata kunci: antioksidan, eugenol, inhibisi, malondialdehida, murbei
ABSTRACT
WIDIA AYU LESTARI. Antioxidant Activity of Ethanol Extracts of Mulberry
Leaves (Morus alba L.) using TBA Method (thiobarbituric acid). Supervised by
HASIM and ARYANI SISMIN SATYANINGTIJAS.
Mulberry leaves contain a variety of active compounds that act as
antioxidants. Mulberry leaves extraction using ethanol 65% produce the highest
level of flavonoids and phenolic compared to other solvents such as acetone. The
purpose of this study is to search the optimum concentration antioxidant of ethanol
extraction of mulberry leaves to measure the concentration of malondialdehida
using TBA method, and compare its antioxidant activity to alpha tocopherol. The
yield of extract obtained is 24.52% and average of 7.26% water content.
Phytochemical test results showed positive results in flavonoids, tannins, steroids.
Eugenol is the most abundant compound detected using GC-MS test, which is
34.32%. The test results showed that the antioxidant extract of mulberry leaves
ethanol at a concentration of 125, 200, 500, and 1000 ppm can inhibit the formation
of MDA respectively by 41.21%, 45.33%, 44.20% and 36.00%. Best mulberry leaf
antioxidant potency in vitro is at the concentration of 200 ppm. Inhibition value at
200 ppm concentration is lower than inhibition value of alpha tokoferol which is
62.06%.
Keywords: antioxidants, eugenol, inhibition, malondialdehida, mulberry
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAUN
MURBEI (Morus alba L.) DENGAN METODE Thiobarbituric
Acid (TBA)
WIDIA AYU LESTARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus alba L.) dengan Metode
Thiobarbituric Acid (TBA). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 hingga
Oktober 2015 di Laboratorium Biokimia Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr drh Hasim DEA dan Dr drh
Aryani Sismin Satyaningtijas MSc atas bimbingan, saran serta waktu selama penelitian
serta penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada orangtua,
kakak-kakak, Bidikmisi, keluarga Senior Resident Asrama TPB IPB dan Biokimia
angkatan 48 atas doa dan dukungan yang selalu diberikan.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna sehingga sangat
terbuka untuk kritik dan saran yang membangun agar tulisan ini menjadi lebih baik.
Akhir kata penulis berharap tulisan ini dapat berguna bagi penulis maupun semua pihak
demi kemajuan ilmu pengetahuan.
Bogor, Januari 2016
Widia Ayu Lestari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
METODE
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Penelitian
2
Analisis Data Statistika
4
HASIL
4
Kadar Air dan Rendemen Ekstrak
4
Senyawa Fitokimia Ekstrak Daun Murbei
5
Penentuan Waktu Inkubasi Asam Linoleat
5
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Murbei
5
Identifikasi Senyawa Biokatif dengan GC-MS
7
PEMBAHASAN
7
Kadar Air dan Rendemen Ekstrak
7
Senyawa Fitokimia Ekstrak Daun Murbei
9
Penentuan Waktu Inkubasi Asam Linoleat
9
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Murbei
10
Identifikasi Senyawa Bioaktif dengan GC-MS
12
SIMPULAN DAN SARAN
13
Simpulan
13
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
13
LAMPIRAN
17
RIWAYAT HIDUP
25
DAFTAR TABEL
1 Kadar air simplisia dan rendemen ekstrak daun murbei
2 Hasil uji fitokimia ekstrak daun murbei
3 Komposisi senyawa ekstrak etanol daun murbei
4
5
7
DAFTAR GAMBAR
1 Absorbansi asam linoleat pada λ= 234 nm
2 Konsentrasi malondialdehida (MDA)
3 Persen (%) inhibisi ekstrak etanol daun murbei
5
6
6
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Diagram alir penelitian
Kadar air simplisia dan rendemen ekstrak daun murbei
Kromatogram ekstrak etanol daun murbei
Penentuan waktu inkubasi optimum asam linoleat
Data penentuan waktu inkubasi optimum asam linoleat
Pembuatan kurva standar
Kurva standar TMP
Pengukuran antioksidan dengan metode TBA
Data inhibisi uji antioksidan
Hasil analisis fitokimia
Analisis statistika aktivitas antioksidan
18
18
19
19
20
20
21
22
23
23
24
PENDAHULUAN
Radikal bebas bersifat sangat reaktif dan dapat menyebabkan kerusakan pada
makromolekul seperti lipid, protein, karbohidrat dan DNA (Murray 2003). Masalah
ini dapat diatasi dengan adanya antioksidan dalam tubuh seperti superoksida
dismutase, katalase, dan glutation peroksidase (Winarsi 2007). Jumlah radikal
bebas yang berlebihan membuat kebutuhan tubuh akan antioksidan juga
meningkat.Antioksidan sintetik seperti butylatedhydroxyanysole (BHA),
butylatedhydroxytoluene (BHT), tetra-butyl hydroxy quinon (TBHQ) dan αtokoferol dapat menimbulkan efek samping seperti kanker dan kerusakan hati,
sehingga penggunaannya dalam makanan dibatasi sebesar 200 ppm (Hernani dan
Rahardjo 2005). Antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan seperti buah dan
sayur diharapkan lebih aman untuk dikonsumsi.
Murbei dikenal sebagai tanaman yang kaya manfaat, seperti pemanfaatan
daunnya sebagai pakan ulat sutera karena kandungan proteinnya yang mencapai
21.39% (Syahrir et al. 2009). Daun murbei juga dimanfaatkan sebagai obat
antidiabetes karena adanya kandungan 1-Deoxynojirimycin (DNJ), yaitu inhibitor
kompetitif bagi α-glukosidase (Kwon et al. 2011). Kandungan senyawa aktif daun
murbei secara umum meliputi golongan fenolik, flavonoid seperti rutin, kuersetin,
asam galat dan asam klorogenik (Katsube et al. 2006).
Daun murbei yang diekstrak oleh etanol 65% menghasilkan total fenolik dan
flavonoid yang lebih baik dibandingkan aseton pada konsentrasi yang sama.
Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak etanol 65% daun murbei menggunakan
metode 2,2-diphenyl-1picrylhydrazyl (DPPH) juga menghasilkan inhibisi yang
lebih baik dari ekstrak aseton 65% (Jeszka et al. 2014b). Jumlah total fenolik dan
flavonoid berhubungan dengan aktivitas antioksidan. Semakin tinggi kandungan
total fenolik suatu tanaman maka kandungan antioksidannya juga meningkat
(Delouee dan Urooj 2007).
Penelitian mengenai antioksidan ekstrak etanol 65% daun murbei telah
dilakukan menggunakan metode DPPH. Penelitian ini dilakukan berdasarkan
permasalahan belum diketahuinya konsentrasi optimum antioksidan ekstrak etanol
65% daun murbei menggunakan metode Thibarbituric acid (TBA). Metode DPPH
dan TBA memiliki prinsip yang berbeda. Prinsip metode DPPH berdasarkan
kemampuan suatu antioksidan dalam menangkap radikal bebas (DPPH) (Aqil et al.
2006), sedangkan metode TBA menguji kemampuan antioksidan dalam
menghambat proses oksidasi senyawa stabil seperti asam lemak atau lipid
(peroksidasi lipid) (Kikuzaki dan Nakatani 1993). Kemampuan dalam menghambat
peroksidasi lipid penting ditentukan karena tingginya kadar lipid peroksida dalam
tubuh dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular (Yagi 1994).
Penelitian ini bertujuan menentukan konsentrasi optimum antioksidan ekstrak
etanol daun murbei dengan mengukur konsentrasi malondialdehida menggunakan
metode TBA, serta membandingkan aktivitas antioksidannya dengan α-tokoferol.
Penentuan konsentrasi optimum penting dilakukan karena antioksidan yang baik
memiliki aktivitas yang tinggi pada konsentrasi rendah. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat mendukung informasi ilmiah mengenai potensi antioksidan daun
murbei, sehingga dapat dijadikan dasar pengembangan daun murbei sebagai produk
fitofarmaka.
2
METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah oven, blender, Erlenmeyer, shaker, shimadzu
type GC-MS-QP2010, mortar, penangas, pipet Mohr, botol gelap berulir, labu
takar, termometer, spektrofotometer Genesys 10 UV (190-1100 nm), sentrifus
Hettich Universal (0-6000 rpm) dan tabung sentrifus.
Bahan yang digunakan adalah daun murbei yang diperoleh dari Unit
Konservasi Budidaya Biofarmaka (UKBB), etanol absolut, kloroform, amoniak,
H2SO4, pereaksi Dragendorf, pereaksi Meyer, pereaksi Wagner, FeCl3, eter, NaOH
10%, asam linoleat, bufer fosfat 0.1 M pH 7, α-tokoferol (vitamin E), 1,1,3,3tetrametoksipropana (TMP) 6 M, trichloroacetic acid (TCA), thiobarbituric acid
(TBA) dan asam asetat glasial.
Prosedur Penelitian
Preparasi Simplisia Daun Murbei (Jeszka et al. 2014a)
Daun murbei segar yang diperoleh dari UKBB. Daun yang diambil adalah
daun muda pada posisi 1 sampai 8. Daun dipisahkan dari kotoran dan dicuci
kemudian dikeringkan selama 1 jam di bawah sinar matahari. Pengeringan
dilanjutkan menggunakan oven selama 6 jam pada suhu 60 °C. Daun yang sudah
kering diblender agar menjadi serbuk halus berukuran 35 mesh.
Analisis Kadar Air (WHO 1998)
Analisis kadar air dilakukan dengan mengeringkan cawan porselen
menggunakan oven pada suhu 105 ºC selama 30 menit dan diletakkan dalam
desikator selama 15 menit kemudian ditimbang. Sebanyak 2 g simplisia daun
murbei dimasukkan ke dalam cawan untuk di oven pada suhu 105 ºC selama 3 jam
dan didiamkan dalam desikator selama 15 menit, lalu ditimbang. Kadar air dihitung
dengan menggunakan rumus :
Kadar air = Bobot sampel awal (g)− bobot sampel akhir (g) × 100%
Bobot sampel awal (g)
Ekstraksi Daun Murbei (Modifikasi metode Jeszka et al. 2014a)
Pelarut ekstraksi yang optimal ditentukan berdasarkan percobaan (Jeszka et
al. 2014a), yaitu digunakan etanol 65% dengan perbandingan 1:10, diulang
sebanyak 3 kali ulangan. Maserasi dilakukan selama 24 jam (6 jam pertama dikocok
dengan shaker). Hasil ekstraksi dievaporasi menggunakan rotary evaporator.
Analisis Fitokimia Ekstrak Daun Murbei (Harborne 1987)
Uji alkaloid menggunakan 0.3 mL ekstrak yang ditambag 1.5 mL kloroform
dan 3 tetes amonia sehingga terpisah menjadi dua fraksi yang salah satu fraksinya
adalah kloroform. Fraksi kloroform yang terpisah dicampurkan dengan 2 tetes asam
sulfat untuk diuji oleh tiga pereaksi yaitu reagen Dregendorf, Meyer dan Wagner.
Uji tanin diawali dengan mengencerkan ekstrak dengan perbandingan 1:5
yang kemudian dididihkan selama 5 menit. Pengujian cukup dengan 3 tetes dari
3
sampel oleh 3 tetes FeCl3 1% yang akan menghasilkan warna biru tua atau hijau
kehitaman jika positif tanin.
Uji flavonoid juga memerlukan pengenceran dengan akuades dengan
perbandingan 1:2. Hasil pengenceran digunakan sebanyak 0.3 mL dicampurkan
dengan 1.5 mL metanol yang kemudian dipanaskan pada suhu 50 °C selama 5 menit.
5 tetes dari hasil pemanasan tersebut dipindahkan ke plat tetes untuk diuji dengan
5 tetes asam sulfat pekat. Warna merah akan terbentuk jika terdapat flavonoid.
Uji saponin cukup dilakukan dengan memanaskan sampel yang telah
diencerkan dengan perbandingan 1:10 selama 5 menit. Perlakuan dilanjutkan
dengan pengocokan selama 10 menit jika terbentuk buih yang stabil maka ekstrak
positif mengandung saponin.
Uji steroid dan triterpenoid menggunakan 2 mL ekstrak yang dilarutkan
dalam etanol 30% dan dipanaskan kemudian filtrat yang dihasilkan dibiarkan
menguap sehingga menyisakan bagian yang diberi penambahan 1 mL eter. Fraksi
eter sebanyak 5 tetes diuji dengan 3 tetes asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat
pekat. Warna merah atau ungu menunjukkan keberadaan senyawa triterpenoid
sedangkan steroid ditandai dengan warna hijau.
Penentuan Waktu Inkubasi Asam Linoleat (Esterbauer et al. 1989 dalam
Taher 2003)
Sebanyak 2 mL buffer fosfat 0.1 M pH 7, 2 mL asam linoleat 50 mM dalam
etanol 99.8%, 1 mL air bebas ion dicampurkan dan ditempatkan pada botol gelap
berulir. Campuran tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 40 °C dan diukur
serapannya setiap hari hingga tercapai serapan maksimum dan memberikan
pengukuran yang cenderung menurun. Waktu yang Pengukuran intensitas serapan
dilakukan dengan cara menambahkan sebanyak 50 µL campuran asam linoleat yang
telah diinkubasi ke dalam 6 mL etanol 75%. Selanjutnya campuran tersebut dibaca
serapannya pada panjang gelombang 234 nm dengan larutan etanol 75% sebagai
blanko.
Analisis Potensi Antioksidan dengan Metode TBA (Kikuzaki dan Nakatani
1993)
Ekstrak etanol daun murbei dibuat dengan konsentrasi 125, 200, 500, dan
1000 ppm. Kontrol positif menggunakan larutan α-tokoferol 200 ppm yang
dilarutkan dalam etanol. Kontrol negatif menggunakan akuades. Ekstrak etanol
daun murbei, kontrol positif dan negatif masing-masing diambil sebanyak 1 mL,
ditambah dengan 2 mL bufer fosfat 0.1 M pH 7.0 dan 2 mL asam linoleat 50 mM
dalam etanol 99.8%. Semua larutan dimasukkan ke dalam botol gelap berulir dan
diinkubasi pada suhu 40 °C selama waktu inkubasi optimum yang telah ditentukan
sebelumnya menggunakan metode diena terkonjugasi. Pengukuran MDA dilakukan
dua hari setelah inkubasi dengan menggunakan metode TBA, yaitu dengan
mengambil 1 mL dari setiap larutan kemudian ditambahkan 2 mL larutan TCA 20%
dan 2 mL larutan TBA 1% dalam asam asetat glasial 50%. Akuades digunakan
sebagai blanko dengan perlakuan yang sama. Campuran diletakkan dalam penangas
air 100 °C selama 10 menit. Sentrifugasi dilakukan setelah campuran dingin dengan
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit dan diukur panjang gelombangnya pada 532
nm. Pembuatan kurva standar dilakukan dengan menggunakan larutan TMP dengan
konsentrasi 1.5, 3, 6, 9, 12, 15, dan 18 µM, setiap konsentrasi dipipet 1 mL dan
4
ditambahkan 2 mL larutan TCA 20% dan 2 mL larutan TBA 1% dalam asam asetat
glasial 50%. Campuran reaksi diletakkan dalam penangas air 100 °C selama 10
menit. Campuran disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit dan
diukur serapannya pada panjang gelombang 532 nm. Blanko yang digunakan
adalah akuades dengan perlakuan yang sama (Yagi 1994). Persentase inhibisi
ekstrak dapat dihitung dengan rumus :
Persen (%) inhibisi = [MDA] kontrol negatif −[MDA] ekstrak × 100%
[MDA] kontrol negatif
Analisis dan Identifikasi Senyawa Bioaktif dengan GC-MS
Ekstrak etanol 65% murbei dianalisis dan diidentifikasi kandungan
senyawanya dengan menggunakan alat Shimadzu Type Gas ChromatographyMass Spectroscopy (GC-MS) QP2010. Kondisi GC-MS menggunakan kolom
kapiler Rtx-5MS (60 m : 0.25 mmID mengandung 5% difenil 95%
dimetilpolisilosan), suhu kolom adalah 50 °C. Gas pembawa yang digunakan
adalah helium (He). Aliran kolom sebesar 0.85 mL/menit. Suhu sumber ion sebesar
200 °C dan inlet Press adalah 101.0 kPa.
Analisis Data Statistika
Pengukuran aktivitas antioksidan sampel dilakukan dengan rancangan
percobaan acak lengkap (RAL). Kelompok pertama adalah kontrol negatif
(akuades) dengan 3 kali ulangan. Kelompok kedua adalah kontrol positif αtokoferol dengan konsentrasi 200 ppm dan 3 kali ulangan. Kelompok ketiga adalah
ekstrak etanol daun murbei dengan konsentrasi 125, 200, 500 dan 1000 ppm dan
setiap konsentrasi diulang sebanyak 3 kali.
HASIL
Kadar Air dan Rendemen Ekstrak
Simplisia berupa serbuk daun murbei berukuran 35 mesh. Tabel 1
menunjukkan hasil pengukuran kadar air dan rendemen dari simplisia daun murbei.
Rata-rata kadar air kurang dari 10%. Ekstraksi simplisia daun murbei menggunakan
metode maserasi menggunakan etanol 65%. Hasil ekstraksi berupa pasta berwarna
hijau dengan bau menyerupai bau daun murbei segar. Rendemen yang didapatkan
sebesar 24.52% dengan standar deviasi 0.095.
Tabel 1 Kadar air simplisia dan rendemen ekstrak daun murbei
Pengujian
Rata-Rata Kadar
Air (%)
Rendeman Ekstrak
(%)
Hasil
7.26 ± 0.765
24.52 ± 0.095
5
Senyawa Fitokimia Ekstrak Daun Murbei
Analisis fitokimia dilakukan terhadap ekstrak daun murbei meliputi berbagai
uji keberadaan metabolit sekunder seperti alkaloid, tanin, flavonoid, saponin,
steroid, dan triterpenoid. Hasil yang tercantum pada Tabel 2 menyatakan bahwa
ekstrak etanol daun murbei mengandung flavonoid, tannin, dan steroid.
Tabel 2 Hasil uji fitokimia ekstrak daun murbei
Uji
Alkaloid
Flavonoid
Tannin
Saponin
Steroid
Triterpenoid
Keterangan :
Hasil pengamatan
+
+
+
+
-
: mengandung senyawa metabolit sekunder
: tidak mengandung senyawa metabolit sekunder
Penentuan Waktu Inkubasi Asam Linoleat
Nilai absorbansi asam linoleat pada panjang gelombang 234 nm dengan
metode diena terkonjugasi ditunjukkan oleh Gambar 1. Nilai absorbansi meningkat
dari hari ke-0 sampai hari ke-4. Penurunan nilai absorbansi terjadi pada hari ke-5,
namun meningkat di hari ke-6 sebelum menurun kembali di hari ke-7. Waktu
inkubasi optimum ditentukan ketika absorbansi mencapai maksimum yaitu dihari
ke-4. Pengukuran antioksidan dilakukan dua hari setelah tercapainya absorbansi
maksimum yaitu pada hari ke-6. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa seluruh diena
terkonjugasi telah mengalami dekomposisi membentuk produk akhir peroksidasi
lipid yaitu MDA.
Absorbansi
(λ=234 nm)
0,08
0,06
0,04
0,02
0
0
1
2
3
4
5
Waktu inkubasi (hari)
6
7
Gambar 1 Absorbansi asam linoleat pada λ= 234 nm
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Murbei
Pengukuran aktivitas antioksidan pada berbagai konsentrasi ekstrak
dilakukan dengan menggunakan metode TBA. Hasil pengukuran konsentrasi MDA
seperti terlihat pada Gambar 2 menunjukkan bahwa kontrol positif memiliki
6
MDA (µM)
konsentrasi MDA terendah. Ekstrak etanol daun murbei pada konsentrasi 125, 200,
500, dan 1000 ppm memiliki nilai MDA yang lebih rendah dari kontrol negatif.
Konsentrasi MDA berbanding terbalik dengan nilai inhibisi seperti terlihat pada
Gambar 3. Nilai inhibisi menunjukkan % penghambatan pembentukan radikal
bebas. Konsentrasi MDA yang semakin kecil menunjukkan kemampuan ekstrak
yang lebih baik dalam menghambat peroksidasi lipid.
Kontrol positif memiliki nilai inhibisi terbesar mencapai 62.06% dan
konsentrasi 1000 ppm memiliki inhibisi terkecil dengan nilai 36.00%. Hal ini
berarti penghambatan terbaik berada pada α-tokoferol 200 ppm. Ekstrak etanol
daun murbei pada keempat konsentrasi, memiliki penghambatan yang lebih rendah
dari α-tokoferol. Ekstrak etanol daun murbei 200 ppm memiliki % inhibisi tertinggi
dibandingkan konsentrasi ekstrak etanol lainnya, yaitu sebesar 45.33%.
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
8,11 ± 0,36 c
5,19 ± 0,03 b
4,77 ± 1,45 b
4,53 ± 0,41 b
4,43 ± 0,77 b
3,08 ± 0,16 a
Kontrol
Alfa
negatif tokoferol
(Akuades) 200 ppm
125
200
500
1000
Konsentrasi (ppm)
% Inhibisi
Gambar 2 Konsentrasi Malondialdehida (MDA). Huruf kecil yang berbeda
menunjujukkan bahwa secara statistika % inhibisi berbeda nyata
pada α=0.05 dan huruf kecil yang sama menunjukkan % inhibisi
tidak berbeda nyata pada α=0.05 dengan uji Duncan
70
60
50
40
30
20
10
0
62,06 a
41,21 b
Alfa
tokoferol 200
ppm
125
45,33 b
44,19 b
36 b
200
500
1000
Konsentrasi (ppm)
Gambar 3 Persen Inhibisi Ekstrak Etanol Daun Murbei. Huruf kecil yang
berbeda menunjukan bahwa secara statistika % inhibisi berbeda
nyata pada α = 0.05 dan huruf kecil yang sama menunjukkan %
inhibisi tidak berbeda nyata pada α=0.05 dengan uji Duncan
7
Identifikasi Senyawa Biokatif dengan GC-MS
Hasil GC-MS menunjukkan bahwa ekstrak etanol 65% daun murbei memiliki
15 senyawa yang terlihat di Tabel 3. Empat senyawa dengan kelimpahan tertinggi
adalah eugenol, metil linoleat, asam palmitat dan asam stearat.
Tabel 3 Komposisi senyawa ekstrak etanol daun murbei
1
2
3
4
5
6
7
8
Waktu retensi
(menit)
2.015
13.850
13.934
14.457
14.544
15.561
17.524
18.400
9
18.550
2.28
10
19.251
6.94
11
12
13
14
19.348
19.567
19.650
20.985
4.84
13.08
8.87
2.68
15
22.074
2.68
Puncak
Kelimpahan (%)
2.94
2.20
34.32
1.32
4.21
1.15
2.75
9.74
Kemungkinan
senyawa
ethanol
eugenol
eugenol
trans-caryophyllen
trans-caryophyllen
asam laurat
phytol
asam palmitat
asam nonadecanoat,
etil ester
metil 11oktadecenoat
phytol
metil linoleat
asam stearat
asam hexanedioic
asam 1,2
benzenidicarboxylic
PEMBAHASAN
Kadar Air dan Rendemen Ekstrak
Daun murbei adalah tanaman herbal yang memiliki berbagai manfaat seperti
pakan ulat sutera, antidiabetes dan antioksidan. Saat ini telah banyak diproduksi teh
gabungan antara daun murbei dengan daun teh (Camellia cinensis) sebagai
minuman kesehatan (Dainy 2009). Banyaknya manfaat daun murbei ini membuka
peluang untuk memproduksi daun murbei dalam berbagai sediaan. Kandungan zat
aktif daun murbei telah diuji secara fitokimia, yaitu terdiri atas tanin, alkaloid, dan
steroid. Penanganan yang buruk terhadap daun murbei akan menurunkan kualitas
simplisia sehingga dapat menurunkan pula kandungan senyawa aktif yang
terkandung dalam daun murbei. Salah satu parameter yang digunakan dalam
penentuan kualitas simplisia adalah kadar air.
Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam suatu bahan dan
dinyatakan dalam persen (%). Kadar air penting untuk ditentukan karena
keberadaan air memudahkan pertumbuhan bakteri, kapang dan khamir sehingga
dapat mempengaruhi umur simpan simplisia. Kadar air simplisia diperkecil dengan
cara pengeringan. Pengeringan membuat simplisia tidak mudah rusak dan dapat
disimpan dalam waktu lama karena terhentinya reaksi kimia dalam simplisia.
8
Pengukuran kadar air juga dapat digunakan sebagai faktor koreksi dalam
pengukuran rendemen (Ananingsih 2007).
Daun murbei yang telah dikeringkan menggunakan oven selama 6 jam pada
suhu 60 °C berbentuk kering. Ciri keberhasilan pengeringan pada simplisia daun
antara lain bergemerisik, menjadi serpihan bila diremas, tidak berjamur, memiliki
bau dan rasa khas menyerupai bahan segarnya (SEAFAST 2012). Pengukuran
kadar air terhadap simplisia daun murbei dilakukan sebanyak 3 kali dan
menghasilkan rata-rata kadar air sebesar 7.26%. Metode pengeringan yang berbeda
dapat menghasilkan kadar air yang berbeda-beda, namun secara umum kurang dari
10%. Kadar air ekstrak yang kurang dari 10% dapat menghindarkan simplisia dari
pertumbuhan jamur (Arifin et al. 2006). Suhu 60 °C juga digunakan oleh penelitian
(Syahrir et al. 2009) yang menggunakan suhu 60 °C selama 24 jam sehingga
menghasilkan kadar air kurang dari 10%. Pengeringan selama 5 jam pada suhu
45 °C dan dibantu pengeringan dengan sinar matahari juga menghasilkan kadar air
hingga 7% (Amma 2009).
Ekstraksi adalah proses pemisahan campuran beberapa zat menjadi
komponen terpisah. Ekstraksi daun murbei dilakukan dengan menggunakan metode
maserasi, yaitu dengan cara merendam simplisia dalam pelarut sehingga bahan aktif
yang terkandung dalam simplisia dapat terlarut. Pemilihan metode maserasi
berdasarkan pada beberapa alasan antara lain maserasi merupakan metode
sederhana yang tidak membutuhkan peralatan khusus sehingga dapat dilakukan di
semua laboratorium. Hal ini membuat maserasi menjadi metode yang tidak
membutuhkan biaya besar. Maserasi tergolong proses ekstraksi dingin, yaitu
ekstraksi yang tidak menggunakan pemanasan. Hal ini membuat proses maserasi
dapat mempertahankan senyawa-senyawa aktif yang tidak tahan terhadap
pemanasan.
Penelitian Amma (2009) juga menggunakan proses maserasi dengan
pengadukan selama 5 jam dan didiamkan selama 24 jam pada suhu ruang dengan
pelarut air dan heksana. Rendemen yang dihasilkan sebesar 16.25%. Nilai ini lebih
rendah dibandingkan ekstraksi menggunakan pelarut etanol 65% yang memiliki
rata-rata 24.52%. Penggunaan pelarut yang berbeda membuat nilai rendemen yang
didapatkan berbeda meskipun berasal dari bahan yang sama. Hal ini disebabkan
metabolit sekunder yang terekstrak bergantung dengan jenis pelarut yang
digunakan.
Kondisi maserasi menggunakan pelarut etanol 65% dan diulang sebanyak 3
kali. Hal ini berdasarkan kondisi optimal untuk ekstraksi daun murbei menurut
Jeszka et al. (2014a). Beberapa pelarut telah digunakan dalam berbagai penelitian
untuk mengekstraksi senyawa bioaktif dalam daun murbei seperti air, aseton, dan
metanol. Pelarut berperan dalam mengekstraksi metabolit sekunder yang
terkandung dalam simplisia berdasarkan prinsip like dissoleve like. Metabolit
sekunder yang bersifat polar akan terekstrak oleh pelarut polar, sebaliknya senyawa
nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar. Pelarut organik seperti aseton dan
etanol dapat meningkatkan ekstraksi senyawa bioaktif yang didapatkan sebanyak
dua kali lipat (Jeszka et al. 2009). Penelitian Jeszka et al. (2014b) menunjukkan
bahwa total flavonoid dan asam fenolik daun murbei lebih tinggi pada ekstrak
etanol 65% dibandingkan aseton 65%. Kandungan flavonoid yang tinggi dapat
meningkatkan aktivitas antioksidan (Du et al. 2009).
9
Senyawa Fitokimia Ekstrak Daun Murbei
Analisis fitokimia terhadap ekstrak daun murbei menunjukkan hasil seperti
terlihat pada Tabel 1 yaitu positif terhadap flavonoid, tanin, dan steroid.
Keberadaan tanin ditandai dengan timbulnya warna biru tua atau hitam kehijauan.
Flavonoid ditandai dengan adanya warna merah, kuning, dan jingga pada lapisan
amil alkohol, sedangkan steroid ditandai dengan warna hijau. Metabolit sekunder
yang di sekresikan oleh tumbuhan seperti flavonoid, tanin dan steroid memiliki
peran yang beragam. Senyawa bioaktif yang terkandung sebagian besar berperan
sebagai antioksidan (Yang et al. 2010). Total antioksidan yang terkandung dalam
buah dan sayur hampir 80% berasal dari flavonoid. Golongan flavonoid seperti
kuersetin telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan penghambatan oksidasi lowdensity lipoprotein (LDL) secara in vitro (Sibuea 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh Agustina et al. (2014) terhadap daun murbei
yang diekstrak menggunakan etanol memperlihatkan adanya kandungan kuersetin
dan antosianin yang termasuk jenis flavonoid glikosida, serta beta karoten. Beta
karoten memiliki kemampuan penting sebagai antioksidan. Kelompok senyawa
yang bertanggung jawab dalam aktivitas antioksidan daun murbei diduga berasal
dari golongan flavonoid.
Analisis fitokimia terhadap buah murbei menunjukkan adanya kandungan
alkaloid (Asano et al. 2001), karoten, dan flavonoid (Hassimotto et al. 2007), serta
vitamin, asam linoleat, asam palmitat, asam oleat, gula, dan mineral (Ercisli dan
Orhan 2007). Bagian buah murbei (Morus alba L) memiliki 13 jenis flavonol
glikosida dan kapasitas penangkapan radikal bebas mencapai 86.79% yang diuji
menggunakan metode DPPH (Natic et al. 2015). Penelitian terhadap bagian murbei
lain yaitu ranting dan kulit akar yang diekstrak dengan etanol memperlihatkan
adanya aktivitas antioksidan dan antitirosin yang lebih tinggi pada bagian ranting
dibandingkan akar (Chang et al. 2011).
Pengujian kandungan fitokimia pada tanaman yang sama dapat memberikan
hasil yang berbeda. Pengujian terhadap bagian yang berbeda dalam tanaman yang
sama juga memungkinkan terjadinya perbedaan. Hal ini karena kandungan
fitokimia dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti lingkungan tempat tumbuh
termasuk perbedaan varietas dan kondisi geografis tempat tumbuh (Kardono 2003).
Metode yang digunakan dalam ekstraksi, reagen-reagen, dan kesensitifan alat juga
menjadi penentu metabolit sekunder yang dihasilkan. Penggunaan pelarut yang
berbeda dalam proses ekstraksi juga menentukan jenis metabolit sekunder yang
terekstrak. Pelarut etanol memiliki dua gugus dengan sifat yang berbeda, gugus
alkil bersifat nonpolar, dan gugus hidroksil yang bersifat polar (Salim 2006).
Perbedaan ini membuat etanol dapat mengekstrak metabolit sekunder yang
memiliki kepolaran yang beragam.
Penentuan Waktu Inkubasi Asam Linoleat
Penentuan waktu inkubasi optimal asam linoleat dilakukan sebelum analisis
potensi antioksidan, menggunakan metode diena terkonjugasi. Metode ini
berdasarkan pada tahapan peroksidasi lipid yang terdiri atas tahap inisiasi,
propagasi, dan terminasi. Tahap inisiasi memisahkan sebuah atom hidrogen dari
10
grup metilena (-CH2-) Polyunsatureted fatty acid (PUFA) oleh radikal bebas yang
akan menghasilkan suatu radikal karbon. Radikal ini akan distabilkan melalui
pengaturan ulang ikatan rangkap sehingga membentuk diena terkonjugasi. Tahap
ini dimanfaatkan untuk mengetahui waktu oksidasi optimal asam linoleat, yaitu saat
terbentuknya diena terkonjugasi (Cornwell dan Morisaki 1984). Pengukuran
dilakukan menggunakan spektrofotometer Uv pada panjang gelombang 234 nm
karena kemampuan diena terkonjugasi menyerap pada panjang gelombang tersebut.
Nilai absorbansi terus meningkat (Gambar 1), karena pada tahap kedua
peroksidasi lipid yaitu propagasi yang menghasilkan radikal karbon lain dan reaksi
berlangsung terus menerus (Ekawati 2007). Peningkatan nilai absorbansi dari hari
ke-0 hingga hari ke-4 menunjukkan bahwa pembentukan diena terkonjugasi telah
mencapai nilai maksimal. Penurunanan nilai absorbansi terjadi pada hari ke-5
namun meningkat dihari ke-6 sebelum menurun kembali dihari ke-7. Hal ini
menunjukkan menurunnya jumlah diena terkonjugasi dan mulai terdekomposisi
membentuk produk akhir peroksidasi lipid yaitu malondialdehida (MDA).
Peningkatan kembali absorbansi di hari ke-6 dapat disebabkan adanya pengaruh
suhu dan oksigen yang kurang stabil dalam campuran asam linoleat selama inkubasi.
Nilai absorbansi hari ke-6 masih lebih rendah dibandingkan absorbansi di hari ke4 sehingga waktu inkubasi optimum ditetapkan selama empat hari. Analisis potensi
antioksidan dapat dilakukan dua atau tiga hari setelah tercapainya pembentukkan
diena terkonjugasi maksimum yaitu pada hari ke-6. Hal ini berdasarkan asumsi
bahwa setelah dua hari dari masa inkubasi optimum, semua diena terkonjugasi
mulai terdekomposisi menjadi MDA (Kikuzaki dan Nakatani 1993).
Proses pembentukkan diena terkonjugasi hingga mencapai jumlah maksimum
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti panas, cahaya, pH, oksigen, ion logam dan
radikal lipid (Amelia 2006). Faktor-faktor tersebut membuat timbulnya perbedaan
waktu tercapainya diena terkonjugasi yang maksimum, sehingga masa inkubasi
asam linoleat menjadi berbeda-beda. Penentuan waktu inkubasi asam linoleat
dengan metode diena terkonjugasi yang dilakukan oleh Ekawati (2007)
menunjukkan bahwa absorbansi optimum tercapai pada hari ke-3, sehingga
pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dua hari setelahnya yaitu pada hari ke5. Hasil berbeda berbeda ditunjukkan oleh Falakh (2008) yaitu menghasilkan
inkubasi optimum asam linoleat terjadi pada hari ke-6 sehingga pengukuran
aktivitas antioksidan dilakukan pada hari ke-8.
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Murbei
Pengujian aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan mengukur
kemampuan dalam menangkap radikal bebas atau radical scavenger seperti metode
DPPH (Aqil et al. 2006), atau melalui aktivitas penghambatan oksidasi senyawa
stabil seperti asam lemak dan lipid dengan metode TBA (Kikuzaki dan Nakatani
1993). Metode TBA dapat menunjukkan kemampuan antioksidan dalam
melindungi lipid dari oksidasi (peroksidasi lipid) yang biasa terjadi dalam tubuh
terutama di membran sel. Pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan TBA
berdasarkan pada pengukuran konsentrasi malondialdehida (MDA). MDA sebagai
hasil proses peroksidasi lipid bereaksi dengan TBA membentuk kompleks MDATBA berwarna merah muda yang diukur menggunakan spektrofotometer Uv-Vis
11
pada panjang gelombang 532 nm. Alasan penggunaan metode TBA untuk menguji
aktivitas antioksidan karena TBA bersifat sensitif terhadap peroksida lipid. Metode
TBA merupakan metode yang sering digunakan dalam mengukur peroksidasi lipid
pada membran sel. Reaksi yang terjadi antara MDA dengan TBA juga
menghasilkan produk yang sama dengan reaksi lipid peroksida dan TBA (Yagi
1994).
Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan pada hari ke-6, yaitu dua hari
setelah inkubasi optimum pada hari ke-4. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa diena
terkonjugasi yang terbentuk optimum pada hari ke-4 mulai terdekomposisi menjadi
MDA (Kikuzaki dan Nakatani 1993). Kurva standar menggunakan 1,1,3,3tetrametoksipropana (TMP). Hasil pengukuran kurva standar menghasilkan regrasi
linier yang digunakan dalam pengukuran konsentrasi MDA. Inkubasi asam linoleat
yang ditambah akuades sebagai kontrol negatif menghasilkan rata-rata selisih MDA
8.11 µM (Gambar 2). Nilai MDA yang dihasilkan pada kontrol negatif merupakan
yang tertinggi. Hal ini disebabkan ketiadaan senyawa antioksidan yang berperan
dalam menghambat pembentukan MDA. Ketiadaan senyawa antioksidan baik
ekstrak etanol daun murbei maupun α-tokoferol membuat oksidasi terjadi terus
menerus terhadap asam linoleat hingga terbentuk jumlah MDA yang tinggi.
Proses oksidasi asam linoleat akan dihambat oleh α-tokoferol sebagai kontrol
positif dan senyawa antioksidan yang diperkirakan terkandung dalam ekstrak etanol
daun murbei. Αlfa tokoferol atau vitamin E dengan konsentrasi 200 ppm digunakan
sebagai kontrol positif menghasilkan konsentrasi MDA yang lebih kecil yaitu 3.08
µM dengan inhibisi sebesar 62.06%. Penggunaan α-tokoferol 200 ppm berdasarkan
pada batas konsentrasi maksimum yang dapat digunakan dalam pembuatan
makanan (Hernani dan Rahardjo 2005). Αlfa tokoferol banyak digunakan dalam
berbagai penelitian sebagai pembanding kinerja antioksidan. Hal ini karena peran
α-tokoferol telah terbukti sebagai pelindung senyawa lain dan sifatnya yang mudah
teroksidasi. Salah satu peran α-tokoferol dalam tubuh antara lain sebagai
antioksidan pada membran lipid dengan mencegah terjadinya oksidasi Poly
unsaturated fatty acid (PUFA).
Penggunaan α-tokoferol sebagai antioksidan dapat menghasilkan inhibisi
yang berbeda-beda. Perbedaan ini dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain
kemurnian dan kualitas α-tokoferol serta metode yang digunakan. Terdapat
beberapa metode yang digunakan untuk menentukan waktu inkubasi seperti metode
diena terkonjugasi dan tiosianat, keduanya dapat menghasilkan waktu inkubasi
yang berbeda. Perbedaan waktu inkubasi ini mengakibatkan perbedaan oksidasi
asam linoleat sehingga antioksidan yang digunakan juga menghasilkan reaksi dan
inhibisi yang berbeda.
Penambahan ekstrak etanol daun murbei dengan konsentrasi 125, 200, 500
dan 1000 ppm menghasilkan konsentrasi MDA dan inhibisi yang beragam.
Konsentrasi MDA terendah berada pada ekstrak 200 ppm dengan inhibisi tertinggi
mencapai 45.33%. Konsentrasi MDA tertinggi dengan inhibisi terendah justru
berada pada ekstrak 1000 ppm. Hal ini dapat disebabkan konsentrasi yang terlalu
besar sehingga ekstrak yang seharusnya berperan sebagai antioksidan berubah
menjadi prooksidan (Gordon 1990). Konsentrasi MDA ekstrak etanol daun murbei
secara keseluruhan lebih tinggi dibandingkan α-tokoferol. Ekstrak etanol 200 ppm
memiliki inhibisi yang lebih rendah dibandingkan α-tokoferol pada konsentrasi
yang sama, sehingga ekstrak etanol daun murbei tidak lebih baik dari α-tokoferol
12
dalam menghambat oksidasi lipid. Hal ini karena α-tokoferol digunakan dalam
bentuk senyawa murni, sedangkan daun murbei berupa ekstrak kasar , selain itu
banyak faktor seperti suhu dan oksigen dalam pembentukan MDA yang harus
dikendalikan dengan baik (Fitri et al. 2014).
Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun murbei dianalis menggunakan uji
statistika RAL. Hasil uji statistika menunjukkan tidak ada perbedaan daya hambat
yang nyata antar konsentrasi ekstrak etanol daun murbei pada (α= 0.05) tetapi,
kontrol positif dan ekstrak etanol daun murbei pada keempat konsentrasi ekstrak
menunjukkan adanya perbedaan pada (α= 0.05). Kontrol negatif menunjukkan
perbedaan yang nyata pada (α= 0.05) dengan α-tokoferol dan ekstrak etanol daun
murbei.
Identifikasi Senyawa Bioaktif dengan GC-MS
Potensi antioksidan yang dihasilkan oleh daun murbei berkaitan dengan
kandungan fitokimia yang dimilikinya. Kandungan fitokimia yang diuji secara
kualitatif menunjukkan keberadaan senyawa flavonoid, tanin dan steroid.
Identifikasi menggunakan GC-MS dilakukan untuk mengetahui senyawa-senyawa
yang terkandung dalam ekstrak etanol 65% daun murbei, terutama yang berperan
sebagai antioksidan. GC-MS bekerja dengan menggabungkan prinsip kerja Gas
Chromatography (GC) dan Mass Spectroscopy (MS). Kromatografi gas berperan
dalam memisahkan senyawa-senyawa yang terdapat dalam campuran ekstrak
etanol daun murbei. Spektrofotometer akan mendeteksi jenis senyawa yang telah
berhasil dipisahkan. Senyawa yang teridentifikasi dalam ekstrak etanol daun
murbei tercantum dalam Tabel 3 menunjukkan terdapat 15 jenis senyawa dengan
waktu retensi dan kelimpahan berbeda.
Kandungan asam lemak dalam ekstrak etanol daun murbei antara lain asam
palmitat, etil ester, metil ester, asam stearat dan asam heksadekanoat, berperan
dalam menghambat pertumbuhan mikroba (Asghar 2011). Senyawa lain yang
terkandung dalam ekstrak murbei adalah trans-caryopphyllene. Senyawa ini
termasuk dalam golongan sesquiterpen, yaitu senyawa triterpenoid yang dibangun
oleh 3 isoprena. Senyawa trans caryophyllene dan beberapa asam lemak yang
terkandung dalam ektrak etanol daun murbei memiliki peran sebagai antifungi
(Warsinah 2011).
Senyawa dengan kelimpahan tertinggi mencapai 34.32 % adalah eugenol.
Eugenol merupakan komponen utama dari minyak cengkeh (Syxygium
aromaticum). Kandungan eugenol dalam minyak cengkeh mencapai 70- 96%
(Towaha 2012). Kim et al. (2000) menyebutkan bahwa eugenol juga terdapat dalam
daun murbei (Morus alba) bersama senyawa lain seperti rutin, morasetin, kuersetin,
benzaldehida, dan skopoletin. Struktur eugenol terdiri atas beberapa gugus
fungsional seperti alil, metoksi dan fenol. Gugus fenol dapat berperan sebagai
antioksidan karena kemampuannya menyumbangkan atom hidrogen untuk
menstabilkan radikal bebas (Aini et al. 2007).
Penghambatan pembentukan MDA oleh ekstrak etanol 65% pada berbagai
konsentrasi diduga karena keberadaan senyawa eugenol sebagai antioksidan.
Pengujian antioksidan dengan metode β- karoten juga menunjukkan bahwa eugenol
memiliki sifat antioksidan karena dapat menghambat pembentukan peroksida dari
13
asam oleat. Eugenol memiliki beberapa derivat seperti isoeugenol dan vanili.
Aktivitas antioksidan isoeugenol lebih tinggi dibandingkan eugenol, sedangkan
vanili memiliki aktivitas yang lebih rendah dari eugenol (Aini et al. 2007). Manfaat
lain dari eugenol meliputi antimikroba, antioksidan analgesik, antifungal dan lainlain. Penggunaan eugenol sebagai obat kumur dapat menghambat pertumbuhan
bakteri streptococcus mutans dan streptococcus viridians yang menjadi penyebab
utama plak gigi (Nurdjannah 2004). Gabungan eugenol dan isolat katekin gambir
(Uncaria gambier) dari fase etil asetat memiliki aktivitas penghambatan terhadap
sel kanker serviks (Zakiah 2011).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Uji statistika (α= 0.05) menunjukkan bahwa konsentrasi MDA pada kontrol
negatif berbeda nyata dengan ekstrak etanol daun murbei. Uji statistika terhadap
kontrol positif dan ekstrak etanol daun murbei pada keempat konsentrasi berbeda
nyata. Keempat konsentrasi ekstrak etanol daun murbei tidak berbeda nyata pada
(α= 0.05). Konsentrasi optimum antioksidan ekstrak etanol daun murbei adalah 200
ppm. Αlfa tokoferol bekerja lebih baik dibandingkan ekstrak etanol daun murbei
pada konsentrasi yang sama. Kandungan fitokimia daun murbei meliputi flavonoid,
tannin, dan steroid. Identifikasi dengan GC-MS menunjukkan bahwa terdapat
senyawa dominan yaitu eugenol, metil linoleat, asam palmitat, asam stearat.
Saran
Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan menguji potensi antioksidan
senyawa murni dari ekstrak etanol 65% daun murbei, seperti eugenol. Senyawa
aktif lain yang dihasilkan ekstrak etanol 65% daun murbei memiliki potensi
antibakteri, sehingga penelitian berikutnya dapat dilakukan untuk mengetahui
aktivitas antibakteri ekstrak etanol 65% daun murbei.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina L, Mustabi J, Jamilah. 2014. Zat bioaktif dan daya hambat antibakteri
daun murbei [catatan penelitian]. Makassar (ID): Universitas Hassanudin.
Aini N, Purwono B, Tahir I. 2007. Structure-antioxidant activities relationship
analysis of isoeugenol, eugenol, vanilin and their derivates. Indo. J. Chem.
7(1):611-66.
Amelia G. 2006. Potensi rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) sebagai
antioksidan alami [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Amma NR. 2009. Efek hipoglikemik ekstrak daun murbei (Morus multicaulis)
terhadap kadar glukosa darah tikus DM [Disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
14
Ananingsih K. 2007. Food Processing and Engineering. Semarang
(ID):Teknologi Pengolahan Pangan, Unika Soegijapranata.
Aqil F, Ahmad I, Mehmood Z. 2006. Antioxidant and free radical scavenging
properties of twelve traditionally used Indian medicinal plants. Turk J Biol.
30:177-183.
Arifin H, Anggraini N, Handayani D, Rasyid R. 2006. Standarisasi ekstrak etanol
daun Eugenia cumini Merr. Jurnal Sains Teknologi Farmasi. 11(2).
Asano N, Yamashita T, Yasuda, K, Ikeda K, Kizu H, Kameda Y. 2001.
Polyhydroxylated alkaloids isolated from mulberry trees (Morus alba L.) and
silkworms (Bombyx mori L.). J Agric Food Chem. 49:4208–4213.
doi/abs/10.1021/jf010567e.
Asghar S, Rehman MI, Choudahry, Rahman. 2011. Gas chromatography-mass
spectrometry (GC-MS) analysis of petroleum ether extract (oil) and bioassays of crude extract of Iris germanica. I J Of Genetics and Molecular
Biology. 3(7): 95-100.
Chang LW, Juang LJ, Wang BS, Wang MY, Tai HM, Hung WJ, Chen YJ, Huang
MH. 2011. Antioxidant and antityrosinase activity of mulberry (Morus alba
L.) twigs and root bark. Food Chem Toxic. 49:785-790.
doi:10.1016/j.fct.2010.11.045.
Cornwell DG, Morisaki N. 1984. Free Radicals in Biology. Lousiana: Academic Pr.
Dainy NC. 2009. Teh camellia-murbei sebagai minuman kesehatan [Disertasi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Delouee SA, Urooj A. 2007. Antioxidant properties various solvent extract of
mulberry (Morus indica L.) leaves. Food Chemistry. 102:1233-1240.
doi:10.1016/j.foodchem.2006.07.013.
Du Q, Zheng J, Xu Y. 2008. Composition of anthocyanins in mulberry and their
antioxidant activity. Journal of Food Composition and Analysis. 21:390–395.
doi:10.1016/j.jfca.2008.02.007.
Ekawati RA. 2007. Potensi antioksidasi daun salam (Eugenia polyantha Wight.)
pada lingkungan agrobiofisik yang berbeda [Skripsi]. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor.
Ercisli S, Orhan E. 2007. Chemical composition of white (Morus alba), red (Morus
rubra) and black (Morus nigra) mulberry fruits. Food Chemistry. 103:1380–
1384. doi:10.1016/j.foodchem.2006.10.054.
Falakh S. 2008. Aktivitas antioksidasi ekstrak jamur kuping hitam (Auricularia
polytricha) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fitri HA, Santoso B, Suhendi A. 2014. Aktivitas penangkapan radikal bebas ekstrak
etanol daun ubi ungu (Ipomoea batatas L.) dengan pengeringan oven
menggunakan metode DPPH, FTC, dan TBA [catatan penelitian]. Surakarta
(ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gordon MH. 1990. Food Antioxidant. New York (US): Elseviere Applied Science.
Harborne JP. 1987. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjamah;
Niksolihin S, editor. Bandung (ID):ITB. Terjemahan dari: Phytochemical
Methode.
Hassimotto NMA, Genovese MI, Lajolo FM. 2007. Identification and
characterisation of anthocyanins from wild mulberry (Morus nigra L.)
growing in Brazil. Food Science and Technology International.13:17–25.
15
Hernani, Rahardjo M. 2005. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Jeszka M. Kobus J, Flaczyk E. 2009. Evaluation of antioxidant activity of Morus
alba leaf extracts. Bromatologiai Chemia Toksykologiczna. XLII:2791–2796.
Jeszka M, Flaczyk E, Gorecka D, Kobus J, Kosmider A. 2014a. Optimization the
extraction process of phenolic compounds and antiradical activity of white
mulberry leaves by response surface methodology. Food Science Technology
Quality.91:15-29.
Jeszka M, Flaczyk E, Jeszka J, Krejpcio Z, Krol E, Buchowski MS. 2014b.
Mulberry leaf extract intake reduces hyperglycaemia in streptozotocin (STZ)induced diabetic rats fed high-fat diet. Journal of Functional Foods. 8(C):917. doi:10.1016/j.jff.2014.02.018.
Kardono LBS. 2003. Kajian kandungan kimia mahkota dewa (Phaleria
marcocarpa). Di dalam: Prosiding Pameran Produk Obat Tradisional dan
Seminar Sehari Mahkota Dewa; Jakarta, Indonesia. Jakarta (ID): Pusat
Penelitian dan Pengembangan Farmasi dan Obat Tradisional.
Katsube T, Imawaka N, Kawano Y, Yamazaki Y, Shiwaku K, Yamane Y. 2006.
Antioxidant flavonol glycosides in mulberry (Morus alba L.) leaves isolated
based on LDL antioxidant activity. Food Chemistry. 97:25-31.
Kikuzaki H, Nakatani N. 1993. Antioxidant effect of some ginger constituents.
Journal
of
Food
Science.
58(6):1407-1410.
doi:
10.1016/j.foodchem.2005.03.019.
Kim SY, Gao JJ, Kang HK. 2000. Two flavonoids from the leaves of Morus alba
induce differentiation of the human promyeloctic leukimia (HL-60) cell line.
Biol Pharm Bull. 23(4):451-455.
Kwon HJ, Chung JY, Kim JY, Kwon O. 2011. Comparison of 1-deoxynojirimycin
and aqueous mulberry leaf extract with emphasis on postprandial
hypoglycemic effects: in vivo and in vitro studies. J Agric Food Chem.
59:3014-3019.
Natic MM, Dabic DC, Papetti A, Aksic MM, Ognjanov V, Ljubojevic M, Tesic ZL.
2015. Analysis and characterisation of phytochemicals in mulberry (Morus
alba L.) fruits grown in Vojvodina, North Serbia. Food Chemistry. 171:128136. doi: 10.1016/j.foodchem.2014.08.101.
Nurdjannah N. 2004. Diversifikasi penggunaan cengkeh. Perspektif. 3(2):61-70.
Salim. 2006. Penentuan daya inhibisi ekstrak air dan etanol daging buah mahkota
dewa (Phaleria marcocarpa (Scheeff.)Boerl.) terhadap aktivitas enzim
tirosin kinase secara in vitro [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[SEAFAST] Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology
Center. 2012. Cara Produksi Simplisia yang Baik. Bogor (ID): SEAFAST
Center.
Sibuea P. 2004. Kuersetin senjata pemusnah radikal bebas. Kompas. Rubrik
Humaniora.
Syahrir S, Wiryawan KG, Parrakasi A, Winugroho Ramdania W. 2009. Daya
hambat hidrolisis karbohidrat oleh ekstrak daun murbei. Agripet. 9(2):1-9.
Taher A. 2003. Peran fitoestrogen kedelai sebagai antioksidan dalam penanggulan
aterosklerosis [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Towaha J. 2012. Manfaat eugenol cengkeh pada berbagai industri di Indonesia.
Perspektif. 11(2):91-101.
16
Warsinah, Kusumawati E, Sunarto. 2011. Identifikasi senyawa antifungi dari kulit
batang kecapi (Sandoricum koetjape) dan aktivitasnya terhadap Candida
albicans. Majalah Obat Tradisional. 16(3):165-173.
[WHO] World Health Organization. 1998. Quality Control Method for Medicinal
Plant Material. Geneva:World Health Organization.
Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Yagi K. 1994. Free Radical in Diagnostic Medicine. Newyork (US):Plenum Press.
Yang X, Yang L, Zheng H. 2010. Hypolipidemic and antioxidant effects of
mulberry (Morus alba L.) fruit in hyperlipidaemia rats. Food Chem Toxic.
48:2374–2379. doi:10.1016/j.fct.2010.05.074.
Zakiah K. 2011. Uji efek antiproliferatif campuran senyawa eugenol dan isolat
katekin gambir (Uncaria gambier, Roxb) dari fase etil asetat terhadap kultur
sel kanker serviks (HeLa cell line) [Skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
17
LAMPIRAN
18
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Preparasi simplisia
daun murbei
Analisis kadar air
Uji alkaloid
Ekstraksi daun murbei
Uji tanin
Analisis fitokimia
ekstrak daun murbei
Uji flavonoid
Uji saponin
Analisis dan
identifikasi dengan
GC-MC
Steroid dan
triterpenoid
Penentuan waktu
inkubasi asam linoleat
dengan metode diena
terkonjugasi
Analisis potensi
antioksidan dengan
metode TBA
Lampiran 2 Kadar air simplisia dan rendemen ekstrak daun murbei
Contoh Perhitungan:
Massa simplisia : 190 g
Massa ekstrak
: 43.2060
Kadar air
: 7.258 %
% rendemen =
=
bobot ekstrak
Bobot simplisia tanpa air
.
x 100%
x 100%
= 24.52%
.
Bobot simplisia tanpa air = bobot simplisia - (kadar air x bobot simplisia)
19
Lampiran 3 Kromatogram ekstrak etanol daun murbei
Lampiran 4 Penentuan waktu inkubasi optimum asam linoleat
2 mL buffer fosfat 0.1 M pH 7, 1 mL
air bebas ion, 2 mL asam linoleat 50
mM dalam etanol 99.8%
Inkubasi pada 400C, masukan ke
dalam botol berulir
50 µL campuran asam linoleat yang
telah diinkubasi, 6 mL etanol 75%
Etanol 75% sebagai blanko
Ukur pada 234 nm
Pengukuran
dilakukan
setiap hari
hingga
mencapai
serapan
maksimum
20
Lampiran 5 Data penentuan waktu inkubasi optimum asam linoleat
Hari ke0
1
2
3
4
5
6
7
Absorbansi rata-rata
0.003 ± 0.0005
0.003 ± 0.000
0.006 ± 0.002
0.047 ± 0.010
0.068 ± 0.020
0.040 ± 0.008
0.056 ± 0.006
0