Perbandingan Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus alba L.) dan Ekstrak Etanol Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) pada Mencit Swiss Webster.

(1)

Kevin Kenny, 2014, Pembimbing I : Dr. dr. Sugiarto Puradisastra, M.Kes

Demam merupakan salah satu masalah yang paling sering ditemui di kehidupan masyarakat. Obat-obatan untuk menurunkan demam yang sering digunakan masyarakat adalah obat sintetis, yang memiliki efek samping terutama pada penggunaan jangka panjang. Sebagai alternatif adalah daun murbei dan daun pegagan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya efek antipiretik dari ekstrak daun murbei (Morus alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) serta perbandingan potensinya. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik menggunakan 30 ekor mencit Swiss Webster yang dibagi secara acak menjadi 6 kelompok yang diinduksi demam dengan vaksin DPT secara intramuskular. Kelompok 1 dan 2 diberi ekstrak etanol daun murbei dosis 0,315 gr/KgBB (EEDM I) dan 0,630 gr/KgBB (EEDM II). Kelompok 3 dan 4 diberi ekstrak etanol daun pegagan dosis 0,151 gr/KgBB (EEDP I) dan 0,302 gr/KgBB (EEDP II). Kelompok 5 (kontrol negatif) : diberi larutan CMC 1%. Kelompok 6 (Kontrol pembanding): diberi parasetamol dosis 0,130 gr/KgBB. Data yang diukur adalah suhu mencit dalam oC per rektal pada menit ke 30, lalu setiap 15 menit hingga menit ke 120. Analisis data sebelum induksi demam dan sesudah perlakuan menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan uji Tukey HSD dengan α= 0,05 menggunakan program komputer. Hasil penelitian menunjukkan EEDM I (35,68oC), EEDP I (35,76oC), EEDP II (35,20oC), dan kontrol pembanding (35,30oC) berbeda sangat bermakna dibandingkan kontrol negatif (37,54oC) dengan p= 0,003, 0,004, 0,000, 0,000, sedangkan EEDM II (36,02oC) berbeda bermakna dengan p= 0,0018. Ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) tidak berbeda bermakna dengan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dengan p> 0,05.

Simpulan penelitian adalah ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berefek antipiretik dengan potensi yang sama.


(2)

v

ABSTRACT

ANTIPYRETIC EFFECT COMPARISON OF ETHANOL EXTRACT MULBERRY LEAVES (Morus alba L.) AND ETHANOL EXTRACT GOTU

KOLA LEAVES (Centella asiatica (L.) URBAN) ON Swiss Webster MICE

Kevin Kenny, 2014, 1st tutor : Dr. dr. Sugiarto Puradisastra, M.Kes

Fever is one of the most frequent problems encountered early in the life of society. People often use synthetic drug as a medicine to reduce fever, which has side effect with prolonged use. An alternative is mulberry leaves and gotu kola leaf.

The purpose of this study was to investigate the antipyretic effect of mulberry leaf extract (Morus alba L.) and ethanol extract of leaves of gotu kola (Centella asiatica (L.) Urban) as well as its potential comparison. This study was a laboratory experimental study using 30 Swiss Webster mice were randomly divided into 6 groups induced fever with DPT vaccine intramuscularly. Groups 1 and 2 were given doses of ethanol extract of mulberry leaves 0.315 g / KgBW (EEDM I) and 0.630 g / KgBW (EEDM II). Groups 3 and 4 were given doses of gotu kola leaf extract ethanol 0.151 g / KgBW (EEDP I) and 0.302 g / KgBW (EEDP II). Group 5 ( negative control ) : given 1 % CMC solution . Group 6 ( Control control) : given 0.130 g dose of paracetamol / KgBW . The data measured was the temperature in °C rectally mice at minute 30 , then every 15 minutes up to 120 minutes . Analysis of the data before induction of fever and after the treatment using one -way ANOVA followed Tukey HSD test with α = 0.05 computer program .

Results showed EEDM I (35.68 °C), EEDP I (35.76 °C), EEDP II (35.20 °C), and standard control (35.30 °C) highly significantly different than the negative control (37.54 ° C) with p = 0.003, 0.004, 0.000, 0.000, while EEDM II (36.02 °C) significantly different with p = 0.018. Ethanol extract of leaves of mulberry (Morus alba L.) did not differ significantly with ethanol extract of leaves of gotu kola (Centella asiatica (L.) Urban) with p> 0.05.

Conclusions research is ethanol extract of mulberry leaves (Morus alba L.) and ethanol extract of leaves of gotu kola (Centella asiatica (L.) Urban) have an equal potential of antipyretic effect.


(3)

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Maksud Penelitian ... 3

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4

1.6 Metodologi Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...6

2.1 Suhu Tubuh dan Panas Tubuh... 6


(4)

ix

2.2.1 Termal Aferen ... 12

2.2.2 Regulasi Sentral ... 13

2.2.3 Respon Eferen ... 14

2.2.4 Respon Vasomotor ... 14

2.2.4.1 Respon Terhadap Dingin ... 15

2.2.4.2 Respon Terhadap Panas ... 17

2.3 Mekanisme Pengontrolan Demam ... 19

2.4 Murbei ... 21

2.4.1 Klasifikasi Murbei ... 21

2.4.2 Morfologi Tumbuhan Murbei ... 22

2.4.3 Kandungan Murbei... 22

2.4.4 Murbei Sebagai Antipiretik ... 22

2.4.5 Khasiat Lain Murbei ... 23

2.4 Pegagan ... 24

2.4.1 Klasifikasi Pegagan ... 24

2.4.2 Morfologi Tumbuhan Pegagan ... 25

2.4.3 Kandungan Pegagan ... 25

2.4.4 Pegagan Sebagai Antipiretik ... 25

2.4.5 Khasiat Pegagan ... 26

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ...27

3.1 Alat, Bahan, dan Subjek Penelitian ... 27

3.1.1 Alat-alat Penelitian ... 27

3.1.2 Bahan-bahan Penelitian ... 27

3.2 Subjek Penelitian ... 27

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.4 Metode Penelitian... 28

3.4.1 Desain Penelitian ... 28

3.4.2 Variabel Penelitian ... 28

3.4.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 28


(5)

3.5.3 Prosedur Penelitian... 30

3.6 Metode Analisis ... 31

3.7 Aspek Etik Penelitian ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...33

4.1 Hasil Penelitian ... 33

4.2 Pembahasan ... 37

4.3 Uji Hipotesis ... 38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...40

5.1 Simpulan ... 40

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ...41

LAMPIRAN ...43


(6)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Respon Tubuh Terhadap Suhu ... 15

Gambar 2.2 Skema Mekanisme Peningkatan Suhu Tubuh ... 17

Gambar 2.3 Skema Mekanisme Penurunan Suhu Tubuh ... 18

Gambar 2.4 Patogenesis Demam ... 20

Gambar 2.5 Murbei ... 21

Gambar 2.6 Skema Mekanisme Kerja Isoquecertin Sebagai Antipiretik ... 23

Gambar 2.7 Pegagan ... 24


(7)

Tabel 2.1 Lokasi Pengukuran Suhu Tubuh ... 6 Tabel 4.1 Suhu Mencit Sebelum Diinduksi Demam ... 34 Tabel 4.2 Rerata Suhu Tubuh Mencit yang Diinduksi Demam

Setelah Pemberian Bahan Uji ... 35 Tabel 4.3 Hasil Uji Lanjut Perbedaan Suhu Pada Tiap Kelompok


(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Form Etik ... 43

Lampiran 2 Perhitungan Dosis ... 44

Lampiran 3 Hasil Data Pengukuran Suhu Mencit ... 47

Lampiran 4 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Pada Suhu Basal ... 50

Lampiran 5 Hasil Uji Statistik Pada Suhu Basal ... 51

Lampiran 6 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Setelah Perlakuan ... 54

Lampiran 7 Hasil Uji Statistik Efek Bahan Uji Pada Menit Ke 30 Sampai Menit Ke 120 Setelah Perlakuan ... 55


(9)

LAMPIRAN 1

Form Etik


(10)

44

LAMPIRAN 2

Perhitungan Dosis

1. Daun Murbei (Morus alba L.) Berat basah adalah 1456 gr Berat kering diperoleh 232 gr Ekstrak etanol diperoleh 18,88 gr

Dosis daun murbei kering untuk manusia 70 kg adalah 30 gr (Setiawan Dalimartha, 2001)

Faktor konversi dari manusia ke mencit 20 gr = 0,0026 (Paget & Barnes, 1964)

Dosis untuk mencit 20 gr = 0,0026 x 30 gr = 0,078 gr

Dosis ekstrak etanol daun murbei untuk mencit 20 gr = 0,078 x

= 0,078 x 0,08137 gr

= 0,006349 gr = 6,3 mgr

Dosis I untuk mencit 23,72 gr =

x 6,3 = 7,47 mgr

= 0,00747 gr Dosis per KgBB

Dosis I = 0,00747 x

= 0,315 gr/KgBB

Dosis II = 0,63 gr/KgBB

2. Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Berat basah adalah 1490 gr

Berat kering diperoleh 221 gr Ekstrak etanol diperoleh 21,33 gr


(11)

Dosis daun pegagan basah untuk manusia 70 kg adalah 30-60 gr (Setiawan Dalimartha, 2001)

Dosis daun pegagan kering adalah

x 60 gr = 8,89 gr

Pada penelitian ini yang digunakan adalah 12 gr kering Faktor konversi dari manusia ke mencit 20 gr = 0,0026 Dosis untuk mencit 20 gr = 0,0026 x 12 gr = 0,0312 gr Dosis ekstrak etanol daun pegagan untuk mencit 20 gr

= 0,0312 x

= 0,0312 x 0,09652 gr

= 0,003011 gr

= 3,01 mgr Dosis I untuk mencit 23,72 gr =

x 3,01 = 3,57 mgr

= 0,00357 gr Dosis per KgBB

Dosis I = 0,00357 x

= 0,151 gr/KgBB

Dosis II = 0,302 gr/KgBB

3. Vaksin DPT

Dosis manusia 70 kg = 0,5 ml

Dosis untuk mencit 20 gr = 0,0026 x 0,5 ml = 0,0013 ml Dosis untuk mencit 23,72 gr =

x 0,0013 ml = 0,0015 ml

Dilakukan pengenceran sebanyak 25x sehingga yang disuntikkan adalah 25 x 0,0015 ml = 0,04 ml

4. Parasetamol

Dosis manusia 70 kg = 2 x 500 mg = 1000 mg = 1 gr


(12)

46

Dosis untuk mencit 20 gr = 0,0026 x 1 gr = 0,0026 gr = 2,6 mgr Dosis untuk mencit 23,72 gr =

x


(13)

LAMPIRAN 3

Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster

Dengan Bahan Uji Daun Murbei Dosis I

Waktu (Menit) Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 Suhu

Basal 35,3 34,8 35,9 35,7 35,5

30 37 37,7 36,8 37,5 36,5

45 37 37,7 37,4 39,4 36,9

60 37,2 37,7 37,3 37,3 36,9

75 37,8 38 37,3 39,2 38,6

90 35,5 37,4 36,8 38,9 35,6 105 35,4 36,1 36,8 37,6 35,7 120 37,8 34,9 38,8 35,7 37,3

Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster

Dengan Bahan Uji Daun Murbei Dosis II

Waktu (Menit) Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 Suhu

Basal 36 35,3 34,8 35,4 34,9

30 37,3 36,5 36 36,9 35,9

45 36,6 37,2 38,6 38,3 36,3 60 38,6 36,6 38,6 38,4 36,4

75 38 36,5 38,7 38,6 37,8

90 37,3 38,4 38,3 37,2 36,6 105 39,2 37,1 36,5 35,9 37,6 120 38,5 34,8 37,2 37,5 36,3


(14)

48

Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster

Dengan Bahan Uji Daun Pegagan Dosis I

Waktu (Menit) Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 Suhu

Basal 35,8 35,9 34,8 35,1 36 30 37,5 37,4 36,9 37,6 37,7 45 37,9 35,8 35,7 36,4 35,8 60 37,5 36,8 35,8 35,4 36,2 75 37,2 35,4 36,6 36,3 36,8

90 36,5 37,1 36 37 37,2

105 36,8 37 36 37,8 35,8

120 36,7 36 36,5 37 36,2

Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster

Dengan Bahan Uji Daun Pegagan Dosis II

Waktu (Menit) Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 Suhu

Basal 34,7 35,1 35,5 35,3 35,1 30 37,1 36,2 37,1 36,3 36,3 45 34,6 35,8 38,3 36,1 37,5 60 34,9 36,6 38,1 36,6 36,6 75 33,9 35,7 37,6 37,4 36,8 90 34,3 37,9 36,8 36,2 38,3 105 34,3 37,3 35,5 35,9 35,8 120 33,1 36,6 36,5 36,8 36


(15)

Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster

Dengan Bahan Uji Kontrol Negatif (CMC 1%)

Waktu (Menit) Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 Suhu

Basal 36,3 35,8 35,1 35,8 36,3 30 38,8 38,1 36,1 37,7 37,8

45 38,3 38 37,4 38,2 38,3

60 38,3 38,2 37,5 38,4 38,1

75 37,7 38 37,7 38,3 38

90 38,4 38,3 38,1 38,4 38,4 105 38,5 37,3 38,1 38,1 38,7

120 38,1 38 38 37,3 38

Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster

Dengan Bahan Uji Kontrol Pembanding (Parasetamol)

Waktu (Menit) Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 Mencit 5 Suhu

Basal 35,3 35,8 35,5 34,5 34,1

30 36,8 37 37 36,5 37,3

45 35,8 36,8 37,3 36,8 36,8 60 35,9 35,6 35,8 35,8 36,3

75 35,6 35,1 35,6 35,8 36

90 35,8 35,2 35,7 35,8 35,8 105 35,5 35,2 35,4 35,5 35,5 120 36,6 35,2 35,3 35,3 35,3


(16)

50

LAMPIRAN 4

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Pada Suhu Basal

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Suhu Tubuh 30 35.380 .5352 34.1 36.3

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Suhu Tubuh

N 30

Normal Parametersa,b Mean 35.380

Std. Deviation .5352

Most Extreme Differences Absolute .117

Positive .066

Negative -.117

Kolmogorov-Smirnov Z .641

Asymp. Sig. (2-tailed) .806

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(17)

LAMPIRAN 5

Hasil Uji Statistik Pada Suhu Basal

Oneway ANAVA

ANOVA

Suhu Tubuh

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between

Groups 2.184 5 .437 1.712 .170

Within Groups 6.124 24 .255


(18)

52

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Suhu Tubuh

Tukey HSD

(I) Faktor (J) Faktor

Mean Difference

(I-J)

Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound EEDM I EEDM II .1600 .3195 .996 -.828 1.148

EEDP I -.0800 .3195 1.000 -1.068 .908 EEDP II .3000 .3195 .932 -.688 1.288 Kontrol Negatif -.4200 .3195 .774 -1.408 .568 Kontrol

Pembanding .4000 .3195 .807 -.588 1.388 EEDM II EEDM I -.1600 .3195 .996 -1.148 .828

EEDP I -.2400 .3195 .973 -1.228 .748 EEDP II .1400 .3195 .998 -.848 1.128 Kontrol Negatif -.5800 .3195 .475 -1.568 .408 Kontrol

Pembanding .2400 .3195 .973 -.748 1.228 EEDP I EEDM I .0800 .3195 1.000 -.908 1.068 EEDM II .2400 .3195 .973 -.748 1.228 EEDP II .3800 .3195 .837 -.608 1.368 Kontrol Negatif -.3400 .3195 .891 -1.328 .648 Kontrol

Pembanding .4800 .3195 .666 -.508 1.468 EEDP II EEDM I -.3000 .3195 .932 -1.288 .688

EEDM II -.1400 .3195 .998 -1.128 .848 EEDP I -.3800 .3195 .837 -1.368 .608 Kontrol Negatif -.7200 .3195 .251 -1.708 .268 Kontrol

Pembanding .1000 .3195 1.000 -.888 1.088 Kontrol Negatif EEDM I .4200 .3195 .774 -.568 1.408 EEDM II .5800 .3195 .475 -.408 1.568 EEDP I .3400 .3195 .891 -.648 1.328


(19)

EEDP II .7200 .3195 .251 -.268 1.708 Kontrol

Pembanding .8200 .3195 .145 -.168 1.808 Kontrol

Pembanding

EEDM I -.4000 .3195 .807 -1.388 .588 EEDM II -.2400 .3195 .973 -1.228 .748 EEDP I -.4800 .3195 .666 -1.468 .508 EEDP II -.1000 .3195 1.000 -1.088 .888 Kontrol Negatif -.8200 .3195 .145 -1.808 .168

Homogeneous Subsets

Suhu Tubuh

Tukey HSDa

Faktor

N

Subset for alpha = 0.05 1

Kontrol Pembanding

5 35.040

EEDP II 5 35.140

EEDM II 5 35.280

EEDM I 5 35.440

EEDP I 5 35.520

Kontrol Negatif 5 35.860

Sig. .145

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.


(20)

54

LAMPIRAN 6

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Setelah Perlakuan

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Suhu Tubuh 30 35.917 1.0011 33.1 38.0

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Suhu Tubuh

N 30

Normal Parametersa,b Mean 35.917

Std. Deviation 1.0011

Most Extreme Differences Absolute .173

Positive .173

Negative -.136

Kolmogorov-Smirnov Z .949

Asymp. Sig. (2-tailed) .328

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(21)

Oneway ANAVA

ANOVA Suhu Tubuh

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 18.102 5 3.620 7.928 .000

Within Groups 10.960 24 .457


(22)

56

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Suhu Tubuh

Tukey HSD

(I) Faktor (J) Faktor Mean

Difference (I-J)

Std.

Error Sig.

95% Confidence Interval Lower

Bound

Upper Bound

EEDM I EEDM II -.3400 .4274 .966 -1.661 .981

EEDP I -.0800 .4274 1.000 -1.401 1.241

EEDP II .4800 .4274 .867 -.841 1.801

Kontrol Negatif -1.8600* .4274 .003 -3.181 -.539

Kontrol

Pembanding .3800 .4274 .945 -.941 1.701

EEDM II EEDM I .3400 .4274 .966 -.981 1.661

EEDP I .2600 .4274 .989 -1.061 1.581

EEDP II .8200 .4274 .416 -.501 2.141

Kontrol Negatif -1.5200* .4274 .018 -2.841 -.199

Kontrol

Pembanding .7200 .4274 .554 -.601 2.041

EEDP I EEDM I .0800 .4274 1.000 -1.241 1.401

EEDM II -.2600 .4274 .989 -1.581 1.061

EEDP II .5600 .4274 .777 -.761 1.881

Kontrol Negatif -1.7800* .4274 .004 -3.101 -.459

Kontrol

Pembanding .4600 .4274 .886 -.861 1.781

EEDP II EEDM I -.4800 .4274 .867 -1.801 .841

EEDM II -.8200 .4274 .416 -2.141 .501

EEDP I -.5600 .4274 .777 -1.881 .761

Kontrol Negatif -2.3400* .4274 .000 -3.661 -1.019

Kontrol

Pembanding -.1000 .4274 1.000 -1.421 1.221

Kontrol Negatif EEDM I 1.8600* .4274 .003 .539 3.181


(23)

EEDP I 1.7800* .4274 .004 .459 3.101

EEDP II 2.3400* .4274 .000 1.019 3.661

Kontrol

Pembanding 2.2400

*

.4274 .000 .919 3.561

Kontrol Pembanding

EEDM I -.3800 .4274 .945 -1.701 .941

EEDM II -.7200 .4274 .554 -2.041 .601

EEDP I -.4600 .4274 .886 -1.781 .861

EEDP II .1000 .4274 1.000 -1.221 1.421

Kontrol Negatif -2.2400* .4274 .000 -3.561 -.919

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Homogeneous Subsets

Suhu Tubuh

Tukey HSDa

Faktor

N

Subset for alpha = 0.05

1 2

EEDP II 5 35.200

Kontrol Pembanding 5 35.300

EEDM I 5 35.680

EEDP I 5 35.760

EEDM II 5 36.020

Kontrol Negatif 5 37.540

Sig. .416 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.


(24)

58

LAMPIRAN 8

Gambar-gambar Penelitian

Kandang mencit dan mencit Timbangan Swiss Webster jantan

Mortir dan stamper Termometer digital


(25)

Beaker glass Botol minum mencit

Parasetamol 500 mg Vaksin DPT


(26)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Demam adalah suhu tubuh di atas batas normal, yang dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang memengaruhi pusat pengaturan suhu (Guyton and Hall, 2011). Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Fauci, et al., 2008). Sebagai upaya menangani demam, masyarakat sering menggunakan obat-obatan yang mudah dibeli di apotek maupun warung. Masyarakat umumnya

menggunakan obat kimia sebagai antipiretik, seperti parasetamol dan aspirin, namun parasetamol dan aspirin mempunyai efek samping pada tubuh manusia terutama pada penggunaan jangka panjang. Efek samping parasetamol adalah mual, reaksi alergi, skin rash, acute renal tubular necrosis, kerusakan hati, leukopenia, trombositopenia, neutropenia, dan agranulositosis (Katzung, 2006).

Oleh karena itu pengembangan obat menggunakan tumbuhan terus dilakukan hingga saat ini. Daya tarik herbal terutama karena sifatnya yang alami sehingga dianggap lebih aman, lebih mudah didapat, dan sering dengan harga yang lebih murah. Banyaknya zat yang terkandung dalam sediaan herbal lebih menguntungkan karena dapat bekerja secara sinergis untuk menghasilkan efek yang lebih kuat daripada komponen tunggal (Juckett, 2004). Herbal yang sering digunakan sebagai antipiretik adalah daun murbei, daun pegagan, kunyit, patikan kebo, dan sambiloto.

Murbei (Morus alba L.) adalah salah satu tanaman di Indonesia yang berasal dari Cina. Tanaman ini telah menyebar luas hampir di seluruh tempat baik di daerah dengan iklim tropis maupun sub tropis. Murbei tergolong dalam famili Moraceae. Bagian – bagian dari tanaman ini seperti daun, ranting, kulit akar, dan buah dapat digunakan sebagai obat tradisional. Secara empiris masyarakat telah


(27)

memanfaatkan murbei sebagai obat tradisional dalam bentuk sediaan kasar dengan cara direbus baik dari daun, kulit akar, atau ranting untuk demam, flu, malaria, hipertensi, asma, obat hipertensi, palpitasi, diabetes, insomnia, vertigo, anemia, hepatitis dan diabetes mellitus (DepKes RI, 1989; Setiawan Dalimartha, 2001). Murbei juga diketahui dapat digunakan sebagai antipiretik atau penurun demam yang disebabkan adanya kandungan isokuercetin yang dapat menghambat pembentukan prostaglandin (Mills & Bone, 2000).

Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) adalah salah satu tanaman yang tumbuh liar di seluruh Indonesia pada umumnya di daerah beriklim tropis. Pegagan tergolong dalam family Apiaceae. Bagian – bagian dari tanaman ini dalam bentuk herba dapat digunakan sebagai obat tradisional. Secara empiris masyarakat telah memanfaatkan pegagan dengan cara direbus atau dimakan dalam keadaan segar sebagai obat tradisional untuk demam, diuretik, dan asma (Setiawan Dalimartha, 2001). Pegagan juga diketahui dapat digunakan sebagai antipiretik atau penurun demam yang disebabkan adanya kandungan kemferol, kuersetin, glukosid, dan saponin yang dapat menghambat dehidrogenase jalur pembetukan prostaglandin (DepKes RI, 1989).

Penelitian ini dimaksudkan untuk menilai efek daun murbei dan daun pegagan terhadap suhu tubuh sentral pada hewan coba mencit galur Swiss Webster.

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, identifikasi masalah penelitian ini :

1. Apakah ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) berefek antipiretik pada mencit Swiss Webster.

2. Apakah ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berefek antipiretik pada mencit Swiss Webster.

3. Apakah ekstrak etanol daun murbei mempunyai potensi antipiretik yang sama dengan ekstrak etanol daun pegagan.


(28)

3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan obat alternative dalam mengatasi demam.

2. Tujuan penelitian ini adalah :

 Untuk menilai efek antipiretik ekstrak etanol herbal daun murbei pada mencit Swiss Webster.

 Untuk menilai efek antipiretik ekstrak etanol herbal daun pegagan pada mencit Swiss Webster.

 Untuk menilai potensi antipiretik ekstrak etanol daun murbei dibandingkan dengan ekstrak etanol daun pegagan.

1.4 Manfaat penelitian

1. Manfaat akademis :

Menambah wawasan dan pengetahuan farmakologi tanaman obat tradisional khususnya efek antipiretik ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) serta perbandingan potensinya pada mencit Swiss Webster.

2. Manfaat praktis :

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat dari daun murbei dan daun pegagan yang dapat digunakan sebagai alternatif penurun demam.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1.5.1 KerangkaPemikiran

Pirogen adalah substansi yang dapat menyebabkan demam. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien yang biasanya berupa produk mikroba, toksin, atau keseluruhan mikroba tersebut. Endotoksin adalah molekul pirogen yang paling kuat pada manusia. Selain pirogen eksogen, tubuh juga


(29)

memproduksi pirogen yaitu IL-1, IL-6, tumor necrosis factor (TNF), ciliary neurotropic factor (CNTF), dan interferon-α (Fauci, et al., 2008).

Sitokin pirogen dilepaskan dari sel dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Sitokin tersebut akan menginduksi sintesis dari prostaglandin E2 (PGE2). Kemudian prostaglandin E2 (PGE2) akan mencapai hipotalamus melalui arteri carotis interna. Peningkatan prostaglandin E2 (PGE2) di dalam otak akan mengaktifkan proses peningkatan set point hipotalamus. Peningkatan set point

hipotalamus akan meningkatkan produksi panas sehingga mengakibatkan terjadinya demam (Fauci, et al., 2008).

Daun murbei mengandung flavonoid yaitu isokuercetin yang akan

menghambat enzim siklooksigenase untuk pembentukan prostaglandin (Mills & Bone, 2000). Daun pegagan mengandung kemferol, kuersetin, glukosid, dan saponin yang akan menghambat dehidrogenase jalur pembentukan prostaglandin (DepKes RI, 1989; Robinson, 1995).

1.5.2 Hipotesis

1. Ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) berefek antipiretik pada mencit Swiss Webster.

2. Ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berefek antipiretik pada mencit Swiss Webster.

3. Ekstrak etanol daun murbein mempunyai potensi antipiretik yang sama dengan ekstrak etanol daun pegagan.

1.6 Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik, diinduksi demam menggunakan vaksin DPT. Data yang diukur adalah suhu tubuh mencit dalam derajat Celcius. Analisis data suhu tubuh (derajat Celcius) untuk sebelum dan sesudah induksi dengan vaksin DPT, diuji dengan uji t berpasangan, sedangkan data setelah perlakuan dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov.


(30)

5

Bila distribusi normal dilakukan ANAVA satu arah. Apabila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Bila distribusi tidak normal dilakukan uji non-parametrik Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney U dengan α = 0,05. Analisis data menggunakan program komputer.


(31)

5.1Simpulan

1. Ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) berefek antipiretik pada

mencit Swiss Webster.

2. Ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berefek

antipiretik pada mencit Swiss Webster.

3. Ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) mempunyai potensi

antipiretik yang sama dengan ekstrak etanol daun pegagan (Centella

asiatica (L.) Urban) pada mencit Swiss Webster.

5.1Saran

1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai efek ekstrak etanol daun murbei

(Morus alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) pada manusia.

2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis optimal ekstrak

Daun Murbei (Morus alba L.) dan ekstrak Daun Pegagan (Centella

asiatica (L.) Urban).

3. Perlu penelitian mengenai toksisitas ekstrak etanol daun murbei

(Morus alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban).


(32)

41

DAFTAR PUSTAKA

Chang H.M., Butt P.P.H., (1986). Sangye. Dalam: Pharmacology And Application of Chinese Materia Medica. Vol II. Singapore: Fong and Sons, p 994-996.

Departemen Kesehatan RI. (1989). Murbai. Vademikum Bahan Obat Alam. Jakarta :

Depkes RI, h 210-212.

Departemen Kesehatan RI. (1989). Pegagan. Vademikum Bahan Obat Alam. Jakarta : Depkes RI, h 226-230.

Fauci, A.S., Braunwald, E., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Longo, D.L., Jameson, J.L.,

et al. (2008). Harrisons’s Principles of Internal Medicine (17th Edition ed., Vol. I). New York: McGraw-Hill.

Ganong, W. F. (2003). Review of Medical Physiology (21 ed.). San Fransisco : McGraw-Hill.

Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2011). Textbook of Medical Physiology (12 ed). Philadelphia: Elsevier Saunders.

Juckett, G. (2004). Herbal Medicine. In Charles R. Craig; Robert E. Stitzel eds :

Modern Pharmacology. 6th ed. Lippincott: Williams & Wlkins.

Katzung, B. G. (2006). Basic & Clinical Pharmacology (10 ed). New York : McGraw-Hill Companies.

Kemas Ali Hanafiah. (2005). Prinsip Percobaan dan Perancangannya. Dalam :

Rancangan Percobaan Aplikatif: Aplikasi Kondisional Bidang Pertamanan, Peternakan, Perikanan, Industri dan Hayati. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, h 1-17.

Mills S., Bone K. (2000). Principles and practice of phytotherapy. London : Churchill Livingstone.


(33)

Paget, G.E., and Barnes J.M., (1964). Toxicity Test In: Laurence D.R., and Bacharach A.L., eds. Evaluation of Drug Activities Pharmacometrics, Vol. I. Academic and New York. p. 161-162.

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-6 Terjemahan

Kosasih Padmawinata. ITB Press. Bandung.

Setiawan Dalimartha. (2001). Murbei. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Cetakan ke-III. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, h 90-95.

Setiawan Dalimartha. (2001). Pegagan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid II. Cetakan ke-I. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.

Sherwood, L. (2010). Human Physiology. Canada: Brooks/Cole, Cengage Learning. Tjitrosoepomo, G. (2001). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University


(1)

3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan obat alternative dalam mengatasi demam.

2. Tujuan penelitian ini adalah :

 Untuk menilai efek antipiretik ekstrak etanol herbal daun murbei pada mencit Swiss Webster.

 Untuk menilai efek antipiretik ekstrak etanol herbal daun pegagan pada mencit Swiss Webster.

 Untuk menilai potensi antipiretik ekstrak etanol daun murbei dibandingkan dengan ekstrak etanol daun pegagan.

1.4 Manfaat penelitian

1. Manfaat akademis :

Menambah wawasan dan pengetahuan farmakologi tanaman obat tradisional khususnya efek antipiretik ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) serta perbandingan potensinya pada mencit Swiss Webster.

2. Manfaat praktis :

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat dari daun murbei dan daun pegagan yang dapat digunakan sebagai alternatif penurun demam.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1.5.1 KerangkaPemikiran

Pirogen adalah substansi yang dapat menyebabkan demam. Pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien yang biasanya berupa produk mikroba, toksin, atau keseluruhan mikroba tersebut. Endotoksin adalah molekul pirogen yang paling kuat pada manusia. Selain pirogen eksogen, tubuh juga


(2)

4

memproduksi pirogen yaitu IL-1, IL-6, tumor necrosis factor (TNF), ciliary neurotropic factor (CNTF), dan interferon-α (Fauci, et al., 2008).

Sitokin pirogen dilepaskan dari sel dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Sitokin tersebut akan menginduksi sintesis dari prostaglandin E2 (PGE2). Kemudian prostaglandin E2 (PGE2) akan mencapai hipotalamus melalui arteri carotis interna. Peningkatan prostaglandin E2 (PGE2) di dalam otak akan mengaktifkan proses peningkatan set point hipotalamus. Peningkatan set point hipotalamus akan meningkatkan produksi panas sehingga mengakibatkan terjadinya demam (Fauci, et al., 2008).

Daun murbei mengandung flavonoid yaitu isokuercetin yang akan menghambat enzim siklooksigenase untuk pembentukan prostaglandin (Mills & Bone, 2000). Daun pegagan mengandung kemferol, kuersetin, glukosid, dan saponin yang akan menghambat dehidrogenase jalur pembentukan prostaglandin (DepKes RI, 1989; Robinson, 1995).

1.5.2 Hipotesis

1. Ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) berefek antipiretik pada mencit Swiss Webster.

2. Ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berefek antipiretik pada mencit Swiss Webster.

3. Ekstrak etanol daun murbein mempunyai potensi antipiretik yang sama dengan ekstrak etanol daun pegagan.

1.6 Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik, diinduksi demam menggunakan vaksin DPT. Data yang diukur adalah suhu tubuh mencit dalam derajat Celcius. Analisis data suhu tubuh (derajat Celcius) untuk sebelum dan sesudah induksi dengan vaksin DPT, diuji dengan uji t berpasangan, sedangkan data setelah perlakuan dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov.


(3)

5

Bila distribusi normal dilakukan ANAVA satu arah. Apabila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Bila distribusi tidak normal dilakukan uji non-parametrik Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney U dengan α = 0,05. Analisis data menggunakan program komputer.


(4)

40

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

1. Ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) berefek antipiretik pada mencit Swiss Webster.

2. Ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berefek antipiretik pada mencit Swiss Webster.

3. Ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) mempunyai potensi antipiretik yang sama dengan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) pada mencit Swiss Webster.

5.1Saran

1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai efek ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) pada manusia.

2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis optimal ekstrak Daun Murbei (Morus alba L.) dan ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban).

3. Perlu penelitian mengenai toksisitas ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban).


(5)

41

DAFTAR PUSTAKA

Chang H.M., Butt P.P.H., (1986). Sangye. Dalam: Pharmacology And Application of Chinese Materia Medica. Vol II. Singapore: Fong and Sons, p 994-996.

Departemen Kesehatan RI. (1989). Murbai. Vademikum Bahan Obat Alam. Jakarta : Depkes RI, h 210-212.

Departemen Kesehatan RI. (1989). Pegagan. Vademikum Bahan Obat Alam. Jakarta : Depkes RI, h 226-230.

Fauci, A.S., Braunwald, E., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Longo, D.L., Jameson, J.L., et al. (2008). Harrisons’s Principles of Internal Medicine (17th Edition ed., Vol. I). New York: McGraw-Hill.

Ganong, W. F. (2003). Review of Medical Physiology (21 ed.). San Fransisco : McGraw-Hill.

Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2011). Textbook of Medical Physiology (12 ed). Philadelphia: Elsevier Saunders.

Juckett, G. (2004). Herbal Medicine. In Charles R. Craig; Robert E. Stitzel eds : Modern Pharmacology. 6th ed. Lippincott: Williams & Wlkins.

Katzung, B. G. (2006). Basic & Clinical Pharmacology (10 ed). New York : McGraw-Hill Companies.

Kemas Ali Hanafiah. (2005). Prinsip Percobaan dan Perancangannya. Dalam : Rancangan Percobaan Aplikatif: Aplikasi Kondisional Bidang Pertamanan, Peternakan, Perikanan, Industri dan Hayati. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, h 1-17.

Mills S., Bone K. (2000). Principles and practice of phytotherapy. London : Churchill Livingstone.


(6)

42

Paget, G.E., and Barnes J.M., (1964). Toxicity Test In: Laurence D.R., and Bacharach A.L., eds. Evaluation of Drug Activities Pharmacometrics, Vol. I. Academic and New York. p. 161-162.

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-6 Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB Press. Bandung.

Setiawan Dalimartha. (2001). Murbei. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Cetakan ke-III. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, h 90-95.

Setiawan Dalimartha. (2001). Pegagan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid II. Cetakan ke-I. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.

Sherwood, L. (2010). Human Physiology. Canada: Brooks/Cole, Cengage Learning. Tjitrosoepomo, G. (2001). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University