PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DENGAN MENGGUNAKAN TEORI BRUNER UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIK SISWA SMP PADA MATERI BENTUK ALJABAR.

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

JUITA LESTARI SIANTURI NIM : 8136172045

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2017


(2)

i

Matematik Siswa SMP pada Materi Bentuk Aljabar. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2017.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendeskripsikan validitas dan keefektifan bahan ajar yang dikembangkan dengan menggunakan teori Bruner dan (2) mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa setelah menggunakan bahan ajar yang dikembangkan dengan menggunakan teori Bruner pada materi Bentuk Aljabar. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan menggunakan model pengembangan Four-D yang telah dimodifikasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 10 Medan, sampel untuk uji coba adalah kelas VII-A dan VII-B yang telah diuji homogenitasnya. Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah buku siswa, LAS dan RPP. Adapun instrumen yang digunakan adalah : (1) tes pemahaman konsep; (2) angket respon siswa terhadap bahan ajar dan (3) lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik parametrik. Dari hasil uji coba 1 dan uji coba 2 yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa : (1) bahan ajar yang dikembangkan dengan menggunakan teori Bruner memenuhi kriteria valid yang diuji oleh 5 validator dan efektif ditinjau dari a) ketuntasan secara klasikal minimal 85% yaitu 85,72%; b) kemampuan guru mengelola pembelajaran dalam kategori baik dengan nilai 3,14; c) aktivitas siswa selama proses pembelajaran berada pada batas toleransi keefektifan d) respon positif siswa mencapai lebih dari 75% untuk tiap komponen bahan ajar; dan (2) terdapat peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik terhadap siswa ditinjau dari nilai rata-rata kelas yaitu dari 66,50 menjadi 77,77 dan kemampuan setiap indikator pemahaman konsep ditinjau dari rata-rata skor penyelesaian setiap butir soal hampir memenuhi kriteria baik. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar guru Matematika dapat mengembangkan bahan ajar menggunakan teori Bruner untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa pada materi matematika yang lain, sehingga nantinya siswa tidak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal.

Kata kunci : teori Bruner, pemahaman konsep matematik, dan model pengembangan Four-D


(3)

ii

High School Students in Algebra. Thesis. Mathematics Education Postgraduate State University of Medan. 2017.

The objectives of study were to: (1) describe the validity and effectiveness of the teaching materials which where developed by using the theory of Bruner and (2) describe the students’ understanding ability in maability of understanding mathematical concepts after using teaching materials which were developed from Bruner Theory in Algebra Shape material. This research deals with the advanced modified Four-D. The population in this study were all students at SMP Negeri 10 Medan, the sample for testing were VII-A and VII-B class that had been tested homogeneity. Teaching materials developed in this study were the students’ books, students’ activity sheets and lesson plan. The instruments used were: (1) concept understanding test; (2) the student questionnaire to students’ responses toward the instructional materials and (3) the teachers and students observation sheet activity. The data were analyzed using descriptive statistics and parametric statistical analysis. The data analysis result showed: (1) teaching materials developed by using the theory of Bruner valid criteria tested by 5 validator and effective in terms of : a) completeness in classical minimum of 85% ie 85.72 %; b) the ability of teachers to manage learning in both categories with a value of 3.14; c) activities of students during the learning process within the tolerance limits the effectiveness d) the positive response of students reached more than 75% for each component of the instructional materials; and (2) there is an increasing ability of understanding mathematical concepts to students in terms of the average value of 66.50 into a class that is 77.77 and capabilities of each indicator understanding of the concept in terms of the average score of the completion of each item on nearly meets both criteria. Based on these results, it is suggested that Math teachers should develop teaching materials using the theory of Bruner to improve students' understanding in mathematics other materials, so that students will not have difficulty in solving problems

Keywords : theory Bruner, understanding of mathematical concepts, and Four-D model development


(4)

i

tesis ini dengan baik. Tesis berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Teori Bruner untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematik Siswa SMP pada Materi Bentuk Aljabar” disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini dengan segenap kerendahan dan ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Martua Manullang, M.Pd selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr. Yulita Molliq Rangkuti, M.Sc selaku dosen pembimbing II yang meluangkan waktu disela kesibukannya untuk memberikan ilmu, bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat membangun bagi penulis. 2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Dr. Syafari, M.Pd, dan

Bapak Dr. Ani Minarni, M.Si selaku narasumber yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Ketua Prodi dan Bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberi bantuan, arahan, dan nasihat yang sangat berharga bagi penulis.

4. Bang Henri Dalimunthe selaku Staf Administrasi Prodi Pendidikan Matematika yang membantu penulis dalam penyelesaian administrasi sampai akhir.

5. Seluruh bapak/ ibu dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang sudah memberikan ilmu pengetahuan yang tidak terhingga dan nasihat yang berharga kepada penulis.

6. Bapak Prof. Dr.Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri, Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur, Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S, MM selaku Asisten Direktur I, dan Bapak Prof. Dr. Busmin


(5)

ii

Bapak A. Saragih, S.Pd selaku guru matematika di kelas VII yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian.

8. Teristimewa Ayahanda R. Sianturi dan Ibunda M. Lumbantoruan yang dengan sepenuh hati memberikan dorongan semangat, doa serta dukungan moril dan material bagi keberhasilan penulis.

9. Saudara-saudariku tercinta, abangku Togap R. Sianturi, dan kakak-kakakku Evi S. Sianturi, Elly S. Sianturi, Medy Manurung, serta adikku yang selalu menjadi penyemangatku Kristina M. Sianturi dan Rizal F. Sianturi.

10. Teman-teman seperjuangan di kelas B-4 angkatan 2013 khususnya teman terbaikku Agnes dan Rissa kalian semua mempunyai andil yang sangat besar dalam hidupku.

11. Seluruh guru Noble School Medan khususnya buat sahabatku Endang Sari Prima Nababan, S.Pd, Gr., yang selalu memberi dukungan, semangat, doa dan nasihat yang berharga.

12. Seluruh siswa-siswi kelas VII-A, VII-B dan VII-D SMP Negeri 10 Medan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga tesis ini dapat memberi manfaat bagi mahasiswa di lingkungan Prodi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Januari 2017 Penulis,


(6)

v

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL viii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 24

1.3 Pembatasan Masalah 25

1.4 Rumusan masalah 25

1.5 Tujuan Penelitian 26

1.6 Manfaat Penelitian 26

1.7 Definisi Operasional 27

BAB II KAJIAN PUSTAKA 29

2.1 Kajian Teori 29

2.1.1 Bahan Ajar 29

2.1.2 Model Pengembangan Bahan Ajar 41

2.1.3 Kualitas Bahan Ajar 51

2.1.4 Teori Belajar Bruner 57

2.1.5 Hakikat Pemahaman Konsep 73

2.1.6 Efektifitas Proses Pembelajaran 76

2.2 Kerangka Konseptual 80

2.2.1 Efektivitas Bahan Ajar dalamMeningkatkan Pemahaman

Konsep Matematik Siswa Ditinjau dari Ketuntasan Klasikal 80 2.2.2 Efektifitas Bahan Ajar Ditinjau dari Kadar Aktivitas Siswa 81 2.2.3 Efektifitas Bahan Ajar Ditinjau dari Kemampuan Guru

Mengelola Proses Pembelajaran 82

2.2.4 Efektivitas Bahan Ajar Ditinjau dari Respon Siswa 83

BAB III METODE PENELITIAN 85

3.1 Jenis Penelitian 85

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 85

3.3 Subjek dan Objek Penelitian 86

3.4 Rancangan dan Prosedur Penelitian 86

3.4.1 Tahap Pendefinisian 86

3.4.2 Tahap Perancangan 90

3.4.3 Tahap Pengembangan 91


(7)

vi

3.5.2 Lembar Validasi Buku Siswa 95

3.5.3 Lembar Validasi LAS 97

3.5.4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa 98

3.5.5 Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran 99

3.5.6 Lembar Angket Respon Siswa 100

3.5.7 Tes Pemahaman Konsep 101

3.6 Teknik Analisis Data 103

3.6.1 Analisis Data Lembar Validasi 103

3.6.2 Analisis Data Aktivitas Siswa 105

3.6.3 Analisis Data Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran 106

3.6.4 Analisis Data Respon Siswa 108

3.6.5 Analisis Data Tes Pemahaman Konsep Matematik 109

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 113

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 114

4.1.1 Deskripsi Tahap Pendefinisian 117

4.1.2 Deskripsi Tahap Perancangan 120

4.1.3 Deskripsi Tahap Pengembangan 127

4.2 Deskripsi Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik 158

4.3 Keterbatasan Penelitian 162

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 164

5.1 Kesimpulan 164

5.2 Saran 166


(8)

viii

Tabel 3.1. Kisi-kisi Lembar Validasi RPP 94

Tabel 3.2. Kisi-kisi Lembar Validasi Buku Siswa 93

Tabel 3.3. Kisi-kisi Lembar Validasi LAS 97

Tabel 3.4. Kisi-kisi Lembar Aktivitas Siswa 98

Tabel 3.5. Kisi-kisi Lembar Observasi Kemampuan Guru 99 Tabel 3.6. Kisi-kisi Lembar Angket Respon Siswa 100 Tabel 3.7. Rubrik Penilaian Tes Pemahaman Konsep 102

Tabel 3.8. Kriteria Tingkat Kevalidan 104

Tabel 3.9. Persentase Waktu Ideal dan Batas Toleransi Aktivitas 106

Tabel 3.10. Kritera Nilai Kemampuan Guru 108

Tabel 3.11. Kriteria Koefisien Validitas dan Reliabilitas Tes 111

Tabel 4.1. Sub Topik dan Tujuan Pembelajaran 119

Tabel 4.2. Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep Matematik 121

Tabel 4.3. Media dan Alat Bantu Pembelajaran 122

Tabel 4.4. Daftar Nama Validator 128

Tabel 4.5. Hasil Validasi RPP 128

Tabel 4.6. Revisi RPP 130

Tabel 4.7. Hasil Validasi Buku Siswa 131

Tabel 4.8. Revisi Buku Siswa 132

Tabel 4.9. Hasil Validasi LAS 134

Tabel 4.10 Revisi LAS 135

Tabel 4.11 Hasil Validasi Tes Pemahaman Konsep oleh Validator 136 Tabel 4.12 Hasil Reliabilitas Tes Pemahaman Konsep 137 Tabel 4.13 Deskripsi Hasil Tes Pemahaman Konsep di Kelas VIIA 139

Tabel 4.14 Data Observasi Aktivitas Siswa 141

Tabel 4.15 Data Observasi Aktivitas Guru 142

Tabel 4.16 Data Hasil Angket Respon Siswa 143

Tabel 4.17 Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa Kelas VIIA dan VIIB 146 Tabel 4.18 Statistik Deskriptif Skor Tes Kemampuan Awal Siswa Kelas 147 Tabel 4.19 Hasil Uji Normalitas Siswa Kelas VIIA dan VIIB 149 Tabel 4.20 Hasil Uji Homogenitas Varians Siswa Kelas VIIA dan VIIB 149 Tabel 4.21 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Skor Tes Kemampuan 151 Tabel 4.22 Deskripsi Nilai Tes Pemahaman Konsep Kelas VIIB 152

Tabel 4.23 Data Observasi Aktivitas Siswa 153

Tabel 4.24 Data Observasi Aktivitas Guru 154

Tabel 4.25 Data Hasil Angket Respon Siswa 156


(9)

vii

Gambar 1.2 Contoh RPP yang digunakan guru 9

Gambar 1.3 Persentase Nilai Tes Hasil Diagnostik 15

Gambar 1.4 Kriteria Pemahaman Konsep 19

Gambar 3.1 Model Four-DThiagarajan dan Semmel 90

Gambar 4.1 Peta Konsep Bentuk Aljabar 117

Gambar 4.2 Tampilan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 124

Gambar 4.3 Tampilan Buku Siswa 125

Gambar 4.4 Tampilan Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 126 Gambar 4.5 Tampilan Tes Pemahaman Konsep Matematik 127 Gambar 4.6 Hasil Ketuntasan Siswa secara Individu 140 Gambar 4.7 Diagram Batang Skor Rata-rata Kemampuan Prasyarat Siswa 148 Gambar 4.8 Kriteria Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa 160 Gambar 4.9 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik 161


(10)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang lebih sempit dari sistem pendidikan. Tetapi melalui sistem pembelajaran ini terbentuk kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik. Sebagai suatu sistem, pembelajaran memiliki berbagai komponen yang berperan dan berinteraksi dengan komponen lain dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Salah satu komponen yang penting dalam sistem pembelajaran adalah bahan ajar untuk siswa (Sanjaya, 2010:195).

Bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan oleh pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas (Daryanto, 2014:171). Bentuk bahan ajar yang digunakan berupa bahan ajar tertulis atau tidak tertulis. Melalui bantuan bahan ajar, para guru dapat menanamkan konsep suatu materi kepada siswa.

Dalam proses pembelajaran, bahan ajar berkedudukan sebagai modal awal yang akan digunakan atau diproses untuk mencapai hasil. Hasil tersebut berupa pemahaman dan kemampuan siswa. Bahan ajar berfungsi sebagai pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada siswa, untuk dipelajari atau dikuasai serta sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.


(11)

Pada dasarnya bahan ajar memiliki beberapa peran penting bagi guru, siswa dan kegiatan pembelajaran. Menurut Sitohang (2014:22), peran bahan ajar bagi guru yaitu mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator dan meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif, interaktif serta efisien dalam menghemat waktu guru dalam mengajar. Untuk siswa sendiri selain membantu siswa dalam memahami konsep sebuah materi, bahan ajar dapat berperan membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar mandiri artinya siswa dapat belajar tanpa harus ada guru atau teman siswa yang lain.

Dalam kegiatan pembelajaran, bahan ajar sangat penting artinya bagi guru dan siswa. Jika tanpa bahan ajar yang lengkap, guru akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan efektivitas pembelajarannya. Siswa juga akan mengalami kesulitan dalam belajarnya jika tidak dilengkapi dengan bahan ajar yang baik. Hal lain yang dapat menyulitkan siswa adalah jika guru menjelaskan materi pelajaran dengan cepat dan kurang jelas. Oleh karena itu, bahan ajar merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa bahan ajar penting bagi seorang guru, antara lain (1) bahan ajar sebagai panduan; bahan ajar merupakan panduan guru dalam menjalankan tugasnya di kelas. Dengan adanya bahan ajar, proses pembelajaran akan sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh guru tersebut, (2) bahan ajar sebagai parameter; dengan adanya bahan ajar, guru dapat melakukan analisis kemampuan siswa terhadap materi pelajaran yang disajikan. Guru dapat melihat sudah sejauh mana materi yang telah diserap oleh siswa.


(12)

Berapa banyak siswa yang membutuhkan bimbingan khusus, serta dapat dijadikan acuan dalam proses pembelajaran berikutnya, (3) bahan ajar sebagai peningkatan profesionalisme; dengan adanya bahan ajar, guru dapat semakin mengasah kemampuannya dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat meningkatkan profesionalime guru dalam bekerja. (4) bahan ajar mempermudah para guru dalam membantu proses fasilitasi pembelajaran; dengan adanya bahan ajar guru dapat lebih mudah melakukan inovasi-inovasi dengan berbagai model pembelajaran yang dapat menarik minat siswa belajar.

Profesi guru sebagai pendidik mengharuskan guru untuk mengembangkan kemampuan diri baik dari segi ilmu maupun kemampuan pedagogiknya. Menurut Kemendikbud (2014:31), beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru untuk pengembangan diri antara lain: (1) penyusunan RPP, program kerja, dan/ atau perencanaan pendidikan; (2) penyusunan kurikulum dan bahan ajar; (3) pengembangan metodologi mengajar; pengembangan metodologi mengajar; (4) penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik; (5) penggunaan dan pengembangan teknologi informatika dan komputer (TIK) dalam pembelajaran; dan (6) inovasi proses pembelajaran.

Sehubungan dengan kurikulum di era 2000-an yakni KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) 2004, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006, dan Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis pada kompetensi dengan pembelajaran yang konstruktivis. Keterlaksanaan kurikulum berbasis kompetensi sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran, yakni pemgembangan silabus, buku ajar, sumber dan media


(13)

pembelajaran, model pembelajaran, instrumen asesmen, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (Akbar, 2013:2).

Perangkat pembelajaran tersebut sangat perlu diimplementasikan dalam praktik pembelajaran sehari-hari di satuan pendidikan. Akan tetapi, praktik pembelajaran sehari-hari di sekolah masih mengalami berbagai persoalan dengan perangkat pembelajaran yang digunakan untuk mengoperasikan jalannya pembelajaran. Akbar (2013: 2) mengatakan bahwa :

Permasalahan perangkat pembelajaran yang digunakan guru di sekolah yaitu (1) banyak indikator dan tujuan pembelajaran yang dirumuskan guru masih cenderung pada kemampuan kognisi, afeksi, dan psikomotor yang rendah, (2) bahan ajar yang digunakan guru masih cenderung kognitivistik, (3) pemanfaatan sumber dan media yang masih kurang, (4) model pembelajaran konvensional yang banyak diterapkan guru sehingga kurang memicu keaktifan siswa, dan (5) penilaian proses juga kurang berjalan optimal karena keterbatasan kemampuan mengembangkan instrument asesmen.

Seiring dengan tuntutan kurikulum yang berlaku saat ini, guru-guru dipacu untuk mampu mengembangkan profesionalisme melalui daya kreasinya dalam menciptakan pembelajaran yang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Kreativitas ini bukan hanya dalam menciptakan metode dan strategi pembelajaran yang lebih menarik, bermakna, dan menyenangkan, tetapi juga dalam penyediaan sarana belajar yang lebih variatif dan fungsional agar mampu mendukung kelancaran dan keberhasilan pembelajaran peserta didik.

Tidak ada cara mengajar yang paling baik dan cara belajar yang paling

benar dalam pendidikan. Setiap orang berbeda dalam kemampuan intelektual, sikap dan kepribadian sehingga mereka mengadopsi pendekatan-pendekatan yang


(14)

berbeda dalam untuk belajar sesuai dengan karakteristik masing-masing. Sehingga dengan menggunakan berbagai macam strategi belajar, pengetahuan yang diperolehnya dapat lebih bermakna dan berkualitas. Hal ini yang menjadi tantangan bagi guru matematika sehingga diharapkan guru matematika harus dapat menggali seluruh kemampuannya agar mampu menciptakan model-model pembelajaran matematika yang dapat memelihara suasana kelas dan iklim yang serasi bagi siswa agar tercapai tujuan pembelajaran matematika yang optimal. Dengan kata lain, guru sebagai perancang dan pengelola pembelajaran harus mampu merencanakan pembelajaran yang menyenangkan, mudah dipahami siswa, dan dapat mengaktifkan siswa sehingga matematika semakin disenangi siswa.

Kompetensi dalam mengembangkan bahan ajar idealnya telah dikuasai oleh guru dengan baik. Tetapi kenyataannya masih banyak guru yang belum menguasai dan cenderung tidak tertarik untuk mengembangkan bahan ajar. Sehingga pembelajaran yang bersifat konvensional masih sering terjadi di dalam kelas. Dampak dari pembelajaran konvensional ini antara lain aktivitas guru lebih dominan dan sebaliknya siswa kurang aktif karena lebih cenderung menjadi pendengar. Di samping itu pembelajaran yang dilakukannya juga kurang menarik karena pembelajaran kurang variatif.

Bahan ajar yang akan dikembangkan seharusnya sesuai dengan kurikulum yang digunakan yaitu sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan sekolah serta dapat menjawab atau memecahkan masalah belajar. Contoh bahan ajar yang


(15)

dapat dikembangkan adalah buku siswa, Lembar Aktivitas Siswa (LAS), dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Buku teks sebagai salah satu perangkat pembelajaran yang digunakan terkadang tidak sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan guru. Kesesuaian antara buku teks dengan model pembelajaran yang digunakan akan lebih meningkatkan efektivitas pembelajaran yang dilakukan guru

Buku merupakan bahan ajar yang mendukung kegiatan pembelajaran. Menurut Trianto (2011:227), buku siswa merupakan buku panduan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memuat materi pelajaran, kegiatan penyelidikan, berdasarkan konsep dan kegiatan, informasi, dan contoh-contoh penerapan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan buku ajar yang baik harus memenuhi kriteria valid dan efektif. Menurut Akbar (2013:34) buku ajar yang baik adalah : (1) akurat (akurasi); (2) sesuai (relevansi); (3) komunikatif; (4) lengkap dan sistematis; (5) berorientasi pada Student Centered; (6) berpihak pada ideologi bangsa dan negara; (7) kaidah bahasa benar, buku ajar yang ditulis menggunakan ejaan, istilah dan struktur yang tepat; (8) terbaca, buku ajar yang keterbacaanya tinggi mengandung panjang kalimat dan struktur kalimat sesuai pemahaman pembaca.

Tetapi kenyataannya buku yang digunakan di tempat penelitian masih memiliki kelemahan seperti berikut: pertama, tidak ada penjelasan konsep dan langsung menyajikan rumus yang selanjutnya digunakan untuk menyelesaikan masalah. Kedua, buku berisi soal-soal rutin yang merupakan penerapan rumus-rumus sehingga tidak mendukung siswa mengkontruksikan pengetahuannya.


(16)

Gambar 1.1. Contoh Buku Pegangan Siswa

Di dalam proses belajar mengajar, lembar aktivitas siswa (LAS) juga tidak kalah penting diperhatikan. Walaupun banyak sekali LAS yang diperjualbelikan di pasaran, guru harus tetap mempertimbangkan dengan bijak dalam memilih LAS yang sebaiknya digunakan. Dari beberapa lembar aktivitas siswa, pada umumnya hanya berisi pemahaman terhadap materi tidak bertujuan untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Jadi dengan kata lain lembar aktivitas siswa (LAS) tersebut hanya bentuk lain dari buku teks atau modul. LAS seharusnya memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan siswa untuk memaksimalkan pemahaman siswa sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai.

Guru juga dapat memanfaatkan LAS sebagai latihan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan matematika siswa. Selain itu, manfaat


(17)

lembar aktivitas siswa adalah memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran serta melatih siswa untuk belajar secara mandiri dalam memahami suatu tugas secara tertulis. Tetapi pada kenyataannya, peran LAS sebagai salah satu bahan ajar yang mendukung buku ajar siswa belum dimanfaatkan dalam pembelajaran di SMP Negeri 10 Medan, karena di sekolah tersebut tidak menggunakan LAS. Guru hanya memberikan soal-soal dari buku ajar pegangan siswa yang soal-soalnya merupakan soal rutin.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menurut Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 (2007:8) adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara lebih rinci mengacu pada silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya pencapaian kompetensi dasar. RPP berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam proses pembelajaran. RPP akan membantu guru dalam mengorganisasikan materi standar, serta mengantisipasi siswa dan masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pembelajaran, perencanaan dan persiapan berfungsi sebagai pemberi arah pelaksanaan pembelajaran.

RPP yang dikembangkan oleh guru harus memiliki validitas yang tinggi. Kriteria validitas RPP yang tinggi menurut pedoman penilaian RPP (Akbar, 2013:144) yaitu :

“(1) ada rumusan tujuan pembelajaran yang jelas, lengkap, disusun secara logis, mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi; (2) deskripsi materi jelas, sesuai dengan tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, dan perkembangan keilmuan; (3) pengorganisasian materi pembelajaran jelas cakupan materinya, kedalaman dan keluasannya, sistemik, runtun dan sesuai dengan alokasi waktu; (4) sumber belajar sesuai dengan perkembangan siswa, materi ajar, lingkungan konstekstual dengan siswa dan bervariasi; (5) ada skenario pembelajarannya (awal, inti, akhir) secara


(18)

rinci, lengkap dan langkah pembelajarannya mencerminkan model pembelajaran yang digunakan; (6) langkah pembelajaran sesuai dengan tujuan; (7) teknik pembelajaran tersurat dalam langkah pembelajaran, sesuai tujuan pembelajaran, mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif, memotivasi, dan berpikir aktif; (8) tercantum kelengkapan RPP berupa prosedur dan jenis penilaian sesuai tujuan pembelajaran, ada instrumen penilaian yang bervariasi (tes dan non tes), rubrik penilaian”.

Berdasarkan kutipan di atas, RPP harus memiliki kriteria yang baik karena RPP akan menjadi acuan seorang pendidik dalam melaksanakan pembelajaran. Tetapi tidak semua kriteria RPP di atas disajikan dalam RPP di kelas VII SMPN 10 Medan. Contohnya seperti gambar 1.2.

Gambar 1.2 Contoh RPP yang digunakan guru

Berdasarkan observasi dan dari gambar 1.2, RPP yang digunakan masih memiliki kekurangan. Pertama, langkah-langkah pembelajaran bersifat umum dan tidak mengacu pada model pembelajaran yang tercantum pada RPP. Kedua, pengajaran masih berpusat pada guru dan tidak memuat alokasi waktu yang jelas pada setiap prosesnya. Ketiga, tidak ada rubrik penskoran pada penilaian hasil belajar.


(19)

Dari pemaparan fakta ini, rendahnya kemampuan guru dalam menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan menjadi paradigma bahwa perangkat pembelajaran adalah kumpulan berkas-berkas dalam memenuhi kelengkapan administrasi di sekolah. Guru belum memanfaatkan perangkat pembelajaran dengan semestinya. Bahkan, menurut Akbar (2013: 3) dari hasil KKG (Kelompok Keja Guru) dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang seragam antara satu dengan sekolah lain, guru cenderung hanya sekedar

copy paste perangkat pembelajaran mulai silabus, rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP), format penilaian, dan lain sebagainya, walaupun kondisi dan kemampuan siswa yang diajarkan di setiap sekolah berbeda-beda.

Matematika merupakan bagian dari pendidikan yang sangat penting dan berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam menunjang perkembangan IPTEK. Selain itu, dengan mempelajari matematika seseorang terbiasa berpikir secara sistematis, ilmiah, menggunakan logika, kritis, serta dapat meningkatkan daya kreativitasnya. Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari, maka matematika perlu dipahami dan dikuasai oleh semua lapisan masyarakat tak terkecuali siswa.

Tetapi dunia pendidikan matematika masih dihadapkan pada masalah rendahnya pemahaman siswa pada setiap jenjang pendidikan terhadap matematika (Narulita dan Masduki, 2016:164). Selama ini umumnya siswa hanya menghafal rumus untuk menyelesaikan soal-soal matematika. Hal tersebut dikarenakan matematika bersifat abstrak, membutuhkan pemahaman konsep-konsep, dan hanya digunakan sebagai alat unttuk menghitung. Karena hal tersebut, siswa pun


(20)

jadi malas belajar, cepat bosan, dan menganggap matematika sebagai pelajaran yang tidak menyenangkan serta sulit untuk dimengerti. Siswa pun tidak mampu menerapkan teori di sekolah untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Indikasinya dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang kurang memuaskan.

Belajar matematika merupakan proses aktif siswa untuk merekonstruksi makna atau konsep-konsep matematika (Hudojo, 2005:83). Hal ini berarti, bahwa belajar matematika merupakan proses untuk menghubungkan materi yang dipelajari dengan pemahaman yang dimiliki. Pembelajaran matematika lebih menekankan pada konsepsi awal yang sudah dikenal oleh siswa yaitu ide-ide matematika. Setelah siswa terlibat secara langsung dalam proses belajar matematika, maka proses yang sedang berlangsung dapat ditingkatkan ke proses yang lebih tinggi sebagai pembentukan pengetahuan baru. Pada proses pembentukan pengetahuan baru tersebut, siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator dan moderator harus mampu mendesain pembelajaran yang interaktif dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif menyumbangkan pemikirannya dalam proses belajarnya. Menurut Hiebert dan Carpenter (dalam Battista, 2010:40), pemahaman merupakan aspek fundamental dalam belajar dan setiap pembelajaran matematika seharusnya lebih menfokuskan untuk menanamkan konsep berdasarkan pemahaman. Jika hanya memberikan keterampilan saja tanpa dipahami, maka siswa akan mengalami kesulitan belajar materi selanjutnya, sehingga siswa akan menganggap matematika merupakan pelajaran yang sulit.


(21)

Pemahaman dalam pembelajaran matematika sudah seharusnya ditanamkan kepada setiap siswa oleh guru sebagai pendidik. Karena tanpa pemahaman, siswa tidak dapat mengaplikasikan prosedur, konsep, ataupun proses. Siswa akan mengerti dan memahami matematika jika terjadi kaitan antara informasi yang diterima dengan jaringan representasi dalam belajarnya. Siswa dikatakan memahami jika mereka mampu mengkontruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan (verbal) ataupun grafis (non verbal), yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer (Anderson dan Krathwohl, 2010:105). Russefendi (1998:123) menyatakan bahwa pencapaian pemahaman siswa dalam belajar mencerminkan domain cognitive Taxonomy Bloom yang meliputi translation, interpretation, dan extrapolation.

Translation yaitu kemampuan untuk mengubah simbol/ kalimat tanpa mengubah

makna. Interpretation, yaitu kemampuan menafsirkan, menjelaskan, membandingkan, membedakan, dan mempertentangkan makna yang terdapat di dalam simbol verbal maupun non verbal. Extrapolation, yaitu kemampuan untuk melihat kecenderungan atau arah kelanjutan dari suatu temuan (menghitung).

Salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan di dalam matematika adalah kemampuan pemahaman konsep. Kemampuan pemahaman ini merupakan kemampuan dasar yang akan menunjang atau menuntun siswa untuk sampai pada kemampuan berpikir tingkat tinggi selanjutnya. Siswa akan sampai pada kemampuan berpikir tingkat tinggi, jika siswa telah memahami konsep materi yang sedang dipelajarinya.


(22)

Kemampuan pemahaman matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa tidak hanya sebagai hafalan, tetapi lebih dari itu siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan Hudoyo (2005:86) yang menyatakan tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami peserta didik.

Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa diperoleh berdasarkan hasil tes pemahaman konsep. Menurut Depdiknas No.506/C/PP/2004, menjelaskan penilaian perkembangan anak didik dicantumkan dalam indikator dari kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika. Indikator tersebut adalah: (1) menyatakan ulang suatu konsep; (2) mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu; (3) memberi contoh dan non-contoh dari konsep; (4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika; (5) mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep; (6) menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu; dan (7) mengaplikasikan konsep.

Bentuk Aljabar merupakan salah satu materi aljabar yang dipelajari siswa kelas VII SMP. Kompetensi yang harus dikuasai dalam materi tersebut adalah mampu menjelaskan bentuk aljabar dan unsur-unsurnya menggunakan masalah kontekstual, melakukan operasi pada bentuk aljabar, menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bentuk aljabar dan operasi hitungnya


(23)

Bentuk aljabar penting dikuasai oleh siswa karena sebagai dasar untuk menguasai materi selanjutnya seperti persamaan, pertidaksamaan, sistem persamaan, fungsi, persamaan garis. Seperti yang diungkapkan Witzel, dkk (dalam Koirala 2005:2), “Teachers, mathematics educators, and mathematicians consider algebra to be one of the most important areas of school mathematics. Despite the importance placed on algebra in school mathematics curricula,...”.

Permasalahan yang berkaitan dengan aljabar banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain permasalahan dalam dunia perbankan, perdagangan di pasar, dan produksi suatu perusahaan. Seperti diungkapkan oleh Moses, dkk (dalam Yahya dan Shahril 2015:1), “Algebra serves as a gatekeeper to higher mathematics and many prestigious occupations, and on the grounds of equity, all students should have access to it”. Dalam dunia perdagangan, aljabar dapat membantu pedagang untuk menghitung besar kecil keuntungan atau kerugian yang dapat diperolehnya, dan dapat menentukan besar modal yang harus dipakainya. Contohnya seorang penjual ikan membeli 10 kg ikan dencis dengan harga Rp320.000,00. Pedagang itu ingin menjual ikan tersebut dengan laba per kg sebesar Rp3.000,00. Untuk menentukan harga jual ikan per kg, maka penjual ikan tersebut sudah menggunakan konsep aljabar.

Tetapi pada kenyataannya, salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa di tingkat SMP adalah Bentuk Aljabar, karena siswa masih kesulitan dalam menjelaskan bentuk aljabar dari sebuah masalah kontekstual dan menyelesaikan operasi hitungnya. Seperti yang diungkapkan Bapak Drs.Wesly Sianipar, guru matematika kelas VII SMP Negeri 10 Medan menyatakan bahwa, “Pemahaman


(24)

Tuntas 17%

Tidak Tuntas 83% Hasil Tes Diagnostik Kelas VII-D

siswa pada materi Bentuk Aljabar masih sangat rendah. Oleh sebab itu, setiap kali diadakan ujian harus kembali diremedial”. Hal ini diperkuat dari hasil tes diagnostik pada materi Bentuk Aljabar yang dilaksanakan Sabtu, 10 Oktober 2015 di kelas VII-D, dan hasilnya dapat dilihat pada gambar 1.3.

Gambar 1.3 Persentase Nilai Tes Diagnostik Siswa Kelas VII–D pada materi Bentuk Aljabar

Dari gambar 1.3 diperoleh fakta bahwa dari 36 orang siswa hanya 6 orang yang tuntas belajar atau memperoleh nilai 65 ke atas dan 30 orang siswa lainnya tidak tuntas. Jika dihitung, ketuntasan secara klasikal hanya sekitar 13% dari 40 siswa dengan nilai rata-rata siswa sebesar 49,58. Sehingga dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pemahaman siswa terhadap materi ini masih sangat rendah. Ketika ditanya pendapat siswa tentang soal tes tersebut, kebanyakan siswa berkata soal tersebut sulit dan mereka sudah lupa cara pengerjaannya. Dari pendapat siswa tersebut maka terbukti pembelajaran matematika kurang bermakna bagi siswa dan pemahaman konsep yang kurang membuat materinya sangat tidak


(25)

dikuasai siswa sehingga ketika materinya sudah lewat, maka siswa akan melupakannya.

Rendahnya hasil belajar tersebut, karena hampir semua siswa mengalami kesulitan dalam merepresentasikan dan mengoperasikan bentuk aljabar. Hal ini juga diperkuat karena kurangnya pemahaman awal tentang konsep variabel, konstanta, dan operasi hitung pada materi aljabar ini, seperti diungkapkan Malara (dalam Koirala dan Goodwin, 2005:3), “They cannot understand simple algebraic concepts such as variables, expressions and equivalence. A substantial amount of research has been devoted to the learning and teaching of algebra at the elementary and secondary levels”.

Fakta lain adalah guru langsung memberi contoh dan langsung memberitahu pengertian dari bentuk aljabar, variabel, koefisien, konstanta, dan bagaimana cara melakukan operasi pada bentuk aljabar. Pada kasus ini, secara konsep tidak salah tetapi pembelajaran yang dilakukan pada kasus ini kurang konstruktivis, siswa pasif, dan guru tidak mengajak siswa untuk berpikir (Nurhakiki, 2013:800).

Berdasarkan jawaban-jawaban proses penyelesaian siswa dari tes diagnostik yang telah dilakukan pada observasi awal maka diperoleh kesulitan-kesulitan siswa dalam mengerjakan tes tersebut berdasarkan indikator pemahaman konsep matematik yang disajikan sebagai berikut.


(26)

Soal 1

Tentukan koefisien, variabel, konstanta dan suku berapa bentuk aljabar berikut. a. + +

b. −

c. − −

Penyelesaian siswa

Kesulitan siswa

Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu

Soal 2

Apakah yang dimaksud dengan suku sejenis?

Buatlah contoh bentuk aljabar untuk menunjukkan suku sejenis dan tidak sejenis! Penyelesaian siswa

Kesulitan siswa

Menyatakan ulang suatu konsep


(27)

Soal 4

Tentukan hasil operasi hitung dari soal berikut.

a. − + + + −

b. i + j + k − − i − j + k

c. − − +

d. � − �+ ÷ �−

Penyelesaian siswa

Kesulitan siswa

Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu Tulislah setiap kalimat berikut menjadi bentuk aljabar.

a. Suatu bilangan jika dikali 3, kemudian dikurangi 5 menghasilkan bilangan 10.

b. Selisih umur Ali dan Bella adalah 5 tahun, sedangkan jumlah umur mereka adalah 15 tahun.

Penyelesaian siswa

Kesulitan siswa


(28)

0 5 10 15 20

IPK 1 IPK 2 IPK 3 IPK 4

8

11

6

5 16

14

13

19

12

11

17

12

Baik Cukup Baik Kurang Baik

Berdasarkan tabel deskripsi hasil tes diagnostik dan penyelesaian jawaban siswa pada lampiran 22, diperoleh kriteria seperti gambar berikut.

Gambar 1.4 Kriteria Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII-D Berdasarkan gambar 1.4, diperoleh banyaknya siswa yang sudah mampu mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu (IPK 1) dengan baik ada 8 orang (22%), cukup baik ada 10 orang (27%) dan kurang baik ada 12 orang (33%). Untuk kemampuan menyatakan ulang suatu konsep dan memberi contoh dan non contoh dari konsep (IPK 2), dari 36 orang ada 11 orang (30,5%) dalam kriteria baik, 14 orang (39%) dalam kriteria cukup baik, sedangkan 11 orang (30,5%) dalam kriteria kurang baik. Untuk kemampuan menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika (IPK 3), yang baik ada 6 orang (17%), cukup baik ada 13 orang (36%), dan kurang baik ada 17 orang (47%). Dan kemampuan terakhir adalah menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu (IPK 4), baik, cukup baik, dan kurang baik masing 5 orang (13%), 19 orang (53%), dan 12 orang (33%).


(29)

Dari hasil analisis penyelesaian siswa di atas, terdapat beberapa kesulitan siswa dalam mengerjakan soal pada materi Bentuk Aljabar karena kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi tersebut. Dari hasil tes tersebut, tidak tertutup kemungkinan masih ada kesulitan-kesulitan lain yang belum teridentifikasi dan dicari solusinya. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa tersebut tentu akan menjadi hambatan bagi siswa dalam mempelajari materi bentuk aljabar secara utuh.

Menurut Kirshner (dalam Toh, 2008:232), miskonsepsi yang dialami siswa dalam mempelajari aljabar juga menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil yang dicapai pada materi ini. Miskonsepsi tersebut terjadi karena kesalahan guru dalam menjelaskan materi tersebut. Seperti yang diungkapkan Nurhakiki (2013:799), dalam mengenalkan variabel dan operasi bentuk aljabar, guru mengenalkan variabel dengan menggunakan ilustrasi 3 buku, dimisalkan buku adalah b, kemudian dituliskan 3b. Ilustrasi tersebut tidak mengajarkan siswa pada pengertian variabel dengan benar. Kasus ini terjadi karena guru yakin memisalkan buku dengan variabel b adalah benar. Disini terjadi kesalahan konseptual, konsep tentang variabel tidak terjadi di sini. Pemisalan ini benar apabila yang dimisalkan harga sebuah buku adalah b maka harga 3 buku adalah 3b. Atau banyaknya buku satu pak adalah b maka harga 10 pak buku 10b. Nilai b berubah-ubah tergantung nilai b yang disubstitusikan.

Fakta lain adalah matematika masih diajarkan sebatas penyampaian informasi, seperti menyampaikan bentuk dan rumus-rumus saja tanpa banyak melibatkan siswa untuk membangun sendiri pemahamannya. Pada umumnya


(30)

kegiatan guru dalam pembelajaran matematika adalah mengenalkan subjek, memberikan satu atau dua contoh, kemudian memberikan beberapa pertanyaan yang diakhiri dengan mengerjakan soal latihan yang diambil dari buku. Aktivitas yang serupa juga berulang pada pertemuan selanjutnya.

Hal ini diperkuat dari hasil observasi di lapangan yaitu di SMP Negeri 10 Medan bahwa pada umumnya dalam pembelajaran matematika, siswa hanya memperhatikan bagaimana guru mendemonstrasikan penyelesaian soal-soal matematika di papan tulis dan siswa hanya menyalin apa yang telah dituliskan oleh guru. Sehingga sering timbul masalah ketika siswa dihadapkan pada persoalan yang dikaitkan dengan konsep matematis yang lain, sebagian besar siswa belum mampu menyelesaikannya. Dengan kata lain, siswa mampu menyelesaikan persoalan jika diberi contoh terlebih dahulu, tetapi mengalami kesulitan pada saat diberikan soal yang berbeda dari contoh yang diberikan.

Dari pemaparan fakta empiris ini, perlu adanya bahan ajar yang dapat mengkontruktivis pemahaman siswa dan mengkondisikan siswa aktif menyumbangkan pemikirannya dalam proses belajarnya. Selain itu, untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa bahan ajar yang akan dikembangkan juga harus bermakna dan menanamkan konsep dengan baik bagi siswa. Sehingga siswa dapat mengerjakan materi ini sesuai dengan informasi yang siswa dapatkan atau siswa mampu menghubungkan apa yang telah dianalisis siswa dalam soal dengan materi yang siswa terima sebelumnya. Bahan ajar yang dikembangkan juga harus terhindar dari miskonsepsi atau kesalahan konseptual dan mampu membantu siswa menggambarkan sesuatu yang abstrak tersebut.


(31)

Materi dalam bahan ajar dijelaskan dengan cara sederhana, sesuai dengan tingkat berpikir siswa sehingga siswa semakin mudah memahaminya. Sehingga siswa tidak mengalami kesulitan dalam menjabarkan, mnyederhanakan dan menfaktorkan suku aljabar, walaupun materinya sudah lewat.

Salah satu teori belajar yang memusatkan perhatiannya pada penanaman konsep dan tahap perkembangan kognitif siswa adalah teori Bruner. Teori ini juga dikenal dengan teori yang menerapkan belajar penemuan. Pembelajaran dalam teori Bruner meliputi tahap enaktif, ikonik dan simbolik (Dahar, 2011:31). Cara penyajian enaktif adalah melaui tindakan, jadi bersifat manipulatif. Siswa mempelajari matematika dengan menggunakan sesuatu yang konkret atau nyata, yang berarti dapat diamati dengan menggunakan panca indera. Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Dalam tahap simbolik siswa memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Siswa tidak terikat dengan objek-objek sebelumnya karena pada tahap ini siswa sudah mampu menggunakan notasi tanpa tergantung objek yang nyata.

Bruner mengemukakan bahwa pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan memiliki beberapa kelebihan. Pertama, pengetahuan itu bertahan lama dan lebih mudah diingat jika dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Sehingga akan lebih mudah ketika siswa membutuhkan informasi tersebut untuk menyelesaikan soal yang diberikan


(32)

kepadanya. Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. Secara kognitif belajar penemuan melatih keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahakan masalah tanpa pertolongan orang lain. Dalam belajar penemuan, tujuan belajar tidak hanya memperoleh pengetahuan saja tetapi juga untuk melatih kemampuan intelektual, merangsang keingintahuan serta memotivasi para siswa.

Bahan ajar yang dikembangkan juga akan memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran seperti mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak. Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu nyata di lingkungan mereka. Misalnya untuk menjelaskan konsep operasi hitung pada bentuk aljabar, siswa diajak untuk memahami pemisalan buku dalam kardus dalam sebuah variabel. Prinsip selanjutnya adalah pengulangan akan memperkuat pemahaman. Dalam pembelajaran, pengulangan sangat diperlukan agar siswa lebih memahami suatu konsep. Misalnya pada bahan ajar akan disajikan pengulangan soal-soal yang bervariasi sehingga tidak membosankan dan terdapat beberapa permainan agar siswa lebih tertarik untuk mempelajari materi.

Berdasarkan masalah di atas dan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka penelitian dilanjutkan dengan mengangkat sebuah judul Pengembangan Bahan Ajar Menggunakan Teori Bruner untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematik Siswa pada Materi Bentuk Aljabar.


(33)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep bentuk aljabar masih rendah

2. Motivasi dan aktivitas siswa dalam mempelajari materi bentuk aljabar masih rendah

3. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal bentuk aljabar 4. Paradigma mengajar konvensional bagi guru yang masih kuat di

lingkungan sekolah menyebabkan guru masih cenderung berorientasi pada penyelesaian target materi sehingga pembelajaran hanya berpusat pada guru

5. Dalam belajar matematika seperti halnya pada materi bentuk aljabar, siswa terkesan belajar menghapal (mengingat rumus-rumus).

6. Bahan ajar yang digunakan oleh guru kurang membantu siswa dalam pemahaman konsep bentuk aljabar dan belum memotivasi siswa berperan aktif dalam belajar di kelas.

7. Buku siswa belum menggunakan suatu pendekatan sehingga siswa kurang tertarik untuk memanfaatkan buku yang ada danbelum sesuai dengan kemampuan siswa

8. Sumber belajar pendukung buku siswa seperti lembar aktivitas siswa atau LAS tidak ada


(34)

1.3 Pembatasan Masalah

Agar penelitian efektif, jelas, terarah, dan dapat mencapai sasaran yang tepat serta sesuai dengan yang diharapkan, maka penelitian ini dibatasi pada :

1. Pengembangan bahan ajar dengan menggunakan teori Bruner yang terdiri dari buku pegangan siswa, RPP, dan LAS

2. Meningkatkan pemahaman matematik siswa pada materi Bentuk Aljabar melalui implementasi bahan ajar yang dikembangkan menggunakan teori Bruner yang mengacu pada pemahaman konsep dan memotivasi siswa berperan aktif dalam belajar di kelas.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana efektivitas bahan ajar yang dikembangkan dengan menggunakan teori Bruner dalam meningkatkan pemahaman konsep matematik siswa pada materi Bentuk Aljabar”. Dari permasalahan tersebut dapat dirinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana validitas dan keefektifan bahan ajar yang dikembangkan dengan teori Bruner dalam meningkatkan pemahaman konsep matematik siswa pada materi Bentuk Aljabar?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa menggunakan bahan ajar yang dikembangkan dengan teori Bruner pada materi Bentuk Aljabar?


(35)

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang pengembangan bahan ajar dalam meningkatkan pemahaman konsep matematik siswa pada materi Bentuk Aljabar. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan validitas dan keefektifan bahan ajar yang dikembangkan dengan menggunakan teori Bruner dalam meningkatkan pemahaman konsep matematik siswa pada materi Bentuk Aljabar

2. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematik siswa setelah menggunakan bahan ajar yang dikembangkan dengan menggunakan teori Bruner pada materi Bentuk Aljabar.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematik sehingga siswa tidak kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal pada materi Bentuk Aljabar.

2. Sebagai masukan bagi guru matematika mengenai teori belajar dalam membantu siswa meningkatkan pemahaman matematik dan aktivitas aktif siswa dalam proses belajar di kelas.

3. Bagi peneliti sebagai referensi dalam penelitian pengembangan bahan ajar lebih lanjut.


(36)

1.7 Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran istilah-istilah yang digunakan maka akan dijelaskan beberapa istilah yang didefenisikan secara operasional dengan tujuan penelitian ini menjadi lebih terarah. Adapun istilah–istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Bahan ajar adalah sekumpulan sumber belajar yang digunakan oleh guru untuk mengajar.

2. Teori belajar Bruner adalah teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Bruner membagi perkembangan kognitif anak menjadi tiga tahap, yaitu tahap enaktif, ikonik dan simbolik. Penyajian secara enaktif berlangsung melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa untuk memperoleh pengetahuan, dalam hal ini, siswa menggunakan pengetahuan motoriknya untuk memperoleh pengetahuan (learning by doing). Cara ikonik melalui sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, dan cara simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa serta simbol-simbol. Dalam proses belajar, Bruner mengemukakan 4 teorema pembelajaran, yaitu:

 Teorema konstruksi (Construction theorem). Teorema ini menyatakan bahwa cara terbaik untuk seseorang mulai belajar suatu konsep matematika, dalil atau aturan adalah dengan menyusun penyajiannya.

 Teorema notasi (Notasi theorem). Teorema ini menyatakan bahwa penyusunan atau penyajian awal dapat dibuat lebih sederhana secara


(37)

kognitif dan dipahami lebih baik oleh murid, jika penyajian itu berisi notasi yang sesuai dengan tingkat perkembangan mental murid.

 Teorema Pengkontrasan dan Variasi (contrast and variation theorem). Teorema ini menyatakan bahwa prosedur beranjak dari penyajian konkrit ke penyajian yang lebih abstrak, melibatkan operasi contrast dan variasi.

 Teorema Konektivitas (connectivity theorem). Teorema ini menyatakan

bahwa, setaip konsep, dalil, dan keterampilan matematika ada koneksinya dengan konsep, dalil, dan keterampilan lain.

3. Pengembangan bahan ajar adalah suatu proses untuk memperoleh bahan ajar yang baik. Bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan prosedur pengembangan bahan ajar dan telah divalidasi serta dilakukan uji coba.


(38)

164

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal berikut.

1. Berdasarkan pengembangan bahan ajar dengan menggunakan model 4-D yang telah dimodifikasi, dihasilkan bahan ajar matematika yang valid dan efektif untuk materi Bentuk Aljabar. Bahan ajar tersebut terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku siswa (BS), dan lembar aktivitas siswa (LAS) yang dapat dilihat pada lampiran.

Adapun hasil validasi dari bahan ajar tersebut adalah :

ß Rata-rata total validasi RPP sebesar 4,39 dan termasuk kategori valid. ß Rata-rata total validasi buku siswa sebesar 4,46 dan termasuk kategori

valid.

ß Rata-rata total validasi LAS sebesar 4,39 dan termasuk kategori valid. ß Hasil validasi untuk tes pemahaman konsep butir soal nomor 1-6

berturut-turut sebesar 0,600; 0,540; 0,625; 0,930; 0,877; dan 0,727. Semua butir soal dinyatakan valid dengan reliabilitas sebesar 0,793 dan termasuk kategori reliabilitas tinggi.

Bahan ajar dengan teori Bruner dinyatakan efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep matematik siswa kelas VII SMP pada materi Bentuk Aljabar. Hal ini ditunjukkan oleh :


(39)

b. Kemampuan guru mengelola pembelajaran dalam kategori baik

c. Aktivitas siswa selama pembelajaran berada pada batas toleransi waktu yang ideal

d. Respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran positif.

2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan bahan ajar yang dikembangkan dengan teori Bruner pada materi Bentuk Aljabar adalah : a. Uji Coba 1 (Kelas VII-A)

Aktivitas siswa pada pembelajaran di uji coba I belum efektif, karena terdapat aktivitas siswa yang tidak memenuhi batas toleransi yaitu pada kegiatan memperhatikan/ mendengarkan penjelasan guru/ teman dan berdiskusi/ bertanya kepada teman/ guru.

b. Uji Coba II (Kelas VII-B)

Aktivitas siswa selama proses pembelajaran di uji coba II telah memenuhi batas toleransi yang ditentukan sehingga dinyatakan efektif.

3. Kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran menggunakan bahan ajar yang dikembangkan dengan teori Bruner pada materi Bentuk Aljabar adalah :

a. Uji Coba 1 (Kelas VII-A)

Nilai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di setiap pertemuan masing-masing 2,91; 2,97; 2,88; dan 2,84. Rata-rata nilai


(40)

kemampuan guru untuk uji coba I ini adalah 2,90 dan termasuk dalam kategori cukup baik.

b. Uji Coba II (Kelas VII-B)

Nilai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di setiap pertemuan masing-masing 3,25; 3,22; 3,06; dan 3,03. Rata-rata nilai kemampuan guru untuk uji coba II ini adalah 3,14 dan termasuk dalam kategori baik.

4. Respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran menggunakan bahan ajar yang dikembangkan dengan teori Bruner pada materi Bentuk Aljabar adalah :

a. Uji Coba 1 (Kelas VII-A)

Respon siswa kelas VII-A terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran menggunakan bahan ajar dengan teori Bruner belum positif. Hal ini dibuktikan dari aspek yang tidak mencapai respon positif (di atas 75%) adalah perasaan dan pendapat siswa terhadap suasana belajar di kelas, dan pendapat siswa tentang pemahaman bahasa LAS yang masing-masing persentasenya adalah 64%, 62% dan 67%

b. Uji Coba II (Kelas VII-B)

Respon siswa terhadap semua aspek komponen dan kegiatan pembelajaran pada uji coba II berada di atas 75%. Sehingga respon siswa terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran menggunakan bahan ajar dengan teori Bruner dinyatakan positif.


(41)

5. Kemampuan pemahaman konsep siswa mengalami peningkatan berdasarkan nilai rata-rata kelas, yaitu nilai rata-rata di kelas VII-A (uji coba 1) sebesar 66,50 meningkat menjadi 77,77 di kelas VII-B (uji coba 2).

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, pembelajaran matematika menggunakan bahan ajar dengan teori Bruner memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal berikut.

1. Bahan ajar yang dikembangkan masih perlu diujicobakan ke sekolah-sekolah lain dengan berbagai kondisi agar diperoleh bahan ajar yang benar-benar berkualitas (sebagai tahapan penyebaran dalam model pengembangan 4-D).

2. Bagi guru yang ingin menerapkan bahan ajar yang menggunakan teori Bruner ini untuk materi Matematika yang lain atau mata pelajaran lain dapat merancang/ mengembangkan komponen-komponen model pembelajaran dan karakteristik dari materi pelajaran yang akan dikembangkan

3. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan menggunakan pembelajaran yang sama dengan penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki keterbatasan dalam penelitian ini.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Agus, N. A. 2008. Mudah Belajar Matematika 2. Jakarta: Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arends, I. R. 2008. Learning To Teach. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar Ann Ross, A. 2006. The Effect of Constructivist Teaching Approaches on Middle

School Students’ Algebraic Understanding. Submitted to the Office of Graduate Studies of Texas A&M University

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara

_____. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta

Battista, M. I. 2010. Journal of Urban Mathematics Education. Engaging Students in Meaningful Mathematics Learning : Different Perspectives, Complementary Goals. The Ohio State University Vol 3 No.2 pp.34-46 Budiningsih, C. A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Cabahug. J. A. 2012. The Use of Bruner’s Modes of Representations in Teaching Factoring Second-Degree Polynomials. IAMURE : International Journal of Education, 1(5): 85-103, ISSN 2244-1476

Cope, L. 2015. Math Manipulatives: Making the Abstract Tangible. Delta Journal of Education, 5(1): ISSN 2160-9179

Dahar, R. W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Erlangga

Daryanto. 2014. Menyusun Modul Bahan Ajar untuk Persiapan Guru Mengajar. Yogyakarta : Penerbit Gavemedia

Egodawatte, G. 2011. Secondary School Students’ Misconceptions in Algebra. Department of Curriculum, Teaching and Learning Ontario Institute for Studies in Education, University of Toronto

Grouws, D.A. dan Cebulla, K. J. Improving Student Achievement in Mathematics. The International Academy of Education


(43)

Hoong, L.Y, Kin, H.W, Pien, C.L. 2015. Concrete-Pictorial-Abstract : Surveying Its Origins and Charting Its Future. The Mathematics Educator 2015, Vol. 16, No.1, pp. 1-19

Hudojo, H. 1988.Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Depdikbud

________. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : Penerbit Universitas Malang

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada Jamaris, M. 2014. Kesulitan Belajar. Bogor : Ghalia Indonesia

Koirala, H.P. & Goodwin, P.M. 2000. Teaching Algebra in The Middle Grades Using Math. Mathematics Teaching In The Middle School, 5(9). Copyright The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.

______. 2005. The Effect of Mathmagic on The Algebraic Knowledge and Skills of Low-Performing High School Students. Proceedings of the 29 th Conference of International Group for The Psychology of Mathematics Education, 3: 209-216. Melbourne : PME

Kurniasih, I.2014. Perancangan Pembuatan Prosedur Pembuatan RPP.Pena kata pena.

Majid, A. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Malara. 2005. Teaching Algebra Using Mathmagic. NCTM

Marsetyorini, A. D. 2012. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dan Pembelajaran Remedial dalam Materi Operasi pada Pecahan Bentuk Aljabar di Kelas VIII SMPN2 Jetis Bantul. Prosiding dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, ISBN : 978-979-16353-8-7. Yogjakarta : FMIPA UNY

Narulita, D. dan Masduki. 2016. Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Fungsi. Prosiding Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya, (KNPMP I) ISSN : 2502-6526

Nuharini, D., dan Wahyuni, T. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Nurhakiki, R. 2013. Problematika Pembelajaran Bentuk Aljabar dan Operasinya

serta Alternatif Pemecahannya. Konferensi Nasional Penelitian Matematika V(5): 797-804 Himpunan Matematika Indonesia hal.

Piccioto, H. The Algebra Lab High School : A Comprehensive Manipulative Program for Algebra I. USA : Creative Publications


(44)

Plomp, T. dan Nieveen, N. 2013. An Introduction to Educational Design Research. Proceedings of The Seminar conducted at East China Normal University, Shanghai (PR China). November 23-26, 2007. Netherland : SLO Netherlands Institute for curriculum development.

______. 2013. Educational Design Research Part A: An Introduction. Netherland : SLO Netherlands Institute for curriculum development.

Ruseffendi, H.E.T. 2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta lainnya. Bandung : Tarsito

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Kencana

______. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Predana Media Group

Silitonga, P. M. 2011. Statistik : Teori dan Aplikasi dalam Penelitian. Medan : Penerbit FMIPA Universitas Negeri Medan

Sitohang, R. 2014. Mengembangkan Bahan Ajar dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD. Jurnal Kewarganegaraan Vol 23 no.02 nopember 2014 hal 22-23

Slameto. 2009. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Penerbit Yudhistira

Star, J.R. 2015. Teaching Strategies for Improving Algebra Knowledge in Middle and High School Students. NCEE 2015-4010. U.S. Department of Education Sudjana, N. 2002. Metoda Statistika Edisi ke-6. Bandung : Tarsito

Sujana, A. 2014. Peningkatan Pemahaman Matematik Siswa Paket C pada Pokok Bahasan Barisan dan Deret.Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung : Penerbit Alfabeta

______. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Penerbit Alfabeta.

Suherman, E. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika. Bandung: Penerbit Jica Susanto, J. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Lesson Study

dengan Kooperatif Tipe Number Heads Together untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA di SD. Journal Of Primary Education : 1 (2)

Syahlan. 2016. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penilaian Otentik Berbasis Penerapan Model Pembelajran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA/ MA.


(45)

Tall, D. dan Razali, M. R. 2008. Diagnosing Students’ Difficulties in Learning Mathematics. Published in The International Journal of Mathematics Education in Science & Tecnology. Malaysia

Toh, T. L. 2008. Use of Cartoons and Comics to Teach Algebra in Mathematics Classrooms. Singapore : National Institute of Education, Nanyang Technological University

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Uno, H. B. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Warren, dan Cooper. 2005. The Effect of Mathmagic on The Algebraic Knowledge and Skills of Low Performing High School Students. Melbourne : Proceedings of the 29th Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics Education, Vol.3, pp.209-216

Witzel, M. dan Miller. 2005. Learning Dissabilities : A Contemporary Journal 3. United States : Winthrop University

Witzel, B. S. 2005. Using CRA to Teach Algebra to Students with Math Difficulties in Inclusive Settings. Learning Disabilities : A Contemporary Journal 3 (2), 49-60, 2005 : Winthrop University. Getting Students Ready for Algebra I : What Middle Grades Students Need to Know and Be Able to Do. Atlanta : Southern Regional Education Board

Yahya, N. dan Shahrill, M. 2015. The Strategies used In Solving Algebra by Secondary School Repeating Students. 5th World Conference on Learning, Teaching and Educational Leadership, WCLTA 2014. Procedia – Sosial and Behavioral Sciences. pp.1192-1200


(1)

kemampuan guru untuk uji coba I ini adalah 2,90 dan termasuk dalam kategori cukup baik.

b. Uji Coba II (Kelas VII-B)

Nilai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di setiap pertemuan masing-masing 3,25; 3,22; 3,06; dan 3,03. Rata-rata nilai kemampuan guru untuk uji coba II ini adalah 3,14 dan termasuk dalam kategori baik.

4. Respon siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran menggunakan bahan ajar yang dikembangkan dengan teori Bruner pada materi Bentuk Aljabar adalah :

a. Uji Coba 1 (Kelas VII-A)

Respon siswa kelas VII-A terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran menggunakan bahan ajar dengan teori Bruner belum positif. Hal ini dibuktikan dari aspek yang tidak mencapai respon positif (di atas 75%) adalah perasaan dan pendapat siswa terhadap suasana belajar di kelas, dan pendapat siswa tentang pemahaman bahasa LAS yang masing-masing persentasenya adalah 64%, 62% dan 67%

b. Uji Coba II (Kelas VII-B)

Respon siswa terhadap semua aspek komponen dan kegiatan pembelajaran pada uji coba II berada di atas 75%. Sehingga respon siswa terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran menggunakan bahan ajar dengan teori Bruner dinyatakan positif.


(2)

5. Kemampuan pemahaman konsep siswa mengalami peningkatan berdasarkan nilai rata-rata kelas, yaitu nilai rata-rata di kelas VII-A (uji coba 1) sebesar 66,50 meningkat menjadi 77,77 di kelas VII-B (uji coba 2).

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, pembelajaran matematika menggunakan bahan ajar dengan teori Bruner memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal berikut.

1. Bahan ajar yang dikembangkan masih perlu diujicobakan ke sekolah-sekolah lain dengan berbagai kondisi agar diperoleh bahan ajar yang benar-benar berkualitas (sebagai tahapan penyebaran dalam model pengembangan 4-D).

2. Bagi guru yang ingin menerapkan bahan ajar yang menggunakan teori Bruner ini untuk materi Matematika yang lain atau mata pelajaran lain dapat merancang/ mengembangkan komponen-komponen model pembelajaran dan karakteristik dari materi pelajaran yang akan dikembangkan

3. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan menggunakan pembelajaran yang sama dengan penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki keterbatasan dalam penelitian ini.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Agus, N. A. 2008. Mudah Belajar Matematika 2. Jakarta: Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Akbar, S. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arends, I. R. 2008. Learning To Teach. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar Ann Ross, A. 2006. The Effect of Constructivist Teaching Approaches on Middle

School Students’ Algebraic Understanding. Submitted to the Office of Graduate Studies of Texas A&M University

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara

_____. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta

Battista, M. I. 2010. Journal of Urban Mathematics Education. Engaging Students in Meaningful Mathematics Learning : Different Perspectives, Complementary Goals. The Ohio State University Vol 3 No.2 pp.34-46 Budiningsih, C. A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Cabahug. J. A. 2012. The Use of Bruner’s Modes of Representations in Teaching Factoring Second-Degree Polynomials. IAMURE : International Journal of Education, 1(5): 85-103, ISSN 2244-1476

Cope, L. 2015. Math Manipulatives: Making the Abstract Tangible. Delta Journal of Education, 5(1): ISSN 2160-9179

Dahar, R. W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Erlangga

Daryanto. 2014. Menyusun Modul Bahan Ajar untuk Persiapan Guru Mengajar.

Yogyakarta : Penerbit Gavemedia

Egodawatte, G. 2011. Secondary School Students’ Misconceptions in Algebra. Department of Curriculum, Teaching and Learning Ontario Institute for Studies in Education, University of Toronto

Grouws, D.A. dan Cebulla, K. J. Improving Student Achievement in Mathematics.


(4)

Hoong, L.Y, Kin, H.W, Pien, C.L. 2015. Concrete-Pictorial-Abstract : Surveying Its Origins and Charting Its Future. The Mathematics Educator 2015, Vol. 16, No.1, pp. 1-19

Hudojo, H. 1988.Mengajar Belajar Matematika. Jakarta : Depdikbud

________. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.

Malang : Penerbit Universitas Malang

Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada Jamaris, M. 2014. Kesulitan Belajar. Bogor : Ghalia Indonesia

Koirala, H.P. & Goodwin, P.M. 2000. Teaching Algebra in The Middle Grades Using Math. Mathematics Teaching In The Middle School, 5(9). Copyright The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.

______. 2005. The Effect of Mathmagic on The Algebraic Knowledge and Skills of Low-Performing High School Students. Proceedings of the 29 th Conference of International Group for The Psychology of Mathematics Education, 3: 209-216. Melbourne : PME

Kurniasih, I.2014. Perancangan Pembuatan Prosedur Pembuatan RPP.Pena kata pena.

Majid, A. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Malara. 2005. Teaching Algebra Using Mathmagic. NCTM

Marsetyorini, A. D. 2012. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dan Pembelajaran Remedial dalam Materi Operasi pada Pecahan Bentuk Aljabar di Kelas VIII SMPN2 Jetis Bantul. Prosiding dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, ISBN : 978-979-16353-8-7. Yogjakarta : FMIPA UNY

Narulita, D. dan Masduki. 2016. Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Fungsi. Prosiding Konferensi Nasional Penelitian Matematika dan Pembelajarannya, (KNPMP I) ISSN : 2502-6526

Nuharini, D., dan Wahyuni, T. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya. Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Nurhakiki, R. 2013. Problematika Pembelajaran Bentuk Aljabar dan Operasinya

serta Alternatif Pemecahannya. Konferensi Nasional Penelitian Matematika V(5): 797-804 Himpunan Matematika Indonesia hal.

Piccioto, H. The Algebra Lab High School : A Comprehensive Manipulative Program for Algebra I. USA : Creative Publications


(5)

Plomp, T. dan Nieveen, N. 2013. An Introduction to Educational Design Research. Proceedings of The Seminar conducted at East China Normal University, Shanghai (PR China). November 23-26, 2007. Netherland : SLO Netherlands Institute for curriculum development.

______. 2013. Educational Design Research Part A: An Introduction. Netherland : SLO Netherlands Institute for curriculum development.

Ruseffendi, H.E.T. 2005. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta lainnya. Bandung : Tarsito

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Kencana

______. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Predana Media Group

Silitonga, P. M. 2011. Statistik : Teori dan Aplikasi dalam Penelitian. Medan : Penerbit FMIPA Universitas Negeri Medan

Sitohang, R. 2014. Mengembangkan Bahan Ajar dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD. Jurnal Kewarganegaraan Vol 23 no.02 nopember 2014 hal 22-23

Slameto. 2009. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Penerbit Yudhistira

Star, J.R. 2015. Teaching Strategies for Improving Algebra Knowledge in Middle and High School Students. NCEE 2015-4010. U.S. Department of Education Sudjana, N. 2002. Metoda Statistika Edisi ke-6. Bandung : Tarsito

Sujana, A. 2014. Peningkatan Pemahaman Matematik Siswa Paket C pada Pokok Bahasan Barisan dan Deret.Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung : Penerbit Alfabeta

______. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Penerbit Alfabeta.

Suherman, E. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika. Bandung: Penerbit Jica Susanto, J. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Lesson Study

dengan Kooperatif Tipe Number Heads Together untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA di SD. Journal Of Primary Education : 1 (2)

Syahlan. 2016. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penilaian Otentik Berbasis Penerapan Model Pembelajran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA/ MA.


(6)

Tall, D. dan Razali, M. R. 2008. Diagnosing Students’ Difficulties in Learning Mathematics. Published in The International Journal of Mathematics Education in Science & Tecnology. Malaysia

Toh, T. L. 2008. Use of Cartoons and Comics to Teach Algebra in Mathematics Classrooms. Singapore : National Institute of Education, Nanyang Technological University

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Uno, H. B. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Warren, dan Cooper. 2005. The Effect of Mathmagic on The Algebraic Knowledge and Skills of Low Performing High School Students. Melbourne : Proceedings of the 29th Conference of the International Group for the Psychology of Mathematics Education, Vol.3, pp.209-216

Witzel, M. dan Miller. 2005. Learning Dissabilities : A Contemporary Journal 3. United States : Winthrop University

Witzel, B. S. 2005. Using CRA to Teach Algebra to Students with Math Difficulties in Inclusive Settings. Learning Disabilities : A Contemporary Journal 3 (2), 49-60, 2005 : Winthrop University. Getting Students Ready for Algebra I : What Middle Grades Students Need to Know and Be Able to Do. Atlanta : Southern Regional Education Board

Yahya, N. dan Shahrill, M. 2015. The Strategies used In Solving Algebra by Secondary School Repeating Students. 5th World Conference on Learning, Teaching and Educational Leadership, WCLTA 2014. Procedia – Sosial and Behavioral Sciences. pp.1192-1200