PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, KETIMPANGAN PENDAPATAN, PENGANGGURAN, BANTUAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR (PEMP) TERHADAP KEMISKINAN DI SUMATERA UTARA.

(1)

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, KETIMPANGAN PENDAPATAN,

PENGANGGURAN, BANTUAN PEMBERDAYAAN EKONOMI

MASYARAKAT PESISIR (PEMP) TERHADAP

KEMISKINAN DI SUMATERA UTARA

T E S I S

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Tugas-Tugas Dan Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Magister Sains

Oleh :

_SAIPUL ANWAR_

NIM: 8126161016

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

PROGRAM PASCASARJANA

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا ها مسب

Syukur Al-hamdulillah penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah

memberikan taufiq, hidayah dan I’nayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kehadirat junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa dan mengokohkan Islam dibumi Allah ini dengan sempurna. Semoga kita semua termasuk kedalam

orang-orang yang akan mendapatkan syafa’atnya dihari akhirat kelak, Amin.

Penulis bermohon kiranya Allah SWT membalas semua jasa dan upaya itu semua dengan pahala yang berlipat ganda dan kebaikan dari-Nya yang bertambah , Amin… ya robbal ‘alamin. Selanjutnya dalam penulisan tesis ini tidaklah luput dari kesalahan dan kekurangan, oleh karna itu penulis berharap adanya tinjauan kembali mengenai hal-hal yang telah penulis bahas dalam tesis ini dengan merujuk kepada sumber yang lebih banyak dan lebih otentik lagi, juga kritikan dan saran yang membangun demi kebaikan kita bersama.

Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk mendapatkan gelar Magister pada program studi Ilmu Ekonomi, Universitas Negeri Medan (UNIMED) Program Pascasarjana. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu sangatlah diharapkan kritik dan saran untuk melengkapi isi dari tesis ini, dengan selesainya tesis ini maka penulis mengucapkan ribuan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M. Pd. sebagai Direktur Program Pascasarjana UNIMED, yang telah memberikan izin dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas studi di Program Pascasarjana UNIMED .

2. Ibu Dr. Fitrawaty, M.Si. sebagai ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pascasarjana UNIMED, yang telah memberikan arahan dan masukanya dalam penulisan tesis ini.

3. Bapak Dr. Muhammad Nasir, M.Si. sebagai pembimbing pertama dan Bapak Prof.

Indra Maipita, M.Si, Ph.D. sebagai pembimbing kedua, yang telah banyak memberikan pengarahan serta bimbinganya kepada penulis, sampai akhirnya penyelesaian penulisan tesis ini .


(6)

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Staff serta petugas di Program Pascasarjana UNIMED, yang secara langsung atau tidak langsung telah member bantuan kepada penulis dalam rangka penulisan tesis ini.

Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Kedua orang tua penulis, yang telah memelihara dan mendidik penulis dengan

penuh perhatian dan kasih sayang. Semoga Allah SWT, memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya, serta menerima amal dan mengampuni dosa-dosa mereka, Amin ya robbal alamin.

2. Keluarga kakak-kakak dan abang, yang telah memberikan motivasi serta

dukungannya yang tak bernah berhenti kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. Dan tak lupa kepada Istri tercinta Penulis, yang terus selalu sabar dan tawakkal dalam memberikan semangat dalam penulisan tesisi ini. Kepada anak penulis yang telah memberikan semangat juang dan melunturkan rasa jenuh dan bosan dalam penulisan tesis ini, semoga anak penulis dapat menjadi anak yang berbakti dan menjadianak yang sholehah dapat bermanfaat dunia dan akhirat, Amiin.

3. Sahabat sekalian, khususnya mahasiswa kelas Program Ilmu Ekonomi angkatan XXII/B yang telah aktif memberikan sumbangan ide serta pemikiran yang cemerlang dalam penulisan tesis ini, dan kepada teman sejawat yang secara langsung maupun tidak langsung yang turut membantu dalam penyelesaian penulisan tesisi ini .

Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan bagi pembaca sekalian umumnya . Amin .

Medan, 7 April 2016 Penulis


(7)

i

ABSTRAK

SAIPUL ANWAR. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Ketimpangan Pendapatan, Pengangguran, Bantuan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) Terhadap Kemiskinan Di Sumatera Utara. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemiskinan dengan cara memberikan bantuan sosial yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di wilayah pesisir Sumatera Utara, salah satu program yang dikeluarkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan dengan menerapkan program (PEMP), dengan tujuan untuk mempercepat pemberdayaan dan kesejahteraan ekonomi masyarakat di wilayah pesisir. Penelitian ini berdasarkan Statistik model dan panel, dan data dalam bentuk sekunder lalu disimpulkan kedalam model random effect yaitu melalui cross section lalu dilakukan pengujian secara statistik dan ekonometrik. Sehingga dapat diketahui bahwa dari pemberdayaan masyarakat pesisir (PEMP) terhadap kemiskinan menunjukkan adanya pengaruh yang sangat signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan, pengangguran. Dengan demikian program (PEMP) adalah salah satu cara untuk mengurangi tingkat kemiskinan di wilayah pesisir Sumatra Utara.


(8)

ii

ABSTRACT

SAIPUL ANWAR. The Influence Of Economic Growth, Income Inequality, And Unemployment, Economic Empowerment Of Coastal Communities Receiver (PEMP) On Poverty In North Sumatra. Postgraduate Of The State University Of Medan, 2104.

The government objective in the coastal region. The government is implementing some programs to achieve this goal by raising up the social welfare of the poorer. To accelerate the goal, Reducing poverty is one of the Ministry of Marine and Fisheries Affairs of the Republic of Indonesia is implementing PEMP, means an economic empowerment program in the coastal region. The purpose of this study is to analyse whether this program has an impact on economy, inequality, and unemployment as well as the indirect effect on the poverty reduction. Using static panel data model, the result shows that the PEMP has a significant and positive impact on per capita GDRP as well as a significant impact on reducing the inequality. Thus, the PEMP program is one way to reduce the poverty on the coastal region.


(9)

iii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 17

1.3 Tujuan Penelitian ... 19

1.4 Manfaat Penelitian ... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 21 2.1 Kerangka Teori ... 21

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 21

2.1.2 Ketimpangan Pendapatan ... 24

2.1.3 Pengangguran ... 28

2.1.4 Program (PEMP) ... 31

2.1.5 Masyarakat Pesisir ... 33

2.1.6 Pengertian Pemberdayaan ... 35

2.1.7 Konsep Kemiskinan ... 37

2.1.8 Penelitian Sebelumnya... 38

2.2 Kerangka Konseptual Hipotesis ... 43

2.2.1 Kerangka Konseptual... 43

2.3 Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 45

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 45

3.3 Model Analisis... 46

3.4 Metode Analisis ... 51

3.5 Uji Asumsi Klasik ... 53

3.6 Defenisi Operasional ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 62

4.1 Dinamika Kabupaten/Kota Pesisir ... 62

4.1.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 62

4.1.2 Ketimpangan Pendapatan ... 65


(10)

iv

4.2 Dinamika Wilayah Kabupaten/Kota Pesisir ... 69

4.2.1 Dinamika Pertumbuhan Ekonomi... 69

4.2.2 Dinamika Ketimpangan Pendapatan... 71

4.2.3 Dinamika Pengangguran ... 72

4.2.4 Dinamika Kemiskinan ... 73

4.2.5 Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan ... 75

4.2.6 Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan ... 77

4.2.7 Pengangguran dan Kemiskinan ... 79

4.3 Analisis Kuadran ... 82

4.4 Pro poor Growth (Growth Incidence Curve/GIC) ... 83

4.4.1 GIC Periode 2008-2012 ... 83

4.5 HASIL ANALISIS DATA ... 84

4.6 Hasil Estimasi Pertumbuhan Ekonomi ... 85

4.7 Hasil Estimasi Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 89

6.1 Kesimpulan ... 89

6.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(11)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Jumlah Penduduk Miskin ……….. 7

Gambar 1.2. Grafik Persentase Penduduk Miskin ………. 8

Gambar 1.3. Perbandingan Rata-Rata PDRB ……… 10

Gambar 1.4. Perkembangan Indeks Gini ……… 11

Gambar 1.5. Persentase Penduduk Miskin ………. 12

Gambar 2.1. Kurva Lorenz ………. 27

Gambar 4.1. Rata-Rata PDRB Kabupaten/Kota Pesisir ……….. 64

Gambar 4.2. Indeks Gini ………...66

Gambar 4.3. TPT Kabupaten/Kota Pesisir ………68

Gambar 4.4. Tingkat Kemiskinan ……….70

Gambar 4.5. Perbandingan PDRB ……….71

Gambar 4.6. Perbandingan Indeks Gini ……….72

Gambar 4.7. Perbandingan PTP ……….73

Gambar 4.8. Perbandingan Persentase Penduduk Miskin ... 74

Gambar 4.9. Penduduk Miskin di 5 Kabupaten/Kota Pesisir ... 75

Gambar 4.10. Kondisi Pertumbuhan dan Kemiskinan Kabupaten/Kota Pesisir ... 76


(12)

vii

Gambar 4.11. Perbandingan Kondisi Indeks Gini dan Kemiskinan

Menurut Kabupaten/Kota Pesisir Bantuan PEMP ... 78 Gambar 4.12. Perbandingan Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) dan Kemiskinan... 80 Gambar 4.13. Growth Incidence Vurve (GIC) ... 84


(13)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Jumlah Bantuan Program PEMP Untuk Kabupaten/Kota

Pesisir Tahun 2008-2012 (Milyar Rupiah) ... 98 Lampiran II Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten/Kota Pesisir

Bantuan PEMP Tahun 2008-2012 (jutaan rupiah)... 98 Lampiran III Ketimpangan Pendapatan, Indeks Gini menurut

Kabupaten/Kota Pesisir Penerima PEMP Tahun 2008-2012 ... 99 Lampiran IV Pengangguran, TPT Menurut Kabupaten/Kota Pesisir

Bantuan PEMP tahun 2008-2012... 99 Lampiran V Alokasi Besaran PEMP menurut Kabupaten/Kota Pesisir

Bantuan PEMP Tahun 2008-2012 (ribuan rupiah) ... 100 Lampiran VI Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Pesisir

Penerima PEMP Tahun 2008-2012 ... 100 Lampiran VII Ouput Hasil Pengolahan Data Panel ... 101


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan indicator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat bagi pengangguran tingkat kemiskinan. Syaratnya adalah hasil dari pertumbuhan ekonomi tersebut menyebar disetiap golongan masyarakat, termasuk di golongan penduduk miskin.

Prasetyo (2009: 24) “menemukan bahwa terdapat hubungan yang negative antara pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan. Hubungan ini menunjukkan pentingnya mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan tingkat kemiskinan.

Pertambahan penduduk cenderung berdampak negative terhadap penduduk miskin, terutama bagi mereka yang sangat miskin. Sebagaimana besar keluarga miskin memiliki jumlah jumlah anggota keluarga yang banyak sehingga kondisi perekonomian mereka yang berada di garis kemiskinan semakin memburuk seiring dengan memburuknya ketimpangan pendapatan atau kesejahteraan. Salah satu penyebab dari kemiskinan adalah adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang selanjutnya akan menimbulkan distribusi pendapatan yang mengalami ketimpangan.

Beberapa hal yang menyebabkan pengangguran antara lain: a. Penduduk yang relative banyak.

b. Pendidikan dan keterampilan yang rendah.

c. Angkatan kerja tidak dapat memenuhi persyaratan yang diminta dunia


(15)

2

d. Teknologi yang semakin modern.

e. Pengusaha yang selalu mengejar keuntungan dengan cara melakukan penghematan-penghematan.

f. Penerapan rasionalisasi.

g. Adanya lapangan kerja yang dengan dipengaruhi musim.

h. Ketidak stabilan perekonomian, politik dan keamanan suatu Negara. Pengangguran merupakan suatu ukuran yang dilakukan jika dalam kegiatan produktif yaitu menghasilkan barang dan jasa. Angkatan kerja ini terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang menganggur. Golongan yang bekerja (employed person) merupakan sebagian masyarakat yang sudah aktif dalam kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa. Sedangkan sebagian masyarakat lainya yang tergolong siap bekerja dan mencari pekerjaan termasuk dalam golongan menganggur. Bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja maupun mencari pekerjaan, atau bias dikatakan sebagai bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat atau tidak berusaha terlibat dalam kegiatan produksi.

Kelompok bukan angkatan kerja ini terjadi dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain yang menerima pendapatan. Pekerja tidak dibayar adalah seseorang yang bekerja mambantu usaha untuk memperoleh penghasilan/keuntungan yang dilakukan oleh salah seorang rumah tangga atau bukan anggota rumah tangga tanpa mendapat upah/gaji seseorang tidak memiliki pekerjaan tetapi mereka sedang melakukan usaha secara aktif dalam empat minggu terakhir untuk mencari pekerjaan.

Sadono Sukirno (2004: 12) menyimpulkan ‘pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolonga dalam angkatan kerja dan ingin


(16)

3

mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya’. Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong dalam angkatan kerja.

Pembangunan pada sector perikanan dan kelautan pada masa lalu kurang mendapat perhatian yang serius dari pemerintah sehingga permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat pesisir dan nelayan seolah-olah diwarisi secara turun-temurun dari generasi sebelumnya. Salah satu indikasi kurangnya perhatian pemerintah adalah kecilnya jumlah alokasi kredit perbankan yang teralokasikan untuk usaha perikanan dan kelautan (hanya 0,02% dari total kredit) selama Pembangunan Jangka Panjang (PJP) I hingga pertengahan PJP II (Dahuri, 2004). Sehingga sangatlah wajar apabila masyarakat pesisir sering diidentikkan sebagai masyarakat miskin, terbelakang dan termarjinalkan. Departemen Eksplorasi Laut yang didirikan pada tahun 1999, menjadi cikal bakal Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) yang membawa harapan baru dalam pembangunan perikanan dan kelautan Indonesia. DKP menjadi ujung tombak dalam membuat kebijakan dan meyakinkan pemerintah bahwa sektor perikanan dan kelautan memiliki potensi yang sama dengan sektor lain, kalau tidak ingin dikatakan memiliki potensi yang lebih. Dalam platform pembangunan ekonomi nasional menuju Indonesia yang maju, makmur, berkeadilan dan di ridhoi Tuhan Yang Maha Esa, ada enam sektor yang menjadi andalan pembangunan. Enam sektor tersebut adalah sektor kelautan dan perikanan, sektor pertanian, sektor kehutanan, sektor energi dan sumberdaya mineral, sektor pariwisata dan sektor Usaha Kecil Menengah Mikro (Dahuri, 2004). Masuknya sektor kelautan dan perikanan menjadi sektor andalan pembangunan nasional tentu dapat dikatakan sebagai


(17)

4

salah satu keberhasilan perjuangan DKP, karena untuk pertama kali dalam sejarah pembangunan Indonesia sektor perikanan dan kelautan menjadi sektor andalan. Menurut Dahuri (2004), setidaknya ada enam alasan utama yang dapat dijelaskan sehingga sektor perikanan dan kelautan layak menjadi sektor andalan yaitu: 1. Secara fisik laut merupakan faktor dominan dan pemersatu, Indonesia memiliki wilayah territorial laut sebesar 3,1 juta km persegi, serta luas laut ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) 2,7 juta km persegi. Sebagai negara kepulauan terbesar didunia (lebih dari 17.500 pulau) dan memiliki 81.000 km garis pantai terpanjang ke dua di dunia setelah Kanada. Indonesia memiliki potensi ekonomi yang besar dan beragam. Garis pantai terpanjang mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki kawasan pesisir yang sangat luas. Kawasan pesisir adalah kawasan yang berada disekitar pantai kearah laut dan ke arah darat. 2. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia dan kesadaran tentang gizi ikan yang lebih sehat dan mencerdaskan sehingga permintaan produk dan jasa kelautan dan perikanan terus meningkat. 3. Industri kelautan menciptakan backward dan forward linkage yang tinggi. 4. Sumberdaya kelautan sebagian besar merupakan sumberdaya renewable sehingga dapat menjadi basis pembangunan ekonomi berkelanjutan. 5. Sebagian besar kegiatan ekonomi kelautan dan perikanan terdapat di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil sehingga membantu masalah urbanisasi. 6. Penguasaan dan penegakan kedaulatan dilaut yang memberi jaminan atas pertahanan, keamanan dan kedaulatan NKRI sebagai suatu kesatuan.

Meskipun memiliki potensi sumberdaya alam yang berlimpah, masyarakat pesisir masih menerima warisan kemiskinan karena sektor tersebut masih dipinggirkan oleh kebijakan yang berazaskan pada tanah daratan (Widodo, 2000).


(18)

5

Suatu gambaran paradoks, sumberdaya alam melimpah namun tidak tercermin dari kesejahteraan para pelaku disektor itu sendiri. Sebagai faktanya, nelayan Indonesia masih tergolong kelompok masyarakat termiskin dan terpinggirkan dengan pendapatan per kapita perbulan sekitar 7-10 dollar AS (Fauzi, 2009).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada maret 2011 mencapai 30,02 juta jiwa. Sebagian besar dari jumlah tersebut adalah masyarakat kelautan dan perikanan, khususnya pembudidaya ikan. Kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial.

Kemiskinan masyarakat pesisir bersifat multidimensi dan ditengarai oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat antara lain kebutuhan akan pangan,

kesehatan, pendidikan, pekerjaan, infrastruktur. Disamping kurangnya

kesempatan berusaha, kurangnya akses terhadap informasi, teknologi dan permodalan, budaya dan gaya hidup yang cenderung boros menyebabkan posisi tawar masyarakat miskin semakin lemah. Pada saaat yang sama, kebijakan pemerintah selama ini kurang berpihak pada masyarakat pesisir. Berbagai upaya untuk penanggulangan kemiskinan telah banyak dilakukan, namun pemerintah belum memiliki konsep yang jelas,sehingga penanganan masih bersifat parsial dan tidak terpadu. Akibatnya angka kemiskinan belum dapat diturunkan secara signifikan, justru dengan adanya penanggulangan kemiskinan, penduduk miskin malah bertambah (Azman,2009).

Persentase penduduk miskin yang tinggal diwilayah pesisir kabupaten/ kota pesisir lebih besar dibandingkan bukan pesisir, walau keduuanya terlihat


(19)

6

adanya kecenderungan penurunan dalam periode 2008-2012 seperti yang disajikan pada table 1.1. pada Tahun 2012 persentase jumlah penduduk miskin dikabupaten/ kota pesisir dan bukan pesisir masing-masing sebesar 14,64% dan 12,24%.

Tabel : 1.1. Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten/ Kota dan Bukan Pesisir. Tahun 2008-2012.

Tahun

2008

2009

2010

2011

2012

Sumber : BPS, 2012, (diolah).

Gambar 1.1. memperlihatkan fakta bahwasanya masih banyak penduduk miskin yang berlokasi di wilayah pesisir yaitu sebanyak 21,36 juta orang atau sekitar 67,3% dari total penduduk miskin di Indonesia. Kondisi ini sangatlah ironis, hal ini memperkuat dugaan awal bahwa kemiskinan yang terjadi di kabupaten/kota pesisir merupakan warisan sehingga masuk sebagai kategori kemiskinan yang kronis (chronic poverty) yaitu miskin yang tidak hanya sekedar dari sisi konsumsinya saja atau yang biasa disebut kemiskinan sementara (transitory poverty) tapi juga menyangkut pada berbagai aspek pengukuran kemiskinan lainnya. Dugaan ini cukup beralasan mengingat sejak Indonesia merdeka kantong-kantong kemiskinan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil belum juga mendapat sentuhan dari pemerintah sehingga sampai saat ini tidak terjadi perubahan yang berarti. Sarana-prasarana informasi yang minim, moda transportasi laut yang tidak memadai, rendahnya kualitas maupun kuantitas


(20)

7

infrastruktur menjadi gambaran tentang perhatian pemerintah yang kurang terhadap masyarakat pesisir.

Sumber :BPS, 2012 (diolah)

Gambar 1.1. Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin di Kabupaten/Kota Pesisir dan Bukan Pesisir, Tahun 2012.

Adapun untuk angka penduduk sumatera utara yang berada digaris kemiskinan disetiap tahun yang terus mengalami peningkatan, dibalik itu juga terdapat perbaikan, dimana pada tahun 2008 sebesar 87,45%, Tahun 2009 sebesar 88,47%, Tahun 2010 sebesar 86,69%, Tahun 2011 sebesar 89,17%, dan Tahun 2012 menjadi 89,59% .

Secara umum penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada gambar 1.2 .


(21)

8

PERSENTASE PENDUDUK MISKIN 18 15,42

16 14,15

14 13,33

12 12,36

13 11,66

10 12,55

8 11,51

6 11,31

4 10,83

2 10,41

0

2008 2009 2010 2011 2012 INDONESIA 15,42 14,15 13,33 12,36 11,66 SUMUT 12,55 11,51 11,31 10,83 10,41 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara 2012.

Gambar 1.2. Grafik Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara Tahun 2008-2012.

Gambaran kehidupan penduduk miskin pesisir dapat dilihat berdasarkan Indeks kedalaman kemiskinan (Proverty Gap Index-P1) dan Indeks keparahan kemiskinan (Proverty Severity Index-P2),Tabel 1.2. memperlihatkan bahwa P1 dan P2 di Kabupaten/ Kota Pesisir maupun bukan Pesisir pada Tahun 2012 lebih rendah dibandingkan tahun 2008. Indeks kedalaman kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas kemiskinan, semakin tinggi nilai Indeks ini maka semakin besar kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, Indeks keparahan kemiskinan (P2) sampai batas tertentu dapat memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin.

Jika dibandingkan antara Kabupaten/ Kota Pesisir dan Bukan Pesisir maupun Nasional, P1 Untuk Kabupaten/ Kota Pesisir paling rendah. Pada Tahun 2008, untuk kabupaten/ kota pesisir sebesar 3,20 sementara dikabupaten bukan pesisir mencapai 4,14 dan Nasional 3,79. Demikian pula pada Tahun 2012, P1 Kabupaten/ Kota pesisir hanya 2,21 sementara di kabupaten/ kota bukan pesisir


(22)

9

mencapai 2,83 dan Nasional 2,61, hal ini menunjukkan bahwasanya besarnya kesenjangan rata-rata pendapatan penduduk miskin terhadap garis kemiskinan cenderung mengecil, atau rata-rata pendapatan penduduk miskin di Kabupaten/ Kota Pesisir cenderung mankin mendekati kemiskinan.

Tabel .1.2. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kabupaten/ Kota Pesisir dan bukan Pesisir, Tahun 2008-20012.

Tahun Pesisir BukanPesisir Nasional

Indeks Kedalaman Kemiskinan ( Provrty Gap Index-P1 )

2008 3,20 4,14 3,79

2012 2,21 2,83 2,61

Indeks Keparahan Kemiskinan ( Provrty Severty Index-P2 )

2008 0,83 1,19 1,08

2012 0,63 0,81 0,74

Sumber : BPS, 2012, (diolah).

Sejalan dengan P1, P2 di kabupaten/kota pesisir maupun bukan pesisir juga menunjukkan kecenderungan yang menurun. Besarnya penurunan persentase untuk kabupaten/kota pesisir lebih rendah disbanding bukan pesisir. Ini berarti upaya pemerintah dalam melakukan penurunan ketimpangan kemiskinan di kabupaten/kota bukan pesisir lebih berhasil disbanding kabupaten/kota pesisir. Penurunan P2 di kabupaten/kota pesisir tahun 2012 dibandingkan tahun 2008, menunjukkan bahwa ketimpangan rata-rata pendapatan diantara penduduk miskin di kabupaten/kota pesisir mengalami penurunan atau distribusi rata-rata pendapatan diantara penduduk miskin cenderung makin merata.

Rendahnya P1 dan P2 di kabupaten/kota pesisir menunjukkan bahwa kemiskinan di wilayah pesisir cenderung sirna dibandingkan diwilayah bukan pesisir.


(23)

10

Kemiskinan dikabupaten/ kota pesisir ini semakin parah apabila didukung oleh rendahnya output maupun pertumbuhan ekonomi wilayah kabipaten/ kota Pesisir. Data empiris yang diperlihatkan pada gambar 1.3. menunjukkan bahwa meskipun disetiap tahun rata-rata produk domestic bruto (PDRB) Kabupaten/ Kota pesisir mengalami kenaikan, namun besaran nominalnya masih dibawah pencapaian rata-rata nasional. Gambar 3.1. juga menunjukkan bahwa pada Tahun 2008, rata-rata PDRB Kabupaten/ Kota pesisir hanya sebesar 3,811 milyar sedangkan rata-rata PDRB Kabupaten/ Kota Pesisir hanya 4,924 milyar dan sedangkan Nasional sebesar 4,188 milyar. Perbedaan yang sangat signifikan dari rata-rata output antara wilayah pesisir dan bukan pesisir mengindikasikan bahwa di Indonesia masih terjadi ketimpangan pembangunan ekonomi yang cukup besar antara wilayah.

2008 2009 2010 2011 2012

Pesisir Bukan Pesisir Nasional

Sumber : BPS, 2012, (diolah).

Gambar 1.3. Perbandingan Rata-Rata PDRB Kabupaten/ Kota Pesisir dan Kabupaten Bukan Pesisir dengan Rata-Rata PDRB Nasional. Ketimpangan pembangunan ekonomi tersebut juga diikuti dengan ketimpangan pendapatan antara pendapatan rumah tangga hal ini terlihat dari ketimpangan kabupaten/ Kota Pesisir dan bukan pesisir maupun nasional


(24)

11

yang tercermin dari Indeks gini yang fluktuatif dalam kurun waktu 2008-2012. Namun masih dalam level sedang setiap tahunyaseperti yang disajikan pada Gambar 1.4. pada tahun 2012 Indeks gini sebesar 0,33 mendekati angka nasional sebesar 0,34. Sementara itu Kabupaten/ Kota bukan pesisir mencapai angka 0,36 dimana menurut Todaro dan Smith (2008) angka tersebut tidaklah mencerminkan pendapatan masyarakat yang relative merata.

2008 2009 2010 2011 2012

- Pesisir - Bukan Pesisir - Nasional Sumber : BPS, 2012, (diolah).

Gambar 1.4. Perkembangan Indeks Gini di Kabupaten/ Kota Pesisir dan Bukan Pesisir, Tahun 2008-2012

Pengangguran merupakan salah satu penyebab terjadinya kemiskinan. Komisi kemiskinan dunia (The Poverty Comission) menyebutkan bahwa pengangguran merupakan penyebab utama kemiskinan (Saunders, 2002). Pengangguran dapat menimbulkan berbagai dampak social dan implikasinya bukan hanya terdapat si penganggur, tetapi juga pada keluarga dan masyarakat sekitarnya. Pengangguran, selain manimbulkan konsekwensi kemiskinan, juga berkontribusi terhadap ketimpangan distribusi pendapatan. Gambar 1.5. menyajikan perkembangan persentase penduduk miskin (Po) dan tingkat

pengangguran terbuka (TPT) di Kabupaten/Kota pesisir dan bukan pesisir tahun 2008-2012.


(25)

12

2008 2009 2010 2011 2012

- Pesisir - Bukan Pesisir - Nasional - Miskin Sumber : BPS, 2012, (diolah).

Gambar 1.5. Persentase Penduduk Miskin (Po) dan Tingkat Pengangguran terbuka (TPT) di Kabupaten/ Kota Pesisir dan Bukan Pesisir Tahun 2008-2012.

Kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan dan penurunan pengangguran di wilayah pesisir direalisasikan pada berbagai program bantuan. Hal tersebut merupakan stimulus bagi wilayah pesisir untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan adanya pemerataan pendapatan serta penyerapan tenagakerja.

Salah satu bantuan stimulus di kabupaten/kota pesisir adalah program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) yang dilaksanakan oleh DKP sejak tahun 2001. DKP saat ini beralih nama menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Kegiatan PEMP diinisiasi untuk mengatasi berbagai permasalahan akibat krisis ekonomi, kenaikan BBM, kesenjangan dan kemiskinan. Kualitas sumberdaya manusia (masyarakat) pesisir yang rendah dan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang belum dimanfaatkan secara optimal merupakan tantangan bagi pelaksanaan program PEMP. Upaya yang


(26)

13

dilakukan oleh KKP melalui pemberdayaan nelayan dan masyarakat pesisir, dinilai sudah cukup tepat. Pemberdayaan berarti apa yang telah dimiliki oleh masyarakat yaitu sumberdaya pembangunan yang perlu dikembangkan sehingga makin nyata kegunaannya bagi masyarakat pesisir itu sendiri. Hal ini sesuai dengan kajian para pakar ekonomi sumberdaya, bahwasanya kemiskinan masyarakat pesisir, khususnya nelayan lebih banyak disebabkan faktor sosial ekonomi yang terkait sumberdaya serta teknologi yang digunakan. Faktor tersebut membuat nelayan tetap dalam kemiskinannya.

Beberapa program pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan pemerintah antara lain :

- CERD (Community Empowerment for Rural Development) - KPEL (Kemitraan Pengembangan Ekonomi Lokal)

- WSLIC (Water and Sanitation for Low Income Communities) - P2D (Program Pengembangan Prasarana Pedesaan)

- PEMP (Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir) - P4K (Proyek Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani Kecil)

Bappenas telah melakukan kajian kebijakan pemberdayaan masyarakat miskin umtuk ke-6 jenis program pemberdayaan masyarakat tersebut diatas. Kajian menggunakan 10 elemen kunci sebagai bobot keberhasilan program. PEMP merupakan program yang memiliki keunggulan sebanyak 4 elemen kunci (Kelembagaan, Akunbilitas, Transparansi dan Keberlanjutan) dari 10 elemen kunci yang diteliti. PEMP termasuk program yang mempunyai keunggulan yang lebih dibandingkan program pemberdayaan lainnya.

Studi terdahulu: - Smith (1979) mengadakan kajian pembangunan perikanan di berbagai negara Asia. - Anderson (1979) juga melakukan kajian namun di negara-negara Eropa dan Amerika Utara yang menyimpulkan tentang


(27)

14

kekakuan asset perikanan (fixity and rigidity of fishing assets). Kekakuan aset adalah suatu sifat asset yang sulit dilikuidasi atau diubah bentuk dan fungsinya untuk digunakan bagi kepentingan lain, sehingga nelayan tetap melakukan operasi penangkapan ikan walau sesungguhnya tidak lagi efisien secara ekonomis. Dalam era pembangunan yang semakin kompleks dan kompetitif nelayan dihadapkan pada tantangan dan persaingan yang semakin besar dengan berbagai aspek lingkungan yang memengaruhinya.

Untuk mengatasi hal itu diperlukan perubahan mainstream pembangunan masyarakat dari program pembinaan ke program pemberdayaan. Pemberdayaan nelayan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya khususnya meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir menurut Haque, et.al dalam Nikijuluw (2000) merupakan pemberdayaan ekonomi untuk masyarakat pesisir yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Daerah dengan kawasan pesisir yang luas dan mempunyai sumberdaya alam yang melimpah seyogianya mempunyai keuntungan yang lebih besar dalam menarik investasi. Salah satu kebijakan yang diambil oleh KKP adalah pemberdayaan nelayan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir dengan cara meningkatkan kinerjanya melalui program PEMP.

Kebijakan ini merupakan bagian dari tiga pilar pembangunan dalam Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2009-2014 yang tertuang dalam Peraturan Menteri KKP Nomor PER.06/MEN/2010. Tiga pilar pembangunan tersebut antara lain pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-job (penyerapan tenaga kerja), dan pro-growth (pertumbuhan). Secara umum, PEMP bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui


(28)

15

pengembangan kegiatan ekonomi, peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan penguatan kelembagaan sosial ekonomi dengan mendayagunakan sumberdaya perikanan dan kelautan secara optimal dan berkelanjutan. Program PEMP dirancang untuk 3 periode: yaitu inisiasi (tahun 2001-2003), institusionalisasi (tahun 2004-2006) dan diversifikasi (tahun 2007-2009).

Pada tahun 2001, program PEMP dilaksanakan di 125 daerah kabupaten/ kota, tahun 2002 dilaksanakan di 91 daerah kabupaten/kota dan tahun 2003 dilaksanakan di 128 daerah kabupaten/kota, yang selama 3 tahun pelaksanaan tersebar di 30 propinsi. Pada periode tahun 2001-2003, program PEMP telah disalurkan kepada 79.480 orang masyarakat pesisir dan nelayan yang tergabung dalam 8.138 KMP/kelompok masyarakat pemanfaat (DKP, 2003).

Selama tiga tahun pertama dana ekonomi produktif (DEP) PEMP telah tersalurkan sebanyak 344 akabupaten/kota, dimana ada beberapa kabupaten dan kota mendapat DEP PEMP setiap tahunya atau hanya 1-2 tahun saja. Jika setiap kabupaten/kota menerima DEP Rp 800 juta per tahun, maka selama tiga tahun telah dialokasikan dana sebesar Rp 275,2 M untuk program PEMP. Jumlah ini belum termasuk dana pendampingan dari APBD, dana untuk konsultan manajemen kabupaten/kota dan dana untuk operasional PEMP di KKP. Pada beberapa tahun yang akan dating diharapkan dana yang telah digunakan untuk program PEMP di Indonesia (dengan jumlah yang tidak sedikit) memberikan manfaat dan pengaruh dalam meningkatkna kesejahteraan masyarakat pesisir dan nelayan.


(29)

16

Tabel : 1.3. Jumlah Bantuan Program PEMP untuk Kabupaten/ Kota Pesisir Tahun 2008-2012 (Milyar Rupiah).

Tahun

Pulau 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2012, (diolah). Cat. Angka dalam kurung menunjukkan nilai proporsi .

Pemerintah dalam hal ini KKP, telah berupaya memberikan bantuan stimulus untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP). Tabel 1.3 memperlihatkan bahwa dana yang digulirkan KKP untuk program PEMP di kabupaten pesisir mengalami penurunan. Tercatat pada Tahun 2005 KKP mengucurkan dana untuk program PEMP sebesar Rp 163,760 milyar dan cenderung menurun sampai dengan tahun 2008 menjadi Rp 100,025 milyar, namun pada tahun 2009 kembali meningkat menjadi sebesar Rp111,157 milyar. Penurunan bantuan diduga akibat keterbatasan anggaran pemerintah, namun demikian untuk pulau Jawa dan Sulawesi bantuan yang diperoleh pada tahun 2009 lebih besar dibanding bantuan pada tahun 2007 walau pada tahun 2008 mengalami penurunan.

Kondisi ini mencerminkan bahwa pemerintah memiliki perhatian yang cukup serius untuk melakukan pemberdayaan ekonomi di wilayah pesisir. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,menurunkan ketimpangan pendapatan dan pengangguran di kabupaten/kota pesisir sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui PEMP. Hingga saat ini


(30)

17

belum ada studi empirik yang mengkaji dampak kebijakan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi ,ketimpangan pendapatan, pengangguran dan kemiskinan di kabupaten/kota pesisisr. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini berusaha untuk mengkaji peran program PEMP dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkaitan dengan ketimpangan pendapatan, pengangguran, dan kemiskinan di kabupaten/kota pesisir.

1.2. Perumusan Masalah

Upaya pemerintah saat ini adalah mengurangi keterpurukan ekonomi dan mengurangi jumlah penduduk miskin di kabupaten/kota pesisir. Kebijakan yang diusung KKP antara lain untuk mengurangi kemiskinan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pengurangan ketimpangan pendapatan di wilayah pesisir. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya KKP membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang Kelautan dan Perikanan (Perpres No.94, Tahun 2006). Sejak tahun 2001, KKP meluncurkan bantuan stimulus bagi masyarakat pesisir yaitu program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP). Pada tahun 2009, KKP melaksanakan berbagai program bantuan yang diberikan pada 120 (seratus dua puluh) kabupaten /kota pesisir di Indonesia, dengan maksud membantu kabupaten/kota pesisir agar dapat menjadi suatu kabupaten/kota yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir secara menyeluruh dan terencana dengan prinsip pemberdayaan, yaitu helping the poor to help themselves yang pada gilirannya dapat membuka peluang semakin bergeraknya perekonomian kabupaten/kota pesisir.


(31)

18

Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa program bantuan yang dilaksanakan mampu secara signifikan meningkatkan pendapatan kabupaten/kota pesisir (Ariansyach, 2009). Penelitian yang dilakukan Subagio (2007) juga menunjukkan bahwa program PEMP di Subang dan Cirebon memberikan dampak nyata pada peningkatan pendapatan masyarakat. Selama ini, penelitian yang dilakukan terhadap dampak program PEMP masih sebatas kajian secara mikro yaitu pada kelompok sasaran penerima bantuan. Namun kajian mengenai dampak program terhadap penurunan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan masih belum banyak dilakukan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan studi mengenai dinamika pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan , pengangguran terhadap kemiskinan di kabupaten/kota pesisir. Terkait dengan besaran belanja modal pemerintah pusat yang dilakukan oleh KPP, dalam hal ini program PEMP, perlu dilakukan kajian apakah program ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota pesisir. Oleh karena itu menarik untuk dikaji, sejauh mana manfaat PEMP mendongkrak pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan pendapatan, mengurangi pengangguran dan menurunkan kemiskinan secara makro di tingkat kabupaten/kota. Hal ini perlu dilakukan mengingat masih banyaknya penduduk miskin yang tinggal di kabupaten/kota pesisir (67,3% dari total jumlah penduduk miskin di Indonesia).

Berdasarkan fakta tersebut, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:


(32)

19

1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan ?

2. Bagaimana pengaruh ketimpangan pendapatan terhadap Kemiskinan ?

3. Bagaimana pengaruh pengangguran terhadapa kemiskinan ?

4. Bagaimana pengaruh bantuan Program PEMP terhadap Kemiskinan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitan ini antara lain:

1. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan .

2. Untuk mengetahui pengaruh ketimpangan pendapatan terhadap Kemiskinan

.

3. Untuk mengetahui pengaruh pengangguran terhadapa kemiskinan .

4. Untuk mengetahui pengaruh bantuan Program PEMP terhadap Kemiskinan .

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Gambaran mengenai dinamika pertumbuhan ekonomi, ketimpangan

pendapatan dan pengangguran terhadap kemiskinan selama program PEMP diharapkan dapat digunakan untuk menilai dampak dari program PEMP di kabupaten/kota pesisir, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alat evaluasi bagi KKP.

2. Analisis dampak program PEMP melalui studi ekonometrik diharapkan dapat memberikan masukan bagi KKP tentang pentingnya program PEMP bagi kesejahteraan masyarakat di Sumatera Utara.

3. Analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,

ketimpangan pendapatan dan pengangguran terhadap kemiskinan

diharapkan dapat memberikan masukan bagi KKP maupun pemangku kebjakan yang lain untuk lebih memfokuskan kebijakan maupun programnya sehubungan faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya pengangguran di Sumatera Utara.


(33)

20

4. Analisis mengenai hubungan pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan dan pengangguran terhadap kemiskinan diharapkan dapat digunakan oleh KKP dan pemangku kebijakan yang lain sebagai bahan masukan dalam perumusan kebijakan yang tidak hanya pro pada pertumbuhan (pro growth) namun juga pro terhadap rakyat miskin (pro poor). Guna menuntaskan kemiskinan .


(34)

89

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini mengkaji pengaruh bantuan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) yang diberikan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) di kabupaten/kota pesisir. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dampak bantuan PEMP tersebut terhadap penurunan penduduk miskin di wilayah pesisir. Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dinamika perekonomian dan kemiskinan menunjukkan arah yang membaik, baik pada capaian pertumbuhan ekonomi, penurunan ketimpangan pendapatan, pengangguran dan kemiskinan. Selain itu, didukung pula oleh hasil Growth Incidence Curve yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi di periode ini bersifat pro poor growth, yang berarti memberikan manfaat bagi penduduk miskin.

2. Umumnya hubungan pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan

disertai peningkatan ketimpangan seperti hasil penelitian Lin (2003). Lin menemukan fakta bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi di RRC antara tahun 1985 dan 2001 selain mengurangi kemiskinan juga meningkatkan ketimpangan yang pada akhirnya mengurangi efektifitas pengurangan kemiskinan. Namun hasil penelitian ini memperlihatkan pertumbuhan ekonomi yang disertai penurunan ketimpangan pendapatan.

3. Hasil estimasi pengaruh bantuan program (PEMP) terhadap perekonomian, ketimpangan dan pengangguran (dengan keterbatasan model yang


(35)

90

dikembangkan dalam penelitian ini) menunjukkan bahwa program bantuan tersebut nyata bermanfaat meningkatkan perekonomian, serta berhasil menurunkan tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat .

4. Hasil estimasi menunjukkan bahwa peubah PDRB signifikan memengaruhi penurunan tingkat kemiskinan, sedangkan peubah indeks gini dan peubah TPT tidak nyata memengaruhi tingkat kemiskinan. Kondisi tersebut dapat terjadi mengingat adanya kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang didukung dengan penurunan tingkat ketimpangan yang merupakan salah satu factor pendukung penurunan tingkat kemiskinan masyarakat kabupaten/kota pesisir, dalam arti PEMP secara tidak langsung memengaruhi penurunan kemiskinan melalui PDRB.

5.2. Saran .

1. Pemerintah perlu memperbanyak program-program pemberdayaan

masyarakat pesisir semacam PEMP secara lebih luas, karena berpengaruh nyata pada peningkatan perekonomian secara makro sekaligus memberi dampak terhadap penurunan kemiskinan.

2. Perlu adanya koordinasi kebijakan pengentasan kemiskinan antara pusat dan daerah serta lebih dititikberatkan pada kawasan timur, mengingat masih tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan di wilayah pesisir kawasan timur Indonesia.

3. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan pemerintah khususnya pemerintah daerah dalam membuat perencanaan pembangunan berkaitan dengan program pemberdayaan, walaupun saat ini program-program pemberdayaan telah


(36)

91

dikemas dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri).

4. Model penelitian ini sifatnya makro dan belum dikembangkan oleh para peneliti sehingga masih mengandung kelemahan dan keterbatasan. Bagi peneliti-peneliti selanjutnya dapat mengembangkan model penelitian ini dengan cara memasukkan pengaruh program-program pemerintah lainnya yang ada di wilayah pesisir selain program (PEMP) ke dalam model.


(37)

92

DAFTAR PUSTAKA

Azman, Syaiful. 2009. Konsep Penanganan Kemiskinan Nelayan. Blogspot.com [terhubung berkala].http://suara anak-nelayan.blogspot.com/8282.html [31 Januari 2011].

Aisyah, Dara et al. Prestasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Jakarta Utara, Indonesia: Satu Penilaian Awal. Geografia Online Malaysian Journal of Society and Space 6 issues 3 (13-29), ISSN 2180-2491 [2 Maret 2011].

Astuti, Irma. 2008. Manfaat Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PEMP) terhadap Pendapatan Masyarakat Tradisional di Kabupaten Lamongan. ADLN Digital Collection [terhubung berkala], http://top/unair thesis /pengembangan SDM/jiptunair-gdl-s2-2004-astuti/irma-118 [17 Februari 2011].

Adam Jr, Richard H. 2004. Economic Growth, Income Inequality dan Poverty reduction in People’s Republik of China, asia Review Vol (20). Hal 105-124.

Alesina A, Rodrik D. 1994. Distributive Politics and Economic Growth, The Quarterly Journal of Economics 109:465-490.

Ariansyach.2009. Pengaruh Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Terhadap Pendapatan Masyarakat Pesisir Kabupaten Sukabumi, UT-Agribisnis

Asian Development Bank.1999.Fighting Poverty in Asia and the Pacific: The Poverty Reduction Strategy.Manila:Asian Development Bank.

[BPS] Badan Pusat Statistik “ Analisis dan PEnghitungan Tingkat Kemiskinan “ Jakarta:BPS

Coudouel A, Henstschel JS, Wodon QW.2002. Poverty Measurement and Analysis. Didalam Klugman J, editor. A sourcebook for Poverty Reduction Strategies. Washington: World Bank


(38)

93

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Pedoman Umum Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) 2003. Jakarta: DKP.

Dahuri R. 2002. Membangun Kembali Perekonomian Indonesia melalui Sektor Perikanan dan Kelautan. Jakarta: LISPI. Hal: 80-81.

Glaeser El. 2006. Inequality. Di dalam Barry R Weingast BR, Wittman DA, editor. The Oxford Handbook of Political Economy. New York: Oxford University Press Inc.

Fauzi, Akhmad. 2009. Turning the Tide: Kebijakan Ekonomi Perikanan

(makalah tidak dipublikasikan).8 hal.

Hidayat S, Patunru AA. 2007. Pertumbuhan Ekonomi, Ketidakmerataan Pendapatan dan Kemiskinan: Estimasi Parameter Elastisitas Kemiskinan Tingkat Provinsi di Indonesia tahun 1996-2005. Jakarta: Universitas Indonesia.

Hsiao, C. 1990. Analysis of Panel Data, Cambridge University Press, New York. Kusnadi. 2006. Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Bandung: Humaniora. Lin BQ. 2003. Economic Growth, Income Inequality, and Poverty Reduction in

people's Republic of China. Asian Development Review 20:105-124. Mamkiw NG. 2007. Makroekonomi. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

Manurung, Jonni J. 2005. Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Mubyarto, Loekman Soetrisno & Michael Dove. 1984. Nelayan dan Kemiskinan, Studi Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai. Jakarta: Rajawali Press, Hal18-19.


(39)

94

Nikijuluw, V.P.H. 2002, Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Kerjasama Pusat Pusat Pemberdayaan dan Pembangunan Regional. Jakarta: PT. Pustaka Cidesindo, Hal 254.

Na fziger WE. 2006. Economic Development 4th ed. Cambridge:Cambridge

University Press.

Oshima HT. 1970. Income Inequality and Economic Growth : The Postwar Experiences of Asian Countries. Malaya Economic Review 15(2) : 13 Prasetyo, P.Eko.2009. Fundamental Makro Ekonomi. Yogyakarta:Beta Offset. Ravallion M, Datt G. 1996. How Important to India’s Poor is Sektoral Composition

of Economic Growth? The World Bank Economic Review; 10: 1-25

Ravallion M. 2005. A poverty-inequality Trade – off, Jounal of Economic Inequality 3: 169-181

Saad, S dan Basuki R. 2004. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Upaya Meningkatkan Kemandirian. Makalah Seminar Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Jakarta.

Saunders, Peter. 2002. The Direct and Indirect Effects of Unemployment on Poverty and Inequality. SPRC Discussion Paper No. 118, The Social Policy Research Centre University of South Wales, Sydney 052, NSW 2 Australia.

Sen, A. 1988, The concept of development, dalam HB Chenery & TN Srinivasan (eds). Handbook of development economics, Edisi 1, Vol.1, No. 1, Elsevier Science Publishers, Amsterdam, The Netherlands.

Smith.I.R. 1979. A Research Framework for Traditional Fisheries. ICLARM Studies and Reviews.


(40)

95

Subagio, Drajat. 2017. Analisis Dampak Program Pemberdayaan Ekonomi masyarakat Pesisir (PEMP) terhadap Pendapatan Angota Kelompok. Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga Cetakan

Kelimabelas. Jakarta: Raja Grafindo persada.

Tambunan, T.H. 2003. Perekonomian Indonesia: Beberapa Permasalahan Penting. Jakarta: Ghalia Indonsia.

Todaro MP dan Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesimbilan. Jakarta : Erlanggan.

Widarjono, Agus.2005. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Ekonisia FE-UI.

Widodo, Sutejo Kuwat. 200. Dinamika Kebijakan terhadap Nelayan: Tinjauan Historis pada Nelayan Pantai Utara Jawa, 1900-200.

Wodon, Quentin. 1999. Growth, poverty and Inequality: Aregion Panel for Banglades. Policy Research Working Paper No. 2072. World Bank South Asia Region.

Xin Meng, Robert Grehoty, Youjuan Wong, 2005. Porverty, Inequlaity and Growth in urban China, Discussion Paper No. 1452. Bonn, Germani: The Institue for the Study of Labor (IZA).


(1)

90

dikembangkan dalam penelitian ini) menunjukkan bahwa program bantuan tersebut nyata bermanfaat meningkatkan perekonomian, serta berhasil menurunkan tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat .

4. Hasil estimasi menunjukkan bahwa peubah PDRB signifikan memengaruhi penurunan tingkat kemiskinan, sedangkan peubah indeks gini dan peubah TPT tidak nyata memengaruhi tingkat kemiskinan. Kondisi tersebut dapat terjadi mengingat adanya kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang didukung dengan penurunan tingkat ketimpangan yang merupakan salah satu factor pendukung penurunan tingkat kemiskinan masyarakat kabupaten/kota pesisir, dalam arti PEMP secara tidak langsung memengaruhi penurunan kemiskinan melalui PDRB.

5.2. Saran .

1. Pemerintah perlu memperbanyak program-program pemberdayaan masyarakat pesisir semacam PEMP secara lebih luas, karena berpengaruh nyata pada peningkatan perekonomian secara makro sekaligus memberi dampak terhadap penurunan kemiskinan.

2. Perlu adanya koordinasi kebijakan pengentasan kemiskinan antara pusat dan daerah serta lebih dititikberatkan pada kawasan timur, mengingat masih tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan di wilayah pesisir kawasan timur Indonesia.

3. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan pemerintah khususnya pemerintah daerah dalam membuat perencanaan pembangunan berkaitan dengan program pemberdayaan, walaupun saat ini program-program pemberdayaan telah


(2)

dikemas dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri).

4. Model penelitian ini sifatnya makro dan belum dikembangkan oleh para peneliti sehingga masih mengandung kelemahan dan keterbatasan. Bagi peneliti-peneliti selanjutnya dapat mengembangkan model penelitian ini dengan cara memasukkan pengaruh program-program pemerintah lainnya yang ada di wilayah pesisir selain program (PEMP) ke dalam model.


(3)

92

DAFTAR PUSTAKA

Azman, Syaiful. 2009. Konsep Penanganan Kemiskinan Nelayan. Blogspot.com [terhubung berkala].http://suara anak-nelayan.blogspot.com/8282.html [31 Januari 2011].

Aisyah, Dara et al. Prestasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Jakarta Utara, Indonesia: Satu Penilaian Awal. Geografia Online Malaysian Journal of Society and Space 6 issues 3 (13-29), ISSN 2180-2491 [2 Maret 2011].

Astuti, Irma. 2008. Manfaat Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PEMP) terhadap Pendapatan Masyarakat Tradisional di Kabupaten Lamongan. ADLN Digital Collection [terhubung berkala], http://top/unair thesis /pengembangan SDM/jiptunair-gdl-s2-2004-astuti/irma-118 [17 Februari 2011].

Adam Jr, Richard H. 2004. Economic Growth, Income Inequality dan Poverty reduction in People’s Republik of China, asia Review Vol (20). Hal 105-124.

Alesina A, Rodrik D. 1994. Distributive Politics and Economic Growth, The Quarterly Journal of Economics 109:465-490.

Ariansyach.2009. Pengaruh Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Terhadap Pendapatan Masyarakat Pesisir Kabupaten Sukabumi, UT-Agribisnis

Asian Development Bank.1999.Fighting Poverty in Asia and the Pacific: The Poverty Reduction Strategy.Manila:Asian Development Bank.

[BPS] Badan Pusat Statistik “ Analisis dan PEnghitungan Tingkat Kemiskinan “ Jakarta:BPS

Coudouel A, Henstschel JS, Wodon QW.2002. Poverty Measurement and Analysis. Didalam Klugman J, editor. A sourcebook for Poverty Reduction Strategies. Washington: World Bank


(4)

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2003. Pedoman Umum Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) 2003. Jakarta: DKP.

Dahuri R. 2002. Membangun Kembali Perekonomian Indonesia melalui Sektor Perikanan dan Kelautan. Jakarta: LISPI. Hal: 80-81.

Glaeser El. 2006. Inequality. Di dalam Barry R Weingast BR, Wittman DA, editor. The Oxford Handbook of Political Economy. New York: Oxford University Press Inc.

Fauzi, Akhmad. 2009. Turning the Tide: Kebijakan Ekonomi Perikanan (makalah tidak dipublikasikan).8 hal.

Hidayat S, Patunru AA. 2007. Pertumbuhan Ekonomi, Ketidakmerataan Pendapatan dan Kemiskinan: Estimasi Parameter Elastisitas Kemiskinan Tingkat Provinsi di Indonesia tahun 1996-2005. Jakarta: Universitas Indonesia.

Hsiao, C. 1990. Analysis of Panel Data, Cambridge University Press, New York. Kusnadi. 2006. Filosofi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Bandung: Humaniora. Lin BQ. 2003. Economic Growth, Income Inequality, and Poverty Reduction in

people's Republic of China. Asian Development Review 20:105-124. Mamkiw NG. 2007. Makroekonomi. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

Manurung, Jonni J. 2005. Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Mubyarto, Loekman Soetrisno & Michael Dove. 1984. Nelayan dan Kemiskinan, Studi Ekonomi Antropologi di Dua Desa Pantai. Jakarta: Rajawali Press, Hal18-19.


(5)

94

Nikijuluw, V.P.H. 2002, Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Kerjasama Pusat Pusat Pemberdayaan dan Pembangunan Regional. Jakarta: PT. Pustaka Cidesindo, Hal 254.

Na fziger WE. 2006. Economic Development 4th ed. Cambridge:Cambridge University Press.

Oshima HT. 1970. Income Inequality and Economic Growth : The Postwar Experiences of Asian Countries. Malaya Economic Review 15(2) : 13 Prasetyo, P.Eko.2009. Fundamental Makro Ekonomi. Yogyakarta:Beta Offset. Ravallion M, Datt G. 1996. How Important to India’s Poor is Sektoral Composition

of Economic Growth? The World Bank Economic Review; 10: 1-25

Ravallion M. 2005. A poverty-inequality Trade – off, Jounal of Economic Inequality 3: 169-181

Saad, S dan Basuki R. 2004. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Upaya Meningkatkan Kemandirian. Makalah Seminar Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Jakarta.

Saunders, Peter. 2002. The Direct and Indirect Effects of Unemployment on Poverty and Inequality. SPRC Discussion Paper No. 118, The Social Policy Research Centre University of South Wales, Sydney 052, NSW 2 Australia.

Sen, A. 1988, The concept of development, dalam HB Chenery & TN Srinivasan (eds). Handbook of development economics, Edisi 1, Vol.1, No. 1, Elsevier Science Publishers, Amsterdam, The Netherlands.

Smith.I.R. 1979. A Research Framework for Traditional Fisheries. ICLARM Studies and Reviews.


(6)

Subagio, Drajat. 2017. Analisis Dampak Program Pemberdayaan Ekonomi masyarakat Pesisir (PEMP) terhadap Pendapatan Angota Kelompok. Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga Cetakan

Kelimabelas. Jakarta: Raja Grafindo persada.

Tambunan, T.H. 2003. Perekonomian Indonesia: Beberapa Permasalahan Penting. Jakarta: Ghalia Indonsia.

Todaro MP dan Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesimbilan. Jakarta : Erlanggan.

Widarjono, Agus.2005. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: Ekonisia FE-UI.

Widodo, Sutejo Kuwat. 200. Dinamika Kebijakan terhadap Nelayan: Tinjauan Historis pada Nelayan Pantai Utara Jawa, 1900-200.

Wodon, Quentin. 1999. Growth, poverty and Inequality: Aregion Panel for Banglades. Policy Research Working Paper No. 2072. World Bank South Asia Region.

Xin Meng, Robert Grehoty, Youjuan Wong, 2005. Porverty, Inequlaity and Growth in urban China, Discussion Paper No. 1452. Bonn, Germani: The Institue for the Study of Labor (IZA).