FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL (Studi Empiris Pada Inspektorat dan SKPD di Kota dan Kabupaten Magelang)

(1)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

(Studi Empiris Pada Inspektorat dan SKPD di Kota dan Kabupaten Magelang)

FACTORS AFFECTING THE EFFECTIVENESS OF INTERNAL AUDIT (Empirical Study on Inspectorate and Government Office in County and City

of Magelang)

Oleh

BERNANDA WIDYA SANTOSO 20130420404

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

(Studi Empiris Pada Inspektorat dan SKPD di Kota dan Kabupaten Magelang)

HALAMAN JUDUL

FACTORS AFFECTING THE EFFECTIVENESS OF INTERNAL AUDIT (Empirical Study on Inspectorate and Government Office in County and City

of Magelang)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

BERNANDA WIDYA SANTOSO 20130420404

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(3)

iv

PERNYATAAN HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini saya,

Nama : Bernanda Widya Santoso

Nomor Mahasiswa : 20120420404

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL (Studi Empiris Pada Inspektorat dan SKPD di Kota dan Kabupaten Magelang)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 23 Desember 2016


(4)

v MOTTO HALAMAN MOTTO

Apapun yang terjadi di dalam kehidupan, adalah sebuah cerita indah yang telah diciptakan Allah SWT ~ Bernanda W.S

Jangan pernah terpaku pada hasil, fokuslah pada proses yang disertai dengan semangat, doa, dan kerja keras ~ Bernanda W.S

Sekali saja bicara saya menyerah, saya tidak sanggup, maka semuanya akan menjadi sia-sia ~ Bernanda W.S

Pagi, siang, dan malam adalah waktu yang harus kita gunakan sebaik-baiknya ~ Bernanda W.S

Apa yang anda tahu tidaklah penting, namun apa yang anda lakukan dengan yang anda tahu itulah yang penting ~ Winston Churchill

Waktu tidak berpihak pada siapapun, tapi waktu dapat menjadi sahabat bagi mereka yang memperlakukannya dengan baik ~ Winston Churchill

Sukses bukanlah akhir, kegagalan bukanlah kiamat, ada keberanian yang harus ditambahkan ~ Winston Churchill

Kita menyambung hidup dengan apa yang kita peroleh, namun kita menghadirkan kehidupan dengan apa yang kita berikan ~ Winston Churchill

Perubahan adalah hukum kehidupan, manusia yang selalu melihat masa kini dan masa lalu adalah manusia yang akan kehilangan masa depan ~ John F. Kennedy


(5)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin...

Satu tugas telah aku selesaikan dengan sebaik-baiknya. Rasa syukur tak henti ku ucapkan kepada Allah SWT, shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW dan

para sahabat penghuni Surga.

Skripsi ini kupersembahkan untuk orang-orang terdekat yang sangat kusayangi

Ayah dan Ibunda Tercinta ( Agus Santoso dan Lis Setiyasih )

Terimakasih pak, buk yang telah memberikan kasih sayang, nasihat, dukungan, semangat, dan segalanya atas semua yang telah kulakukan. Semoga Skripsi ini menjadi sebuah karya kecil yang indah yang mampu membuat Bapak dan Ibuk bangga. Setitik senyum kalian adalah api semangat bagiku untuk selalu maju

menuju kesuksesan.

Kakakku yang paling Cantik ( Anggraeni Budi Lestari )

Terima kasih Mbak Anggi telah memberikan dukungan, pengalaman dan nasihat bagiku selama ini. Aku hanya bisa berterima kasih dan minta maaf kalau aku selalu merepotkanmu. Semoga skripsi ini bisa masuk menjadi salah satu daftar

hal yang kau banggakan.

Seluruh Keluarga Besarku

Terima kasih atas semuanya. Kemudahan yang aku dapatkan tidak pernah lepas dari andil kalian semua.


(6)

vii

My Partner ( Antia Tri Wahyuni )

Terima kasih telah menjadi seseorang yang spesial yang selalu setia mendampingi di saat apapun. Terima kasih telah memberikan dukungan, semangat, dan waktunya untuk semua kegiatan yang kau lakukan termasuk dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga dukungan dan semangat darimu akan selalu ada

untukku.

Chipmunks

Terima kasih buat sahabat-sahabatku yang luar biasa, Denny Widjanarko, S.E., Dwi Susilo A.W, Ridwan S, M. Widiyanta, Sony Perdana E, Bagus Chandra, Fatoni A, Arif A.M, Donny D, Fahmi S. Belum genap 3,5 tahun aku bersahabat dengan kalian, namun rasa kekeluargaan telah sangat aku rasakan. Terima kasih atas semua dukungan dan semangat yang kalian berikan. Semoga kita semua bisa

selalu seperti ini sampai akhir hayat kita semua.

My Super Best Friends

Terima kasih buat Nur Indah Pratiwi, A.Md, Novi Tri Utami, A.Md, Faris R, Antia T.W, Beta Tri H, Abdul Ghani, Arif P.W, Argiya Eka N. Terima kasih atas

semua semangat dan dukungan yang telah kalian berikan. Semoga kita bisa sukses bersama, dan selalu kompak sampai kapanpun.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih telah membantu selama penyelesaian skripsi ini...


(7)

xii DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Landasan Teori ... 15

B. Penelitian Terdahulu ... 28

C. Kerangka Pemikiran ... 31

D. Penurunan Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 40

A. Populasi dan Sampel ... 40

B. Metode Pengambilan Sampel ... 40

C. Jenis dan Sumber Data ... 41

D. Metode Pengumpulan Data ... 41


(8)

xiii

F. Statistik Deskriptif ... 45

G. Uji Kualitas Instrumen ... 46

H. Uji Asumsi Klasik ... 47

I. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 48

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Deskripsi Penelitian ... 51

B. Statistik Deskriptif ... 53

C. Uji Kualitas Instrumen ... 57

D. Uji Asumsi Klasik ... 70

E. Pengujian Hipotesis ... 73

F. Pembahasan ... 82

BAB V PENUTUP ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Keterbatasan ... 93

C. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 97


(9)

xiv

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR

1.1 Korupsi Berdasarkan Jabatan 2014 ... 3

1.2 Korupsi Berdasarkan Sektor 2014 ... 4

1.3 Korupsi Berdasarkan Jabatan 2015 ... 5

1.4 Korupsi Berdasarkan Sektor 2015 ... 5


(10)

xv

DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL

1.1 Perbedaan Penelitian ... 11

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 29

4.1 Ikhtisar Distribusi Kuesioner ... 51

4.2 Gambaran Demografi Responden ... 53

4.3 Statistik Deskriptif ... 54

4.4 Efektivitas Audit Internal KMO and Barlett’s Test ... 57

4.5 Efektivitas Audit Internal Korelasi Anti Image ... 57

4.6 Efektivitas Audit Internal Total Variance Explained ... 58

4.7 Efektivitas Audit Internal Component Matrix ... 59

4.8 Hubungan Antara Auditor Internal dan Eksternal KMO and Barlett’s Test ... 59

4.9 Hubungan Antara Auditor Internal dan Eksternal Korelasi Anti Image ... 60

4.10 Hubungan Antara Auditor Internal dan Eksternal Total Variance Explained ... 60

4.11 Hubungan Antara Auditor Internal dan Eksternal Component Matrix ... 61

4.12 Dukungan Manajemen KMO and Barlett’s Test ... 61

4.13 Dukungan Manajemen Korelasi Anti Image... 62

4.14 Dukungan Manajemen Total Variance Explained ... 62

4.15 Dukungan Manajemen Component Matrix ... 63

4.16 Persepsi AuditeeKMO and Barlett’s Test ... 63

4.17 Persepsi Auditee Korelasi Anti Image... 63

4.18 Persepsi Auditee Total Variance Explained ... 64

4.19 Persepsi Auditee Component Matrix ... 64

4.20 Pengalaman Auditor KMO and Barlett’s Test ... 65

4.21 Pengalaman Auditor Korelasi Anti Image ... 65

4.22 Pengalaman Auditor Total Variance Explained ... 66

4.23 Pengalaman Auditor Component Matrix ... 66

4.24 Pengukuran Kinerja KMO and Barlett’s Test ... 67


(11)

xvi

4.26 Pengukuran Kinerja Total Varianve Explained ... 68

4.27 Pengukuran Kinerja Component Matrix ... 68

4.28 Realibilitas Instrumen ... 69

4.29 Uji Normalitas ... 71

4.30 Uji Multikolinearitas ... 72

4.31 Uji Heteroskedastisitas ... 73

4.32 Hasil Analisis Linear Berganda ... 75

4.33 Uji F ... 77

4.34 Uji t ... 78


(12)

(13)

(14)

viii INTISARI

INTISARI

Melihat pemerintahan Indonesia yang masih banyak tersandung kasus KKN, stakeholder pemerintah daerah, dalam hal ini masyarakat, tentunya mempunyai harapan besar kepada pemerintah daerah untuk bekerja dengan baik. Masyarakat ingin terciptanya suatu pemerintahan yang bersih dan bebas KKN. Karena masyarakat memang tidak bisa mengawasi langsung kinerja pemerintah daerah, maka disini inspektorat yang berperan sebagai wakil masyarakat untuk mengawasi kinerjanya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membuktikan bukti empiris pengaruh hubungan antara auditor internal dan eksternal, dukungan manajemen, persepsi auditee, pengalaman auditor, dan pengukuran kinerja terhadap efektivitas audit internal. Sampel yang digunakan sebanyak 74 responden yang terbagi menjadi 45 pegawai inspektorat dan 29 pegawai dinas di Kabupaten dan Kota Magelang. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda, setelah sebelumnya dilakukan pengujian kualitas instrumen, dan pengujian asumsi klasik.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara auditor internal dan eksternal serta pengukuran kinerja berpengaruh positif signifikan terhadap efektivitas audit internal. Sedangkan dukungan manajemen, persepsi auditee, dan pengalaman auditor tidak berpengaruh terhadap efektivitas audit internal.

Kata Kunci : Efektivitas Audit Internal, Hubungan Antara Auditor Internal dan Eksternal, Dukungan Manajemen, Persepsi Auditee, Pengalaman Auditor, dan Pengukuran Kinerja


(15)

ix ABSTRACT

ABSTRACT

Seeing the Indonesian government are still many cases of corruption, local government stakeholders, in this case is people society, certainly have great expectations for local governments to work well. The public wants a government that is clean and free of corruption. Because people can not directly supervise the performance of the local government, so here inspectorate whose role as community representatives to oversee the performance.

This study aimed to analyze and prove the empirical evidence of the influence of the relationship between internal and external auditors, management support, perception auditee, auditor's experience, and performance measurement of the effectiveness of internal audit. The sample used by 74 respondents were divided into 45 employees and 29 employees inspectorate offices in the county and city of Magelang. The analytical tool used is multiple linear regression analysis, after previously conducted quality testing instruments, and classical assumption test.

Based on the results of this study concluded that the relationship between internal and external auditors as well as performance measurement significant positive effect on the effectiveness of internal audit. While the support of management, perception and experience auditee auditor does not affect the effectiveness of the internal audit.

Keywords: Effectiveness of Internal Audit, Relationship Between Internal and External Auditor, Management Support, Perception auditees, the Auditor Experience and Performance Measurement


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia telah melewati perjalanan panjang dalam mewujudkan suatu sistem desentralisasi. Sejak Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri, pemerintah telah mengambil berbagai langkah penting dalam meuwujudkan desentralisasi dan dekonsentrasi. Langkah ini tergambar dari dibuatnya peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang sistem pemerintahan daerah.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 pasal 6 ayat 1 tentang kekuasaan pengelolaan keuangan negara menyebutkan bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Sistem desentralisasi juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 pasal 6 ayat 2 poin 3 yang menyebutkan bahwa kekuasaan yang dimaksud dalam ayat (1) diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Kemudian, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah merupakan salah satu langkah nyata pemerintah Indonesia dalam mewujudkan sistem reformasi di dalam sistem pemerintahan di Indonesia. Perubahan sistem tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip


(17)

2

desentralisasi. Perubahan sistem ini diselenggarakan dengan menitikberatkan pada otonomi daerah pada kabupaten/kota dengan maksud mewujudkan : 1. Peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik 2. Pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan pemerataan

3. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah

Untuk mewujudkan ketiga tujuan tersebut, dibutuhkan sistem corporate governance yang baik dan mampu menerapkan prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, efisiensi, efektif, dan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.

Indonesia dinilai masih kesulitan dalam proses mencapai good corporate governance. Ini tercermin dari keadaan Indonesia yang masih menghadapi masalah mengenai tingginya tingkat korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Dewasa ini, kasus KKN telah mengakar hampir di seluruh lapisan masyarakat, baik di sektor publik maupun swasta.

Contohnya saja adalah pelanggaran atau penyalahgunaan wewenang yang telah menjadi permasalahan pelik dan bisa membahayakan serta merugikan negara maupun masyarakat. Apabila dibiarkan secara terus menerus, pelanggaran atau penyalahgunaan wewenang dapat berdampak secara umum pada (Rahaditya dan Darsono, 2015) :

1. Rendahnya kualitas infrastruktur dan pelayanan publik; 2. Timbulnya biaya ekonomi yang tinggi


(18)

3 4. Runtuhnya nilai-nilai demokrasi;

5. Membahayakan kelangsungan pembangunan dan supremasi hukum; 6. Meningkatkan kemiskinan dan kesengsaraan rakyat;

7. Bertambahnya masalah sosial dan kriminal;

8. Adanya mata rantai antara korupsi dengan bentuk kejahatan lain, khususnya kejahatan terorganisir dan kejahatan ekonomi.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Indonesian Corruption Watch (ICW) tahun 2014, masih terdapat banyak kasus korupsi di Indonesia yang terbagi dalam dua bagian, yaitu jabatan dan sektor. Gambar-gambar dibawah ini akan menjelaskan secara rinci mengenai kasus korupsi berdasarkan jabatan dan sektor.

Gambar 1.1

Korupsi Berdasarkan Jabatan 2014

1.1 Korupsi Berdasarkan Jabatan 2014

Gambar 1.1 menjelaskan tentang penanganan kasus korupsi berdasarkan jabatan pelaku tindak pidana korupsi. Dapat dilihat bahwa pejabat atau pegawai pemda/kementrian menduduki peringkat pertama baik pada semester I dan II dengan jumlah kasus sebanyak 281 (43%) dan 160 (24%).


(19)

4 Gambar 1.2

Korupsi Berdasarkan Sektor 2014

1.2 Korupsi Berdasarkan Sektor 2014

Gambar 1.2 menjelaskan tentang penanganan kasus korupsi berdasarkan sektor. Dapat dilihat bahwa sektor keuangan daerah menduduki peringkat kedua di bawah sektor infrastruktur baik di semester I dan II dengan jumlah kasus sebanyak 60 (19%) dan 74 (23%).

Kemudian, pada tahun 2015, kasus korupsi di Indonesia tidak menunjukkan penurunan yang signifikan dari kategori jabatan dan sektor. Gambar-gambar di bawah ini akan menjelaskan kasus korupsi berdasarkan jabatan dan sektor tahun 2015.


(20)

5 Gambar 1.3

Korupsi Berdasarkan Jabatan 2015

1.3 Korupsi Berdasarkan Jabatan 2015

Gambar 1.3 menjelaskan tentang penanganan kasus korupsi berdasarkan jabatan pelaku tindak pidana korupsi. Dapat dilihat bahwa pejabat atau pegawai pemda/kementrian masih menduduki peringkat pertama pada tahun 2015 dengan jumlah kasus sebanyak 212 (46%).

Gambar 1.4

Korupsi Berdasarkan Sektor 2015

1.4 Korupsi Berdasarkan Sektor 2015


(21)

6

Gambar 1.4 menjelaskan tentang penanganan kasus korupsi berdasarkan sektor. Dapat dilihat bahwa sektor keuangan daerah menjadi peringkat pertama pada tahun 2015 dengan jumlah kasus sebanyak 96 (46%).

Berdasarkan empat gambar diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada tahun 2014 dan 2015 saja masih banyak kasus korupsi yang terjadi di daerah baik di tingkat provinsi, kabupaten, atau kota. Sehingga terdapat indikasi bahwa fungsi pengawasan dan kontrol di tingkat daerah belum berjalan dengan efektif dan efisien yang berdampak pada banyaknya kasus korupsi di Indonesia.

Rahaditya dan Darsono (2015) menyebutkan bahwa pemerintahan dikatakan berhasil menyelenggarakan sistem pemerintahannya apabila mampu untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Tata pemerintahan yang baik dapat tercapai apabila sistem pengawasannya mampu berfungsi dengan efektif dan efisien, sehingga sistem pengawasan mempunyai peran yang sentral dalam penyelenggaraan pemerintah. Pengawasan merupakan bagian yang penting dalam proses penyelenggaraan pemerintahan karena tanpa adanya fungsi kontrol, kekuasaan dalam suatu pemerintahan akan berjalan sesuai kehendak pemegang kekuasaan (power maker) (Ruddin, 2015).

Mardiasmo (2005) mengemukakan tiga aspek utama yang mendukung terciptanya tata pemerintahan yang baik yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah pelaksanaan kegiatan pemerintahan sesuai dengan yang


(22)

7

direncanakan. Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan kondisi yang ada dengan yang seharusnya. Apabila ditemukan adanya penyimpangan, harus segera diambil tindakan korektif.

Menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, yang dimaksud dengan keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Apabila pengertian pengawasan tersebut diterapkan terhadap pengawasan keuangan negara, maka dapat dikemukakan bahwa pengawasan keuangan negara adalah segala tindakan untuk menjamin agar pcngelolaan keuangan negara berjalan sesuai dengan tujuan, rencana, dan aturan-aturan yang telah digariskan.

Undang-undang Nomor 1 tahun 2014 tentang perbendaharaan negara bab 10 mengenai pengendalian internal pemerintah pasal 58 menyebutkan bahwa :

1. Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh.

2. Sistem pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Pengawasan yang dimaksud dilakukan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) atau Inspektorat kabupaten/kota/provinsi yang bertindak


(23)

8

sebagai auditor internal. Inspektorat kabupaten sesuai dengan PP no 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pasal 12 menyebutkan :

1. Inspektorat merupakan pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah 2. Inspektorat mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah Kabupaten/Kota, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelaksanaan urusan pemerintahan desa.

3. Inspektorat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyelenggarakan fungsi :

a. Perencanaan program pengawasan

b. Perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan

c. Pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan.

4. Inspektorat dipimpin oleh inspektur. Inspektur dalam melaksanakan tugasnya bertanggungjawab langsung kepada Bupati/Walikota dan secara administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah.

Audit internal mempunyai peran penting dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Dittenhofer (2001) menyebutkan bahwa audit internal muncul sebagai komponen penting dari manajemen dan merupakan mekanisme tata kelola organisasi, baik di sektor swasta maupun publik. Montodon dan Fischer (dalam Prakoso, 2015) menegaskan bahwa fungsi audit internal yang mempunyai kredibilitas yang tinggi sangat dibutuhkan dalam sektor publik, karena mereka bertanggung jawab kepada para


(24)

9

pemangku kepentingan yang beragam apabila dibandingkan dengan sektor swasta.

Di sisi lain, auditor internal diharapkan dapat memberikan perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam rangka peningkatan kinerja organisasi. Sehingga, auditor internal pemerintah daerah memegang peranan yang sangat penting dalam proses terciptanya pengelolaan keuangan daerah yang transparan, akuntabel, efektif, dan efisien.

Melihat pemerintahan Indonesia yang masih banyak tersandung kasus KKN, stakeholder pemerintah daerah, dalam hal ini masyarakat, tentunya mempunyai harapan besar kepada pemerintah daerah untuk bekerja dengan baik. Masyarakat ingin terciptanya suatu pemerintahan yang bersih dan bebas KKN. Karena masyarakat memang tidak bisa mengawasi langsung kinerja pemerintah daerah, maka disini inspektorat yang berperan sebagai wakil masyarakat untuk mengawasi kinerjanya.

Alzeban dan Gwilliam (2014) menyebutkan bahwa peran tradisional dari audit internal difokuskan pada pemantauan pengendalian intern dan kepatuhan dalam penyelenggaraan keuangan. Namun, peran audit internal telah tumbuh secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, menuju peran konsultasi internal yang lebih luas dalam fungsi manajemen risiko perusahaan. Dalam konteks ini, penting untuk menyelidiki seberapa efektif internal audit mampu mengawasi organisasi dalam mencapai tujuannya.

Arena dan Azzone (2009) mendefinisikan efektivitas sebagai kemampuan untuk mendapatkan hasil yang konsisten dengan tujuan yang


(25)

10

diinginkan. Kemudian, Mardiasmo (2002) menyebutkan bahwa efektivitas adalah ukuran berhasil atau tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila organisasi telah berhasil mencapai tujuannya, maka organisasi tersebut telah berjalan secara efektif. Sterck dan Bouckaert (2006) menyebutkan bahwa pelaksanaan fungsi audit internal di sektor publik akan menjadi efektif bila ada persyaratan hukum untuk pembentukan fungsi audit internal, strategi untuk pengembangan kompetensi staf audit internal, dukungan dari manajemen puncak dan keberadaan komite audit, serta unit pusat untuk memajukan fungsi audit internal.

Beberapa penelitian tentang evaluasi aspek kinerja dan efektivitas internal audit telah dilakukan. Badara dan Saidin (2014) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas internal audit sektor publik di Nigeria. Badara dan Saidin (2014) menemukan bahwa manajemen resiko, efektivitas SPI, pengalaman audit, hubungan antara auditor internal dengan eksternal, dan pengukuran kinerja berpengaruh positif terhadap efektivitas audit internal. Kemudian, Hailemariam (2014) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas internal audit sektor publik di Ethiopia yang menemukan bahwa persepsi auditee, dukungan manajemen, independensi auditor, kompetensi auditor, dan adanya pengakuan gelar internal audit berpengaruh positif terhadap efektivitas audit internal di Ethiopia.

Alzeban dan Gwillam (2014) meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas audit internal yang meliputi kompetensi, ukuran departemen audit internal, hubungan antara auditor internal dengan eksternal,


(26)

11

dukungan manajemen terhadap audit internal dan Independensi audit internal. Alzeban dan Gwillam meneliti 203 manajer dan 239 auditor internal dari 79 organisasi sektor publik Arab Saudi. Alzeban dan Gwillam menemukan bahwa kompetensi, ukuran departemen audit internal, hubungan antara auditor internal dengan eksternal, dukungan manajemen terhadap audit internal dan Independensi audit internal berpengaruh positif secara signifikan terhadap tingkat efektivitas internal audit di Arab Saudi.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan efektivitas audit internal. Secara keseluruhan penelitian ini merupakan kompilasi dari penelitian Alzeban dan Gwillam (2014) dan Badara dan Saidin (2014) yang membahas tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas audit internal di Arab Saudi dan Nigeria. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada :

Tabel 1.1 Perbedaan Penelitian 1.1 Perbedaan Penelitian

Variabel Objek Tujuan Sampel

Hubungan Antara Auditor Internal dan Eksternal Inspektorat dan Dinas Kabupaten dan Kota Magelang Meneliti Efektivitas Audit Internal pada Inspektorat Kabupaten dan Kota Magelang Auditor Internal dan Pegawai dinas yang berhubungan

dengan pengawasan audit

internal. Mengingat pentingnya peran audit internal dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, penulis bermaksud melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas audit internal sektor publik sebagaimana yang telah dilakukan oleh Alzeban dan Gwiliam (2014)


(27)

12

serta Badara dan Saidin (2014) dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Audit Internal”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan penelitian (research question) yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2010). Briggs and Coleman (2007) dalam Sugiyono (2010) menyatakan bahwa:

“Research questions are the vital first step in any research. They guide you to toward the kind of information you need and the ways you should collect the information. The also help you to analyze the information you have collect.”

Bentuk rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumusan masalah asosiatif dengan bentuk hubungan kausal. Di mana rumusan masalah asosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Sedangkan yang dimaksud dengan hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat (Sugiyono, 2010).

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah hubungan antara auditor internal dan eksternal berpengaruh positif terhadap efektivitas audit internal?

2. Apakah dukungan managemen berpengaruh positif terhadap efektivitas audit internal?


(28)

13

3. Apakah persepsi managemen berpengaruh positif terhadap efektivitas audit internal?

4. Apakah pengalaman audit berpengaruh positif terhadap efektivitas audit internal?

5. Apakah pengukuran kinerja berpengaruh positif terhadap efektivitas audit internal?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh hubungan antara auditor internal dan eksternal terhadap efektivitas audit internal.

2. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh dukungan manajemen terhadap efektivitas audit internal.

3. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh persepsi auditee terhadap efektivitas audit internal.

4. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh pengalaman audit terhadap efektivitas audit internal.

5. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh pengukuran kinerja terhadap efektivitas audit internal.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:


(29)

14

Diharapkan penelitian ini menjadi tambahan refrensi atau rujukan mengenai pengaruh hubungan antara auditor internal dan eksternal, dukungan manajemen, persepsi auditee, pengalaman audit, dan pengukuran kinerja terhadap efektivitas audit internal.

2. Manfaat Praktik

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi Inspektorat sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk menjadikan Inspektorat sebagai auditor internal pemerintah yang berkualitas dan kompeten.


(30)

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

Landasan teori merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2010), landasan teori merupakan sebuah karakteristik bahwa penelitian itu merupakan sebuah karya ilmiah dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Dalam peneltian ini, teori yang digunakan adalah stewardhip theory.

1. Stewardship Theory

Donaldson dan Davis (dalam Clarke, 2004) menyebutkan bahwa teori stewardhsip didesain bagi para peniliti untuk menguji situasi yang mana para manajer dalam perusahaan atau pemerintahan diposisikan sebagai pelayan (steward) mampu termotivasi untuk bertindak yang terbaik kepada masyarakat (principal), sedangkan Chinn (dalam Clarke, 2004) mengatakan bahwa teori stewardship dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Lebih lanjut teori ini didasarkan pada aspek psikologi dan sosiologi yang telah dirancang dimana para manajer atau eksekutif sebagai steward termotivasi untuk bertindak sesuai dengan keinginan principal.


(31)

16

Implementasinya pada penelitian ini yaitu Pemerintah Kota dan Kabupaten Magelang bertindak sebagai steward (pelayan) diposisikan sebagai pihak yang dapat bertindak sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya stakeholder atau masyarakat dengan melaksanakan tugas dan fungsinya dengan tepat, sehingga good governance dapat tercapai. Selain itu teori ini dapat menjelaskan peran auditor internal tidak hanya sekedar untuk menilai kesesuaian laporan keuangan dengan bukti pendukung, tetapi juga sebagai pemberi saran kepada auditee (pihak yang diudit). Saran inilah yang nantinya dijadikan pertimbangan bagi manajemen dalam efektivas pengelolaan keuangan daerah.

2. Effektivitas Audit Internal

a. Definisi Audit Internal

Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan Nomor : Kep-496/BL/2008, audit internal adalah suatu kegiatan pemberian kepastian (assurance) dan konsultasi yang bersifat independen dan obyektif, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional perusahaan, melalui pendekatan sistematis, dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola perusahaan.

The Institute of Internal Audit (IIA) mendefinisikan audit internal sebagi suatu aktivitas consulting yang mempunyai keyakinan objektif dan independen, yang disiapkan untuk memberi


(32)

17

nilai tambah dalam meningkatkan kegiatan organisasi. Audit ini membantu organisasi untuk mencapai tujuannya dengan menetapkan pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan pengelolaan organisasi.

Menurut Institute of Internal Auditor (IIA), audit internal bertujuan untuk memastikan :

Apakah informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan

1) Apakah resiko yang dihadapi oleh perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisir

2) Apakah peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal telah dipatuhi

3) Apakah kriteria operasi yang memadai telah terpenuhi

4) Apakah sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis

5) Apakah tujuan organisasi telah dicapai secara efektif

Audit internal sektor publik dan swasta sebenarnya tidak jauh berbeda, hanya peraturan yang mengikat dan lingkungannya saja yang berbeda. Selain itu, dalam sektor publik sering didapati adanya pengaruh politik yang dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan terkait dengan pelaksanaan audit internal pemerintah dan bahkan politik dapat mempengaruhi hasil dari audit internal tersebut.


(33)

18

Alasan dilakukannya audit internal di sektor publik adalah dalam rangka mewujudkan good governance yang merupakan elemen penting dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik dan transparansi kepada masyarakat.

Pelaksanaan audit internal di sektor publik khususnya di pemerintah daerah Kabupaten dilaksanakan oleh Inspektorat Kabupaten. Inspektorat Kabupaten bekerja secara independen dalam memeriksa dan melaporkan temuan-temuan kepada kepala daerah. Inspektorat Kabupaten, juga akan memberikan saran kepada Pemerintah Daerah dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi.

b. Efektivitas Audit Internal

The Institute of Internal Auditor (IIA) mendefinisikan efektivitas audit internal sebagai derajat pengukuran sejauh mana pencapaian tujuan yang ditetapkan. Badara dan Saidin (2014) menyebutkan bahwa efektivitas audit internal adalah kemampuan auditor internal untuk mencapai tujuan dari fungsi audit internal dalam pemerintah daerah. White (1976) dalam Cohen dan Sayag (2010) mengatakan bahwa Efektivitas Auditor Internal ditentukan oleh kesesuaian antara audit dan beberapa standar umum yang diambil dari karakteristik audit internal.

Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 60 tahun 2008 pasal 11 tentang sistem pengendalian intern pemerintah menyatakan bahwa perwujudan peran aparat pengawasan intern


(34)

19

pemerintah (APIP) yang efektif sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 huruf g sekurang-kurangnya harus:

1) Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektifitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah;

2) Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektifitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah;

3) Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, efektivitas audit internal adalah kemampuan yang dimiliki oleh departemen internal audit dalam hal ini adalah inspektorat untuk mengawasi kinerja pemerintah daerah supaya berjalan dengan efektif dan efisien sehingga dapat mencapai tujuan pemerintahan daerah.

3. Indikator Penilaian Efektivitas Menurut BPKP Tahun 2012

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) telah diberlakukan sejak dikeluarkannya PP No 60 Tahun 2008. Untuk dapat menentukan keberhasilan penyelenggaraan SPIP, dibutuhkan beberapa indikator untuk menilai efektivitas penyelenggaraan SPIP. Kajian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan (Puslitbangwas) BPKP merumuskan indikator pencapaian tujuan SPIP dengan menetapkan empat tujuan SPIP sebagai outcome penerapan SPIP yang


(35)

20

dituangkan dalam Laporan Hasi Kajian Nomor LHT-947/LB/2009 tanggal 21 Desember 2009. Dalam kajian tersebut disebutkan bahwa indikator pencapaian tujuan instansi merupakan hasil akhir (ultimate outcome) atas penyelenggaraan SPIP setelah melalui proses bisnis pada instansi pemerintah yang menghasilkan hasil sementara (intermediate outcome) berupa adanya jaminan memadai untuk mencapai tujuan SPIP. Indikator ini belum cukup untuk dijadikan ukuran keberhasilan penyelenggaraan SPIP karena banyaknya faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian intermediate outcome dan ultimate outcome tersebut.

Kajian ini bertujuan merumuskan indikator yang dapat digunakan sebagai tolak ukur efektivitas suatu SPIP. Selaras dengan definisi pengendalian intern dalam COSO Integrated Framework dan SPIP sebagai suatu proses, kajian ini merumuskan indikator keberhasilan penyelenggaraan SPIP berdasarkan proses penyelenggaraannya bukan berdasarkan output atau outcome penyelenggaraan SPIP pada tingkat instansi. Internal Control Reliability Model (ICRM) merupakan model yang dapat dipertimbangkan untuk menilai tingkat keandalan pengendalian intern dengan dua dimensi yaitu dimensi tujuan pengendalian utama dan level keandalan.

Penilaian atas tujuan pengendalian utama dilakukan secara holistik yaitu penilaian tujuan pengendalian utama tidak dilakukan berdasarkan penilaian setiap unsur SPIP melainkan berdasarkan penilaian


(36)

21

keseluruhan unsur SPIP. Kemudian, indikator yang disarankan untuk menilai keandalan SPIP meliputi atribut-atribut dokumentasi, pemahaman, sikap dan tindakan, prosedur pengendalian, serta monitoring.

4. Internal Control Reliability Model (ICRM)

(ICRM) merupakan model yang dapat dipertimbangkan untuk menilai tingkat keandalan pengendalian intern. Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP disebutkan bahwa SPIP adalah proses yang integral dalam tindakan serta kegiatan yang diakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan suatu organisasi melalui berbagai kegiatan yang efektif serta efisien, laporan keuangan yang andal, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

ICRM memiliki dua dimensi yaitu dimensi tujuan pengendalian utama dan tingkat keandalan. Tujuan pengendalian utama dapat dicapai apabila memiiki tingkat keandalan yang tinggi. Untuk mengukur tingkat keandalan suatu SPIP yang dilaksanakan oleh SKPD dalam PEMDA, dapat menggunakan tingkat maturitas yang merupakan parameter pengukuan terhadap keandalan SPIP dalam SKPD.

Penilaian Maturity Level SPIP difokuskan pada 25 sub unsur SPIP. Masing-masing sub unsur tersebut mempunyai 5 indikator sehingga terdapat 125 buah parameter maturity level SPIP yang disusun


(37)

22

tergradasi dari yang terendah hingga tertinggi. Lima indikator penilaian maturity level SPIP meliputi :

a. 8 sub unsur lingkungan pengendalian b. 2 sub unsur penilaian risiko

c. 11 sub unsur aktivitas pengendalian d. 2 sub unsur informasi dan komunikasi

e. 2 sub unsur pemantauan pengendalian internal

5. Hubungan antara Auditor Internal aan Eksternal

Badara dan Saidin (2014) berpendapat bahwa hubungan antara auditor internal dan eksternal ini mengacu pada tindakan berkumpul bersama antara auditor internal dan eksternal dalam rangka tercapainya sasaran tertentu. Kemudian, Alzeban dan Gwillam (2014) menegaskan bahwa Koordinasi dan kerjasama antara auditor internal dan eksternal telah lama dipandang penting untuk manfaat audit untuk organisasi dan pemangku kepentingan eksternal. Contoh koordinasi dan kerja sama tersebut meliputi perencanaan bersama dan pertukaran informasi, opini, dan laporan untuk memfasilitasi audit berkualitas tinggi dan mencegah pengulangan kerja yang tidak perlu.

Koordinasi antara aktivitas audit internal dengan audit eksternal tentu saja harus dlakukan. Auditor eksternal memandang bahwa hubungan ini penting. Karena dengan mereka menjalin hubungan yang baik, auditor eksternal akan memiliki kemungkinan untuk meningkatkan efisiensi dalam mengaudit laporan keuangan karena telah dibantu oleh


(38)

23

laporan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal. Begitu juga dengan auditor internal. Mereka akan merasa terjamin dalam mengaudit laporan keuangan dan akan mendapatkan beberapa informasi yang mungkin saja dimiliki oleh auditor eksternal untuk mengontrol masalah-masalah yang akan timbul di masa yang akan datang.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara auditor internal dan eksternal merupakan koordinasi dan kerja sama yang dilakukan oleh internal dan eksternal auditor dalam rangka mencapai tujuan audit yang sama.

6. Dukungan Manajemen

Badara dan Saidin (2014) menyebutkan bahwa setiap organisasi dalam prosesnya untuk mencapai tujuan dan penetapan sejauh mana keberhasilan dapat dicapai memerlukan dukungan dari manajemen khususnya manajeme puncak. Dukungan ini bisa seperti tersedianya waktu, biaya, dan sumber daya baik manusia maupun keuangan untuk mendukung kegiatan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi.

Tarigan (2009) menyebutkan bahwa salah satu indikator yang penting bagi manajemen puncak dalam menjalankan bisnis adalah harus selalu dapat mengembangkan dan menciptakan satu nilai bagi perusahaan agar dapat meningkatkan kinerja organisasi. Kemudian, Fernandez dan Rainey (2006) mengatakan bahwa dukungan dan komitmen manajemen puncak memainkan peran penting dalam pembaharuan organisasi.


(39)

24

Oleh karena itu dukungan manajemen khususnya manajemen puncak dalam hal ini adalah kepala daerah sangat dibutuhkan oleh inspektorat untuk menyediakan segala hal yang dibutuhkan oleh inspektorat dalam rangka pengawasan pemerintahan daerah.

7. Persepsi Auditee

Hailemariam (2014) menyebutkan persepsi adalah proses untuk mencapai kesadaran atau pemahaman informasi sensorik atau itu adalah gambaran mental atau pengakuan intuitif pengalaman ketika menyadari unsur-unsur lingkungan. Hailemariam (2014) menambahkan untuk berfungsi secara efektif, auditor internal dan pengguna jasa audit harus memiliki pemahaman yang sama tentang apa yang membuat aktivitas audit internal memiliki nilai tambah. Kegagalan untuk mencapai pemahaman ini dapat mengakibatkan persepsi bahwa audit internal adalah hanya sebuah hambatan untuk mencapai tujuan organisasi.

Ketika manajemen di semua tingkatan menganggap bahwa manajemen puncak memberikan pemahaman tentang sebarapa pentingnya fungsi audit internal, mereka akan bekerja sama dan mendukung proses pengawasan yang dilakukan oleh audit internal. (Cohen & Sayag, 2010). Hal ini tentu saja akan berdampak pada meningkatnya motivasi yang dimiliki oleh staf audit internal karena mendapat dukungan dari setiap lini sehingga bisa berfokus pada pencapaian efektivitas pengawasan audit internal.


(40)

25

Oleh karena itu persepsi auditee dalam hal ini adalah pegawai yang bekerja dalam satuan kerja perangkat daerah (SKPD) tentang kinerja yang dilakukan oleh aparat inspektorat penting untuk diselaraskan kepada pemahaman bahwa apa yang dilakukan oleh insepktorat bertujuan untuk membuat organisasi berjalan lebih efektif dan efisien sehingga bisa mencapai tujuan dari organisasi tersebut dan bukan sebagai faktor penghambat kegagalan pencapaian tujuan dari organisasi tersebut.

8. Pengalaman Audit

Badara dan Saidin (2014) menyebutkan bahwa pengalaman audit merupakan faktor penting lain yang perlu dipertimbangkan ketika menguji efektivitas audit internal, karena pengalaman audit memungkinkan auditor untuk memberikan hasil audit yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan rekomendasi yang berkualitas.

Pengalaman audit adalah suatu hal yang mengacu pada berbagai jenis pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh auditor sebagai hasil jangka panjang dari pekerjaan yang pernah dilakukan di profesi audit yang akan meningkatkan efektivitasnya dalam melaksanakan sebuah kegiatan audit seperti yang diungkapkan oleh Badara dan Saidin (2014).

Puspaningsih (2004) menambahkan bahwa semakin luas pengalaman kerja yang dimiliki oleh seseorang, maka akan semakin terampil pula orang tersebut dalam melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola pikirdan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


(41)

26

Sehingga dapat dikatakan bahwa pengalaman audit merupakan suatu hal vital yang harus dimiliki oleh auditor apabila ingin bekerja secara efektif dalam melaksanakan pekerjaan auditnya. Ini dikarenakan semakin banyak pengalaman auditor dalam hal melakukan pekerjaan audit, akan semakin banyak ilmu audit yang ia dapatkan sehingga apabila menghadapi pekerjaan yang serupa auditor tersebut tidak akan merasa kesulitan sehingga bisa menyelesaikan pekerjaan auditnya secara efektif.

9. Pengukuran Kinerja

Badara dan Saidin (2014) mengatakan bahwa pengukuran kinerja di audit internal benar-benar merupakan topik penting bagi praktisi. Ini dikarenakan penggunaan standar baik dari ukuran kinerja dalam audit internal sangat penting untuk profesi audit internal. Itulah sebabnya dalam periode belakangan ini, pengukuran kinerja mendapatkan perhatian yang layak dalam audit internal.

Badara dan Saidin (2014) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai proses penentuan tingkat sejauh mana pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh auditor internal tercapai. Sesuai dengan standar nomor 1300 QAIP (Quality Assurance and Improvement Program), aktivitas audit internal harus menerapkan program pemastian kualitas dan peningkatan kualitas. Secara umum program tersebut dilakukan untuk memastikan beberapa hal pokok, yaitu :

a. Kesesuaian aktivitas audit internal dengan kode etik, definisi, dan standar audit internal yang berlaku umum.


(42)

27

b. Efisensi dan efektivitas aktivitas audit internal.

c. Mengidentifikasi peluang-peluang untuk perbaikan dan peningkatan. Untuk menerapkan ukuran kinerja yang efektif, Kepala Eksekutif Audit harus terlebih dahulu melakukan identifikasi berbagai aspek dalam kinerja audit internal. Salah satu cara yang sering digunakan adalah menggunakan kerangka balanced scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992) yang menyarankan aspek pengukuran kinerja audit internal ke dalam perspektif :

a. Inovasi dan Pembelajaran, untuk menjawab pertanyaan apakah audit internal mampu berkelanjuran dan menciptakan nilai tambah.

b. Proses Audit Internal, untuk menjawab pertanyaan pada bidang apa audit internal memiliki keahlian.

c. Manajemen/Auditee, untuk menjawab pertanaan bagaimana auditee memangdang audit internal.

d. Board/Komite Audit, untuk menjawab pertanyaan bagaimana audit internal memandang stakeholders.

Pengukuran kinerja audit internal sangat penting untuk dilakukan. Karena sebelum audit internal/inspektorat bisa memastikan bahwa kinerja auditee/pegawai SKPD efektif harus memastikan terlebih dahulu bahwa kinerja yang dilakukan oleh inspektorat berjalan dengan efektif. Dengan tercapainya tingkat efektif dalam sisi inspektorat, maka inspektorat sebagai auditor internal akan lebih mampu untuk mengawasi


(43)

28

dan memastikan bahwa kinerja pemerintah daerah sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas audit internal.

Penelitian yang dilakukan oleh Abdulaziz Alzeban dan David Gwillam (2014) tentang Factors Affecting Internal Audit Effectveness : A Survey of the Saudi Public Sector. Peneliti menggunakan data yang diperoleh dari 203 manajer dan 239 auditor internal dari 79 organisasi sektor publik di Arab Saudi. Peneliti menggunakan kompetensi, ukuran dari departemen audit internal, hubungan antara auditor internal dan eksternal, dukungan manajemen untuk audit internal, dan independensi sebagai variabel independen dan efektivitas audit internal sebagai variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi, ukuran departemen audit, hubungan antara auditor internal dan eksternal, dukungan manajemen untuk audit internal, dan independensi berpengaruh positif signifikan terhadap efektivitas audit internal.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Shewamene Hailemariam (2014) tentang Determinants of Internal Audit Effectiveness in the Public Sector, Case Study in Selected Ethiopian Public Sector Offices. Penelitian ini dilakukan di 72 organisasi sektor publik di Ethiopia. Peneliti menggunakan dukungan manajemen, persepsi auditee, independensi, kompetensi, dan adanya gelar sertifikasi audit internal sebagai variabel independen dan


(44)

29

efektivitas audit internal sebagai variabel dependen. Hasil menunjukkan bahwa dukungan manajemen, persepsi auditee, independensi, kompetensi, dan adanya gelar sertifikasi audit internal berpengaruh positif signifikan terhadap efektivitas audit internal.

Peneltian lain dilakukan oleh Mu’azu Saidu Badara dan Zabedah Saidin (2014) tentang Empirical Evidence of Antgecedents of Internal Audit Effectiveness from Nigerian Perspective. Badara dan Saidin mendistribusikan 500 kuisioner kepada auditor internal, komite audit, dan pegawai pemerintah daerah. Peneliti menggunakan manajemen resiko, efetivitas SPI, pengalaman audit, hubungan antara auditor internal dan eksternal, dan pengukuran kinerja sebagai variabel independen dan efektivitas audit internal sebagai variabel dependen. Hasil menunjukkan bahwa manajemen resiko, efektivitas SPI, pengalaman audit, hubungan antara auditor internal dan eksternal , dan pengukuran kinerja berpengaruh positif signifikan terhadap efektivitas audit internal.

Secara keseluruhan, penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Tahun Variabel Hasil

Independen Dependen 1 Abdulaziz

Alzeban dan David Gwillam

2014 Kompetensi, ukuran dari departemen audit internal, hubungan antara auditor internal dan Efektivitas audit internal Kompetensi, ukuran departemen audit, hubungan antara auditor internal dan


(45)

30 eksternal, dukungan manajemen untuk audit internal, dan independensi eksternal, dukungan manajemen untuk audit internal, dan independensi berpengaruh positif signifikan terhadap efektivitas audit internal 2 Shewamene

Hailemariam

2014 Dukungan manajemen, persepsi auditee, independensi, kompetensi, dan adanya gelar sertifikasi audit internal Efektivitas audit internal Dukungan manajemen, persepsi auditee, independensi, kompetensi, dan adanya gelar sertifikasi audit internal berpengaruh positif signifikan terhadap efektivitas audit internal 3 Mu’azu

Saidu Badara dan Zabedah Saidin

2014 Manajemen resiko, efetivitas SPI, pengalaman audit, hubungan antara auditor internal dan eksternal, dan pengukuran kinerja Efektivitas audit internal Manajemen resiko, efektivitas SPI, pengalaman audit, hubungan antara auditor internal dan eksternal , dan pengukuran kinerja berpengaruh positif signifikan terhadap efektivitas


(46)

31

audit internal 4 Nawa Budi

Prakoso dan Dwi

Ratmono

2015 Kompetensi, Dukungan Manajemen, dan Independensi Efektivitas Audit Internal Kompetensi, Dukungan Manajemen, dan Independensi berpengaruh positif signifikan terhadap efektivitas audit internal C. Kerangka Pemikiran

Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (SAIPI) menerangkan bahwa kegiatan audit internal harus bisa mengevaluasi dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan tata kelola sektor publik. Peran audit internal dalam meningkatkan proses tata kelola pemerintahan yang baik bisa terwujud apabila kinerja audit internalnya berjalan secara efektif.

Keberhasilan audit internal dalam prosesnya mencapai tujuan yang ditetapkan harus didukung oleh semua bagian dalam organisasi baik auditor internal, auditor eksternal, dan manajemen. Unsur-unsur dalam lapisan organisasi tersebut menjadi fokus utama dalam penelitian tentang faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas audit internal.

Hubungan yang baik antara auditor internal dan eksternal akan meningkatkan efektivitas pengawasan baik yang dilakukan oleh auditor internal maupun eksternal. Ini dikarenakan semakin baik hubungan diantara keduanya, maka semakin banyak proses tukar-menukar informasi dari kedua belah pihak untuk menunjang proses pemeriksaan maupun pengawasan.


(47)

32

Dukungan manajemen juga menjadi faktor penting untuk menunjang efektifnya suatu pengendalian. Karena dengan adanya dukungan yang menyeluruh dari manajemen, sumber daya yang dibutuhkan oleh audit internal baik berupa sumber daya manusia maupun dukungan finansial akan tepenuhi secara optimal.

Persepsi auditee juga memegang peranan penting dalam meningkatkan efektivitas audit internal. Ini dikarenakan semakin baik persepsi auditee terhadap audit internal, manajemen akan mendukung apa saja yang dilakukan oleh audit internal untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik.

Kemudian, dengan pengalaman yang dimliki oleh seorag auditor juga mampu untuk meningkatkan efektivitas audit internal. Karena saat auditor memiliki banyak pengalaman, maka semakin banyak ilmu yang dimiliki oleh auditor sehingga apabila menghadapi masalah atau tugas yang pernah ia lakukan, maka auditor cenderung lebih cepat dalam menyelesaikannya.

Efektivitas audit internal juga akan mengalami peningkatan yang signifikan apabila terdapat standar untuk megukur kinerja audit internal itu sendiri. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa departemen audit internal tersebut juga memiliki efektivitas yang tinggi dalam proses menyelesaikan pekerjaannya. Apabila dari departemen audit internal telah mencapai titik efektif yang diharapkan, maka departemen audit internal akan mampu untuk menciptakan pengawasan dan pengendalian yang efektif.


(48)

33

+

+

+

+

+ +

Kerangka penelitian mengenai hubungan antar variabel penelitian dapat digambarkan dalam skema dibawah ini :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.1 Kerangka Pemikiran

D. Penurunan Hipotesis

Hipotesis merupakan sebuah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2010), di mana rumusan masalah tersebut telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan,

Hubungan antara auditor internal dan

eksternal

Dukungan Manajemen

Persepsi Auditee Efektivitas

Audit Internal

Pengalaman Auditor


(49)

34

belum berdasarkan fakta empiris yang diperoleh melalui proses pengumpulan data.

Karena pada penelitian ini menggunakan rumusan masalah asosiatif dengan hubungan kasual, maka bentuk hipotesis pada penelitian ini adalah hipotesis asosiatif. Sugiyono (2010) menyebutkan bahwa hipotesis asosiatif merupakan sebuah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif.

1. Pengaruh Hubungan Antara Auditor Internal dan Eksternal terhadap Efektivitas Audit Internal

Alzeban dan Gwilliam (2014) menyatakan bahwa terdapat standar profesional yang membahas hubungan antara auditor internal dan eksternal. Misalnya, ISPPIA, di Standard Koordinasi, menunjukkan bahwa koordinasi harus mencakup berbagi informasi dan koordinasi kegiatan. Standar ini diperlukan untuk membangun hubungan kerja yang profesional antara pihak audit, yang akibatnya membantu auditor internal dalam mencapai tujuan mereka dan memberikan layanan yang lebih baik kepada organisasi. Dari perspektif auditor eksternal, informasi yang diberikan oleh auditor internal akan membantu dalam memberikan opini audit dengan kualitas yang lebih tinggi.

Badara dan Saidin (2014) menyebutkan bahwa suatu hal yang penting bagi setiap anggota staf audit internal untuk memahami bahwa auditor internal dan eksternal memeiliki peran kunci yang sama yaitu untuk meuwujudkan efeektivitas organisasi, dalam rangka meningkatkan operasi organisasi menuju pencapaian tujuan. Pada saat yang sama, kerja


(50)

35

sama yang efektif antara auditor internal dan eksternal akan memberikan hasil yang efektif baik bai auditor maupun klien. Kerja sama antara auditor internal dan eksternal menyebabkan audit yang efektif. Oleh karena itu, auditor internal apabila ingin meningkatkan efektivitas dan efisiensi audit, mereka harus bekerja sama dengan auditor eksternal.

Hubungan antara auditor internal dan eksternal memegang peranan penting dalam menunjang efektivitas audit internal. Semakin baik hubungan antara keduanya, akan meminimalisir adanya pekerjaan serupa yang dikerjakan oleh kedua belah pihak, dan juga dengan hubungan yang baik akan terjadi pertukaran informasi antara kedua belah pihak guna meningkatkan efektivitas audit internal. Oleh karena itu hipotesis yang diajukan adalah :

H1 : Hubungan antara auditor internal dan eksternal berpengaruh positif terhadap efektivitas audit internal.

2. Pengaruh Dukungan Manajemen terhadap Efektivitas Audit Internal

Dalam mewujudkan terciptanya efektivitas audit internal, tidak mungkin hanya salah satu pihak saja yang berupaya untuk mewujudkan hal tersebut, namun harus ada dukungan dan komitmen yang kuat dari lingkungan internal dan eksternal (Rahaditya dan Darsono, 2015).

Dukungan dalam hal ini berasal dari pimpinan Inspektorat Kabupaten/Kota Magelang dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SPKD). Tolak ukur untuk menilai dukungan ini dapat dilihat dari respon positif


(51)

36

dari SKP untuk menindaklanjuti temuan dan rekomendasi yang dihasilkan oleh inspektorat.

Dukungan manajemen sangat penting bagi operasi dan audit internal, karena semua faktor penentu efektivitas audit internal berasal dari dukungan manajemen puncak, mengingat bahwa mempekerjakan staf audit internal yang mahir, mengembangkan karir bagi staf audit internal, dan memberikan kemerdekaan berpendapat untuk staf audit internal adalah hasil dari keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak. (Cohen & Sayag, 2010).

Oleh karena itu dukungan manajemen khususnya manajemen puncak sangat dibutuhkan oleh audit internal untuk menunjang efektivitas audit internal sehingga dapat menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik, sehingga hipotesis yang diajukan adalah : H2 : Dukungan manajemen berpengaruh positif terhadap efektivitas audit internal.

3. Persepsi auditee Berpengaruh Positif terhadap Efektivitas Audit Internal

Ketika karyawan di semua level mendapatkan pemahaman dari manajemen puncak mengenai pentingnya fungsi audit internal, mereka akan bekerja sama dan mendukung proses ini (Cohen & Sayag, 2010). Ini akan membuat staf audit internal lebih termotivasi dan mempunyai dorongan lebih untuk melakukan kegiatan audit karena manajemen


(52)

37

memberikan persepsi yang baik terhadap proses pengawasan yang dilakukan oleh audit internal.

Hailemariam (2014) menekankan ketika audit internal beroperasi terutama tidak dalam dukungan manajemen, ada kurangnya objektivitas dirasakan dan hubungan komite audit yang lemah. Namun, persepsi dan dukungan yang baik dari manajemen senior secara signifikan akan mempengaruhi kinerja audit internal dan untuk mempromosikan nilai tambah dan kematangan fungsi audit internal kepada organisasi.

Sehingga semakin baik persepsi auditee terhadap audit internal, maka manajemen akan menganggap audit internal sebagai sebuah senjata untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Dengan manajemen memberikan persepsi yang baik terhadap audit internal, maka manajemen akan merealisasikan rekomendasi yang diberikan oleh audit internal, oleh karena itu hipotesis yang diajukan adalah :

H3 : Persepsi auditee berpengaruh positif terhadap efektivitas audit internal.

4. Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Efektivitas Audit Internal Badara dan Saidin (2014) mengemukakan bahwa pengamalan auditor merupakan sebuah hal penting yang menjadi tolak ukur seorang auditor untuk dapat dikatakan baik, handal, dan profesional. Selain itu pengalaman tersebut dapat menjadi sebuah ajang berlatih bagi para auditor untuk mendapatkan ke profesionalismenya dan hal tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap efektivitas dan efisiensi


(53)

38

auditnya (Intakhan dan Ussahawanitchakit dalam Badara dan Saidin, 2014).

Hal tersebut ditegaskan kembali dibahas oleh Arel et al. Arel et al dalam Badara dan Saidin (2014) menjelaskan bahwa seiring dengan pengetahuan auditor yang terus bertambah maka menyebabkan struktur pengetahuan mereka menjadi semakin berkembang dengan baik.

Auditor yang telah memiliki pengalaman akan lebih efektif dalam menjalankan pekerjaannya. Karena semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh auditor, maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh auditor yang bisa digunakan untuk mengefektifkan kinerjanya dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, sehingga hipotesis yang diajukan adalah :

H4 : Pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap efektivitas audit internal.

5. Pengaruh Pengukuran Kinerja terhadap Efektivitas Audit Internal Dogarawa (2011) menyatakan di Nigeria, kinerja pegawai negeri di semua tingkat pemerintahan diukur untuk menjamin efisiensi dan efektivitas dalam kegiatan pemerintahan. Sistem pengukuran kinerja yang terstruktur dengan baik dapat digunakan untuk memperbaiki tujuan strategis untuk lebih efektif (Kaplan et al dalam Badara dan Saidin, 2014). Sangat penting untuk mempertimbangkan pengukuran kinerja auditor internal untuk menentukan efektivitas mereka (Feizizadeh, 2012).


(54)

39

Badara dan Saidin (2014) menambahkan pengukuran kinerja merupakan faktor penting untuk mendukung efisiensi dan efektivitas fungsi audit internal. Pengukuran kinerja akan menyebabkan peningkatan mutu yang efektif dan signifikan dalam departemen audit internal pada pengukuran kinerja mereka.

Pengukuran kinerja departemen audit internal akan sangat berguna bagi organisasi. Karena sebelum audit internal memastikan bahwa operasi organisasi akan berjalan dengan efektif, harus dipastikan terlebih dahulu bahwa operasi yang ada di dalam departemen audit internal telah berjalan secara efektif. Dengan depaetemen audit internal bekerja secara efektif akan lebih mudah untuk menciptakan efektivitas pengawasan yang dilakukan oleh departemen audit internal, oleh karena itu hipotesis yang diajukan adalah :

H5 : Pengukuran kinerja berpengaruh positif terhadap efektivitas audit internal.


(55)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai yang bekerja di Inspektorat Kabupaten/Kota Magelang dan Pegawai SKPD di lingkungan Kabupaten/Kota Magelang. Inspektorat dan SKPD Kabupaten/Kota Magelang dipilih karena belum ada penelitian yang dilakukan disini yang berkaitan dengan efektivitas audit internal.

Sampel dalam peneltian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di Inspektorat Kabupaten/Kota Magelang dan Pegawai yang berhubungan langsung dengan rekomendasi maupun hasil audit yang dihasilkan oleh audit internal. Pegawai tersebut dipilih untuk merepresentasikan tingkat keefektifan audit internal dalam melakukan pekerjaannya dalam sudut pandang pegawai atau auditee.

B. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel pada peneltian ini menggunakan purposive sampling, yaitu metode penentuan sampel yang sesuai dengan karakteristik yang ditentukan. Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah auditor yang bekerja di Inspektorat Kabupaten/Kota Magelang dan Pegawai SKPD yang berhubungan langsung dengan rekomendasi maupun hasil audit yang dihasilkan oleh audit internal.


(56)

41 C. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui kuesioner. Sugiyono (2010) mendefinisikan kuisioner sebagai teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Data tersebut diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada auditor dan pegawai SKPD di lingkungan pemerintahan Kabupaten/Kota Magelang.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama. Kuisioner tersebut didistribusikan kepada auditor dan pegawai SKPD di lingkungan pemerintahan Kabupaten/Kota Magelang.

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen yaitu efektivitas audit internal serta lima variabel independen yaitu : hubungan antara auditor internal dan eksternal, dukungan manajemen, persepsi auditee, pengalaman auditor, dan pengukuran kinerja.

Responden akan diberikan beberapa pertanyaan dalam kuisioner untuk menentukan pendapat mereka atas permasalahan yang diangkat. Jawaban responden terhadap instrumen tersebut diukur dengan skala Likert, di mana skala tersebut mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang berupa kata-kata sebagai berikut (Sugiyono, 2010) :

1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju


(57)

42 3. Netral

4. Setuju

5. Sangat Setuju

Kemudian hasil jawaban responden tersebut akan diklasifikasikan sesuai dengan nilai dari jawaban tersebut.

Untuk definisi masing – masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah efektivitas audit internal. Badara dan Saidin (2014) mendefinisikan efektivitas audit internal sebagai kemampuan auditor internal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dari fungsi audit internal dalam pemerintah daerah.

Untuk mengukur tingkat efektivitas audit internal menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Alzeban dan Gwilliam (2014). Instrumen ini terdiri dari enam belas item pernyataan yang akan memperlihatkan tingkat efektivitas audit internal itu sendiri. Di dalam instrumen ini terdapat reverse question antara instrumen nomor 3 dengan instrumen nomor 9. Reverse question berguna untuk menentukan apakah responden mengisi instrumen yang diberikan dengan sungguh-sunguh atau tidak.


(58)

43 2. Variabel Independen

a. Hubungan antara auditor internal dan eksternal

Badara dan Saidin (2014) mendefinisikan hubungan antara auditor internal dan eksternal sebagai suatu hal yang mengacu pada tindakan kerja sama antara auditor internal dan eksternal untuk pencapaian tujuan tertentu. Untuk mengukur tingkat hubungan antara auditor internal dan eksternal menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Alzeban dan Gwilliam (2014) yang terdiri dari sepuluh item pernyataan. Di dalam instrumen ini terdapat reverse question antara instrumen nomor 4 dengan instrumen nomor 8. Reverse question berguna untuk menentukan apakah responden mengisi instrumen yang diberikan dengan sungguh-sunguh atau tidak.

b. Dukungan Manajemen

Dengan adanya dukungan manajemen puncak, auditor internal dapat memperoleh sumber daya yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dan departemen audit internal dapat mempekerjakan staf yang berkualitas dan memberikan pelatihan yang berkesinambungan untuk pengembangan (Alzeban & Sawan, 2013; Cohen & Sayag, 2010). Untuk mengukur tingkat dukungan manjamen terhadap departemen internal audit menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Alzeban dan Gwilliam (2014) yang terdiri dari tujuh item pernyataan. Di dalam


(59)

44

instrumen ini terdapat reverse question antara instrumen nomor 6 dengan instrumen nomor 7. Reverse question berguna untuk menentukan apakah responden mengisi instrumen yang diberikan dengan sungguh-sunguh atau tidak.

c. Persepsi Auditee

Hailemariam (2014) mendefinisikan persepsi auditee sebagai pemahaman yang sama antara auditor dan auditee tentang apa yang membuat aktivitas audit internal dinilai memiliki nilai tambah. Untuk mengukur tingkat dukungan manjamen terhadap departemen internal audit menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Hailemariam (2014) yang terdiri dari enam item pernyataan. Di dalam instrumen ini terdapat reverse question antara instrumen nomor 2 dengan instrumen nomor 5. Reverse question berguna untuk menentukan apakah responden mengisi instrumen yang diberikan dengan sungguh-sunguh atau tidak.

d. Pengalaman Auditor

Badara dan Saidin (2014) mendefinsikan pengalaman auditor sebagai berbagai jenis pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh auditor sebagai hasil jangka panjang dari masa praktek pekerjaan di profesi audit sebelumnya yang akan meningkatkan efektivitasnya.

Untuk mengukur tingkat dukungan manjamen terhadap departemen internal audit menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Badara dan Saidin (2014) yang terdiri dari


(60)

45

enam item pernyataan. Di dalam instrumen ini terdapat reverse question antara instrumen nomor 4 dengan instrumen nomor 5. Reverse question berguna untuk menentukan apakah responden mengisi instrumen yang diberikan dengan sungguh-sunguh atau tidak.

e. Pengukuran Kinerja

Badara dan Saidin (2014) mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai proses penentuan tingkat sejauh mana pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh auditor internal. Untuk mengukur tingkat dukungan manjamen terhadap departemen internal audit menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Badara dan Saidin (2014) yang terdiri dari tujuh item pernyataan. Di dalam instrumen ini terdapat reverse question antara instrumen nomor 1 dengan instrumen nomor 3. Reverse question berguna untuk menentukan apakah responden mengisi instrumen yang diberikan dengan sungguh-sunguh atau tidak.

F. Statistik Deskriptif

Metode Diskriptif Analisis akan digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta membaca data yang sudah ada untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada, baik kondisi atau hubungan yang ada, proses yang telah berlangsung dan berkembang (Saputra,


(61)

46

2013). Dengan kata lain metode deskriptif adalah berguna untuk memberikan gambaran yang jelas dan akurat tentang fenomena yang diselidiki.

Penelitian ini membandingkan antara statistik deskriptif teorits dan empiris yang diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih rinci terhadap sampel yang diteliti. Statistik deskriptif yang digunakan diantaranya adalah minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi. Azwar (2006) memberikan rumus untuk menghitung minimum, maksimum, rata-raa dan standar deviasi secara teorits sebagai berikut :

Rentang minimum : Jumlah item pernyataan x skor terendah Rentang maksimum : Jumlah item pernyataan x skor tertingi Rata-rata : (Min + Maks) / 2

Standar Deviasi : Luas jarak sebaran (Maks – Min) / 6

G. Uji Kualitas Instrumen

1. Uji Validitas

Pengujian validitas pada peneltian ini menggunakan Analisis Faktor. Instrumen dikatakan valid apabila (Nazarudin, 2015) :

a. Nilai KMO > 0,5

b. Korelasi anti-image > 0,25

c. Nilai Component Matrix tiap instrumen > 0,5

Uji ini dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.


(62)

47 2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpha (α). Azwar (2013) mengklasifikasikan reliabilitas sebagai berikut :

a. Nilai Cronbach alpha 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel b. Nilai Cronbach alpha 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel c. Nilai Cronbach alpha 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel d. Nilai Cronbach alpha 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel

e. Nilai Cronbach alpha 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliable

H. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah model yang memiliki distribusi normal. Cara untuk mendeteksinya adalah dengan analisa statistik yaitu melihat hasil uji Kolmogorov-Smirnov dimana jika tidak signifikan maka berarti data terdistribusi secara normal.


(1)

Tabel 3, Hasil Uji Validitas

Tabel 2 menggambarkan statistik deskriptif variabel independen yang meliputi hubungan antara auditor internal dan eksternal, dukungan manajemen, persepsi auditee, pengalaman auditor, serta pengukuran kinerja. Sedangkan variabel dependennya adalah efektivitas audit internal.

Melalui perbandingan antara hasil empiris dan teoritis, secara keseluruhan variabel dependen maupun independen yang digunakan dalam penelitian memiliki nilai yang cukup tinggi karena memiliki rata-rata empiris melebihi rata-rata teoritis. Namun, seluruh variabel memiliki variasi yang rendah karena nilai empiris standar deviation lebih kecil dari teoritisnya.

C.Uji Validitas

Pengujian validitas pada peneltian ini menggunakan Analisis Faktor. Instrumen dikatakan valid apabila nilai KMO > 0,5 (Nazarudin, 2015). Uji ini dilakukan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Varibel Nilai KMO

Efektivitas Audit Internal 0.506

Hubungan Antara Auditor Internal dan Eksternal

0.576

Dukungan Manajemen 0.651

Persepsi Auditee 0.569

Pengalaman Auditor 0.535


(2)

Tabel 4, Hasil Uji Reliabilitas

Tabel 3 menunjukkan hasil uji validitas pada penelitian ini. Secara keseluruhan, item pembentuk variabel dinyatakan valid karena memilki nilai KMO > 0,5. Hal ini mengindikasikan bahwa instrumen pembentuk masing-masing variabel telah layak digunakan untuk mengukur variabel dependen dan independen.

D.Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpha (α).

Variabel Nilai Cronbach Alpha

Keterangan Efektivitas Audit

Internal

0,504 Cukup Reliabel Hubungan Antara

Auditor Internal dan Eksternal

0,633 Reliabel

Dukungan Manajemen

0,543 Cukup Reliabel

Persepsi Auditee 0,529 Cukup Reliabel

Pengalaman Auditor

0,612 Reliabel Pengukuran

Kinerja

0,641 Reliabel

Tabel 4 menunjukkan hasil uji reliabilitas pada penelitian ini. Hampir semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini reliabel. Hal ini dikarenakan nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,6. Hanya variabel efektivitas audit internal, dukungan manajemen, dan persepsi auditee yang memiliki nilai reliabilitas kurang dari 0,6 namun masih dalam skala cukup reliabel. Kondisi ini mengindikasikan bahwa seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan pada analisis selanjutnya.


(3)

Tabel 5, Hasil Analisis Regresi Berganda E.Pengujian Hipotesis

Dari tabel 5 pada variabel hubungan antara auditor internal dan eksternal didapat nilai signifikansi sebesar 0,000 yang menunjukkan bahwa pengaruh ini signifikan. Apabila dilihat pada persamaan regresi koefisien variabel hubungan antara auditor internal dan eksternal adalah positif, ini berarti meningkatnya hubungan antara auditor internal dan eksternal akan mengakibarkan meningkatnya efektivitas audit internal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis (1) yang menyebutkan bahwa hubungan antara auditor internal dan eksternal berpengaruh positif signifikan terhadap efektivitas audit internal terdukung, sehingga H1 diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan antara auditor internal dan eksternal yang baik dalam melakukan fungsi auditnya dapat meningkatkan efektivitas audit internal.

Variabel dukungan manajemen memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,304 yang menunjukkan bahwa hubungan ini tidak signifikan. Dengan demikian hipotesis (2) yang menyebutkan bahwa dukungan manajemen berpengaruh positif signifikan terhadap efektivitas audit internal tidak terdukung, sehingga H2 ditolak.

Pada variabel persepsi auditee didapat nilai signifikansi sebesar 0,919 yang menunjukkan bahwa hubungan ini tidak signifikan. Dengan demikian hpotesis (3) yang menyebutkan bahwa persepsi auditee berpengaruh positif signifikan terhadap efektivitas audit internal tidak terdukung, sehingga H3 ditolak.


(4)

Pada variabel pengalaman auditor didapat nilai signifikansi sebesar 0,172 yang menunjukkan bahwa hubungan ini tidak signifikan. Dengan demikian hipotesis (4) yang menyebutkan bahwa pegalaman auditor berpengaruh positif signifikan terhadap efektivitas audit internal tidak terdukung, sehingga H4 ditolak.

Pada variabel pengukuran kinerja didapat nilai signifikansi sebesar 0,001 yang menunjukkan bahwa hubungan ini signifikan. Apabila dilihat pada persamaan regresi, koefisien variabel pengukuran kinerja adalah positif, ini berarti pengukuran kinerja yang baik akan mengakibatkan efektivitas audit internal yang semakin baik. Dengan demikian hipotesis (5) yang menyebutkan bahwa pengukuran kinerja berpengaruh positif signifikan terhadap efektivitas audit internal terdukung, sehingga H5 diterima. Hal ini mengindikasikan bahwa pengukuran kinerja yang baik dapat meningkatkan efektivitas audit internal.

SIMPULAN

Hubungan antara auditor internal dan eksternal berpengaruh positif signifikan terhadap efektivitas audit internal.Pada saat hubungan antara auditor internal dan eksternal baik, maka terdapat komunikasi dan kerjasama yang baik, sehingga auditor internal dan eksternal bisa bekerjasama untuk melakukan fungsi auditnya. Dukungan manajemen tidak berpengaruh terhadap efektivitas audit internal. Hal ini mengindikasikan bahwa dukungan yang diberikan oleh manajemen khususnya manajemen puncak terhadap fungsi audit dalam inspektorat pemerintah daerah dan kota Magelang tidak menyebabkan efektivitas audit internal semakin membaik. Persepsi auditee tidak berpengaruh terhadap efektivitas audit internal. Auditee dianggap kurang mampu untuk memberi persepsi baik terhadap fungsi audit internal sehingga berbagai rekomendasi yang diberikan oleh fungsi audit


(5)

internal tidak diimplementasikan dengan baik oleh auditee sehingga tidak akan meningkatkan efektivitas audit internal.

Pengalaman auditor tidak berpengaruh terhadap efektivitas audit internal. Auditor inspektorat pemerintah daerah dan kota Magelang sebenarnya memiliki pengalaman yang mencukupi untuk meningkatkan fungsi auditnya, hanya saja kurangnya respect yang diberikan oleh manajemen atau auditee menyebabkan auditor tidak menggunakan profesionalitasnya dalam melakukan fungsi auditnya sehingga tidak akan meningkatkan efektivitas audit internal. Pengukuran kinerja berpengaruh positif signifikan terhadap efektivitas audit internal. Dengan tercapainya tingkat efektifitas yang baik dalam sisi inspektorat, maka inspektorat sebagai auditor internal akan lebih mampu untuk mengawasi dan memastikan bahwa kinerja pemerintah daerah sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Alzeban, Abdulaziz; Gwilliam, David. (2014). “Journal Of International Accounting, Auditing and Taxation. Journal Of International Accounting, Auditing And Taxation”. 2014, 23: 74-86.

Azwar, Saifuddin. (2013). Reliabilitas dan Validitas Edisi 4”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Badara, M. A. S., And Siti Zabedah Saidin. (2014). "Empirical Evidence Of Antecedents Of

Internal Audit Effectiveness From Nigerian Perspective." Middle-East Journal Of Scientific Research 19.4 (2014): 460-469.

Clarke, T. (2004). Cycles of Crisis and Regulation: the enduring agency and stewardship problems of corporate governance. Corporate Governance: An International Review, 12(2), 153-161.

Cohen, Aaron, And Gabriel Sayag. (2010). "The Effectiveness Of Internal Auditing: An Empirical Examination Of Its Determinants In Israeli Organisations." Australian Accounting Review 20.3 (2010): 296-307.

Dittenhofer, Mort. (2001). "Internal Auditing Effectiveness: An Expansion Of Present Methods." Managerial Auditing Journal 16.8 (2001): 443-450.

Hailemariam, Shewamene. (2014). “Determinants Of Internal Audit Effectiveness In The Public Sector, Case Study In Selected Ethiopian Public Sector Offices”. Diss. Jimma University, 2014.


(6)

Nazaruddin, Ietje dan Agus Tri Basuki. 2016. “Analisis Statistik Dengan SPSS”. Yogyakarta: Danisa Media.

Prakoso, N. B., & Ratmono, D. (2015).“Analisis Determinan Efektivitas Audit Internal Pada Sektor Pemerintahan(Doctoral Dissertation, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis)”. Rahadhitya, Rheza, And Darsono Darsono. (2015). “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh

Terhadap Efektivitas Audit Internal (Studi Pada Inspektorat Provinsi Jawa Tengah)”. Diss. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis, 2015.

Ruddin, Azhar. (2015). "Efektifitas Pengawasan Khusus Oleh Inspektorat Kabupaten Sigi." Katalogis 3.2 (2015).

Sugiyono. (2010). “Metode Penelitian Bisnis”. Bandung : Alfabeta

Saputra, Roni. (2013). “Statistik Terapan dalam Ilmu Kesehatan”. STIKES Perintis Sumbar : Padang halaman 2.

Peraturan Perundangan-undangan :

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah