Faktor faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian dan dampaknya pada kompetensi petani kakao di empat wilayah Sulawesi Selatan

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMENGARUHI
KINERJA PENYULUH PERTANIAN DAN DAMPAKNYA
PADA KOMPETENSI PETANI KAKAO DI EMPAT
WILAYAH SULAWESI SELATAN

SAPAR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Faktor-faktor
yang Memengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian dan Dampaknya pada Kompetensi
Petani Kakao di Empat Wilayah Sulawesi Selatan,” adalah karya saya sendiri dengan
arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber infomasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir disertasi ini.


Bogor, Juli 2011

Sapar
NIM. I 361070071

ABSTRACT
SAPAR. Factors Influencing the Performance of Agricultural Extension Workers
and Its Impact on the Competence of Cacao Farmers in Four District South
Sulawesi Province. Under supervisory of AMRI JAHI as the chairman, and PANG S
ASNGARI, AMIRUDDIN SALEH, and I GUSTI PUTU PURNABA as the members of
supervisory team.
The agricultural extension worker’s performance was the work outputs
achieved by agricultural extension workers in conducting their jobs. The aims of this
research were to know the factors which influence agricultural extension worker’s
performance and the connection between the factors, and to know that factors
influences the cacao farmers competence. The population of this research was all the
agricultural extension workers in four districts, South Sulawesi Province (447
people). The sample of this research referred to Slovin method from among 106 (one
hundred and six) agricultural extension workers, 106 (one hundred and six) group

farmers leaders and 212 (two hundred and twelve) cacao farmers . The design of this
research was conducted by survey method and followed by interview to respondents.
LISREL program with ‘SEM’ was used in analyzing data. The Result of this research
show that the agricultural extension worker’s performance was influenced
significantly by competence, motivation, and self reliance. The coefficient of each
influencing factors were 0,71; 0,24 and 0,33 respectively. The above coefficients had
a value of significant level at α = 0,05. The total influence of them were 67 percent,
and 33 percent were represent other influences outside this study. The coefficient of
the influence of agricultural extension worker performance and a head farmer’s
group competence are 0,19 and 0,24 respectively. The total influence of them were
10 percent and 90 percent represented other influences outside this study. The
recomendation of the research was that their performance must be improved by
providing special training to improve their capability in agricultural extension
planning, monitoring and evaluation, agricultural extension development and
technology disemination.
Key words: performance, competencies, motivation, self reliance, cacao farmers
.

RINGKASAN
SAPAR. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian dan

Dampaknya pada Kompetensi Petani Kakao di Empat Wilayah Sulawesi Selatan.
Dibimbing oleh AMRI JAHI, PANG S ASNGARI, AMIRUDDIN SALEH dan I
GUSTI PUTU PURNABA.
Kinerja (performance) merupakan hasil kerja yang dicapai individu secara
aktual dalam suatu organisasi sesuai tugas dan tanggungjawab yang diberikan
kepadanya yang dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan periode waktu
tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kinerja penyuluh pertanian yang
baik berdampak pada perbaikan kinerja petani dalam memproduksi kakao. Kinerja
penyuluh terarah pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh petani dalam
melaksanakan usahatani kakao.
Penyuluh pertanian dalam upayanya meningkatkan kompetensi petani kakao
harus mempunyai kompetensi dari segi teknis budidaya kakao maupun kompetensi
manajerial. Kompetensi penyuluh pertanian adalah kemampuan yang harus dimiliki
oleh penyuluh pertanian agar dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya dapat
berhasil. Penyuluh pertanian juga harus memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam
menyuluh petani kakao. Motivasi adalah dorongan dari dalam diri individu untuk
selalu berprestasi sebagai penyuluh yang berkaitan dengan kebutuhannya. Kinerja
penyuluh pertanian juga dipengaruhi oleh tingkat penyuluh memiliki sikap
kemandirian dalam melakukan tugas dan perannya dalam membantu petani.
Kemandirian penyuluh dapat diartikan sebagai sikap mental seorang penyuluh yang

dapat mengembangkan kemampuan mengatasi masalah-masalah dalam pelaksanaan
kerjanya tanpa tergantung terhadap orang lain namun dapat pula bekerjasama dengan
orang lain. Kemandirian tercermin pada kemampuan berinisiatif, kemampuan
mengatasi masalah atau hambatan, memiliki rasa percaya diri dan dapat melakukan
sesuatu tanpa harus tergantung pada orang lain.
Tujuan penelitian adalah: (1) mengidentifikasi faktor-faktor individu
penyuluh pertanian yang memengaruhi kinerja mereka, (2) menjelaskan hubungan
faktor-faktor individu penyuluh pertanian yang memengaruhi kinerja mereka dan (3)
menjelaskan dampak kinerja penyuluh pertanian dan kompetensi ketua kelompok
tani terhadap kompetensi petani kakao di Sulawesi Selatan.
Penelitian dilaksanakan di empat wilayah Sulawesi Selatan yaitu Kota
Palopo, Kabupaten Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur. Pertimbangan empat
wilayah ini dijadikan lokasi penelitian karena merupakan representasi wilayah
penghasil kakao terbesar di Sulawesi Selatan. Populasi penelitian adalah seluruh
penyuluh pertanian di empat wilayah tersebut yaitu berjumlah 447 orang dan petani
kakao binaan penyuluh yang terdiri dari ketua kelompok tani dan anggota kelompok
tani. Sampel dihitung menggunakan metode Slovin, yakni sebanyak 106 penyuluh
pertanian, 106 ketua kelompok tani dan 212 petani kakao. Pengumpulan data melalui
survei menggunakan kuesioner. Untuk menguji validitas dan reliabilitas kuesioner
maka dibuat definisi operasional dari konsep yang diukur, melalui penelusuran

literatur, kemudian dinilai oleh pakar untuk menguji kesahihan indikator-indikator

bagi komponen peubah kinerja. Untuk kehandalan kuesioner, maka dilakukan
ujicoba lapangan pada 15 orang penyuluh dan ketua kelompok tani serta petani
kakao yang dibina penyuluh tersebut. Hasil analisis uji reliabilitas Cronbach Alpa
menunjukkan angka pada masing-masing kuesioner adalah 0,812; 0,782 dan 0,914,
yang berarti masuk kategori reliabel dan sangat reliabel. Analisis data menggunakan
Structural Equation Model (SEM) dengan program Linear Structural Relationship
(LISREL).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor individu penyuluh
pertanian yang memengaruhi kinerja mereka adalah kompetensi, motivasi dan
kemandirian. Faktor-faktor individu penyuluh tersebut berpengaruh nyata pada
kinerja mereka baik secara terpisah maupun secara bersama-sama. Koefisien
pengaruh tiap peubah secara berurutan, yaitu: 0,71; 0,24 dan 0,33 yang nyata pada α
= 0,05. Pengaruh secara bersama-sama keempat peubah tersebut adalah (R²) 67
persen yang nyata pada α = 0,05. Dimensi peubah kompetensi adalah kemampuan
perencanaan penyuluhan, kemampuan evaluasi dan pelaporan penyuluhan dan
kemampuan pengembangan penyuluhan. Dimensi peubah motivasi adalah kebutuhan
untuk berprestasi dan kebutuhan untuk berafiliasi. Dimensi peubah kemandirian
adalah kemandirian ekonomi. Dimensi kinerja penyuluh adalah perencanaan

penyuluhan, evaluasi dan pelaporan penyuluhan, pengembangan penyuluhan dan
diseminasi teknologi. Dimensi kompetensi ketua kelompok tani adalah perencanaan
penyuluhan, evaluasi dan pelaporan, kepemimpinan dan komunikasi ketua kelompok
tani. Selain itu, pengaruh bersama antara kinerja penyuluh dan kompetensi ketua
kelompok tani pada kompetensi petani kakao adalah sebesar 10 persen dengan
koefisien pengaruh 0,19 dan 0,24 yang nyata pada α = 0,05. Artinya peningkatan satu
satuan kinerja penyuluh dan kompetensi ketua kelompok tani meningkatkan
kompetensi petani kakao sebesar 0,19 dan 0,24 satuan, yaitu peningkatan pada
kompetensi usahatani kakao dan pengorganisasian dan pemasaran hasil. Kontribusi
pengaruh bersama antara kinerja penyuluh dan kompetensi ketua kelompok tani pada
kompetensi petani kakao adalah sebesar 10 persen, sisanya 90 persen merupakan
pengaruh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
Kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut: (1) faktor-faktor individu
penyuluh yang berpengaruh terhadap kinerja mereka adalah kompetensi, motivasi
dan kemandirian penyuluh, (2) terdapat hubungan yang lemah antara faktor-faktor
individu penyuluh yang memengaruhi kinerja mereka, dan (3) kinerja penyuluh
pertanian dan kompetensi ketua kelompok tani berdampak pada kompetensi petani
kakao. Saran: pemerintah pusat dan daerah perlu meningkatkan secara
berkesinambungan kinerja penyuluh pertanian melalui peningkatan kompetensi,
motivasi dan kemandirian.


© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebut sumber
a. pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah.
b. pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMENGARUHI
KINERJA PENYULUH PERTANIAN DAN DAMPAKNYA
PADA KOMPETENSI PETANI KAKAO DI EMPAT
WILAYAH SULAWESI SELATAN

SAPAR

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji luar komisi pada ujian tertutup:
1. Dr. Ir. Ade Wachyar, MS
(Staf Pengajar Ilmu Agronomi dan Hortikultra IPB Bogor)
2. Dr. Ir. Ma’mun Sarma, M.Sc
(Staf Pengajar Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB Bogor)

Penguji luar komisi pada ujian terbuka:
1. Dr. Ir. Undang Fadjar, M.Si
(Peneliti PT. Riset Perkebunan Nusantara Bogor)
2. Dr. Prabowo Tjitropranoto, M.Sc
(Staf Pengajar Ilmu Penyuluhan Pembangunan IPB Bogor)


Judul Disertasi

Nama
NIM

: Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian
dan Dampaknya pada Kompetensi Petani Kakao di Empat Wilayah
Sulawesi Selatan
: Sapar
: I 361070071

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Amri Jahi, M.Sc
Ketua

Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS
Anggota


Prof. Dr. Pang S Asngari
Anggota

Dr. Ir. I Gusti Putu Purnaba, DEA
Anggota

Mengetahui
Koordinator Program Mayor
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

Tanggal Ujian: 4 April 2011

Tanggal Lulus:


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis panjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi
yang berjudul “Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian dan
Dampaknya pada Kompetensi Petani Kakao di Empat Wilayah Sulawesi Selatan.”
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada para
pembimbing: Dr. Ir. Amri Jahi, M.Sc sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Prof. Dr.
Pang S. Asngari, Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS dan Dr. Ir. I.G. Putu Purnaba, DEA
masing-masing sebagai anggota. Mereka telah mengarahkan penulis untuk
menyelesaikan disertasi ini. Disertasi ini selesai karena bantuan mereka, oleh karena
itu penulis panjatkan do’a semoga Allah SWT menjadikannya sebagai pahala.
Amiin ya Rabbul’alamin. Ucapan terima kasih pula disampaikan kepada ibu Dr. Ir.
Siti Amanah, M.Sc selaku koordinator Program Mayor Ilmu Penyuluhan
Pembangunan, atas bantuannya memfasilitasi penulis selama menempuh studi di
IPB. Terima kasih juga disampaikan kepada para penyuluh pertanian dan petani
kakao di lokasi penelitian atas kesediaannya memberikan data dan informasi selama
penelitian berlangsung, teman-teman seperjuangan yaitu Dr. Moh. Ikbal Bahua, Dr.
Rayuddin, Dr. Adi Riyanto, Dr. Yumi, Dr. Ramli Toha, Saudara Narso, Saudara Dwi
Sadono, Saudari Yunita, Saudari Tin Herawati, Saudari Pudji, semoga Allah SWT
selalu melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada mereka semua. Amin.
Ucapan khusus penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu (Almarhum dan
Almarhumah) serta istri tercinta dan keluarga besar yang tidak henti-hentinya
mendukung penulis untuk cepat menyelesaikan disertasi ini. Kepada seluruh pihakpihak yang membantu penyelesaian disertasi ini, penulis haturkan banyak terima
kasih, semoga Allah SWT membalas kebaikan kita semua. Amin.
Bogor, Juli 2011
Sapar

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palopo, pada tanggal 1 Januari 1977 sebagai anak
pertama dari lima bersaudara dari pasangan bapak Syafruddin (almarhum) dan ibu
Sitti Fatimah (almarhumah).
Pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas diselesaikan di
Palopo yakni SDN No. 70 Mawa, MTs Negeri Palopo dan SMU Negeri 1 Palopo
Sulawesi Selatan. Pendidikan Sarjana Strata Satu (S1) ditempuh di Jurusan Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Muhammadiyah Palopo Sulawesi Selatan, lulus tahun 1999. Pada tahun 2003,
penulis diterima di Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) Institut
Pertanian Bogor dan menamatkannya pada tahun 2005 dengan pembiayaan BPPS.
Pada tahun 2007, penulis diberi kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor
lmu Penyuluhan Pembangunan (PPN) Sekolah Pascasarjana IPB dengan beasiswa
BPPS.
Pada tahun 1999 penulis diangkat menjadi dosen tetap yayasan pada STIE
Muhammadiyah Palopo dan pada tahun 2003 mendapat pangkat akademik Asisten
Ahli dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Organisasi yang pernah diikuti adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah,
Pemuda Muhammadiyah dan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Luwu.
Artikel dengan judul Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Penyuluh
Pertanian di Empat Wilayah Sulawesi Selatan diterbitkan pada Jurnal Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor dan artikel berjudul Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada
Kinerja Penyuluh Pertanian dan Dampaknya pada Kompetensi Petani Kakao di
Empat Wilayah Sulawesi Selatan diterbitkan pada Jurnal Penyuluhan Pembangunan
Institut Pertanian Bogor.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xxii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xxiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xxiv
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................
Masalah Penelitian ..........................................................................................
Tujuan Penelitian ............................................................................................
Kegunaan Penelitian ........................................................................................
Definisi Istilah ...............................................................................................

1
3
4
5
6

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 11
Kinerja Penyuluh Pertanian ..................................................................................
Pengertian Kinerja ..........................................................................................
Manajemen Kinerja ..........................................................................................
Pengukuran Kinerja ........................................................................................
Indikator Kinerja Penyuluh Pertanian ............................................................
Komponen Kinerja Penyuluh Pertanian ..........................................................
Karakteristik Penyuluh Pertanian ..........................................................................
Pengaruh Karakteristik pada Kompetensi Penyuluh Pertanian .............................
Faktor-Faktor Individu yang Memengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian .............
Kompetensi Penyuluh Pertanian ..................................................... ..............
Motivasi Penyuluh Pertanian ............................................. ........................
Kemandirian Penyuluh Pertanian ...................................................................
Hubungan Faktor-Faktor Individu yang Memengaruhi Kinerja Penyuluh
Pertanian ................................................................................................................
Pengaruh Kompetensi pada Kinerja Penyuluh Pertanian ............................
Pengaruh Motivasi pada Kinerja Penyuluh Pertanian ................. ..................
Pengaruh Kemandirian pada Kinerja Penyuluh Pertanian …..… ..................
Peran Penyuluh Pertanian pada Kegiatan Petani Kakao ....................... ...............
Kompetensi Petani Kakao ...................................................................................
Pengaruh Kinerja Penyuluh Pertanian dengan Kompetensi Petani Kakao .........

xix

11
11
13
16
18
23
56
67
78
78
82
88
91
91
93
94
95
97
99

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ............................................................ 101
Kerangka Berpikir ................................................................................................ 101
Hipotesis Penelitian ............................................................................................ 104
METODE PENELITIAN ........................................................................................... 105
Populasi dan Sampel .............................................................................................
Populasi .....................................................................................................
Sampel ........................................................................................................
Desain Penelitian
...........................................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................
Data dan Instrumentasi .........................................................................................
Data
............................................................................................
Instrumentasi ...........................................................................................
Validitas dan Reliabilitas Instrumen .....................................................................
Pengumpulan Data ...............................................................................................
Analisis Data ........................................................................................................

105
105
105
106
106
107
107
119
120
121
121

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 127
Hasil Penelitian
.............................................................................................
Analisis Parameter Model Struktural Kinerja Penyuluh Pertanian ..............
Pengaruh Karakteristik pada Kompetensi Penyuluh Pertanian .....................
Pengaruh Kompetensi, Motivasi dan Kemandirian pada
Kinerja Penyuluh Pertanian ..........................................................................
Pengaruh Karakteristik Kompetensi, Motivasi, Kemandirian dan
Kinerja Penyuluh Pertanian pada Kompetensi Ketua
Kelompok Tani ..............................................................................................
Pengaruh Karakteristik, Kompetensi, Motivasi, Kemandirian,
Kinerja Penyuluh Pertanian dan Kompetensi Ketua Kelompok
Tani pada Kompetensi Petani Kakao .............................................................
Pengaruh Kinerja Penyuluh Pertanian dan Kompetensi Ketua
Kelompok Tani pada Kompetensi Petani Kakao .........................................
Hubungan Karakteristik, Motivasi dan Kemandirian Penyuluh
Pertanian ......................................................................................................
Pembahasan
....................................................................................................
Pengaruh Karakteristik pada Kompetensi Penyuluh Pertanian ...................
Pengaruh Kompetensi pada Kinerja Penyuluh Pertanian
........................
Pengaruh Motivasi pada Kinerja Penyuluh Pertanian
.............................
Pengaruh Kemandirian pada Kinerja Penyuluh Pertanian
......................

xx

127
127
133
134

135

136
138
140
141
141
143
145
147

Pengaruh Bersama Kompetensi, Motivasi dan Kemandirian pada
Kinerja Penyuluh Pertanian
..................................................................... 149
Pengaruh Karakteristik, Kompetensi, Motivasi, Kemandirian, Kinerja
Penyuluh Pertanian dan Kompetensi Ketua Kelompok Tani pada
Kompetensi Petani Kakao .......................................................................... 151
Hubungan antar Faktor yang Memengaruhi Kinerja Penyuluh
Pertanian ..................................................................................................... 153
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 155
Kesimpulan
Saran

............................................................................................. 155
.............................................................................................. 155

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 157
LAMPIRAN ................................................................................................................ 165

xxi

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Ciri-ciri kinerja penyuluh yang bermutu dan yang cenderung kurang berhasil .... 20
2. Jumlah/dosis pupuk pada tanaman kakao dengan kondisi lingkungan baik ......... 37
3. Model pengembangan usahatani kakao dengan pendekatan model logika ........... 102
4. Rincian populasi penelitian pada setiap kabupaten/kota ....................................... 105
5. Rincian sampel penelitian pada setiap kabupaten/kota ......................................... 106
6. Rancangan pengujian model penelitian kinerja penyuluh pertanian ..................... 124
7. Peubah dan indikator penelitian ............................................................................ 125
8. Dekomposisi pengaruh antar peubah/indikator model kinerja penyuluh
pertanian ................................................................................................................ 131
9. Koefisien dan t-hitung pengaruh peubah karakteristik pada kompetensi
penyuluh pertanian ................................................................................................ 134
10. Koefisien dan t-hitung pengaruh peubah kompetensi, motivasi dan kemandirian
pada kinerja penyuluh pertanian ............................................................................. 134
11. Koefisien dan t-hitung pengaruh peubah karakteristik, kompetensi, motivasi
kemandirian dan kinerja penyuluh pada kompetensi ketua kelompok tani ............. 136
12. Koefisien dan t-hitung pengaruh peubah karakteristik, kompetensi, motivasi,
kemandirian, kinerja penyuluh dan kompetensi ketua kelompok tani pada
kompetensi petani kakao ........................................................................................ 137
13. Koefisien dan t-hitung pengaruh peubah kinerja penyuluh pertanian dan
kompetensi ketua kelompok tani pada kompetensi petani kakao .......................... 139
14. Koefisien korelasi dan t-hitung peubah karakteristik, motivasi dan kemandirian
penyuluh pertanian ................................................................................................. 140

xxii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Keterkaitan karakteristik individu dengan kompetensi ......................................... 79
2. Hierarki kebutuhan Maslow ................................................................................. 84
3. Teori dua faktor Herzberg .................................................................................... 84
4. Kerangka berpikir faktor-faktor yang memengaruhi kinerja penyuluh
pertanian ............................................................................................................... 103
5. Estimasi parameter model struktural kinerja penyuluh pertanian ......................... 127
6. Estimasi t-value model struktural kinerja penyuluh pertanian .............................. 128

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Rumus syntax seluruh peubah penelitian dengan lisrel 8.30 ....................

165

2. Output lisrel parameter model struktural kinerja penyuluh pertanian ......

166

3. Kuesioner penelitian bagi penyuluh pertanian .........................................

171

4. Kuesioner penelitian bagi ketua kelompok tani .......................................

209

5. Kuesioner penelitian bagi petani kakao ....................................................

224

6. Uji reliabilitas kuesioner penelitian .........................................................

232

3. Kuesioner penelitian ..................................................................................

173

xxiv

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kinerja penyuluh pertanian yang baik merupakan dambaan setiap
stakeholder pertanian. Petani yang terbelenggu kemiskinan merupakan ciri bahwa
penyuluhan pertanian masih perlu untuk terus meningkatkan perannya dalam
rangka membantu petani memecahkan masalah mereka sendiri terutama dalam
aspek usahatani. Penyuluhan pertanian adalah pendidikan nonformal bagi petani
dan keluarganya yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan
titik fokus pada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam
berusahatani.
Kondisi penyuluhan pertanian yang terus mengalami perubahan baik sejak
pemerintahan orde lama, orde baru sampai orde reformasi turut memengaruhi citra
penyuluhan pertanian.
Pada masa orde baru penyuluhan pertanian dicitrakan sebagai alat
pemerintah dalam membantu pemerintah menciptakan swasembada pangan
dengan pendekatan peningkatan produksi usahatani. Penyuluhan pertanian sangat
diperhatikan dan dinilai sukses mengantarkan swasembada pangan. Pada masa
orde reformasi, penyuluhan pertanian mengalami masa yang suram terutama
dengan perubahan kelembagaan penyuluhan dengan keluarnya undang-undang
otonomi daerah yang secara langsung berdampak pada kinerja penyuluh
pertanian.
Undang-Undang No. 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan meneguhkan bahwa penyuluh pertanian mempunyai
peran strategis untuk memajukan pertanian di Indonesia. Pemerintah wajib
menyelenggarakan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.
Kinerja penyuluh pertanian dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu
karakteristik, psikologis dan organisasi penyuluh. Karakteristik penyuluh
diklasifikasikan dalam kemampuan dan keterampilan, latar belakang pribadi dan
demografis. Psikologis penyuluh dirumuskan dalam persepsi, sikap, kepribadian,
belajar dan motivasi. Organisasi penyuluh dikelompokkan dalam sumber daya,
kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan.

1

2

Kinerja penyuluh pertanian ditentukan pada pencapaian tujuan yang
ditetapkan oleh organisasi penyuluhan pertanian dengan batasan waktu yang telah
ditentukan. Kinerja penyuluh pertanian didasarkan pada tugas pokok dan
fungsinya yang diuraikan secara komprehensif pada uraian macam-macam tugas.
Kinerja penyuluh pertanian dilihat pada aspek persiapan, pelaksanaan, evaluasi
dan pelaporan, pengembangan penyuluhan pertanian dan pengembangan profesi
penyuluh pertanian. Aspek berikutnya adalah kepemimpinan, komunikasi,
kemitraan usaha dan diseminasi teknologi serta penguasaan terhadap bidang
teknis keahlian.
Kinerja penyuluh pertanian pada aspek persiapan, pelaksanaan, evaluasi
dan pelaporan merupakan rangkaian sistematis dan terstruktur dalam alur tak
terpisahkan. Programa penyuluhan pertanian berlandaskan pada analisis
kebutuhan petani dan kondisi khalayak sasaran saat ini serta kondisi khalayak
sasaran yang akan diwujudkan. Programa penyuluhan pertanian adalah proses
pembelajaran antara petani dengan penyuluh yang dimulai dengan proses sharing
informasi dan keterlibatan aktif petani pada perencanaan yaitu mengidentifikasi
potensi wilayah, agroekosistem dan kebutuhan teknologi.
Aspek berikutnya adalah materi dan metode yang dipilih dalam melakukan
penyuluhan pertanian. Materi dan metode adalah substansi dalam penyuluhan
yang dikondisikan pada kebutuhan petani. Tujuan akhir penyuluhan pertanian
ditentukan oleh materi dan metode yang dilakukan penyuluh pertanian. Materi
adalah objek yang disuluhkan sedangkan metode adalah cara menyampaikan
objek tersebut.
Parameter berikutnya adalah pelaporan dan evaluasi penyuluhan.
Pelaporan dan evaluasi dikategorikan dalam dua aspek yaitu pelaporan dari hasil
penyuluhan dan evaluasi dampak penyuluhan pertanian. Pelaporan dan evaluasi
sebagai introspeksi diri penyuluh pertanian tentang target yang belum dicapai dan
perlu diperbaiki.
Aspek berikutnya adalah pengembangan penyuluhan pertanian dan profesi
penyuluh. Penyuluh mempelajari pedoman dan petunjuk pelaksanaan penyuluhan
pertanian serta metode

atau sistem kerja penyuluhan pertanian. Penyuluh

pertanian menambah input berupa pengetahuan ilmu-ilmu penyuluhan terkini

3

melalui pelatihan dan seminar, membuat karya tulis atau karya ilmiah dan
membeli buku-buku penyuluhan.
Penyuluh yang berhasil adalah penyuluh yang mampu merancang dan
melaksanakan program pembelajaran, materi dan metodenya sesuai dengan
kondisi dan karakteristik petani. Penyuluh pertanian harus mampu pada aspek
kepemimpinan, komunikasi, diseminasi teknologi dan bidang teknis yang akan
disuluhkan.
Akhirnya disimpulkan bahwa persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan
pelaporan, pengembangan penyuluhan dan profesi penyuluh, kepemimpinan,
komunikasi, kemitraan usaha, diseminasi teknologi serta penguasaan bidang
teknis keahlian merupakan kegiatan pokok yang dilakukan penyuluh pertanian
dan parameter mengukur kinerja seorang penyuluh pertanian.

Masalah Penelitian
Pembangunan pertanian berhasil apabila petaninya sejahtera dan mandiri.
Petani sejahtera dan mandiri adalah petani yang mampu mengaktualisasikan
dirinya sebagai manusia merdeka, mampu mengakses pendidikan, kesehatan, dan
ekonomi. Petani sejahtera dan mandiri adalah petani yang selalu mengembangkan
pengetahuan, sikap dan keterampilannya dalam berusahatani.
Kompetensi berusahatani adalah salah satu hal yang dapat dijadikan
prioritas bagi penyuluh dalam merancang program pembelajaran yang disuluhkan
pada petani. Sebagai pendidik dan pemberi semangat, penyuluh harus fokus pada
mendidik petani mengembangkan manajemen usahataninya sehingga petani
terinspirasi untuk terus melakukan proses pembelajaran.
Penyuluh pertanian yang berkinerja baik adalah dambaan bagi petani.
Penyuluh yang berkinerja baik dilihat pada petani yang mampu memecahkan
masalahnya. Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam
usahatani ditentukan oleh kualitas kerja penyuluh pertanian dalam membantu
petani.

4

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
(1) Faktor-faktor individu penyuluh pertanian apa yang memengaruhi kinerja
mereka?
(2) Berapa besar hubungan antara faktor-faktor individu penyuluh pertanian
terhadap kinerja mereka?
(3) Seberapa besar dampak kinerja penyuluh pertanian dan kompetensi ketua
kelompok tani terhadap kompetensi petani kakao?

Tujuan Penelitian
Kinerja penyuluh pertanian yang prima ditunjang berbagai unsur. Unsurunsur tersebut bersumber dalam diri dan luar diri penyuluh pertanian. Penjelasan
ilmiah terhadap berbagai macam unsur tersebut sangat diperlukan.
Berpedoman pada permasalahan yang dihadapi penyuluh pertanian, maka
penyuluh pertanian diharapkan mampu mengatasi permasalahan tersebut, selain
itu organisasi tempat penyuluh bekerja harus mampu menciptakan kondisi yang
menyenangkan untuk beraktivitas bagi para penyuluh pertanian. Penyuluh
pertanian dan organisasi penyuluh pertanian merupakan dua sisi mata uang yang
tidak bisa berdiri sendiri. Keduanya mempunyai peran sentral dalam
pembangunan pertanian.
Kinerja penyuluh pertanian dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal adalah

kompetensi,

motivasi, kemandirian dan karakteristik penyuluh. Untuk mendorong petani agar
mampu berusahatani dengan baik maka dibutuhkan penyuluh-penyuluh yang
mempunyai dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Dedikasi yang tinggi hanya
bisa diharapkan dari penyuluh-penyuluh yang memiliki kompetensi yang tinggi
pula, selain itu diperlukan motivasi yang tinggi untuk mendidik petani dan
mempunyai kemandirian.

5

Berpedoman pada masalah-masalah penelitian yang telah dikemukakan di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
(1) Menjelaskan faktor-faktor individu penyuluh pertanian yang memengaruhi
kinerja mereka.
(2) Menjelaskan hubungan faktor-faktor individu penyuluh pertanian terhadap
kinerja mereka.
(3) Menjelaskan dampak kinerja penyuluh pertanian dan kompetensi ketua
kelompok tani terhadap kompetensi petani kakao di empat wilayah Sulawesi
Selatan.
Kegunaan Penelitian
Penelitian tentang kinerja penyuluh pertanian harus ditransformasikan
kepada seluruh stakeholder pertanian. Sosialisasi hasil penelitian diharapkan
memengaruhi para pengambil kebijakan agar dijadikan masukan utuk sumberdaya
manusia penyuluhan ke depan. Penyuluh pertanian harus mampu menyesuaikan
diri terhadap perkembangan arus informasi dan teknologi yang semakin pesat.
Fokus kegiatan penyuluhan akan bergeser pada kegiatan tatap muka ke
penggunaan teknologi komunikasi yang mengandalkan audio visual. Programprogram pembelajaran penyuluhan mengandalkan teknologi komunikasi, sehingga
para petani dapat belajar usahatani dengan jarak jauh tanpa didampingi secara
langsung oleh penyuluh.
Kinerja penyuluh pertanian yang prima diharapkan mampu membantu
seluruh stakeholder pertanian di Sulawesi Selatan. Secara rinci kegunaan
penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
(1) Kegunaan Praktis
(a) Memberikan gambaran bagi pengambil kebijakan dalam pengembangan
sistem

manajemen

kinerja

penyuluh

pertanian

yang

dapat

dipertanggungjawabkan.
(b) Memberikan bahan penyempurnaan kebijaksanaan dalam pembinaan dan
pengembangan karir penyuluh yang sesuai dengan kebijakan pemerintah
daerah setempat dan lingkungan kerjanya dalam upaya meningkatkan
kinerja penyuluh pertanian.

6

(2) Kegunaan Akademis
(a) Memperluas dan memperbanyak khazanah ilmiah keilmuan penyuluhan
pertanian khususnya dalam bidang manajemen dan administrasi
penyuluhan yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan kebijakan
pengembangan sumberdaya manusia penyuluh.
(b) Menjadikan pendorong bagi studi lebih lanjut untuk mengembangkan
model peningkatan kinerja penyuluh dalam cakupan yang lebih luas.

Definisi Istilah
Beberapa istilah perlu didefinisikan secara khusus untuk menghindari
kesalahan penafsiran dan ketidaktepatan dalam memahami setiap istilah yang
digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, definisi istilah sekaligus merupakan
“koridor” yang dapat mengarahkan pembahasan secara tepat sesuai dengan tujuan
penelitian. Istilah-istilah yang perlu didefinisikan adalah sebagai berikut:
1.

Penyuluh pertanian adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas,
tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan
kegiatan penyuluhan.

2.

Petani kakao adalah individu masyarakat yang menjadikan usaha budidaya
kakao sebagai mata pencaharian pokok.

3.

Umur penyuluh adalah lamanya waktu hidup penyuluh dalam satuan tahun
yang dihitung sejak lahir hingga penelitian ini dilakukan.

4.

Pendidikan formal adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti
oleh penyuluh, dihitung dalam satuan tahun berdasarkan jenjang Sekolah
Dasar hingga Perguruan Tinggi.

5.

Pelatihan adalah proses belajar yang pernah diikuti penyuluh berupa
pelatihan yang relevan dengan pekerjaan sebagai penyuluh pertanian,
dihitung dalam satuan jam.

6.

Masa kerja adalah lamanya penyuluh menjalankan pekerjaannya sebagai
penyuluh, diukur dengan skala rasio.

7.

Lokasi tugas adalah banyaknya kilometer dari jarak lokasi tugas dengan
tempat tinggal penyuluh, diukur dengan skala rasio.

7

8.

Luas wilayah kerja adalah banyaknya desa yang menjadi binaan penyuluh,
diukur dengan skala rasio.

9.

Jumlah petani binaan adalah banyaknya petani kakao yang dibina
penyuluh, diukur dengan skala rasio.

10. Interaksi dengan petani adalah banyaknya pertemuan penyuluhan dengan
petani dan kelompok tani dalam sebulan, diukur dengan skala rasio.
11. Keberhasilan penyuluh adalah penilaian penyuluh terhadap dorongan
untuk berprestasi, pekerjaan yang menantang, sikap positif dan berani
mengambil resiko.
12. Pengembangan diri penyuluh adalah penilaian penyuluh terhadap
kesempatan pengembangan karir seperti pelatihan, pendidikan, seminar
serta kesempatan untuk promosi atau naik pangkat.
13. Kewenangan dan tanggungjawab penyuluh adalah penilaian penyuluh
terhadap tinggi rendahnya wewenang yang dimiliki penyuluh dan
besarkecilnya tanggungjawab penyuluh untuk membuat keputusan dalam
pekerjaannya.
14. Persepsi terhadap makna pekerjaan adalah persepsi penyuluh terhadap
variasi keterampilan, kejelasan tugas dan dampak tugas terhadap
masyarakat.
15. Pegakuan dan penghargaan penyuluh adalah penilaian penyuluh terhadap
tingkat pengakuan atas prestasi, insentif pada pekerjaan yang memenuhi
target, pengakuan dan penghargaan non finansial.
16. Gaji penyuluh adalah penilaian penyuluh terhadap pentingnya gaji sebagai
imbalan sesuai dengan jabatan dan kepangkatannya.
17. Administrasi dan kebijakan organisasi penyuluh adalah penilaian penyuluh
terhadap

efektifitas

manajemen

organisasi

termasuk

didalamnya

komunikasi, organisasi kerja, kebijakan, prosedur kerja.
18. Pembinaan penyuluh adalah penilaian penyuluh terhadap efektivitas
pembina (keahlian manajemen, pengetahuan, kesuksesan dan kemampuan
memecahkan masalah) dan hubungan interpersonal yaitu baik buruk
hubungan dengan pengawasnya.

8

19. Kondisi kerja penyuluh adalah penilaian penyuluh terhadap kondisi fisik
lingkungan kerja termasuk kecukupan dan kemudahan akses terhadap
sarana prasarana kerja (transportasi, komunikasi, teknologi pertanian).
20. Kompetensi penyuluh pertanian adalah kemampuan yang dimiliki dalam
mendukung pekerjaannya sebagai penyuluh pertanian yang terdiri atas
sepuluh kemampuan, yaitu: (1) kemampuan merencanakan penyuluhan,
(2) kemampuan melaksanakan penyuluhan, (3) kemampuan mengevaluasi
dan

melaporkan

penyuluhan,

(4)

kemampuan

mengembangkan

penyuluhan, (5) kemampuan mengembangkan profesi penyuluh, (6)
kemampuan

kepemimpinan

diseminasi teknologi,

penyuluh

pertanian,

(7)

kemampuan

(8) kemampuan komunikasi penyuluh,

(9)

kemampuan dalam kemitraan usaha, dan (10) kemampuan teknis budidaya
kakao.
21. Motivasi penyuluh pertanian adalah hal-hal atau motif yang mendorong
penyuluh pertanian untuk melakukan fungsi dan perannya sebagai
penyuluh pertanian, yaitu: (1) kebutuhan untuk berprestasi, (2) kebutuhan
untuk memperoleh kekuasaan, dan (3) kebutuhan untuk afiliasi.
22. Kemandirian penyuluh pertanian adalah sikap mampu mengandalkan diri
sendiri sehingga dapat bekerjasama dengan siapapun berdasarkan prinsip
kesejajaran dan keadilan tanpa bergantung pada pihak lain dalam
melakukan penyuluhan, yaitu: (1) kemandirian ekonomi, (2) kemandirian
intelektual, (3) kemandirian emosional dan (4) kemandirian sosial.
23. Kinerja penyuluh pertanian adalah unjuk kerja yang dihasilkan oleh
penyuluh pertanian berdasarkan fungsi dan perannya, yaitu: (1)
perencanaan,

(2)

pelaksanaan,

(3)

evaluasi

dan

pelaporan,

(4)

pengembangan penyuluhan pertanian, (5) pengembangan profesi penyuluh
pertanian, (6) kepemimpinan, (7) diseminasi teknologi, (8) komunikasi, (9)
kemitraan usaha dan (10) teknis budidaya kakao.
24. Kompetensi ketua kelompok tani adalah kemampuan yang dimiliki ketua
kelompok tani dalam membimbing anggotanya dalam kelompok tani,
yaitu: (1) kemampuan merencanakan penyuluhan, (2) kemampuan
melaksanakan penyuluhan, (3) kemampuan mengevaluasi dan melaporkan

9

penyuluhan, (4) kepemimpinan ketua kelompok tani, (5) kemampuan
diseminasi teknologi, (6) kemampuan komunikasi ketua kelompok tani, (7)
kemampuan kemitraan usaha, (8) kemampuan berpartisipasi dalam
penyuluhan dan kelompok tani, (9) kemampuan merencanakan usaha, (10)
kemampuan mengorganisasikan dan memasarkan hasil, (11) kemampuan
keuangan, (12) kemampuan membentuk kelembagaan ekonomi, (13)
kemampuan mengakses pupuk, herbisida dan insektisida serta (14)
kemampuan mengembangkan kelompok.
25.

Kompetensi petani kakao adalah kemampuan yang dimiliki petani kakao
dalam menjalankan usahatani kakao, yaitu: (1) kompetensi berusahatani
kakao, (2) kemampuan berpartisipasi dalam penyuluhan dan kelompok
tani, (3) kemampuan merencanakan usaha (planning), (4) kemampuan
mengorganisir dan memasarkan hasil (marketing), (5) kemampuan
keuangan (financial), (6) kemampuan berkomunikasi dan memotivasi, (7)
kemampuan

membentuk

kelembagaan

mengakses pupuk, herbisida dan insektisida.

ekonomi,

(8)

kemampuan

TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja Penyuluh Pertanian
Pengertian Kinerja
Kinerja berasal dari pengertian performance. Performance ialah hasil kerja
atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih
luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk berlangsungnya proses pekerjaan.
Kinerja adalah hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan
tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada
ekonomi (Armstrong dan Baron, 1998). Kinerja ialah cara melakukan pekerjaan
dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Jadi Kinerja ialah hal-hal yang
dikerjakan dan cara mengerjakannya.
Menurut Mangkunegara dan Prabu, (2000), “kinerja (prestasi kerja) ialah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.” Menurut Sulistiyani (2003), “kinerja seseorang merupakan
kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dinilai dari hasil
kerjanya.”
Bernadin dan Russel (Sulistiyani, 2003) menjelaskan bahwa kinerja
merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau
kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Gibson et al., (2002)
menyatakan bahwa kinerja adalah hasil yang diinginkan dari perilaku, dan kinerja
individu adalah dasar kinerja organisasi.
Menurut John Whitmore (Wibowo, 2007), “kinerja adalah pelaksanaan
fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang, kinerja adalah suatu perbuatan, suatu
prestasi, suatu pameran umum keterampilan.” Menurut Barry Cushway (Wibowo,
2007), “Kinerja adalah menilai bagaimana seseorang telah bekerja dibandingkan
dengan target

yang telah ditentukan.” Veizal

Rivai (Suprasta,

2005)

mengemukakan bahwa kinerja “merupakan perilaku nyata yang ditampilkan
setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan
perannya dalam perusahaan.”

11

12

Robert L. Mathis dan John H. Jackson (Wibowo, 2007), menyatakan
bahwa kinerja pada dasarnya adalah hal-hal yang dilakukan atau tidak dilakukan
karyawan.” Menurut John Witmore (Wibowo, 2007), “kinerja adalah pelaksanaan
fungsi-fungsi yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu
pameran umum keterampilan.” Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui
dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian
hasil suatu instansi. Kinerja dihubungkan dengan visi yang diemban suatu
organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu
kebijakan operasional. Mink (Wibowo, 2007) mengemukakan pendapatnya bahwa
individu yang kinerjanya tinggi memiliki beberapa karakteristik, yaitu: (a)
berorientasi pada prestasi, (b) percaya diri, (c) berpengendalian diri dan (d)
kompeten.
Siagian (2002) mengemukakan rumus P = f (M, K, T); P adalah
performance atau kinerja, M adalah motivasi, K adalah kemampuan dan T adalah
tugas yang tepat. Menurut Simanjuntak (2003), kinerja individu adalah tingkat
pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas
yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu, sedangkan kinerja
organisasi adalah tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang harus dicapai oleh
organisasi tersebut dalam kurun waktu tertentu. Rahman dan Muh Azis
(Sedarmayanti, 2001) juga memberikan definisi tentang kinerja, yaitu “prestasi
yang dicapai seseorang, sekelompok orang atau lembaga berkaitan dengan posisi
dan peran yang dimilikinya.”
Murdijanto dan Sularso (2004) menyatakan kinerja adalah hasil kerja yang
dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai
dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing dalam rangka upaya
mencapai tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai
dengan moral maupun etika.
Prawirosentono (2007) mendefenisikan kinerja sebagai hasil kerja yang
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum
dan sesuai dengan moral dan etika. Untuk mengukur kinerja suatu organisasi,

13

digunakan beberapa faktor, yakni: effective dan efficient, authority dan
responsibility baik secara moral etik maupun secara hukum discipline dan
initiative.
Menurut Sedarmayanti (2001), “performance” yang diterjemahkan
menjadi kinerja, juga berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja,
hasil kerja atau tindakan, untuk kerja dan penampilan kerja.” Menurut Robbins
(Veithzal, 2004) kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability
(A), motivasi atau motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu
kinerja = f (A, M, O). Artinya: kinerja merupakan fungsi dari kemampuan,
motivasi dan kesempatan. Jadi, kinerja ditentukan oleh faktor-faktor kemampuan,
motivasi dan kesempatan.
Hasibuan (2001) menyatakan bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah hasil
kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta
waktu.

Manajemen Kinerja
Kinerja juga dapat dilihat dari sisi manajemen. Hal ini sesuai dengan
pendapat Simanjuntak (2003), yang menjelaskan bahwa: “manajemen kinerja
adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja
organisasi, termasuk kinerja setiap individu dan kelompok kerja. Kinerja individu
dan kinerja kelompok dipengaruhi oleh banyak faktor intern dan ekstern
organisasi.”
Menurut Wibowo (2007), manajemen kinerja adalah manajemen tentang
menciptakan hubungan dan memastikan komunikasi yang efektif. Manajemen
kinerja memfokuskan pada apa yang diperlukan oleh organisasi, manajer dan
pekerja untuk berhasil. Manajemen kinerja adalah bagaimana kinerja dikelola
untuk memperoleh sukses.
Bacal (2004) memandang manajemen kinerja sebagai proses komunikasi
yang dilakukan secara terus-menerus dalam kemitraan antara karyawan dengan
atasan langsungnya. Proses komunikasi ini meliputi kegiatan membangun harapan
yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Proses

14

komunikasi merupakan suatu sistem, memiliki sejumlah bagian yang semuanya
harus diikutsertakan, apabila manajemen kinerja ini hendak memberikan nilai
tambah bagi organisasi, manajer dan karyawan.
Armstrong (2004) melihat manajemen kinerja sebagai sarana untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik dari organisasi, tim dan individu dengan cara
memahami dan mengelola kinerja dalam suatu kerangka tujuan, standar dan
persyaratan-persyaratan atribut yang disepakati.
Armstrong dan Baron (1998) berpandangan bahwa manajemen kinerja
adalah pendekatan strategis dan terpadu untuk menyampaikan sukses
berkelanjutan pada organisasi dengan memperbaiki kinerja karyawan yang
bekerja di dalamnya dan dengan mengembangkan kapabilitas tim dan kontributor
individu. Mereka mengutip pendapat Fletcher yang menyatakan manajemen
kinerja adalah pendekatan menciptakan visi bersama tentang maksud dan tujuan
organisasi, membantu karyawan memahami dan mengenal bagiannya dalam
memberikan kontribusi, dalam melakukannya, mengelola, dan meningkatkan
kinerja baik individu maupun organisasi.
Menurut Schwartz (1999), manajemen kinerja ialah gaya manajemen yang
berdasarkan komunikasi terbuka antara manajer dan karyawan dalam penetapan
tujuan, memberikan umpan balik, baik, dari manajer kepada karyawan maupun
sebaliknya dari karyawan kepada manajer, maupun penilaian kinerja.
Costello (1994) menyatakan bahwa manajemen kinerja merupakan dasar
dan kekuatan pendorong yang berada di belakang semua keputusan organisasi,
usaha kerja dan alokasi sumberdaya.
Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan
adalah sesuatu yang diharapkan organisasi untuk dicapai. Tujuan organisasi dapat
berupa

perbaikan

pelayanan

pelanggan,

pemenuhan

permintaan

pasar,

peningkatan kualitas produk atau jasa, meningkatnya daya saing, dan
meningkatnya kinerja organisasi. Setiap organisasi, tim atau individu dapat
menentukan tujuannya sendiri.
Pencapaian tujuan organisasi menunjukkan hasil kerja atau prestasi kerja
organisasi dan menunjukkan sebagai kinerja atau performa organisasi. Hasil kerja
organisasi diperoleh dari serangkaian aktivitas yang dijalankan organisasi.

15

Aktivitas organisasi dapat berupa pengelolaan sumberdaya organisasi maupun
proses pelaksanaan