Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA

PENYULUH PERTANIAN

DI KABUPATEN MANDAILING NATAL

TESIS

Oleh

RAFIQAH AMANDA LUBIS

117039001/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA

PENYULUH PERTANIAN

DI KABUPATEN MANDAILING NATAL

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh

RAFIQAH AMANDA LUBIS

117039001/MAG

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal

Nama : Rafiqah Amanda Lubis

NIM : 117039001

Program Studi : Magister Agribisnis

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, Mec) (

Ketua Anggota

Ir. Iskandarini, MM, Ph.D)

Ketua Program Studi, Dekan,


(4)

Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji Pada Jum’at, 20 Desember 2013

Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Satia Negara Lubis, Mec Anggota : 1. Ir. Iskandarini, MM, Ph.D

2.Dr. Ir. Tavi Supriana, MS 3. Ir. Yusak Maryunianta, M.Si


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN MANDAILING NATAL

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas

Medan, Januari 2014 Yang membuat pernyataan,

RAFIQAH AMANDA LUBIS

NIM 117039001/MAG


(6)

ABSTRAK

RAFIQAH AMANDA LUBIS. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian Di Kabupaten Mandailing Natal (dibawah bimbingan Dr.Ir. SATIA NEGARA LUBIS, MEc sebagai ketua dan Ir. ISKANDARINI, MM, Ph.D sebagai anggota).

Kinerja adalah hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja tetapi termasuk berlangsungnya proses pekerjaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor karakteristik penyuluh dengan kinerja penyuluh pertanian dan untuk menganalisis pengaruh antara faktor-faktor karakteristik penyuluh terhadap kinerja penyuluh pertanian. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder yang dianalisis dengan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square dan analisis multivariat dengan menggukan uji regresi linier berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor karakteristik penyuluh yang berhubungan secara signifikan dengan keberhasilan kinerja penyuluh yaitu tingkat pendidikan (tahun) dan gaji (Rp) sedangkan faktor-faktor karakteristik penyuluh yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan kinerja penyuluh yaitu tingkat pendidikan (tahun)

Kata Kunci : Kinerja, faktor-faktor karakteristik penyuluh, indikator keberhasilan kinerja


(7)

ABSTRACT

RAFIQAH AMANDA LUBIS, The Factors which Influence the Performance of Agricultural extention worker in Mandailing Natal District (under supervision of Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc as the Chairperson, and Ir. Iskandarini, MM, Ph.D as the member).

Performance is a work result or work performance. However, in reality, performance has broad meaning; it is not only a work result but also the process of the work itself. The objective of the research was to analyze the correlation of the factors of extention worker characteristics with agricultural extention worker performance and to analyze the influence of the factors of extention worker characteristics on agricultural extention worker performance. The data consisted of primary and secondary data which were analyzed by using univatriate with multiple linear regression tests and bivatriate analysis with chi square test.

The result of the research showed that the factors of extention worker characteristics had significant correlation with their performance in education (years) and salary (rupiahs), while the factors of extention worker characteristics had significant influence on their performance in education (years).

Keywords: Performance, factors of extention worker characteristics, indicator of performance


(8)

RIWAYAT HIDUP

Rafiqah Amanda Lubis, lahir di Pangkalan Brandan, pada 22 Februari 1984 dari Bapak Muhammad Aris Lubis, MPd dan Ibu Hazmiati. Penulis merupakan anak ke satu dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1990 masuk Sekolah Dasar Muhammadiyah 29 Padangsidimpuan,

tamat tahun 1996.

2. Tahun 1996 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Padangsidimpuan, tamat tahun 1999.

3. Tahun 1999 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri 1 Padangsidimpuan, tamat tahun 2002.

4. Tahun 2002 diterima di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara tamat tahun 2006.

5. Tahun 2011 melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister Agribisnis Universitas Sumatera Utara.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, Mec selaku ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, suami, anak dan seluruh keluarga serta teman-teman yang telah mendorong dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada seluruh penyuluh pertanian khususnya THL-TBPP dan Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Mandailing Natal yang telah memberikan segala informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2014


(10)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Tinjauan Pustaka ... 6

2.2. Penelitian Terdahulu ... 10

2.3. Landasan Teori ... 11

2.3.1. Teori Kinerja ... 11

2.3.2. Karakteristik Penyuluh Pertanian ... 15

2.4. Kerangka Pemikiran ... 16

2.5. Hipotesis Penelitian ... 18

III. METODE PENELITIAN ... 19

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 19

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 20

3.4. Metode Analisis Data ... 22

3.5. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 24

3.6. Defenisi Dan Batasan Operasional ... 26

3.6.1. Defenisi ... 27

3.6.2. Batasan Operasional ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 30


(11)

4.1.2. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin ... 30

4.1.3. Distribusi Penduduk menurut Umur ... 31

4.1.4. Distribusi Penduduk menurut Agama ... 32

4.1.5. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan ... 32

4.1.6. Prasarana Tempat Peribadatan ... 33

4.1.7. Prasarana Pendidikan ... 34

4.1.8. Prasarana Kesehatan ... 34

4.2. Karakteristik Sampel ... 35

4.2.1. Umur ... 35

4.2.2. Tingkat Pendidikan ... 35

4.2.3. Masa Kerja ... 36

4.2.4. Jumlah Petani Binaan ... 37

4.2.5. Gaji ... 37

4.3. Hasil dan Pembahasan... ... 38

4.3.1. Analisis Univariat ... 38

4.3.1.1. Karakteristik Responden ... 38

4.3.1.2. Indikator Keberhasilan Kinerja ... 40

4.3.2. Analisis Bivariat ... 43

4.3.3. Uji Asumsi Klasik ... 45

4.3.3.1. Uji Normalitas ... 45

4.3.3.2. Uji Autokorelasi ... 45

4.3.3.3. Uji Multikolinearitas ... 46

4.3.4. Analisis Multivariat ... 46

4.4. Hubungan antara Indikator Keberhasilan Kinerja dengan Karakteristik Penyuluh ... 48

4.5. Pengaruh Karakteristik Penyuluh terhadap Indikator Keberhasilan Kinerja ... 50

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

5.1. Kesimpulan ... 53

5.2. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(12)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah di

Kabupaten Mandailing Natal ... 19

2. Pemberian Pembobotan pada Masing-Masing Jawaban Responden ... 21

3. Model Tabel dalam Pemberian Tingkat dalam Karakteristik Individu dan Keberhasilan Kinerja Penyuluh ... 22

4. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin ... 31

5. Distribusi Penduduk menurut Umur ... 31

6. Distribusi Penduduk menurut Agama ... 32

7. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan ... 32

8. Distribusi Prasarana dan Peribadatan ... 33

9. Distribusi Prasarana Pendidikan ... 34

10. Distribusi Prasarana Kesehatan ... 34

11. Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur ... 35

12. Tingkat Pendidikan ... 36

13. Masa Kerja………. ... 36

14. Jumlah Petani Binaan ... 37

15. Gaji Penyuluh ... 37

16. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Penyuluh ... 38

17. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Keberhasilan Kinerja ... 40

18. Tabulasi Silang Indikator Keberhasilan Kinerja dengan Karakteristik Penyuluh ... 43


(13)

19. Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Karakteristik Penyuluh

terhadap Indikator Keberhasilan Kinerja ... 46 20. Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Karakteristik Penyuluh


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1. Data Karakteristik Penyuluh………. 58

2. Hasil Data Skoring……… 59

3. Total Pembobotan………. 62

4. Hasil Analisis SPSS Distribusi Frekuensi……… 64

5. Analisis Frekuensi pada Indikator Keberhasilan Kinerja………. 65

6. Hasil Analisis Crosstab………. 67

7. Hasil Analisis Regresi Backward………. 71


(15)

ABSTRAK

RAFIQAH AMANDA LUBIS. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian Di Kabupaten Mandailing Natal (dibawah bimbingan Dr.Ir. SATIA NEGARA LUBIS, MEc sebagai ketua dan Ir. ISKANDARINI, MM, Ph.D sebagai anggota).

Kinerja adalah hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja tetapi termasuk berlangsungnya proses pekerjaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor karakteristik penyuluh dengan kinerja penyuluh pertanian dan untuk menganalisis pengaruh antara faktor-faktor karakteristik penyuluh terhadap kinerja penyuluh pertanian. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder yang dianalisis dengan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square dan analisis multivariat dengan menggukan uji regresi linier berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor karakteristik penyuluh yang berhubungan secara signifikan dengan keberhasilan kinerja penyuluh yaitu tingkat pendidikan (tahun) dan gaji (Rp) sedangkan faktor-faktor karakteristik penyuluh yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan kinerja penyuluh yaitu tingkat pendidikan (tahun)

Kata Kunci : Kinerja, faktor-faktor karakteristik penyuluh, indikator keberhasilan kinerja


(16)

ABSTRACT

RAFIQAH AMANDA LUBIS, The Factors which Influence the Performance of Agricultural extention worker in Mandailing Natal District (under supervision of Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc as the Chairperson, and Ir. Iskandarini, MM, Ph.D as the member).

Performance is a work result or work performance. However, in reality, performance has broad meaning; it is not only a work result but also the process of the work itself. The objective of the research was to analyze the correlation of the factors of extention worker characteristics with agricultural extention worker performance and to analyze the influence of the factors of extention worker characteristics on agricultural extention worker performance. The data consisted of primary and secondary data which were analyzed by using univatriate with multiple linear regression tests and bivatriate analysis with chi square test.

The result of the research showed that the factors of extention worker characteristics had significant correlation with their performance in education (years) and salary (rupiahs), while the factors of extention worker characteristics had significant influence on their performance in education (years).

Keywords: Performance, factors of extention worker characteristics, indicator of performance


(17)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan sumber daya manusia pertanian, termasuk pembangunan kelembagaan penyuluhan dan peningkatan kegiatan penyuluhan pertanian, adalah faktor yang memberikan kontribusi besar terhadap keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia.

Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap pembangunan nasional, Kementrian Pertanian telah menetapkan 4 (empat) sukses pembangunan pertanian, yaitu: (1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan (4) peningkatan kesejahteraan petani.

Untuk mewujudkan 4 (empat) sukses pembangunan pertanian tersebut, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, handal serta berkemampuan manajerial, kewirausahaan dan organisasi bisnis sehingga pelaku pembangunan pertanian mampu membangun usaha dari hulu sampai dengan hilir yang berdaya saing tinggi dan mampu menerapkan prinsip pembangunan pertanian berkelanjutan.(Permentan, 2013).

Sejak berlakunya otonomi daerah/desentralisasi, penyelenggaraan penyuluhan pertanian yang menyangkut aspek-aspek perencanaan, kelembagaan, ketenagaan, program, manajemen dan pembiayaan menjadi wewenang wajib dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota. Sedangkan pemerintah pusat baik secara langsung maupun melalui pemerintah propinsi mempunyai wewenang untuk memfasilitasi pemerintah kabupaten/kota sehingga dapat menyelenggarakan


(18)

penyuluhan pertanian secara produktif, efektif dan efisien sesuai kebutuhan. Dalam kondisi tersebut hampir semua pemerintah daerah kabupaten/kota kurang memberi prioritas dan dukungan pada aspek penyuluhan pertanian, akibatnya penyelenggaraan penyuluhan tidak terprogram dan terlaksana dengan baik (mengalami stagnasi), sistem penyuluhan kurang terpadu dan tenaga penyuluh lapangan kurang berfungsi dan petani kehilangan partner kerja dalam proses alih teknologi, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan tentang penyelenggaraan penyuluhan dan kelembagaan penyuluhan di propinsi dan kabupaten/kota dan di kecamatan menjadi beragam. (Buletin, 2012).

Kinerja penyuluh pertanian cenderung semakin memburuk dikarenakan kendala yang dihadapi oleh penyuluhan pertanian dalam era otonomi daerah antara lain meliputi dan merupakan akibat dari :

a. Adanya perbedaan pandangan antara pemerintah daerah dan para anggota DPRD dalam memahami penyuluhan pertanian dan peranannya dalam pembangunan pertanian.

b. Kecilnya alokasi anggaran pemerintah daerah untuk kegiatan penyuluhan pertanian.

c. Ketersediaan dan dukungan informasi pertanian (teknologi, harga pasar, kesempatan berusaha tani, dan lain-lain), yang ada di BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) sangat terbatas.

d. Semakin merosotnya kemampuan manajerial penyuluh. Akibatnya, frekuensi penyelenggaraan penyuluhan menjadi rendah. (Sulton, 2004).

Perubahan kondisi petani yang semakin maju, menuntut lembaga penyuluhan kabupaten/kota untuk melakukan perubahan-perubahan sistem


(19)

penyelenggaraan penyuluhan, pengembangan sistem informasi inovasi teknologi, peningkatan profesionalisme penyuluh lapangan untuk dapat merespon semua perubahan yang terjadi secara cepat dan proporsional.

Hal ini menuntut para penyuluh untuk meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan kompetensi mereka agar mampu memahami kondisi petani (potensi dan permasalahan) dan memperluas sasaran penyuluhan, tidak hanya bagi lembaga produksi (kelompok tani) namun semua lembaga yang bergerak dalam kegiatan agribisnis di pedesaan sebagai satu kesatuan dalam melakukan pemberdayaan.

Selama ini petani mengelola usaha taninya dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki sehingga tidak jarang kalau petani mengalami kerugian atau gagal panen mengingat pengetahuan yang dimiliki oleh petani masih rendah sehingga dengan adanya penyuluhan ini maka diharapkan pengetahuan petani akan bertambah dan kerugian atau gagal panen tersebut dapat dihindari.

Hal ini juga terjadi di Kabupaten Mandailing Natal dimana sebahagian petani melakukan usaha tani berdasarkan pengalaman yang mereka dapatkan secara turun-temurun, sehingga disaat penyuluh menyampaikan informasi dan teknologi pertanian petani malah menganggap penyuluh hanya merusak pola usaha tani mereka. Sehingga kurang adanya kerja sama antara petani dan penyuluh dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani.

Aktifitas kegiatan penyuluhan pertanian di Kabupaten Mandailing Natal kurang berjalan dengan baik, seperti jadwal penyuluhan yang tidak berjalan sesuai dengan kenyataan di lapangan dikarenakan penyuluh yang membawahi


(20)

wilayah kerja kurang memadai di mana seorang penyuluh membawahi beberapa desa.

Minat petani terhadap program penyuluhan masih sangat rendah, petani kurang merespon terhadap informasi yang diberikan oleh penyuluh. Namun, disaat pemerintah memberikan bantuan, petani memberikan respon yang positif sehingga petani cenderung mengharapkan bantuan pemerintah.

Terlepas dari berbagai permasalahan tersebut, penyuluh pertanian masih sangat diperlukan oleh petani. Dimana kondisi pertanian rakyat masih lemah sementara tantangan semakin berat, jadi petani justru masih memerlukan kegiatan penyuluhan yang intensif, dan terarah. Sehingga permasalahan yang dihadapi daerah ini berkaitan dengan peningkatan kualitas tenaga penyuluh yang tercermin dalam kinerja penyuluh pertanian di kabupaten Mandailing Natal. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis hubungan faktor-faktor manakah yang berpengaruh terhadap tingkat kinerja penyuluh pertanian di kabupaten Mandailing Natal. Diharapkan dari hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi peningkatan kualitas kinerja penyuluh pertanian yang mampu meningkatkan kapasitas dan kemandirian petani. Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu untuk meneliti bagaimana kinerja penyuluh pertanian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya .

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :


(21)

1. Bagaimana hubungan antara faktor-faktor karakteristik penyuluh dengan kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal.

2. Bagaimana pengaruh antara faktor-faktor karakteristik penyuluh terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor karakteristik penyuluh dengan kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal.

2. Untuk menganalisis pengaruh antara faktor-faktor karakteristik penyuluh terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal.

1.4. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka kegunaan dalam penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi petani dalam upaya meningkatkan produksi usaha taninya.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah setempat dalam hal membantu petani dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi penyuluh pertanian dalam menentukan kegiatan kelompok tani.

4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.


(22)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Kinerja berasal dari pengertian performance. Performance adalah hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja tetapi termasuk berlangsungnya proses pekerjaan. (Armstrong dan Baron, 1998).

Bagi seorang penyuluh pertanian, kinerja merupakan perwujudan diri atas sejauh mana tugas pokoknya dapat dilaksanakan sesuai dengan patokan yang telah ditetapkan. Berdasarkan keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19 Tahun 1999, terdapat empat tugas pokok penyuluh pertanian, yaitu : menyiapkan, melaksanakan, mengevaluasi, dan melaporkan, serta mengembangkan kegiatan penyuluhan, yang mana setiap tugas pokok masing-masing terdapat dibidang-bidang kegiatan. (SK Menegkowasbangpan, 1999).

Penyuluhan harus senantiasa berpijak pada kepentingan pengembangan individu dalam perjalanan kehidupannya bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu penyuluhan pertanian sebagai “upaya membantu masyarakat agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dan meningkatkan harkatnya sebagai manusia”. (Kelsey dan Hearne, 1995).

Peranan lembaga penyuluhan pertanian dimaksudkan untuk mempengaruhi perilaku petani atau meningkatkan kemampuan petani untuk mengambil keputusan sendiri mengenai cara-cara mencapai tujuan mereka. Petani menggunakan informasi yang didapat dari penyuluh maupun sumber-sumber lain.


(23)

Penyuluhan pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian yang merupakan tujuan utama dari pembangunan pertanian yang dicapai melalui cara merangsang petani untuk memanfaatkan teknologi produksi modern dan ilmiah yang dikembangkan melalui penelitian (Van Den Ban, 1999).

Kegiatan penyuluhan pertanian juga bertujuan untuk mendidik masyarakat dalam meningkatkan standar kehidupannya melalui kemampuan sendiri, dengan menggunakan sumber daya baik tenaga maupun materi sendiri dan hanya mendapat bantuan dana dari pemerintah sekecil mungkin. Penyuluhan pertanian sebagai suatu sistem yang membantu masyarakat melalui proses pendidikan dalam pelaksanaan teknik dan metode berusaha tani untuk meningkatkan produksi agar lebih berhasil guna dalam upaya meningkatkan pendapatan (Sumardi, 1998).

Rendahnya nilai pengembangan profesionalisme penyuluh terjadi karena kurangnya kemampuan penyuluh dalam menulis dan mempublikasikan tulisan mereka, dibandingkan dengan kemampuan mereka dalam mengakses informasi yang berhubungan dengan pekerjaan penyuluhan. Di samping itu pelatihan-pelatihan bagi penyuluh yang sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat tani yang semakin maju jarang dilakukan. (Mardikanto, 1993).

Dalam kaitannya dengan program penyuluhan pertanian ini terutama sebagai salah satu usaha untuk mendidik petani di pedesaan, yaitu dengan mengetahui siapa-siapa yang terlibat dalam program ini. Yang jelas orang pertama yang terlibat dalam kegiatan ini adalah para PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) dan petani itu sendiri. Sedangkan yang terlibat secara tidak langsung adalah semua instansi yang berwenang dari pemerintah (Entang, 1993).


(24)

Penyuluhan pertanian menyangkut bidang tugas yang amat luas dan berhubungan dengan administrasi pemerintahan untuk membantu petani melaksanakan manajemen usaha tani sebaik-baiknya menuju usaha tani yang efisien dan produktif. Tugas penyuluhan pertanian terutama membantu petani agar senantiasa meningkatkan efisiensi usaha tani. Sedangkan bagi petani, penyuluhan itu adalah suatu kesempatan memperoleh pendidikan diluar sekolah, di mana mereka dapat belajar sambil berbuat. Di Indonesia, pada umumnya penyuluhan pertanian belum dapat dikatakan berhasil. Hal ini disebutkan antara lain karena jumlah penyuluh yang masih sedikit, yaitu hanya pada tingkat desa. (Daniel, M. 2002).

Kegiatan penyuluhan dalam pembangunan pertanian berperan sebagai jembatan yang menghubungkan sumber informasi dengan petani. Agar jembatan ini dapat berperan dengan baik, maka jembatan ini harus kokoh. Kegiatan penyuluhan adalah untuk memperbaiki teknis budidaya maupun penganekaragaman komoditi yang dibudidayakan. Dari perbaikan usaha tani dan perbaikan tata niaga komoditi yang dibudidayakan akan dapat diperoleh peningkatan pendapatan yang akan memperbaiki tingkat kehidupan petani. Pada akhirnya efektifitas kegiatan penyuluhan pertanian tidak hanya diukur dengan meningkatnya produksi pertanian dan meningkatnya pendapatan petani, melainkan dengan tumbuhnya kekuatan ekonomi para petani dan peran aktif dari para petani dalam perekonomian dan masyarakat (Suhardiyono, 1992).

Sembilan indikator keberhasilan penyuluhan pertanian yaitu : 1. Penyusunan program penyuluhan pertanian


(25)

3. Data peta wilayah 4. Diseminasi teknologi

5. Kebudayaan dan kemandirian petani 6. Kemitraan usaha

7. Kelembagaan petani

8. Informasi sarana produksi dan pemasaran

9. Produktivitas dan pendapatan petani. (Buku kerja THL TBPP 2009).

Program penyuluhan pertanian merupakan rencana yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. Program penyuluhan pertanian yang disusun setiap tahun membuat rencana penyuluhan tahun berikutnya dengan memperhatikan siklus anggaran pada masing-masing tingkatan dengan cakupan pengorganisasian, pengelolaan sumberdaya sebagai pelaksanaan penyuluhan. (YST, 2001).

Berbagai permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan program penyuluhan pertanian antara lain sebagai berikut:

1) Belum tertibnya penyusunan program penyuluhan pertanian disemua tingkatan.

2) Naskah program penyuluhan pertanian belum sepenuhnya dijadikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian.

3) Keberadaan penyuluh pertanian tersebar pada beberapa dinas/instansi, baik dipropinsi maupun kabupaten/kota.

4) Program penyuluhan pertanian kurang mendapat dukungan dari dinas/instansi terkait.


(26)

5) Penyusunan program penyuluhan pertanian masih didominasi oleh petugas (kurang partisipatif). (YST, 2001).

2 .2. Penelitian Terdahulu

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian. ditunjukkan oleh penelitian Suhanda (2008) mendapatkan hubungan yang erat (r=0,01) antara karakteristik penyuluh (usia, masa kerja, jenis kelamin, jabatan, pendidikan formal, pelatihan) dan faktor motivator (motivasi berprestasi, kesempatan, pengembangan diri dan promosi, tingkat kewenangan dan tanggung jawab, makna pekerjaan). Sedangkan Muliady (2009) memperoleh hubungan yang kuat (r= 0,05) antara karakteristik penyuluh ( umur dan pengalaman kerja) kompetensi penyuluh (kemampuan membangun relasi interpersonal, kemampuan menerapkan falsafah, prinsip, dan etika penyuluhan, dan kemampuan di bidang keahlian) dan motivasi penyuluh (pengembangan potensi diri, pengakuan dari petani binaan dan penghasilan) terhadap kinerja penyuluh pertanian.

Penelitian Sapar (2011) dengan judul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian Dan Dampaknya Pada Kompetensi Petani Kakao di Empat Wilayah Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor individu penyuluh pertanian berpengaruh nyata pada kinerja mereka baik secara terpisah maupun secara bersama-sama.. Pengaruh secara bersama-sama keempat peubah tersebut adalah (R²) 67 persen yang nyata pada α = 0,05.

Penelitian Ibrahim Hamzah (2011) dengan judul Faktor Penentu Kinerja Penyuluh Pertanian di Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Hasil penelitian menunjukkan Nilai koefisien determinan (R Square) dari pengaruh


(27)

faktor karakteristik internal, eksternal, dan kompetensi penyuluh terhadap kinerja penyuluh pertanian adalah 0,547 atau 54,7 persen.

2.3. Landasan Teori 2.3.1. Teori Kinerja

Menurut Mangkunegara dan Prabu (2000), “kinerja (prestasi kerja) ialah hasil kerja setelah kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.” Menurut Sulistiani (2003), “Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dinilai dari hasil kerjanya.”

Hasibuan (2001) menyatakan bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.

Menurut Slamet dan Margono (2003), program penyuluhan pembangunan yang efektif dan efisien dapat dikembangkan oleh tenaga-tenaga profesional di bidang penyuluhan pembangunan. Hal ini hanya memungkinkan apabila program penyuluhan diwadahi oleh sistem kelembagaan penyuluhan yang jelas dan pelaksanaannya didukung oleh tenaga-tenaga yang kompeten di bidang penyuluhan. Peningkatan kompetensi penyuluh dalam pembangunan pertanian, bisa dikondisikan melalui berbagai upaya seperti:

(1) meningkatkan efektivitas pelatihan bagi penyuluh,

(2) meningkatkan pengembangan diri penyuluh melalui peningkatan kemandirian belajar dan pengembangan karir penyuluh,


(28)

(3) meningkatkan dukungan terhadap penyelenggaraan penyuluhan seperti dukungan kebijakan pemerintah daerah terhadap pendanaan penyuluhan, dukungan peran kelembagaan, dukungan teknologi dan sarana penyuluhan, pola kepemimpinan yang berpihak pada petani dan

(4) memotivasi pribadi penyuluh untuk selalu meningkatkan prestasi kerja (kinerja penyuluh) dan mengikuti perubahan lingkungan strategis yang ada.

Untuk itu diperlukan suatu usaha baik itu dari pemerintah ataupun dari instansi lain yang membantu petani dalam mengusahakan usaha taninya agar dapat menjadi lebih baik dan maju. Melalui Departemen pertanian, kegiatan penyuluhan pertanian sangat diharapkan yaitu sebagai suatu usaha yang membantu petani dalam berusaha tani, agar pertanian mereka dapat maju dan berkembang.

Departemen Pertanian menyatakan ada sembilan indikator kinerja (patokan kerja) penyuluhan pertanian dalam memotivasi dan membangun profesionalisme penyuluh pertanian. Kesembilan indikator kinerja (patokan kerja) penyuluhan pertanian tersebut, yaitu:

1. tersusunnya programa penyuluhan pertanian di tingkat BPP (Balai Penyuluhan Pertanian)/Kecamatan sesuai dengan kebutuhan petani.

2. tersusunnya kinerja penyuluh pertanian di wilayah kerja masing-masing. 3. tersusunnya peta wilayah komoditas unggulan spesifik lokasi.

4. terdiseminasinya informasi dan teknologi pertanian secara merata dan sesuai dengan kebutuhan petani.

5. tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani, kelompok tani, usaha/asosiasi petani dan usaha formal (koperasi dan kelembagaan lainnya)


(29)

6. terwujudnya kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha yang saling menguntungkan.

7. terwujudnya akses petani kelembaga keuangan, informasi, sarana produksi pertanian dan pemasaran.

8. meningkatnya produktivitas agribisnis komoditi unggulan di masing-masing wilayah kerja.

9. meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani di masing-masing wilayah kerja. (Buku kerja THL TBPP 2009).

Menurut Yusri (1999), ada dua faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian dalam bekerja secara professional, yaitu :

a. Faktor Internal Penyuluh Pertanian.

Kinerja penyuluh dipengaruhi oleh faktor-faktor dari penyuluh itu sendiri. inilah yang disebut faktor internal yang terdiri dari :

1. Pendidikan formal penyuluh pertanian.

Telah ditetapkan basis pendidikan formal pertanian minimal Diploma III atau memperoleh sertifikat pendidikan dan latihan fungsional dibidang penyuluhan pertanian. Tingkat pengetahuan mempengaruhi keterampilan dan keahlian yang dimiliki untuk melaksaanakan tugasnya mengimbangi dinamika masyarakat petani.

2. Umur Penyuluh Pertanian

Semakin bertambah umur dan golongan penyuluh, persepsi penyuluh pertanian tentang jabatan fungsional dalam pengembangan karier dan profesi penyuluh semakin rendah.


(30)

3. Masa Kerja Penyuluh Pertanian

Semakin lama masa kerja, penyuluh akan semakin menguasai bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sehingga akan semakin matang dan pekerja lebih produktif dan bersaamaan dengan kemampuan kerja menentukan kinerja kerja.

b. Faktor Eksternal.

Beberapa faktor eksternal penyuluh yang dipertimbangkan berhubungan dengan kinerja penyuluh pertanian adalah :

1. Ketersediaan sarana dan prasarana.

Dengan adanya sarana dan prasarana seperti teknologi pertanian, pelatihan, transportasi, komputer, OHP dan lain-lain sangat diperlukan penyuluh dalam pelaksanaan tugasnya.

2. Sistem penghargaan

Hal ini biasanya terkait dengan perbaikan sistem penggajian, tunjangan fungsional dan dana operasional serta jabatan atau kepangkatan.

3. Komoditas dominan di wilayah binaan

Kebiasaan pola tanam yang dilakukan oleh petani secara turun temurun telah memberikan pengetahuan teknologi usahatani dan pengalaman berharga kepada petani untuk dapat dikembangkan kearah yang lebih maju dan rasional dalam interaksinya bersama-sama penyuluh.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan tugas dan fungsi penyuluh pertanian, antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, monitoring dan penelitian. Walupun demikian, salah satu permasalahan penyuluhan pertanian yang dihadapi adalah kurangnya kelengkapan barang bukti atau admintrasi yang


(31)

dimiliki penyuluh dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Permasalahan tersebut berhubungan dengan kegiatan persiapan penyuluhan pertanian, pelaksanaan penyuluhan pertanian, evaluasi dan pelaporan, pengembangan penyuluhan pertanian, dan pengembangan profesi.

2.3.2. Karakteristik penyuluh pertanian 1. Umur

Umur seseorang berkaitan erat dengan tingkat perkembangannya. Secara kronologi, umur memberi petunjuk tentang tingkat perkembangan individu. (Salkind 1985). Menurut Padmowihardjo (1994), umur bukan merupakan faktor psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis.

2. Tingkat Pendidikan

Menurut Slamet dan Margono (2003), pendidikan didefenisikan sebagai usaha untuk menghasilkan perubahan-perubahan pada perilaku manusia, pendidikan adalah suatu proses terencana untuk mengubah perilaku seseorang yang dilandasi adanya perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya. Soeitoe (1982) mengartikan pendidikan sebagai proses yang diorganisasi untuk mencapai sesuatu hasil yang nampak sebagai perubahan tingkah laku.

3. Masa Kerja

Menurut Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1991) menyatakan bahwa, Masa kerja (lama bekerja) merupakan pengalaman individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Pengalaman kerja didefenisikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang pernah dialami oleh seseorang ketika mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Siagian


(32)

(2008) menyatakan bahwa, masa kerja menunjukkan berapa lama seseorang bekerja pada masing-masing pekerjaan atau jabatan.

4. Jumlah Petani Binaan

Mardikanto (1993) mengatakan bahwa sejak pelaksanaan Repelita I (1969-1974) di Indonesia mulai dikembangkan pembentukan kelompok tani, diawali dengan kelompok-kelompok kegiatan (kelompok pemberantasan hama, kelompok pendengar siaran pedesaan) dan sejak 1976 dikembangkan kelompok tani berdasarkan hamparan lahan pertanian sejalan dilaksanakannya Proyek Penyuluhan Tanaman Pangan (NationalFood Extension Project).

5. Gaji

Gaji adalah imbalan jasa atau uang yang dibayarkan atau yang ditentukan untuk dibayarkan kepada seseorang pada jarak-jarak waktu teratur untuk jasa-jasa yang diberikan atau gaji merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan menentukan dalam manajemen tenaga kerja yaitu merupakan unsur dari kompensasi terhadap prestasi yang telah diberikan oleh tenaga kerja dalam rangka pencapaian sasaran perusahaan. Sedangkan menurut Dewan Penelitian Nasional (Kartasapoetra : 1987), mengungkapkan bahwa gaji pada umumnya merupakan pembayaran atau jasa yang dilakukan oleh karyawan pelaksana yang dibayarkan secara tetap ke pekerja perbulannya.

2.4. Kerangka Pemikiran

Penyuluhan sebagai proses pembelajaran (pendidikan nonformal) yang ditujukan untuk petani dan keluarganya memiliki peran penting dalam penyuluhan pertanian. Penyuluh pertanian sebagai komunikator diharapkan dapat


(33)

berperan sebagai guru, pembimbing, penasehat, penyampai informasi dan mitra petani.

Karena itu, peningkatan kinerja PPL sangat penting dalam mempertahankan kelangsungan program penyuluhan ditingkat lapangan. Dalam mewujudkan kinerjanya, penyuluh dihadapkan pada berbagai masalah internal maupun eksternal. Masalah internal dalam hal ini terkait dengan karakteristik penyuluh, sedangkan masalah eksternal diantaranya adalah masalah perbedaan lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi perilaku kerja yang tercermin pada kinerja atau job performance mereka.

Faktor-faktor karakteristik yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian meliputi : umur, tingkat pendidikan, masa kerja, jumlah petani binaan, dan gaji.

Umur adalah usia penyuluh pertanian yang diukur dalam satuan tahun. Tingkat Pendidikan adalah lamanya pendidikan yang diperoleh penyuluh pertanian yang diukur dalam satuan tahun. Masa kerja adalah lamanya penyuluh menjalankan pekerjaannya sebagai penyuluh, diukur dalam satuan tahun. Jumlah petani binaan adalah banyaknya petani yang dibina penyuluh, diukur dengan skala rasio. Gaji adalah penilaian terhadap pentingnya gaji sebagai imbalan sesuai dengan jabatan dan kepangkatannya dalam satuan rupiah.

Sedangkan tingkat keberhasilan kinerja diukur dari 9 indikator kinerja yang terdiri dari : Penyusunan program penyuluhan pertanian, rencana kerja penyuluh pertanian, Data peta wilayah, diseminasi teknologi, Kebudayaan dan kemandirian petani, Kemitraan usaha, Kelembagaan petani, Informasi sarana produksi dan pemasaran, produktivitas dan pendapatan petani.


(34)

= Dipengaruhi = Terdiri dari =` Mempengaruhi

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori maka hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara faktor-faktor karakteristik penyuluh dengan kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal.

2. Ada pengaruh antara faktor-faktor karakteristik penyuluh terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Mandailing Natal.

Penyuluh Pertanian

Faktor-faktor karakteristik

Kinerja penyuluh pertanian


(35)

III.

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Mandailing Natal. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive atau secara sengaja dengan alasan karena penduduk dilokasi penelitian mayoritas petani yang mengusahakan tanaman padi sawah sebagai mata pencaharian utama selain itu juga terdapat pelaksanaan program penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh penyuluh, baik itu penyuluh PNS maupun penyuluh kontrak (THL-TBPP) sehingga Kabupaten Mandailing Natal layak dijadikan sebagai daerah penelitian.

Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Rata-rata Produksi Padi Sawah di Kabupaten Mandailing Natal

Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Rata-rata Produksi (Kw/ha) 35.878,77 170.010,17 47,38

Sumber : BPS Mandailing Natal Thn 2011

3.2. Metode Penentuan Sampel

Pada penelitian ini, sampel adalah seseorang yang tercatat sebagai Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) yang memiliki daerah binaan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

purposive sampling (sengaja) dengan jumlah sampel 30 orang penyuluh dari jumlah total sebanyak 94 orang dengan menggunakan metode pengambilan contoh secara acak (random sampling method). Penentuan jumlah sampel tersebut berdasarkan pada pendapat Gay dan Diehl (1992) yang ukuran sampel


(36)

sangat bergantung pada jenis penelitian dimana penelitian korelasional dan kausal jumlah responden sebanyak 30.

Penentuan jumlah sampel tersebut juga untuk menghemat biaya, waktu dan tenaga yang dibutuhkan pada saat penelitian, hal ini didukung oleh pernyataan Daniel (2002) yang menyatakan sebuah penelitian harus mempertimbangkan biaya, waktu dan tenaga untuk menghindari adanya data populasi yang tidak ada, pengumpulan data serta biaya dan tenaga yang cukup.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dari responden dengan cara wawancara langsung dengan penyuluh berdasarkan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari publikasi resmi seperti kantor kepala desa dan didukung bahan referensi atau literatur serta badan-badan dan instansi yang terkait dalam penelitian ini.

Kuisioner yang digunakan meliputi beberapa pertanyaan mengenai karakteristik individu penyuluh dan tingkat keberhasilan penyuluh. Karakteristik individu di dalam penelitian ini diukur berdasarkan pada (1) umur (tahun), (2) tingkat pendidikan (tahun), (3) masa kerja (tahun) (4) jumlah petani binaan (orang), dan gaji (rupiah) sedangkan indikator keberhasilan kinerja penyuluh diukur berdasarkan buku kerja THL TBPP (2009).

Penyusunan kuisioner yang digunakan disesuaikan dengan pengembangan yang dilakukan oleh Gerson (2001) dalam Syaiin (2008), dengan beberapa perubahan yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Tinggi rendahnya


(37)

keberhasilan dalam penyuluhan tergantung dari jumlah skor yang dihasilkan berdasarkan lima pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, cukup setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan masing-masing skor 5, 4, 3, 2, dan 1 kemudian masing-masing jawaban diberi pembobotan yaitu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Pemberian Pembobotan pada Masing-Masing Jawaban Responden Tingkat Keberhasilan Kinerja

Pilihan Jawaban

Terhadap Pertanyaan Skor Bobot Skor

A 5 20

B 4 16

C 3 12

D 2 8

E 1 4

Sumber : data primer diolah

Setelah dilakukan pembobotan pada masing-masing variabel penelitian maka dilakukan pengelompokan berdasarkan kriteria tinggi, sedang dan rendah. Penentuan kriteria tinggi, sedang dan rendah berdasarkan pada rumus dalam buku Sudjana (2005) yang menuliskan bahwa untuk membuat distribusi frekuensi dengan kelas yang sama dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Menentukan rentang (nilai maksimum-nilai minimum)

2. Menentukan banyak interval kelas

3. Menentukan panjang interval kelas dengan rumus :

�= �������

�����������


(38)

Tabel 3. Model Tabel dalam Pemberian Tingkat dalam Karakteristik Individu dan Keberhasilan Kinerja Penyuluh

Tingkat Keberhasilan

Kinerja

Rentang (%) Jumlah Presentase (%)

Tinggi X1 n1 n1/N

Sedang X3 n3 n3

Rendah

/N

X4 n4 n4

Jumlah

/N Jumlah Sampel (N)

Sumber : data primer diolah

3.4. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan di dalam penelitian ini adalah : 1. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan data tentang distribusi frekuensi responden dari masing-masing variabel, kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dilakukan pengelompokan pada masing-masing variabel penelitian yang terdiri atas data karakteristik individu penyuluh dan keberhasilan kinerja penyuluh.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat adalah analisis statistik yang dapat digunakan dalam mencari faktor-faktor yang berhubungan antara keberhasilan kinerja penyuluh terhadap karakteristik individu penyuluh yang menggunakan Uji Chi-square pada

tingkat kepercayaan 95% (α=5%). Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung chi-square (X2

�2 =(�0−��)

�� X

) mengikuti rumus dalam Pramesti (2009) yaitu rumus yang digunakan untuk mencari frekuensi teoritis adalah sebagai berikut :

2

Fo : Frekuensi yang diobeservasi (frekuensi empiris) : Nilai Chi-quadrat


(39)

Fe : frekuensi yang diharapkan

Rumus yang digunakan untuk mencari frekuensi teoritis (Fe) adalah sebagai berikut :

��= (∑ ��) � (∑ ��)

∑ � Fe : frekuensi yang diharapkan ∑ �� : jumlah frekuensi pada kolom

∑ �� : jumlah frekuensi pada baris

∑ � : jumlah keseluruhan baris atau kolom Penyusunan hipotesis adalah sebagai berikut ini :

Ha

H

: Terdapat hubungan yang signifikan antara keberhasilan kinerja dengan karakteristik penyuluh di Kabupaten Mandailing Natal.

0

Kaidah pengambilan keputusan :

: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keberhasilan kinerja dengan karakteristik penyuluh di Kabupaten Mandailing Natal.

- Jika α = 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai Asymp.sig, maka H0 diterima dan Ha

- Jika α = 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai Asymp.sig, maka H ditolak.

a diterima dan H0

3. Analisis multivariat ditolak.

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui variabel independen yang paling dominan terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji regresi liniear berganda dengan menggunakan metode backward. Bentuk umum dari persamaan regresi pada penelitian ini dapat ditulis sebagai berikut :

= β0+ β1 + β2 + β3 + β4+ β

dimana :

5 + µ


(40)

β0 ,…, β5

Y = nilai kinerja secara keseluruhan = nilai masing-masing variabel

X1 X

= tingkat pendidikan (tahun)

2

X

= gaji (Rp.)

3

X

= umur (tahun)

4

X

= masa kerja (tahun)

5

µ = error term

= jumlah petani binaan (orang)

Pendugaan model regresi terbaik digunakan dengan menggunakan model regresi langkah mundur (backward), di dalam penelitian ini pendugaan dilakukan dengan menggunakan SPSS. Eliminasi langkah mundur (backward) dimulai dengan regresi terbesar dengan menggunakan semua variabel Xi, dan secara bertahap mengurangi banyaknya variabel dalam persamaan samapai suatu keputusan dicapai untuk menggunakan persamaan yang diperoleh dengan jumlah variabel tertentu. Metode ini merupakan metode regresi yang baik karena metode ini dijelaskan variabel respon dengan sebaik-baiknya dengan memilih variabel penjelas (Desrina, dkk, 2013).

3.5 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas, autokorelasi dan uji multikolinearitas. Uji ini dilakukan untuk mendapatkan model regresi yang BLUE (Best Linear Unbiased Predicted) sehingga persamaan regresi yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.


(41)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas atau kenormalan digunakan untuk mendeteksi apakah distribusi variabel-variabel bebas dan terikat adalah normal. Menurut Yusuf (2003) normalitas dapat dideteksi dengan melihat sebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik Normal P-Plot of Regression Standarized Residual. Suatu model dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.

Bertujuan untuk menguji model regresi, variabel pengganggu atau residual yang memiliki distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistic menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Dasar pengambil keputusan :

• Jika grafik histogram memberikan pola distribusi yang menceng (skewness) ke kiri atau ke kanan, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas

• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histrogramnya menunjukkan pola distribusi normal model regresi memiliki normalitas

• Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi normalitas

• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histrogramnya menunjukkan pola distribusi normal model regresi memiliki asumsi normalitas.

2. Uji multikolinieritas

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas antar variabel bebas dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance dari


(42)

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Yang baik adalah tidak terjadi korelasi yang biasa disebut non multikolinearitas. Menurut Sarwono (2006) pedoman untuk mendeteksi multikolinearitas adalah :

a. Besar VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance - Mempunyai Nilai VIF ± 1

- Mempunyai angka Tolerance ± 1

- Atau Tolerance = 1/VIF dan VIF = 1/Tolerance

- Dan apabila Nilai VIF > 10 dipastikan terjadi Multikolinearitas (Untuk menilai VIF dan Tolerance dilihat pada tabel Coefficients).

3. Uji autokorelasi

Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Asumsi dalam autokorelasi adalah:

E(r ui uj) = o atau Con (uiuj

Untuk menguji Autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Waston (DW), yaitu jika nilai DW terletak antara du dan (4 – dU) atau du ≤ DW ≤ (4 – dU) berarti bebas dari Autokorelasi, sebaliknya jika nilai DW < dL atau DW > (4 – dL) berarti terdapat Autokorelasi. Nilai dL dan dU dapat dilihat pada tabel Durbin

Watson, yaitu nilai dL ; dU ; α ; n ; (k – 1) dimana n adalah jumlah sampel, k

adalah jumlah variabel, dan α adalah taraf signifikan. (Sarwoko, 2005). ) = 0 (i tidak sama dengan j)


(43)

3.6. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini dibuat beberapa definisi dan batasan operasional yaitu :

3.6.1. Defenisi

a. Penyuluhan pertanian merupakan suatu pendidikan non formal yang ditujukan untuk petani dan keluarganya dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidupnya.

b. Kinerja berasal dari pengertian performance. Performance adalah hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja tetapi termasuk berlangsungnya proses pekerjaan.

c. Kinerja penyuluhan adalah kinerja yang mengacu kepada konsep-konsep pemberdayaan yaitu yang mampu meningkatkan kapasitas (keberdayaan) dan kemandirian petani.

d. Penyuluhan merupakan suatu kegiatan yang mutlak harus ada jika kita benar-benar menghendaki adanya peningkatan produksi dari para petani.

e. Tenaga Harian Lepas (THL) Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian adalah tenaga bantu penyuluh pertanian yang direkrut oleh Departemen Pertanian selama kurun waktu tertentu dan melaksanakan tugas dan fungsinya serta tidak menuntut untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil.

f. Penyuluh pertanian lapangan (PPL) orang yang bertugas memberikan penyuluhan kepada para petani secara langsung di lapangan dan bertanggung jawab atas jalannya kegiatan penyuluhan pertanian.


(44)

3.6.2. Batasan Operasional

a. Tempat penelitian adalah Kabupaten Mandailing Natal.

b. Penyuluh yang menjadi sampel penelitian adalah Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP).

c. Umur adalah usia penyuluh pertanian yang diukur dalam satuan tahun

d. Tingkat Pendidikan adalah pendidikan terakhir yang diperoleh penyuluh pertanian yang diukur dalam satuan tahun

e. Masa kerja adalah lamanya penyuluh menjalankan pekerjaannya sebagai penyuluh, diukur dalam satuan tahun.

f. Jumlah petani binaan adalah banyaknya petani yang dibina penyuluh, diukur dengan skala rasio.

g. Gaji adalah penilaian terhadap pentingnya gaji sebagai imbalan sesuai dengan jabatan dan kepangkatannya diukur dalam satuan rupiah.

h. Program penyuluhan pertanian di tingkat BPP/Kecamatan sesuai dengan kebutuhan petani.

i. Rencana kerja penyuluh pertanian di wilayah kerja masing-masing. j. Peta wilayah komoditas unggulan spesifik lokasi.

k. Terdiseminasinya informasi dan teknologi pertanian secara merata dan sesuai dengan kebutuhan petani.

l. Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani, kelompok tani, usaha/asosiasi petani dan usaha formal (koperasi dan kelembagaan lainnya). m. Terwujudnya kemitraan usaha antara petani dengan pengusaha yang saling


(45)

n. Terwujudnya akses petani kelembaga keuangan, informasi, sarana produksi pertanian dan pemasaran.

o. Meningkatnya produktivitas agribisnis komoditi unggulan di masing-masing wilayah kerja.

p. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani di masing-masing wilayah kerja.


(46)

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Kabupaten Mandailing Natal secara geografis terletak antara 00.10’ – 10º50’ Lintang Utara dan 98º50’ – 100º10’ Bujur Timur. Wilayah administrasi Mandailing Natal dibagi atas 23 kecamatan dan 407 desa/kelurahan.

Daerah Kabupaten Mandailing Natal secara geografis terletak paling selatan dari provinsi Sumatera Utara dengan batas-batas sebagai berikut:

1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Padang Lawas; 2. Sebelah Selatan dengan Propinsi Sumatera Barat; 3. Sebelah Timur dengan Propinsi Sumatera Barat; 4. Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia.

Kabupaten Mandailing Natal mempunyai luas wilayah 662.070 Ha atau 9,24 persen dari wilayah provinsi Sumatera Utara.

4.1.2. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di Kabupaten Mandailing Natal adalah berjumlah 408.731 jiwa yang terdiri dari laki-laki berjumlah 200.925 orang dan perempuan berjumlah 207.806 orang. Secara terperinci keterangan mengenai penduduk di Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada Tabel 4.


(47)

Tabel 4. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki-laki 200.925 49,16

2 Perempuan 207.806 50,84

Total 408.731 100,00

Sumber : Data BPS Kabupaten Mandailing Natal Thn 2011

Tabel 4 menunjukkan bahwa di Kabupaten Mandailing Natal jumlah penduduk yang terbesar adalah perempuan, yaitu sebesar 207.806 orang atau 50,84%.

4.1.3. Distribusi Penduduk menurut Umur

Distribusi penduduk di Kabupaten Mandailing Natal menurut golongan umur dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Penduduk menurut Umur

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 0 – 4 49.290 12,06

2 5 – 9 49.923 12,21

3 10 – 14 49.385 12,08

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 ke atas

44.665 33.909 30.036 27.363 25.460 22.471 21.359 18.055 12.773 8.544 15.498 10,93 8,29 7,35 6,69 6,23 5,49 5,22 4,41 3,13 2,09 3,79

Total 408.731 99,97


(48)

Tabel 5 menunjukkan bahwa di Kabupaten Mandailing Natal golongan umur yang jumlahnya terbesar adalah pada umur 5-9 Tahun yaitu sebesar 49.923 atau 12,21%, sedangkan jumlah yang terkecil adalah pada umur 60 – 64 yaitu sebesar atau 2,09%.

4.1.4. Distribusi Penduduk menurut Agama

Penduduk Kabupaten Mandailing Natal pada umumnya menganut agama Islam, dan hanya sebagian kecil yang menganut agama Kristen, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Penduduk menurut Agama

No Agama Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Islam 403.613 98,75

2 Kristen 5.118 1,25

Total 408.731 100,00

Sumber : BPS Mandailing Natal Thn 2011

4.1.5. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan di Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase

1 Tidak tamat SD 97.115 23,76

2 SD 152.030 37,19

3 SLTP 87.210 21,34


(49)

Tabel 7. Lanjutan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase

5 Diploma 3.985 0,97

6 Sarjana 10.161 2,48

Total 408.731 100,00

Sumber : BPS Mandailing Natal Thn 2011

Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Mandailing Natal yang terbesar adalah SD, yaitu 152.030 orang atau 37,19%, sedangkan tingkat pendidikan yang terkecil adalah Diploma/Sarjana sebesar 3.985 orang atau 0,97%.

4.1.6. Prasarana Tempat Peribadatan

Untuk mengetahui prasarana tempat peribadatan Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Prasarana Dan Peribadatan

No Tempat Peribadatan Jumlah (Unit) Persentase (%)

1 Mesjid 506 32,65

2 3 4

Langgar Musholla Gereja

776 200 68

50,06 12,90 4,39 Total 1550 100,00

Sumber : Data BPS Mandailing Natal Thn 2012

Tabel 8 menunjukkan bahwa tempat peribadatan paling banyak adalah Langgar yaitu sebesar 776 unit dan tempat peribadatan yang paling sedikit yaitu gereja sebesar 68 unit.


(50)

4.1.7. Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan yang ada di Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada Tabel 9 :

Tabel 9. Distribusi Prasarana Pendidikan

No Prasarana Pendidikan Jumlah (Unit) Persentase (%)

1 SD 396 77,65

2 3 SLTP SLTA 75 39 14,70 7,65 Total 510 100,00

Sumber : Data BPS Mandailing Natal Thn 2012

Tabel 9 menunjukkan bahwa prasarana pendidikan paling banyak adalah SD yaitu sebesar 396 unit dan prasarana pendidikan yang paling sedikit yaitu SLTA sebesar 39 unit.

4.1.8. Prasarana Kesehatan

Prasarana Kesehatan di Kabupaten Mandailing Natal dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Prasarana Kesehatan

No Prasarana Kesehatan Jumlah (Unit) Persentase (%)

1 Rumah Sakit Umum 4 0,71

2 3 4 Puskesmas Puskesmas Pembantu Posyandu 26 59 474 4,62 10,48 84,19 Total 563 100,00


(51)

Tabel 10 menunjukkan bahwa prasarana kesehatan paling banyak adalah posyandu yaitu sebesar 474 unit dan prasarana kesehatan yang paling sedikit yaitu rumah Sakit Umum sebesar 4 unit.

4.2. Karakteristik Sampel 4.2.1. Umur

Karakteristik sampel menurut golongan umur dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur

No Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 24-32 15 50,0

2 3

33-41 41-49

10 5

33,3 16,7 Total 30 100,00

Sumber : Lampiran (diolah oleh Penulis)

Tabel 11 menunjukkan bahwa umur penyuluh sampel lebih banyak berada pada kelompok umur 24-32 tahun, yaitu sebanyak 15 orang atau 50 %, sedangkan yang paling sedikit adalah pada kelompok umur 41-49 tahun, yaitu sebanyak 5 orang atau 16,7%.

4.2.2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud adalah lamanya pendidikan formal yang pernah dilalui penyuluh yang diukur dalam satuan tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12.


(52)

Tabel 12. Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 12-14 18 60

2 3

15-17 18-20

11 1

36,7 3,3

Total 30 100,00

Sumber : Lampiran (diolah oleh Penulis)

Tabel 12. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penyuluh sampel lebih banyak berada pada kelompok 12-14 tahun, yaitu sebanyak 18 orang atau 60 %, sedangkan yang paling sedikit adalah pada kelompok 18-20 tahun, yaitu sebanyak 1 orang atau 3.3%.

4.2.3. Masa Kerja

Masa kerja adalah lamanya penyuluh menjalankan pekerjaannya sebagai penyuluh, diukur dalam satuan tahun. Masa kerja sampel dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Masa Kerja

No Masa Kerja (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 4 4 13.3

2 3

5 6

14 12

46.7 40.0

Total 30 100,00

Sumber : Lampiran (diolah oleh Penulis)

Tabel 13 menunjukkan bahwa masa kerja penyuluh sampel lebih banyak berada pada kelompok 5 tahun, yaitu sebanyak 14 orang atau 46.7 %, sedangkan


(53)

yang paling sedikit adalah pada kelompok 4 tahun, yaitu sebanyak 4 orang atau 13.3%.

4.2.4. Jumlah Petani Binaan

Jumlah sampel berdasarkan banyaknya petani binaan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah Petani Binaan

No Jlh Petani Binaan (Orang) Jumlah Persentase (%)

1 100-517 17 56.7

2 3

518-935 936-1353

12 1

40.0 3.3 Total 30 100,00

Sumber : Lampiran (diolah oleh Penulis)

Tabel 14 menunjukkan bahwa jumlah petani binaan penyuluh sampel lebih banyak berada pada kelompok 100-517 orang, yaitu sebanyak 17 orang atau 56.7%.

4.2.5. Gaji

Jumlah sampel berdasarkan tingkatan gaji dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Gaji Penyuluh

No Gaji (Rp) Jumlah Persentase (%)

1 1.100.000 18 60.0

2 3

1.500.000 2.000.000

5 7

16.7 23.3

Total 30 100,00


(54)

Tabel 15 menunjukkan bahwa penyuluh sampel lebih banyak berada pada kelompok gaji 1.100.000, yaitu sebanyak 18 orang atau 60 %.

4.3. Hasil dan Pembahasan 4.3.1. Analisis Univariat

4.3.1.1. Karakteristik Responden

Karakterisitik responden meliputi umur, tingkat pendidikan, masa kerja, jumlah petani binaan dan gaji. Adapun distribusi responden berdasarkan karakteristik penyuluh dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Penyuluh

No. Karakteristik Penyuluh Jumlah (n) Persentase (%) 1. Umur (Tahun)

24-32 15 50.0

33-41 10 33.3

41-49 5 16.7

Total 30 100

2. Tingkat Pendidikan (Tahun)

12-14 18 60

15-17 11 36.7

18-20 1 3.3

Total 30 100

3. Masa Kerja (Tahun)

4 4 13.3

5 14 46.7

6 12 40.0

Total 30 100

4. Jumlah Petani Binaan

(Orang)

100-517 17 56.7


(55)

Tabel 16. Lanjutan

936-1353 1 3.3

Total 30 100

5. Gaji (Rp)

1.100.000 18 60.0

1.500.000 5 16.7

2.000.000 7 23.3

Total 30 100

Sumber : Lampiran (diolah oleh Penulis)

Tabel 16 menunjukkan bahwa karakteristik penyuluh dibedakan berdasarkan umur (tahun), tingkat pendidikan (tahun), masa kerja (tahun), jumlah petani binaan (orang), dan gaji (Rp). Karakteristik umur terbanyak adalah pada umur 24-32 tahun yaitu sebanyak 15 orang dengan persentase mencapai 50 % dari total responden. Tingkat pendidikan tertinggi berkisar antara 12-14 tahun sebanyak 18 orang dengan persentase sebesar 80 %. Masa kerja penyuluh digolongkan kedalam 3 masa kerja yaitu 4,5,dan 6 tahun. Masa kerja terlama adalah 5 tahun dengan jumlah individu 14 orang atau sekitar 46,7 % dari total individu. Jumlah petani binaan antara satu penyuluh dengan penyuluh yang lain juga berbeda, berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 56,7 % jumlah petani binaan pada masing-masing penyuluh adalah digolongkan kedalam 100 sampai 517 petani binaan. Variabel karakteristik yang menjadi pengamatan selanjutnya adalah gaji dengan gaji tertinggi berada pada Rp.2.000.000 yaitu sebanyak 23,3 % sedangkan berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa 60 % penyuluh memperoleh gaji sebesar Rp.1.100.000.


(56)

4.3.1.2. Indikator Keberhasilan Kinerja

Pada penelitian ini masing-masing indikator keberhasilan kinerja penyuluh dibedakan kedalam tiga golongan yaitu tinggi, sedang dan rendah. Adapun distribusi responden berdasarkan karakteristik penyuluh dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Keberhasilan Kinerja

No. Indikator Keberhasilan Kinerja Jumlah (n) Persentase (%) 1. Penyusunan program penyuluhan pertanian

Tinggi 16 53.3

Sedang 11 36.7

Rendah 3 10.0

Total 30 100

2. Rencana kerja penyuluh pertanian

Tinggi 18 60.0

Sedang 10 33.3

Rendah 2 6.7

Total 30 100

3. Data peta wilayah

Tinggi 16 53.3

Sedang 10 33.3

Rendah 4 13.3

Total 30 100

4. Diseminasi teknologi

Tinggi 6 20.0

Sedang 18 60.0

Rendah 6 20.0

Total 30 100

5. Kebudayaan dan kemandirian petani

Tinggi 9 30.0

Sedang 18 60.0

Rendah 3 10.0

Total 30 100


(57)

Tabel 17. Lanjutan

Tinggi 5 16.7

Sedang 12 40.0

Rendah 13 43.3

Total 30 100

7. Kelembagaan Petani

Tinggi 21 70.0

Sedang 6 20.0

Rendah 3 10.0

Total 30 100

8. Informasi Sarana Produksi dan Pemasaran

Tinggi 20 66.7

Sedang 5 16.7

Rendah 5 16.7

Total 30 100

9. Produktivitas dan Pendapatan Petani

Tinggi 16 53.3

Sedang 13 43.3

Rendah 1 3.3

Total 30 100

Sumber : Lampiran (diolah oleh Penulis)

Tabel 17 menunjukkan bahwa indikator penyusunan program penyuluhan yang menunjukkan kriteria tinggi adalah sebanyak 16 orang dengan persentase sebesar 53.3 % sedangkan yang menunjukkan kriteria rendah adalah sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 10 %. Indikator selanjutnya adalah rencana kerja penyuluh pertanian yang menunjukkan kriteria kerja yang tinggi sebanyak 18 orang dengan persentase sebesar 60 % sedangkan yang menunjukkan kriteria rendah adalah sebanyak 2 orang orang dengan persentase sebesar 6.7 %. Indikator keberhasilan data peta wilayah yang menunjukkan kriteria kinerja yang tinggi adalah sebanyak 16 orang dengan persentase sebesar 53.3 % sedangkan yang terendah adalah sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar 13.3 %.


(58)

Indikator selanjutnya yang dilihat dalam penelitian ini adalah variabel diseminasi teknologi yang menunjukkan kriteria kinerja yang tinggi mencapai 6 orang dengan persentase sebesar 30 % sedangkan kinerja yang rendah menunjukkan jumlah dan persentase yang sama. indikator selanjutnya adalah kebudayaan dan kemandirian petani yang menunjukkan kinerja yang tinggi adalah sebanyak 9 orang dengan persentase sebesar 30 % sedangkan yang menunjukkan kriteria kinerja yang rendah sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 10 %. Indikator kemitraan usaha yang menunjukkan kriteria kinerja yang tinggi adalah sebanyak 5 orang dengan persentase 16,7% sedangkan yang menunjukkan kriteria kinerja yang rendah adalah sebanyak 13 orang dengan persentase sebesar 43.3 %.

Indikator kelembagaan petani menunjukkan kriteria kinerja yang tinggi yaitu sebanyak 21 orang dengan persentase sebesar 70 %. Indikator sarana produksi dan pemasaran yang menunjukkan kriteria kinerja yang tinggi yaitu sebanyak 20 orang dengan persentase sebesar 66.7 % sedangkan yang menunjukkan kinerja yang rendah yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase sebesar 16,7 %. Indikator terakhir adalah produktivitas dan pendapatan petani yang menunjukkan kinerja yang tinggi sebanyak 16 orang dengan persentase sebesar 5.3 % sedangkan yang menunjukkan kriteria kinerja yang rendah hanya 1 orang dengan persentase sebesar 3.3 %.

Dapat disimpulkan bahwa indikator keberhasilan kinerja penyuluh pertanian tertinggi ditunjukkan oleh indikator informasi sarana produksi dan pemasaran dengan persentase sebesar 66.7 % sedangkan indikator keberhasilan kinerja yang paling rendah adalah indikator produktivitas dan pendapatan petani dengan persentase sebesar 3.3 %.


(59)

4.3.2. Analisis Bivariat

Tabulasi silang indikator keberhasilan kinerja dengan karakteristik penyuluh dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Tabulasi Silang Indikator Keberhasilan Kinerja dengan Karakteristik Penyuluh

No.

Variabel Keberhasilan Kinerja Total

Hasil Uji Chi-Square Tinggi Sedang Rendah

Karakteristik

Penyuluh n % N % n % n % X

2

P

1. Umur (Tahun)

24-32 7 23.3 6 20.0 2 6.7 15 50.0

0.76 0.94 33-41 6 20.0 3 10.0 1 3.3 10 33.3

41-49 2 6.7 2 6.7 1 3.3 5 16.7 2. Tingkat Pendidikan (Tahun)

12-14 3 10.0 11 36.7 4 13.3 18 60.0

20.0 0.00* 15-17 11 36.7 0 0.00 0 0.00 11 36.7

18-20 1 3.3 0 0.00 0 0.00 1 3.3 3. Masa Kerja (Tahun)

4 4 13.3 0 0.00 0 0.00 4 13.3

9.19 0.06 5 5 16.7 5 16.7 4 13.3 14 46.7

6 6 20.0 6 20.0 0 0.00 12 40.0 4. Jumlah Petani Binaan (Orang)

100-517 10 33.3 6 20.0 1 3.3 17 56.7

4.14 0.39 518-935 5 33.3 4 13.3 3 10.0 12 40.0

936-1353 0 0.00 1 3.3 0 0.00 1 3.3 5. Gaji (Rp)

1.100.000 3 10.0 11 36.7 4 13.3 18 60.0

20.0 0.00* 1.500.000 5 16.7 0 0.00 0 0.00 5 16.7

2.000.000 7 23.3 0 0.00 0 0.00 7 23.3

Sumber : Lampiran (diolah oleh Penulis)

Tabel 18 menunjukkan bahwa umur yang menunjukkan keberhasilan kinerja yang tinggi terbanyak adalah pada umur 24 - 32 tahun dengan persentase sebesar 23.3 % sedangkan yang menunjukkan keberhasilan kinerja yang rendah juga pada usia 24 - 32 tahun dengan persentase sebesar 6.7 %. Hasil uji statistik menunjukkan pada nilai X2 = 0.76 dengan nilai P=0.94, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur (tahun) dengan keberhasilan kinerja.


(60)

Karakteristik tingkat pendidikan yang menunjukkan keberhasilan kinerja yang tinggi terdapat pada tingkat pendidikan 15 - 17 tahun dengan persentase sebesar 36.7 % sedangkan yang menunjukkan keberhasilan kinerja yang rendah pada tingkat pendidikan 12 - 14 tahun dengan persentase sebesar 4 %. Hasil uji statistik menunjukkan pada nilai X2

Karakteristik selanjutnya adalah masa kerja yang menunjukkan keberhasilan kinerja yang tinggi terdapat pada masa kerja 6 tahun dengan persentase sebesar 16.7 % sedangkan yang menunjukkan keberhasilan kinerja yang rendah terdapat pada masa kerja (tahun) 5 tahun dengan persentase sebesar 13.3 %. Hasil uji statistik menunjukkan pada nilai X

= 20.0 dengan nilai P=0.00, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan (tahun) dengan keberhasilan kinerja.

2

Karakteristik jumlah petani binaan yang menunjukkan keberhasilan kinerja yang tinggi terdapat pada jumlah petani binaan 100- 517 orang dan 518 - 935 orang dengan persentase masing-masing sebesar 33.3 % sedangkan yang menunjukkan keberhasilan kinerja yang rendah terdapat pada jumlah petani binaan 518 - 935 orang dengan persentase sebesar 10.0 %. Hasil uji statistik menunjukkan pada nilai X

= 9.19 dengan nilai P=0.06, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keberhasilan kinerja.

2

Karakteristik yang terakhir adalah gaji (Rp) yang menunjukkan keberhasilan kinerja yang tinggi terdapat pada jumlah gaji Rp 2.000.00 dengan persentase sebesar 23.3 % sedangkan yang menunjukkan keberhasilan kinerja = 4.14 dengan nilai P=0.39, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara petani binaan dengan keberhasilan kinerja.


(61)

yang rendah terbanyak pada jumlah gaji Rp 1.100.000 dengan persentase sebesar 13.3 %. Hasil uji statistik menunjukkan pada nilai X2

Kesimpulan yang dapat ditarik, berdasarkan hubungan antara karakteristik individu dengan keberhasilan kinerja yaitu ada beberapa karakteristik individu yang menunjukkan hubungan yang signifikan dengan keberhasilan kinerja yaitu tingkat pendidikan (tahun) dan jumlah gaji (Rp) sedangkan karakterstik individu yang tidak berhubungan secara signifikan dengan keberhasilan kinerja yaitu variabel umur (tahun), masa kerja (tahun) dan jumlah petani binaan (orang).

= 20.0 dengan nilai P=0.00, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara gaji dengan keberhasilan kinerja.

4.3.3. Uji Asumsi Klasik 4.3.3.1. Uji Normalitas

Hasil analisis menunjukkan bahwa data menyebar mengikuti garis diagonal dapat dilihat pada lampiran.

4.3.3.2. Uji Autokorelasi

Hasil statistik pada uji Durbin-Watson yaitu 1.656, sedangkan nilai du dan dl dengan n (jumlah sampel) = 30, k (jumlah variabel independen = 5, menghasilkan nilai du = 1.73 , dl =1.142 dan 4 - du =2,27. Sehingga berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kriteria daerah keputusan yang tepat untuk perhitungan tersebut adalah dl(1.14)< d(1.66) >4-du(2,146) yang beararti bahwa terima H0

atau tidak terdapat autokorelasi positif atau autokorelasi negatif pada taraf signifikansi lima persen.


(62)

4.3.3.3. Uji Multikolinearitas

Hasil analisis regresi tahap pertama menunjukkan bahwa nilai VIF pada variabel jumlah gaji adalah sebesar 46.94 dan tingkat pendidikan adalah sebesar 46.99 sehingga terdapat gejala multikolinearitas pada hasil regresi pertama menurut Yusuf (2003) dengan menggunakan metode regresi backward yaitu memasukkan semua variabel kedalam model tetapi kemudian satu persatu variabel independen dikeluarkan dari model berdasarkan kriteria kemaknaan statistik tertentu sehingga diperoleh model regresi terbaik.

4.3.4. Analisis Multivariat

Hasil uji regresi linier berganda secara serempak mengenai pengaruh karakteristik penyuluh terhadap indikator keberhasilan kinerja dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Karakteristik Penyuluh terhadap Indikator Keberhasilan Kinerja

Karakteristik Individu B Sig.

Constanta 22.15 0.74

Tingkat Pendidikan 3.06 0.00*

Umur 0.11 0.50

Masa Kerja 1.16 0.45

Jumlah Petani Binaan 0.02 0.66

R2 0.57

Sumber : lampiran Keterangan : * signifikan

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa analisis uji regresi linier berganda dengan mengggunakan metode backward dapat diketahui variabel yang menunjukkan pengaruh yang signifikan adalah variabel tingkat pendidikan dengan


(63)

nilai 0.00 (p<0.05) sedangkan variabel umur memiliki nilai signifikansi 0.50 (p>0.05), masa kerja 0.45 (p<0.05) dan jumlah petani binaan 0.66 (p<0.05) dengan demikian untuk menduga model regresi linier berganda yang terbaik dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan variabel yang tidak signifikan dari dalam model. Hasil uji regresi tahap akhir dapat diperoleh sebagai berikut :

Tabel 20. Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Karakteristik Penyuluh terhadap Indikator Keberhasilan Kinerja

Karakteristik Individu B Sig.

Constanta 32.63 0.00*

Tingkat Pendidikan (x) 3.06 0.00*

R2 0.55

Sumber: Lampiran

Hasil uji regresi tahap akhir diperoleh nilai signifikansi konstanta dan varabel tingkat pendidikan masing-masing sebesar 0.00 (p<0.00) yang berarti bahwa keberhasilan indikator kinerja dipengaruhi secara signifikan oleh variabel tingkat pendidikan. Besarnya pengaruh tersebut ditunjukkan dengan nilai R2

ý = 32.63 + 3.06 (x)………..(1)

yaitu sebesar 0.55 dan bertanda positif artinya bahwa keberhasilan kinerja dipengaruhi oleh faktor pendidikan sebesar 55 persen sedangkan 45 persen lagi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak dimasukkan kedalam penelitian. Hasil persamaan regresi linier dapat dilihat sebagai berikut :

Persamaan ini menunjukkan bahwa keberhasilan kinerja secara umum dapat dijelaskan oleh persamaan 1 yakni jika tingkat pendidikan ditingkatkan sebesar 3.06 kali maka akan meningkatkan keberhasilan kinerja sebesar satu satuan.


(1)

TINGKAT_PENDIDIKAN * KINERJA SECARA KESELURUHAN

Crosstab

KINERJA SECARA KESELURUHAN

Total rendah sedang Tinggi

TINGKAT_PENDIDIKAN 12-14 Count 4 11 3 18

Expected Count 2.4 6.6 9.0 18.0

% within TGKT_PENDIDIKAN 22.2% 61.1% 16.7% 100.0% % within KINERJA SECARA

KESELURUHAN

100.0% 100.0% 20.0% 60.0%

% of Total 13.3% 36.7% 10.0% 60.0%

15-17 Count 0 0 11 11

Expected Count 1.5 4.0 5.5 11.0

% within TGKT_PENDIDIKAN .0% .0% 100.0% 100.0% % within KINERJA SECARA

KESELURUHAN

.0% .0% 73.3% 36.7%

% of Total .0% .0% 36.7% 36.7%

18-20 Count 0 0 1 1

Expected Count .1 .4 .5 1.0

% within TGKT_PENDIDIKAN .0% .0% 100.0% 100.0% % within KINERJA SECARA

KESELURUHAN

.0% .0% 6.7% 3.3%

% of Total .0% .0% 3.3% 3.3%

Total Count 4 11 15 30

Expected Count 4.0 11.0 15.0 30.0

% within TGKT_PENDIDIKAN 13.3% 36.7% 50.0% 100.0% % within KINERJA SECARA

KESELURUHAN

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 13.3% 36.7% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 20.000a

4 .000

Likelihood Ratio 25.369 4 .000

Linear-by-Linear Association 14.023 1 .000

N of Valid Cases 30


(2)

MASA_KERJA * KINERJA SECARA KESELURUHAN

Crosstab

KINERJA SECARA KESELURUHAN

Total rendah sedang Tinggi

MASA_KERJA 4 Count 0 0 4 4

Expected Count .5 1.5 2.0 4.0

% within MASA_KERJA .0% .0% 100.0% 100.0%

% within KINERJA SECARA KESELURUHAN

.0% .0% 26.7% 13.3%

% of Total .0% .0% 13.3% 13.3%

5 Count 4 5 5 14

Expected Count 1.9 5.1 7.0 14.0

% within MASA_KERJA 28.6% 35.7% 35.7% 100.0%

% within KINERJA SECARA KESELURUHAN

100.0% 45.5% 33.3% 46.7%

% of Total 13.3% 16.7% 16.7% 46.7%

6 Count 0 6 6 12

Expected Count 1.6 4.4 6.0 12.0

% within MASA_KERJA .0% 50.0% 50.0% 100.0%

% within KINERJA SECARA KESELURUHAN

.0% 54.5% 40.0% 40.0%

% of Total .0% 20.0% 20.0% 40.0%

Total Count 4 11 15 30

Expected Count 4.0 11.0 15.0 30.0

% within MASA_KERJA 13.3% 36.7% 50.0% 100.0%

% within KINERJA SECARA KESELURUHAN

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 13.3% 36.7% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 9.195a

4 .056

Likelihood Ratio 11.736 4 .019

Linear-by-Linear Association .122 1 .727

N of Valid Cases 30

a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,53.

JLH_PETANI_BINAAN * KINERJA SECARA KESELURUHAN

Crosstab

KINERJA SECARA KESELURUHAN

Total rendah sedang Tinggi

JLH_PETANI_BINAAN 100-517 Count 1 6 10 17

Expected Count 2.3 6.2 8.5 17.0

% within

JLH_PETANI_BINAAN

5.9% 35.3% 58.8% 100.0% % within KINERJA SECARA

KESELURUHAN

25.0% 54.5% 66.7% 56.7%


(3)

518-935 Count 3 4 5 12

Expected Count 1.6 4.4 6.0 12.0

% within

JLH_PETANI_BINAAN

25.0% 33.3% 41.7% 100.0% % within KINERJA SECARA

KESELURUHAN

75.0% 36.4% 33.3% 40.0%

% of Total 10.0% 13.3% 16.7% 40.0%

936-1353 Count 0 1 0 1

Expected Count .1 .4 .5 1.0

% within

JLH_PETANI_BINAAN

.0% 100.0% .0% 100.0% % within KINERJA SECARA

KESELURUHAN

.0% 9.1% .0% 3.3%

% of Total .0% 3.3% .0% 3.3%

Total Count 4 11 15 30

Expected Count 4.0 11.0 15.0 30.0

% within

JLH_PETANI_BINAAN

13.3% 36.7% 50.0% 100.0% % within KINERJA SECARA

KESELURUHAN

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 13.3% 36.7% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 4.137a

4 .388

Likelihood Ratio 4.348 4 .361

Linear-by-Linear Association 2.010 1 .156

N of Valid Cases 30

a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,13.

GAJI * KINERJA SECARA KESELURUHAN

Crosstab

KINERJA SECARA KESELURUHAN

Total rendah sedang Tinggi

GAJI 1100000 Count 4 11 3 18

Expected Count 2.4 6.6 9.0 18.0

% within GAJI 22.2% 61.1% 16.7% 100.0%

% within KINERJA SECARA KESELURUHAN

100.0% 100.0% 20.0% 60.0%

% of Total 13.3% 36.7% 10.0% 60.0%

1500000 Count 0 0 5 5

Expected Count .7 1.8 2.5 5.0

% within GAJI .0% .0% 100.0% 100.0%

% within KINERJA SECARA KESELURUHAN

.0% .0% 33.3% 16.7%

% of Total .0% .0% 16.7% 16.7%

2000000 Count 0 0 7 7

Expected Count .9 2.6 3.5 7.0

% within GAJI .0% .0% 100.0% 100.0%

% within KINERJA SECARA KESELURUHAN

.0% .0% 46.7% 23.3%


(4)

Total Count 4 11 15 30

Expected Count 4.0 11.0 15.0 30.0

% within GAJI 13.3% 36.7% 50.0% 100.0%

% within KINERJA SECARA KESELURUHAN

100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 13.3% 36.7% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 20.000a 4 .000

Likelihood Ratio 25.369 4 .000

Linear-by-Linear Association 13.382 1 .000

N of Valid Cases 30

a. 7 cells (77,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,67.

Lampiran 7. Hasil Analisis Regresi Backward

Model Summaryf

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square

Change F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 .757a .573 .484 6.55499 .573 6.442 5 24 .001

2 .756b

.572 .503 6.43399 -.002 .086 1 24 .772

3 .754c

.568 .518 6.33353 -.003 .194 1 25 .663

4 .748d

.559 .527 6.27884 -.009 .536 1 26 .471

5 .740e .547 .531 6.25154 -.012 .757 1 27 .392 1.656

a. Predictors: (Constant), J U M L A H PETANI BINAAN, G A J I, U M U R, M A S A K E R J A, TINGKAT P ENDIDIKAN b. Predictors: (Constant), J U M L A H PETANI BINAAN, U M U R, M A S A K E R J A, TINGKAT P ENDIDIKAN c. Predictors: (Constant), U M U R, M A S A K E R J A, TINGKAT P ENDIDIKAN

d. Predictors: (Constant), M A S A K E R J A, TINGKAT P ENDIDIKAN e. Predictors: (Constant), TINGKAT P ENDIDIKAN


(5)

ANOVAf

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1384.053 5 276.811 6.442 .001a

Residual 1031.230 24 42.968

Total 2415.282 29

2 Regression 1380.378 4 345.095 8.336 .000b

Residual 1034.904 25 41.396

Total 2415.282 29

3 Regression 1372.330 3 457.443 11.404 .000c

Residual 1042.952 26 40.114

Total 2415.282 29

4 Regression 1350.840 2 675.420 17.132 .000d

Residual 1064.443 27 39.424

Total 2415.282 29

5 Regression 1320.993 1 1320.993 33.801 .000e

Residual 1094.290 28 39.082

Total 2415.282 29

a. Predictors: (Constant), J U M L A H PETANI BINAAN, G A J I, U M U R, M A S A K E R J A, TINGKAT P ENDIDIKAN b. Predictors: (Constant), J U M L A H PETANI BINAAN, U M U R, M A S A K E R J A, TINGKAT P ENDIDIKAN c. Predictors: (Constant), U M U R, M A S A K E R J A, TINGKAT P ENDIDIKAN

d. Predictors: (Constant), M A S A K E R J A, TINGKAT P ENDIDIKAN e. Predictors: (Constant), TINGKAT P ENDIDIKAN


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics B Std. Error Beta

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 27.559 22.092 1.247 .224

TGKT P ENDIDIKAN

1.963 3.781 .475 .519 .608 .740 .105 .069 .021 46.997 G A J I 6.429E-6 .000 .267 .292 .772 .733 .060 .039 .021 46.941 U M U R .113 .162 .095 .702 .490 .165 .142 .094 .974 1.027 M A S A K E R J A 1.295 1.615 .112 .802 .430 .083 .162 .107 .907 1.102 J U M L A H

PETANI BINAAN

.001 .004 .048 .343 .735 .026 .070 .046 .918 1.089

2 (Constant) 22.153 11.875 1.866 .074

TGKT P ENDIDIKAN

3.057 .545 .739 5.607 .000 .740 .746 .734 .986 1.014 U M U R .109 .158 .091 .688 .498 .165 .136 .090 .984 1.016 M A S A K E R J A 1.160 1.519 .101 .764 .452 .083 .151 .100 .988 1.012 J U M L A H

PETANI BINAAN

.002 .004 .058 .441 .663 .026 .088 .058 .983 1.017

3 (Constant) 22.736 11.617 1.957 .061

TGKT P ENDIDIKAN

3.041 .535 .735 5.679 .000 .740 .744 .732 .991 1.009 U M U R .114 .155 .095 .732 .471 .165 .142 .094 .989 1.011 M A S A K E R J A 1.218 1.490 .106 .817 .421 .083 .158 .105 .995 1.005

4 (Constant) 25.762 10.763 2.394 .024

TGKT P ENDIDIKAN

3.076 .529 .744 5.817 .000 .740 .746 .743 .999 1.001 M A S A K E R J A 1.283 1.474 .111 .870 .392 .083 .165 .111 .999 1.001

5 (Constant) 32.627 7.288 4.477 .000

TGKT P ENDIDIKAN

3.058 .526 .740 5.814 .000 .740 .740 .740 1.000 1.000 a. Dependent Variable: K I N E R J A K E S E L U R U H A N