Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Universitas Indonesia Pada tahun 2010 terjadi peningkatan curah hujan di wilayah Banten, hal tersebut akibat dari adanya variasi suhu muka laut yaitu adanya peningkatan suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia. Kenaikan suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia tersebut memicu peningkatan jumlah penguapan dan awan hujan. Menurut beberapa institusi Meteorologi seperti Meteorologi Australia Bom, Meteorologi Jepang JMA, Meteorologi Amerika NOAA serta Meteorologi Indonesia BMKG menyebutkan bahwa memasuki akhir tahun 2009 terjadi kenaikan suhu muka laut di wilayah Pasifik gejala Elnino dan diikuti dengan penurunan suhu muka laut di wilayah Pasifik mulai pertengahan 2010 gejala Lanina. Dimana dampak Elnino akan menyebabkan wilayah Indonesia mengalami musim kemarau yang cukup panjang dan Elnino akan menyebabkan musim hujan yang berkepanjangan. Akan tetapi, yang terjadi adalah curah hujan di wilayah Indonesia memasuki tahun Elnino masih mengalami peningkatan curah hujan akibat masih terus hangatnya perairan Indonesia dan Samudera Hindia, sehingga pada tahun 2010 wilayah Indonesia dikatakan hampir tidak memiliki musim kemarau. Berdasarkan uraian latar belakang, tujuan penelitian, dan definisi masalah maka rumusan pertanyaan penelitiannya yaitu bagaimanakah hubungan anomali suhu muka laut di Samudera Pasifik, Samudera Hindia dan perairan Indonesia yang menghasilkan indikasi ElninoLanina, Dipole Mode dan kondisi hangatdingin perairan Indonesia terhadap variabilitas curah hujan serta pergeseran musim di Propinsi Banten?

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

1.4.1 Ruang Lingkup Ruang lingkup materi yang diteliti dalam penelitian ini adalah : a. Pola suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik, Samudera Hindia dan Perairan Indonesia b. Identifikasi kejadian ElninoLanina, Dipole Mode serta kondisi hangat atau dingin perairan Indonesia c. Variabilitas curah hujan normal wilayah Banten d. Penyimpangan hujan wilayah Banten pada tahun ElninoLanina, Dipole Mode serta kondisi hangatdingin perairan Indonesia Adapun ruang lingkup wilayah penelitian dilakukan di wilayah Propinsi Banten dengan melibatkan pos-pos hujan dan stasiun hujan yang tersebar dan memiliki panjang curah hujan mulai tahun 1981-2010. Variabilitas curah..., Yanuar Henry Pribadi, FMIPA UI, 2012 Universitas Indonesia 1.4.2 Batasan Penelitian a. Suhu muka laut tahunan yaitu rata-rata suhu muka laut harian yang dihitung berdasarkan periode satu tahun. b. Anomali suhu muka laut yaitu suhu muka laut yang terjadi real time dikurangi dengan suhu muka laut rata-rata pada periode tertentu. c. Distibusi curah hujan dasarian yaitu curah hujan dari 15 pos hujan di wilayah Banten dihitung dengan cara menjumlah data curah hujan setiap hari per sepuluh hari, sehingga dalam 1 satu bulan memiliki 3 dasarian jumlah curah hujan sepuluh harian. Dasarian pertama yaitu curah hujan tanggal 1-10, dasarian kedua yaitu curah hujan tanggal 11-20, kemudian dasarian ketiga yaitu curah hujan tanggal 21- 28293031, sehingga dalam satu tahun terdapat 36 dasarian. d. Distribusi curah hujan Musiman yaitu curah hujan yang ditentukan dengan acuan yang digunakan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Musim Hujan ditentukan berdasarkan pada curah hujan bulanan sebesar 150 mm per bulan atau curah hujan dasarian sebesar 50 mm per dasarian dengan persyaratan berlangsung diikuti dua dasarian berikutnya. Sementara itu, Musim Kemarau ditentukan berdasarkan pada curah hujan bulanan sebesar kurang dari 150 mm per bulan atau curah hujan sebesar kurang dari 50 mm per dasarian dengan persyaratan berlangsung diikuti selama dua dasarian berikutnya. e. Suhu Muka Laut JRA Japan Re-analysis adalah suhu muka laut hasil analisis ulang yang dilakukan oleh Japan Meteorological Agency JMA yang diolah melalui aplikasi perangkat lunak software berbasis web berdasarkan hasil analisis berulang selama 25 tahun. f. Awal musim kemarau ditandai dengan jumlah curah hujan dalam satu dasarian 10 hari kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya. Permulaan musim kemarau, bisa terjadi lebih awal maju, sama, atau lebih lambat mundur dari normalnya. g. Awal musim hujan ditandai dengan jumlah curah hujan dalam satu dasarian 10 hari sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh beberapa dasarian berikutnya. Permulaan musim hujan, bisa terjadi lebih awal maju, sama, atau lebih lambat mundur dari normalnya rata-rata 1981-2010. Variabilitas curah..., Yanuar Henry Pribadi, FMIPA UI, 2012 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA