Distribusi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) berdasarkan pengetahuan ibu post partum tentang inisiasi menyusu dini (IMD).

1. Distribusi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) berdasarkan pengetahuan ibu post partum tentang inisiasi menyusu dini (IMD).

Distribusi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada ibu post partum berdasarkan pengetahuannya tentang inisiasi menyusu dini (IMD) dijelaskan dalam tabel di bawah ini

Tabel 5.1 Distribusi pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) berdasarkan pengetahuan ibu post partum tentang inisiasi menyusu dini (IMD) pada RS Muhammadiyah Gresik bulan April 2011.

Pengetahuan

Total tentang IMD

Pelaksanaan IMD

Kurang N

Baik

Cukup

% N % Baik

0 0 29 100 Spearman’s Rho p= 0,000

Berdasarkan tabel 5.1 diatas, di gambarkan bahwa tingkat pengetahuan dari

29 orang ibu post partum yang menjadi responden penelitian didapatkan sebagian besar mempunyai pengetahuan yang baik tentang inisiasi menyusu dini (IMD) yaitu sebanyak 20 orang (68,97%) sebagian kecil responden mempunyai pengetahuan yang cukup tentang inisiasi menyusu dini (IMD) yaitu sebanyak 9 orang (31,03%) dan tidak satupun responden mempunyai pengetahuan yang kurang atau 0%.

Adapun pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) didapatkan sebagian besar responden melaksanakan praktek inisiasi menyusu dini dengan baik sebanyak 21 orang (72,41%), responden yang melaksanakan praktek inisiasi menyusu dini (IMD) dengan cukup sebanyak 8 orang (27,59%) dan tidak satupun reponden melakukan praktek inisiasi menyusu dini kurang atau 0 %. Untuk tingkat kemaknaan p=0.000 yang artinya ada hubungan yang significant antara pengetahuan dan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) pada ibu post partum di RS Muhammadiyah Gresik. Derajat kekuatan hubungan adalah 0,831 yang berarti mempunyai korelasi sangat kuat.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Tindakan seseorang yang mempunyai pengetahuan yang banyak akan menjadi lebih baik daripada tindakan seseorang yang tidak didasari oleh pengetahuan.(Notoatmodjo, 2003). Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini (IMD) yang baik akan berperilaku yang baik pula dalam praktik kesehatan. Menurut analisis statistik dalam penelitian ini, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya hubungan yang sangat kuat antara pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini (IMD) dengan praktek atau tindakan inisiasi menyusu dini (IMD) pada ibu post partum di RS Muhammadiyah Gresik. Ibu post partum yang berpengetahuan baik akan berperilaku dan cara pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan baik tidaknya objek bagi dirinya dan orang lain.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Dengan adanya pesan yang disampaikan melalui pendidikan kesehatan maka diharapkan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan yang rendah menyebabkan seorang acuh tak acuh terhadap program kesehatan, sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi. Walaupun ada sarana yang baik, belum tentu mereka tahu cara menggunakannya (Martaadisubrata, 2003)

Menurut teori di atas dan hasil penelitian mengenai tingkat pendidikan responden dimana telah diketahui bahwa sebagian besar responden tingkat pendidikannya SMA sederajat sebanyak 17 orang (59%), hal ini menjelaskan bahwa tingkat pendidikan responden cukup tinggi sehingga dalam penerimaan informasi atau pengetahuan yang baru lebih mudah, dalam hal ini mengenai inisiasi menyusu dini (IMD) serta untuk lebih meningkatkan pengetahuan inisiasi menyusu dini (IMD) bisa didapat dari berbagai sumber baik petugas kesehatan, media informasi (koran, TV) ataupun dari buku bacaan. Jadi hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini berhubungan dengan tindakan inisiasi menyusu dini.