Studi Keterkaitan Keanekaragaman Bentuk Pertumbuhan Terumbu Karang dengan Ikan Karang di Sekitar Kawasan Perairan Pulau Ru dan Pulau Keringan Wilayah Barat Kepulauan Belitung.

STUDI KETERKAITAN KEANEKARAGAMAN
BENTUK PERTUMBUHAN TERUMBU KARANG DENGAN
IKAN KARANG DI SEKITAR KAWASAN PERAIRAN
PULAU RU DAN PULAU KERINGAN WILAYAH BARAT
KEPULAUAN BELITUNG

Oleh :
ASEP SOFIAN
COG498084

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Geiar Sarjana pada Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIUNAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004

ASEI' SOFIAN. C06498084. Studi Keterliaitan Keanekaragaman Bentuk

Pcrtu~nbuhan Terumbu Karang dengan Ikan Karang di Sekitar Kawasan
I'erairan Pulau Ru dan Pulau Keringan Wilayah Barat Kepulauan Belitung.
Dibalvah bimbingan Neviaty Putri Zamani (Ketua) dan Budhi Hascaryo
Iskandar (Anggota).

RINGKASAN
Indonesia sebagai negara kepulauan yang secara geografis terletak di antara
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia memiliki kekayaan keanekaragamau hayati
baik di darat maupun di laut. Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki potensi
sumberdaya perairan yang cukup besar. Salah satu sumberdaya alam perairan tropis
yang penting dan memiliki potensi yang besar adalah kawasan terumbu karang.
Teru~nbukarang memiliki nilai dan arti yang sangat penting baik dari segi ekologi
laut maupun sosial ekonomi. Ditinjau dari segi ekologi laut, terumbu karang memiliki
fungsi antara lain sebagai gudang keanekaragaman hayati, tempat tinggal sementara
atau tetap, tempat mencari makan, berpijah, daerah asuhan dan tempat
berlangsungnya siklus biologi, kimia, fisika secara global yang memiliki tingkat
produktivitas yang sangat tinggi dan juga sebagai pelindung dari henlpasan
gelombang (Suharsono, 1996). Dari segi sosial ekonorni, terunlbu karang memiliki
nilai ekonomi yang sangat tinggi. Nilai perikanan karang di Asia Tenggara nlencapai
2,4 milyar dollar ASItlm. Sebagai tambahan terumbu karang sangatlah penting untuk

pariwisata, tenega kerja, penelitian farmasi (Lauretta Burke, et.a1.,2002).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat profil terumbu karang
berdasarkan persentase penutupan bentuk pertumbuhan karang, rnengetahui struktur
kolnunitas ikan karang dilihat dari keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi
dan mengetahui ke&aan
(preferensi) spesies-spesies ikan karang terhadap
habitatnya.
Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 28 Juli sampai dengan 8
Agustus 2002 di perairan Pulau Ru dan Pulau Keringan yang mempakan dua pulau
dari serangkaian pulau yang terdapat di wilayah barat Kepulauan Belitung,
Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung.
Pengarnatan biota karang sebagai komponen utama penyusun ekosistem
terumbu karang dan berbagai organisme bentik lainnya dilakukan dengan metode
transek garis menyinggung (line intercept transect).
Pengamatan ikan karang meggunakan metode pencacahan visual
(underwater visual census). Pengamatan terhadap ikan karang ini dilakukan pada
siang hari ketika ikan karang pada umurnnya beraktifitas.
Pengolahan d m analisa data bentuk pertumbuhan menggunakan persentase
penutupan karang hidup. Untuk mengetahui keanekaragaman digunakan indeks
Shannon, keseragaman dengan indeks keseragaman dail dominansi dengan indeks

dominansi. Indeks mortalitas digunakan untuk mengetahui rasio kematian karang.
Indeks kesamaan Bray-Curtis digunakan untuk menentukan pola pengelompokan
habitat. Pola pengelompokan genus ikan karang ditentukan dengan menggunekan

indeks kesamaan Dice. Analisis hubungan antara kondisi habitat dasar dengan ikan
karang menggunakan ailalisa Nodul berdasarkan indeks konstansi dan indeks
tidelitas.
Pertumbuhan terumbu karang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungail
yaitu faktor fisika dan kimia perairan. Dengan melihat parameter fisika dan kimia
kita dapat melihat apakah terun~bu karang berada dalarn kondisi optimal bagi
perturnbuhannya atau tidak. Parameter fisika darl kimia yang diukur adalah suhu,
salinitas, pH, kecepatan arus dan kecerahan.
Berdasarkan hasil pengamatan tipe terulnbu karang di Pulau Ru dan Pulau
Keringan dikatagorikan sebagai terumbu karang tepi
reen. Berdasarkan
perhitungan persentase penutupan, kondisi bentuk pertumbuhan terumbu karang pada
kedalaman 3 meter tergolong dalam kriteria buruk hingga sangat baik. Pada
kedalaman 10 meter bentuk pertumbuhan teiumbu karang digolongkan dalam kriteria
buruk hingga sedang.
Indeks keanekaragaman (H') biota pengisi habitat dasar untuk kedalaman 3

meter mempunyai kisaran sedang hingga sangat tinggi dan untuk kedalaman 10 meter
juga mempunyai kisaran sedang hingga sangat tinggi. Dari hasil perhitungan didapat
kedalaman 3 meter keanekaraganlan bentai~gterumbu lebih beragam dan lebih baik
dibanding pada kedalaman 10 meter karena nilai iildeks menunjukan angka yang
lebih tinggi bagi kedalaman 10 meter.
Nilai indeks keanekaragam ikan karang yang diperoleh pada kedalanan 3
meter termasuk dalanl kategori keanekaragaman kecil hingga sedang. Indeks
keseragaman pada kedalaman 3 meter digolongkan dalam kategori kecil hingga
tinggi. Pada kedalaman 3 meter komunitas berada dalain kondisi stabil dengan jumlah
setiap individu setiap spesiesnya tersebar merata dan tidak ada dominansi satu spesies
terhadap spesies lainnya. Nilai indeks keanekaragaman yang diperoleh pada
kedalaman 10 nleter termasuk dalam kategori keanekaragaman sedang. Indeks
keseragaman pada kedalaman 10 meter telmasuk dalanl kategori keseragamaa tinggi.
Nilai indeks dominansi termasuk dalam kategori dominansi rendah. Secara umurn
kondisi ikan berdasarkan indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi pada
kedalaman 10 meter lebih baik dari kedalaman 3 meter, ha1 ini disebabkan pada
kedalaman 3 meter kemungkinan untuk terganggunya ekosistem karena aktivitas
manusia lebih besar dari kedalaman 10 meter sehingga tekanan ekologisnya lebih
tinggi.
Pada kedalaman 3 meter diperoleh 3 kelompok habitat yang diperoleh dari 5

stasiun pengamatan dan kedalaman 10 meter terdapat dua kelompok habitat yang
diperoleh dari tiga stasiun pengamatan. Untuk kedalaman 3 meter dihasilkan 9
kelompok genus ikan dan pada kedalaman 10 meter terdapat 5 kelompok.
Analisa Nodul memberikan gambaran bahwa keberadaan suatu kelompok
genus ikan yang menyukai suatu kelompok habitat tertentu di kedalaman 3 meter
lebih banyak dibanding 10 meter. Hal ini menandakan kondisi habitat di kedalaman 3
meter lebih mampu untuk mengakomodasi kehidupan beraneka jenis ikan dalam
jumlah besar.