Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction, DI)

3. Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction, DI)

a. Definisi dan Landasan Teori

Pengajaran langsung (Direct Instruction, DI) merupakan salah satu model pengajaran yang banyak digunakan dalam pembelajaran dan

termasuk ke dalam kelompok model pengajaran yang efektif. 24 Model Direct Instruction (DI) juga dikenal dengan sebutan model pengajaran

aktif (active teaching) yang menunjukkan makna gaya mengajar yang menuntut guru untuk secara aktif melibatkan siswa dalam penyampaian materi pelajaran dengan mengajar secara utuh dan secara langsung.

24 Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching: Evidence and Practice, 2 nd Edition (London: SAGE Publications, 2006), h. 27.

DI merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang pembelajaran siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap dan selangkah demi selangkah. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan tentang sesuatu dan dapat diungkapkan dengan kata-kata sedangkan pengetahuan prosedural didefinisikan sebagai pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu. Sebagai contoh dari kedua macam pengetahuan tersebut adalah konsep tentang tekanan (pressure, p) yang

diformulasikan p  . Pengetahuan deklaratif dari contoh ini yaitu

definisi tekanan adalah hasil bagi antara gaya dengan luas bidang benda yang dikenai gaya tersebut. Contoh pengetahuan prosedural berkaitan dengan pengetahuan deklaratif tersebut adalah bagaimana memperoleh

persamaan tekanan tersebut. 25 DI merupakan model pengajaran yang sangat cocok untuk

membantu siswa dalam memperoleh berbagai keterampilan. Salah satu jenis keterampilan yang bisa diperoleh adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu (how to do something) seperti cara menghitung soal matematika, mencocokkan huruf-huruf dengan suara yang berhubungan, menulis ringkasan tentang teks ekspositori, menimbang bahan kimia dengan menggunakan timbangan dua lengan, menentukan garis lintang dan garis bujur dalam sebuah peta, dan

memonitor kemampuan membaca seseorang secara komprehensif. 26 DI merupakan strategi pengajaran yang berpusat pada guru

(teacher centered). 27 Berpusat pada guru mempunyai maksud bahwa guru memegang kendali dalam pembelajaran. Dalam hal ini, gurulah

yang menentukan topik pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,

25 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep, Landasan Teoretis-Praktis dan Implementasinya (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 29

– 30. Richard I. Arends, dkk., Exploring Teaching: an Introduction to Education, 2 nd Education (New York: McGraw Hill Companies Inc., 2001), h. 194. 27 Ibid. , h 195

dan semua aktivitas pembelajaran lainnya. Porsi pengaturan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang demikian besar ini membuat pembelajaran menjadi sangat terstruktur. Pada akhirnya, pencapaian tujuan pembelajaran menjadi sangat terfokus.

Sejumlah besar guru dan siswa menyukai keteraturan dari DI ini. Hal itu dikarenakan pembelajaran menjadi mudah ditebak alurnya sehingga para guru dan siswa dapat lebih mudah memahami pembelajaran. Dari perspektif siswa, guru dapat melakukan perkiraan tentang langkah-langkah pembelajaran selanjutnya secara jelas dan tidak ambigu. Sebaliknya, dari langkah-langkah yang dilakukan oleh guru, siswa dapat memperkirakan langkah berikutnya yang akan dilakukan oleh guru sehingga siswa akan lebih mudah mengikuti pembelajaran.

Berbeda dengan PBL yang dilandasi oleh konstruktivisme kognitif Piaget dan konstruktivisme sosial Vygotsky, DI hanya dilandasi oleh konstruktivisme sosial Vygotsky saja. Namun demikian, sama dengan PBL yang dilandasi oleh teori belajar lain selain konstruktivisme, DI juga dilandasi oleh teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura, seorang psikolog dari Universitas Stanford Amerika Serikat. Teori belajar sosial atau disebut pula sebagai teori kognitif sosial (social cognitive theory) menyatakan bahwa faktor sosial dan faktor kognitif manusia, seperti tingkah laku, memegang peranan penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif siswa dapat melibatkan harapan siswa untuk sukses. Di pihak lain, faktor sosial

dapat meliputi pengamatan siswa terhadap tingkah laku orang tuanya. 28 Berbeda dengan teori belajar behavioris yang menyatakan bahwa

tingkah laku manusia sebagai refleks otomatis dari stimulus yang diberikan. Teori belajar sosial menyatakan bahwa di samping sebagai hasil dari stimulus yang diberikan, tingkah laku manusia juga dipengaruhi akibat interaksi manusia dengan lingkungannya. Ilustrasi

28 John W Santrock, Op. Cit., h. 226.

yang menggambarkan hubungan faktor kognitif, sosial (lingkungan), dan tingkah laku ini diperlihatkan pada gambar berikut ini.

Gambar 2.1 Model Belajar Menurut Bandura

(Teori Belajar Sosial)

Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan akan mempengaruhi tingkah laku, faktor tingkah laku akan mempengaruhi lingkungan, dan faktor kognitif akan mempengaruhi tingkah laku. Begitu pun seterusnya. Bandura menggunakan istilah person (pribadi), sedangkan istilah tambahan kognitif (cognitive) ini merupakan usul dari Santrock karena menurutnya terdapat banyak faktor person yang merupakan faktor kognitif juga.

Prinsip belajar yang dikemukakan oleh Bandura tersebut menghasilkan sebuah teori belajar sosial dan moral. Sebagian besar dari yang dipelajari oleh manusia terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian tingkah laku (modeling). Siswa belajar mengubah tingkah lakunya dengan cara memperhatikan bagaimana orang memberikan respons terhadap suatu stimulus.

Pendekatan teori belajar sosial terhadap perkembangan moral siswa ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespons)

dan imitation (peniruan). 29 Menurut prinsip-prinsip conditioning, prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada

29 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), h. 79 – 80.

dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya. Prosedur tersebut dengan cara memberikan penghargaan (reward) dan hukuman (punishment). Pemberian reward dan punishment akan membantu siswa dalam menentukan pilihan dalam memutuskan perilaku sosial mana yang perlu ia perbuat.

Prosedur lain yang juga penting dan menjadi bagian yang terpadu dengan prosedur-prosedur belajar menurut teori belajar sosial adalah proses imitasi atau peniruan. Siswa seringkali belajar melakukan sesuatu dengan cara meniru perilaku yang dilakukan oleh orang-orang di sekelilingnya terutama guru dan orang tua. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa guru dan orang tua sebagai model atau figur bagi perilaku yang diperbuat oleh seseorang. Teori perkembangan sosial menurut Bandura diperlihatkan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.3 Teori Perkembangan Sosial Menurut Bandura No.

Aspek

Ciri-ciri perilaku

1. Tekanan dasar Perilaku bergantung pada pengaruh orang lain dan kondisi stimulus.

2. Mekanisme Hasil dari conditioning dan modeling. perolehan moralitas

3. Usia perolehan Belajar berlangsung sepanjang hayat dan moralitas

ada perbedaan usia perolehan.

4. Kenisbian Moralitas bersifat nisbi secara kultural. kebudayaan

5. Perilaku sosialisasi Model-model yang sangat berpengaruh, orang-orang dewasa dan teman-teman dapat

memberikan reward dan

punishment .

6. Implikasi untuk Guru harus menjadi teladan yang baik pendidikan

dan memberikan reward untuk setiap perilaku siswa yang memadai.

b. Komponen-komponen Utama DI

Sebelumnya sudah diuraikan bahwa untuk mendapatkan DI yang efektif maka pembelajaran harus dilakukan secara menyeluruh. Namun demikian, pembelajaran kelas secara menyeluruh saja tidak cukup. Oleh karena itu, diperlukan untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan DI berjalan secara efektif, yaitu sebagai berikut..

1. Materi pelajaran yang terstruktur dengan jelas Kejelasan struktur materi pelajaran akan memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran dan bagaimana hubungan materi tersebut dengan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya. Untuk mendapatkan kejelasan materi pelajaran ini dapat dilakukan dengan cara melakukan tinjauan ulang (review) dan praktikum terhadap materi yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Misalnya, pembelajaran dimulai dengan cara pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan pada pertemuan sebelumnya dan berkaitan dengan materi sebelumnya. Hal ini akan menuntun guru untuk menemukan bagian pelajaran sebelumnya yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai siswa. Di samping dapat mengetahui dari mana pelajaran harus dimulai, cara ini juga dapat memberikan petunjuk kepada guru tentang bagian mana yang perlu diulang dari materi pelajaran yang lalu. Setelah pengulangan tersebut, sebagai contoh dapat pula guru menggunakan kalimat ”hari ini kita akan mempelajari tentang....” Selama pembelajaran berlangsung, guru dapat memberikan penegasan dan penekanan terhadap beberapa bagian penting yang menjadi kunci dari meteri yang sedang disampaikan. Pada akhir pembelajaran, pengulangan terhadap bagian-bagian kunci ini dapat dilakukan sekali lagi baik oleh guru maupun oleh siswa.

2. Kejelasan dan keteraturan presentasi materi pelajaran Kejelasan dan keteraturan presentasi diperlukan agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Di samping itu, kejelasan dan keteraturan presentasi materi pelajaran dapat mencegah kebosanan siswa dan kehilangan informasi materi pelajaran. Terdapat beberapa cara agar sebuah presentasi materi pelajaran berjalan dengan jelas dan teratur.

a. Model deduktif dan induktif. Presentasi yang menggunakan cara deduktif diawali dengan penjelasan prinsip-prinsip umum kemudian dilanjutkan dengan contoh-contoh yang lebih detail dan terperinci. Sebaliknya, cara induktif yaitu presentasi yang diawali dengan contoh-contoh nyata yang sering dihadapi siswa dan berlanjut kepada prinsip-prinsip umum.

b. Part-whole format. Materi pelajaran yang akan disampaikan diperkenalkan dalam bentuk yang paling umum, kemudian dibagi ke dalam bagian-bagian yang dapat dibedakan dengan mudah. Guru harus meyakinkan bahwa bagian-bagian tersebut secara jelas dan eksplisit berhubungan dengan materi pelajaran secara keseluruhan.

c. Sequential Ordering. Materi pelajaran disampaikan dengan cara menjelaskan hubungannya dengan kehidupan nyata. Metode ini biasanya digunakan dalam menjelaskan hukum-hukum matematika dengan cara memberikan contoh pada soal-soal cerita.

d. Combinational Relationship . Dalam metode ini, guru menjelaskan secara bersama unsur-unsur yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan.

e. Comparative Relationship. Pada metode presentasi ini, berbagai unsur yang berbeda ditempatkan pada masing-masing posisinya sehingga siswa dapat membandingkan dan membedakan masing-masing unsur tersebut dengan jelas.

3. Penentuan langkah-langkah pembelajaran Penentuan langkah-langkah pembelajaran merupakan bagian penting dalam pelaksanaan DI di samping beberapa bagian lain. Terdapat dua pendapat yang bertentangan dalam penentuan langkah-langkah pembelajaran ini. Pendapat pertama manyatakan bahwa sebaiknya DI dilaksanakan secara cepat. Hal ini dimaksudkan agar momentum pembelajaran dapat tetap terpelihara dan semakin banyak materi pelajaran yang disampaikan. Namun dalam kondisi lain, misalnya untuk siswa dengan kemampuan yang lebih rendah, disarankan untuk melaksanakan DI dengan lebih lambat agar siswa dapat mengikuti semua kegiatan pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu, guru harus melakukan pengamatan di awal pembelajaran untuk menentukan langkah pembelajaran mana yang harus diterapkan di kelas tersebut.

4. Pemodelan Pemodelan akan menjadikan pembelajaran DI menjadi efektif. Pemodelan berarti mendemonstrasikan materi pelajaran kepada siswa. Pemodelan ini akan lebih efektif dari pada hanya penjelasan verbal belaka, terutama bagi siswa yang lebih muda.

5. Penggunaan peta konsep Strategi yang dapat membantu menyusun pola pikir siswa tentang pelajaran adalah dengan menggunakan peta konsep (conceptual mapping ). Peta konsep adalah sebuah kerangka kerja (framework) yang dapat ditampilkan sebelum menyampaikan materi pembelajaran, menyediakan ikhtisar bagi siswa dalam hubungannya dengan bagian-bagian yang berbeda pada sebuah topik, dan membuat struktur yang siap digunakan dalam pembelajaran. Penggunaan peta konsep membantu siswa memahami dan mengingat siswa tentang konsep-konsep yang dipelajari dan untuk menghubungkan materi pelajaran yang satu dengan materi pelajaran

yang lainnya. Penggunaan peta konsep ini terutama berguna untuk pelajaran yang lebih kompleks.

6. Pertanyaan interaktif Bagian terpenting dalam DI adalah penyelenggaraan forum pertanyaan interaktif. Hal ini berhubungan dengan efektivitas suatu

pembelajaran yang dilakukan. 30

c. Tahap-tahap Pembelajaran DI

Pada DI terdapat lima tahap pembelajaran yang sangat penting. Pembelajaran diawali dengan penjelasan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta latar belakang pembelajarannya. Berikutnya, guru mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan dari guru. DI dapat berupa ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktikum, atau kerja kelompok. DI digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Berikut ini adalah

langkah-langkah pembelajaran DI. 31

Tabel 2.4 Tahapan Pembelajaran Direct Isntruction (DI) Tahap-tahap

Tingkah Laku Guru Tahap 1

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, Menyampaikan tujuan informasi latar belakang pelajaran, dan

mempersiapkan pentingnya pelajaran, dan mempersiapkan siswa

siswa untuk belajar.

Guru mendemonstrasikan keterampilan Mendemonstrasikan

Tahap 2

dengan benar atau menyajikan informasi pengetahuan

dan tahap demi tahap.

keterampilan

Guru merencanakan dan memberikan Membimbing pelatihan bimbingan pelatihan awal kepada siswa.

Tahap 3

30 Daniel Muijs dan David Reynolds, Lop. Cit. h. 30 – 32. 31 Trianto, Op.Cit., h. 31.

Guru memeriksa keberhasilan siswa Memeriksa pemahaman dalam melakukan tugas dan memberi siswa dan memberikan umpan balik terhadap pekerjaan siswa. umpan balik

Tahap 4

Guru memberikan kesempatan kepada Memberikan

Tahap 5

kesem- siswa untuk melakukan pelatihan lanjutan patan kepada siswa dengan perhatian khusus pada penerapan untuk latihan lanjutan atas situasi yang lebih kompleks dalam dan penerapan

kehidupan sehari-hari.

Penjelasan dari tiap-tiap tahap DI diuraikan berikut ini.

a. Tahap penyampaian tujuan dan persiapan siswa Tujuan merupakan langkah awal untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa dan memotivasi mereka untuk berpartisipasi dalam pelajaran itu. Oleh karena itu, siswa perlu mengetahui dengan jelas mengapa mereka perlu berperan serta dalam pembelajaran dan mereka juga perlu mengetahui tentang apa yang akan mereka dapat setelah pembelajaran. Penyampaian tujuan pembelajaran dapat dilakukan melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis atau menempelkannya pada papan buletin atau sejenisnya yang berisi tahap-tahap pembelajaran dan alokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap. Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran, selanjutnya guru dapat mempersiapkan siswa untuk menerima materi pelajaran. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menarik perhatian siswa, memusatkannya pada pokok pembicaraan dan mengingatkan kembali mereka pada materi pelajaran yang telah mereka terima yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan pada waktu itu.

b. Tahap presentasi dan demonstrasi Kejelasan presentasi materi pelajaran akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Beberapa metode demonstrasi seperti telah diuraikan sebelumnya dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini. Demonstrasi juga memegang peranan penting dalam DI. Hal ini didasarkan pada asumsi teori belajar sosial yang menyatakan bahwa sebagian besar yang dipelajari berasal dari mengamati orang lain melalui imitation dan conditioning . Agar demonstrasi berjalan dengan baik, guru perlu dengan sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya. Hal yang tak kalah pentingnya adalah memastikan siswa agar mengikuti demonstrasi yang dilakukan dengan benar.

c. Tahap pemberian bimbingan pelatihan Hal ini dimaksudkan agar siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan akan meningkatkan retensi siswa, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah diperoleh pada situasi yang baru. Untuk mendapatkan pelatihan yang efektif, sebaiknya guru memperhatikan beberapa hal berikut ini.

1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan latihan singkat dan bermakna.

2) Memberikan pelatihan kepada siswa sampai mereka benar-benar menguasi konsep dan keterampilan yang sedang dipelajari.

3) Berhati-hati dalam pemberian latihan berkelanjutan karena pelatihan yang dilakukan terus-menerus dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kejenuhan kepada siswa.

4) Memperhatikan tahap-tahap awal pelatihan yang memungkinkan siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah tanpa disadari.

d. Tahap memeriksa pemahaman siswa dan pemberian umpan balik Tahap ini juga sering disebut dengan istilah tahap resitasi yaitu guru memberikan beberapa pertanyaan lisan maupun tertulis kepada siswa. Setelah itu, guru memberikan respons terhadap jawaban- jawaban yang diberikan oleh siswa. Umpan balik dapat dilakukan dengan berbagai cara di antaranya dengan cara lisan, tes, dan komentar tertulis. Umpan balik ini dimaksudkan agar siswa mengetahui kesalahan dan kekurangan mereka dalam pembelajaran sehingga bisa memperbaikinya. Agar umpan balik yang diberikan kepada siswa yang jumlahnya banyak dapat berjalan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut ini.

1) Umpan balik hendaknya dilakukan sesegera mungkin sehingga siswa dapat mengingat dengan jelas kinerja mereka sendiri.

2) Umpan balik hendaknya jelas dan spesifik agar dapat dipahami siswa dengan jelas.

3) Umpan balik ditujukan langsung pada tingkah laku dan bukan pada maksud tersirat dalam tingkah laku tersebut.

4) Memberikan umpan balik yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

5) Memberikan umpan balik dan pujian pada kinerja yang baik.

6) Apabila memberikan umpan balik negatif, tunjukkan bagaimana cara melakukan tugas dengan benar.

7) Membantu siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan bukan pada hasil. Karena proses yang benar akan menghasilkan hasil yang baik dan sebaliknya, proses yang salah akan menghasilkan hasil yang buruk. Oleh karena itu, guru perlu menyadarkan siswa untuk memusatkan perhatiannya pada proses.

8) Mengajari siswa cara memberi umpan balik terhadap dirinya sendiri dan bagaimana menilai keberhasilan sendiri.

e. Tahap memberikan kesempatan untuk melakukan latihan mandiri Pada tahap ini guru memberikan tugas kepada siswa untuk menerapkan konsep dan keterampilan yang telah diperolehnya selama pembelajaran. Tugas ini harus dilakukan secara mandiri dan bisa dilakukan di rumah atau di luar jam pelajaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian tugas ini adalah sebagai berikut.

1) Tugas yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan untuk pembelajaran berikutnya.

2) Guru sebaiknya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa di rumah.

3) Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang diberikan kepada siswa di rumah. 32

4. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran dan Hasil Belajar Fisika

Dalam upaya meningkatkan hasil belajar, seorang guru dapat melakukan berbagai cara. Di antaranya adalah dengan cara mengganti model pembelajaran konvensional dengan model-model pembelajaran kontemporer sehingga proses pembelajaran menjadi lebih variatif. Variasi ini akan membuat siswa tidak mudah bosan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada akhirnya, siswa akan terdorong untuk lebih aktif untuk melibatkan dirinya dalam proses pembelajaran. Karena proporsi keterlibatan siswa dalam pembelajaran lebih banyak berarti semakin banyak pula yang dipelajari oleh mereka sehingga akan dapat memperbaiki hasil belajar mereka.

32 Ibid., h. 36 – 40.

Namun demikian, proses penggantian model pembelajaran ini tidak selalu serta merta diikuti dengan perolehan hasil yang positif. Proses penggantian ini akan menghasilkan masa transisi. Pada masa transisi ini siswa akan belajar menyesuaikan perilakunya dengan proses pembelajaran yang baru tersebut. Pada masa transisi ini juga siswa terkadang untuk sementara waktu akan merasa bingung tentang apa yang harus mereka lakukan berkaitan dengan proses pembelajaran. Karena proses pembelajaran kontemporer biasanya menuntut siswa untuk melakukan hal- hal yang tidak biasa seperti pada pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, kadang-kadang pada awal penerapan model pembelajaran baru siswa akan memberikan respons yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan hal tersebut, untuk menerapkan model-model pembelajaran baru diperlukan pembiasaan. Karena dengan pembiasaan, menurut Thorndike melalui teori connectionism-nya, siswa akan mulai belajar menyesuaikan respons yang harus dilakukan terhadap instruksi- instruksi guru berkaitan dengan proses pembelajaran yang baru tersebut.

Teori connectionism Thorndike menjelaskan hubungan stimulus yang diberikan dengan respons yang dihasilkan. Jika hubungan itu semakin kuat, maka respons yang akan dihasilkan juga semakin kuat. Thorndike menjelaskan teori koneksionismenya melalui lima hukum sebagai berikut.

a. The Law of Effect (Hukum Akibat) Hukum akibat menyatakan bahwa hubungan stimulus respon akan cenderung menguat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung melemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.

b. The Law of Exercise Hukum latihan yaitu semakin sering tingkah laku diulang/dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat. Dalam hal ini, hukum latihan mengandung dua hal:

1) The Law of Use, yaitu hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi bertambah kuat, kalau ada latihan yang sifatnya lebih memperkuat hubungan itu.

2) The Law of Disuse, yaitu hubungan-hubungan atau koneksi- koneksi akan menjadi bertambah lemah atau terlupa kalau latihan- latihan dihentikan, karena sifatnya yang melemahkan hubungan tersebut.

c. The Law of Multiple Response Dalam menghadapi situasi baru dan tidak tahu apa yang harus

dilakukan, siswa akan melakukan trial and error, yaitu melakukan berbagai perilaku sebagai percobaan untuk mengetahui perilaku yang benar sebagai respons yang harus diberikan terhadap situasi tersebut.

d. The Law of Assimilation Seorang siswa dapat memberikan respons terhadap situasi baru dengan

cara menganalogikannya dengan situasi yang pernah dihadapinya di masa lalu yang dianggap serupa dengan situasi baru tersebut.

e. The Law of Readiness Koneksi stimulus dengan respons akan menguat jika didukung dengan

kesiapan siswa. Sehingga respons yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan dan mantap. 33

Salah satu indikator bahwa sebuah pembelajaran memperoleh hasil yang positif adalah perolehan nilai hasil belajar yang baik. Oleh karena hasil belajar merupakan produk proses pembelajaran, maka hasil belajar

33 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Cet.2, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 64 – 65 dan Teori Belajar Behaviorisme, artikel diakses pada tanggal 2 Desember 2009 dari

http://wangmuba.com/2009/02/21/teori-psikologi-belajar-dan-aplikasinya-dalam-pendidikan/

dapat didefinisikan dengan menggunakan definisi-definisi tentang belajar dan pembelajaran.

Belajar melibatkan tahap masukan, proses, dan keluaran. Belajar juga merupakan proses yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya tidak mampu menjadi mampu, dan sebagainya. Inilah yang disebut dengan hasil belajar, yaitu perubahan perilaku yang menyatakan perbedaan dari masukan dan keluaran.

Karena hasil belajar merupakan produk belajar, maka pengertian hasil belajar dapat dijelaskan dari pengertian belajar. Santrock menyatakan bahwa „learning is a relatively permanent influence on behaviour, knowledge, and thinking skills that comes about through experience.” 34

Senada dengan itu, Sabri menyebutkan beberapa definisi berkaitan dengan belajar. Sabri menyebutkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar tersebut terjadi melalui usaha mendengarkan, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati,

meniru, melatih, dan mencoba sendiri dengan pengalaman atau latihan. 35 Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap,

bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang kembali. Dari beberapa pernyataan tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah perubahan yang relatif permanen berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan, dan keterampilan setelah melakukan proses belajar.

Hasil belajar tidak terbatas hanya pada ranah kognitif, melainkan juga pada ranah afektif dan psikomotorik. 36 Pada kurikulum sebelum

KTSP, kebanyakan para guru hanya mengukur hasil belajar dari aspek kognitif saja karena memang aspek kognitiflah yang paling mudah diukur karena berkaitan langsung dengan penguasaan isi bahan pelajaran. Namun

34 John W Santrock, Op. Cit., h. 210. 35 M. Alisuf Sabri, Op. Cit. h. 55 – 56.

36 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-2, h.250.

pada KTSP, pengukuran hasil belajar tidak lagi hanya terbatas pada aspek kognitif saja, namun juga pada aspek afektif dan psikomotorik.

Pengukuran hasil belajar sering disebut dengan penilaian. Oleh karena pengukuran hasil belajar tidak lagi hanya pada aspek kognitif melainkan juga pada aspek afektif dan psikomotor, maka banyak diciptakan sistem-sistem penilaian yang baru yang bisa mengukur hasil belajar secara integratif dan komprehensif. Pada fisika, penilaian hasil belajar diukur melalui ulangan, penugasan, penilaian kinerja (performance assesment ), penilaian hasil karya (product assesment), atau bentuk lain

yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai. 37 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan hasil belajar fisika adalah hasil penilaian setelah siswa melakukan pembelajaran. Namun, berdasarkan pembatasan masalah seperti yang diuraikan di Bab I, maka hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini hanya terbatas pada hasil penilaian ranah kogitif saja.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penerapan model PBL dan model DI antara lain adalah sebagai berikut.

1. Suherman menyatakan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning, PBL) dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Di samping itu, Suherman juga menyatakan bahwa proses pembelajaran berjalan lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hasil temuannya menunjukkan bahwa rata- rata hasil belajar siswa yang pada awalnya 49,29 meningkat menjadi 73,5 pada siklus pertama setelah diterapkan PBL. Di samping itu, Suherman juga menemukan bahwa siswa lebih merasa nyaman belajar dengan menggunakan PBL yang ditunjukkan dengan perolehan skor tentang pandangan siswa terhadap PBL yang sedang diterapkan. Presentase siswa

37 PUSKUR BALITBANG DEPDIKNAS, Model Penilaian Kelas, (Jakarta: DEPDIKNAS, 2007), h. 4-9

yang memberikan pandangan positif terhadap PBL adalah 78,4 % sedangkan siswa yang berpandangan negatif terhadap PBL hanya

mencapai 21,6 %. 38

2. Riyanto menyatakan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada hasil belajar pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung siswa yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Peningkatan rata-rata hasil belajar pada kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah adalah dari 16,36 menjadi 64,20 sedangkan pada kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional

hanya mengalami peningkatan dari 13,56 menjadi 55,32. 39

3. Aeni, berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang menerapkan PBL di MAN 8 Cakung Jakarta Timur, menyatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siklus pertama terhadap siklus kedua. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata yang dicapai siswa pada siklus pertama sebesar 70,74 menjadi 80,00 pada siklus kedua. Di samping itu, pada siklus kedua, tidak

ada lagi siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 65. 40

4. Hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh I Wayan Distrik di SMAN 13 Bandarlampung menunjukkan bahwa dengan menerapkan DI, pemahaman dan penguasaan konsep siswa terhadap materi pelajaran dan hasil belajar mereka pada setiap siklus terus meningkat. Tingkat pemahaman konsep siswa pada siklus I hanya mencapai 21,2 % kemudian mengalami peningkatan menjadi 160 % pada siklus II dan menjadi 265 %

38 Suherman, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Penelitian Tindakan Kelas di MTs

Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 71.

39 Dwi Riyanto, “Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa (Studi Eksperimen di SMP Muhammadiyah 19 Sawangan Depok),” (Skripsi S1

Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 48 – 50.

40 Titin Khurotul Aeni, “Pendekatan Konstruktivisme dengan Model Pembelajaran Berbadasarkan Masalah (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada

Konsep Laju Reaksi (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di MAN 8 Cakung, Jakarta Timur),” (Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 81.

pada sisklus III. Begitu pula dengan tingkatan penguasaan konsep yang meningkat dari 63,0 pada siklus I menjadi 69,1 pada siklus II, dan mencapai nilai 79,4 pada siklus III. Hasil belajar mengalami peningkatan. Hasil belajar pada siklus I siswa hanya memperoleh 74,73 kemudian meningkat menjadi 79,13 pada siklus II dan menjadi 87,03 pada siklus

III. 41

5. Purnomo menyatakan bahwa penerapan DI dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pelajaran Biologi konsep fotosintesis. Hal ini didasarkan pada hasil penelitiannya di kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Yogyakarta. Menurutnya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa ini dikarenakan DI menjamin siswa untuk lebih banyak

terlibat langsung dalam pembelajaran. 42

6. Pada 1983, Good melakukan sebuah studi yang dinamai Missouri Mathemathics Effectiveness Study . Studi ini melibatkan 40 orang guru matematika yang dibagi ke dalam dua kelompok. Guru pada kelompok pertama diberikan pelatihan (training) tentang perilaku yang harus dilakukan guru yang merupakan unsur-unsur DI sedangkan guru pada kelompok lainnya dibiarkan mengajar dengan cara sebelumnya. Di akhir studinya, Good menemukan kenyataan bahwa siswa yang diajar oleh guru dari kelompok pertama mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada

siswa yang diajar oleh gru pada kelompok kedua. 43

41 I Wayan Distrik, Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 13 BandarLampung ,

artikel diakses

4 Agustus 2009 dari http://pustakailmiah.unila.ac.id/2009/07/16/model-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan- kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13- bandar-lampung/

pada

tanggal

42 Sidik Purnomo, Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Model) Siswa Kelas VIIIC MTs

Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 2007/2008 (Skripsi S1 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta), diakses pada tanggal 4 Agustus 2009 dari http://digilib.uin-suka.ac.id/download.php?id=2161

43 Danield Muijs dan David Reynolds, Op. Cit., h. 28.

C. Kerangka Pikir

Belajar merupakan faktor yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia belajar menjadikan manusia sebagai makhluk unik yang berbeda dengan makhluk lain. Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen pada perilaku, pengetahuan, atau keterampilan.

Proses belajar setidaknya meliputi tiga tahapan, yaitu tahapan input, proses, dan output. Ketiga tahapan ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar belajar (output), di samping kualitas input-nya, adalah proses pembelajarannya.

Sebagai ilmu pengetahuan empiris, perkembangan fisika selalu diawali dari sebuah permasalahan. Berawal dari permasalah tersebut, seseorang akan melakukan observasi yang kemudian akan dilanjutkan oleh kegiatan-kegiatan yang lain sehingga menghasilkan sebuah teori baru. Berdasarkan kenyataan itu, maka para pakar pendidikan mulai merumuskan sebuah model pembelajaran yang sesuai dengan karakter fisika tersebut. Pengembangan model pemebelajaran ini didasarkan pada kegagalan model pembelajaran konvensional yang hanya dapat membantu siswa memiliki hapalan jangka pendek saja. Pembelajaran konvensional membuat siswa tidak bisa menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di sekolah dengan pemecahan masalah yang dihadapi siswa pada kehidupan sehari-hari. Maka lahirlah model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning, PBL) sebagai sebuah solusi terhadap permasalah tersebut.

Di samping itu, setiap proses pembelajaran harus didesain sedemikian rupa sehingga sesuai dengan karakteristik materi yang dipelajari. Karena ketidaksesuaian pembelajaran yang dilakukan, berkembanglah persepsi pada siswa bahwa fisika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan. Untuk mengatasi ini, model pengajaran langsung (Direct Instruction, DI) berupaya memberikan solusi untuk mengatasi masalah ini. DI menjamin keterlibatan siswa dalam pembelajaran sehingga diharapkan pembelajaran akan berjalan lebih mudah dan menyenangkan.

Kedua model pembelajaran tersebut, PBL dan DI, dapat meningkatkan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar pada PBL disebabkan karena siswa diajarkan keterampilan pemecahan masalah sedangkan pada DI, peningkatan hasil belajar disebabkan karena pelaksaan tahapan pembelajaran DI dilakukan secara sistematis. Namun demikian, PBL sedikit lebih unggul daripada DI karena PBL lebih student centered yang berimplikasi pada tuntutan kepada siswa untuk lebih melibatkan dirinya secara aktif dalam pembelajaran. Proporsi keterlibatan siswa yang lebih besar inilah yang menyebabkan PBL lebih baik daripada DI.

Berdasarkan landasan teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan, maka diduga hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model PBL lebih baik daripada yang menggunakan model DI. Kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir

43

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka pikir yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

H 0 : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model PBL sama dengan siswa yang menggunakan DI pada konsep hukum gravitasi.

H a : Hasil belajar fisika siswa yang menggunakan model PBL lebih baik daripada siswa yang menggunakan DI pada konsep hukum gravitasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Ajaran 2009- 2010. Tepatnya penelitian ini dimulai pada tanggal 7 September sampai dengan 22 Oktober 2009. Adapun tempat penelitiannya adalah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Ciledug Kabupaten Cirebon Jawa Barat.

B. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang diuraikan pada Bab I, maka metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

semu (quasi experiment). 44 Pemilihan metode penelitian ini dikarenakan kelas yang dijadikan objek penelitian tidak memungkinkan pengontrolan secara

ketat. Jadi, penelitian harus dilakukan secara kondisional dengan tetap memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini membandingkan dua kelompok hasil belajar fisika antara yang menggunakan model PBL dan DI. Oleh karena itu, penelitian ini

termasuk ke dalam jenis penelitian kausal komparatif. 45 Sebelum diberikan perlakuan, pada kedua kelompok dilakukan pretest untuk mengetahui sejauh

mana kemampuan dasar siswa pada konsep yang bersangkutan yaitu konsep hukum gravitasi. Kemudian keduanya diberikan perlakuan yang berbeda, yaitu kelompok yang satu diterapkan model PBL sedangkan kelompok yang lain diterapkan model DI. Setelah diberikan perlakuan, pada kedua kelompok dilakukan kembali posttest untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa

44 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 85 – 86. 45 M Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2001),

h. 92.

terhadap konsep yang bersangkutan. Desain penelitiannya dapat digambarkan pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

X B √ Pada Tabel 3.1 tersebut, X A adalah perlakuan (treatment) berupa penerapan

model PBL pada kelompok A sedangkan X B adalah perlakuan (treatment) berupa penerapan model DI.

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini bersifat komparasional karena membandingkan dua kelompok hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran yang berbeda. Oleh karena itu, variabel X pada penelitian ini adalah hasil belajar fisika kelas yang menggunakan model PBL sedangkan variabel Y-nya adalah hasil belajar fisika kelas yang menggunakan DI.

E. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Ciledug Kabupaten Cirebon dengan populasi sasarannya adalah seluruh siswa kelas XI IPA di sekolah yang sama. Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik purpossive sampling, yaitu teknik pengambilan

sampel berdasarkan tujuan penelitian. 46 Berdasarkan teknik sampling tersebut, diperoleh bahwa sampel penelitian ini adalah Kelas XI IPA 1 dan Kelas XI

IPA 2. Kelas XI IPA 1 ditetapkan sebagai kelompok A yang akan menggunakan PBL sedangkan Kelas XI IPA 2 ditetapkan sebagai kelompok B yang akan menggunakan DI.

46 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 22 – 23.

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, kedua kelas diuji kehomogenannya dengan cara membandingkan nilai pretest kedua kelas tersebut dengan menggunakan analisis statistik perbandingan. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, diperoleh bahwa ternyata hasil pretest kedua kelas tersebut tidak berbeda secara signifikan sehingga pengambilan kedua kelas ini sebagai sampel penelitian adalah layak. Perhitungan analisis statistik perbandingan pretest ini terdapat pada Lampiran 14.

F. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua buah data penelitian ini. Data utama adalah hasil belajar fisika yang diperoleh dari pelaksanaan pretest dan posttest. Data penunjang penelitian adalah data hasil observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil belajar diperoleh dengan menggunakan instrumen tes berupa tes objektif sedangkan data hasil observasi diperoleh dengan menggunakan instrumen nontes berupa lembar observasi.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes berupa tes objektif dalam bentuk pretest dan posttest. Di samping itu, untuk mendapatkan data penunjang kesimpulan yang diharapkan di akhir penelitian ini, digunakan instrumen nontes berupa lembar observasi sebagai panduan observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

1. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa soal pilihan ganda. Instrumen tes ini harus memenuhi empat kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Untuk mengetahui pemenuhan keempat kriteria tersebut, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini harus melalui pengujian dan perhitungan. Berikut ini adalah pengujian dan perhitungan yang perlu

dilakukan berkaitan dengan kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen penelitian.

a. Uji Validitas

Setiap instrumen penelitian harus valid atau sahih. Validitas ini berhubungan dengan isi dan kegunaan instrumen 47 Suatu instrumen

dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur. Hal itu seperti yang dinyatakan oleh Anderson seperti yang dikutip oleh

Arikunto yang menyatakan bahwa, “a test is valid if it measures what

a purpose to measure. 48 ” Pengujian validitas instrumen nontes ini merupakan pengujian

validitas setiap butir soal tes. Pengujian validitas setiap butir soal dapat dihitung dengan menggunakan teknik analisis point biserial yang

dinyatakan dalam persamaan berikut ini. 49

r pbi 

SD t

dimana: r PBL = indeks point biserial

M p = Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

M t = Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

SD t = Deviasi standar skor total. p

= proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya.

47 S Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan Cet. Ke-4 (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 186.

48 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi Cet. I (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 65.

49 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan Cet. Ke-10 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 245 – 246.

q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya.

Perhitungan pengujian validitas instrumen tes ini terdapat pada Lampiran 3A. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh data bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 27 soal yang dinyatakan valid. Butir-butir soal tersebut adalah soal nomor 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 11,

14, 15, 16, 17, 18, 20, 21, 23, 26, 27, 30, 32, 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40. Semua soal yang valid ini selanjutnya akan disaring kembali berdasarkan kriteria yang lainnya untuk dapat digunakan dalam penelitian ini.

b. Perhitungan Reliabilitas

Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika tes tersebut menunjukkan hasil-hasil yang mantap. Reliabilitas dapat lebih mudah dipahami dengan memperhatikan tiga aspek dari sebuah instrumen tes, yaitu kemantapan, ketepatan, dan homogenitas. Suatu instrumen tes dapat dikatakan mantap apabila instrumen tes tersebut digunakan berulangkali, dengan syarat saat pengukuran tidak berubah, instrumen

tes tersebut memberikan hasil yang sama. 50 Setelah dilakukan pengujian validitas semua instrumen, maka

butir-butir soal yang valid dihitung koefisien reliabilitasnya. Seperti yang diuraikan pada bagian uji validitas, didapat bahwa dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 27 soal yang dinyatakan valid. Oleh karena itu, yang dihitung koefisien reliabilitasnya adalah 27 soal tersebut.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menunjukkan reliabilitas suatu instrumen tes adalah rumus KR-20 yang ditunjukkan dengan rumus berikut ini.

50 S Margono, Op. Cit. h. 181.

r 11 : nilai koefisien reliabilitas instrumen KR-20

k : jumlah testee p : proporsi jumlah testee yang menjawab betul

: proporsi jumlah testee yang menjawab salah SD 51 : nilai deviasi standar

Perhitungan nilai reliabilitas ini terdapat pada Lampiran 3B bersama dengan uji validitas. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai reliabilitas instrumen tes ini adalah 0,7413. Nilai

ini termasuk kategori cukup (r 11 > 0,70) atau dengan kata lain bahwa instrumen ini reliabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan instrumen ini layak untuk digunakan dalam penelitian ini.

c. Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda

Tes yang baik adalah tes yang mempunyai taraf kesukaran tertentu, sesuai dengan karakteristik peserta tes. Taraf kesukaran suatu

tes dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut ini. 52

JS

dimana: P

= derajat kesukaran (degrees of difficulty)

B = bayaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS

= jumlah seluruh siswa seluruh tes.

51 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 254 – 257 dan Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi,

(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 105 – 113. 52 Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 207 – 208.

Penentuan kriteria derajat kesukaran didasarkan pada ketentuan berikut ini.

Tabel 3.2 Kategori Derajat Kesukaran

Rentang Nilai DK

Kategori

0,00 ≤ DB < 0,30 Sukar 0,30 ≤ DB < 0,70 Sedang 0,70 ≤ DB ≤ 1,00 Mudah

Dari 40 soal yang diujicobakan terdapat 8 soal yang termasuk kategori sukar, 30 soal termasuk kategori sedang, dan 2 soal termasuk kategori mudah. Soal yang dianggap memenuhi kriteria derajat kesukaran adalah soal yang termasuk kategori sedang dan mudah. Dari

27 soal yang valid, terdapat 3 soal yang termasuk kriteria sukar. Oleh karena itu, dari 27 soal yang valid hanya 24 soal yang juga memeuhi kriteria derajat kesukaran. Soal-soal tersebut adalah soal nomor 2, 3, 5,

6, 7, 8, 9, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 23, 26, 27, 30, 32, 33, 35, 36, 39, dan 40.

Di samping itu, tes yang baik juga adalah tes yang bisa memisahkan dua kelompok peserta tes atau siswa. Kedua kelompok itu adalah siswa yang betul-betul mempelajari materi pelajaran dan siswa yang tidak mempelajari materi pelajaran. Untuk menentukan daya

pembeda digunakan rumus: 53

W L  W H DB 

dimana: DB = Daya Beda (discriminating power, DP) W L = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau

menjawab salah pada item tertentu

53 Ibid, h. 136.

W H = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu

= jumlah kelompok atas atau kelompok bawah Berikut ini adalah cara yang dapat digunakan dalam penentuan

kelompok atas (W H ) dan kelompok bawah (W L ).

a. Menyusun lembar jawaban tes sesuai dengan urutan nilai dari yang terbesar (disimpan paling atas) sampai yang terkecil (disimpan paling bawah).

b. Mengambil 27 % dari atas susunan lembar jawaban, jumlah ini akan menjadi kelompok atas.

c. Mengambil 27 % dari bawah susunan lembar jawaban, jumlah ini akan menjadi kelompok bawah.

d. Sisanya yakni bagian yang 46 % disisihkan, karena tidak perlu diikutkan dalam analisis.

Penentuan kriteria daya beda soal didasarkan pada ketentuan berikut ini.

Tabel 3.3 Kategori Daya Beda Rentang Nilai DB

0,00 ≤ DB < 0,20 Buruk 0,20 ≤ DB < 0,40 Cukup 0,40 ≤ DB < 0,70 Baik 0,70 ≤ DB ≤ 1,00 baik sekali

Hasil uji coba menunjukkan bahwa dari 40 soal terdapat 4 soal yang termasuk kategori drop, 8 soal termasuk kategori buruk, 13 soal termasuk kategori cukup, dan 15 soal termasuk kategori baik. Tidak terdapat soal yang termasuk kategori baik sekali. Jika ditinjau dari soal- soal yang valid dan memenuhi kriteria derajat kesukaran, maka dari 24 soal yang memenuhi kedua kriteria tersebut juga memenuhi kriteria

daya beda ini. Perhitungan pemenuhan kedua kriteria ini terdapat pada Lampiran 3C dan Lampiran 3D.

Dari keseluruhan soal yang diujicobakan, jumlah soal yang digunakan dalam penelitian adalah 20 soal. Pemilihan 20 soal ini di samping didasarkan pada keempat kriteria di atas juga didasarkan pada keterwakilan semua indikator materi pembelajaran. Soal-soal yang dipiilih dianggap memiliki kriteria yang paling baik berdasarkan keempat kriteria yang disyaratkan. Di samping itu, 20 soal yang digunakan ini dianggap telah mewakili setiap indikator pembelajaran sehingga ketercepaian tujuan pembelajaran dapat diukur dengan 20 soal ini. Keduapuluh soal tersebut adalah soal nomor 2, 5, 7, 8, 9, 11, 14, 15,

16, 18, 21, 23, 26, 27, 30, 32, 33, 36, 39, dan 40.

2. Instrumen Nontes

Penggunaan instrumen nontes ini bertujuan agar kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini lebih valid dan objektif dibandingkan jika hanya menggunakan satu instrumen tes saja. Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Sebagaimana instrumen tes, instrumen nontes juga harus memenuhi kriteria kelayakan. Hanya saja kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen nontes berbeda dengan instrumen tes. Begitu pula, berbeda dengan instrumen tes yang pengujiannya menggunakan perhitungan-perhitungan statistik, instrumen nontes lembar observasi ini pengujian kelayakannya cukup dengan

pertimbangan ahli saja. 54 Pertimbangan para ahli ini berhubungan dengan validitas isi yang berkaitan dengan butir-butir pertanyaan-pertanyaan yang

akan diajukan kepada siswa. 55 Uji kelayakan ini dilakukan oleh dosen pembimbing dengan

pertimbangan kajian teoretis yang dilakukan penulis. Setelah diajukan

54 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 123.

55 Yanti Herlanti, Op. Cit., h. 32.

kepada dosen pembimbing dan beberapa perbaikan, akhirnya instrumen nontes lembar observasi ini dianggap layak untuk digunakan. Pengembangan indikator observasi ini terdapat pada Lampiran 2D bersama dengan pengembangan indikator instrumen tes. Berikut ini adalah aspek- aspek yang diuji kelayakannya oleh dosen pembimbing beserta kriterianya.

Tabel 3.4 Lembar Uji Validitas Instrumen Nontes Kriteria

No

Aspek yang Diuji

Baik Cukup Kurang

1 Pengembangan indikator dari setiap tahap pembelajarannya

2 Keterwakilan semua tahap pembelajaran oleh indikator yang dikembangkan

3 Penskoran terhadap tiap-tiap indikator

4 Pemilihan kata dan kalimat dalam pengembangan indikator

5 Kejelasan dan keefektifan bahasa yang digunakan

Saran:

H. Teknik Analisis Data

Karena terdapat dua buah data yang berbeda yaitu data yang diperoleh dari instrumen tes dan data dari instrumen nontes, maka terdapat pula dua buah teknik analisis data. Data yang dihasilkan dari instrumen tes akan dianalisis untuk mengukur signifikansi peningkatan hasil belajar dan menguji hipotesis. Data yang dihasilkan dari hasil observasi akan dianalisis untuk

mengukur kualitas pembelajaran selama diberi perlakuan berupa penerapan PBL dan DI pada masing-masing kelompok eksperimen.

1. Teknik Analisis Data Hasil Belajar

a. Signifikansi Peningkatan Hasil Belajar

Untuk mengetahui signifikansi peningkatan hasil belajar siswa, maka diperlukan sebuah analisis kuantitatif yang disebut dengan uji normal gain . Gain adalah selisih antara nilai pretest dan nilai posttest. Di samping itu, gain juga menunjukkan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan. Uji normal gain dilakukan dengan menggunakan rumus normal-gain yang

dinyatakan sebagai berikut. 56 nilai posttest - nilai pretest

Normal Gain (G)  nilai maksimum - nilai pretest

dengan kategorisasi perolehan berikut ini.

a. g-tinggi

: nilai G ≥ 0,70

b. g-sedang : nilai 0,30 ≤ G < 0,30

c. g-rendah

: nilai G < 0,30

b. Pengujian Hipoteis

Teknik analisis data untuk pengujian hipotesis dilakukan dalam beberapa tahap. Sebelum melakukan uji hipotesis, diperlukan untuk melakukan beberapa uji prasyarat statistik untuk menentukan rumus statistik yang akan digunakan dalam uji hipotesis tersebut.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas seperti yang disyaratkan oleh uji t yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus chi square (uji

kai kuadrat), yaitu: 57

56 Ibid., h. 52-53 57 Wayan Nurkancana dan PPN Sumartana, Op. Cit., h. 176.

Simbol O i pada persamaan tersebut menunjukkan frekuensi observasi sedankan simbol E i menunjukkan frekuensi ekspektasi (harapan). Kriteria pengujian nilai kai kuadrat adalah sebagai berikut.

2 a. jika X 2 hitung ≤ X tabel , maka H a diterima dan H o ditolak (data terdistribusi normal).

2 b. jika X 2 hitung >X tabe l, , maka H o diterima dan H a ditolak (data tidak terdistribusi normal).

2) Uji Homogenitas

Sedangkan uji homogenitas varians yang digunakan adalah uji

F, yaitu: 58

Maksud dari setiap simbol pada persamaan uji F tersebut dijelaskan sebagai berikut ini.

V 1 = varians besar

V 2 = varians kecil S 1 = deviasi standar data varians besar S 2 = deviasi standar data varians kecil

Kriteria pengujian uji F adalah sebagai berikut.

a. jika F hitung < F tabel , maka H a diterima dan H o ditolak (data memiliki varians homogen).

b. jika F hitung > F tabel, , maka H o diterima dan H a ditolak (data tidak memiliki vaians homogen)

58 Ibid, h. 171.

3) Uji Hipotesis

Karena penelitian ini bersifat komparasional, yaitu membandingkan antara hasil belajar fisika antara yang menggunakan model PBL dan model DI. Uji t adalah tes statistik yang dapat dipakai untuk menguji perbedaan atau kesamaan dua kondisi atau perlakuan pada dua kelompok yang berbeda dengan prinsip membandingkan rata-rata (mean) kedua kelompok atau perlakukan itu. Uji t harus diawali dengan serangkaian pengujian

yang lain seperti: 59

a. Merumuskan hipotesis nol (terarah atau tidak terarah)

b. Menentukan sampel representatif (termasuk ukuran sampelnya)

c. Menguji normalitas sebaran data setiap kelompok penelitian

d. Jika kedua kelompok sebaran datanya normal, dilanjutkan dengan pengetesan homogenitas varians.

e. Jika kedua varians kelompok data itu homogen, baru dilanjutkan dengan uji t.

f. Jika salah satu atau kedua kelompok penelitian mempunyai sebaran data yang tidak norma, maka pengujian perbedaan dua rata-rata (mean) ditempuh dengan analisis tes statistik nonparametrik.

g. Jika ternyata sebaran datanya normal, tetapi varians datanya tidak homogen, maka pengujian perbedaan dua rata-rata (mean) ditempuh dengan analisis uji t.

Berdasarkan perhitungan yang akan dijelaskan pada Bab IV, kedua data bersifat normal dan homogen. Oleh karena itu, untuk keperluan pengujian hipotesis digunakan uji t untuk data berdistribusi normal. Secara matematis, uji t tersebut dirumuskan dalam persamaan berikut ini.

59 Subana, dkk. Statistik Pendidikan Cet. II (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h.167 – 174.

X 1 = rata-rata data kelompok A

X 2 = rata-rata data kelompok B

dsg = nilai deviasi standar gabungan data kelompok A dan

kelompok B n 1 = jumlah data kelompok A n 2 = jumlah data kelompok B

2. Teknik Analisis Data Hasil Observasi

Data hasil observasi akan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang pelaksanaan pembelajaran di kelas selama diberi perlakukan berupa penerapan PBL dan DI pada masing-masing kelompok.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Pada subbab deskripsi data ini dijelaskan gambaran umum dari data yang telah diperoleh. Data-data yang dideskripsikan di sini adalah data hasil pretest, posttest, dan nilai N-Gain dari kedua kelas. Gambaran tentang data- data ini meliputi nilai rata-rata, median, modus, dan nilai deviasi standar.

1. Hasil Pretest

a. Kelas XI IPA 1

Hasil yang diperoleh pada pretest oleh siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelompok A dari penelitian ini disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini.

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas XI IPA 1

Perhitungan-perhitungan untuk menentukan tabel distribusi frekuensi tersebut terdapat pada Lampiran 4. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dibuat sebuah diagram batang yang disajikan pada Gambar 4.1 berikut ini.

Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Pretest Kelas XI IPA 1

Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai pretest tersebut yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest

Kelas XI IPA 1

No

Pemusatan dan Penyebaran Data

Nilai

1 Rata-rata (Mean, X )

2 Median (Median, Me)

3 Modus (Mode, Mo)

4 Deviasi Standar (Standar Deviation, S)

b. Kelas XI IPA 2

Hasil yang diperoleh pada pretest oleh siswa kelas XI IPA 2 sebagai kelompok B dari penelitian ini disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini.

Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil pretest Kelas XI IPA 2

Frekuensi

Frekuensi

Kelas

Absolut

Relatif

15 - 21 5 14,29 %

22 - 28 2 5,71 %

29 - 35 14 40,00 %

36 - 42 7 20,00 %

43 - 49 5 14,29 %

50 - 56 2 5,71 %

Jumlah (∑)

Perhitungan-perhitungan untuk menentukan tabel distribusi frekuensi tersebut terdapat pada Lampiran 5. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dibuat sebuah diagram batang yang disajikan pada Gambar 4.2 berikut ini.

Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil pretest Kelas XI IPA 2

Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai pretest tersebut yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest

Kelas XI IPA 2

No

Pemusatan dan Penyebaran Data

Nilai

1 Rata-rata (Mean, X ) 34,20

2 Median (Median, Me) 33,75

3 Modus (Mode, Mo) 32,92

4 Deviasi Standar (Standar Deviation, S)

2. Hasil Posttest

a. Kelas XI IPA 1

Hasil yang diperoleh pada posttest oleh siswa kelas XI IPA 1 sebagai kelompok A dari penelitian ini disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini.

Tabel 4.5 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas XI IPA 1

Perhitungan-perhitungan untuk menentukan tabel distribusi frekuensi tersebut terdapat pada Lampiran 6. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dibuat sebuah diagram batang yang disajikan pada Gambar 4.3 berikut ini.

Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil posttest Kelas XI IPA 1

Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai posttest tersebut yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.6 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest

Kelas XI IPA 1

No

Pemusatan dan Penyebaran Data

Nilai

1 Rata-rata (Mean, X )

2 Median (Median, Me)

3 Modus (Mode, Mo)

4 Deviasi Standar (Standar Deviation, S)

b. Kelas XI IPA 2

Hasil yang diperoleh pada posttest oleh siswa kelas XI IPA 2 sebagai kelompok B dari penelitian ini disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini.

Tabel 4.7 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas XI IPA 2

Perhitungan-perhitungan untuk menentukan tabel distribusi frekuensi tersebut terdapat pada Lampiran 7. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dibuat sebuah diagram batang yang disajikan pada Gambar 4.4 berikut ini.

Gambar 4.4 Diagram Batang Hasil posttest Kelas XI IPA 2

Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai posttest tersebut yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.8 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest

Kelas XI IPA 2

No

Pemusatan dan Penyebaran Data

Nilai

1 Rata-rata (Mean, X )

2 Median (Median, Me)

3 Modus (Mode, Mo)

4 Deviasi Standar (Standar Deviation, S)

3. Nilai Normal Gain (N-Gain)

a. Kelas XI IPA 1

Nilai perolehan N-Gain dari kelas XI IPA 1 dijelaskan secara rinci pada Lampiran 8. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensinya.

Tabel 4.9 Tabel Distribusi Frekuensi N-Gain Kelas XI IPA 1 Frekuensi Frekuensi

34 100,00 % Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dibuat

Jumlah (Σ)

sebuah diagram batang berikut ini.

Fr

0,00 - 0,11 0,12 - 0,23 0,24 - 0,35 0,36 - 0,47 0,48 - 0,59 0,60 - 0,71

Kelas

Gambar 4.5 Diagram Batang N-Gain Kelas XI IPA 1

Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai N-Gain tersebut yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.10 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data N-Gain

Kelas XI IPA 1

No

Pemusatan dan Penyebaran Data

Nilai

1 Rata-rata (Mean, X )

2 Median (Median, Me)

3 Modus (Mode, Mo)

4 Deviasi Standar (Standar Deviation, S)

Masing-masing nilai N-Gain dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu rendah (G < 0,30), sedang (0,30 ≤ G < 0,70), dan tinggi (G ≥ 0,70). Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan frekuensi dari

ketiga kategori nilai N-Gain tersebut.

Tabel 4.11 Kategorisasi N-Gain Kelas XI IPA 1

Berdasarkan kategorisasi tersebut maka dapat dibuat sebuah diagram batang yang diperlihatkan pada Gambar 4.6 berikut ini.

T inggi

Kate gori N-Gain

Gambar 4.6 Diagram Batang Kategorisasi N-Gain Kelas XI IPA 1

b. Kelas XI IPA 2

Nilai perolehan N-Gain dari kelas XI IPA 2 dijelaskan secara rinci pada Lampiran 9. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensinya.

Tabel 4.12 Tabel Distribusi Frekuensi N-Gain Kelas XI IPA 2 Frekuensi Frekuensi

-0,40 - -0,21

-0,20 - -0,01

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dibuat sebuah diagram batang berikut ini.

0 - (0 ,40 ) - (-0 ,21) -(-0 ,20 ) - (-0 ,01)

Gambar 4.7 Diagram Batang N-Gain Kelas XI IPA 2

Berdasarkan Kelas

Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai N-Gain tersebut yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.13 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data N-Gain

Kelas XI IPA 2

No

Pemusatan dan Penyebaran Data

Nilai

1 Rata-rata (Mean, X )

2 Median (Median, Me)

3 Modus (Mode, Mo)

4 Deviasi Standar (Standar Deviation, S)

Masing-masing nilai N-Gain dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu rendah (G < 0,30), sedang (0,30 ≤ G < 0,70), dan tinggi (G ≥ 0,70). Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan frekuensi dari

ketiga kategori nilai N-Gain tersebut.

Tabel 4.14 Kategorisasi N-Gain Kelas XI IPA 2

Berdasarkan kategorisasi tersebut maka dapat dibuat sebuah diagram batang yang diperlihatkan pada Gambar 4.8 berikut ini.

Kate gorisasi N-Gain

Gambar 4.8 Diagram Batang Kategorisasi N-Gain Kelas XI IPA 2

4. Rekapitulasi

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama penelitian.

Tabel 4.15 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Kelas XI IPA 1 Kelas XI IPA 2

Deviasi Standar

Deviasi Standar

Deviasi Standar

B. Analisis Data

Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yang dianalisis adalah perbedaan hasil belajar. Oleh karena itu, yang dianalisis untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai posttest yang diperoleh oleh kedua kelas. Berikut ini adalah analisis data yang meliputi uji prasyarat analisis statistik dan uji hipotesisnya.

1. Uji Prasyarat Analisis Statistik

a. Uji Normalitas

Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu data nilai posttest Kelas XI IPA 1 sebagai kelompok A dan data nilai posttest Kelas XI IPA 2 sebagai kelompok B. Untuk menguji normalitas kedua data digunakan rumus Uji Kai Kuadrat (chi square test ). Perhitungan uji normalitas ini disajikan pada Lampiran 10. Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut.

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kai Kuadrat

Nilai Nilai

X hitung X tabel

1 Nilai Posttest Kelas XI 9,6950 11,07 Data berdistribusi IPA 1 (Kelompok A)

normal

2 Nilai Posttest Kelas XI 7,4167 11,07 Data berdistribusi IPA 2 (Kelompok B)

normal

Nilai X 2 tabel diambil berdasarkan nilai pada tabel konsultasi kai kuadrat pada taraf signifikansi 5%. Kolom keputusan dibuat didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis normalitas yaitu jika

2 X 2 hitung ≤X tabel maka dinyatakan data berdistribusi normal. Sebaliknya

2 jika X 2 hitung >X tabel maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada nilai X 2

hitung kedua data lebih kecil dari nilai X 2

tabel sehingga dinyatakan bahwa kedua data berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Sama halnya yang dilakukan pada uji normalitas, uji homogenitas juga diperlukan sebagai uji prasarat analisis statistik terhadap kedua data nilai posttest. Pengujian homogenitas terhadap kedua data menggunakan Uji F yang disajikan pada Lampiran 11. Berikut ini adalah hasilnya.

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas

Nilai No

Keputusan Varians F hitung F tabel

1 Nilai

Posttest Kelas XI IPA 1 118,4679 (Kelompok A)

Kedua data 1,4683 1,8004

2 Nilai Posttest homogen Kelas XI IPA 2 173,9497 (Kelompok B)

Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas, pada uji homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian hipotesis homogenitas yaitu jika nilai F hitung ≤F tabel maka dinyatakan

bahwa kedua data memiliki varians yang homogen, sebaliknya jika nilai F hitung >F tabel maka dinyatakan bahwa kedua data tidak memiliki varians yang homogen. Tampak bahwa hasil perhitungan tersebut nilai

F hitung <F tabel sehingga dinyatakan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen.

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Uji t. Untuk menentukan nilai t hitung digunakan rumus berikut ini.

dsg

Perhitungan untuk menentukan nilai t hitung disajikan pada Lampiran

12. Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh bahwa nilai t hitung adalah 1,7266. Nilai t tabel pada taraf signifikansi 1% adalah 2,665 sedangkan pada taraf signifikansi 5% adalah 1,9976.

Berdasarkan perolehan nilai tersebut, tampak bahwa nilai t hitung <t tabel baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa yang menggunakan PBL tidak lebih baik dari pada yang menggunakan DI.

3. Analisis Data Hasil Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan observasi untuk mengetahui tingkat ketercapaian proses pembelajaran. Oleh karena itu, semua indikator yang diobservasi dalam penelitian ini dikembangkan dari setiap tahap pembelajaran yang dimiliki oleh PBL dan DI. Masing- masing PBL dan DI memiliki lima tahap pembelajaran. Berdasarkan lima tahap pembelajaran dari PBL dan DI ini dikembangkanlah menjadi masing-masing 17 indikator yang akan diobservasi.

Pengembangan indikator ini terdapat pada Lampiran 2 sedangkan data hasil observasinya terdapat pada Lampiran 13. Pengembangan indikator dari setiap pembelajaran tidak selalu sama jumlahnya, melainkan bergantung pada proporsi tahap pembelajaran tersebut terhadap keseluruhan proses pembelajaran. Sebagai contoh, Tahap I PBL dikembangkan menjadi tiga indikator sedangkan Tahap II-nya hanya dikembangkan menjadi dua indikator. Berikut ini adalah ringkasan data hasil obervasi tersebut.

Tabel 4.18 Data Hasil Observasi Jumlah

Jumlah Indikator

Indikator No

Tahap Pembelajaran

yang yang Tidak Tercapai

Tercapai

PBL

1 Orientasi siswa pada masalah

3 Membimbing penyelidikan individu

12 16 maupun kelompok

4 Mengembangkan dan menyajikan

4 4 hasil karya

5 Menganalisis dan mengevaluasi proses

10 2 pemecahan masalah

Jumlah Jumlah Indikator

Indikator No

Tahap Pembelajaran

yang yang Tidak Tercapai

11 1 mempersiapkan siswa

tujuan

dan

2 Mendemonstrasikan pengetahuan dan

15 1 keterampilan

3 Membimbing pelatihan

4 Memeriksa pemahaman siswa dan

9 7 memberikan umpan balik

5 Memberikan kesempatan kepada siswa

0 8 untuk latihan lanjutan dan penerapan

Jumlah

Jika disajikan dalam setiap pertemuan, maka data hasil observasi tentang ketercapaian proses pembelajaran berdasarkan ketercapaian setiap indikatornya ditampilkan pada Tabel 4.19 berikut ini. Nilai persentase diperoleh dari perbandingan jumlah indikator yang tercapai dengan jumlah indikator seluruhnya.

Tabel 4.19 Ketercapaian Proses Pembelajaran pada Setiap Pertemuan Jumlah Indikator yang tercapai pada

Model

Jumlah Pembelajaran

Pertemuan Ke-

C. Interpretasi Data

1. Hasil Pretest

Perolehan nilai pretest pada kedua kelas, walaupun terdapat perbedaan, namun tidak terlalu besar. Dalam hal ini, Kelas XI IPA 1 sebagai kelompok A pada penelitian ini, memperoleh nilai rata-rata yang sedikit lebih besar dari pada Kelas XI IPA 2. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan rata-rata siswa kelas XI IPA 1 sedikit lebih tinggi dari pada siswa kelas XI IPA 2. Namun demikian, karena perbedaan rata-rata kedua kelas tidak terlalu besar maka dapat disimpulkan kedua kelas memiliki keragaman kemampuan yang homogen. Hal ini diperkuat dengan hasil uji statistik untuk mengetahui perbedaan nilai pretest kedua kelas. Uji statistik perbandingan tersebut terdapat pada Lampiran 14 dan hasilnya adalah bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest Kelas

XI IPA 1 dan Kelas XI IPA 2. Dengan demikian, pengambilan kedua kelas ini sebagai sampel penelitian adalah layak. Sebaliknya, nilai deviasi standar yang diperoleh kelas XI IPA 1 lebih besar dari pada Kelas XI IPA 2. Hal ini menunjukkan bahwa di kelas XI IPA 2, sebelum diberikan perlakuan berupa penerapan model DI keragaman kemampuan siswa-siswanya lebih merata dari pada siswa kelas

XI IPA 1. Karena perolehan pretest siswa yang pintar, ditunjukkan dengan perolehan pretest yang lebih tinggi, tidak jauh berbeda dengan perolehan siswa yang kurang pintar.

2. Hasil Posttest

Berbeda dengan hasil perolehan pretest, pada hasil perolehan posttest justru Kelas XI IPA 2 mencapai rata-rata yang lebih tinggi dari pada rata- rata Kelas XI IPA 1. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa Kelas XI IPA 2 setelah diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran DI lebih tinggi dari pada peningkatan hasil belajar siswa Kelas XI IPA 1 yang diberi perlakuan berupa penerapan PBL.

Ternyata perolehan nilai rata-rata yang lebih tinggi oleh Kelas XI IPA 2 diikuti dengan peningkatan nilai deviasi standar. Sehingga nilai deviasi standarnya justru lebih besar dari pada nilai standar deviasi Kelas

XI IPA 1. Fakta ini menunjukkan bahwa keragaman kemampuan siswa Kelas XI IPA 2 setelah diberikan perlakuan berupa penerapan model DI lebih tidak merata dari pada Kelas XI IPA 1 setelah diberi perlakuan berupa penerapan DI. Berbeda dengan itu, Kelas XI IPA 1 walaupun keragaman kemampuannya lebih merata dari pada Kelas XI IPA 2 setelah diberikan perlakuan, namun peningkatan kemampuannya lebih kecil dari pada Kelas XI IPA 2.

Walaupun pembelajaran pada kedua kelas tersebut belum bisa dikatakan berhasil dengan sangat baik, karena capaian hasil belajarnya masih relatif rendah, namun pembelajaran di Kelas XI IPA 2 sudah lebih baik dari pada Kelas XI IPA 1. Pernyataan ini diperkuat dengan data hasil observasi yang menyatakan bahwa persentase ketercapaian proses pembelajaran Kelas XI IPA 2 lebih besar dari pada Kelas XI IPA 1. Sebaliknya, pada kelas XI IPA 1, walaupun keragaman kemampuan siswanya lebih merata yang ditunjukkan dengan nilai deviasi standar yang lebih kecil, namun peningkatan hasil belajarnya juga lebih kecil dari pada

Kelas XI IPA 2 yang diduga disebabkan oleh kualitas pembelajaran siswa Kelas XI IPA 1 yang lebih buruk dari pada Kelas XI IPA 2.

Dugaan ini diperkuat oleh temuan selama melakukan eksperimen berupa hasil observasi. Pada Tabel 4.18 dan Tabel 4.19 dapat dilihat bahwa perkembangan kualitas pembelajaran di Kelas XI IPA 2 lebih stabil dibandingkan dengan perkembangan kualitas pembelajaran Kelas XI IPA

1. Lebih lanjut dapat dilihat bahwa rata-rata kualitas pembelajaran Kelas

XI IPA 2 juga lebih tinggi dari pada Kelas XI IPA 1. Sehingga dapat diprediksi jika kedua perlakuan terhadap kedua kelas tersebut diteruskan, maka Kelas XI IPA 2 akan lebih cepat mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tersebut berupa peningkatan pembelajaran yang lebih tinggi dan keragaman kemampuan siswanya yang lebih merata.

3. Nilai Normal Gain (N-Gain)

Pengamatan berdasarkan perbedaan peningkatan nilai rata-rata pretest-posttest kedua kelas yang menunjukkan bahwa Kelas XI IPA 2 sedikit lebih tinggi dapat diperjelas dengan memperhatikan nilai normal gain (N-Gain) yang diperoleh kedua kelas. Untuk mengetahui perbedaan nilai N-Gain kedua kelas, telah dilakukan uji statistik perbandingan antara kedua nilai N-Gain tersebut (Lampiran 15) yang menghasilkan kesimpulan bahwa nilai N-Gain Kelas XI IPA 1 yang menggunakan PBL tidak lebih baik dari pada Kelas XI IPA 2 yang menggunakan DI. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbedaan nilai N-Gain kedua kelas tidak signifikan. Bahkan, sama halnya dengan hasil posttest, jika hanya diperhatikan dari perbedaan nilai rata-ratanya maka tampak bahwa nilai rata-rata N-Gain Kelas XI IPA 2 sedikit lebih tinggi dari pada Kelas XI IPA 1.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika yang menggunakan PBL dan DI. Artinya, walaupun terdapat perbedaan antara kedua hasil belajar tersebut namun sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

Untuk memperkuat temuan ini, seperti telah diuraikan sebelumnya, telah dilakukan pula uji statistik perbandingan terhadap nilai N-Gain kedua kelas yang menunjukkan kesimpulan yang sama, yaitu perbedaan nilai N-Gain kedua kelas tidak signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan hasil belajar dan peningkatannya pada kedua kelas tersebut tidak signifikan. Hasil belajar ditunjukkan dengan nilai posttest sedangkan peningkatan hasil belajar ditunjukkan dengan nilai N-Gain.

Dari Tabel 4.18 dan Tabel 4.19 tampak bahwa pada penelitian ini, pelaksanaan pembelajaran di Kelas XI IPA 1 yang menggunakan PBL berlangsung relatif tidak stabil bahkan cenderung menurun. Berbeda dengan proses pembelajaran di Kelas XI IPA 2 yang menggunakan DI yang relatif lebih stabil dan cenderung meningkat. Sehingga hasil akhirnya menunjukkan bahwa rata-rata ketercapaian proses pembelajaran di Kelas XI IPA 2 sedikit lebih tinggi (62,12%) dari pada Kelas XI IPA 1 (58,82%). Temuan ini memperkuat hasil uji hipotesis yang menyatakan bahwa perbedaan hasil belajar dan peningkatannya pada kedua kelas tidak signifikan. Namun jika diperhatikan dari perbedaan rata-rata nilai posttest dan N-Gain kedua kelas, memang Kelas XI IPA 2 sedikit lebih baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar pada kedua kelas dan peningkatannya sejalan dengan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang baik akan diikuti dengan hasil belajar yang baik pula.

Temuan yang diperoleh selama penelitian adalah bahwa tidak hasil belajar siswa Kelas XI IPA 1 yang menggunkan PBL tidak lebih baik dari pada Kelas XI IPA 2 yang menggunakan DI. Bahkan, jika dikaji lebih cermat ternyata siswa Kelas XI IPA 2 yang menggunakan DI lebih baik dalam beberapa hal dibandingkan dengan siswa kelas XI IPA 1 yang menggunakan

PBL. Kelas XI IPA 2 lebih baik dalam hal perolehan rata-rata nilai posttest, rata-rata nilai N-Gain, dan rata-rata kualitas pembelajaran yang ditunjukkan oleh data hasil observasi. Di samping itu, pembelajaran pada kedua kelas dinyatakan kurang berhasil. Setidaknya dua indikasi yang menunjukkan hal ini adalah rata-rata nilai posttest kedua kelas yang tidak terlalu tinggi (rata-rata XI IPA 1 adalah 62,32 dan XI IPA 2 adalah 67,56) dan tingkat ketercapaian proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh hasil observasi (XI IPA 1 adalah 58,82% dan XI IPA 2 adalah 69,12%).

PBL dan DI dianggap sebagai model pembelajaran yang masing-masing memiliki keunggulan tertentu. Hal ini yang diduga menjadi salah satu penyebab bahwa hasil uji hipotesis menyatakan bahwa perbedaan hasil belajar kedua kelas tidak signifikan. PBL unggul dalam hal pengajaran keterampilan pemecahan masalah sedangkan DI unggul dalam hal sistematika selama proses

pembelajaran. Menurut Dasna dan Sutrisno, 60 PBL merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah

melalui tahap-tahap model ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Berhubungan dengan DI, Muijs dan Reynolds secara eksplisit menyatakan bahwa DI merupakan pembelajaran yang sistematis. Pada DI, materi pelajaran terstruktur dengan jelas, penyampaian presentasi yang jelas dan teratur, serta langkah-langkah

pembelajaran dilaksanakan secara sistematis. 61 Karakter siswa yang cenderung terbiasa dengan penggunaan model

pembelajaran yang sederhana juga diduga menjadi penyebab lain temuan- temuan tersebut. Karakter siswa di sekolah yang dijadikan tempat penelitian ini cenderung masih merasa lebih nyaman dengan metode pembelajaran yang sederhana yang dekat dengan pengajaran konvensional berupa ceramah dan

60 I Wayan Dasna dan Sutrisno, “Pembelajaran Berbasis Masalah”, artikel diakses pada tanggal 23 Januari 2009 dari http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajaran-berbasis-

masalah/ 61 Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching: Evidence and Practice, 2 nd

Edition (London: SAGE Publications, 2006),. h. 30 – 32.

sebagainya. Karakter inilah yang dimiliki oleh DI. Sebaliknya, PBL menuntut siswa untuk lebih melibatkan dirinya dalam pembelajaran. Kecenderungan ini diduga disebabkan karena kebiasaan penggunaan model pembelajaran yang sederhana seperti model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, sebaiknya sebelum diberikan perlakuan, pada kelas yang akan menerapkan PBL, dibiasakan menggunakan PBL selama beberapa waktu sebelum dilakukan penelitian sampai mereka terbiasa dengan karakter PBL.

Perlunya pembiasaan ini dapat dianalogikan dengan hukum latihan (The Law of Exercise ) yang dikemukkaan oleh Edward Lee Thorndike, salah satu konsep yang mendasari teori belajar behaviorisme. Menurutnya, semakin sering sebuah tingkah laku diulang, dilatih, atau digunakan, maka asosiasi- asosiasi yang mendasari tingkah laku tersebut semakin kuat. Sebaliknya, jika semakin jarang digunakan, maka asosiasi tersebut semakin lemah. Berdasarkan analogi ini, maka dapat dikatakan jika sebuah model pembelajaran baru terus dibiasakan maka siswa juga pada akhirnya terbiasa

dan merasa nyaman dengan model tersebut. 62 Karena pembiasaan ini akan memperkuat asosiasi-asosiasi yang mendasari perilaku siswa untuk mengikuti

proses pembelajaran dari model yang baru tersebut dengan cara memberikan respons yang sesuai dengan yang diharapkan.

Disamping itu, hal lain yang diduga menjadi penyebab temuan-temuan tersebut adalah penempatan jadwal pelajaran fisika di Kelas XI IPA 1 yang selalu ditempatkan pada jam terakhir sedangkan Kelas XI IPA 2 di jam kedua. Pengaruh waktu ini diduga menjadi salah satu penyebab pembelajaran di Kelas

XI IPA 1 berjalan kurang efektif dibandingkan dengan pembelajaran di Kelas

XI IPA 2. Bahkan, jadwal pelajaran fisika Kelas XI IPA 1 ditempatkan setelah pelajaran eksakta lainnya, yaitu matematika, kimia, dan biologi. Pada umumnya pembelajaran di siang hari pada jam terakhir pelajaran merupakan suasana yang membosankan sehingga proses pembelajaran berjalan tidak efektif lagi. Pada jam terakhir ini secara fisik siswa mulai letih

62 Artikel diakses pada tanggal 2 Desember dari http://wangmuba.com/2009/02/21/teori- psikologi-belajar-dan-aplikasinya-dalam-pendidikan/

karena pengaruh tubuh yang mulai merasakan lapar dan lemahnya otot-otot yang disebabkan karena kekurangan energi. Disamping dari sisi fisik, ternyata dari sisi psikologis juga para siswa mulai menurun. Semangat untuk memperhatikan, mencatat, mendengarkan, dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru tidak sehebat pada jam pelajaran kesatu, kedua, atau ketiga yang tentunya masih dihiasi suasana segar dan normalnya semua sistem kerja

syaraf. 63 Implikasinya adalah pembelajaran fisika di Kelas XI IPA 1 hampir

selalu berjalan kurang efektif. Bahkan kadang-kadang, waktu pembelajaran di jam terakhir hanya dapat berjalan selama setengahnya saja. Sehingga ketercapaian proses pembelajaran juga menurun. Hal ini diperkuat dengan temuan hasil observasi. Namun demikian, rendahnya tingkat ketercapaian proses pembelajaran bukan berarti siswanya tidak mempunyai kemauan dan kemampuan untuk memenuhi ketercapaian tersebut, melainkan tidak adanya kesempatan bagi mereka untuk memenuhi ketercapaian tersebut karena waktu proses pembelajaran yang berjalan tidak maksimal.

63 PBM Jam Terakhir Menjemukan, artikel diakses pada tanggal 1 Desember 2009 dari http://smkn-pakong.sch.id/index.php?view=article;&catid=1:latest-news&id=86:pbm-jam-

terakhir-menjemukan&format=pdf

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan terhadap hasil belajar kedua kelas yang ditunjukkan dengan perolehan nilai posttest diperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar fisika siswa Kelas XI IPA 1 MAN Ciledug yang menggunakan PBL tidak lebih baik dari pada siswa Kelas XI IPA 2 yang menggunakan DI.

2. Bahkan jika diperhatikan lebih cermat, hasil belajar siswa Kelas XI IPA 2 yang menggunakan DI sedikit lebih baik dari pada Kelas XI IPA 1 yang menggunakan PBL. Kelas XI IPA 2 memiliki rata-rata nilai posttest dan N- Gain sedikit lebih tinggi daripada Kelas XI IPA 1. Di samping itu, kualitas pembelajaran Kelas XI IPA 2 yang menggunakan DI juga sedikit lebih baik dari pada Kelas XI IPA 1 yang menggunakan PBL. Bahkan perkembangan pada setiap pertemuan, kualitas pembelajaran Kelas XI IPA

2 relatif stabil dan cenderung meningkat sedangkan perkembangan kualitas pembelajaran Kelas XI IPA 1 tidak stabil dan cenderung menurun di setiap pertemuannya.

3. Beberapa hal yang diduga menyebabkan temuan-temuan tersebut diantaranya adalah bahwa PBL dan DI memiliki keunggulan masing- masing. PBL memiliki keunggulan dalam hal mengajarkan keterampilan pemecahan masalah sedangkan DI memiliki keunggulan dan hal sistematika penyampaian materi pelajaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa PBL dan DI mempunyai kualifikasi yang sama dalam meningkatkan hasil belajar. Alasan lain adalah waktu atau jadwal pelajaran yang selalu menempatkan pelajaran fisika di Kelas XI IPA 1 pada jam terakhir. Di samping dua sebab tersebut, yang diduga menyebabkan

temuan ini juga adalah kebiasaan menggunakan model pembelajaran konvensional yang lebih sederhana sehingga menyebabkan siswa masih merasa lebih nyaman menggunakan DI yang lebih sederhana daripada PBL.

B. Saran

Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, penulis mengajukan beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang.

1. Salah satu yang menyebabkan temuan penelitian ini adalah karena jadwal pelajaran fisika di Kelas XI IPA 1 selalu ditempatkan pada jam terakhir dan setelah pelajaran eksakta lainnya. Oleh karena itu, sebaiknya diperhatikan pengaturan jadwal pelajaran supaya siswa tetap merasa nyaman dan tidak bosan. Disarankan bahwa pelajaran-pelajaran eksakta jangan diberikan pada hari yang sama dan berurutan. Hal ini akan menjadikan siswa jenuh dan bosan. Di samping itu, hendaknya pelajaran eksakta terutama fisika tidak ditempatkan pada jam-jam terakhir.

2. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, sebaiknya sebelum melakukan penelitian, pada kelas yang akan menggunakan PBL dilakukan pembiasaan penerapan PBL. Misalnya, dalam beberapa pertemuan sebelum penelitian, pada kelas tersebut diterapkan PBL sehingga pada waktu penelitian mereka sudah terbiasa dan tidak kesulitan mengikuti proses pembelajaran.

3. Supaya lebih objektif dan tepat sasaran sebaiknya melibatkan observer lain untuk keperluan observasi. Sehingga peneliti bisa lebih terfokus pada pemberian perlakuan tanpa harus membagi konsentrasinya untuk melakukan observasi.

DAFTAR PUSTAKA

Aeni, Titin Khurotul. “Pendekatan Konstruktivisme dengan Model Pembelajaran Berbadasarkan Masalah (Problem Based Learning) untuk

Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Laju Reaksi (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di MAN 8 Cakung, Jakarta Timur)” Skripsi

S1 Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Arends, Richard I, dkk., Exploring Teaching: an Introduction to Education 2 nd Edition . New York: McGraw Hill Companies Inc., 2001.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Baden, Maggi Savin dan Claire Howell Major. Foundation of Problem-based Learning . London: SRHE, tt. Dasna, I Wayan dan Sutrisno. “Pembelajaran Berbasis Masalah”, artikel diakses

2009 dari http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajaran-berbasis- masalah/

Distrik, I Wayan. Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 13 BandarLampung, artikel diakses pada tanggal 4 Agustus 2009 dari http://pustakailmiah.unila.ac.id/2009/07/16/model- pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan-kontekstual-untuk- meningkatkan-aktivitas-konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman- 13-bandar-lampung/

Dwirahayu, Gelar,dkk. Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar . Jakarta: PIC UIN Jakarta, 2007.

Harinaldi. Prinsip-prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains. Jakarta: Erlangga, 2005.

Herlanti, Yanti. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Ibrahim, Muslimin dan Mohamad Nur. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Buku Ajar Mahasiswa) . Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press, 2001.

Kro‟s Report, Theories of Human Learning. The Koron Exploration Department, tt. Muijs, Daniel dan David Reynolds. Effective Teacing: Evidence and Practice 2 nd

Edition . London: SAGE Publication, Ltd., 2005. Nazir, Moh. Metode Penelitian Cet. 3. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.

Nurkancana, Wayan dan P.P.N. Sumartana. Evaluasi Pendidikan Cet. IV. Surabaya: Usaha Nasional, 1986. Pasek, I Nyoman “Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction),”

artikel diakses pada tanggal 23 Januari 2009 dari http://sarwadipa.com/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=13 Phillips, Jr., John L. The Origins of Intellect: Piaget‟s Theory. San Francisco: W.H. Freeman and Company, 1969.

Purnomo, Sidik. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Model) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 2007/2008. Skripsi S1 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Diakses pada tanggal 4 Agustus 2009 dari http://digilib.uin-suka.ac.id/download.php?id=2161

Riyanto, Dwi. “Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa (Studi Eksperimen di SMP

Muhammadiyah 19 Sawangan Depok).” Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Sabri, M. Alisuf. Psikologi Pendidikan Cet.2. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Santrock, John W. Educational Psychology, 2 nd Edition . New York: The

McGraw Hill Companies, Inc., 2004. Subana, dkk. Statistik Pendidikan Cet. II. Bandung: Pustaka Setia, 2005 Subana, M. dan Sudrajat. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia,

2001. Suchaini. “Pembelajaran Berbasis Masalah,” artikel diakses pada tanggal 23

Januari

dari http://suchaini.wordpress.com/2008/12/15/pembelajaran-berbasis- masalah/

Sudjiono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan Cet. Ke-10. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000. Suherman, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Penelitian Tindakan Kela s di MTs Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta.” Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar Cet. I. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

82

Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep, Landasan Teoretis-Praktis dan Implementasinya . Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.

Warmada, I Wayan. “Problem Based Instruction (PBI) Berbasis Teknologi Informasi (ICT): prosiding Seminar “Penumbuhan Inovasi Sistem

Pembelajaran: Pendekatan Problem-Based Learning Berbasis ICT (Information and Communication Technology)”, 15 Mei 2004 dan CAFEO-21 (21 st Conference of The Asian Federation of Enggineering Organization), 22-23 Oktober 2003.

PBM Jam Terakhir Menjemukan diakses pada tanggal 1 Desember 2009 dari http://smkn-pakong.sch.id/index.php?view=article;&catid=1:latest- news&id=86:pbm-jam-terakhir-menjemukan&format=pdf

Teori Belajar Behaviorisme. http://wangmuba.com/2009/02/21/teori-psikologi- belajar-dan-aplikasinya-dalam-pendidikan/

www.kompas.com

Lampiran 1A

RENCANA PELAKSANAAN PENGAJARAN

Nama Sekolah : MA Negeri Ciledug Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : XI IPA/I Tahun Ajaran : 2009-2010 Materi Pokok : Hukum Gravitasi

A. Standar Kompetensi

Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik

B. Kompetensi Dasar

Menganalisis keteraturan gerak planet dalam tata surya berdasarkan hukum- hukum Newton

C. Konsep

Hukum Gravitasi

D. Indikator

1. Menunjukkan pengertian medan dalam fisika dan resultan gaya gravitasi

2. Menjelaskan hubungan variabel-variabel yang mempengaruhi gaya gravitasi

3. Menghitung salah satu variabel dalam gaya gravitasi jika variabel lain diketahui dan resultan gaya gravitasi

4. Menganalisis besarnya perubahan gaya gravitasi dan resultan gaya gravitasi

5. Menyebutkan definisi medan gravitasi

6. Meramalkan kuat medan gravitasi pada suatu tempat

7. Menggunakan persamaan medan gravitasi untuk menentukan salah satu variabelnya jika variabel lain diketahui

8. Menganalisis kuat medan gravitasi di beberapa tempat berbeda

9. Menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi percepatan gravitasi

10. Menjelaskan perbedaan pecepatan gravitasi di beberapa tempat

11. Menghitung besarnya percepatan gravitasi dan akibatnya terhadap perubahan berat benda

12. Membandingkan percepatan gravitasi dan perubahan berat benda akibat perubahan percepatan gravitasi.

13. Mendefinisikan Hukum-hukum Kepler

14. Menjelaskan hubungan antarvariabel pada Hukum-hukum Kepler

15. Menggunakan persamaan-persamaan Hukum III Kepler untuk menentukan periode dan jari-jari orbit planet

16. Menganalisis Hukum III Kepler dan kesesuainnya dengan Hukum Gravitasi Newton

E. Tujuan Pembelajaran

Siswa memahami konsep dan dapat mengerjakan soal yang berhubungan dengan:

1. Medan dalam fisika dan medan gravitasi

2. Hukum Gravitasi Umum Newton

3. Resultan gaya gravitasi

4. Percepatan gravitasi dan resultannya

5. Hukum-hukum Kepler.

F. Alokasi Waktu

12 x 45 menit (12 Jam Pelajaran)

6 pertemuan

G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran

Problem Based Learning

H. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Ke-1

Pengantar pembelajaran Pretest

Pertemuan Ke-2

No Tahap

Waktu

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

1 Pendahuluan

15 menit

Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Menjawab salam dan absensi. melakukan absensi siswa Mengulang materi pada pertemuan sebelumnya tentang Menjawab pertanyaan guru berkaitan dengan materi Hukum-hukum Newton tentang Gerak secara singkat dengan sebelumnya yaitu tentang hukum Newton tentang cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Misalnya gerak.

dengan mengatakan “jika sebuah benda tidak mendapatkan gaya apa yang akan terjadi?”

Menjelaskan peta konsep.

Menyimak dan mencatat.

Menjelaskan materi tentang pengertian medan dalam fisika.

Menyimak dan mencatat.

2 Orientasi siswa

20 menit

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran Menyimak dan mencatat.

pada masalah

berupa penilaian dan sebagainya. Menyajikan permasalahan yang akan dijadikan bahan Menyimak dan mencatat. pengamatan selama pembelajaran. Memberikan stimulus kepada siswa dengan menanyakan Memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan jawaban sederhana dari kedua permasalahan di atas.

guru dengan menjawab pertanyaan-pertanyaannya.

Kenapa Bulan tidak tertarik jatuh ke permukaan Bumi, sedangkan benda lain ketika dilemparkan ke atas akan kembali jatuh ke permukan Bumi?

Bagaimana menghitung massa Bumi, Bulan, Matahari, dan planet-planet lain?

Bagaimana menempatkan satelit buatan agar tidak jatuh lagi ke Bumi?

Secara aktif terlibat dalam diskusi itu. 3 Mengorganisasi-

Menginventarisasi jawaban yang diberikan oleh siswa.

Berkumpul bersama dan memilih ketua kelompoknya. kan siswa untuk

15 menit

Memimpin pembagian kelompok

Membagikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok Memahami langkah-langkah kerja LKS. belajar

(LKS PBL 01, PBL 02, dan PBL 03)

Memulai

perencanaan

untuk memecahkan

dan permasalahan yang disajikan di LKS.

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan permasalahan tersebut.

4 Membimbing

Dilaksanakan secara terpadu dan bertahap pada pertemuan Melaksanakan rencana pemecahan masalah. penyelidikan

30 menit

berikutnya.

individu maupun kelompok 5 Mengembangkan

Dilaksanakan secara terpadu dan bertahap pada pertemuan Mempresentasikan hasil pemecahan masalah yang dan menyajikan

dilakukan kelompoknya di depan kelas. hasil karya 6 Menganalisis &

berikutnya.

Dilaksanakan secara terpadu dan bertahap pada pertemuan Menyimak penjelasan guru tentang cara pemecahan mengevaluasi

masalah yang disarankan dan membandingkannya proses pemecah-

berikutnya.

masalah yang dilakukan an masalah

Menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan Menyimak dan mencatat yang diperlukan. stimulus

penyelidikannya. Memberikan pekerjaan rumah yang berkaitan dengan materi Mencatat dan merencanakan pengerjaan PR tersebut. berikutnya. Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Menjawab salam.

Pertemuan Ke-3

No Tahap

Waktu

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

1 Pendahuluan

15 menit

Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Menjawab salam dan absensi. melakukan absensi siswa Mengulang materi pada pertemuan sebelumnya tentang Menjawab pertanyaan guru berkaitan dengan materi pengertian medan dalam fisika secara singkat dengan cara sebelumnya yaitu tentang Hukum-hukum Newton mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Misalnya tentang Gerak.

“apa yang dimaksud dengan medan dalam fisika dan contohnya?” Memeriksa pekerjaan rumah siswa yang diberikan pada Mengumpulkan pekerjaan rumahnya dan menjawab pertemuan sebelumnya.

pertanyaan guru berkaitan dengan hal itu. Memeriksa perkembangan penyelidikan masalah yang Melaporkan perkembangan penyelidikannya dan diberikan pada per-temuan pertama

menanyakan kesulitan yang ditemukan. 2 Orientasi siswa

15 menit

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran.

Menyimak dan mencatat.

pada masalah

Menyajikan permasalahan yang akan dijadikan bahan Menyimak dan mencatat. pengamatan selama pembelajaran pada pertemuan ini (LKS PBL 04, PBL 05, dan PBL 06) yaitu tentang Hukum Gravitasi Umum, Menentukan tetapan gravitasi, dan resultan gaya gravitasi. Memberikan stimulus kepada siswa dengan menanyakan Memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan jawaban sederhana dari kedua permasalahan di atas.

guru dengan menjawab pertanyaan-pertanya-anya.

Bagaimana jika dua benda diletakkan pada jarak tertentu?

Bagaimana menentukan nilai G?

Apa yang akan terjadi jika terdapat gaya gravitasi lebih dari satu?

Menginventarisasi jawaban-jawaban yang diberikan oleh Secara aktif terlibat dalam diskusi itu. siswa dan memberikan umpan balik sementara.

3 Mengorganisasi

Berkumpul bersama kelompoknya dan memilih ketua kan siswa untuk

10 menit

Memimpin pembagian kelompok

kelompoknya.

belajar

Membagikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok

Memahami langkah-langkah kerja LKS.

untuk memecahkan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan permasalahan yang disajikan di LKS. permasalahan tersebut.

dan Memulai

perencanaan

4 Membimbing

Membantu setiap kelompok dalam memecahkan masalah Melaksanakan rencana pemecahan masalah. penyelidikan

20 menit

sebagaimana tertera di LKS.

individu maupun kelompok 5 Mengembangka

untuk Mempresentasikan hasil pemecahan masalah yang n dan menyaji-

dan dilakukan kelompoknya di depan kelas. kan hasil karya

memimpin diskusi kelas.

6 Menganalisis &

Memberikan umpan balik terhadap hasil pemecahan masalah Menyimak penjelasan guru tentang cara pemecahan mengevaluasi

5 menit

cara masalah yang disarankan dan membandingkannya proses

masalah yang dilakukan pemecahan

membandingkannya dengan pemecahan masalah yang dengan

pemecahan

dilakukan Newton dan Cavendish berkaitan dengan Hukum kelompoknya.

masalah

Gravitasi Umum dan penentuan nilai tetapan gravitasi.

7 Penutupan

5 menit

Menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan Menyimak dan mencatat yang diperlukan. rangkuman materi Hukum Gravitasi Umum, Penentuan nilai tetapan gravitasi, dan resultan gaya gravitasi. Memberikan pekerjaan rumah yang berkaitan dengan materi Mencatat dan merencanakan pengerjaan PR tersebut. berikutnya. Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Menjawab salam.

Pertemuan Ke-4

No Tahap

Waktu

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

1 Pendahuluan

15 menit

Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Menjawab salam dan absensi. melakukan absensi siswa Mengulang materi pada pertemuan sebelumnya tentang Menjawab pertanyaan guru berkaitan dengan materi Hukum gravitasi Umum, tetapan gravitasi, dan resultan gaya sebelumnya yaitu tentang Hukum gravitasi Umum, gravitasi secara singkat dengan cara mengajukan beberapa tetapan gravitasi, dan resultan gaya gravitasi

pertanyaan kepada siswa. Misalnya “apa yang akan terjadi pada nilai gaya gravitasi jika massa dan jarak kedua benda diubah?”

Memeriksa pekerjaan rumah siswa yang diberikan pada Mengumpulkan pe-kerjaan rumahnya dan menjawab pertemuan sebelumnya.

pertanyaan guru berkaitan dengan hal itu. Memeriksa perkembangan penyelidikan masalah yang Melaporkan perkembangan penyelidikannya dan diberikan pada pertemuan pertama

menanyakan kesulitan yang ditemukan. 2 Orientasi siswa

10 menit

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran.

Menyimak dan mencatat.

pada masalah

Menyajikan permasalahan yang akan dijadikan bahan Menyimak dan mencatat. pengamatan selama pembelajaran pada pertemuan ini yaitu tentang Medan gravitasi, percepatan dan resultan percepatan gravitasi, dan Hukum-hukum Kepler. (LKS PBL 07, PBL 08, dan PBL 09)

Bagaimana perbedaan berat benda berbeda di setiap tempat?

Bagaimana hubungan jarak Matahari-planet dengan periode revolusinya?

Memberikan stimulus kepada siswa dengan menanyakan Memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan jawaban sederhana dari kedua permasalahan di atas dan guru dengan menjawab pertanyaan-pertanyaanya. menjelaskan prosedur pemecahan masalah yang akan dilakukan berupa diskusi dan eksperimen sederhana. Menginventarisasi jawaban yang diberikan oleh siswa dan Secara aktif terlibat dalam diskusi itu. memberikan umpan balik sementara.

3 Mengorganisasi-

Berkumpul bersama dan memilih ketua kelompoknya. kan siswa untuk

15 menit

Memimpin pembagian kelompok

Memahami langkah-langkah kerja LKS. belajar

Membagikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok

dan Memulai

perencanaan

untuk memecahkan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan permasalahan

yang

disajikan di LKS dan

mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan. 4 Membimbing

permasalahan tersebut.

Membantu setiap kelompok dalam memecahkan masalah Melaksanakan rencana pemecahan masalah dengan penyelidikan

20 menit

cara diskusi kelompok dan eksperimen. individu maupun kelompok 5 Mengembangka

sebagaimana tertera di LKS.

untuk Mempresentasikan hasil pemecahan masalah yang n dan menyaji-

mempresentasikan hasil pemecahan masalah yang dilakukan dilakukan kelompoknya di depan kelas. kan hasil karya

kelompoknya dan memimpin diskusi kelas.

6 Menganalisis &

Memberikan umpan balik terhadap hasil pemecahan masalah Menyimak penjelasan guru tentang cara pemecahan mengevaluasi

5 menit

cara masalah yang disarankan dan membandingkannya proses

masalah yang dilakukan pemecahan

membandingkannya dengan pemecahan masalah yang dengan

pemecahan

dilakukan Newton dan Kepler berkaitan dengan perbedaan kelompoknya.

masalah

berat benda dan hubungan jarak Matahari-planet dengan periode revolusinya.

7 Penutupan

5 menit

Menyimpulkan materi pembelajaran dan memberikan Menyimak dan mencatat yang diperlukan. rangkuman materi Hukum Gravitasi Umum, Penentuan nilai tetapan gravitasi, dan resultan gata gravitasi. Memberikan pekerjaan rumah yang berkaitan dengan materi Mencatat dan merencanakan pengerjaan PR tersebut. berikutnya. Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.

Menjawab salam.

Pertemuan Ke-5

Diskusi kelas dengan presentasi setiap kelompok tentang hasil penyelidikan dan pemecahan masalah yang telah dilakukan. Review secara keseluruhan tentang Hukum gravitasi.

Pertemuan Ke-6

Posttest.

I. Sumber Pembelajaran

Kangenan, Marten. Fisika Untuk SMA Kelas XI 2A. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002. Ruwanto, Bambang. Asas-asas Fisika SMA Kelas XI Semester Pertama 2A. Jakarta: Yudhistira, 2007. Tipler, Paul A. Fisika untuk Sains dan Teknik Alih Bahasa oleh Lea Prasetio dan Rahmad W Adi. Jakarta: Erlangga, 1998.

J. Alat Pembelajaran

Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa

K. Penilaian

Tes objektif posttest

Lampiran 1B

LEMBAR KERJA SISWA (PBL 01)

Tujuan

Dengan memahami fenomena-fenomena di bawah ini, Anda akan memahami hakikat gaya gravitasi yang berlaku pada tata surya.

Permasalahan

GAYA GRAVITASI

Benda yang dilemparkan ke atas akan selalu jatuh lagi ke permukaan Bumi

Newton sedang mengamati bahwa setiap benda (apel) akan jatuh dari ketinggian (pohonnya)

Bumi dan planet-planet lain di tata surya tidak tertarik jatuh ke permukaan Matahari; Bulan

tidak jatuh ke permukaan Bumi.

Tugas

Buatlah makalah tentang fenomena di atas. Jelaskan penyebabnya dan perbedaan ilutrasi pertama dan kedua dengan ilustrasi ketiga! Laporkan perkembangan penyelidikan yang dilakukan kepada guru pada setiap pertemuan pelajaran fisika. Makalah tersebut dikumpulkan dan dipresentasikan pada pertemuan ke-5.

LEMBAR KERJA SISWA (PBL 02)

Tujuan

Melalui kegiatan ini, Anda akan memahami cara menentukan massa benda-benda langit (Bumi, Bulan, Matahari, dan planet-planet lain di Tata Surya).

Permasalahan

MENGHITUNG MASSA BUMI, BULAN, MATAHARI, DAN PLANET-PLANET LAIN

Mengukur massa dapat menggunakan neraca seperti diperlihatkan pada ilustrasi di bawah ini.

Keterbatasan alat ukur massa tersebut tidak bisa mengukur massa benda yang terlalu kecil atau benda yang

terlalu besar. Sehingga tidak mungkin, menentukan massa Bumi, Bulan, dan planet-planet lain dengan penimbangan. Bagaimanakah cara menentukan massa benda-benda langit tersebut?

Tugas

Buatlah makalah tentang permasalahan di atas. Laporkan perkembangan penyelidikan yang dilakukan kepada guru pada setiap pertemuan pelajaran fisika. Makalah tersebut dikumpulkan dan dipresentasikan pada pertemuan ke-5.

LEMBAR KERJA SISWA (PBL 03)

Tujuan

Perilaku satelit buatan dapat Anda pahami setelah melakukan kegiatan-kegiatan di bawah ini

Permasalahan

LEPAS DARI BUMI

pengetahuan dan teknologi, dewasa ini banyak diluncurkan satelit buatan dengan berbagai keperluan.

Buatlah makalah yaang menjelaskan hal ini! Bagaimana

cara

“melemparkan” satelit-satelit itu agar tidak kembali lagi ke Bumi? Tentukan kecepatan awal satelit yang dibutuhkan agar satelit tidak kembali lagi ke Bumi?

Tugas

Buatlah makalah tentang permasalahan di atas. Laporkan perkembangan penyelidikan yang dilakukan kepada guru pada setiap pertemuan pelajaran fisika. Makalah tersebut dikumpulkan dan dipresentasikan pada pertemuan ke-5.

LEMBAR KERJA SISWA (PBL 04)

Tujuan

Memahami Hukum Gravitasi Universal

Permasalahan Menentukan Besarnya Gaya Gravitasi antara Dua Benda

Ilustrasi tersebut menceritakan legenda ketika Newton memulai ”proyek” mengembangkan Hukum Gravitasi Universalnya. Jelaskan lebih lanjut mengenai

legenda dan “proyek” tersebut.

Langkah-langkah Kerja

1. Pada ilustrasi tersebut terdapat sketsa buah apel (sebetulnya sedang jatuh ke bawah ) dan sketsa Bulan. Jelaskan maknanya berhubungan dengan legenda tersebut!

2. Pada pergerakan Bulan, menurut gerak rotasi setiap benda yang berrotasi maka akan mempunyai percepatan sentripetal untuk mempertahankan kedudukannya pada lintasan rotasinya. Percepatan sentripetal Bulan adalah

v 2 a s  (i)

R Jika a s dinyatakan

v adalah laju linear Bulan yang merupakan keliling dalam

percepatan orbitnya dibagi dengan periode revolusinya. Jika R adalah gravitasi Bumi g = 9,8 jari-jari Bulan, T adalah periode revolusi Bulan, dan orbit

ms -2 Bulan dianggap linkaran maka persamaan di atas akan .......... ..........

a s πr )  g

menjadi: ( K = 2

Tunjukkan bahwa nilai

a s adalah

g. a s 

3600           Dengan memasukkan nlai R = 3,84 . 10 -8 m dan T = 27,3

hari = 2,36 . 10 6 s. Jadi:

a s       ms -2

3. Jika jari-jari Bumi adalah 6,4 . 10 6 m, hal ini menunjukkan jarak sebuah benda dari

pusat Bumi. Bandingkan jarak ini dengan jarak pusat Bumi-Bulan (jari-jari orbit Bulan). Maka didapat

Jarak Benda - Bumi (jari - jari orbit Bumi)

Jarak Bulan - Bumi (jari - jari orbit Bulan)

Bagaimana hubungan nilai ini dengan nilai a s yang telah didapatkan sebelumnya.

4. Dari perhitungan-perhitungan tersebut, akhirnya Newton menyatakan bahwa gaya gravitasi dua benda berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Jelaskan maksud pernyataan tersebut!

5. Jika dituliskan dalam bentuk aljabar, maka

6. Setelah mengetahui bahwa gravitasi bergantung pada jarak, Newton menyadari bahwa gaya gravitasi tidak sepenuhnya bergantung pada jarak, tetapi juga bergantung pada massa benda. Hukum III Newton menyatakan bahwa ketika Bumi mengerjakan gaya gravitasi pada suatu benda, maka benda itu akan mengerjakan gaya pada Bumi yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan. Oleh karena sifat simetri ini, Newton menyatakan bahwa gaya gravitasi juga harus sebanding dengan kedua massa itu. Jika dituliskan dalam bentuk aljabar, besarnya gaya gravitasi tersebut adalah

…………… F ~ Jika digabungkan dengan persamaan sebelumnya, maka besarnya gaya gravitasi adalah

        F~   

Tugas

Tuliskan kesimpulan yang didapat dari kegiatan-kegiatan tersebut untuk dipresentasikan di depan kelas.

LEMBAR KERJA SISWA (PBL 05)

Tujuan

Memahami Perhitungan G yang dilakukan oleh Henry Cavendish

Permasalahan Menentukan Nilai Tetapan Gravitasi Universal G

Pada hukum gravitasi universalnya, Newton menyatakan bahwa jika dua buah benda dipisahkan oleh sebuah jarak, maka akan ada gaya interaksi tarik-menarik antara kedua benda tersebut. Gaya interaksi ini disebut dengan gaya gravitasi. Besarnya gaya gravitasi ini berbanding terbalik dengan kuadrat jarak kedua benda dan sebanding dengan kedua massa benda. Secara aljabar dituliskan

Supaya bentuk aljabar tersebut menjadi persamaan, diperlukan sebuah tetapan pembanding yang disebut dengan tetapan gravitasi universal, G. Nilai G tidak dihitung oleh Newton langsung. Namun, baru setelah lebih dari 100 tahun nilai G mulai dihitung. Perhitungan G yang paling pertama dan paling penting adalah yang dilakukan oleh fisikawan Inggris, Henry Cavendish pada tahun 1798. Cavendish menggunakan sebuah alat yang dinamakan neraca Cavendish karena memang bentuknya seperti neraca.

Neraca Cavendish

Tugas

Diskusikan dengan teman dalam kelompok Anda bagaimana cara kerja neraca Cavendish ini dan langkah-langkah Cavendish untuk menentukan nilai G. Tuliskan kesimpulannya untuk dipresentasikan di depan kelas.

LEMBAR KERJA SISWA (PBL 06)

Tujuan

Menghitung Resultan Gaya Gravitasi

Permasalahan Resultan Gaya Gravitasi

m 3 Gaya merupakan salah satu besaran

vektor, yaitu besaran yang mempunyai nilai dan arah. Oleh karena itu, segala operasi

F vektor berlaku bagi gaya. Diskusikan dengan 1 F teman dalam kelompok Anda bagaimana gaya

total yang bekerja pada sebuah benda jika m 1 m 2 bekerja gaya gravitasi lebih dari satu. Jelaskan

cara penjumlahan dua vektor dengan F 1 menggunakan

penjumlahan dua atau lebih vektor dengan menggunakan cara berdasarkan komponen- komponennya dalam sumbu Cartesius!

Sebagai contoh tentukan resultan gaya pada permasalahan berikut ini.

1. Tentukan resultan gaya gravitasi pada benda m 2 dengan menggunakan

m 3 = 3 kg

metode aturan cosinus dan metode komponen pada diagram cartesius!

2. Pada tiga sudut sebuah segitiga sama sisi dengan panjang 5 m ditempatkan masing benda identik yang massanya 6 kg. Tentukan resultan gaya gravitasi yang dialami oleh salah satu benda karena pengaruh dua benda lainnya!

6 kg

Petunjuk: - sudut segitiga sama sisi adalah masing-masing

- dalam menggunakan metode komponen pada diagram cartesius gambarkan terlebih dahulu gaya-gaya yang bekerja terhadap benda

5m dikarenakan oleh kedua benda lainnya.

6 kg

6 kg

Gambarkan dengan detail sudutnya!

Tugas

Tuliskan kesimpulan yang Anda peroleh untuk dipresentasikan di depan kelas.

LEMBAR KERJA SISWA (PBL 07)

Tujuan

Memahami Konsep Medan Gravitasi

Permasalahan

MEDAN GRAVITASI

Medan adalah daerah (kawasan) pengaruh dari suatu besaran fisis yang mengerjakan gaya pada entitas yang sesuai bila entitas itu berada pada daerah itu. Pada gaya gravitasi, entitas yang sesuai adalah misalnya massa. Jika sebuah benda dengan massa m diletakkan di dalam sebuah ruangan, maka

benda tersebut memberikan gaya gravitasi ke segala arah dengan sama besar. Kuat medan gravitasi adalah gaya gravitasi persatuan massa uji. Berdasarkan hal itu, jelaskan definisi dari medan gravitasi, persamaan yang menyatakan kuat medan gravitasi dari benda pada jarak r, dan kuat medan gravitasi di permukaan Bumi.

Langkah-langkah Kerja

Untuk menentukan persamaan yang menunjukkan kuat medan gravitasi lakukan kegiatan-kegiatan di bawah ini.

1. Tuliskan persamaan kuat gravitasi yang disebabkan oleh dua buah benda bermassa M dan m dan dipisahkan oleh jarak r.

F    (i)  

2. Tentukan kuat medan gravitasi g pada suatu tempat dengan cara memperhatikan definisi medan gravitasi yang menyatakan bahwa kuat medan gravitasi adalah gaya gravitasi persatuan massa.

g  (ii) m

Substitusi persamaan (i) ke persamaan (ii) didapat    

(iii)  

3. Dengan memasukkan nilai-nilai berikut ini tentukanlah kuat medan gravitasi di permukaan Bumi. (jari-jari Bumi, R = 6.400 km; massa Bumi, M = 6,0 . 10 24 kg; dan G = 6,7 . 10 -11 Nm 2 kg -2 ).

4. Pada konteks lain, g tidak hanya dipandang sebagai kuat medan gravitasi melainkan juga dipandang sebagai percepatan gravitasi.

Percepatan gravitasi ini yang menyebabkan benda jatuh bebas akan dipercepat dengan percepatan ini. Bagaimana percepatan benda yang sangat tinggi, misalkan lebih tinggi dari pada jari-jari Bumi? Medan gravitasi atau percepatan gravitasi berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.

g ~ (iv)  

Sehingga benda yang berada pada ketinggian h dari permukaan Bumi akan memiliki jarak R + h dari pusat Bumi. Sehingga

 (v)

Tugas

Tuliskan hasil kerja kelompok Anda dan kesimpulan yang didapat untuk dipresentasikan di depan kelas.

GOOD LUCK!!!!

LEMBAR KERJA SISWA (PBL 08)

Tujuan

Menentukan percepatan gravitasi dan resultannya

Permasalahan

PERCEPATAN GRAVITASI DAN RESULTAN PERCEPATAN GRAVITASI

Setiap benda yang dilemparkan ke atas akan jatuh kembali ke permukaan Bumi dengan percepatan konstan. Jelaskan fenomena ini dan tentukan besarnya percepatan konstan ini!

Di Bumi, makhluk

hidup dapat berjalan dan beraktivitas secara normal, tidak terlalu bermasalah dengan berat badannya. Namun apa yang akan terjadi jika manusia melakukan aktivitasnya di planet lain? Sebagai contoh di Bulan, manusia dapat melompat lebih tinggi karena mereka merasa lebih ringan. Jelaskan fenomena ini dan bagaimana di planet lain dimana manusia susah bergerak karena merasa lebih berat!

Langkah-langkah Kerja

Untuk menjawab permasalahan tersebut lakukan kegiatan-kegiatan di bawah ini.

1. Tunjukkan bahwa pada benda bermassa 1 kg akan mengalami gaya gravitasi oleh Bumi sebesar sekitar

M Bumi m benda F  G 9,8 N!

2. Dengan menggunakan Hukum II Newton, maka    percepatan yang akan dialami oleh benda jatuh

bebas adalah

F  ma  mg Sehingga  

3. Buktikan hasil perhitungan pada langkah 1 dan 2 dengan mengukur percepatan yang dialami benda dengan melakukan kegiatan-kegiatan berikut ini.

a. Siapkan beberapa buah benda yang berbeda massanya, misalkan batu berukuran kecil dan sebuah buku.

b. Jatuhkan kedua benda tersebut dari ketinggian berbeda misalkan dari ketinggian 1 meter dan 2 meter dari lantai. Ukur waktu yang diperlukan oleh kedua benda tersebut untuk sampai ke lantai dari dua ketinggian yang berbeda. Lakukan beberapa kali (misalkan lima kali dan hitung rata-rata waktunya).

Masukkan data hasil pengukuran ke dalam tabel berikut ini.

Waktu yang diperoleh dari Percobaan ke- (s) Rata- Benda Ketinggian

2 meter Batu

1 meter

2 meter

c. Hitung percepatan jatuh kedua benda dari dua ketinggian yang berbeda dengan menggunakan persamaan gerak jatuh bebas

1 2 h  gt

Buku dari ketinggian: Batu dari ketinggian: - satu meter

- satu meter  

  - dua meter

- dua meter  

Percepatan gravitasi pada setiap planet akan berbeda-beda tergantung pada massa dan jari-jari planet itu. Percepatan gravitasi g sebanding dengan massa planet dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Secara aljabar ditulis

Sehingga didapat perbandingan percepatan gravitasi pada dua planet dengan massa m A dan m B serta dengan jari-jari R A dan R B dalam bentuk aljabar

Sebagai contoh tentukan percepatan gravitasi di sebuah planet yang memiliki massa 3 kali massa Bumi dan jari-jari 5 kali jari-jari Bumi! Tentukan pula berat sebuah benda di planet tersebut jika massanya 10 kg! (g bumi = 9,8 ms -2 )

Tugas

Tuliskan kesimpulan yang Anda peroleh dari kegiatan tersebut untuk dipresentasikan di depan kelas.

LEMBAR KERJA SISWA (PBL 09)

Tujuan

Memahami hukum-hukum Kepler dan hubungannya dengan hukum gravitasi Newton.

Permasalahan

Hukum-hukum Kepler

Pada sekitar tahun 140 M, Ptolomeus mengajukan sebuah model alam semesta yang menyatakan bahwa Bumi berada di pusat alam semesta, dengan matahari dan bintang-bintang bergerak mengelilingi Bumi dalam lintasan yang lebih rumit yang terdiri dari lingkaran-lingkaran kecil, dinamakan epicycle, yang menumpangi lingkaran-lingkaran yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan pengamatan dengan mata telanjang dan diterima selama 14 abad. Model ini disebut dengan model geosentris

(Bumi sebagai pusatnya). Baru pada 1543 M model ini diganti oleh Copernicus yang lebih mudah namun kontroversial dimana Matahari dan bintang-bintang lainnya diam, sedangkan planet-planet termasuk Bumi, berputar dalam lingkaran mengelilingi Matahari. Menjelang akhir abad keenambelas tersebut, Johanes Kepler,

dengan bantuan data hasil pengamatan Tycho Brahe, mulai mengajukan hukum-hukum yang berkaitan dengan pergerakan planet-planet. Hukum-hukum yang diajukkannya dikenal dengan Tiga Hukum Kepler. Jelaskan ketiga hukum Kepler ini beserta dasar pemikirannya.

Langkah-langkah Kerja

Untuk membantu menjawab permasalahan tersebut lakukan beberapa kegiatan berikut ini.

1. Membuat elips Hukum I Kepler menyatakan bahwa lintasan planet berbentuk elips dengan matahari berada di salah satu fokusnya. Buatlah sebuah elips dengan mengikuti memperhatikan gambar di bawah ini.

Tempatkan dua buah paku di f 1 dan f 2 dan hubungkan dengan sebuah tali yang dibuat lingkaran. Pada sisi tali lingkaran itu, gambarlah sebuah elips. Prediksi tempat matahari dan planetnya. Manakah yang disebut dengan jari-jai panjang dan jari-jari pendek? Tentukan pula apa yang disebut dengan jarak terdekat (aphelium)

dan jarak terjauh

(perihilium).

2. Jelaskan Hukum II Kepler dan alasan Kepler mengajukan hukum II ini.

3. Hukum III disebut dengan hukum harmonik yang menyatakan hubungan jari-jari orbit dengan periodenya. Kepler menyatakan bahwa perbandingan kuadrat periode (T) revolusi sebuah planet dengan pangkat tiga rata-rata jarak planet itu ke matahari (R) selalu konstan. Dituliskan secara aljabar menjadi

   k (i)  

Jika dibandingkan antara dua buah planet yang mempunyai periode revolusi masing- masing T A dan T B serta rata-rata jarak keduanya ke Matahari R A dan R B , persamaan di atas menjadi

    (ii)    

4. Hukum III Kepler ini juga bersesuaian dengan Hukum-hukum Newton tentang gerak dan tentang gravitasi. Kesesuaian ini dapat menjelaskan nilai k pada persamaan di atas.

Menurut gerak rotasi, percepatan sentripetal adalah a s = v 2 /R, jika v adalah keliling orbit yang dianggap lingkaran dengan jari-jari R, dibagi dengan periode revolusi planet T, maka a s menjadi

a s  (iii) R

Jadi gaya sentripetalnya adalah F = m a s dapat ditulis secara aljabar      

F  (iv)    

Substitusikan nilai k pada persamaan (i) ke persamaan (iv), maka menjadi      

F  (v)    

Gaya sentripetal ini merupakan interpretasi lain dari gaya gravitasi F = G m M / R 2 , sehingga persamaan gaya gravitasi ini disubstitusikan ke persamaan (v) didapat      

 mM

G 2 (vi)    

Didapatlah nilai k   

k  (vii)    

Maka persamaan Hukum III Kepler pada persamaan (i) menjadi      

k   (viii)      

Tugas

Tuliskan hasil kegiatan yang telah dilakukan dan kesimpulan yang didapat dari kergiatan-kegiatan tersebut untuk dipresentasikan di depan kelas.

Lampiran 1C

RENCANA PELAKSANAAN PENGAJARAN

Nama Sekolah : MA Negeri Ciledug Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : XI IPA 2/I Tahun Ajaran : 2009-2010 Materi Pokok : Hukum Gravitasi

A. Standar Kompetensi

Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik

B. Kompetensi Dasar

Menganalisis keteraturan gerak planet dalam tatasurya berdasarkan hukum- hukum Newton

C. Konsep

Hukum Gravitasi

D. Indikator

1. Menunjukkan pengertian medan dalam fisika dan resultan gaya gravitasi

2. Menjelaskan hubungan variabel-variabel yang mempengaruhi gaya gravitasi

3. Menghitung salah satu variabel dalam gaya gravitasi jika variabel lain diketahui dan resultan gaya gravitasi

4. Menganalisis besarnya perubahan gaya gravitasi dan resultan gaya gravitasi

5. Menyebutkan definisi medan gravitasi

6. Meramalkan kuat medan gravitasi pada suatu tempat

7. Menggunakan persamaan medan gravitasi untuk menentukan salah satu variabelnya jika variabel lain diketahui

8. Menganalisis kuat medan gravitasi di beberapa tempat berbeda

9. Menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi percepatan gravitasi

10. Menjelaskan perbedaan perbedaan pecepatan gravitasi di beberapa tempat

11. Menghitung besarnya percepatan gravitasi dan akibatnya terhadap perubahan berat benda

12. Membandingkan percepatan gravitasi dan perubahan berat benda akibat perubahan percepatan gravitasi.

13. Mendefinisikan Hukum-hukum Kepler

14. Menjelaskan hubungan antarvariabel pada Hukum-hukum Kepler

15. Menggunakan persamaan-persamaan Hukum III Kepler untuk menentukan periode dan jari-jari orbit planet

16. Menganalisis Hukum III Kepler dan kesesuainnya dengan Hukum Gravitasi Newton

E. Tujuan Pembelajaran

Siswa memahami konsep dan dapat mengerjakan soal yang berhubungan dengan:

1. Medan dalam fisika dan medan gravitasi

2. Hukum Gravitasi Umum Newton

3. Resultan gaya gravitasi

4. Percepatan gravitasi dan resultannya

5. Hukum-hukum Kepler.

F. Alokasi Waktu

12 x 45 menit (12 Jam Pelajaran)

6 pertemuan

G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran

Direct Instruction

H. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Ke-1

Guru menjelaskan tentang penelitian yang sedang dilakukan yang dilanjutkan dengan melakukan pretest.

Pertemuan Ke-2

No Tahap

Waktu

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

1 Pendahuluan 10 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Menjawab salam dan menjawab panggilan guru

melakukan absensi siswa.

selama absensi.

Mengulas secara singkat materi sebelumnya tentang Hukum Secara aktif menjawab pertanyaan guru seputar Newton tentang gerak.

materi sebelumnya.

Menyajikan peta konsep Hukum gravitasi Newton secara Mencatat dan menyimak penjelasan guru tentang keseluruhan.

peta konsep.

2 Menyampaikan 10 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran tujuan

dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan mempersiapkan

dan

berupa penilaian dan sebagainya.

menjawab pertanyaan guru.

siswa

Memberikan apersepsi dan motivasi dengan menceritakan legenda penemuan Hukum gravitasi Newton ketika sedang beristirahat di bawah pohon Apel.

3 Mendemonstrasi

20 menit Mempresentasikan pengertian medan dalam fisika.

Mencatat dan menyimak.

kan pengetahuan Melibatkan siswa dalam diskusi untuk menemukan formulasi Secara aktif berdiskusi dengan guru dan melakukan dan

formulasi hukum gravitasi Newton. keterampilan

Hukum Gravitasi Newton (LKS DI 01).

Membimbing siswa melakukan demonstrasi eskperimen yang Melakukan demonstrasi di bawah bimbingan guru. telah dilakukan oleh Henry Cavendish untuk menemukan nilai

4 Membimbing 20 menit Memberikan latihan untuk melakukan penurunan persamaan Mengerjakan latihan secara individu maupun pelatihan

hukum gravitasi Newton.

kelompok.

Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan pengertian Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan guru. medan dalam fisika, formulasi hukum gravitasi Newton, dan nilai G.

5 Memeriksa 20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya. pemahaman dan

kelas pada saat itu juga.

memberikan Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya.

umpan balik.

siswa.

6 Memberikan

Memberikan beberapa permasalahan dan soal berkaitan dengan Mencatat dan mengerjakan tugas. kesempatan

5 menit

materi selanjutnya yaitu tentang resultan gaya gravitasi dan

kepada siswa

medan gravitasi untuk dikerjakan di rumah (PR).

untuk pelatihan lanjutan

dan penerapan. 7 Penutup

5 menit

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak pertanyaan.

dipahaminya.

Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa orang siswa untuk mengulanginya. Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Menjawab salam

Pertemuan Ke-3

No Tahap

Waktu

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

1 Pendahuluan 10 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Menjawab salam dan menjawab panggilan guru

melakukan absensi siswa.

selama absensi.

Mengulas secara singkat materi sebelumnya tentang formulasi Secara aktif menjawab pertanyaan guru seputar Hukum Newton tentang gravitasi.

materi sebelumnya.

Menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada Menyimak penjelasan guru tentang kegiatan hari itu, yaitu berupa kerja kelompok.

pembelajaran.

2 Menyampaikan 10 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran tujuan

dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan mempersiapkan

dan

berupa penilaian dan sebagainya.

menjawab pertanyaan guru.

siswa

Memberikan apersepsi dan motivasi dengan memberikan informasi bahwa gaya gravitasi merupakan salah satu besaran vektor.

3 Mendemonstrasi

20 menit Menjelaskan secara singkat resultan gaya gravitasi dan medan Mencatat dan menyimak.

kan pengetahuan

gravitasi.

dan Membagi kelas ke dalam dua kelompok dan memberikan tugas Berkumpul bersama kelompoknya dan memeilih keterampilan

diskusi masing-masing kelompok, yaitu resultan gaya gravitasi salah seorang anggota kelompoknya untuk menjadi untuk kelompok pertama dan medan gravitasi untuk kelompok ketua kelompok.

kedua. (LKS DI 02 dan DI 03) Memimpin diskusi kelas dan presentasi kedua kelompok.

Berdiskusi dan presentasi.

4 Membimbing 20 menit Memberikan beberapa contoh soal terkait dengan resultan gaya Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan guru. pelatihan

gravitasi dan medan gravitasi.

5 Memeriksa 20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya. pemahaman dan

kelas pada saat itu juga.

memberikan Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya. umpan balik.

siswa.

Memberikan beberapa permasalahan dan soal terkait dengan Mencatat dan mengerjakan tugas. kesempatan kep-

6 Memberikan

5 menit

materi pertemuan berikutnya yaitu tentang percepatan gravitasi

ada siswa untuk

untuk dikerjakan di rumah (PR).

pelatihan lanjut- an dan penerap- an. 7 Penutup

5 menit

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak pertanyaan.

dipahaminya.

Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa orang siswa untuk mengulanginya. Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Menjawab salam

Pertemuan Ke-4

No Tahap

Waktu

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

1 Pendahuluan 10 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Menjawab salam dan menjawab panggilan guru

melakukan absensi siswa.

selama absensi.

Mengulas secara singkat materi sebelumnya tentang resultan Secara aktif menjawab pertanyaan guru seputar materi gaya gravitasi dan medan gravitasi.

sebelumnya.

Menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada Menyimak penjelasan guru tentang kegiatan hari itu, yaitu berupa kerja kelompok dan demonstrasi.

pembelajaran.

2 Menyampaikan 10 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran tujuan

dengan mengajukan dan menjawab pertanyaan mempersiapkan

dan

berupa penilaian dan sebagainya.

kepada guru

siswa

Memberikan apersepsi dan motivasi dengan menunjukkan fakta Menunjukkan

ketertarikan dan mengajukan ketertarikan dan mengajukan

pertanyaan berkaitan dengan perbedaan berat benda di setiap tempat.

3 Mendemonstrasi

20 menit Menjelaskan secara singkat konsep percepatan gravitasi dan Mencatat dan menyimak.

kan pengetahuan

resultannya.

dan keterampilan Melakukan demonstrasi di depan kelas dan melibatkan siswa Melakukan demonstrasi di bawah bimbingan guru. dalam demonstrasi tersebut. (LKS DI 04)

4 Membimbing 20 menit Memberikan beberapa contoh soal berkaitan dengan resultan Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan guru. pelatihan

percepatan gravitasi dan mempersilakan siswa untuk mencoba mengerjakannya.

5 Memeriksa 20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya. pemahaman dan

kelas pada saat itu juga.

memberikan Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya. umpan balik.

siswa.

6 Memberikan ke-

Memberikan beberapa permasalahan dan soal terkait dengan Mencatat dan mengerjakan tugas. sempatan kepada

5 menit

materi pertemuan berikutnya yaitu tentang Hukum-hukum

siswa untuk

Kepler untuk dikerjakan di rumah (PR).

pela-tihan lanjut- an

dan penerapan. 7 Penutup

5 menit

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak pertanyaan.

dipahaminya.

Menyimpulkan materi pelajaran dan meminta kepada beberapa orang siswa untuk mengulanginya. Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Menjawab salam

Pertemuan Ke-5

No Tahap

Waktu

Kegiatan Guru

Kegiatan Siswa

1 Pendahuluan 10 menit Memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan Menjawab salam dan menjawab panggilan guru

melakukan absensi siswa.

selama absensi.

Mengulas secara singkat

materi sebelumnya tentang Secara aktif menjawab pertanyaan guru seputar materi

percepatan gravitasi dan resultannya.

sebelumnya.

Memeriksa pekerjaan rumah siswa yang diberikan pada Menyimak

penjelasan

guru tentang kegiatan guru tentang kegiatan

pembelajaran.

2 Menyampaikan 10 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan prosedur pembelajaran Menyimak dan berperan aktif dalam pembelajaran tujuan

dengan mengajukan pertanyaan kepada guru dan mempersiapkan

dan

berupa penilaian dan sebagainya.

menjawab pertanyaan guru.

siswa

Memberikan apersepsi dan motivasi dengan menjelaskan perilaku planet di tata surya.

3 Mendemonstrasi

Mencatat dan menyimak. Secara aktif berdiskusi kan pengetahuan

20 menit Menjelaskan secara jelas dan bertahap Hukum-hukum Kepler.

dengan guru dan melakukan formulasi hukum dan keterampilan

gravitasi Newton.

4 Membimbing 20 menit Membimbing siswa untuk menggambarkan orbit planet. (LKS Menggambarkan orbit planet yang berbentuk elipis di pelatihan

DI 05)

bawah bimbingan guru.

Memberikan beberapa contoh soal berkaitan dengan hukum- Mengerjakan contoh soal di bawah bimbingan guru. hukum Kepler dan mempersilakan siswa untuk mencoba mengerjakannya.

5 Memeriksa 20 menit Memberikan beberapa soal latihan yang harus dikerjakan di Mengerjakan soal latihan dan mengumpulkannya. pemahaman dan

kelas pada saat itu juga.

memberikan Membahas soal latihan dan memberikan umpan balik kepada Menyimak dan mengoreksi hasil kerjanya. umpan balik.

siswa.

6 Memberikan

Memberikan beberapa permasalahan dan soal terkait dengan Mencatat dan mengerjakan tugas. kesempatan

5 menit

materi keseluruhan untuk dikerjakan di rumah (PR).

kepada siswa untuk pelatihan lanjutan

dan penerapan. 7 Penutup

5 menit

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan Mengajukan pertanyaan tentang materi yang tidak pertanyaan.

dipahaminya.

Menyimpulkan materi pelajaran secara keseluruhan dan meminta kepada beberapa orang siswa untuk mengulanginya. Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam

Menjawab salam

Pertemuan ke-6

Posttest .

I. Sumber Pembelajaran

Kangenan, Marten. Fisika Untuk SMA Kelas XI 2A. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002. Ruwanto, Bambang. Asas-asas Fisika SMA Kelas XI Semester Pertama 2A. Jakarta: Yudhistira, 2007. Tipler, Paul A. Fisika untuk Sains dan Teknik Alih Bahasa oleh Lea Prasetio dan Rahmad W Adi. Jakarta: Erlangga, 1998.

J. Alat Pembelajaran

Alat presentasi dan lembar kerja siswa

K. Penilaian

Tes objektif posttest

Lampiran 1D

LEMBAR KERJA SISWA (DI 01)

Tujuan

Memahami Gaya Gravitasi yang bekerja pada planet-planet dalam tata surya

Langkah-langkah Kerja

1. Jelaskan Ketiga Hukum Newton tentang gerak Hukum I (Hukum Kelembaman Benda) berbunyi:

Secara aljabar dituliskan

Hukum II berbunyi:

Secara aljabar dituliskan

Hukum III (Hukum Aksi-Reaksi) berbunyi:

Secara aljabar dituliskan

2. Dua buah benda dipisahkan pada jarak 9 m, jika kedua benda itu identik dengan massa 3 kg, maka tentukan besarnya gaya gravitasi antara kedua benda tersebut!

3. Apa yang akan terjadi dengan nilai gaya gravitasi jika massa kedua benda dan jarak keduanya diubah-ubah. Misalkan massa kedua benda diubah menjadi

3m 1 dan 4m 2 dan jaraknya menjadi 5r. Jawab:

Karena persamaan gaya gravitasi adalah F  G , dapat dituliskan

Sehingga didapat perbandingan gaya gravitasi sebelum dan sesudah perubahan  

Jika F 1 adalah F, maka F 2 dinyatakan dalam F adalah

F 2 = …. F

Tugas

Tuliskan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan dan kesimpulan yang diperoleh untuk dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.

LEMBAR KERJA SISWA (DI 02)

Tujuan

Memahami resultan gaya gravitasi

Langkah-langkah Kerja

1. Gaya merupakan salah satu besaran vektor, m

oleh karena itu perhitungan-perhitungan vektor

3 berlaku juga bagi gaya gravitasi. Untuk menghitung resultan gaya gravitasi digunakan

F 1 F prinsip penjumlahan vektor dengan metode aturan cosinus dan metode komponen pada

m m diagram Cartesius. Jelaskan kedua metode

1 2 tersebut!

Jawab:

Penjumlahan dengan aturan cosinus menggunakan persamaan

Penjumlahan menggunakan metode komponen pada diagram Cartesius

Dimana

 F x  .......... .......... .......... .......  F x  .......... .......... .......... .......

Dan vektor komponen gaya pada masing-masing sumbu dituliskan

F x  .......... .......... .......... .......

F y  .......... .......... .......... .......

2. Tentukan resultan gaya gravitasi pada benda m 2 dengan menggunakan metode aturan cosinus dan metode komponen pada diagram cartesius!

m 3 = 3 kg

3m

m 2 = 3 kg

m 1 = 3 kg

9m

3. Pada tiga sudut sebuah segitiga sama sisi dengan panjang 5 m ditempatkan masing benda identik yang massanya 6 kg. Tentukan resultan gaya gravitasi yang dialami oleh salah satu benda karena pengaruh dua benda lainnya!

Petunjuk: - sudut segitiga sama sisi adalah masing-masing 60 o

- dalam menggunakan metode komponen pada diagram cartesius gambarkan terlebih dahulu gaya-gaya yang bekerja terhadap benda dikarenakan oleh kedua benda lainnya. Gambarkan dengan detail sudutnya!

Tugas

Tuliskan hasil kerja dan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan- kegiatan yang telah dilakukan untuk dipresentasikan di depan kelas.

LEMBAR KERJA SISWA (DI 03)

Tujuan

Memahami konsep medan gravitasi dan membandingkannya dengan konsep percepatan gravitasi

Langkah-langkah Kerja

1. Tuliskan persamaan kuat gravitasi yang disebabkan oleh dua buah benda bermassa M dan m dan dipisahkan oleh jarak r.    

F    (i)  

2. Tentukan kuat medan gravitasi g pada suatu tempat dengan cara memperhatikan definisi medan gravitasi yang menyatakan bahwa kuat medan gravitasi adalah gaya gravitasi persatuan massa.

(ii)

Substitusi persamaan (i) ke persamaan (ii) didapat    

(iii)  

3. Dengan memasukkan nilai-nilai berikut ini tentukanlah kuat medan gravitasi di permukaan Bumi. (jari-jari Bumi, R = 6.400 km; massa Bumi, M = 6,0 .

4. Pada konteks lain, g tidak hanya dipandang sebagai kuat medan gravitasi melainkan juga dipandang sebagai percepatan gravitasi. Percepatan gravitasi ini yang menyebabkan benda jatuh bebas akan dipercepat dengan percepatan ini. Bagaimana percepatan benda yang sangat tinggi, misalkan lebih dari jari- jari Bumi. Medan gravitasi atau percepatan gravitasi berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya.

g ~ (iv)  

Sehingga benda yang berada pada ketinggian h dari permukaan Bumi akan memiliki jarak R + h dari pusat Bumi. Sehingga:

 (v)

Tugas

Tuliskan hasil dan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan

yang telah dilakukan untuk dipresentasikan di depan kelas.

LEMBAR KERJA SISWA (DI 04)

Tujuan

Memahami konsep percepatan gravitasi dan menghitung resultan percepatan gravitasi serta membandingkan percepatan gravitasi di beberapa tempat.

Langkah-langkah Kerja

1. Apa yang dimaksud dengan percepatan dalam konsep gerak? Percepatan

Secara aljabar dituliskan

Dan satuannya adalah ………………

2. Lakukan sebuah eksperimen sederhana untuk menemukan besarnya percepatan graviatasi di atas permukaan Bumi.

a. Siapkan beberapa buah benda yang berbeda massanya, misalkan batu berukuran kecil dan sebuah buku.

b. Jatuhkan kedua benda tersebut dari ketinggian berbeda misalkan dari ketinggian 1 meter dan 2 meter dari lantai. Ukur waktu yang diperlukan oleh kedua benda tersebut untuk sampai ke lantai dari dua ketinggian yang berbeda. Lakukan beberapa kali (misalkan lima kali dan hitung rata-rata waktunya).

c. Masukkan data hasil pengukuran ke dalam tabel berikut ini.

Waktu yang diperoleh dari Percobaan ke- (s) Rata- Benda Ketinggian

1 2 3 4 5 rata

Buku

1 meter Buku

2 meter Batu

1 meter Batu

2 meter

d. Hitung percepatan jatuh kedua benda dari dua ketinggian yang h  gt 2 berbeda dengan menggunakan persamaan gerak jatuh bebas  

Buku dari ketinggian: Batu dari ketinggian: - satu meter

- satu meter

- dua meter

- dua meter

3. Percepatan gravitasi yang dialami benda pada ketinggian

h di atas permukaan Bumi dapat dihitung dengan membandingkannya dengan percepatan gravitasi yang dialami benda di permukaan Bumi.

 dimana R adalah jari-jari Bumi dan h

adalah ketinggian benda. Dengan mengasumsikan bahwa g = 9,8 ms -2 , maka benda pada ketinggian

5000 m akan mengalami percepatan gravitasi sebesar …

g -2  .......... ...... ms

4. Dengan cara yang sama ketika

menghitung resultan gaya gravitasi, hitunglah

percepatan gravitasi pada sebuah titik yang berada pada garis lurus di antara dua buah benda 5 kg dan 10 kg yang berjarak 20 m. Titik tersebut berada tepat di tengah-tengah antara kedua benda tersebut. Jelaskan dengan menggunakan aturan cosinus dan metode komponen pada diagram Cartesius!

Tugas

Tulis hasil dan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan untuk dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.

LEMBAR KERJA SISWA (DI 05)

Tujuan

Memahami hukum-hukum Kepler dan hubungannya dengan hukum gravitasi Newton.

Langkah-langkah Kerja

1. Untuk membantu memahami Hukum I Kepler, gambarlah sebuah elips dengan menggunakan dua buah paku, sebuah tali yang berbentuk lingkaran, dan sebuah pensil. Perhatikan gambar!

2. Dengan menggunakan persamaan Hukum III Kepler     , hitung

B   R B  masing-masing periode planet dalam tabel ini! (Langkah pertama bandingkan

dengan periode revolusi Bumi yang lamanya satu tahun tepat).

Planet 6 Jari-jari, R ( 10 km) Periode, T (tahun)

1 (365,25 hari) Mars

Tuliskan hasil dan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan.

Lampiran 2A

INSTRUMEN TES

Kompetensi Dasar

: Menganalisis keteraturan gerak planet

dalam tatasurya berdasarkan hukum-hukum Newton

Materi Pokok

: Hukum Gravitasi

Kelas

: XI IPA

Jenis Tes

: pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban

Jumlah Soal

: 40 soal

A. Kisi-kisi Instrumen Tes Aspek Kognitif

Jumlah C1 C2 C3 C4

1 1. Menunjukkan pengertian medan dalam fisika dan Pengertian medan 1,2* 3,4* 5,6, 8*,

resultan gaya gravitasi

dalam fisika dan

2. Menjelaskan hubungan variabel-variabel yang Hukum Gravitasi mempengaruhi gaya gravitasi

Universal

3. Menghitung salah satu variabel dalam gaya gravitasi jika variabel lain diketahui dan resultan gaya gravitasi

4. Menganalisis besarnya perubahan gaya gravitasi dan resultan gaya gravitasi

2 5. Menyebutkan definisi medan gravitasi

Medan gravitasi

6. Meramalkan kuat medan gravitasi pada suatu tempat

7. Menggunakan persamaan medan gravitasi untuk 17 menentukan salah satu variabelnya jika variabel lain diketahui

8. Menganalisis kuat medan gravitasi di beberapa tempat.

3 9. Menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi Percepatan

percepatan gravitasi

30* di beberapa tempat

10. Menjelaskan perbedaan perbedaan pecepatan gravitasi 27*

11. Menghitung besarnya percepatan gravitasi dan akibatnya terhadap perubahan berat benda

12. Membandingkan percepatan gravitasi dan perubahan berat benda akibat perubahan percepatan gravitasi.

4 13. Mendefinisikan Hukum-hukum Kepler

34 36*, 39*, hukum Kepler

14. Menjelaskan hubungan antarvariabel pada Hukum- Kepler

15. Menggunakan persamaan-persamaan Hukum III Kepler untuk menentukan periode dan jari-jari orbit planet

16. Menganalisis Hukum III Kepler dan kesesuainnya dengan Hukum Gravitasi Newton

Jumlah

Ket. Nomor soal bertanda bintang (*) adalah soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan.

Lampiran 2B

B. Bentuk Soal, Kunci Jawaban, dan Aspek Kognitif yang Diukur Indikator Submateri Kunci

Aspek

Butir Soal

Jawaban Kognitif Menunjukkan Pengertian

C C1 pengertian

1. Pernyataan yang benar tentang konsep medan yang disarankan oleh Michael

Medan dan Faraday adalah …. medan dalam Hukum

A. Gaya interaksi antara dua buah benda yang dipisahkan sebuah jarak tertentu.

fisika dan Gravitasi

B. Penyebaran gaya yang selalu konstan. resultan gaya Universal C. Penyebaran nilai-nilai suatu besaran fisis (seperti tekanan, kecepatan, atau

gravitasi suhu) dalam suatu ruang.

D. Penyebaran besaran yang selalu mempunyai arah berlawanan dengan arah besarannya.

E. Selalu berubah besarnya

2. Terdapat dua buah benda identik yang dipisahkan oleh jarak tertentu r, maka

B* C1

letak titik yang mempunyai kemungkinan memiliki resultan gaya gravitasi sama dengan nol adalah ….

A. di sebelah kiri kedua benda

B. diantara kedua benda

C. di sebelah kanan kedua benda

D. di atas kedua benda

E. di bawah kedua benda

Menjelaskan Pengertian

B* C2 hubungan

3. Dua buah benda bermassa m 1 dan m 2 dan berjarak r. Jika jarak r diubah-ubah,

Medan dan

maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda tersebut

variabel- Hukum

adalah ....

variabel yang Gravitasi mempengaruhi Universal gaya gravitasi

4. Faktor yang tidak mempengaruhi kuatnya gaya tarik menarik antara dua buah

E C2

partikel adalah ...

A. volume

B. massa

C. massa jenis

D. jarak keduanya

E. sifat fisis

Menghitung Pengertian

D* C3 salah

5. Dua buah benda identik bermassa 20 kg dipisahkan jarak 80 m. Besarnya gaya

satu Medan dan

tarik antara kedua benda tersebut adalah ....

variabel dalam Hukum

A. -11 1,334 . 10 N

gaya gravitasi Gravitasi

B. -10 1,334 . 10 N jika variabel Universal C. -10 2,668 . 10 N

lain diketahui

D. -12 4,170 . 10 N

dan resultan

E. -11 3,335 . 10 N gaya gravitasi 6. Gaya interaksi antara kedua benda identik yang dipisahkan jarak 6 m adalah

C C3

2 400,2 N. Jika G=6,67 . 10 -2 Nm kg , maka jumlah massa kedua benda adalah

7. Pada sebuah titik bekerja dua buah gaya gravitasi F 1 = 12 N dan F 2 = 5 N yang

C C3

saling tegak lurus. Besarnya resultan gaya gravitasi pada titik tersebut adalah ....

Menganalisis Pengertian

A* C4 besarnya

8. Gaya tarik-menarik antara dua buah partikel mula-mula bernilai F. Jika massa

Medan dan

salah satu partikel dijadikan dua kali dan jarak antara kedua partikel dijadikan

perubahan Hukum

dua kali, maka gaya tarik-menarik kedua partikel menjadi ....

gaya gravitasi Gravitasi

A. ½F

D. F

dan resultan Universal B. 4F E. ¼F gaya gravitasi C. 2F

9. Dua bola timah identik dengan jari-jari r bersentuhan dan saling tarik menarik

D* C4

dengan gaya gravitasi F. Gaya gravitasi antara dua bola timah sejenis dengan jari-jari 2r adalah ....

A. 2F

10. Pada titik sudut segi tiga siku-siku di A terdapat 3 benda masing – masing m A =

B C4

4 kg, m B = 6 kg dan m c = 32 kg dan AB= 2 m, AC = 4 m. Resultan gaya gravitasi pada benda A adalah ….

Menyebutkan Medan

11. Dalam hal tertentu g disamping didefinisikan sebagai medan gravitasi juga

D* C1

definisi medan Gravitasi didefinisikan sebagai percepatan gravitasi di suatu tempat. Oleh karena itu, gravitasi -1 satuan medan gravitasi, N.kg akan setara dengan ….

A. N.s

B. N.m

C. Joule

D. -2 m.s

E. -1 m.s

12. Diantara pernyataan berikut ini yang benar tentang medan gravitasi adalah …. C C1

A. Gaya gravitasi per satuan luas

B. Sebanding dengan jaraknya

C. Ruang di sekitar suatu benda bermassa dimana benda bermassa lainnya dalam ruang ini akan mengalami gaya gravitasi

D. Berbanding terbalik dengan kaudrat massanya

E. Berbanding terbalik dengan akar kuadrat jaraknya

Meramalkan Medan

A C2 kuat

13. Dua buah bola A dan B mempunyai massa dan garis tengah yang sama. Jika kuat

medan Gravitasi medan gravitasi di suatu titik sama dengan nol, maka letak titik tersebut dari

gravitasi pada

kulit bola A adalah ….

suatu tempat A. 2,5 m 1m

14. Jika kuat medan gravitasi pada jarak 5 m dari sebuah benda bermassa m adalah

E* C2

3g , maka kuat medan gravitasi dari benda yang sama pada jarak 15 m adalah ….

Menggunakan -11 Medan 15. Sebuah benda mempunyai massa 9 gram. Jika tetapan gravitasi G = 6,672 x 10 C* C3 persamaan

Gravitasi

2 -2 Nm kg , maka besarnya medan gravitasi g pada jarak 3 cm dari pusat benda

medan

tersebut adalah ….

gravitasi untuk

A. -1 2,001 . 10 Nm

menentukan

B. -1 1,334 . 10 Nm

salah satu

C. -1 6,672 . 10 Nm

variabelnya

D. -1 2,667 . 10 Nm

jika variabel

E. -1 3,334 . 10 Nm

lain diketahui

16. Sebuah benda bermassa 100 kg mengalami gaya gravitasi yang disebabkan

A C3

benda lain sebesar 30 N, maka kuat medan gravitasi yang dialami oleh benda itu adalah ....

A. -1 0,3 Nm D. 300 Nm

B. -1 3 Nm E. 3000 Nm

C. -1 30 Nm

17. Kuat medan gravitasi pada suatu titik yang disebabkan oleh benda bermassa 80

B* C3

kg adalah 1,334 . 10 -1 Nm . Jarak titik tersebut dari benda adalah ….

Menganalisis Medan

D* C4 kuat

18. Sebuah benda di permukaan Bumi beratnya 120 N, jika benda dibawa ke atas

medan Gravitasi yang tingginya sama dengan jari-jari Bumi dari permukaan maka beratnya

gravitasi di

adalah ….

beberapa

A. 60 N tempat. B. 120 N

19. Sebuah planet mempunyai diameter 2 kali diameter Bumi dan massanya 10 kali

C* C4

massa Bumi, maka orang yang beratnya 600 N di Bumi akan mempunyai berat di planet tersebut sebesar ….

A. 400 N

B. 240 N

C. 1500 N

D. 1200 N

E. 1800 N

20. P dan Q adalah pusat dari dua buah bola kecil yang massanya masing-masing m

B C4

dan 4m.

4m m

x Jika bola yang diletakkan di R tidak mengalami gaya gravitasi, maka nilai

y adalah .... 1 1

A. C. E. 2 16 4

B. D. 4 2

Menunjukkan Percepatan

21. Besarnya percepatan gravitasi …. E* C1 faktor-faktor

Gravitasi A. Sebanding dengan massa dan berbanding terbalik dengan akar kuadrat

B. Sebanding dengan kuadrat jarak dan massanya

percepatan

C. Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dan massanya gravitasi D. Sebanding dengan massa dan kuadrat jaraknya

E. Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dan sebanding massanya

22. Jika percepatan gravitasi di permukaan Bumi dinyatakan dengan g dan jari-jari

E C1

Bumi adalah R, maka percepatan gravitasi pada ketinggian h di atas permukaan Bumi adalah ….

Menjelaskan Percepatan

B* C2 perbedaan

23. Pada sebuah pengamatan, titik A terletak pada ketinggian 0 dpl (di atas

Gravitasi permukaan laut), titik B pada ketinggian 900 m, dan titik C pada ketinggian

perbedaan

1600 m. Hubungan nilai percepatan gravitasi pada ketiga titik pengamatan itu

pecepatan

adalah ….

gravitasi di

tempat C. g A <g B <g C

24. Seseorang mendaki ke sebuah gunung yang tingginya 3.190 km di atas

A C2

permukaan laut. Jika di permukaan air laut nilai g = 9,8 ms -2 dan benda tersebut dijatuhkan secara bebas, maka benda itu akan mengalami percepatan tetap

sebesar …. (R Bumi = 6380 km)

A. -2 4,35 ms D. 2,25 ms

B. -2 5,45 ms E. 1,05 ms

C. -2 1,75 ms

Menghitung Percepatan

E C3 besarnya

25. -2 Andi mempunyai massa 50 kg. Jika percepatan gravitasi Bumi g = 9,8 ms ,

Gravitasi maka berat badan Budi adalah ….

percepatan

A. 430 N

gravitasi dan

berat benda

26. Planet A mempunyai percepatan gravitasi g A 0,7 kali gravitasi Bumi, g. Jika

A* C3

sebuah benda memiliki massa 50 kg, maka berat benda tersebut di planet A adalah …. (g = 10 ms -2 )

27. Planet A mempunyai massa a kali massa Bumi dan jari-jarinya adalah b kali jari-

E* C3

jari Bumi. Berat sebuah benda di permukaan planet A dibandingkan dengan berat benda di permukaan Bumi adalah ….

A. ab

B. a/b

Membandingk Percepatan

28. Dua benda bermassa M terpisah sejauh x meter. Besarnya percepatan gravitasi

A C4

an percepatan Gravitasi pada titik diantara kedua benda yang berjarak ¼ x dari salah satu benda adalah

gravitasi dan

berat benda

16 2 x gravitasi. 144 GM

29. -2 Jika percepatan gravitasi Bumi adalah 10 ms , maka berat benda yang bermassa

C C4

100 kg pada planet yang memiliki massa sama dengan massa Bumi adan massa jenisnya delapan kali massa jenis Bumi adalah ….

A. 40 N

D. 40000 N

B. 400 N

E. 400000 N

C. 4000 N

30. Seorang pria mempunyai massa 80 kg berada tepat di atas permukaan laut.

D* C4

Persentase berkurangnya berat pria itu di ketinggian satu kali jari-jari Bumi di atas pemukaan laut adalah …. (g = 10 ms -1 ;R

Bumi = 6370 km)

A. 50 %

B. 15 %

Mendefinisika Hukum-

31. Pernyataan yang tepat dari Hukum II Kepler adalah …. D C1 n

Hukum- Hukum

A. Semua planet bergerak pada lintasan elips mengitari Matahari dengan hukum Kepler Kepler Matahari berada di salah satu fokus elips

B. Perbandingan kuadrat periode terhadap pangkat tiga dari setengah sumbu panjang elips adalah sama untuk semua planet

C. Gaya interaksi antara dua buah benda sebanding dengan massa kedua benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya

D. Suatu garis hayal yang menghubungkan Matahari dengan planet menyapu luas juring yang sama dalam selang waktu yang sama

E. Gaya yang diberikan pada sebuah benda akan digunakan untuk membuat benda bergerak dengan percepatan tertentu

32. Menurut Hukum III Kepler, nilai periode revolusi sebuah planet adalah …. E* C1

A. sebanding dengan rata-rata jari-jarinya

B. berbanding terbalik dengan kuadrat rata-rata jari-jarinya

C. sebanding dengan akar pangkat dua rata-rata jari-jarinya

D. berbanding terbalik dengan akar pangkat dua rata-rata jari-jarinya

E. sebanding dengan akar pangkat tiga perdua rata-rata jari-jarinya

Menjelaskan Hukum-

B* C2 hubungan

33. Diantara grafik di bawah ini yang menunjukkan hubungan jari-jari orbit sebuah

Hukum

planet dan massanya berdasarkan kesesuaian hukum III Kepler dan Hukum

antarvariabel

Kepler Newton adalah ….

pada Hukum-

hukum Kepler T

A. M D.

34. Sesuai dengan hukum II Kepler, jika pada gambar di bawah ini daerah A, B, dan

A C2

C dilintasi pada selang waktu yang sama, maka hubungan kecepatan di setiap daerah tersebut adalah …

C C3 persamaan-

Menggunakan Hukum-

35. Periode revolusi Bumi mengelilingi matahari adalah satu tahun. Apabila jari-jari

Hukum

rata-rata orbit suatu planet dalam mengelilingi matahari adalah dua kali jari-jari

persamaan

Kepler rata-rata orbit Bumi mengelilingi matahari, maka periode revolusi planet

Hukum III

tersebut adalah ….

Kepler untuk

A. 0,4 tahun

menentukan

B. 2 tahun

periode dan jari-jari orbit

C. 8 tahun planet D. 2,0 tahun

E. 6 tahun

36. Perbandingan periode revolusi terhadap matahari planet X dan Z adalah 1 : 8,

D* C3

jika jarak planet X terhadap matahari 2 AU (astronomical unit = satuan astronomi, SA = 1,5 . 10 11 m) maka jarak planet Z terhadap matahari adalah

2 37. -2 Jika tetapan gravitasi universal G = 6,7 . 10 N.m .kg dan massa Matahari

adalah 2 . 10 kg, maka nilai 3 adalah ….

2 -19 2 A. -3 2,985 π . 10 s .m

2 -19 2 B. -3 3,450 π . 10 s .m

2 -19 2 C. -3 4,259 π . 10 s .m

2 -20 2 D. -3 5,250 π . 10 s .m

2 -20 2 E. -3 2,985 π . 10 s .m

Menganalisis Hukum-

A C4 Hukum

38. Planet A dan planet B masing-masing berjarak rata-rata sebesar p dan q dari

III Hukum

Matahari. Planet A mengitari Matahari dengan periode T. Jika p = 4q, maka B

Kepler

dan Kepler mengitari Matahari dengan periode ….

Hukum Gravitasi

B. T

Newton 6 1

C. T 4

D. T 2

E. T

39. Uranus mempunyai satelit yang bernama Umbriel yang memiliki jari-jari orbit

B* C4

8 2,67 . 10 5 m dan periode 3,58 . 10 s. Massa Uranus adalah ….

A. 25 6,47 . 10 kg

B. 25 8,74 . 10 kg

C. 25 5,45 . 10 kg

D. 25 3,25 . 10 kg

E. 25 8,56 . 10 kg

40. Dua buah planet P dan planet Q masing-masing mempunyai sebuah satelit yang

E* C4

mengorbit pada jarak R yang sama. Jika satelit planet P mengorbit dengan periode revolusi 2 bulan sedangkan satelit planet Q mengorbit dengan revolusi 3

 adalah ....

bulan, maka perbandingan massa planet P dan planet Q

Keterangan: 64 C1 = ingatan (recalling)

64 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.117 – 121

135

C2 = pemahaman (comprehension) C3 = penerapan (application) C4 = analisis (analysis) atau sintesis (syntesis)

Nomor soal bertanda bintang (*) adalah soal yang digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan.

Lampiran 2C

INSTRUMEN NONTES (LEMBAR OBSERVASI)

A. Lembar Observasi Problem Based Learning (PBL) Skor

Tahap-tahap No

1. Siswa memahami tujuan pembelajaran

Orientasi siswa

2. Siswa menunjukkan minat dan motivasi terhadap masalah yang disajikan.

pada masalah

3. Siswa memahami masalah yang disajikan

1. Mendefinisikan tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah-masalah Mengorganisasikan

2 Tahap 2

yang disajikan.

siswa untuk

2. Mulai merencanakan pemecahan masalah secara bersama-sama dalam

belajar

kelompoknya.

1. Mengumpulkan informasi dari berbagai sumber sebagai persiapan pemecahan Membimbing

2. Melakukan penyelidikan dalam upaya pemecahan masalah.

individu maupun

3. Saling bertukar informasi dengan teman dalam kelompoknya.

kelompok

4. Memberikan kontribusi ide pemecahan masalah.

5. Mendengarkan pendapat orang lain dalam diskusi kelompok.

6. Mengikuti instruksi yang diberikan di lembar kerja siswa dalam pemecahan masalahnya.

7. Mengumpulkan tugas (laporan penyelidikan) dengan baik dan tepat waktu

4 Tahap 4

1. Menyajikan laporan tersebut dalam diskusi kelas.

Mengembangkan

2. Secara aktif melibatkan dirinya dalam diskusi kelas.

dan menyajikan hasil karya

1. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap hasil kerja kelompoknya dalam Menganalisis dan

5 Tahap 5

pemecahan masalah.

mengevaluasi

2. Membandingkan hasil kerja pemecahan masalahnya dengan pemecahan

proses pemecahan

masalah yang diinformasikan guru atau pemecahan masalah yang dilakukan

masalah

kelompok lain.

3. Menyimpulkan hasil pembelajaran berdasarkan pada hasil penyelidikan yang dilakukan oleh semua kelompok.

B. Lembar Observasi Direct Instruction (DI) Skor

Tahap-tahap No

1. Siswa memahami tujuan pembelajaran

Menyampaikan

2. Dapat menghubungkan materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang tujuan dan

akan dipelajari.

mempersiapkan

3. Menunjukkan ketertarikan dan memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan siswa

dalam pembelajaran.

2 Tahap 2

1. Memahami penjelasan guru.

Mendemonstrasikan

2. memperhatikan peragaan yang dilakukan guru.

pengetahuan dan

3. Jika melakukan kesalahan, akan segera memperbaikinya dengan bimbingan keterampilan

guru.

4. Meniru peragaan yang dilakukan guru dengan benar.

3 Tahap 3

1. Secara aktif terlibat dalam pelatihan.

Membimbing

2. Melakukan instruksi pelatihan dengan benar.

pelatihan

3. Tidak merasa bosan dengan pelatihan yang diberikan.

4. Mengumpulkan tugas (hasil kerja LKS) tepat waktu.

1. Menunjukkan pemahaman terhadap materi pelajaran dengan merespons Memeriksa

4 Tahap 4

pertanyaan guru dengan benar

pemahaman siswa

2. Menerima umpan balik yang diberikan guru.

dan memberikan

3. Lebih memusatkan perhatiannya pada proses bukan pada hasil.

umpan balik

4. Memberikan umpan balik terhadap dirinya sendiri dengan memberikan penilaian terhadap kinerjanya sendiri.

5 Tahap 5

1. Mengerjakan tugas rumah yang diberikan guru pada akhir pembelajaran.

Memberikan

2. Mengumpulkan hasil tugas rumahnya tepat waktu.

kesempatan kepada siswa untuk latihan

lanjutan dan penerapan

Keterangan:

< 50 % = jumlah siswa melakukannya kurang dari setengah dari jumlah yang diharapkan. > 50 % = jumlah siswa melakukannya lebih dari atau sama dengan setengah dari jumlah yang diharapkan.

Lampiran 2D

LEMBAR UJI VALIDITAS INSTRUMEN NONTES LEMBAR OBSERVASI

Kriteria No

Aspek yang Diuji

Baik Cukup Kurang

1 Pengembangan indikator dari setiap tahap pembelajarannya

2 Keterwakilan semua tahap pembelajaran oleh indikator yang dikembangkan

3 Penskoran terhadap tiap-tiap indikator

4 Pemilihan kata dan kalimat dalam pengembangan indikator

5 Kejelasan dan keefektifan bahasa yang digunakan

Saran:

Jakarta, September 2009 Penguji Validitas/ Dosen Pembimbing I

Dr. Zulfiani, M.Pd.

NIP. 150 368 741

Lampiran 3A

UJI VALIDITAS

Perhitungan uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasional point biserial berdasarkan rumus berikut ini.

r pbi 

SD t

Dimana: r pbi = indeks point biserial M p = Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta tes) pada

butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

M t = Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta tes) pada butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.

SD t = Deviasi standar skor total. p

= proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya.

q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang diuji validitasnya Untuk keperluan perhitungan nilai point biserial tersebut maka dibuatlah tabel bantu perhitungan uji validitas. Berikut ini adalah ringkasan tabel perhitungan untuk menguji validitas instrumen.

Tabel Perhitungan Uji Validitas

Skor No

Skor untuk item no

Total (X t ) 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

(X t )

A 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 12 144 B 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0

9 81 C 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 64 D 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

13 169 E 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

18 324 F 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1

19 361 G 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0

13 169 H 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

19 361 I 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 22 484 V 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1

1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 18 324 X 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1

0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 22 484 AA 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0

16 256 AB 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1

19 361 AC 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0

20 400 AD 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1

20 400 AE 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0

10 100 AF 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

12 144 AG 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0

19 361 AH 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0

14 196 AI 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Uji Hipotesis

Tidak Valid

Valid Valid

Tidak Valid

Valid Valid Valid Valid Valid

Tidak Valid

Valid Tidak Valid Tidak Valid

Valid Valid Valid Valid Valid

Tidak Valid

Valid Valid

Tidak Valid

Valid Tidak Valid Tidak Valid

Valid Valid

Tidak Valid Tidak Valid

Valid Tidak Valid

Valid Valid Valid Valid Valid

Tidak Valid

Valid Valid Valid

Mt

SD

ta b

el

Perhitungan Reliabilitas

Perhitungan reliabilitas menggunakan KR-20 yang dinyatakan dengan rumus berikut ini.

k   pq 

: jumlah testee p : proporsi jumlah testee yang menjawab benar q : proporsi jumlah testee yang menjawab salah

SD : nilai deviasi standar

Berikut ini adalah tabel ringkasan perhitungan nilai-nilai yang bersangkutan.

Skor No

Skor item no

0.74 0.94 0.68 0.61 0.97 0.61 0.77 0.58 0.52 0.68 0.84 0.55 0.52 0.45 0.68 0.74 0.84 0.52 0.77 0.52 0.55 0.32 0.65 0.55 0.42 0.55 0.58 jum lah

Nilai KR-20 dari keseluruhan soal yang valid adalah sebagai berikut ini.

KR - 20 

34 2 - 1 

Lampiran 3C

Perhitungan Derajat Kesukaran

Untuk menghitung derajat kesukaran digunakan rumus berikut ini.

JS

dimana: P

= derajat kesukaran (degrees of difficulty)

B = bayaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS

= jumlah seluruh siswa seluruh tes. Kategorisasi derajat kesukaran berdasarkan ketentuan berikut ini. Mudah

: DK ≥ 0,70 Sedang

: 0,30 < DK < 0,70 Sukar

: DK ≤ 0,30

Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan derajat kesukarannya.

Tabel Perhitungan Derajat Kesukaran

Skor

Skor untuk item no

No Total

(Xt)

21 J

19 K

16 L

24 M

17 N

18 O

17 P

24 R

15 S

24 T

19 U

19 W

23 Y

23 Z

AA 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0

AB 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1

AC 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0

AD 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1

AE 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0

AF 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

AG 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0

AH 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0

AI 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Ind eks

0,24 0,35 0,38 TK

K ep

S utu

ed ed S an

ed S ed S ed ed S

S ed S ed M

S ed ed S

ed ed ed S

ed S ed S ed S ed ed S

ed S

ud

uka S

S uka

ed ud

ed S uka

ed ed ed S

ed S

ed S

ed S

ed uka S S ed ed S uka

SS uka

uka

uka

an an san

an an an

an

an

ah an

an

an

an

an

an

an

an

an

an

an

an

ah an

an

an

an

an

an

an

an

an

an

Lampiran 3D

Daya Beda

Untuk menghitung daya beda setiap soal digunakan rumus berikut ini.

W L  W H DB 

Maksud dari setiap simbol dari persamaan di atas adalah sebagai berikut. DB = Daya Beda (discriminating power, DP) W L = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu W H = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu

n = jumlah kelompok atas atau kelompok bawah

Kategorisasi Daya Beda:

Drop : DB < 0

Baik Sekali : 0,70 ≤ DB < 1,00

Cukup : 0,20 ≤ DB < 0,40

Tabel Perhitungan Daya Beda

No

Skor untuk item no

P 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 24 elom

S 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 24 po

X 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 23 kA

Y 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 23 ta

U 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 22 s

Z 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 22 I 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0

21 AD 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1

AC 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 20 F 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 19

T H 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ida 19 J

0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 k dima 19 T

alam E 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 18 p

er N 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 18 hitun

u K -san epu

dr ba cukup cukup

ba ba cukup

cukup bu bu cukup ruk ba ruk

ba cukup

ba cukup

ba ba cukup

cukup

ik ik ik ik ik ik ik

ruk

ik

ruk

ik

ruk

op

ik

ik

ruk

ik

op

ik

ik

ruk ruk ik

Lampiran 3E

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes

Derajat

Daya

Item No Validitas Keputusan

Kesukaran Pembeda

1 Tidak Valid

Sedang drop Tidak digunakan

2 Valid

Sedang baik Digunakan

3 Valid

Sedang cukup Tidak digunakan

4 Tidak Valid

Sedang cukup Tidak digunakan

5 Valid

Sedang baik Digunakan

6 Valid

Sedang baik Tidak digunakan

7 Valid

Mudah cukup Digunakan

8 Valid

Sedang cukup Digunakan

9 Valid

Sedang cukup Digunakan

10 Tidak Valid

Sedang buruk Tidak digunakan

11 Valid

Sedang baik Digunakan

12 Tidak Valid

Sedang drop Tidak digunakan

13 Tidak Valid

Sedang cukup Tidak digunakan

14 Valid

Sedang baik Digunakan

15 Valid

Sedang cukup Digunakan

16 Valid

Sedang cukup Digunakan

17 Valid

Sedang baik Tidak digunakan

18 Valid

Sedang baik Digunakan

19 Tidak Valid

Sukar buruk Tidak digunakan

20 Valid

Sukar cukup Tidak digunakan

21 Valid

Sedang baik Digunakan

22 Tidak Valid

Mudah buruk Tidak digunakan

23 Valid

Sedang baik Digunakan

24 Tidak Valid

Sukar buruk Tidak digunakan

25 Tidak Valid

Sedang drop Tidak digunakan

26 Valid

Sedang baik Digunakan

27 Valid

Sedang baik Digunakan

28 Tidak Valid

Sedang cukup Tidak digunakan

29 Tidak Valid

Sukar buruk Tidak digunakan

30 Valid

Sedang baik Digunakan

31 Tidak Valid

Sukar drop Tidak digunakan

32 Valid

Sedang baik Digunakan

33 Valid

Sedang baik Digunakan

34 Valid

Sukar cukup Tidak digunakan

35 Valid

Sedang cukup Tidak digunakan

36 Valid

Sedang cukup Digunakan

37 Tidak Valid

Sukar cukup Tidak digunakan

38 Valid

Sukar buruk Tidak digunakan

39 Valid

Sedang cukup Digunakan

40 Valid

Sedang baik Digunakan

Penetapan keputusan disamping didasarkan pada kriteria-kriteria tersebut juga didasarkan pada keterpenuhan indikator. Artinya, setiap indikator diwakili oleh satu atau lebih soal.

Lampiran 4

Hasil Pretest Kelas XI IPA 1

Hasil pretest dari kelas XI IPA 1 adalah sebagai berikut.

30 45 45 35 30 55 Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (X max ) adalah 55 dan nilai minimum (X min ) adalah 15. Sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.

a. Rentang (R)

c. Panjang Kelas (P) R

 X max  X min

 55  15 K  40  40

b. Banyaknya Kelas (K)

K  1  3 , 3 log n

 6 , 67  1  3 , 3 log 34  7  1  3 , 3  1 , 53 Sehingga panjang kelasnya adalah

 1  5 , 05  6 , 05  6 Sehingga banyaknya kelas adalah 6

Tabel distribusinya adalah sebagai berikut.

Kelas 2 f

Batas

Nilai Tengah Frekuensi

i .x i f i .x i

Kelas

15 - 21 14,5

22 - 28 21,5

29 - 35 28,5

36 - 42 35,5

43 - 49 42,5

53 8 424 22472 Jumlah (∑)

50 - 56 49,5

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata- rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest ini.

Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.

a. Rata-rata ( X )

b. Median (Me)

Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.

Me

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 28,5 P = panjang kelas

= 7 n = banyaknya data

F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4 + 3 = 7

f = nilai frekuensi kelas median = 13 Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.

c. Modus (Mo)

Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.

b = batas bawah kelas median = 28,5 P = panjang kelas

b 1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya

b 2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.

d. Deviasi Standar (S)

Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

Lampiran 5

Hasil Pretest Kelas XI IPA 2

Hasil pretest dari kelas XI IPA 2 adalah sebagai berikut.

30 35 40 40 30 30 30 Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (X max ) adalah 55 dan nilai minimum (X min ) adalah 15. Sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.

a. Rentang (R)

c. Panjang Kelas (P) R

 X max  X min

 55  15 K  40  40

b. Banyaknya Kelas (K)

K  1  3 , 3 log n

 6 , 67  1  3 , 3 log 35  7  1  3 , 3  1 , 54 Sehingga panjang kelasnya adalah

 1  5 , 09  6 , 09  6 Sehingga banyaknya kelas adalah 6

Tabel distribusinya adalah sebagai berikut.

Kelas 2 f

Tengah ( x i )

15 - 21 14,5

22 - 28 21,5

29 - 35 28,5

36 - 42 35,5

43 - 49 42,5

53 2 106 5618 Jumlah (∑)

50 - 56 49,5

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata- rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest ini.

Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.

a. Rata-rata ( X )

b. Median (Me)

Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.

Me  2 b  P 

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 28,5 P = panjang kelas

= 7 n = banyaknya data

F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 5 + 2 = 7

f = nilai frekuensi kelas median = 14 Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.

c. Modus (Mo)

Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.

b = batas bawah kelas median = 28,5 P = panjang kelas

b 1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya

b 2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.

d. Deviasi Standar (S)

Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

Lampiran 6

Hasil Posttest Kelas XI IPA 1

Hasil pretest dari kelas XI IPA 1 adalah sebagai berikut.

75 60 80 65 80 70 Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (X max ) adalah 80 dan nilai minimum (X min ) adalah 30. Sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.

a. Rentang (R)

c. Panjang Kelas (P) R

 X max  X min

 80  30 K  50  50

b. Banyaknya Kelas (K)

K  1  3 , 3 log n

 1  3 , 3 log 34 Sehingga panjang kelasnya adalah

Sehingga banyaknya kelas adalah 6 Tabel distribusinya adalah sebagai berikut.

Kelas 2 f

Batas

Nilai Tengah Frekuensi

i .x i f i .x i

Kelas

30 - 38 29,5

39 - 47 38,5

48 - 56 47,5

57 - 65 56,5

66 - 74 65,5

79 6 474 37446 Jumlah (∑)

75 - 83 74,5

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata- rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest ini.

Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.

a. Rata-rata ( X )

b. Median (Me)

Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.

Me b P   2 

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 56,5 P = panjang kelas

= 9 n = banyaknya data

F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 1 + 4 + 2 = 7

f = nilai frekuensi kelas median = 17 Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.

c. Modus (Mo)

Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.

b = batas bawah kelas median = 56,5 P = panjang kelas

b 1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya

b 2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.

d. Deviasi Standar (S)

Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

Lampiran 7

Hasil Posttest Kelas XI IPA 2

Hasil pretest dari kelas XI IPA 2 adalah sebagai berikut.

75 60 80 65 80 70 75 Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (X max ) adalah 85 dan nilai minimum (X min ) adalah 30. Sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.

a. Rentang (R)

c. Panjang Kelas (P) R

 X max  X min

 85  30 K  55  55

b. Banyaknya Kelas (K)

 1  3 , 3 log 35 Sehingga panjang kelasnya adalah

Sehingga banyaknya kelas adalah 6 Tabel distribusinya adalah sebagai berikut.

Kelas 2 f

Batas

Nilai Tengah Frekuensi

i .x i f i .x i

Kelas

30 - 39 29,5

40 - 49 39,5

50 - 59 49,5

60 - 69 59,5

70 - 79 69,5

7 591,50 49981,75 Jumlah (∑)

80 - 89 79,5

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata- rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest ini.

Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.

a. Rata-rata ( X )

b. Median (Me)

Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.

Me

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 59.5 P = panjang kelas

= 10 n = banyaknya data

F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 2 + 1 + 4 = 7

f = nilai frekuensi kelas median = 13 Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.

c. Modus (Mo)

Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.

b = batas bawah kelas median = 59,5 P = panjang kelas

b 1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya

b 2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.

d. Deviasi Standar (S)

Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

Lampiran 8

Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas XI IPA 1

Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini.

N - gain 

nilai posttest - nilai pretest

nilai maksimum - nilai pretest sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-Gain sebagai berikut.

a. g-tinggi : nilai G ≥ 0,70

b. g-sedang : nilai 0, 30 ≥ G < 0,70

c. g-rendah : nilai G < 0,30 Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas XI IPA 1 sebagai kelompok A disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel Nilai N-Gain Kelas XI IPA 1

N- Kate- Pre- Post-

N-

Kate- Subj

Pre- ek Pos- Gain gori ek Gain gori test

A 35,00 75,00 0,62 Sedang R 15,00 55,00 0,47 Sedang

B 50,00 70,00 0,40 Sedang S 50,00 65,00 0,30 Sedang

C 50,00 60,00 0,20 Rendah T 55,00 55,00 0,00 Rendah

D 35,00 65,00 0,46 Sedang U 40,00 80,00 0,67 Sedang

E 35,00 65,00 0,46 Sedang V 25,00 65,00 0,53 Sedang

F 25,00 65,00 0,53 Sedang W 45,00 80,00 0,64 Sedang

G 40,00 75,00 0,58 Sedang X 25,00 60,00 0,47 Sedang

H 30,00 30,00 0,00 Rendah Y 15,00 60,00 0,53 Sedang

I 30,00 45,00 0,21 Rendah Z 30,00 75,00 0,64 Sedang J 45,00 70,00

0,45 Sedang AA 20,00 65,00 0,56 Sedang K 55,00 75,00

0,44 Sedang BB 15,00 65,00 0,59 Sedang L 35,00 65,00

0,46 Sedang CC 30,00 70,00 0,57 Sedang M 30,00 60,00

0,43 Sedang DD 45,00 65,00 0,36 Sedang N 55,00 65,00

0,22 Rendah EE 45,00 50,00 0,09 Rendah O 55,00 65,00

0,22 Rendah FF 35,00 65,00 0,46 Sedang P 30,00 45,00

0,21 Rendah GG 30,00 50,00 0,29 Rendah Q 35,00 70,00

0,54 Sedang HH 55,00 60,00 0,11 Rendah

Rata-rata

0,40 Sedang

Dari data tersebut diperoleh bahwa nilai maksimum (X max ) adalah 0,67 dan nilai minimum (X min ) adalah 0,00. Sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.

a. Rentang (R)

c. Panjang Kelas (P) R

 X max  X min

 0 , 67  0 , 00 K  0 , 67 0 ,  67

b. Banyaknya Kelas (K)

K  1  3 , 3 log n  0 , 1116  1  3 , 3 log 34  0 , 12

 1  3 , 3  1 , 53 Sehingga panjang kelasnya adalah 0,12.

 1  5 , 05  6 , 05  6 Sehingga banyaknya kelas adalah 6

Tabel Distribusi Frekuensi N-Gain Kelas XI IPA 1

Kelas 2 f

Batas

Nilai Tengah Frekuensi

i .x i f i .x i

Kelas

0,00 - 0,11 -0,005

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata- rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest ini.

Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.

a. Rata-rata ( X )

b. Median (Me)

Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.

Me

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 0,355 P = panjang kelas

= 0,12 n = banyaknya data

F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4 + 5 + 2 = 11

f = nilai frekuensi kelas median = 11

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.

c. Modus (Mo)

Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.

b = batas bawah kelas median = 0,355 P = panjang kelas

b 1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya

b 2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya

= 11 –8=3 Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.

Mo

164

d. Deviasi Standar (S)

Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

13 , 150 

6 , 240  

34

34  1 172 , 923

6 , 240  

34

33

6 , 240  5 , 086

33

1 ,  154

33  0 , 035

 0 , 187

Lampiran 9

Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas XI IPA 2

Perhitungan nilai N-gain berdasarkan rumus berikut ini.

N - gain 

nilai posttest - nilai pretest

nilai maksimum - nilai pretest sedangkan kategorisasi ditentukan dengan nilai N-Gain sebagai berikut.

a. g-tinggi : nilai G ≥ 0,70

b. g-sedang : nilai 0, 30 ≥ G < 0,70

c. g-rendah : nilai G < 0,30 Nilai Normal Gain hasil pretest dan posttest pada kelas XI IPA 1 sebagai kelompok A disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel Nilai N-Gain Kelas XI IPA 2

N- Kate- Pre- Post-

N-

Kate- Subj

Pre- ek Pos- Gain gori ek Gain gori test

A 15,00 50,00 0,41 Sedang S 15,00 80,00 0,76 Tinggi

B 40,00 70,00 0,50 Sedang T 15,00 65,00 0,59 Sedang

C 35,00 40,00 0,08 Rendah U 45,00 55,00 0,18 Rendah

D 30,00 60,00 0,43 Sedang V 50,00 30,00 -0,40 Rendah

E 55,00 70,00 0,33 Sedang W 30,00 65,00 0,50 Sedang

F 30,00 85,00

0,79 Tinggi

X 45,00 60,00 0,27 Rendah

G 30,00 80,00

0,71 Tinggi

Y 45,00 65,00 0,36 Sedang

H 30,00 85,00

0,79 Tinggi

Z 25,00 55,00 0,40 Sedang

I 35,00 60,00 0,38 Sedang AA 25,00 65,00 0,53 Sedang J 15,00 80,00

BB 40,00 30,00 -0,17 Rendah K 45,00 65,00

0,76 Tinggi

0,36 Sedang CC 30,00 75,00 0,64 Sedang L 40,00 75,00

0,58 Sedang DD 35,00 60,00 0,38 Sedang M 15,00 65,00

0,59 Sedang EE 40,00 80,00 0,67 Sedang N 45,00 65,00

0,36 Sedang FF 40,00 65,00 0,42 Sedang O 40,00 70,00

0,50 Sedang GG 30,00 80,00 0,71 Tinggi P 40,00 70,00

0,50 Sedang HH 30,00 70,00 0,57 Sedang Q 30,00 60,00

0,43 Sedang II 30,00 75,00 0,64 Sedang R 35,00 50,00

0,23 Rendah

Rata-rata

0,45 Sedang

Dari sana diperoleh bahwa nilai maksimum (X max ) adalah 0,79 dan nilai minimum (X min ) adalah -0,40. Sehingga dapat dibuat sebuah tabel distribusi frekuensi setelah terlebih dahulu menentukan nilai rentang (R), banyaknya kelas (K), dan panjang kelas (P). Nilai ketiganya diperoleh berdasarkan perhitungan berikut ini.

a. Rentang (R)

c. Panjang Kelas (P) R

 X max  X min

 0 , 79  (  0 . 40 ) K  1 , 19 1 ,  19

b. Banyaknya Kelas (K)

K  1  3 , 3 log n  0 , 198

 1  3 , 3 log 35  0 , 20

 1  3 , 3  1 , 54 Sehingga panjang kelasnya adalah

 1  5 , 09  6 , 09  6 Sehingga banyaknya kelas adalah 6

Tabel Distribusi Frekuensi N-Gain Kelas XI IPA 2

Kelas 2 f

Batas Nilai Tengah Frekuensi

i .x i f i .x i

Kelas

-0,40 - -0,21 -0,405

1 -0,305 0,093 -0,20 - -0,01 -0,205

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut maka dapat ditentukan nilai rata- rata ( X ), median (Me), modus (Mo), dan deviasi standar (S) nilai pretest ini.

Berikut ini adalah perhitungan untuk menentukan nilai-nilai tersebut.

a. Rata-rata ( X )

b. Median (Me)

Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.

Me

Dimana:

b = batas bawah kelas median = 0,395 P = panjang kelas

= 0,20 n = banyaknya data

F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 1+1+2+8 = 12

f = nilai frekuensi kelas median = 14 Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.

c. Modus (Mo)

Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.

b = batas bawah kelas median = 0,395 P = panjang kelas

b 1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sebelumnya

b 2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas sesudahnya

= 14 –9=5 Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil pretest ini adalah sebagai berikut.

Mo

168

d. Deviasi Standar (S)

Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.

15 , 325 

8 , 596  

35

35  1 234,856

8 , 596  

35

34

8 , 596  6 , 710

34

1 ,  886

34  0 , 055

 ` 0 , 236

Lampiran 10

Uji Normalitas Hasil Belajar ( Posttest)

Uji normalitas menggunakan rumus kai kuadrat (chi square), yaitu:

Dimana: O i : frekuensi observasi

E i : frekuensi ekspektasi (harapan)

Kriteria pengujian nilai kai kuadrat didasarkan pada ketentuan berikut ini.

2 a. jika X 2 hitung ≤ X tabel , maka H a diterima dan H o ditolak (Data berdistribusi normal)

2 b. jika X 2 hitung >X tabel, , maka H o diterima dan H a ditolak (data tidak berdistribusi normal)

A. Kelas XI IPA 1

Perolehan Nilai Posttest Kelas XI IPA 1

Tabel Bantu Kai Kuadrat Kelas XI IPA 1

2 batas

i  kelas

luas Z

Kelas

f i .x i x i f i .x i batas

X 2 hitung

Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah sebagai berikut.

1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran 4, 5, 6, dan 7.

2. Menentukan z batas kelas dengan rumus:

Batas Kelas - X

Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah nilai deviasi standar.

3. Menentukan luas z tabel.

0,29 1,12 1,95 Luas z tabel 0,4987 0,4857 0,4131 0,2054 0,1141 0,3686 0,4744 Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut.

z batas kelas

a. Kelas 30 – 38

z  0 , 4987  0 , 4857  0 , 0130

b. Kelas 39 – 47 z = 0,4857 – 0,4131 = 0,0726

c. Kelas 48 – 56 z = 0,4131 – 0,2054 = 0,2077

d. Kelas 57 – 65 z = 0,2054 + 0,1141 = 0,3195

e. Kelas 66 – 74 z = 0,3686 – 0,1141 = 0,2545

f. Kelas 74 – 83 z = 0,4744 – 0,3686 = 0,1058

4. Menghitung nilai E i (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus:

E i   f i  luas z tabel

5. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus berikut ini.

6. Menentukan jumlah kai kuadrat hitung (X 2 hitung ) dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas.

7. Menguji hipotesis normalitas. Nilai X 2

tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Untuk menguji

2 2 normalitas data dibandingkan X 2 hitung dengan X tabel . Didapat bahwa X hitung <

X 2 tabel . Sehingga H a diterima dan H o ditolak (data berdistribusi normal).

B. Kelas XI IPA 2

Perolehan Nilai Posttest Kelas XI IPA 2

Tabel Bantu Kai Kuadrat Kelas XI IPA 2

f .x x f .x 2 batas

luas Z

X 2 hitung

Langkah-langkah penentuan nilai-nilai pada kolom tabel bantu tersebut adalah sebagai berikut.

1. Membuat tabel distribusi frekuensi seperti pada Lampiran 4, 5, 6, dan 7.

2. Menentukan z batas kelas dengan rumus:

Batas Kelas - X

Dimana X adalah nilai rata-rata dan S adalah nilai deviasi standar.

3. Menentukan luas z tabel.

0,16 0,92 1,68 Luas z tabel 0,4979 0,4826 0,4115 0,2257 0,0639 0,3212 0,4535 Luas z tabel masing-masing kelas adalah sebagai berikut.

z batas kelas

a. Kelas 30 – 39 z = 0,4979 – 0,4826 = 0,0153

b. Kelas 40 – 49 z = 0,4826 – 0,4115 = 0,0711

c. Kelas 50 – 59 z = 0,4115 – 0,2257 = 0,1558

d. Kelas 60 – 69 z = 0,2257 + 0,0639 = 0,2896

e. Kelas 70 – 79 z = 0,3212 – 0,0639 = 0,2573

f. Kelas 80 – 89 z = 0,4535 – 0,3212 = 0,1323

172

4. Menghitung nilai E i (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus:

E i   f i  luas z tabel

5. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus:

6. Menentukan jumlah kai kuadrat hitung (X 2 hitung ) dengan menjumlahkan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas.

7. Menguji hipotesis normalitas. Nilai X 2

tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Untuk menguji

2 2 normalitas data dibandingkan X 2 hitung dengan X tabel . Didapat bahwa X hitung <

X 2 tabel . Sehingga H a diterima dan H o ditolak (data berdistribusi normal).

Lampiran 11

Uji Homogenitas Hasil Belajar ( Posttest)

Untuk menguji homogenitas varians kedua data hasil posttest digunakan uji

F berdasarkan rumus berikut ini.

dimana:

V 1 : varians besar atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang mempunyai deviasi standar terbesar.

V 2 : varians kecil atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang mempuyai deviasi standar terkecil. Kriteria pengujian uji F didasarkan pada ketentuan berikut ini.

a. jika F hitung ≤ F tabel , maka H a diterima dan H o ditolak (data memiliki varians yang homogen)

b. jika F hitung > F tabel, , maka H o diterima dan H a ditolak (data memiliki varians yang tidak homogen).

A. Tabel Bantu Uji F

Tabel Bantu Uji F Kelas XI IPA 1 Batas

Kelas 2 f

Nilai Tengah Frekuensi

75 - 83 74.5 79 6 474 37446 Jumlah (∑)

Tabel Bantu Uji F Kelas XI IPA 2 Batas

Kelas 2 f

Nilai Tengah Frekuensi

80 - 89 79.5 84.5 7 591.50 49981.75 Jumlah (∑)

B. Perhitungan Nilai Deviasi Standar

1. Kelas XI IPA 1

2. Kelas XI IPA 2

C. Menentukan Nilai F hitung dan Menguji Hipotesis Homogenitas

Berdasarkan nilai deviasi standar kedua data, maka nilai F hitung -nya adalah:

1  S 1

F hitung  

2  S 2

Untuk menguji homogenitas, maka harus membandingkan F hitung dengan

F tabel . Didapat bahwa derajat kebebasannya adalah (33;34), sehingga nilai F tabel = 1,785. Terlihat bahwa F hitung < F tabel , sehingga H a diterima dan H o ditolak (kedua data memiliki varians yang homogen). Penentuan nilai F tabel dilakukan dengan cara interpolasi terhadap nilai- nilai F tabel yang ada. Berikut ini adalah ringkasannya.

Pembilang

Penyebut

Lampiran 12

Uji Hipotesis

Karena kedua data yang akan diuji perbedaannya bersifat normal dan homogen (Lampiran 10 dan 11), maka rumus uji t yang digunakan adalah:

dsg

dimana:

X 1 = rata-rata data kelompok A

X 2 = rata-rata data kelompok B dsg = nilai deviasi standar gabungan data kelompok A dan kelompok B n 1 = jumlah data kelompok A n 2 = jumlah data kelompok B

Kriteria penentuan keputusan uji t adalah:

a. jika t hitung > t tabel maka H a diterima dan H o ditolak

b. jika t hitung <t tabel , maka H o diterima dan H a ditolak.

Langkah-langkah menentukan nilai t hitung adalah sebagai berikut.

1. Menentukan nilai-nilai yang telah diketahui. Dari nilai posttest diperoleh:

2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.

dsg 

3. Menentukan nilai t hitung berdasarkan rumus data-data yang telah diperoleh. X 1  X 2

t hitung 

4. Menentukan nilai t tabel Derajat kebebasan untuk mencari nilai t tabel adalah:

dk = n 1 +n 2 – 2 = 35 + 34 – 2 = 67

pada taraf signifikansi 5% nilai t tabel diperoleh dengan interpolasi. t (0,95)(60)

dengan interpolasi diperoleh nilai t tabel untuk dk=67 sebagai berikut.

 1 , 9976 Dengan cara interpolasi yang sama, maka nilai t tabel pada taraf signifikansi 1%

adalah: t (0,99)(60)

jadi nilai t tabel dengan dk = 67 diperoleh

5. Menguji Hipotesis Karena baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5% nilai t hitung <t tabel , maka H o

diterima dan H a ditolak.

6. Memberikan interpretasi Berdasarkan hasil uji hipotesis di atas, pada taraf kepercayaan 95% dan 99%, dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan PBL dengan yang menggunakan DI.

Lampiran 13

Data Hasil Observasi PBL

Pertemuan Ke- Jumlah Jumlah Tahap Indikator

2 3 4 5 Indikator Indikator Ke- Ke- < 50 % ≥ 50 % < 50 % ≥ 50 % < 50 % ≥ 50 % < 50 % ≥ 50 % < 50 % ≥ 50 %

Jumlah Total

17 17 17 17 68 Indikator

Persentase (%) 32,29 64,71 23,53 76,47 58,82 41,18 47,06 52,94 41,18 58,82

Data Hasil Observasi DI

Pertemuan Ke- Jumlah Jumlah Indikator

Tahap 2 3 4 5 Indikator Indikator Ke- < 50 % ≥ 50 % < 50 % ≥ 50 % < 50 % ≥ 50 % < 50 % ≥ 50 % < 50 % ≥ 50 %

Jumlah Total

17 17 17 17 68 Indikator

Persentase (%) 32,29 64,71 29,41 70,59 29,41 70,59 29,41 70,59 30,88 69,12 Keterangan:

(indikator dianggap tidak tercapai) sedangkan jika lebih dari atau Maksud dari < 50% adalah bahwa jumlah siswa yang melakukan sama dengan jumlah yang diharapka n maka ≥ 50% (indikator indikator ini kurang dari setengah jumlah yang diharapkan dianggap

tercapai).

Lampiran 14

Uji Kemohogenan Kedua Kelas Eksperimen

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas eksperimen homogen atau tidak. Hal ini yang menjadi dasar untuk menentukan pengambilan sampel penelitian. Untuk menguji kehomogenan kedua kelas, dilakukan uji statistik perbandingan terhadap nilai pretest kedua kelas. Sebelum melakukan uji statistik perbandingan tersebut, dilakukan uji prasyarat statistik untuk menentukan rumus statistik yang digunakan.

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data menggunakan rumus kai kuadrat Tabel berikut ini adalah tabel bantu untuk mencari nilai X 2

hitung pretest dari kedua kelas.

KELAS XI IPA 1

2 batas

luas Z

Kelas

f i .x i x i f i .x i batas

Nilai X 2 tabel untuk derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Sehingga diperoleh

2 bahwa X 2 hitung >X tabel . Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data pretest Kelas XI IPA 1 tidak berdistribusi normal.

KELAS XI IPA 2

Kelas

2 batas

f i .x i x i f i .x i batas

luas Z

Nilai X 2 tabel untuk derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Sehingga diperoleh

2 bahwa X 2 hitung <X tabel . Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data pretest Kelas XI IPA 2 berdistribusi normal.

2. Uji Homogentias

Untuk menguji homogenitas kedua data digunakan uji F yang dinyatakan dengan rumus berikut ini.

Dari Lampiran IV dan Lampiran VI diperoleh bahwa nilai deviasi standar pretest Kelas XI IPA 1 adalah 11,78 sedangkan nilai deviasi standar Kelas XI IPA 2 adalah 9,57. Sehingga nilai F hitung adalah sebagai berikut.

Nilai F tabel untuk derjarat kebebasan (dk) = (33,34) adalah 1,785. Sehingga diperoleh bahwa F hitung < F tabel . Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen.

3. Uji Hipotesis

Karena salah satu data tidak berdistribusi normal, maka uji statistik yang digunakan adalah uji U yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini. 66

 R 1 atau

Karena hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis dua arah, maka nilai U hitung yang diambil adalah nilai U yang terkecil diantara U 1 dan U 2 . Sedangkan pengambilan keputusan tentang pengujian hipotesisnya didasarkan pada aturan berikut ini.

a. Jika nilai U hitung ≤ nilai U cr , maka H 0 ditolak dan H a diterima.

b. Jika nilai U hitung > nilai U cr , maka H 0 diterima dan H a ditolak. Berikut ini adalah perhitungannya

1. Menentukan rank (R) tiap-tiap kelas data pretest PBI dan DI berdasarkan tabel berikut ini.

DI Kelas

PBI

Frekuensi Rank

Kelas

Frekuensi Rank

66 Harinaldi, Prinsip-prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains, (Jakarta: Erlangga), h. 233 – 237.

Penentuan rank adalah sebagai berikut.

Dari kedua tabel tersebut diperoleh bahwa nilai n 1 = 6, n 2 = 6, R 1 = 38, dan R 2 = 40

2. Menghitung nilai U hitung

 17 Oleh karena itu, nilai U hitung = 17 (diambil nilai U terkecil).

3. Menghitung U tabel . Dengan nilai n 1 = 6 dan n 2 = 6, maka diperoleh nilai U tabel pada signifikansi 5 % adalah 7 sedangkan pada derajat signifikansi 1% adalah 3.

4. Menguji Hipotesis Tampak bahwa baik pada taraf signifikansi 1 % maupun 5 % diperoleh bahwa nilai U hitung >U tabel . Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest Kelas XI IPA 1 dengan XI IPA 2. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan yang homogen sehingga kedua kelas ini layak untuk dijadikan sampel penelitian.

Lampiran 15

Uji Perbedaan N-Gain

4. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data menggunakan rumus kai kuadrat. Tabel berikut ini adalah tabel bantu untuk mencari nilai X 2

hitung N-Gain dari kedua kelas.

KELAS XI IPA 1

2 batas

luas Z

Kelas

f i .x i x i f i .x i batas

Nilai X 2 tabel untuk derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Sehingga diperoleh

2 bahwa X 2 hitung >X tabel . Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data nilai N- Gain Kelas XI IPA 1 tidak berdistribusi normal.

KELAS XI IPA 2

Kelas

2 batas

f i .x i x i f i .x i batas

luas Z

-0.40 - -0.21 -0.305

-0.20 - -0.01 -0.105

Nilai X 2 tabel untuk derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Sehingga diperoleh

2 bahwa X 2 hitung <X tabel . Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data nilai N- Gain Kelas XI IPA 2 berdistribusi normal.

5. Uji Homogentias

Untuk menguji homogenitas kedua data digunakan uji F yang dinyatakan dengan rumus berikut ini.

Dari Lampiran VIII dan Lampiran IX diperoleh bahwa nilai deviasi standar N- Gain Kelas XI IPA 1 adalah 0.187 sedangkan nilai deviasi standar N-Gain Kelas XI IPA 2 adalah 0,236. Sehingga nilai F hitung adalah sebagai berikut.

F    2

V S 2   2 

Nilai F tabel untuk derjarat kebebasan (dk) = (33,34) adalah 1,785. Sehingga diperoleh bahwa F hitung < F tabel . Maka dapat disimpulkan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen.

6. Uji Hipotesis

Karena salah satu data tidak berdistribusi normal, maka uji statistik yang digunakan adalah uji U yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini.

 R 1 atau

Karena hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis dua arah, maka nilai U hitung yang diambil adalah nilai U yang terkecil diantara U 1 dan U 2 . Pengambilan keputusan tentang pengujian hipotesisnya didasarkan pada ketentuan berikut ini.

c. Jika nilai U hitung ≤ nilai U cr , maka H 0 ditolak dan H a diterima.

d. Jika nilai U hitung > nilai U cr , maka H 0 diterima dan H a ditolak. Berikut ini adalah perhitungannya

5. Menentukan rank (R) tiap-tiap kelas data pretest PBI dan DI berdasarkan tabel berikut ini.

DI

PBI

Kelas Frekuensi Rank

Kelas

Frekuensi Rank

(-0,40) – (-0,21)

5 7 (-0,20) – (-0,01)

9 10 n 1 =6

R 1 = 41

n 2 =6

R 2 = 37

Penentuan rank adalah sebagai berikut.

Dari kedua tabel tersebut diperoleh bahwa nilai n 1 = 6, n 2 = 6, R 1 = 41, dan R 2 = 37

6. Menghitung nilai U hitung

 20 Oleh karena itu, nilai U hitung = 16 (diambil nilai U terkecil).

7. Menghitung nilai U tabel . Dengan nilai n 1 = 6 dan n 2 = 6, maka diperoleh nilai U tabel pada taraf signifikansi 5 % adalah 7 sedangkan pada derajat signifikansi 1% adalah 3.

8. Menguji Hipotesis Diperoleh bahwa baik pada taraf signifikansi 1 % maupun 5 % diperoleh bahwa nilai U hitung >U tabel . Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai N-Gain Kelas XI IPA 1 dengan XI IPA 2.

Lampiran 16

LEMBAR UJI REFERENSI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA SISWA YANG MENGGUNAKAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN DIRECT INSTRUCTION

Dosen Pembimbing No

1. Berita diakses dari www.kompas.com yang dimuat

pada tanggal 24 April 2008 dan diakses pada 11 Juli 2009. 2. John W Santrock, Educational Psychology, 2 nd Edition

(New York: The McGraw Hill Companies, Inc., 2004), h. 301 – 302.

3. Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching; Evidence and Practice, 2 nd Edition (London: SAGE Publication, Ltd, 2005), h. 29.

4. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.117 – 121.

BAB II

1. John W Santrock, Educational Psychology, 2 nd Edition, (New York: McGraw Hill Companies Inc., 2004), h. 314. 2. Maggi Savin-Baden dan Claire Howell Major, Foundation of Problem-based Learning , (London: SRHE, tt), h. 29. 3. John W Santrock, Op.Cit., h. 39 dan Kro‟s Report, Theories of Human Learning (The Koron Exploration Department, tt), h. 204. 4. Ibid.,

h. 39 – 40. 5. John L. Phillips, Jr., The Origins of Intellect: Piaget‟s Theory , (San Francisco: W.H. Freeman and Company, 1969), h. 7 – 10. 6. John W Santrock, Op.Cit. h. 40. 7. John Phillips, Jr., Op. Cit. h. xv – xvi. 8. Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Buku Ajar Mahasiswa) , (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2000), h. 17 – 18. 9. John W Santrock, Op. Cit., h. 51 – 53. 10. Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, Op. Cit, h. 18 – 19.

11. John W Santrock, Op. Cit., h. 52. 12. Ibid. 13. Kunandar, Op. Cit., h. 354.

14. Suchaini, “Pembelajaran Berbasis Masalah,” artikel diakses

http://suchaini.wordpress.com/2008/12/15/pembelajaran- berbasis-masalah/

15. I Wayan Dasna dan Sutrisno, “Pembelajaran Berbasis Masalah”, artikel diakses pada tanggal 23 Januari 2009 dari http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajara

n-berbasis-masalah/

16. Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, Op. Cit., h. 15

17. I Nyoman Pasek, “Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction ),” artikel diakses pada tanggal 23 Januari

dari

http://sarwadipa.com/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&i d=13 18. I Wayan Warmada, “Problem Based Instruction (PBI) Berbasis Teknologi Informasi (ICT): prosiding Seminar “Penumbuhan Inovasi Sistem Pembelajaran: Pendekatan Problem-Based Learning Berbasis ICT (Information and Communication Technology

)”, 15 Mei 2004 dan CAFEO-

21 (21 Conference of The Asian Federation of Engineering Organization), 22-23 Oktober 2003, h.2-3. 19. I Nyoman Pasek, Op.Cit. dan Diah Mulhayatiah dalam Gelar Dwirahayu, dkk., Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar (Jakarta: PIC

st

UIN Jakarta, 2007), h. 128 -130. 20. Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching:

Evidence and Practice, 2 nd Edition (London: SAGE Publications, 2006), h. 27.

21. Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep, Landasan Teoretis-Praktis dan Implementasinya (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 29 –

30. 22. Richard I. Arends, dkk., Exploring Teaching: an

Introduction to Education, 2 nd Education (New York: McGraw Hill Companies Inc., 2001), h. 194.

23. Ibid. , h 195 24. John W Santrock, Op. Cit., h. 226.

25. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), h. 79 – 80.

26. Daniel Muijs dan David Reynolds, Lop. Cit. h. 30 – 32.

27. Trianto, Op.Cit., h. 31.

28. Ibid., h. 36 – 40.

29. M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Cet.2, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 64 – 65 dan Teori Belajar Behaviorisme, artikel diakses pada tanggal 2 Desember 2009

dari

http://wangmuba.com/2009/02/21/teori-

psikologi-belajar-dan-aplikasinya-dalam-pendidikan/ 30. John W Santrock, Op. Cit., h. 210.

31. M. Alisuf Sabri, Op. Cit. H. 55 – 56.

32. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-2, h.250. 33. PUSKUR BALITBANG DEPDIKNAS, Model Penilaian

Kelas, (Jakarta: DEPDIKNAS, 2007), h. 4-9 34. Suherman, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika

Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Penelitian Tindakan Kelas di MTs Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 71.

35. Dwi Riyanto, “Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa (Studi Eksperimen di SMP Muhammadiyah 19 Sawangan Depok),” (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 48 – 50. 36. Titin Khurotul Aeni , “Pendekatan Konstruktivisme dengan

Model Pembelajaran Berbadasarkan Masalah (Problem Based Learning ) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Laju Reaksi (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di MAN 8 Cakung, Jakarta Timur),” (Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 81.

37. I Wayan Distrik, Model Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Aktivitas Konsepsi dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 13 BandarLampung, artikel diakses pada tanggal 4 Agustus 2009

dari

http://pustakailmiah.unila.ac.id/2009/07/16/mode l-pembelajaran-langsung-dengan-pendekatan- kontekstual-untuk-meningkatkan-aktivitas- konsepsi-dan-hasil-belajar-fisika-siswa-sman-13- bandar-lampung/ 38. Sidik Purnomo, Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar

Biologi Materi Pokok Fotosintesis Melalui Pengajaran Langsung (Direct Instruction Model) Siswa Kelas VIIIC MTs Negeri Gondowulung Bantul Tahun Ajaran 2007/2008 (Skripsi S1 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Islam Negeri (UIN)

Sunan

Kalijaga

Yogyakarta), diakses pada tanggal 4 Agustus 2009 dari http://digilib.uin-suka.ac.id/download.php?id=2161

39. Danield Muijs dan David Reynolds, Op. Cit., h. 28.

BAB III

1. Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h. 85

– 86. 2. M Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah

(Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 92. 3. Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 22

4. S Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan Cet. Ke-4 (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 186. 5. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi Cet. I (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 65. 6. Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan Cet. Ke-10 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), h. 245

7. S Margono, Op. Cit. h. 181. 8. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 254 – 257 dan Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi , (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 105

113. – 9. Suharsimi Arikunto, Op. Cit., h. 207

10. Ibid, h. 136. 11. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi

dan Praktiknya (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 123. 12. Yanti Herlanti, Op. Cit., h. 32.

13. Ibid., h. 52-53

14. Wayan Nurkancana dan PPN Sumartana, Op. Cit., h. 176.

15. Ibid , h. 171.

16. Subana, dkk. Statistik Pendidikan Cet. II (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h.167

BAB IV

1. I Wayan Dasna dan Sutrisno, “Pembelajaran Berbasis Masalah”, artikel diakses pada tanggal 23 Januari 2009 dari http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajara

n-berbasis-masalah/

2. Daniel Muijs dan David Reynolds, Effective Teaching: Evidence and Practice, 2 nd Edition (London: SAGE Publications, 2006),. h. 30

3. Artikel diakses pada

http://wangmuba.com/2009/02/21/teori-psikologi-belajar-

dan-aplikasinya-dalam-pendidikan/

4. PBM Jam Terakhir Menjemukan, artikel diakses pada tanggal

http://smkn-

pakong.sch.id/index.php?view=article;&catid=1:latest-

news&id=86:pbm-jam-terakhir-menjemukan&format=pdf

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h.117 – 121 2. Harinaldi, Prinsip-prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains, (Jakarta: Erlangga), h. 233 – 237.

Jakarta, 10 Desember 2009

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Zulfiani, M.Pd. Erina Hertanti, M.Si.

NIP. 1976 0309 200501 2002 NIP. 150 293 228

( elfaqih87@yahoo.co.id ;

elfaqih87@gmail.com )

Penulis lahir di Desa Waleddesa Kec. Waled Cirebon pada tanggal 12 Maret 1987 dari Ibunda Siti Maryam dan Ayahanda KH. Taufik Faqih. Pendidikan dasarnya diselesaikan di Madrasah Ibtidaiyah Al- Muawanah Waleddesa pada tahun 1999 dan melanjutkan ke MTs Negeri Ciledug Kabupaten Cirebon

lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2005, lulus dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Ciawigebang Kabupaten Kuningan, Selepas lulus dari madrasah aliyah, melanjutkan kuliah di Program Studi Pendidikan Fisika UIN Ssyarif Hidayatullah Jakarta dan lulus pada Sidang Munaqasyah Skripsi pada 11 Januari 2010.

Pada pendidikan dasar dan menengahnya, aktif di berbagai organisasi ekstrakurikuler OSIS< Pramuka, dan Paskibra Kab. Kuningan. Di bangku kuliah, pernah aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, di antaranya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjabat sebagai Sekretaris Menteri Kemahasiswaan Periode 2006-2007. Di organisasi ekstrakampus, pernah aktif di Keluarga Mahasiswa Sunan Gunung Djati (KMSGD) Jakarta Raya sebagai Ketua Bidang Pengembangan Keilmuan Periode 2007-2008, Himpunan Mahasiswa Cirebon Jakarta Raya (HIMA-CITA) sebagai Ketua Bidang Pengembangan Keilmuan Periode 2006-2007 dan Ketua Umum Periode 2008-2009.

Penulis juga pernah beberapa kali mengajar di berbagai lembaga pendidikan baik les privat maupun bimbingan belajar (bimbel). Sejak 2005 sampai 2008, di Lembaga Pendidikan A&B Bintaro sedangkan dari 2008 sampai dengan sekarang di Lembaga Primagama Ciputat dan Pondok Cabe. Selepas sidang Munaqasyah Skripsi, mulai diperbantukan di Madrasah Aliyah Pembanguan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai guru bidang studi fisika.