BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan kewenangan Notaris terhadap pembuatan Akta Perjanjian pengikatan jual beli tanah merupakan wewenang notaris, sehingga apabila
dikemudian hari notaries dapat membuat akta pertanahan berdasarkan ketentuan Pasal 15 ayat 2 huruf f UUJN, maka apa yang dituangkan dalam akta
perjanjian pengikatan jual beli tidak akan mengalami perubahan dengan apa yang telah dituangkan dalam oleh notaris saat ini.Praktek sekarang ini,
mayoritas notaris adalah PPAT, sehingga tidak ada pengaruh mengenai kekuatan hukum akta yang dibuat oleh seorang notaris yang bukan PPAT
maupun notaris yang PPAT sepanjang dalam pembuatan suatu akta memenuhi syarat sebagai suatu akta otentik yang ditentukan undang-undang.
Sehingga akta bersangkutan dalam hal ini perjanj ian pengikatan j ua l bell tanah dapat dipergunakan sebagai alas bukti otentik oleh para
pihak apabila di kemudian hari terjadi sengketa mengenai objek
perjanjian.
Sedangkan apabila syarat untuk menjadi akta otentik tidak dipenuhi, maka tetap saja akta tidak menjadi akta otentik melainkan menjadi akta di
bawah tangan baik akta dibuat oleh notaris maupun notaris merangkap
PPAT sebagaimana yang diwacanakan oleh Pasal 15 ayat 2 huruf f UUJN. 2. Perlindungan hukum bagi para pihak yang akan melakukan transaksi jual beli
yang belum memenuhi syarat untuk dibuatkannya Akta Jual Beli sebagai
instrumen hukum guna melakukan proses balik nama pada Kantor Pertanahan,
karena dengan dibuatkannya Perjanjian Pengikatan untuk Jual Beli PPJB sebagai dokumen otentik dihadapan pejabat yang berwenang, untuk itu yaitu
Notaris, secara yuridis telah terjadi hubungan hukum antara pihak calon penjual
dan pihak calon pembeli yang akan mengikat kedua belah pihak dan akan berakibat hukum apabila terjadi pelanggaran atas isi perjanjian. Jadi dengan
dibuatkannya Akta Pengikatan untuk Jual Beli oleh Notaris, telah meletakkan hak dan kewajiban antara pihak calon penjual dan pihak calon pembeli
berdasarkan kesepakatan para pihak yang dimuat dan diterangkan oleh notaris kedalam akta itu, dengan mengacu Pasal 1320 juncto
Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
3. Pertanggungjawaban Notaris terhadap kekeliruan akta Pengikatan Jual Beli Hak Milik Atas Tanah, apabila ternyata di kemudian hari jual beli tidak dapat
terlaksana apakah merupakan hal yang d a p a t d i k a t e g o r i k a n s e b a g a i h a l y a n g m e r u g i k a n k l i e n , a d a l a h tidak terlaksananya jual beli yang
tentunya akan merugikan klien yang beritikad baik, sehingga tidak terlaksananya jual beli dikemudian hari dapat dikategorikan sebagai hal yang
meruglkan klien.
Adanya kerugian atau tidak terhadap klien, tergantung pada ada atau tidaknya itikad baik dari klien untuk terlaksananya suatu jual beli setelah terlaksananya p e r j a n j i a n
p e n g i k a ta n j u a l b e l i , s e h i n g g a a pa b i l a k l i e n s e n d i r i y a n g t i d a k b e r i t i k a d b a i k d a n m e n g a k i b a t k a n g a g a l n y a j u a l b e l i , m a k a t i d a k
d a pa t d i k a t e g o r i k a n s e b a g a i k e r u g i a n b a g i s a l a h s a t u p i h a k d a n h a l t e r s e b u t t e r l e b i h l a g i t i d a k d a pa t d i b e b a n k a n ta n g g u n g j a w a b n y a
pa d a n o ta r i s . B e n t u k p e r ta n g g u n g j a w a b a n n o ta r i s a pa b i l a d i b u a t n y a
d i n y a ta k a n b a ta l d e m i h u k u m a ta u b u k a n m e r u pa k a n a k ta o t e n t i k ,
s e c a r a t e g a s d i s e b u t k a n d a l a m k e t e n t u a n P a s a l 8 4 U U J N . B. Saran Kepada Praktisi Hukum
1. Berdasarkan alasan adanya perbedaan karakter yuridis, pada
2. akhirnya ketentuan Pasal 15 ayat 2 huruf f UUJN, harus diberi batasan, bahwa Notaris mempunyai kewenangan di bidang pertanahan, yang bukan sepanjang
kewenangan yang selama ini ada pada PPAT. Dengan demikian eksistensi lembaga Notariat dan PPAT tetap ada dengan segala kewenangannya menurut
aturan hukum yang mengatur jabatan Notaris dan PPAT. Sehingga tidak perlu diributkan kembali substansi Pasal 15 ayat 2 huruf UUJN tersebut. Lebih baik
lembaga Notariat dan PPAT dibina sebaik-baiknya karena kedua lembaga tersebut hadir untuk kepentingan masyarakat, dan sudah menjadi bagian dari
sistem hukum nasional. 3. Menyikapi diberlakukannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris, maka kita semua perlu memiliki jiwa besar untuk dapat menerima perbaikan-perbaikan terhadap Undang-Undang tersebut,
karena Undang-Undang yang semula diharapkan akan dapat menjadi pegangan untuk
kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum bagi para Notaris dalam menjalankan jabatannya, ternyata justru menjadi sumber keragu-raguan dan
ketidak pastian. Oleh karena itu, Pemerintah, Organisasi-organisasi Notaris, Dewan Perwakilan Rakyat serta para Akademisi, perlu melakukan telaah ulang
terhadap UUJN tersebut. Dengan demikian, akan didapat suatu penyelesaian untuk melakukan perbaikan terhadap UUJN tersebut, paling tidak untuk
menghilangkan kontroversi yang ditimbulkan setelah diberlakukannya UUJN. 4. D i s a r a n k a n k e p a d a p a r a p i h a k u n t u k m e m b u a t A k t a Perjanjian
Pengikatan untuk Jual Beli dihadapan Pejabat yang berwenang yaitu notaris, karena akan dapat memberikan kekuatan hukum dan kepastian hukum bagi para
pihak sebagai alat bukti tertulis yang memiliki otentisitas. Pada saat proses peralihan hak atas tanah atau tanah dan bangunan tidak terhambat
karena Perjanjian Pengikatan untuk Jual Beli tersebut digunakan sebagai dasar pembuatan Akta Jual B e l i s e b a g a i s a l a h s a t u i n s t r u m e n u n t u k
m e l a k u k a n pendaftaranproses balik nama di Kantor Pertanahan. Dan hendaknya Perjanjian Pengikatan untuk Jual Beli PPJB itu dibuat berdasarkan
kesepakatan kedua belch pihak, sehingga nantinya salah satu pihak tidak akan merasa dirugikan oleh pihak lainnya.
5. Pada hakekatnya, Notaris selaku Pejabat Umum hanyalah menkonstatir atau merekam secara tertulis dan otentik otentik kesepakatan para pihak untuk
perbuatan hukum para pihak yang berkepentingan. Jadi inisiatif pembuatan akta notaris sebagai akta otentik itu berada pada para pihak, sehingga disarankan
bahwa para pihak yang membuat serta terikat dalam dan oleh isi perjanjian haruslah benar berkata seperti yang termuat didalam akta perjanjian
mereka. Artinya mereka benar berkata demikian dihadapan Notaris, janganlah apa yang disampaikan kepada Notaris itu mengandung kebohongan
dan kepalsuan. Manakala menimbulkan masa l ah da n menj ad i s en g keta ata u per kara ma ka ak an terbukti adanya kepalsuan, para pihak akan
diancam hukuman pidana.
Daftar Pustaka
A. Buku