2.5. Pengembangan Hipotesis
2.5.1. Proporsi Dewan Komisaris yang Independen
Masalah keagenan muncul dari konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajemen puncak dewan.
Berhubungan dengan pengungkapan sukarela
voluntary disclosure
manajemen puncak seperti dewan komisaris perusahaan cenderung membatasi pengungkapan
sukarela
voluntary disclosure
dalam laporan tahunan yang akan merugikan para pemegang saham dalam mengambil keputusan. Sedangkan
dewan komisaris memiliki fungsi yaitu mengawasi kinerja manajer dalam kegiatan operasional perusahaan khususnya dalam hal pengungkapan.
Akan tetapi sesuai dengan teori keagenan dewan komisaris lebih mengutamakan kepentingan perusahaan daripada pemegang saham. Agar
kepentingan pemegang saham menjadi prioritas utama dalam perusahaan maka perusahaan harus meningkatkan tingkat pengawasan kinerja manajer
puncak agar tidak memetingkan kepentingan direksi atau suatu oknum yang dapat merugikan para pemegang saham. Oleh karena itu
dibutuhkannya dewan komisaris yang bersifat independen yang tidak memihak dewan direksi. Semakin banyak pihak independen dalam dewan
komisaris akan mengurangi masalah keagenan yang muncul dalam Variabel Independen
Variabel Kontrol
perusahaan serta dapat meningkatkan pengawasan terhadap kinerja manajer dalam hal pengungkapan sukarela.
Beberapa studi empiris telah menguji hubungan antara dewan komisaris yang independen dan pengungkapan sukarela dan menghasilkan
hubungan yang positif contoh Arifin , 2001; Ayu K, 2013; Chen dan Janggi, 2000; Arcay dan Vazquez, 2005. Berdasarkan teori agensi dengan
memiliki dewan komisaris yang independen akan memiliki kekuatan lebih besar dalam memonitor manajemen untuk mengungkapkan informasi.
Oleh karena itu, penelitian ini menunjukkan hipotesis berikut: H1: Proporsi dewan komisaris yang independen berpengaruh positif
terhadap pengungkapan sukarela.
2.5.2. Proporsi Dewan Komisaris yang Memiliki Kemampuan Akuntansi