Istilah Mutasyarri‘ah atau Pembuatan Istilah oleh Muslimin
c. Istilah Mutasyarri‘ah atau Pembuatan Istilah oleh Muslimin
Ada beberapa kata yang populer dalam arti khusus di kalangan Muslimin, seperti ijtihad dan mujtahid yang sudah populer di kalangan Muslimin untuk mengungkap arti fiqih dan faqih. Di dalam bahasa Arab, kedua kata tersebut digunakan dalam arti ‘mengerahkan seluruh daya dalam men- capai sesuatu 2 ’ dan ‘orang yang mengerahkan seluruh dayanya’. Dan kedua
1 Tahdzîb Al-Lughah, karya Al-Azharî, cet. Kairo, tahun 1384 H., jil. 15, hal. 91. 2 Kosa kata [ دهج] dari buku Nihâyah Al-Lughah, karya Ibn Atsîr.
B AGIAN P ERTAMA : T ENTANG S UMBER S YARIAT I SLAM 113
kata itu pernah digunakan dengan arti linguistiknya dalam sebuah hadis Rasulullah saw. Beliau bersabda: “Keutamaan seorang alim atas seorang mujtahid adalah seratus derajat.” Artinya, atas orang yang bersungguh-
sungguh dalam beribadah. 1 Dalam sejarah kehidupan Rasulullah saw. disebutkan bahwa beliau
bersungguh-sungguh (yajtahid) dalam menghidupkan sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan dan itu tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam sebelumnya. 2
Kata ijtihâd dan mujtahid tidak pernah digunakan dalam arti fiqih dan faqih, tidak di dalam Al- Qur’an dan tidak pula di dalam hadis Rasulullah saw. Penggunaan istilah semacam ini disebut dengan ‘Urf Al-Mutsyarri‘ah atau peletakkan istilah oleh Muslimin.
Di antara jenis penentuan istilah semacam ini ada juga yang masih belum populer di kalangan Muslimin secara umum, tetapi hanya populer di sebagian kalangan saja, seperti ungkapan shawmu Zakaria yang diguna- kan ole h sebagian Muslimin dalam arti ‘puasa yang disertai dengan tidak berbicara ’. Istilah semacam ini harus kita namakan dengan ditambahkan nama negeri yang populer menggunakannya. Seperti kita mengatakan: “Ini adalah istilah Muslimin dari penduduk Baghdad atau istilah Muslimin dari penduduk Kairo,” dan tidak benar jika menganggapnya sebagai istilah Muslimin, ‘urf Al-mutasyarri‘ah, atau peletakkan nama oleh Muslimin, secara mutlak tanpa ada catatan tertentu.
Begitu juga halnya berkenaan dengan penentuan istilah yang populer di kalangan pengikut suatu mazhab di antara sekian mazhab Islam yang ada atau suatu aliran yang menamakan dirinya Islam, seperti kata Asy-syârî dan Al-musyrik (yang populer) di kalangan Khawârij. Asy-syârî di kalangan mereka memilik arti mujahid yang populer di kalangan Muslimin dan Al- musyrik di kalangan mereka berarti seluruh Muslimin dan setiap orang yang tidak mengikuti mazhab Khawârij.
Seperti juga kata ar-râfidhî yang digunakan oleh digunakan oleh sebagian pengikut mazhab Khulafâ’ (Ahlu Sunnah) untuk mencemooh sebagian pengikut mazhab Ahlul Bait, dan kata an-nâshibî yang digunakan oleh pengikut mazhab Ahlul Bait untuk menamakan setiap orang yang membenci para imam dari Ahlul Bait.
1 Mukadimah Sunan Ad-Dârimî, bab Fadhl Al- ‘Ilm wa Al-‘Âlim, hadis 32, jil. 1/ 100. 2 Shahîh Muslim, kitab Al- I‘tikâf, bab Al-Ijtihâd fî Al-‘Asyr Al-Awâkhir min Syahr(i) Ramadhân , hadis ke-1175.
S YI ’ AH DAN A HLI S UNNAH
Dalam hal ini, istilah pertama kita sebut dengan ‘istilah kaum Kha- wârij ’, istilah kedua kita namakan dengan ‘istilah mazhab Khulafâ’’, dan istilah ketiga kita sebut dengan ‘istilah mazhab Ahlul Bait’.
Atas dasar penjelasan yang telah kami paparkan di atas, jika kata An- nâshibî digunakan oleh para pengikut mazhab Khulafâ’, tidak selayaknya kita memahami darinya arti ‘para musuh Ahlul Bait.’ Begitu juga, jika kata Asy-syârî digunakan oleh selain pengikut Khawârij, kita tidak akan mema- hami dari kata tersebut istilah yang berlaku di kalangan kaum Khawârij.