Berdoa kepada Selain Allah

a. Berdoa kepada Selain Allah

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, pendiri mazhab Wahabiyah dalam bukunya Al-Ushûl Ats-Tsalâtsah wa Adillatuhâ , hal. 4, berkata: “Ketahuilah— semoga Allah swt. merahmatimu —bahwa wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk mempelajari tiga masalah berikut ini dan mengamal- kannya: 1

Pertama , Allah adalah Dzat yang telah menciptakan kita. Kedua , Allah tidak ridha jika dalam ibadah Dia disekutukan dengan

apa pun, baik malaikat yang memiliki kedudukan qurb (dengan Tuhannya) maupun nabi utusan. Dalilnya adalah firman Allah: “Sesungguhnya seluruh tempat beribadah hanyalah untuk Allah. Maka janganlah kamu menyeru seseorang bersama Allah.” 2

Pada halaman ke-5 buku tersebut ia menegaskan: “Sesungguhnya kesucian (yang diajarkan oleh) agama Ibrahim adalah hendaknya Anda menyembah Allah semata seraya menyucikan agama hanya bagi-Nya. Dan Dia memerintah seluruh manusia untuk itu dan menciptakan me-reka hanya untuk (menggapai) hal tersebut, sebagaimana Dia berfirman: “Dan Kami tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka menyembah- Ku.” Arti “ya‘budûn” (menyembah-Ku) adalah “yuwahhidûnî” (mengesakan- Ku). Perintah Allah yang paling agung adalah tauhid, yaitu memurnikan ibadah kita hanya untuk Allah, dan larangan Allah yang paling besar adalah syirik, yaitu menyeru selain-Nya bersama-Nya. Dan dalil atas hal itu adalah firman-Nya, ‘Sesungguhnya seluruh tempat beribadah hanyalah untuk Allah..’”

1 Kami menukil teks tersebut dari buku aslinya. 2 Risâlah Al-Ushûl Ats-Tsalâtsah, cet. Al-Madanî, 295 jl. Ramsis, Kairo, tahun 1380 H.

dan Risâlah Ad-Dîn wa Syurûtuhâ juga dicetak di tempat yang sama. Begitu juga mereka berargumentasi dengan firman Allah, “Katakanlah, ‘Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya darimu dan tidak pula memindahkannya.’” (QS. Al-Isra’ [17]:56) dan ayat-ayat lain yang serupa dengannya.

90 S YI ’ AH DAN A HLI S UNNAH

Dan pada halaman 46 ia juga menegaskan: “Kaidah keempat: sesungguhnya kesyirikan musyrikin pada masa kita lebih parah daripada kesyirikan orang-orang terdahulu, lantaran mereka hanya menyekutukan Allah pada saat mereka berbahagia dan memurnikan (ibadah hanya untuk Allah) pada saat mereka ditimpa kesengsaraan. Dalil atas hal ini adalah firman-Nya: ‘Apabila mereka naik bahtera, mereka menyeru Allah dengan memurnikan agama hanya kepada-Nya. Tatkala Dia menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba kembali mereka mempersekutukan (A llah).’” (QS. Al- ‘Ankabut [30]:65)

Pada halaman ke-8 dari kitab Ad-Dîn wa Syurûth Ash-Shalâh berkata demikian ringkasannya: “Ibadah memilik aneka ragam macam. Di antaranya adalah berdoa. Dan dalil atas hal ini adalah firman-Nya: ‘Sesungguhnya seluruh tempat beribadah hanyalah untuk Allah.’”

Di dalam risalah Syifâ’ Ash-Shudûr yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Fatwa sebagai jawaban atas sebuah risalah yang berjudul Al-Jawâb Al- Masykûr , hal.

3, “Mereka telah mengadukan (perihal syirik itu) kepada wakil para pelopor dakwah tauhid dan orang-orang yang telah menyapu debu-debu kesyirikan dari negeri ini (Mekkah dan Madinah), menyuci- kannya dari kotoran- 1 kotorannya, dan membasmi setiap bekasnya.”

Yang mereka maksudkan dengan ungkapan “berdoa kepada selain Allah” atau “berdoa kepada Allah disertai dengan selain-Nya” adalah uca- pan seorang muslim yang berseru, “Ya Rasulullah” dengan tujuan untuk bertawasul kepada Allah dengan perantara ungkapan tersebut atau ia menyeru selain-Nya dari sekian wali-wali Allah dengan cara seperti itu. Dan dalil-dalil mereka hanya berputar sekitar firman Allah yang berbunyi: “Janganlah kamu menyeru (selain Allah) bersama-Nya” dan semisalnya di mana Allah telah melarang kita untuk menyeru selain-Nya bersama-Nya atau menyeru selain Allah.