Perceraian Dikalangan Buruh Migran Perempuan: Studi Kasus di Desa Kadupura Kecarnatan Cibodas Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat

PERCERAIAN DI KALANGAN BURUH
MIGRAN PEREMPUAN:
Studi Kasus di Desa Kadupura Kecamatan Cibodas
Kabuptrten Suhbumi Provinsi Jawa Barat

OLEH :
KUSTINI

PRUGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANMY BOGOR
2002

.

,

KUSTINI, Perceraian di Kalangan Buruh Mgan Perenpuan, Studi Kasus di Desa
Kadupura Kecamatan Cibodas Kabupaten Sukahrni Jawa &rat. Oibimbing oleh
MA KOCWAKlNG dan KRlSll POERWANDARI.
Keterbatasan lapangan pekqaan di desa serta kebutuhan hiup yang
semakin mingkat menjadi dorongan &ma bagi perempuan di Oesa Kadupura

untuk pergi ke Iwr negeri sebgai buruh migfan. Secara &onomis kepergian 8 W
tdah berhasil mingkatkan kesejahteman keiua-ga. Namun, kepergian BMP yang
berstatus istri untuk waktu relatif lama cendenrng mengakibatkan komik lebih W a r
dibandingkan dengan kepergian suami yang dikonstruksikan secara budaya untuk
m r i nafkahdi Iwr rurnah. Kmfiik yang mengemuka ji ka tidak dapat disekaikan
berakhir dengan p e r m i a n .
Masyarakat h a Kadupura menyelesaikan proses perceraian secara tidak
tercatat dengan bantwn elit desa khususnya Amil. Bagi masyamkat Desa Kadupura,
sejauh mereka memahad bahwa p e m i a n telah sesuai dengan n m agama,
maka kapanpun perceraian bisa dilakukan. Masyarakat berpandangan bahwa
ketentuan agama lebih penting ketimhang hukum negara. Oleh karena itu
perceraian cukup dilakukan melalui lembaga kekerabatan dengan bantuan elit
desa asal -menurut pemahamn m k a - telah m e m u h i syarat agama.
Sedangkan syarat dan proses adnrinistratif seperti yang dilakukan Pengdilan
Agama dirasakan banyak kendala untuk diikuti. Kendala dimaksud antara lain baya
relatif mahal, proses beMit-belit, serta memerlukan waktu lama. Pada sisi lain,
kedangkalan pemahamn masyarakat terhadap nitai-nilai agama menyebabkan
instttusi perkawinan cendenrng lebih mudah tertsentuk sekaligus mudah diputuskan.
Ada tiga tipologi perr;wsrian yang dikenal masyarakat yaitu talak bikeuneun,
talak padukeuneun dan talak jualeun. Talak bikeuneun teQadiatas inisiatif suami.

Talak padukeumun merupakan proses perceraian melalui petsidamgan di
Pengadilar,Agama. Sedangkan hlak jualeun adalah perceraian atas keinginan ism.
BMP memberi pemaknaan baru terhadap p e m i a n yang sekaligus mnunjukkan
adanya prgeseran makna cerai dlbandingkan dengan bu kan BMP. Pergeseran
makna tersebut sangat twkait dengan peningkatan status sosial ekonomi B W dan
peningkatan posisi t a w r perempuan terhadap suami serta pemaknaan yang
b e M a terhadap lembaga perkminan. Kehidupan dalam perkawinan, jika
dirasakan tidak lagi memberi kebahagiaan, B W lebih mudah memutuskan untuk
bercerai.
Walaupun masyarakat m n d a n g perceraian bulran sebagai suatu
perbuatan m e n y i ~ a n g , -pi
jika m i a n terjadi pada BMP ha! tersebut
dianggap sebagai aidbat m t i f dari kepergian BMP. Konstncsi sosial rnasyarakat
Oesa Kadupura mnempatkan perenpuan sebagai ibu rumah tangga yang hams
selalu berada di m h . Jika tqadi keretakan hubungan suami istri karena istn tidak
melakukan p'annya, maka ha1 tersebut dipandang mrupakan akibat negatif
karena ketidakpatuhan d m ketidakpuasan istri temadap suami. Para suami tetap
mengidarrridamkan istri yang d a l u setia mengtsrus rumah tangga di rumah. Sikap
dit desa dalam menghadapl perr=eraian 8 W cendenrng mendua. Oisatu sisi
mengecam m i a n B W dan melihat sebagai efek wgatii B W , tetapi pada sisi

lain mempemKldah terjadinya perceraian antara lain m
a
n cara nmrestui
tefjadinya p e m i a n tidak brcatat.

PERCERAIAN DI KALANGAN BURUfI
MIGRAN PEFWMPUAN:
Studi k u s di Desa Kadupura Kecarnatan Cibodas
Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat

OLEH :
KtTSTINI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
P r o w Studi SosioIogi Pedesaan

PROGRAM PASCASARJANA
IIYSTITUT PERTANIAN BOGOR

2002

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirlran di sebuah kata kecil Cia&
Januari 4961 dari m

a

Jawa Batat pada tanggal 20

n Kmasih (Am) dm Hj. Cljoh. Pada tanggal 13 Agustus

1987 penulis menikah dengan lrmansyab dan dikatuniai 3 orang an* yaitu Amalna

Syaharard (14 tahun), Adam W a d i Nugraha (10 tahun) dan Asief Syahhdi
Nugraha (1 0 tahun).
Pendidikan dasar penulis sarnpai tingkat SLTA diselesaikan di Ciamis. Pada

tahun 1980 penulis diterima sebagai mahasiswa FakuRas Rlsafat UniversitasGadjah
Mada Yogyakarta dan lulus pada tahun 1985. Mulai tahun 1988 sarnpai sekaraq

penulis bekeja sebagai peneliti pada Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan
Departemen Agama RI .

Tahun 1999 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi pada

Program Studi Sosiologi Pedesaan Program Pascasarjana f nstitut Pertanian Bogor.
Sebagian Maya studi dipemkh dari Departemen Agama Kt.

PRAKATA
Puji s y u h kepada Yang Maha Kuasa atas segala dchnmt dan kafuniaNya

akhimya pndisan W s ini dapat dselesaikan. Tesis dmgan judul

Kalmgan Buruh Wran

Cibodas K

m,
Studi Kasus di


a w Sukabunri J w Barat,

dlakukan selama 3 bulan yaitu Juli sanpai

-an

di

Kadupwa Kecamatan

rnenrpakan hasil penelitian yang
2001.

Sekainya Hi ini merupakan satu fase dari pgalanan panjang yang
melibatkan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyanpaikan terima
kasih kepada k b a g a i pihak disertai doa semoga Allah Swt. membalas kebaikak

kebaikannya. Terima kasih kepada kedua orang pembimbing Dr. Lala M.Kolopaking

serta Dr. E. Kristi Pcerwandari yang telah mengohankan waktu di tengahtengah

kesibukannya. Terim kasih kepada Dr. lr. fitik Sumarb yang telah bersedia untuk
mwrjadi salah satu anggota penguji.

Penulis sampaikan terima kasih kepada Kepala W a n Litbang Agarm dan

Kepala Puslitbang Kehidupan Beragama yang telah mringankan baya dan
memberikan izin sehingga mmungkinkan penulis untuk depaskan tugastugas
nrtin di kantor. Terima kasih kepada beberap sahabat di kantor yang telah

menempatkan diri sebagai teman diskusi yang hangat dan selalu menyediakan
waktu kapanpun penulis memerlukannya. Untuk iernan-ternan yang telah merajut

benangbenar?gindah mahabatan a a m a di karnpus, semoga persahabatan kita
tetap brlanjut rrvalaupun sebagian besar mreka telah kembali ke tempat tugasnya

masingmasing.

Ungkapan tefimakasih yang tulus di-hkan

unMr orang tdekat di


hati permlisyaitu sum M n t a lrmansyah yang selalu memberidorongandan doa.

Kebesaran Wnya untuk menggantilcan sebagian tugas seorang ibu dalam m f m a t
anak-anak menhat penulis selalu berlega hati ketika harus Icdw rumah. Untuk

anak-anak brcinka Lm, s&a

si kembar Adam dan A M , mhon maf karma

'ambisi' m
ma m

a n hak kalian untuk selalu didampingi tidak tepnuhi. Tanpa

kesabaran rmeka, tesis ini tidak akan pimiah W j u d . Demikian juga, kepada

saudara lainnya yang telah menggantikan hrgas-hgas di rumah, penulis sangat
berhutang budi.


Patian

lapangan yang dilakukan seam intensif selam tiga bulan

m p a k a n anugrah m

r

i karma penulis bisa mnjalin silaturrahmi dan

persaudaraan dengan banyak responden dan informan serta masyarakat di Desa
Kadupura. Tefirrrakasih diampaikan k m a Kepala Oesa W u p w a beserta seluruh
stafnya, saluruh informan yang bersedia b e m i cents tenbng pengalamanpengalaman pnbadinya. Kepada keluarga Bu Cicih, penulis ungkapkan terima kasih
atas keterbukaan pintu mmahnya d i i p a t i penulis selama penelitian lapangan.

Olsadari bahw sebuah penelman tidak akan pemah luput dari ketwbatasan

dan kekufangan. Oleh karma itu kritik dan saran untuk 'perbaikan sangat penulis
harapkan. Sekecil apapun penulis beharap bahwa hasil penelitian ini bermanfaat.


Bogor, September 2002
Penulis,

OAFTAR TABEL...............................................................................................
DAFTAR

M A R

viii

...........................................................................................
..................................................................
LAMPIRAN ............... .
.
.

ix
x

PENDAHULtJAN...............................................................................................


1

Latar Belakang ........................................................................................

1

Masalah Penelitian..................................................................................

5

Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...........................................................7
Fokus Penelitian......................................................................................

8

Struktur Penulisan................................................................................... 9

PENDEKATAN PENELlTlAN.......................................................................... 11

Orientasi Teoritis ..................................................................................... II
Migrasi Perempuan..........................................................................

11

Perwrguan dalam Keluarga Buruh Mgran...................................... 16
Perempuan dan Perceraian............................................................. 20

Kerangka Pemikimn................................................................................ 23
Hipotesis Penelitian

............................................................................... 26

Metodologi Penelitian............................................................................... 27
Waktu Penelitian dan tokasi ...........................................................
Pendebtan Penelitian dan Metode Pengumpulan Data

27

.............. 29

Penentuan Subjek Kasus ................................................................ 32
Analisis Data.............................................................................

33

Kendala di Lapangan ...........................................................

35

BURUH MlGRAN PEREWUAN DALAM KONIEKS PERKEMBANGAN
DESA KADUPURA...........................................................................................

37

Migrasi Perempuan: Jalan Pintas Peningkatan Ekonomi Kduarga ......... 48
Bunrh Mgran Perempuan di Tm@ Kerapohan Keluarga...................... 53

Rangkman ..............................................................................................

57

Perceraian Tidak Tercacat ..........................................................

63

Talak Bikeuneun ....................................................................... 65
Kasus 1: Talak Bikeuneun Wati &n Yusuf:
Tertipu Rayuan Lelaki Arab ...............................................

67

Kasus 2: Talak Bikueneun Siti dan Dedi:

Jika Berangkat Beram Cerai .............................................

69

Kasus 3: Talak Bikeuneun Ita dan Maman:
Campur Tangan Pihak Keluarga

......................................

Talak Padukeuneun ...................................................................

71

73

Kasus 4: Talak Padukeuneun Elah dan Hasan
Kekerasan Suami. Siksaan Lahir Batin Bagi Istri ..................
Talak Jualeun ........................................................................................

75

-77

Kasus 5: Talak Jualeun Nani dan Jaja :
Menjual Harga Oiri Suarni ........................................................78

Pergeseran Makna Cerai pada 8umh Mgran Perempuan....................... 81
Buruh Migrafl Perempuan dan Penirgkatan Jumlah Peroeraian ............. 89
Rangkuman

.......................................................................................... 92

PANDANGAN MASYARAKAT TENTANG PERCERAlAN BURUH
MlGRAN PEREMPUAN ....................................................................... 95

Bercerai. Apakah Perilaku Menyirnpang ?

.............................................. 96

Dualisme Elit Desa: Mengecam Pmeraian Tetapi Memberi Jalan ......... 99
lstri ldaman Tetapiah Di Rumah............................................................... 104

Rangkuman .............................................................................................

109

DAFTAR TABEL

1. Penempa&n TKl Per
Oawah Asal (5 Provinsi Terbanyak )
Periode 1994 sid 1999........................................................

3

2. Pokok Penmsalahan, Jmis Data,
Pengumpulan Data
dan Surnber.......................................................................

34

3. Rekapitulasi Calon Buruh Mgran Kab. Sukabumi Berdasarkan
Jenis Kelamin Tahun 1994 d d 2000 .......................................

41

4. Jumlah Buruh Mgran di Dusun Pari 8erdasarkan Jenis Kelamin
dan Tempat Tinggal.............................................................

42

5. ldentifikasi Makna Cemi Yang Tetap dan Yang Bergeser pada Buruh
Migran Perempuan di Sukabumi ..............................................

87

6. Rekapitulasi Perceraian di k s a Kadupura Periode Agustus 2000 d d
September 2001 ...................................................................

90

1. Jumlah Bunn Mgran Indonesia di J a w Barat ( 5 Kabupaten
Terbanyak ) Periode 1994 d d 1999.. .......................... ...........

4

3. Pertumbuhan Jumlah Buruh Mgran Sukabwni Berdasarkan
J d s Kelamin Periode I994 sld 2000.....................................

42

4. Perbandingan Jumlah 6 u n h Mgran lakiJaki dan Perempuan
di Dusun Pari........................
......
... ...... ............... ....... .-...

43

5. Penyebaran Buruh Mgmn Perempuan di Dusun Pad Berdasarkan
Negara Tujuan... ..,......... ......... ... ...... ... ........................... -. ....

51

6. Prosedur Cwai Talak . . . ......... ....... .. ......... .......... . . .................

61

7. Prosedur Cerai Gugat............... ......... .. . ...................... .... . ......

62

8. Jumlah P e m i a n di Kab-SukabumiTahun 1998,1999,2000......

84

9. Jumlah Percemian di Provinsi Jawa Barat Tahun 1998, 1999,2000

84

10. Tipologi Percemian Buruh Mgran Perempuan ............... ............

86

.

I. Oaftar Pertanyaan Full E n u r n e m S u w y rrntuk R m h Tangga
Buruh Mgran.......................................................................

117

2. Peta Wilayah Desa Kadupura ......................................................

If8

3. Peta Wilayah Kabupaten Sukaburni .................................. - . . . . 119

4. Sumt Ketmgan P e m i a n (Talak Bikeuneun) Yang Dibuat oleh
ArmllP3N...................................................................................

120

5 . Surat Keterangan Perceraian (Talak Bikeuneun) Yang Dibuat oleh .....
(Mantan) Suami .......................................................................... 121
6. Pintu Masuk Gang Mekah Menuju

Dusun Pari................................ 122

7. Gang Mekah Sepanjang 500 meter yang Menuju Perkampungan
Buruh Mgran Perempuan.............................................................

122

9. Rumah Di Pinggir Jalan Desa Kadupurayang Sering Oiidentikkan

dengan Kebet-hasilan Buruh Migran Peremguan............................... 123

10. Kegiatan Upacara Ritual Keagamaan Maulid Nabi Muhammad yang
Dilaksanakan Ibu-lbu di Ousun Pari ...............................................

124

11. Mantan Buruh Migran yang Bekeja Sebagai Buruh di Sawah Mlik
Seorang Sponsor Buruh Wgran ....................................................

124

PENDAHULUAN
Lahr stlakang
Sejak tiga puluhtahun kmkhir, migrasi antar negaratelah menjadi isu dunia

yang memjliki peqamh -up

kuat b q i negara penerima maupun pengifim

migran. Indwesia dapat digolongbn sebagai negara pengirim dan p&ma
migmn antara negara, walaupun dilihat dari wi kuantitas, migran lndwresiayang

ke luar negeri jauh Wih banyak dibandingkan dengan migran atau tenaga k q a
asing yang msuk ke Indonesia. ( T j i e r i j a n t o , 1997'). Dan sejudah nigran
yang berasal dari Indonesia, lebih 80 % adalah perernpan yang kmudian dikenal
dengan sebutan Tenaga Kerja Wanita (Ambarebani dan Rianawati, 1999) atau

Buruh

Migran

Perempuan.

Sementara

itu,

berbagai

hasil

penelitian

mengungkapkan bahw dorongan ekonomi merupakan pertimbangan paling

downan bagi pengambilan keputusan untuk rnenjadi bumh migran. (Arnbaretnani

dan Rianawatt, 1999; Tjiptoherijanto, 2000).
Menyadari pentingnya dampak migrasi antar negara,pernerintah memberi

perhatian khusus melalui program Penempatan Tenaga Keqa lndonesia
(seianjutnya ditulis TKt) ke krbagai negara dan penyiapan seperangkat peraturan
perundangan. Kepiusan Menteri Tenaga Kej a Rl Nornor: KEP-2041MENlt999
tantang -tan

Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri myatakan

perlunya pengaturan TKI adalah dmgan pertimbangan bahwa ha1 tersebut
mmpakan upaya alternattf urrtuk mgatasi pengangguran dan kelangkaan
kesernpatan kaja di Indonesia. Tujuan utama p e n e q a b n TKI ke luar negeri
sebagaima

tertuang

dalarn

K-san

Oijen

Binapenta

Nomr

KEP.126IBPI1999 adalah mengurangipengangguran, mingkatkan perlindungan

dan kebampilan sumber daya manusia Indonesia serta penenmaan devisa

negara Secara ekonomis, usaha penmintahtidaklah sia-sia karma peningkatan

jumlah TKI bemti peningkatan M i a negara swta pengurangan jumlah

Dilibt dari negara tujuan, Saudi Ambia mwupakan negara yang menjadi

tujuan mayoritas migran. Selebihnya, penempatan para migran tersebar di 72

negara baik di Asia Pasifik,Arnerika, Eropa serta Xrmr Tengah dan sebagian kecil
negara Afrika @itjen Binapenta Departemen Tenaga Kej a RI Tahun 2000). Bagi
masyarakat Indonesia yang mayoribs penduduknya beragama Islam, menjadi

-grm ke Saudi Arabia mmiliki harapan sdak hanya sekedar mtivasi ekonomi,
tetapi ada motivasi nilai-niIai agama karena berharap bisa mnunaikan ibadah haji

atau umroh flrtosudarrno, 1994; Ambaretnani dan Rianawati, 1999). Fenomena
lain seperti diungkapkan oleh Spaan (1 994) rnenggarnbarkanbahwa untuk menjadi

migran di Saudi Arabia, pencari tenaga kwja tersebut rela menempuh jalan illegal
atau migran tidak

tercatat (undocumented #?@rants).hkieka

datang ke Saudi

Arabia untuk mlakukan ibadah haji atau umroh, tetapi setelah habis nlasa
kunjungannya, mreka mencoba untuk mencari pekejaan. Ji ka migran tidak
krcatat ini dimsukkan dalam perhitungan, bisa dipastikan bahwa migran ke Saudi
Arabia jumlahnya lebih banyak

'.

Dalam skala nasional, selama enam tahun terakhir yaitu m o d e tahun
1994 sld 1999 Jawa Barat menjadi wilayah pengirim TK! terbanyak, disusul

1

M u n r t Hugo (1997) jurnlah rnigran illegal sulit dihitung secara tepat. Sebagai
gambaan, b i s dilihat dari data yang dtbmpilkan SmibTimes €disi November 1998
(dalam Graeme Hugo, 1997) tentang perkiraan jumlah migran illegal di wilayah Asia
Tenggara sdma a i r tahun 19-n.
Untuk Indomsia pada tahun 1997 perkiraan
migran tersebut addah satu juta orang dengan daerah tujuan antara lain Malaysia,
Singapurn dan Jepang. Sebaliknya, pada daerah tuj w n +i
Singapura, *lama tahun
1993 diperkirakanjumlah migran m
k yang tiddr -tat
adalah 250.000 berasal dari
Indonesia. Thailand dan Malaysia. T i p pekeiaan yang dilakukan oleh buruh migran
u m m e n t e d dikend dalm istilah 3 D (dirty, dangemus and dtWkuEt). Ungkapan
senada diungkapkan Sekjen Depnakeitrans Djoko W i k Prambahwa TKI Illegal
jummnya lebth k s a r ketimbangTKI legal, W n a a k a pastinya memang tidak pemah
diketahui (Medii Indonesia, 22 September 20011.

kemudian Jmm T w , Jawa Tmgah, Kallmntan Xmur serta Nusa -T
Barat. tihat Tabel 1.
Tam 1. PBnempatan TKI per d a m asal(5 provinsi tebanyd)
-1994sld

I999
Provinsi

Ttm

'

J~w3Barat
Jmlah

1994

29813

1995

27451

JawaTmlr
%

%

Junlah

124
11,4

17.843

7,7

24.a

10.6

JarrraTsrgah

XIS89

rm~r

%

Junlah

18.2

15752

11,7

Junlah

NIB

Kalimadan
%

Junlah

%

5

6!577

17450

13.3

7880

7,2
8,7

9

11703

12.9

1996

57809

24

41076

17,7

39018

19,5

f1876

1997

55694

23,f

47026

17,7

30157

15

9403

7.2

8250

9

1998

44497

20.6

65.285

28,1

37198

18,6

28839

m17

33

1999

20447

8.5

42319

18,2

33859

17

48764

22
37

26548

29,2

Jmhh

240711

100

232157

1 0

200292

100

131484

100

W&53

?00

S u m . Ditjen Binapenta Dep. Tenaga Kej a RI Tahun 2000

Pada periode yang sama, bedasarkan data yang &a pada Ditjen
Binapenta DepartemenTenaga Kerja RI tahon 2000, TKI atau disebutjuga Buwh
Mgran Indonesia (selanjutnya ditulis MI)yang berasal dad Kabupaten Sukabumi

men-

urutan terbanyak yaitu 119.990. Disusul kabupaten lainnya yaitu

Purwakarta 54.028 orang, Cianjur 15.253 orang, lndramayu 10.824 orang serta

Subang 6.071 orang. Lihat Gambar 1.

Penelitian tentang Buruh m r a n Peren-tpuan (selanjutnya ditulis BMP)
sejauh ini W h banyak d i s k a n pada -laban

yang dihadap' di daemh

tujuar?. SaWgkan penelitian,tentang w r u h 8 W t&adap k d w atau

* Uhat misalnya basil penelitian Allison J. Murray (1994), Lea Jellin&

(1995),
Sedyaningsh (1999) dan Antarin Pmmil (I=)h t a n g kehidupan m i g m
di Wmta yang bekeja di seldw infamal. Penefftian dan amkasi yang dilakukan LSM
seperti S&hibas Perempuan dan Kdyanamitra berpangkal dari k h g &
yang didami migran perempuan di tempat kesjimya Inform& laintenpermssdahan
M u t bisa d i u i pada Rusdi Tagarrw dan Ermp M a (2001) yang menyajikan

-

M

-#I

a

n Nmah Bngga, rtau pernauhan k&Ahn biolqis

m.Dua k d pdama bisa d

i i k a n mtaa kin dengan melibawn peran

keluarga besar seperti nenek, kakek. bibi, adilr, atao bahkan tetmgga ferdekat
yang seringksli memiliki k m n huh-

tayahya raudsa. T-

konflik

~QemenuhankekrtrPlanbid~ssuami~menjadisald\sabJsebab

tejadinya keretakan rumah tangga karma suami mulai tierpaling kepada
pererryuan lain. Namn p r l u dijelaskan juga batma pemicu keret.akan rumah
tangga j q a bisa teQadidari pihak istri. Peningkatan status sosial istri -ah
bekerja di luar negeri mnyebabkan penrhahan dalarn pola dan perilakuM a p

suami, perubahan datam cara pandang suami te-hadap istn.
Jika konflik-konflik tersebut tidak d a m dikelda oleh pasangan, sangat

dimungktnkan penyelesaian msalah

melalui

perceraian. Sebagaimana

diungkapkan oleh Latif (1985) batwa perceraian mmpakan jalan satu-satunya

dan tindakan akhir setelah melakukan berbqai ikhtiar dan upaya. Jika dikaitkan
dengan tujuan utama menjadi buruh migran yaitu untuk memperbaiki kondisi
ekonorrri sehingga diharapkan membawa kebahagiaan, m k a tejadinya
perceraian merupakan penyimpangan dari tujmn utam tersebut.

MasaIah P e n e l i n
Keluarga sebagai sebmh kelembagaan sosial mewliki sejumlah fungsi
dan tugas tertmu semi

msyarakat -.

m a n slmlrkrr sosiat yang terbangun dalam

Ada -pa

fmgsi yam dapat diidentifikasi dari sebuah

keluarga yaibu pengaturan Wcsmi, reproduksi. sosialisasi, afeksi, penentuan
stakrs, mendmi windungan dan fungsi ekonomi (Horton dan Hunt, 1993).

Sementara Comet (1994) myebutkan bafnma welaupun tidak ada definisi
universal tentang kduarga, -pi

ada -cam

konsensus tentang peranan

kekrarga dalam masywakat dan fugsinya. Fungsi dimaksud antara lain

memberikan penaman peean sebagai salah satu anggota keluarga, belajar hidup

v,
memberi kasi saybagi anak-anak serta -man

dan dukungan emional, pendidikan

anta, m a t i a n , keintirnan dan windungan

bukan hanya untuk bayi dan anak-an& Mapijuga untuk anggota lainnya sepetti
oraw lanjut usia, orang cacat dan lemah.

Dalarn banyak kasus, migrasi rnenyebabkan disfungsi dan' satu atau
bebefapa faktor tersebut. Kepergian semng istri untuk menjadi bunrh migran di
satu sisi dapat menguatkan fungsi keluarga khususnya fungsi ekonomi. Telapi

pada sisi lain temyata mengakibatkan disfungsi pada bebrapa faktor. Bl#d
(1972) menyebutkan beberapa akibat yang timbul dari migrasi terhadap keluarga

antara lain betkurangnya intensitas komunikasi, tmlemahnya jaringan atau ikatan
kekerabatan, mengurangi stabilitas keluarga serta melonggarkan ketdkatan mom1

terhadap budaya di tempat asal. Oleh karma itu bisa difahami jika kemudian
tirnbul berbagai konflik pada keluarga yang salah satu anggotanya melakukan

migrasi. Perceraian merupakan puncak dari konflik yang diakibatkan tidak
bejafannya fungsi-funysi keluarga.

Dafarn kaitannya dengan fenomena BMP yang berstatus istri dan
pengamhrtya terhadap keluarga, secara khusus penelitian ini ingin menjawab dua

pefmasalahan sebagai ben'kut:
1. Bagaimaria bentuk atau tipdogi perceraian yang terjadi pada EM3 serta

bagaimana B W me-

mkna m a d a p pawmian tersebut.

2. maimana masyarakat memandang p e m i a n khususnya yang terjadi pada
BMP.

Tujuan dPn Kef#mmn

Penelitian h
i berkrjuan untuk mnqmlajari fenomena W serta
keMdtannya dengan peristiwa pereeraian ysng mbartkan OMketiadaan BMP

keluarganya. Secara lebih Wind, f m e l i t h ini hlujuan unluk:

di terrg-

1. kqetahuipdaatautipdogi peroeraimystngbarindipgdaBMP. M a p -

merrdfikipengetahuan dan pengalamanyang berbeda dalam menghadapi konflik
keluama sehubungan dmgan kquhmmya untuk bercerai. Perbedaan

pengetahan dan pengalaman ini akan melahirkan polapola perceraian yang
berbeda pula.

2. Memahami pandangan masyarakat tentang m i a n baik yang wadi pada

komunitasnya maupun perceraian yam teQadi pada BMP. Hal ini berkaitan
dengan kollstrulcsi sasial budaya dalam memandang perceraian atau

rrmmndang m n g istri yang mninggalkan keluarganya untuk men&

nafkah

sebagai BMP.
Jika tujuan tersebut tercapai, penelitian ini menyajikandata empiris tentang

persoalan yang dihadapi BMP di lingkungan keluarganya. Data atau i n f o m i

tersebut pada gilimnnya diharapkan berguna untuk menjadi masukan bagi pembuat
kebijakan tentang BMP baik deh instansi pemerintah maupun lembaga-lemhga

non permtintah.Departmm Agama dapat memanhatkan hasil penelitianini untuk

merurmskan program atau kebijakan daiam kaitannya dengan pdayanan

kqarnaan di b i i n g permian. m e m e n Tmqa Kerja dan TmnsrQrasi
ataupun Kementerian Pent>errdayaan Perempran dapat mmmmlkan hasil

w i t i a n ini untuk pertinbangan dalam membuat kepukrsan atau kebijakan yang

Maitan -n

pembrnaan 8MP.

Kebijakan yang diaml lembsga atau arganisasi non pemerintah pada

u m m y a akan satqat terganlung pada data eqAris dari lapangan. Oleh kamna

itu bagi lembega atau organisasi non permintah khususnya yang memiliki
kepldran terhadap B W , h a i l pmlitian paling tidak menyajibn i n f o m i
tentang p e r m a s a l a h a w a h a n yang dihadapi
rnemkrat nmusan yang

W sehingga &pat

tepat dalam m t u k a n p r o g v r m y a .

Fokus Peneliian
Berbagai permasalahan yang dialami BMP, baik ketika masih di daerah

asal, dalam proses pemberangkatan abupun masalah yang ditemui di negara
tujuan, menrpakan biang kajian yang tidak akan pwnah kering untuk d i d a l a ~oleh
peneliti maupun para praktisi pemberdayaan perempuan. Peneliti yam mrrriliki
kepekaan terhadap isu-isu psmbedayaan pwempuan, dapat mengambil fokus
pada masalah eksploitasi, subordinasi atau majinalisi yang selalu lekat pada

kehidupan BMP. Dari sisi ekonomi, peneliti dapat mengajukan hipotesis bahwa

keberangkatan BMP cukup signifikan untuk mningkatkan pendapatan negara
ataupun peningkatan kehidupan ekonon-i keluarganya. Dalam kaitannya dengan
pembagian keqa dalam keluarga, banyak peneliti menyimpulkan b a t w telah

terjadi pergeseran peran dalam keluarga ketika istri tidak ada di nrmah untuk
jangka waktu yang cukup panjang. Sedangkan dari sisi perkembangan anak, dapat

dtkaji permasalahan y a y dihadapi ketika anak hanya memiliki orang tua tunggal
yaitu ayah.

Secara khusus fokus peneliian ini adalah m I a h m r a i a n yang tejadi
pada 6MP. Walaupun sesungguhnya perceraian rnerupakan hal yang bisa terjadi

pada kelompok masyamkt manapun, goloHgan e k w m i menengah maupun
M,
Mapi kiranya m u didalami secara spesifik jika perceraian tersebut secara .

langsuw ataupun tidak, m p a k a n saIah satu ekses dari kepergianseorang BMP
yang k s h t u s istri. Dengan demikian, ped2tian ini mencoba untuk mnggali

kemungkinan tejadmya disfungsi atau konflik-konflik pada keluarga B W yang

kemudian berakhir

perceraian.

Sttuktur Pmulisan

Tesis ini diorganisir rnenjadi enam bagian. m i a n p t a r r r a Pendahuluan
mengungkapkan tmtang Latar Belakang, Perurnusan Masalah Penelitian, Tujuan
dan Kegunaan m i t i a n serta Fokus Penelitian. Bagian akhir d

i

dengan

mengungkapkan Struktur hulisan.

Bagian k e d w Pendebcatan Penelitian, mengungkapkan kajiakkajian
teoritis berupa hasil penelitian terdahulu tentang topik sekitar buruh migran, dan

keluarganya t e m s u k topik tentang pceraian. Dalam Subbab pertam Orientasi

Teoritis, terhagi atas beberapa topik yaitu Mgrasi Pempuan, Pempuan dalarn
Keluarga Buruh Migran serta Perempuan dan Perceraian. Subbagian berikutnya

adalah Kerangka Pemikiran serta rumusan Hipotesis Penelitian. Subbagian
selanjutnya menjelaskan Metodologi Penelitian.

Bagian ketiga mernberikan gambaran tentang latar geografis, sosial dan

budaya dari iokasi penditian. k n g a n judul Bunrh Migran Perempuan Dalam
Konteks Perkembangan

yaitu h

Kadupura, diuraikan secara singkat bekrapa ha1

a Sebagai Daya Dorung Migrasi, Kondisi Sosial Ekonomi yang Tidak

Berpihak pada Pmmpuan, Buruh Migran Pmmpuan: Jalan Pintas Peningkatan
Ekonomi Keluarga d m bagian terakhir Euruh Mgran Perenpuan di Tengah

Kerapuhan Keluaga. Intisari mateti dalarn m a n ini dikrlis secara singkat dalarn
subbagian terakhir yaitu Rangkuman.
Bagian keempat tmnguraikan tentang Pergeseran Mkna Cerai di

Kalangan Bunrh Mgran P e w a n . Subbagian terdiri atas: w

i

n dalam

Peraturn Penmdangan, Percerain Tidak T m , Talak Bikeuneun, Talak

Padukeuneun dan Talak Jualeun, Pergeseran h k n a Cerai di Kalangan Bumh
Migran Perwnpuan, Buruh hhgmn Peremplan dan hningkatan Jumlah mi.
Subbagian twakhir adalah Rangkuman.

Bagian kelirm mngmikan Pandangan Masyafakat temadap Perceraian
Buruh Mgran Pemmpuan. Subbagian ini m
r
i atas: Bememi, Apakah Perilaku

Menyin-pang? Dualisme Eiit Desa: Mengecarn Perceraian BMP Wapi Memberi
Jalan. Subbagian selanjutnya adalah lstri Idamn Tetaplah di Rumah smta

Rangkuman.
Bagian terakhir merupakan Kesimpulan serta lmplikasi Kebijakan. w
a
n
ini rnemberikan gambaran tentang temuan pokdr penelitian sekaligus menjawab
permasalahan penelitian serta kebijakan apa yang bisa dijalankan oleh berbagai
pihak yang terkait dengan masalah perceraian atau masalah 8MP.

PENDEKATAN
OrienQsi Teoritis

E3agian ini mxupakan uiasan atau kajian M a p hasil-hasil perElian

brdahulu denganf o k bwuh
~ ~ rrigran maupun kehidupan keluarga d m perceraian.
Kajian ini dianggap perlu setidaknya untuk d f h a t sejauh maw dm fokus-fokus

apa saja yam Wah d i l a n i p d i t i seblumnya. DenganM k i a n hagian ini juga
bemaha untuk menghindariterjadinya duplikasi penelitian. Selain hasil penelitian,

pada hagian ini juga mgungkapkan bebefapa tewi migrasi untuk menganaiisis
fenomna BMP.

Migrasi Perempuan

Dalam berbagai literatur, bumh migran perempuan dikenal dengan istilah

Tenaga Keqa Indonesia Wanita (TKIW). Menurut Ambaretnani dan Rianawati
(1999) TKlW adalah

sebutan bagi kelornpok perernpuan Indonesia yang pergi ke

luar negeri sebagai buruh tamu. Ada juga yang menggunakan istilah Tenaga Keqa
Wanita (disingkat Nakerwan atau TKW). Penamaan TKlW dimaksudkan unhrk
menunjukkan

asal negara yaitu Indonesia. Pada dasamya istilah TKlW sarna

dengan TKW &pat menrjuk kepada semua tenaga keja prempuan, baik yang
bekej a di Indonesia maupun di luar negeri. lstilah tersebut sekaligus mwnbedakan

dengan tenaga keja laki-laki yang dikenal dengan istilah Tenaga Kej a Indonesia
(TKI). Namn sesungguhnya pernbedaan istilah tersebut yang dianggap sebagai

pembedaan antara laki-laki dan perempuan pada satu sisi dianggap bias gender
k a m dalam b e m i peratumn penrndangan yang menggunakan istilah TKI,

secara inldusif digunakan untuk menyebut henaga kerja pamnpuan3.
3

Dalam pengertian yang sama, penelitian ini menggunakan istrlah 'buruh perempuan' atau
'buruh mrgran perwnpuan' yaitu &tan
kepada selcelomW perempuan Indonesia yang

Kebanyakan penelitian tentang cnigmsi M a k rmmbdakan antara migrasi
yang diiakukan antm laki-laki dan perenpan. &lam perspektif gender,teori

mupun penelitian tersebut berada pada posisi yang netral gender bahkan buta

gender (Chant & Raddiffe, 1992). Padahal s d a m ini pwenpuan blah banyak
terlibat dalam proses migrasi. Karena itu menunrt Hugo (1997), anatisis tentang

migrasi dipandang perlu pembedaan mtara m ~ r a s iyang dilakukan laki-laki

maupun perempuan, paling tidak karma tiga alasan utarna: (1) polapola yang

berkda, (2) penyebab dan akibat yang k t b d a . dan (3) implikasi kebijakan yang

Teori tentang migrasi terns krkembang seiring dengan perkembangan
dan perubahan-perubahan pada fenomena migrasi tersebut. Teori yang paling
sederhana adalah Wel push-pull theory yang mdihat fenomena migrasi tejadi

karena dorongan keluar dari daerah asal serta daya tarik dari negara tujuan (Rusli,
1996). Beberapa dekade terakhir ini, bemunculan teori yang menjelaskan migrasi

antar negara. Ada dua teori besar untuk menjelaskan migrasi antar negara, yaitu
mikro-ekonomi dan stnrktuml historis (Wood, 1981). Teori atau pendekatan mikroekonomi mlihat adanya ketimpangan daiam pembagian tanah, tenaga keja,

modal maupun sumbet daya alam lainnya sehingga ada negara maju dan kaya di

satu pihak dengan negara miskin di lain pihak. Tenaga keja yang melimpah di
negara miskin kemudian bergerak menuju negara kaya dalam rangka mencari
keseimbangan rnelalui upah yang lebih tinggi. Sedangkan teori stnrktuml historis
pergi ke luar negeti k k g a sebagai buruh tamu. Pernilihan kata 'perempuan' dan tidak
'wanita' karma di kalangan aktivis perempuan istitah 'perernpuan' lebih bermakna untuk
mengangkat harkat perempuan dibandingkan dengan istilah 'wanita'. Secara etimologis,
perwnpwn her-l dari kata empu-puan atinya perempuan yang dimpukan, yang
mmpunya dirinya sendiri, yang otcmm. Sedangkan kata 'wanib' swing diartikan sebagai
'yaw diinginkan' atau dalam bahasa J a w swing disinonimkan dengan 'wani di taw (Jurnal
Perempuan, Nomw 02, DesemberJanuari 1997). Narnun dernikian, tidak s s a - a rnutlak
diartikan bahwa penggunaankata 'perempuan' lebih baik dari kata 'wanita'. Ada pemaknaan
baru dari perempuanJawa thadap kata 'wanita' M a k lagi berarti 'wani di tata' tetapi berarti
'wani m e w ' yang berarti ia punya keberanian untuk mengatur apa yang batk dan yang
tidak baik bagi dirinya sendiri.

mempertimbmgkan kondisi ekonomi, sosial mupun politik secara global telah

mengakibatkan ketidaksamaan struktur antam sakr negara dengan negaa lain.

Massey et all (1993) menganalogkan pendekatan ini sebagai

System

m-

Mgrasi p e r m p a n mmpakan sistm dad penrbahan ekonomi global m u j u
industrialisasi yang pada bidang-bida~g

secara sengaja mencipakan

iapangan pekejaan yang disosialisasikansesuai dengan karakter m u a n .

Jauh sebelum terjadtnya migrasi antar negara, sesungguhnya p r m p u a n
Indonesia telah melakukan migrasi antar kota. Jellinek (1995) menggambarkan
bahwa mulai tahun 1920-an beberapa perempuan dari daerah -or

dan

fanggerang blah berpindah ke Jakarta. Tekanan penduduk atas tanah dan

menumnnya kesempatan kej a di daerah w s a a n , memaksa petani untuk pimiah
ke kota. Jakarta atau waktu itu dikenal dengan sebutan -via,

mwniliki daya tarik

yang kuat karena bertambahnya penduduk Eropa dan Cina serta pertuasan kantor,
bank dan fasilitas prasarana. Pada saat itu migrasi antara ksta dilakukan secara

berantai. Salah satu keluarga atau salah seorang anggota keluarga seperb Eu Cia

dan Ibu Inah, pergi lebih dahulu. Jika dianggap sudah bemasil, mereka memanggil
saudara atau tetangga di kampung untwk ikut bkerja di kota.
Mgrasi antar negara mulai dilakukan oleh perernpuan Indonesia &tar

tahun 197-n

dengan tujuan utama vraktu itu adalah Saudi Arabia (Spaan, 1994).

Pada ~ l n y amigtasi
,
ini dilakukan secara individual dengan motivasi tidak hanya
untuk mencari pekeijaan tetapi juga bedwrap mmiliki kesempatan untuk
beribadah menunaikan haji atau u m h .

Setelah tahun 1975, migrasi antar mgam kermdianditangani secara fmml

oleh p e d n t a h dalarn ha1 ini Departemen Tenaga Kerja RI miptoherijanto, 2 m ) .
Selain penyiapan seperangkat peratwan perundangan tentang buruh migran,
pada tahun 1984 melalui Surat Keprtusan Wntefi Tenaga Kerja Norm KEP-

61MN11984 dibentuk organisasi Antat Kerja Antar Negara (AKAN) yang M

a

koordinasi Departemen Tenaga Kerja RI. Pada bulan September 2000,

di ba&

meldui Keputusan Menhi Tenaga Kerja RI N o w KEP-1671MENl999,
wganisasi dan tata kerja AKAN diubah menjadi Balai Pdayanan Penempatan

Tenaga Kerja Indonesia (BP2TKI). Dalam Pasal 2 Surat Keputusan tetsebut
dijelaskan bahwa tugas BWTKI adalah melaksanakan penyiapan, penempatan

calon tmaga kefja Indonesia ke luar negeri, pelayanan adrninisb'asi kekf-angtcatan
dan kep~rlangan
serta pwlindungan (Departemen Tenaga Kwja RI. 2000).

Oengan seperangkat peraturan serta perrbentukan organisasi untuk
mengatur buruh migran antara negara, tidak Wmrti bahwa seluruh pennasalahan
yang berkaitan dengan buruh migran antara negara dapat diselesaikan. Dalam

kenyataannya. migran illegal (undocumented migrants) mash tenrs kmwnculan.
Dengan demikian, pola migrasi intemasional di Indonesia dapat d i k i a k a n dalam
dua bentuk yaitu migran yang tercatat s e a m resmi melalui instansi pemerintah
dalam ha1 ini BP2TKI. Sedangkan pola kedua adalah migran illegal atau tidak
t e r m

(Hugo,1997; Tjiptoherijanto, 2000). Terjadinya migran illegal tidak bisa

lepas dari peran para calo (middle men) yang mmbantu para migran mencari rut+
rute yang dapat dilewati tanpa mlalui campur tangan pernerintah. Dalam hal ini

Hugo (1 997) menggambarkan migran illegal dari Pulau Jawa yang dibantu oleh

para calo untuk rnendatangi beberapa negara antara lain ke Singapura, Malaysia

dan Jazirah Arab. Di antara nigran illegal ksebut termasuk di dalamnya buruh
migran p e m a n baik yang datang untuk mengikuti suadnya atau karena
keinginen sendiri. k w h migran illegal ini kebanyakan bekwja di sektor domestlk
yaitu pembantu rumah tangga atau penjadi pekej a seks (pelacw).

Fenomena ndgrasi peremuan di satu sisi dapat dilihat sebagai bentuk
kesadamn batu dad masyarakat tentang peran pwempuan di luar sektor domsfik.

Tetapi pada kenyataannya bidang-bidang

migran m

a

n tidak jauh dari peran m

wejaan
k

informal yang dilakukan

. Hasil penelitian Krisn-ti

dkk.

(1998) mu#jukkan bahna pekejaan yang paling banyak d i a i tm3Wa kerja

pe-n

adalah sebagai pembantu rumah tangga. Sementara itu, kebijakan

p e w h a a n untuk menwima buruh perempran d i s a r i oleh adanya s t m p e
perempuan sebagai manusia yang tekun, fajin, dan patuh. E u r h s e m i itu sangat
dibutuhkan untuk menjalankan strategi efisiensi produksi. Lebih jauh AWullah

(1995)menyatakan bahwa pa*sipasi ekonon-i perempuan terikat pada perubahan
struMur ekonomi yang @ah membuka peluang baru bagi perempuan dalam
berbagai pekerjaan. Namun demikian, keterlibatan

ini justru mereproduksi

ketirrpangan gender karena perusahaan yang beroriemtasi pada pencafian
keuntungan dan beforientasi global mmbuhhkan tenaga kerja wnita untuk
menekan biaya produksi.

Penelitian tentang migrasi perempuan dapat dilihat sebagai peranan dan
otonorni pempuan untuk mempettahankan ekonomi rumah tangga. Mengacu
kepada pendapat lhromi (1992) otonomi pempuan dapat diartikan sehagai

kemampuan pererrpuan untuk bertindak, melakukan kegiatan, mgarnbil
keprtusan untuk bertindak berdasarkan kemauan sendiri, bukan karena disuruh

atau dipaksa deh orang lain. Melalui penditian lapangan selama 15 bulan pada
tahun 1972

- 1973 di satu desa di J a m Tengah, Stoller (1977) melihat b a r n

m u a n rnemiliki atonmi atau 'status luar biasa' dalam mengendalikan
keuangan dan memainkan pwan M n a n dalam proses pgambilan keputusan
dalam rumah tangga. Di kalangan rumah tangga miskin, p g h a s l a n perenpuan

memberi posisi penting bag! kelangsunganekonomi mmah tangga. Sedanglcan di
kalangan rumah tangga yang cukup berada, pnghasilan yang dipemleh

pe-uan

mengakibatkan perempuan M l i k i dasar materi bagi kekuasaan

sosial. Di sarnping itu, menuntt Stoller, dibandingkan laki-laki, p w e q u a n lebih
'siap' kttIadapan dengan Marnbahnya kerniskinan yang teqadi akibat tiadanya

tanah garapan.
Pe-wn

dahm Keluarga Buruh Migran

Menurut Blocd (1972) pada dasmya k a y a k a n keluarga tidak
menginginkan migrasi. Dalam kenyataan ada keluarga yang sama sekali tidak
pemah d a k u k a n nigrasi dan hanya sebagian kedl yang

rnernilih untuk

bermigrasi. Pada keluarga tradisional, ketidakcukupan sumber daya alam
mengharuskan keluargatersebut be~plndah
untuk mencan sumber daya alam yang
banr. Sedangkan pada keluarga modem, alasan migrasi antara lain untuk mencari
kehidupan yang lebih mapan, baik melalui pekerjaan baru yang lebih menjanjikan

ataupun menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Dalam keluarga tradisional pedesaan, Lestari (1990) menggambarkan

bahwa terdapat pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang cukup tajam.
Pembagian kerja tersebut didasati pemikiran bahrrrra pada urnumya di dalam

kesatuan kduarga inti terdapat diferensiasi peranan diantara anggota keluarga
yang dikdakan berdasarkan urnur, jenis kelamin, generasi dan posisi ekonomi.

Pembagian kerja berdasarkan jenis kdamin mlihat b a h a m

a

n atau ibu

hams bekerja di sektor d o m t i k yaitu satu pekejaan prcduktif yang jarang dinilai
dengan uang. Sedangkan suami dihampkan menjadi m

r

i nafkah utama yang

mengharuskannya lebih banyak bergerak di luar.
Pembagian kerja secara seksual tidak hanya berlaku pada masyarakat
tradisional pedesaan. Hasil penelitian Lestari (1990) menunjukkan bahwa pada

perempuan kelas mnengah ke atas mayoritas berpendapat baha tugas utama
semang ibu rumah tangga adalah mengurus clan membimbing anakanak. Pada
p e w a n kelas menengah yang bekeja, pendapat itu dikemkakan oleh 47,1014

mqmndm dan padrr p

n kelas menengahyang tidak belrerfa diuwapkan

oleh 53%. Selebihnya rnenyatakan

utama ib adalah mengunrs suani

dan mengurus pekajaan rum& tangga. Hanya 3,6% perwrpuan
myatakan bahw peran rrtama w

Sedangkan

a

yang

n adalah ikut mencari penghasilan.

ibu yang bid* W w j a jawaban tentang p r a n utama perempuan

sebagai ibu rumah tangga hanya dikemukakan deb 0,894.

Hasl stud1m r i k tentang pmqwm rrrigran dan kelwrga bisa dilihat dad
penelitian Astuti (2000) tentang r;ligrasi pxerrpuan kelas bawah di Grobogan 3awa

Tengah. Keberanian m

a

n

desa untuk bemwgrasi

mencari nafkah di kota

dianggap sebagai 'gerakan tandingan' terhadap pemn dan kedudukan perempuan
dan suatu tanda adanya proses dekonstruksi tertradap realitas sosial yang baku.

Mgrasi yang dilakukan permpuan memang dapat mengubah kondisi paling tidak
dari fenomena adanya pergeseran peran laki-laki dan petempuan dalam keluarga.

Laki-laki atau suami yang ditinggal isbi rnulai menggantikan peran istri dan rnulai

mengurus anak, m s a k dan mlakukan pekerjaan lainnya wlaupun seringkali
dibantu oleh ibu, ibu mertua atau sau&ra

perempuan lainnya, Astuti

myimpulkan bahwa dari sisi kepentingan pwempuan, migrasi tidak sungguh-

sungguh mmtwdayakan perwnpuan. Pola adaptasi yang dilakukan suami ketika
isbi tidak ada di rumah hanyalah adaptasi

$emu. m a n kata lain, ketika istri

kwnbali ke desa para s u m kembali ke posisi -la

sebagai m n g yang merasa

tidak pantas untuk melakulran pekerjaan yang dilekatkan

sebagai pekerjaan

domestik.

Smmhra itu Wahyuni (2000) yang mlakukan penelitian tentang pola

pengasuhan anak pada dua desa di J-

Tengah dan J

m Barat sebagai desa

asal migran dan desa tujuan migran perempwn. melihat Wwa di antara keluarga

pasangan migran permanen diternukan tima bentuk pola pengawhan anak yam:

(1) d a h disapih anak ditinggalkan di bawah asuhan nenek atau bibi, sedangkan

si ibu meneruskan bekerja. (2) menjelmg kelahiran anak si ibu keluar dari
pekerlaannya di kota. (3) setelah dilahirkan di desa, anak di bma ke kota dan
diasuh oleh ayah dan ibunya dengan konselruensi si ibu kelwr dari pekerjaannya.

(4) Anak dibawa Ice kota untuk diasuh deh ayah dan ibunya d-an

bantuan

pengasuh analt, sementara ibu tetap bisa bekerja. (5)setelah m s u k sekolah,
anak akan kembati dikirim ke kampung untuf dirawt nenek atau keluarga lainnya.
Salah satu faktor yang menimbulkan perbedaan dalam pola pengasuhan
anak pada keluarga migran adalah karma masing-masing keluarga khususnya
perempuan yang menjadi twruh migran, mernberi pemaknaan yang berbeda
tentang bagaimana pengasuhan anak s e h bagaimana hubungan gender yang

tejadi dalam keluarga tersebut. Penelitian yang dilakukan Gitoasmoro dan
Roesminingsih (1999) melihat bahwa sesungguhnya dalam keluarga yang menjadi
sasaran penelitian hubungan gender telah berjalan yang dicirikan dengan tidak

adanya dominasi ibu dalam keharusan mendidik anak. Dalam berbagai hat yang
mengkondisikan suami untuk mengasuh anak tidak dianggap sebagai sesuatu
yang timpang.

Dari berbsgai penelitian tersebut tertihat bahm migrasi yang

dilakukan penmpuan khususnya yang berkedudukan m a i istn banyak

memberikan pengamh terhadap kemungkinan polagola interaksi antara anggota

kduaga.

Pengandl migmi temyata tidak hanya M i h a t pada nigmsi yang dilakukan
p e r n u a n . Berbagai hasil pewtitiantentang migrasi yang dilakukan laki-laki atau

suami,

baik migrasi antara negara atau migrasi antar kota mnghasilkan

kesimprlan yaw hamprr sewpa. Ahstam (1989) melihat bahwa dampak migrasi

atau gerak penduduk drasakan oleh individu mover, nrmah tangga dan
kmnitasnya. Dampak tersebut antam lain m a m b a h pendapatan rumh tangga,

meningkatkan status sosial, pubahan &lam peranan dan stmkbr keluarga,
rnenirqkatnya peranan * m a n ,

melemahnya kontrol wang tua tehadap

Penelitian migrasi y a y dilalarkan

suami dan pnganrhnya temadap

keluarga &pat dilihat pada SajihrdJo (1990). Dengan fokus p d i t i a n pada
pengaruh sirkuiasi suami terhadap struktur dan fungsi keluarga, Sajiihajo

myinpulkan bahwa pembagian k a j a secara seksual pada keluarga sirkulator
tidak sewas pada keluarga non sirkulatof. Ketika suarni mlakukan mqran ke
kota. banyak istri yang mlakukan pekerjaan produtttif. Sebatiknya beberapa pria

sirkulator mau melakukan peketjaan rumah tangga yang

biasanya dianggap

sebagai pekerjaan istri. Kemndirian istri dalam m g e l o l a rurnah tangga

berpengaruh positif tehadap peningkatan t a d hiup keluarga serta komunitasnya.
Dengan mnggunakan analisis gender, Daulay (2001:20)menunjukkan

bahwa telah terjadi pergeseran pola relasi antara suami istri pada kduarga buruh
migran di Karawang.
"Hubungan gender yang tejadi di dalam keluarga TKlW selama ini rnasih
didminasi oleh sistern patriarlthi. Duninasi suami sebagai pihak yang memegang
kekuasaan dalam bwhagai as@.
Fenomem TKlW yang w a d i @a awal tahun
80-an sedikit banyak telah merubah pola hubunganyang patriarkhi&ma ini. Nilai
patriarkhi yang sarat dengan nihi-nilai pemingitan dalam kanteks TKlW ternyata
telah mengalami penrbahan. Suami sudah lebih bersifat permisif. IMepnden
TKlW dalam rnenentukan keberangkatan wkup tinggi walaupun hal ini sangat
didukung deh faktor ekomrni".

Secara global, Daulay mengindikasikan adanya perg#emn k g a m n i
budaya patriaw yang s d a m ini memenjarakan

-an

dabm sangkar

'rumah tanggag emas. W d u i pendekatan feminism Manris, Daulay juga
mempertihatkan bahwa kelonggaran mrm hanya diberikan kepada istri selagi
m k a memberikan keuntungan kepada keluarga dan bagi terisiny tenaga kerja

murah yang mendukung kapitalisme.

Perwnpuln dan Perceraian

Wilson (1985) mngaftikan paremian sebagai bwakhimya hubungan

perltavrrinan atau k p t u s n y a unit kekrarga karma salah satu pasmgan meninggal

dunia. Wilson menggarnbarkan perkembangan keluarga sebagai suatu siMus yang
dimlai dad m p a k a t a n pasangan untuk ndakukan m n a n sampai

tejadinya disintegrasi keluarga dalam bentdk perceraian. m r a sosidogis
proses perceraian selalu dimungkinkan twjadi karena pada dasamya sebuah
keluarga yang dibentuk melalui lembaga palcawinan merupakan proses integrasi
dua individu yang memiliki

laiar belakang sosial-budaya yang berbeda (Karim,

1999). Pmeraian juga dapat teqadi pada berbagai kelas sosial, beterapa kategwi

umur, agarna maupun etnik (Lamanna & Riedman. 1981).
Melalui pendekatan konflik difahami bahwa kehtarga merupakafl su*r
konflik yang diakibatkan oleh adanya kepentingan yang

antar anggota

keluarga tersebut. Konflik dalam keluarga dianggap sebagai sesuatu yang wajar

dan alamiah dalam interaksi manusia. Oleh karena itu para anggota keluarga dapat

merundingkan, mengadakan proses t a w rnenawar atau negoisasi dalam
mengatasi konflik (lhromi, 1999). Menurut Scanzoni & Scanzoni (1981, dalam
Ihromi, 1999)

bmentinya proses negosiasi antara pasangan suami-istn'

merupakan gambaran situasi dan kondisi menjefang prceraian. Pasangan

terseht tidak bisa lagi menghasifkan kesepakatan yang dapat memuaskan
masingmasing pihak sehingga memutuskan untuk bercerai. Oleh karena itu

~enunttArifin dan Supriyatna (1999) perceraian merupakan suatu fenomena

sosial dilihat w g a i hat yang negatif karena menimbulkan W a i problem
barn.
Pada masyarakat Indonesia yang -ian

besar penduhlmya beragama

Islam, kasus perceraian seringkali dihubungkan dengan m a m a n tentang

ajara~jaranagarna yang bkaitan deiqan institusi keluarga. Mnurut ajaran

Islam, p e m i a n m p a k a n suatu peristiwa yang walaupun diperbdehkan mpi
dipandang sebagai satu perbwtan yang temh (Latif. 1985). Adanya pandangan
b a h lslam membulra pintu bagi tetjadinya v i a n , deh sebagian kalangan

dinilai

sebagai salah satu penyebab tingginya bingkat perceraian yang terjadi di

negara-negara yang mayuntas penduduknya - a m

Islam (Karim, 1999).

Tetapi menurut Arifin dm Supriyatna (1999) pendapat t e m M kurang bpat
karena dikemukakan oleh ahti sosiologi keluarga non-muslim di Barat sebagai

konsekuensi logis dari kebdakpahamnnya tentang konsep perceraian dalam
ajaran Islam. Jika dugaan sosiolog non-muslim tersebut benar, menurut Arifin dan
Supriyatna (1999) sehamsnya angka perceraian di negara-negara Islam atau di

negara berpenduduk mayoritas Islam lebih tinggi dibandigkan dengan negara-

negara yang berpenduduk non-rnuslim. Untuk menguatkan pendapatnya, melalui
serangkaian data, M f i n