Modifikasi Alat Pengupas Sabut Kelapa Mekanis
48
Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian
Mulai
Menyiapkan alat dan bahan
Mengambil data anthropometri 10 orang operator
Mengambil data dimensi alat
Menguji kapasitas efektif alat
Menganalisis hasil pengujian
Memodifikasi Alat
Menguji kapasitas efektif alat
Menganalisis hasil pengujian setelah modifikasi
Tidak
layak?
Ya
a
Universitas Sumatera Utara
49
Lampiran 1. (Lanjutan)
a
Pengukuran Parameter
Data
Analisa data
Selesai
Universitas Sumatera Utara
50
Lampiran 2. Hasil pengukuran antropometri
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
Ratarata
St.
Deviasi
BKA
BKB
persentil
ke-5
persentil
ke-50
persentil
ke-95
TB
175,00
178,00
173,00
169,00
170,00
162,00
160,00
155,00
152,00
155,00
1649
TP
98,00
99,00
97,00
93,00
92,00
90,00
88,00
86,00
84,00
85,00
912
Data Antropometri (cm)
LG
JK
JD
9,80
71,00
61,00
9,90
73,00
62,00
9,60
72,00
61,00
9,60
66,00
56,00
9,00
69,00
58,00
9,90
67,00
55,00
9,00
64,00
54,00
8,50
63,00
53,00
8,60
61,00
52,00
8,50
63,00
52,00
92,4
669
564
PJ
46,00
47,00
46,00
43,00
45,00
42,00
42,00
42,00
40,00
41,00
434
DG
5,80
6,00
5,50
5,20
5,40
5,10
5,10
5,00
5,00
5,00
53,1
164,9
91,2
9,24
66,9
56,4
43,4
5,31
9,29
5,51
0,58
4,20
3,86
2,41
0,35
183,48
146,32
102,22
80,18
10,4
8,08
75,3
58,5
64,12
48,68
48,22
38,58
6,01
4,61
153,35
84,45
8,5
61,9
52
40,45
5,00
164,9
91,2
9,24
66,9
56,4
43,4
5,31
176,65
98,55
9,9
72,55
61,55
46,55
5,91
Keterangan :
TB
: Tinggi badan
TP
: Tinggi pinggang
LG
: Lebar genggaman
JK (T) : Jangkauan kedepan (Tangan)
JD (M) : Jangkauan kedepan (Menggenggam)
PJ
: Panjang siku ke ujung jari
DG
: Diameter Genggaman Tangan
Universitas Sumatera Utara
51
Lampiran 2. (Lanjutan)
Uji Kecukupan data Antropometri
No
Pengukuran
1
Tinggi Badan
2
Tinggi Pinggang
3
Lebar Genggaman
4
Jangkauan ke depan
5
Jangkauan kedepan (Menggenggam)
6
Panjang siku ke ujung jari
7
Diameter Genggaman Tangan
Uji Keseragaman data Antropometri
No Pengukuran
1
Tinggi Badan
2
Tinggi Pinggang
3
Lebar Genggaman
4
Jangkauan ke depan
5
Jangkauan kedepan (Menggenggam)
6
Panjang siku ke ujung jari
7
Diameter Genggaman Tangan
Simbol
TB
TP
LG
JK
JD
PJ
DG
̅
164,9
91,2
9,24
66,9
56,4
36,2
5,31
Simbol
TB
TP
LG
JK
JD
PJ
DG
N
10
10
10
10
10
10
10
σ
9,29
5,51
0,58
4,20
3,86
4,21
0,35
BKA
183,48
102,22
10,4
75,3
64,12
44,62
6,01
BKB
146,32
80,18
8,08
58,5
48,68
27,78
4,61
N’
4,57
5,26
5,71
5,66
6,76
4,45
6,52
Universitas Sumatera Utara
52
Lampiran 3. Data pengamatan pengupasan sabut kelapa
Paired Samples Statistics
Pair 1
Mean
N
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Sebelum
247.50
10
44.490
14.069
Sesudah
211.00
10
33.846
10.703
Paired Samples Correlations
Pair 1
N
10
Sebelum & Sesudah
Correlation
.927
Sig.
.000
Paired Samples Test
Paired Differences
Pair 1
Sebelum Sesudah
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
36.500
18.259
5.774
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
23.438
49.562
t
df
Sig. (2tailed)
6.321
9
.000
t 0,05 = 2,262157
t 0,01 = 3,249836
Data waktu pengupasan kelapa 10 buah
Waktu pengupasan (detik)
Jumlah
No
Sebelum
Setelah
buah
modifikasi
modifikasi
1
10
198
150
2
10
215
193
3
10
238
219
4
10
226
198
5
10
322
260
6
10
220
190
7
10
280
250
8
10
226
202
9
10
228
199
10
10
322
249
Total
2475
2110
Rata-rata
247.5
211
Kapasitas pengupasan
=
sebelum modifikasi
=
umlah buah dikupas
aktu yang dibutuhkan
Total waktu pengupasan (Jam)
Sebelum
Setelah
modifikasi
modifikasi
0.05500
0.04167
0.05972
0.05361
0.06611
0.06083
0.06278
0.05500
0.08944
0.07222
0.06111
0.05278
0.07778
0.06944
0.06278
0.05611
0.06333
0.05528
0.08944
0.06917
0.68750
0.58611
0.06875
0.05861
buah jam
1 buah
. 6875 jam
Universitas Sumatera Utara
53
= 145,45 buah/jam
Kapasitas pengupasan
=
sebelum modifikasi
=
umlah buah dikupas
aktu yang dibutuhkan
jam
1 buah
. 58
jam
= 170,61 buah/jam
Universitas Sumatera Utara
54
Lampiran 4. Biaya pemakaian alat sebelum modifikasi
1. Unsur produksi
1. Total biaya pembuatan alat
= Rp. 5.754.000
2. Umur ekonomi (n)
= 5 tahun
3. Nilai akhir alat (S)
= Rp. 575.400
4. Jam kerja
= 5 jam/hari
5. Produksi/hari
= 727,25 buah/hari
6. Biaya operator
= Rp. 50.000/hari
7. Biaya perbaikan
= Rp. 42,27/ jam
8. Biaya bahan bakar
= Rp. 13.432/jam
9. Bunga modal dan asuransi
= Rp 327.978/tahun
10. Jam kerja alat per tahun
= 1.470 jam / tahun (asumsi 294 hari
efektif berdasarkan 2015)
Universitas Sumatera Utara
55
Lampiran 5. Biaya produksi
Perhitungan Biaya Produksi
a. Biaya Tetap (BT)
1. Biaya penyusutan
Dt
= (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, n-1)
Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund
Akhir Tahun
(P-S) (Rp)
ke
0
1
5.178.600
2
5.178.600
3
5.178.600
4
5.178.600
5
5.178.600
(A/F,
7.5%, n)
0,1722
0,1722
0,1722
0,1722
0,1722
(F/P, 7.5%,
n-1)
1
1,075
1,15565
1,24235
1,33565
Dt
891.755
958.637
1.030.557
1.107.872
1.191.072
Nilai Mesin Tiap
Akhir Tahun (Rp)
5.754.000
4.862.245
3.903.609
2.873.052
1.765.180
574.108
2. Bunga modal (7,5%) dan asuransi (2%)
I
=
=
i P n 1
n
9,5%
p 5.754.
5 1
5
= Rp 327.978/tahun
Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun
Tahun
1
2
3
4
5
D (Rp)
891.755
958.637
1.030.557
1.107.872
1.191.072
I(Rp)/tahun
327.978
327.978
327.978
327.978
327.978
Biaya tetap (Rp)/tahun
1.219.733
1.286.615
1.358.535
1.435.850
1.519.050
b. Biaya tidak tetap (BTT)
1. Biaya perbaikan alat (reparasi)
Biaya reparasi
=
=
1, % P-S
jam
1, %
p5.754.
- p 575.4
147 jam
= Rp 42,27/jam
Universitas Sumatera Utara
56
Lampiran 5. (Lanjutan)
2. Biaya bahan bakar
Konsumsi bahan bakar
= 1,84 liter/jam
Jumlah pemakaian 1 hari = 6 jam
Biaya bahan bakar
= 1,84 L/jam x Rp. 7.300/L = Rp. 13.432/jam
3. Biaya operator
Biaya operator
= Rp 10.000/jam
Total Biaya Tidak Tetap (BTT)
= Rp 23.474,27/jam
c. Biaya Pengupasan Sabut Kelapa
Biaya pokok =
+ BTT] C
Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun
Tahun
1
2
3
4
5
BT
(Rp/tahun)
1.219.733
1.286.615
1.358.535
1.435.850
1.519.050
X
(jam/tahun)
1470
1470
1470
1470
1470
BTT (Rp/jam)
23.474,27
23.474,27
23.474,27
23.474,27
23.474,27
C
(jam/buah)
0,0068
0,0068
0,0068
0,0068
0,0068
BP
(Rp/buah)
165,267
165,577
165,909
166,267
166,652
Universitas Sumatera Utara
57
Lampiran 6. Break even point sebelum modifikasi
Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha
yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap
sama dengan nol.
S
=
P
SP –
Keterangan :
S
=
sales variabel (produksi) (Buah)
FC
=
fix cash (biaya tetap) per tahun (Rp)
P
=
profit (keuntungan) (Rp) dianggap nol untuk mendapat titik impas.
SP
=
selling per unit (penerimaan dari tiap unit produksi) (Rp)
VC =
variabel cash (biaya tidak tetap) per unit produksi (Rp)
Biaya tidak tetap (VC)
= Rp 23.474,27/jam (1 jam = 145,45 buah)
= Rp 161,39/buah
Penerimaan setiap produksi (SP)
= Rp 400/buah
SP-VC
= Rp 238,61
Tahun Biaya Tetap (Rp/tahun) BEP (buah/tahun)
1.219.733
1
5.111,826
1.286.615
2
5.392,123
1.358.535
3
5.693,536
1.435.850
4
6.017,559
1.519.050
5
6.366,248
Universitas Sumatera Utara
58
Lampiran 7. Net present value sebelum modifikasi
Net present value (NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto)
pada waktu sekarang (present). Asumsi present yaitu menjelaskan waktu awal
perhitungan bertepatan dengan saat evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke
nol (0) dalam perhitungan cashflow investasi.
NPV = PWB – PWC
Keterangan :
PWB = present worth of benefit
PWC = present worth of cost
Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak
ekonomis atau tidak, diperlukan suatu ukuran atau kriteria tertentu dalam metode
NPV, yaitu:
NPV > 0 artinya investasi akan menguntungkan/ layak
NPV < 0 artinya investasi tidak menguntungkan
Investasi
= Rp 5.754.000
Nilai akhir
= Rp 575.400
Suku bunga bank
= Rp 7.5%
Suku bunga coba-coba
= Rp 10%
Umur alat
= 5 tahun
Pendapatan
= penerimaan x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun
dengan asumsi alat bekerja pada kapasitas penuh
= Rp 85.524.600/tahun
Pembiayaan
= biaya pokok x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun
Tabel perhitungan pembiayaan tiap tahun
Tahun
1
2
3
4
5
BP
(Rp/buah)
165,267
165,577
165,909
166,267
166,652
Kap. Alat
(buah/jam)
145,45
145,45
145,45
145,45
145,45
Jam kerja (jam/tahun)
Pembiayaan
1470
1470
1470
1470
1470
35.336.057,43
35.402.207,36
35.473.340,59
35.549.809,91
35.632.100,43
Universitas Sumatera Utara
59
Lampiran 7. (Lanjutan)
Cash in Flow 7.5%
1.
Pendapatan
= Pendapatan x (P/A, 7.5%,5)
= Rp 85.524.600 x 4,04645
= Rp 344.071.071,67
2.
Nilai akhir
= Nilai akhir x (P/F, 7.5%,5)
= Rp 575.400 x 0,6968
= Rp 400.938,72
Jumlah CIF
= Rp 344.071.071,67 + Rp 400.938,72
= Rp 344.472.010,39
1.
Investasi
= Rp. 5.754.000
2.
Pembiayaan
= Pembiayaan x (P/F, 7.5%,n)
Tabel perhitungan pembiayaan
Tahun (n)
1
2
3
4
5
Biaya
35.336.057,43
35.402.207,36
35.473.340,59
35.549.809,91
35.632.100,43
Total
(P/F, 7.5%, n)
0,9302
0,8654
0,8050
0,7489
0,6968
Pembiayaan (Rp)
32.869.600,62
30.637.070,25
28.556.039,17
26.623.252,64
24.828.447,58
143.514.410,27
Jumlah COF = Rp 5.754.000 + Rp 143.514.410,27
= Rp 149.268.410,27
NPV 7.5%
= CIF – COF
= Rp 344.472.010,39 – Rp 149.268.410,27
= Rp 195.203.600,12
Jadi besarnya NPV 7.5% adalah Rp 195.203.600,12 > 0 maka usaha ini layak
untuk dijalankan.
Universitas Sumatera Utara
60
Lampiran 8. Internal rate of return sebelum modifikasi
Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan
tertentu. IRR adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh B/C ratio =
1 atau NPV = 0.
IRR = q% +
-
× (q% - p%) (positif dan positif)
Keterangan :
p
= suku bunga bank paling atraktif
q
= suku bunga coba-coba ( > dari p)
X
= NPV awal pada p
Y
= NPV awal pada q
Suku bunga bank paling atraktif (i1) = 7.5%
Suku bunga coba-coba ( > dari i1) (i2) = 10%
Cash in Flow 10%
1. Pendapatan
= Pendapatan x (P/A, 10%,5)
= Rp 85.524.600 x 3,7908
= Rp 324.206.653,68
2. Nilai akhir
= Nilai akhir x (P/F, 10%,5)
= Rp 575.400 x 0,6209
= Rp 357.265,86
Jumlah CIF
= Rp 324.206.653,68+ Rp 357.265,86
= Rp 324.563.919,54
Cash out flow 10 %
1.
Investasi
= Rp 5.754.000
2.
Pembiayaan
= Pembiayaan x (P/A, 10%, 5)
Universitas Sumatera Utara
61
Lampiran 8. (Lanjutan)
Tabel perhitungan pembiayaan
Tahun (n)
1
2
3
4
5
Total
Biaya
35.336.057,43
35.402.207,36
35.473.340,59
35.549.809,91
35.632.100,43
(P/F, 10%, n)
0,9091
0,8264
0,7513
0,6830
0,6209
Pembiayaan (Rp)
32.124.009,81
29.256.384,16
26.651.120,79
24.280.520,17
22.123.971,16
134.436.006,08
Jumlah COF = Rp 5.754.000 + Rp 134.436.006,08
= Rp 140.190.006,08
NPV 10 %
= CIF – COF
= Rp 324.563.919,54 – Rp 140.190.006,08
= Rp 184.373.913,46
Karena nilai X dan Y adalah positif maka digunakan rumus:
IRR = q% +
-
= 10% +
× (q% - p%)
p 195.
p 195.
3.6
,1
3.6
,1
- p 184.373.913,46
× (10% - 7.5%)
= 10% + (18,02 × 2,5 %)
= 55,06 %
Universitas Sumatera Utara
62
Lampiran 9. Biaya pemakaian alat sesudah modifikasi
1. Unsur produksi
1. Total biaya pembuatan alat
= Rp. 6.254.000
2. Umur ekonomi (n)
= 5 tahun
3. Nilai akhir alat (S)
= Rp. 625.400
4. Jam kerja
= 5 jam/hari
5. Produksi/hari
= 727,25 buah/hari
6. Biaya operator
= Rp. 50.000/hari
7. Biaya perbaikan
= Rp. 45.94 /jam
8. Biaya bahan bakar
= Rp. 13.651/jam
9. Bunga modal dan asuransi
= Rp 356.478/tahun
10. Jam kerja alat per tahun
= 1.470 jam / tahun (asumsi 294 hari
efektif berdasarkan 2015)
Universitas Sumatera Utara
63
Lampiran 10. Biaya produksi alat setelah modifikasi
Perhitungan Biaya Produksi
a. Biaya Tetap (BT)
1. Biaya penyusutan
Dt
= (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, n-1)
Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund
Akhir
Tahun ke
0
1
2
3
4
5
(P-S) (Rp)
5.628.600
5.628.600
5.628.600
5.628.600
5.628.600
(A/F,
7.5%, n)
0,1722
0,1722
0,1722
0,1722
0,1722
(F/P,
7.5%, n-1)
1
1,075
1,15565
1,24235
1,33565
Dt
969.244,92
1.041.938,29
1.120.107,89
1.204.141,43
1.294.571,98
Nilai Mesin Tiap
Akhir Tahun (Rp)
6.254.000
5.284.755
4.242.817
3.122.709
1.918.567
623.995
2. Bunga modal (7,5%) dan asuransi (2%)
I
=
=
i P n 1
n
9,5%
p 6. 54.
5 1
5
= Rp 356.478/tahun
Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun
Tahun
D (Rp)
I(Rp)/tahun
1
2
3
4
5
969.244,92
1.041.938,29
1.120.107,89
1.204.141,43
1.294.571,98
356.478
356.478
356.478
356.478
356.478
Biaya tetap
(Rp)/tahun
969.601,40
1.042.294,77
1.120.464,37
1.204.497,90
1.294.928,46
b. Biaya tidak tetap (BTT)
1. Biaya perbaikan alat (reparasi)
Biaya reparasi
=
=
1, % P-S
jam
1, %
p6. 54.
- p 6 5.4
147 jam
= Rp 45.94/jam
2. Biaya bahan bakar
Konsumsi bahan bakar
= 1,87 liter/jam
Universitas Sumatera Utara
64
Lampiran 10. (Lanjutan)
Jumlah pemakaian 1 hari = 5 jam
Biaya bahan bakar per tahun = 1,87 L/jam x Rp. 7.300/L = Rp.
13.651/jam
3. Biaya operator
Biaya operator
= Rp 10.000/jam
Total Biaya Tidak Tetap (BTT)
= Rp 23.696,94/jam
c. Biaya Pengupasan Sabut Kelapa
Biaya pokok =
+ BTT] C
Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun
Tahun
1
2
3
4
5
BT
(Rp/tahun)
969.601,40
1.042.294,77
1.120.464,37
1.204.497,90
1.294.928,46
X
(jam/tahun)
1470
1470
1470
1470
1470
BTT (Rp/jam)
23.696,94
23.696,94
23.696,94
23.696,94
23.696,94
C
(jam/buah)
0,0058
0,0058
0,0058
0,0058
0,0058
BP
(Rp/buah)
141,268
141,555
141,863
142,195
142,551
Universitas Sumatera Utara
65
Lampiran 11. Break even point setelah modifikasi
Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha
yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap
sama dengan nol.
S
=
P
SP –
Keterangan :
S
=
sales variabel (produksi) (Buah)
FC
=
fix cash (biaya tetap) per tahun (Rp)
P
=
profit (keuntungan) (Rp) dianggap nol untuk mendapat titik impas.
SP
=
selling per unit (penerimaan dari tiap unit produksi) (Rp)
VC =
variabel cash (biaya tidak tetap) per unit produksi (Rp)
Biaya tidak tetap (VC)
= Rp 23.696,94/jam (1 jam = 170,61 buah)
= Rp 138,895/buah
Penerimaan setiap produksi (SP)
= Rp 400/buah
SP-VC
= Rp 261,105
Tahun Biaya Tetap (Rp/tahun) BEP (buah/tahun)
1
969.601,40
3.713,454
2
1.042.294,77
3.991,861
3
1.120.464,37
4.291,241
4
1.204.497,90
4.613,079
5
1.294.928,46
4.959,417
Universitas Sumatera Utara
66
Lampiran 12. Net present value setelah modifikasi
Net present value (NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto)
pada waktu sekarang (present). Asumsi present yaitu menjelaskan waktu awal
perhitungan bertepatan dengan saat evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke
nol (0) dalam perhitungan cashflow investasi.
NPV = PWB – PWC
Keterangan :
PWB = present worth of benefit
PWC = present worth of cost
Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak
ekonomis atau tidak, diperlukan suatu ukuran atau kriteria tertentu dalam metode
NPV, yaitu:
NPV > 0 artinya investasi akan menguntungkan/ layak
NPV < 0 artinya investasi tidak menguntungkan
Investasi
= Rp 6.254.000
Nilai akhir
= Rp 625.400
Suku bunga bank
= Rp 7.5%
Suku bunga coba-coba
= Rp 10%
Umur alat
= 5 tahun
Pendapatan
= penerimaan x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun
dengan asumsi alat bekerja pada kapasitas penuh
= Rp 100.318.680/tahun
Pembiayaan
= biaya pokok x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun
Tabel perhitungan pembiayaan tiap tahun
Tahun
1
2
3
4
5
BP
(Rp/buah)
141,268
141,555
141,863
142,195
142,551
Kap. Alat
(buah/jam)
170,61
170,61
170,61
170,61
170,61
Jam kerja
(jam/tahun)
1470
1470
1470
1470
1470
Pembiayaan
35.429.520,67
35.501.453,52
35.578.805,31
35.661.959,69
35.751.444,16
Universitas Sumatera Utara
67
Lampiran 12. (Lanjutan)
Cash in Flow 7.5%
3.
Pendapatan
= Pendapatan x (P/A, 7.5%,5)
= Rp 100.318.680 x 4,04645
= Rp 405.934.522,7
4.
Nilai akhir
= Nilai akhir x (P/F, 7.5%,5)
= Rp 625.400 x 0,6968
= Rp 435.778,72
Jumlah CIF
= Rp 405.934.522,7 + Rp 435.778,72
= Rp 406.370.301,4
3.
Investasi
= Rp. 6.254.000
4.
Pembiayaan
= Pembiayaan x (P/F, 7.5%,n)
Tabel perhitungan pembiayaan
Tahun (n)
1
2
3
4
5
Biaya
35.429.520,67
35.501.453,52
35.578.805,31
35.661.959,69
35.751.444,16
Total
(P/F, 7.5%, n)
0,9302
0,8654
0,8050
0,7489
0,6968
Pembiayaan (Rp)
32.956.540,13
30.722.957,88
28.640.938,28
26.707.241,61
24.911.606,29
143.939.284,18
Jumlah COF = Rp 6.254.000 + Rp 143.939.284,18
= Rp 150.193.284,18
NPV 7.5%
= CIF – COF
= Rp 406.370.301,4 - Rp 150.193.284,18
= Rp 256.177.017,22
Jadi besarnya NPV 7.5% adalah Rp 256.177.017,22 > 0 maka usaha ini layak
untuk dijalankan.
Universitas Sumatera Utara
68
Lampiran 13. Internal rate of return setelah modifikasi
Internal Rate of Return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan
tertentu. IRR adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh B/C ratio =
1 atau NPV = 0.
IRR = q% +
-
× (q% - p%) (positif dan positif)
Keterangan :
p
= suku bunga bank paling atraktif
q
= suku bunga coba-coba ( > dari p)
X
= NPV awal pada p
Y
= NPV awal pada q
Suku bunga bank paling atraktif (i1) = 7.5%
Suku bunga coba-coba ( > dari i1) (i2) = 10%
Cash in Flow 10%
3. Pendapatan
= Pendapatan x (P/A, 10%,5)
= Rp 100.318.680 x 3,7908
= Rp 380.288.052,14
4. Nilai akhir
= Nilai akhir x (P/F, 10%,5)
= Rp 625.400 x 0,6209
= Rp 388.310,86
Jumlah CIF
= Rp 380.288.052,14 + Rp 388.310,86
= Rp 380.676.363
Cash out flow 10 %
a.
Investasi
= Rp 6.254.000
2.
Pembiayaan
= Pembiayaan x (P/A, 10%, 5)
Universitas Sumatera Utara
69
Lampiran 13. (Lanjutan)
Tabel perhitungan pembiayaan
Tahun (n)
1
2
3
4
5
Biaya
35.429.520,67
35.501.453,52
35.578.805,31
35.661.959,69
35.751.444,16
Total
(P/F, 10%, n)
0,9091
0,8264
0,7513
0,6830
0,6209
Pembiayaan (Rp)
32.208.977,24
29.338.401,19
26.730.356,43
24.357.118,47
22.198.071,68
134.832.925,01
Jumlah COF = Rp 6.254.000 + Rp 134.832.925,01
= Rp 141.086.925,01
NPV 10 %
= CIF – COF
= Rp 380.676.363 – Rp 141.086.925,01
= Rp 239.589.437,99
Karena nilai X dan Y adalah positif maka digunakan rumus:
IRR = q% +
= 10% +
-
× (q% - p%)
p 56.177. 17,
p 56.177. 17,
– p 39.589.437,99
× (10% - 7.5%)
= 10% + (15,44 × 2,5 %)
= 48,61%
Universitas Sumatera Utara
70
Lampiran 14. Spesifikasi alat pengupas sabut kelapa mekanis
Dimensi
Panjang
: 116 cm
Lebar
: 51 cm
Tinggi
: 91 cm
Roller pengupas
Panjang
: 70 cm
Diameter
: 10 cm
Jarak
: 3,2 cm
Mata pisau
Bentuk
: kerucut
jumlah
: 48 buah
Tinggi
: 2,4 cm
Berat
Kapasitas efektif
: 131 kg
: 170,61 buah/jam
Universitas Sumatera Utara
71
Lampiran 15. Foto buah kelapa dan alat pengupas sabut kelapa mekanis
Kelapa setelah dikupas
Sabut kelapa
Alat tampak atas
Universitas Sumatera Utara
72
Lampiran 15. (Lanjutan)
Alat tampak depan
Alat tampak belakang
Alat tampak samping
Universitas Sumatera Utara
73
Universitas Sumatera Utara
74
Universitas Sumatera Utara
75
Universitas Sumatera Utara
76
Lampiran 17. Gambar teknik alat pengupas sabut kelapa mekanis setelah
modifikasi
Skala 1:1
Universitas Sumatera Utara
77
Universitas Sumatera Utara
78
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar dan K. Suga, 1975. Elemen - Elemen Mesin. Pradya Paramitha,
Jakarta.
Arismunandar, W., 2005. Penggerak Mula Motor Bakar Torak. ITB, Bandung.
Butar Butar, A. R., 2013. Uji Variasi Bentuk Mata Pisau pada Alat Pengupas
Sabut Kelapa Mekanis. http:repository.usu.ac.id [17 April 2015].
Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
USU, Medan.
Daryanto. 2007. Dasar-Dasar Teknik Mesin. Rineka Cipta. Jakarta.
Daywin, F. J., R. G. Sitompul dan I. Hidayat., 2008. Mesin-mesin Budidaya
Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Giatman, M. 2006. Ekonomi Teknik. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Handoko, T. H., 200. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE,
Yogyakarta
Hasibuan, Y., 2011. Hubungan Kelelahan Kerja dan Kepuasan Kerja dengan
Produktivitas Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rsu Dr. Tengku Mansyur
Tanjungbalai Tahun 2010. repository.usu.ac.id [17 April 2015].
Jummy, R., 2010. Optimalisasi Biaya. Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
Depok..
Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya.
Nababan, M., 2005. Mesin Pengupas Kulit Kacang Tanah Kapasitas 2500
buah/jam. Politeknik Negeri Medan, Medan.
Niemann, G., 1982. Elemen Mesin: Desain dan Kalkulasi dari Sambungan,
Bantalan dan Poros. Penerjemah Bambang Priambodo. Erlangga. Jakarta.
Nugroho, W, A., 2008. Perancangan Ulang Alat Pengupas Kacang Tanah untuk
Meminimalkan Waktu Pengupasan. Jurusan Teknik Industri Fakultas
Teknik
Universitas
Muhammadiyah,
Surakarta.
http:ums.ac.id
[17 April 2015]
Nurmianto, E., 2004. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Penerbit Guna
Widya, Surabaya.
45
Universitas Sumatera Utara
46
Nurmianto, E., 2008. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Penerbit Guna
Widya. Surabaya.
Piggot, C. J., 1964. Coconut Growing. Oxford University Press. London.
Pudjanarsa, A dan D. Nursuhud, 2010. Mesin Konversi Energi. Andi Offest,
Yogyakarta.
Setyamidjaja, D., 1991. Bertanam Kelapa Hibrida. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Shin, G.C. and R.W. Curtis, 1978. Working in Agricultural Mechanics. Mc GrawHill Inc, The United States of America.
Sijabat, M., 2012. Rancang Bangun Alat Pengupas
repository.usu.ac.id [Diakses pada 17 April 2015].
Sabut
Kelapa.
Silaban, R. G., 2012. Uji Jumlah Alur Sproket pada Alat Mekanis Pengupas Sabut
Kelapa. repository.usu.ac.id [Diakses pada 17 April 2015].
Sitanggang, J., 2012. Uji Jumlah Pisau Roller pada Alat Pengupas Sabut Kelapa
Mekanis. repository.usu.ac.id [Diakses pada 17 April 2015].
Soenarta, N. dan S. Furuhama, 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paranitha
Jakarta.
Stolk, J. dan C. Kross, 1986. Elemen Mesin: Elemen Konstruksi dari Bangunan
Mesin. Penerjemah Handersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.
Stolk, J., dan C. Kross, 1993. Elemen Mesin: Elemen Kontruksi dari Bangunan
Mesin. Penerjemah Hendersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.
Sugito, B dan A. Hariyanto, 2007. Pengaruh Karburisasi Roda Gigi Sprocket
Aspira dengan Ahm Terhadap Perubahan Sifat Fisis dan Mekanis.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id. [Diakses pada 28 April 2015]
Suhardiyono, L., 1995. Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Sukamto, 2001. Upaya Meningkatkan Produksi Kelapa. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sularso dan K. Suga, 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Pradnya Paramita. Jakarta.
Tarwaka, 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan,
Produktivitas. UNIBA PRESS, Surakarta.
Kesehatan
Kerja
dan
Universitas Sumatera Utara
47
Waldiyono. 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Warisno, 1998. Budidaya Kelapa Kopyor. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Warisno, 2003. Budidaya Kelapa Genjah. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Warisno, 2007. Budidaya Kelapa Genjah. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Widananto, H dan H. Purnomo, 2013. Rancangan Mesin Pengupas Sabut Kelapa
Berbasis Ergonomi Partisipatori. UMS, Surakarta.
Wignjosoebroto, S., 2008. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Penerbit Guna
Widya. Surabaya.
Wiheta, Y., 2010. Pembuatan Alat Praktikum Perawatan Sistem Transmisi I.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Wulansari, D. D., 2009. Pemakaian Alat Pelindung Diri sebagai Upaya dalam
Pencegahan Kecelakaan Kerja di Bagian Granule di Pt. Bina Guna Kimia
Ungaran. http:repository.usm.ac.id [Diakses pada 28 Agustus 2015]
Zander, J., 1972. Ergonomics in Machine Design (A Case Study of the Self
Propelled Combine Harvester). H. Veenman & Zonen N.V, Wageningen.
Universitas Sumatera Utara
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus - Oktober 2015 di
Laboratorium Keteknikan Pertanian, Program Studi Keteknikan Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kelapa
diameter 10-16 cm, kawat las, besi, roda gigi, rantai, cat, thinner, motor bensin,
Speed reducer, bensi, baut dan mur.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian adalah mesin las, mesin
gerinda, stopwatch, kalkulator, komputer, meteran, busur derajat, alat pengupas
sabut kelapa mekanis, responden sebanyak 10 orang dewasa sebagai obyek
pengukuran, dimana objek yang diukur adalah mahasiswa Keteknikan Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur tentang
analisis tingkat kenyamanan dan keamanan operator terhadap pengoperasian alat
pengupas sabut kelapa mekanis. Dilakukan pengujian data berupa uji kecukupan
data, uji normalitas dan uji
keseragaman data yang dilaksanakan dengan
pengaplikasian program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) dan ms.
Excel. Dihitung analisis kesesuaian kendali yang di operasikan dengan tangan
berdasarkan data antropometri yang telah didapat.
28
Universitas Sumatera Utara
29
Prosedur Penelitian
- Diambil data ukuran-ukuran pengoperasian alat pengupas sabut kelapa mekanis
dengan melakukan pengukuran menggunakan meteran.
- Disiapkan 10 orang sebagai sampel operator alat pengupas sabut kelapa
mekanis
- Diambil ukuran antropometri sampel sebagai data penelitian
- Diuji kecukupan data dengan rumus :
[
Dimana
√
]
k
= tingkat kepercayaan
s
= derajat ketelitian
N’
= jumlah pengamatan yang dibutuhkan
N
= jumlah pengamatan
- Diuji kenormalan data dengan aplikasi SPSS, dengan ketentuan :
sig > 0,05, data yang diuji berdistribusi normal
sig < 0,05, data yang duji tidak berdistribusi normal
- Diuji keseragaman data menggunakan aplikasi ms. Excel dengan mencari BKA
dan BKB
- Diambil data persentil dari output pengaplikasian SPSS sebelumnya
- Dilakukan pengujian parameter
- Dianalisis hubungan antara tinggi badan dengan kapasitas efektif alat
- Dimodifikasi tinggi alat sesuai dengan tinggi badan rata-rata 10 orang operator
- Dilakukan kembali pengujian parameter pada alat setelah modifikasi
- Dibandingkan parameter sebelum dan sesudah modifikasi
Universitas Sumatera Utara
30
Parameter Penelitian
Kapasitas efektif alat
Pengukuran kapasitas alat dilakukan dengan membagi jumlah bahan yang
dikupas terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mengupas bahan. Kapasitas
efektif alat dapat dihitung dengan persamaan (7).
Analisis ekonomi
Biaya pemakaian alat
Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan
biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok). Hal
ini dapat dihitung dengan persamaan (8).
a. Biaya tetap
Biaya tetap terdiri dari :
1. Biaya penyusutan (metode sinking fund). Hal ini dapat dihitung dengan
persamaan (9).
2. Biaya bunga modal dan asuransi Hal ini dapat dihitung dengan persamaan
(10).
3. Diperkirakan bahwa biaya pajak adalah 2% per tahun dari nilai awalnya.
b. Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap terdiri dari :
1. Biaya bahan bakar (Rp 7.300;/liter)
2. Biaya perbaikan untuk motor bakar sebagai sumber tenaga penggerak. Hal
ini dapat dihitung dengan persamaan (11).
Universitas Sumatera Utara
31
3. Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini
tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau
gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya
Break even point
Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi
minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola layak untuk
dijalankan. Pada kondisi ini, pemasukan (income) yang diperoleh hanya cukup
untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Untuk mengetahui
produksi titik (BEP) dapat dihitung dengan persamaan (12).
Net present value
Net present value (NPV) yaitu kriteria yang digunakan untuk mengukur
suatu alat layak atau tidak untuk digunakan dalam usaha. NPV adalah selisih
antara present value dari investasi nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di
masa yang akan datang. Identifikasi masalah kelayakan finansial dianalisis dengan
menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Untuk
menghitung NPV digunakan persamaan (13).
Kriteria NPV yaitu :
- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan
- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak
menguntungkan
- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan
- i1 = 7,50 %, berdasarkan suku bunga Bank Indonesia
Universitas Sumatera Utara
32
Internal rate of return
Pada metode IRR ini informasi yang dihasilkan berkaitan dengan tingkat
kemampuan cashflow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam %
periode waktu. Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cashflow
dalam mengembalikan modalnya dan seberapa pula kewajiban yang harus
dipenuhi. Untuk menghitung IRR digunakan persamaan (14).
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat Pengupas Sabut Kelapa Mekanis
Alat pengupas sabut kelapa mekanis dirancang untuk mengupas sabut
kelapa Alat ini mempunyai dimensi panjang 116 cm, lebar 51 cm, tinggi 91 cm,
diameter penekan 15 cm, dan massa 131 kg.
Pemakaian Speed reducer dengan rasio 1:60, tipe 70 pada alat ini
bertujuan untuk mengurangi kecepatan putaran yang dihasilkan oleh motor
bensin, dimana kecepatan putar maksimum motor bensin 3600 dan kecepatan
putar minimum 2500 sehingga output kecepatan putar dari Speed reducer menjadi
kecil. Kecepatan putar yang dibutuhkan untuk alat ini tidak besar, karena apabila
putarannya cepat maka buah kelapa akan dikupas akan keluar dari roller pengupas
dan membahayakan keselamatan kerja operator pada saat pengupasan serta
pengambilan buah dari roller tersebut.
Pemasangan rangka atas bertujuan untuk menahan buah kelapa yang
dikupas tidak keluar dari roller pengupas dan menahan sabut kelapa yang
terkupas tidak ikut tergulung pada roller tersebut sehingga sabut kelapa dapat
jatuh melalui saluran pengeluaran. Pemasangan penekan kelapa bertujuan untuk
memudahkan operator dalam pengupasan serta mengurangi resiko terjadinya
celaka sewaktu pengoperasian alat.
Proses pengambilan buah yang telah terkupas tersebut dilakukan dengan
manual yaitu dengan menggunakan tangan. Pada saat pengambilan buah kelapa
yang telah terkupas, sumber tenaga yaitu motor bensin masih tetap beroperasi.
Setelah buah terkupas, dilakukanlah pengupasan buah kelapa yang selanjutnya.
33
Universitas Sumatera Utara
34
Buah kelapa yang dikupas pada alat ini adalah buah kelapa dengan
varietas kelapa hibrida yang sudah layak panen atau sudah layak untuk diambil
santan kelapanya yang warna kulit kelapanya biasanya berwarna hijau.
Perancangan yang Ergonomis
Menurut Nurmianto (2004), ergonomi adalah studi aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan perancangan. Ergonomi berkenaan dengan optimasi,
efisiensi, kesehatan dan keselamatan manusia. Oleh sebab itu perancangan
dilakukan untuk mencapai rancangan yang ergonomis. Pada akhirnya rancangan
yang ergonomis akan meningkatkan sistem kerja dengan lingkungan atau situasi
yang cocok. Ergonomi memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor
keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya desain sistem kerja untuk mengurangi
rasa nyeri pada sistem kerangka dan otot manusia.
Alat pengupas sabut kelapa mekanis merupakan alat berat yang belum
diuji keselamatan dan keamanannya, maka perlu dilakukan analisis ergonomi
sehingga diketahui apakah alat pengupas sabut kelapa mekanis ini sesuai untuk
digunakan oleh masyarakat di Indonesia sehingga dapat meningkatkan
produktivitas operator.
Kesesuaian Alat yang Dioperasikan
Untuk menentukan kesesuaian alat yang dioperasikan diperlukan data
antropometri dari 10 orang operator (sampel) yang telah disajikan dalam bentuk
Tabel 1 dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
35
Tabel 1. Data persentil antropometri (cm)
No.
Parameter
Mean
St.
deviasi
1.
Tinggi Badan
164,9
9,29
2.
Tinggi pinggang
91,2
5,51
3.
Lebar genggaman
9,24
0,58
4.
Jangkauan ke depan 66,9
4,20
(tangan)
5.
Jangkauan ke depan 56,4
3,86
(menggenggam)
6.
Panjang Siku ke
43,4
2,41
ujung Jari
7.
Diameter
5,25
0,5
Genggaman Tangan
Persentil
ke-5
153,35
84,45
8,5
61,9
Persentil
ke-50
164,9
91,2
9,24
66,9
Persentil
ke-95
175,65
98,55
9,9
72,55
52
56,4
61,55
40,45
43,4
46,55
5
5,25
5,85
Dari data diatas, didapat hasil uji kecukupan data yang telah diolah dan
disajikan ke dalam bentuk Tabel 1. Uji kecukupan data dilakukan karena data
yang diamati lebih banyak dari data yang harus diamati sehingga perlu dilakukan
uji kecukupan data untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan sudah cukup
dan dapat digunakan dalam penelitian. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh
(Tayyari dan Smith, 1997), beberapa pengolahan data yang harus dilakukan pada
data antropometri adalah :
1. Kecukupan data
[
Dimana
k
√
]
= tingkat kepercayaan
bila tingkat kepercayaan 99%, maka k
bila tingkat kepercayaan 95%, maka k
,58 ≈ 3
1,96 ≈
bila tingkat kepercayaan 68%, maka k ≈ 1
s
= derajat ketelitian
N’
= jumlah pengamatan yang dibutuhkan
N
= jumlah pengamatan
Universitas Sumatera Utara
36
Apabila N’ < N, maka data dinyatakan cukup.
Tabel 2. Uji kecukupan data
No.
Keterangan
1.
Tinggi Badan
2.
Tinggi pinggang
3.
Lebar genggaman
4.
Jangkauan ke depan (tangan)
5.
Jangkauan ke depan
(menggenggam)
6.
Panjang Siku ke ujung Jari
7.
Diameter Genggaman Tangan
N
10
10
10
10
10
N’
4,57
5,26
5,71
5,66
6,76
Kesimpulan
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
10
10
4,45
6,52
Cukup
Cukup
Dari Tabel 2 di atas disimpulkan bahwa data dinyatakan cukup dan dapat
digunakan dalam penelitian.
Uji keseragaman dilakukan untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan
seragam. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Santoso, 2013, bahwa uji
keseragaman data dilakukan untuk memisahkan data yang memiliki karakteristik
yang berbeda. Hasil uji keseragaman data dari setiap data antropometri dimensi
tubuh yang telah diolah disajikan ke dalam Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Uji keseragaman data
No. Keterangan
BKA (cm) BKB (cm) Kesimpulan
1.
Tinggi Badan
183,48
146,32
Seragam
2.
Tinggi pinggang
102,22
80,18
Seragam
3.
Lebar genggaman
10,4
8,08
Seragam
4.
Jangkauan ke depan (tangan)
75,3
58,5
Seragam
5.
Jangkauan ke depan
64,12
48,68
Seragam
(menggenggam)
6.
Panjang Siku ke ujung Jari
48,22
38,58
Seragam
7.
Diameter Genggaman Tangan
6,01
4,61
Seragam
Penentuan keseragaman data dilihat pada sebaran data pada peta kontrol
yang dibuat berdasarkan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Jika ada data
yang diluar batas kontrol, data akan dikeluarkan atau dibuang sehingga data yang
digunakan diasumsikan seragam.
Uji kenormalan data ditentukan dengan menggunakan program SPSS dan
dapat ditentukan bersamaan dengan penentuan persentil. Hal ini perlu dilakukan
Universitas Sumatera Utara
37
untuk memastikan apakah data yang dihasilkan normal dan dapat digunakan
dalam penelitian. Hasil uji kenormalan data dari setiap data antropometri dimensi
tubuh yang telah diolah disajikan ke dalam Tabel 3 berikut ini.
Tabel 4. Uji kenormalan data
No. Keterangan
1.
Tinggi Badan
2.
Tinggi pinggang
3.
Lebar genggaman
4.
Jangkauan ke depan (tangan)
5.
Jangkauan ke depan (menggenggam)
6.
Panjang Siku ke ujung Jari
7.
Diameter Genggaman Tangan
N
10
10
10
10
10
10
10
Kesimpulan
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Maka langkah selanjutnya adalah menentukan ukuran alat pengupas sabut
kelapa mekanis berdasarkan ukuran persentil yang akan digunakan. Untuk
menentukan ukuran tinggi mesin maka dimensi tubuh yang digunakan adalah
dimensi tinggi pinggang. Ukuran tinggi mesin ini menggunakan persentil 50-th
sebesar 91.2 cm. Memilih ukuran persentil rata-rata karena diharapkan dapat
mencakup ukuran populasi operator atau pemakai.
Untuk lebar genggaman penekan pada alat pengupas sabut kelapa maka
dimensi tubuh yang digunakan adalah lebar genggaman menggunakan persentil
50-th sebesar 5,25 cm, karena lebar genggaman maksimum sebesar 5,25 cm maka
lebar genggaman harus dibawahnya yaitu sebesar 3 cm agar dapat penekan
menggenggam secara penuh dan tenaga terfokus pada penekan.
Kapasitas Efektif Alat
Kapasitas efektif alat merupakan kemampuan alat dan mesin dalam
menghasilkan suatu produk (buah) per satuan waktu (jam). Dalam hal ini
pengukuran kapasitas efektif alat dilakukan dengan membagi jumlah bahan yang
dikupas terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mengupas bahan.
Universitas Sumatera Utara
38
Pada penelitian ini pengupasan dilakukan oleh 10 orang operator dengan
masing-masing operator mengupas 10 buah kelapa (lampiran 3).
Tabel 5. Kapasitas efektif alat sebelum dan sesudah modifikasi
Jumlah Waktu pengupasan rata-rata
buah
(detik)
Sebelum modifikasi
10
247,2
Setelah modifikasi
10
211
Kapasitas
(buah/jam)
145.45
170,61
Dari hasil analisis uji sampel t berpasangan pada lampiran 3 diperoleh
bahwa modifikasi berpengaruh sangat nyata terhadap waktu pengupasan. Dari
Tabel 5 diperoleh waktu pengupasan
rata-rata 10 buah
kelapa sebelum
modifikasi adalah 247,2 detik dan setelah modifikasi adalah 211 detik. Pada hasil
pengamatan didapat bahwa kapasitas alat yang tertinggi terdapat pada alat setelah
modifikasi yaitu 170,61 buah/jam dan kapasitas terendah terdapat pada alat
sebelum modifikasi yaitu 145,45 buah/jam.
Analisis Ekonomi
Biaya pokok
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat
diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan.
Dari penelitian yang dilakukan (lampiran 5) diperoleh bahwa biaya
produksi pengupasan sabut kelapa tiap tahun berbeda-beda. Diperoleh biaya
pengupasan sabut kelapa pada alat pengupas sabut kelapa mekanis yang sebelum
modifikasi sebesar Rp 165,267/buah pada tahun pertama, Rp 165,577/buah pada
tahun kedua, Rp 165,909/buah pada tahun ketiga, Rp 166,267/buah pada tahun
keempat, dan Rp 166,652/buah pada tahun kelima. Hal ini disebabkan perbedaan
Universitas Sumatera Utara
39
nilai biaya penyusutan tiap tahun sehingga mengakibatkan biaya tetap alat tiap
tahun berbeda juga.
Dari penelitian yang dilakukan (lampiran 10) diperoleh biaya pengupasan
sabut kelapa pada alat pengupas sabut kelapa mekanis yang setelah modifikasi
sebesar Rp 141,268/buah pada tahun pertama, Rp 141,555/buah pada tahun kedua,
Rp 141,863/buah pada tahun ketiga, Rp 142,195/buah pada tahun keempat, dan
Rp 142,551/buah pada tahun kelima.
Dari hasil penelitian yang dilakukan (lampiran 5 dan lampiran 10)
diperoleh bahwa biaya pengupasan sabut kelapa tertinggi adalah pada alat
pengupas sabut kelapa mekanis yang sebelum modifikasi pada tahun kelima
sebesar Rp 166,652/buah dan biaya pengupasan sabut kelapa terendah adalah
pada alat pengupas sabut kelapa mekanis yang setelah modifikasi pada tahun
pertama sebesar Rp 141,268/buah.
Break even point
Menurut Waldiyono (2008) analisis titik impas umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha
yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap
sama dengan nol.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan diperoleh
nilai BEP pada alat pengupas sabut kelapa mekanis yang sebelum modifikasi yang
dapat dilihat pada lampiran 6. Alat ni mencapai titik impas apabila telah
mengupas kelapa sebanyak 5.111,826 buah pada tahun pertama, 5.392,123 buah
Universitas Sumatera Utara
40
pada tahun kedua, 5.693,536 buah pada tahun ketiga, 6.017,559 buah pada tahun
keempat dan 6.366,248 buah pada tahun kelima.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan diperoleh
nilai BEP pada alat pengupas sabut kelapa mekanis yang setelah modifikasi yang
dapat dilihat pada lampiran 11. Alat ni mencapai titik impas apabila telah
mengupas kelapa sebanyak 3.713,454 buah pada tahun pertama, 3.991,861 buah
pada tahun kedua, 4.291,241 buah pada tahun ketiga, 4.613,079 buah pada tahun
keempat dan 4.959,417 buah pada tahun kelima. Peningkatan BEP dipengaruhi
oleh biaya penyusutan yang meningkat setiap tahun.
Dari hasil penelitian yang dilakukan (lampiran 6 dan lampiran 11)
diperoleh bahwa nilai BEP tertinggi adalah pada alat pengupas sabut kelapa
mekanis sebelum modifikasi pada tahun kelima sebesar 6.366,248 buah dan nilai
BEP terendah adalah pada alat pengupas sabut kelapa mekanis setelah modifikasi
pada tahun pertama sebesar 3.713,454 buah.
Net present value
Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha
maka net present value dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisa
finansial. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian pada alat pengupas
sabut kelapa mekanis yang sebelum modifikasi pada lampiran 7 dapat diketahui
besarnya NPV 7,5% adalah Rp 195.203.600,12. Pada suku bunga 7,5%,
penerimaan yang diperoleh akan lebih besar daripada pengeluaran sehingga usaha
ini layak untuk dijalankan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV > 0.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian pada alat pengupas sabut
kelapa mekanis yang setelah modifikasi pada lampiran 12 dapat diketahui
Universitas Sumatera Utara
41
besarnya NPV 7,5% adalah Rp 256.177.017,22. Pada suku bunga 7,5%,
penerimaan yang diperoleh akan lebih besar daripada pengeluaran sehingga usaha
ini layak untuk dijalankan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV > 0.
Dari hasil penelitian yang dilakukan (lampiran 7 dan lampiran 12)
diperoleh bahwa besarnya NPV 7,5% tertinggi adalah pada alat pengupas sabut
kelapa mekanis yang setelah modifikasi sebesar Rp 256.177.017,22 dan besarnya
NPV 7,5% terendah adalah pada alat pengupas sabut kelapa mekanis yang
sebelum modifikasi sebesar Rp 195.203.600,12.
Internal rate of return
Internal rate of return berfungsi untuk melihat seberapa layak suatu usaha
dapat dilaksanakan atau seberapa besar keuntungan investasi maksimum yang
ingin dicapai. Hasil yang didapat dari perhitungan IRR pada alat pengupas sabut
kelapa mekanis yang sebelum modifikasi adalah sebesar 55,06% (Lampiran 8).
Usaha ini masih layak dijalankan apabila bunga pinjaman bank tidak melebihi
55,06%. Jika bunga pinjaman di bank melebihi angka tersebut maka usaha ini
tidak layak lagi diusahakan.
Hasil yang didapat dari perhitungan IRR pada alat pengupas sabut kelapa
mekanis yang setelah modifikasi adalah sebesar 48,61% (Lampiran 13). Usaha ini
masih layak dijalankan apabila bunga pinjaman bank tidak melebihi 48,61% jika
bunga pinjaman di bank melebihi angka tersebut maka usaha ini tidak layak lagi
diusahakan. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank maka keuntungan yang
diperoleh dari usaha ini semakin kecil.
Dari hasil penelitian yang dilakukan (lampiran 8 dan lampiran 13)
diperoleh bahwa IRR tertinggi adalah pada alat pengupas sabut kelapa mekanis
Universitas Sumatera Utara
42
sebelum modifikasi sebesar 55,06% dan besarnya IRR terendah adalah pada alat
pengupas sabut kelapa mekanis yang sebelum modifikasi sebesar 48,61%.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kapasitas alat yang tertinggi terdapat pada alat setelah modifikasi yaitu 170,61
buah/jam dan kapasitas terendah terdapat pada alat sebelum modifikasi yaitu
145,45 buah/jam.
2. Biaya pokok tertinggi yang dikeluarkan untuk memproduksi buah kelapa yang
sudah terkupas adalah pada alat pengupas sabut kelapa mekanis sebelum
modifikasi pada tahun kelima sebesar Rp 166,652/buah dan terendah adalah
pada alat pengupas sabut kelapa mekanis setelah modifikasi pada tahun
pertama sebesar Rp 141,268/buah.
3. Break even point (titik impas) tertinggi diperoleh dari alat pengupas sabut
kelapa mekanis sebelum modifikasi pada tahun kelima sebesar 6.366,248 buah
dan terendah adalah pada alat pengupas sabut kelapa mekanis setelah
modifikasi pada tahun pertama sebesar 3.713,454 buah.
4. Net present value 7,5% tertinggi adalah pada alat pengupas sabut kelapa
mekanis setelah modifikasi sebesar Rp 256.177.017,22 dan terendah adalah
pada alat pengupas sabut kelapa mekanis sebelum modifikasi sebesar
Rp 195.203.600,12. Usaha ini masih layak dijalankan.
5. Internal rate of return tertinggi adalah pada alat pengupas sabut kelapa
mekanis sebelum modifikasi sebesar 55,06% dan terendah adalah pada alat
pengupas sabut kelapa mekanis sebelum modifikasi sebesar 48,61%. Usaha ini
masih layak dijalankan.
43
Universitas Sumatera Utara
44
Saran
1. Perlu pengambilan sampel lebih luas lagi seperti pengambilan sampel pada
masyarakat suatu daerah.
2. Perlu dilakukan pengembangan alat untuk meningkatkan kapasitas alat.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Kelapa
Mengenai asal usul kelapa belum ada kesepakatan di antara para ahli. Pada
abad ke-9, pertama kali dikenal mata dagangan serat dan minuman keras yang
terbuat dari kelapa, diproduksi oleh pedagang bangsa Arab bernama Soleyman
yang mengunjungi negeri Cina. Kelapa (coconut) dikenal dengan berbagai
sebutan seperti Nux Indica, al djanz al kindi, ganz-ganz, nargil, narle, tenga, dan
pohon kehidupan. Kata coco (coquo) pertama kali digunakan oleh Vasco da
Gama, kata ini berhubungan dengan kera atau wajah aneh, seperti tempurung
kelapa yang bermata tiga. Tentang asal usul kelapa, terdapat dua teori yang saling
bertentangan. Teori pertama menyatakan bahwa kelapa berasal dari Amerika
Selatan dan teori kedua menyatakan bahwa kelapa berasal dari Asia atau Indo
Pasifik. Kedua teori ini memerlukan pengkajian yang lebih mendalam untuk
memperoleh bukti yang dapat membenarkan teori tersebut (Warisno, 1998).
Botani Kelapa
Dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman
kelapa (Cocos nucifera) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-divisio
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas
: Monocotyledonae (biji berkeping satu)
Ordo
: Palmales
Famili
: Palmae
4
Universitas Sumatera Utara
5
Genus
: Cocos
Species
: Cocos nucifera L
Tanaman kelapa dikelompokkan ke dalam family yang sama dengan sagu
(Metroxylon sp), salak (Salaca edulis), aren (Arenga piñata), dan lain-lain.
Penggolongan varietas kelapa umumnya didasarkan pada perbedaan umur pohon
mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah serta sifat-sifat khusus yang
lain (Warisno, 2007).
Bagian - Bagian Tanaman Kelapa dan Kegunaannya
Kelapa merupakan salah satu anggota keluarga Palmae. Kelapa dikenal
sebagai tanaman serba guna karena seluruh bagian tanaman ini bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Berikut adalah bagian-bagian dan kegunaan dari tanaman
kelapa.
1. Batang
Batang kelapa yang sudah tua dapat digunakan untuk bahan bangunan,
jembatan, kerangka papan perahu, atau kayu bakar. Agar dapat digunakan
sebagai bahan bangunan, batang kelapa dibelah dulu menjadi beberapa
bagian. Kemudian dihaluskan menyerupai balok-balok atau silinder.
2. Daun
Daun-daun yang mudah kering dipakai sebagai hiasan janur atau bungkus
ketupat, sedangkan daun yang tua dijadikan atap, lidinya untuk sapu, tusuk
sate, dan lain-lain.
3. Buah
Buah kelapa terdiri atas:
Universitas Sumatera Utara
6
- sabut kelapa yang dapat dijadikan sebagai bahan baku industri, seperti:
karpet, sikat, keset, bahan pengisi jok mobil, tali dan lain-lain selain itu
sabut kalapa dapat dimamfaatkan juga sebagai pupuk dengan cara
membakarnya terlebih dahulu.
- tempurung kelapa dapat dimanfaatkan untuk berbagai industri seperti:
arang tempurung dan karbon aktif yang berfungsi untuk mengabsorbsi
gas dan uap.
- daging buah dapat diolah untuk keperluan rumah tangga, seperti bumbu
dapur, santan, kopra, minyak kelapa dan parut kering.
- air kelapa dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Selain sebagai
penyegar tenggorokan, juga dapat diolah menjadi sirup, nata de coco,
dan lain-lain.
(Piggot, 1964).
Akar tanaman kelapa yang masih muda dapat digunakan untuk mengobati
sakit perut. Sabut kelapa ataupun tapas dapat digunakan sebagai pembungkus
cangkokan pada tanaman. Selain itu, sabut kelapa juga dapat digunakan sebagai
pembungkus buah-buahan di pohon sebelum masak. Buah-buahan yang
dibungkus dengan sabut kelapa memiliki kualitas yang lebih baik, karena sabut
kelapa mempunyai susunan yang tidak terlampau rapat sehingga kebutuhan sinar
matahari dan udara tetap terjamin (Warisno, 2003).
Kondisi Perkelapaan di Indonesia
Sekitar tahun 1886, Belanda membuka perkebunan kelapa di Indonesia,
tepatnya di pulau Tallise dan Kikabohutan. Di samping itu, kebun-kebun kelapa
milik rakyat ternyata sudah lama diusahakan, misalnya sejak tahun 1880 kopra
Universitas Sumatera Utara
7
rakyat dari daerah Minahasa sudah mulai diekspor ke Eropa. Setelah perang dunia
kedua, ternyata ekspor kopra Indonesia semakin meningkat dan termasuk urutan
ketiga dari enam komoditas ekspor utama yaitu karet, kelapa sawit, kopra,
tembakau, teh, dan gula. Dengan demikian, tanaman kelapa memberikan
sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian rakyat dan sumber devisa bagi
negara (Setyamidjaja, 1991).
Saat ini kelapa diusahakan di seluruh provinsi di Indonesia. Bentuk dan
skala usaha taninya berbeda-beda, tergantung ketersediaan sumber daya dan
permintaan pasar. Selama lebih dari 25 tahun terakhir areal kelapa sudah
berkembang lebih dari 200%. Di tahun 1969 luas areal kelapa hanya seluas
1.680.536 ha. Namun, di tahun 1997 luasnya sudah menjadi 3.668.233 ha
sehingga Indonesia merupakan negara yang memiliki areal kelapa terluas di dunia.
Hal ini berarti sepertiga areal kelapa dunia terdapat di Indonesia yang sebagian
besarnya terkonsentrasi di tiga wilayah, yaitu Jawa dan Bali, Sumatera, serta
Sulawesi.
Di Indonesia, pengusahaan tanaman umumnya dilakukan di lahan sempit.
Sekitar 97% dari luas areal yang ada diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat
dengan sistem penanaman
Lampiran 1. Flowchart pelaksanaan penelitian
Mulai
Menyiapkan alat dan bahan
Mengambil data anthropometri 10 orang operator
Mengambil data dimensi alat
Menguji kapasitas efektif alat
Menganalisis hasil pengujian
Memodifikasi Alat
Menguji kapasitas efektif alat
Menganalisis hasil pengujian setelah modifikasi
Tidak
layak?
Ya
a
Universitas Sumatera Utara
49
Lampiran 1. (Lanjutan)
a
Pengukuran Parameter
Data
Analisa data
Selesai
Universitas Sumatera Utara
50
Lampiran 2. Hasil pengukuran antropometri
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total
Ratarata
St.
Deviasi
BKA
BKB
persentil
ke-5
persentil
ke-50
persentil
ke-95
TB
175,00
178,00
173,00
169,00
170,00
162,00
160,00
155,00
152,00
155,00
1649
TP
98,00
99,00
97,00
93,00
92,00
90,00
88,00
86,00
84,00
85,00
912
Data Antropometri (cm)
LG
JK
JD
9,80
71,00
61,00
9,90
73,00
62,00
9,60
72,00
61,00
9,60
66,00
56,00
9,00
69,00
58,00
9,90
67,00
55,00
9,00
64,00
54,00
8,50
63,00
53,00
8,60
61,00
52,00
8,50
63,00
52,00
92,4
669
564
PJ
46,00
47,00
46,00
43,00
45,00
42,00
42,00
42,00
40,00
41,00
434
DG
5,80
6,00
5,50
5,20
5,40
5,10
5,10
5,00
5,00
5,00
53,1
164,9
91,2
9,24
66,9
56,4
43,4
5,31
9,29
5,51
0,58
4,20
3,86
2,41
0,35
183,48
146,32
102,22
80,18
10,4
8,08
75,3
58,5
64,12
48,68
48,22
38,58
6,01
4,61
153,35
84,45
8,5
61,9
52
40,45
5,00
164,9
91,2
9,24
66,9
56,4
43,4
5,31
176,65
98,55
9,9
72,55
61,55
46,55
5,91
Keterangan :
TB
: Tinggi badan
TP
: Tinggi pinggang
LG
: Lebar genggaman
JK (T) : Jangkauan kedepan (Tangan)
JD (M) : Jangkauan kedepan (Menggenggam)
PJ
: Panjang siku ke ujung jari
DG
: Diameter Genggaman Tangan
Universitas Sumatera Utara
51
Lampiran 2. (Lanjutan)
Uji Kecukupan data Antropometri
No
Pengukuran
1
Tinggi Badan
2
Tinggi Pinggang
3
Lebar Genggaman
4
Jangkauan ke depan
5
Jangkauan kedepan (Menggenggam)
6
Panjang siku ke ujung jari
7
Diameter Genggaman Tangan
Uji Keseragaman data Antropometri
No Pengukuran
1
Tinggi Badan
2
Tinggi Pinggang
3
Lebar Genggaman
4
Jangkauan ke depan
5
Jangkauan kedepan (Menggenggam)
6
Panjang siku ke ujung jari
7
Diameter Genggaman Tangan
Simbol
TB
TP
LG
JK
JD
PJ
DG
̅
164,9
91,2
9,24
66,9
56,4
36,2
5,31
Simbol
TB
TP
LG
JK
JD
PJ
DG
N
10
10
10
10
10
10
10
σ
9,29
5,51
0,58
4,20
3,86
4,21
0,35
BKA
183,48
102,22
10,4
75,3
64,12
44,62
6,01
BKB
146,32
80,18
8,08
58,5
48,68
27,78
4,61
N’
4,57
5,26
5,71
5,66
6,76
4,45
6,52
Universitas Sumatera Utara
52
Lampiran 3. Data pengamatan pengupasan sabut kelapa
Paired Samples Statistics
Pair 1
Mean
N
Std. Deviation
Std. Error
Mean
Sebelum
247.50
10
44.490
14.069
Sesudah
211.00
10
33.846
10.703
Paired Samples Correlations
Pair 1
N
10
Sebelum & Sesudah
Correlation
.927
Sig.
.000
Paired Samples Test
Paired Differences
Pair 1
Sebelum Sesudah
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
36.500
18.259
5.774
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
23.438
49.562
t
df
Sig. (2tailed)
6.321
9
.000
t 0,05 = 2,262157
t 0,01 = 3,249836
Data waktu pengupasan kelapa 10 buah
Waktu pengupasan (detik)
Jumlah
No
Sebelum
Setelah
buah
modifikasi
modifikasi
1
10
198
150
2
10
215
193
3
10
238
219
4
10
226
198
5
10
322
260
6
10
220
190
7
10
280
250
8
10
226
202
9
10
228
199
10
10
322
249
Total
2475
2110
Rata-rata
247.5
211
Kapasitas pengupasan
=
sebelum modifikasi
=
umlah buah dikupas
aktu yang dibutuhkan
Total waktu pengupasan (Jam)
Sebelum
Setelah
modifikasi
modifikasi
0.05500
0.04167
0.05972
0.05361
0.06611
0.06083
0.06278
0.05500
0.08944
0.07222
0.06111
0.05278
0.07778
0.06944
0.06278
0.05611
0.06333
0.05528
0.08944
0.06917
0.68750
0.58611
0.06875
0.05861
buah jam
1 buah
. 6875 jam
Universitas Sumatera Utara
53
= 145,45 buah/jam
Kapasitas pengupasan
=
sebelum modifikasi
=
umlah buah dikupas
aktu yang dibutuhkan
jam
1 buah
. 58
jam
= 170,61 buah/jam
Universitas Sumatera Utara
54
Lampiran 4. Biaya pemakaian alat sebelum modifikasi
1. Unsur produksi
1. Total biaya pembuatan alat
= Rp. 5.754.000
2. Umur ekonomi (n)
= 5 tahun
3. Nilai akhir alat (S)
= Rp. 575.400
4. Jam kerja
= 5 jam/hari
5. Produksi/hari
= 727,25 buah/hari
6. Biaya operator
= Rp. 50.000/hari
7. Biaya perbaikan
= Rp. 42,27/ jam
8. Biaya bahan bakar
= Rp. 13.432/jam
9. Bunga modal dan asuransi
= Rp 327.978/tahun
10. Jam kerja alat per tahun
= 1.470 jam / tahun (asumsi 294 hari
efektif berdasarkan 2015)
Universitas Sumatera Utara
55
Lampiran 5. Biaya produksi
Perhitungan Biaya Produksi
a. Biaya Tetap (BT)
1. Biaya penyusutan
Dt
= (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, n-1)
Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund
Akhir Tahun
(P-S) (Rp)
ke
0
1
5.178.600
2
5.178.600
3
5.178.600
4
5.178.600
5
5.178.600
(A/F,
7.5%, n)
0,1722
0,1722
0,1722
0,1722
0,1722
(F/P, 7.5%,
n-1)
1
1,075
1,15565
1,24235
1,33565
Dt
891.755
958.637
1.030.557
1.107.872
1.191.072
Nilai Mesin Tiap
Akhir Tahun (Rp)
5.754.000
4.862.245
3.903.609
2.873.052
1.765.180
574.108
2. Bunga modal (7,5%) dan asuransi (2%)
I
=
=
i P n 1
n
9,5%
p 5.754.
5 1
5
= Rp 327.978/tahun
Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun
Tahun
1
2
3
4
5
D (Rp)
891.755
958.637
1.030.557
1.107.872
1.191.072
I(Rp)/tahun
327.978
327.978
327.978
327.978
327.978
Biaya tetap (Rp)/tahun
1.219.733
1.286.615
1.358.535
1.435.850
1.519.050
b. Biaya tidak tetap (BTT)
1. Biaya perbaikan alat (reparasi)
Biaya reparasi
=
=
1, % P-S
jam
1, %
p5.754.
- p 575.4
147 jam
= Rp 42,27/jam
Universitas Sumatera Utara
56
Lampiran 5. (Lanjutan)
2. Biaya bahan bakar
Konsumsi bahan bakar
= 1,84 liter/jam
Jumlah pemakaian 1 hari = 6 jam
Biaya bahan bakar
= 1,84 L/jam x Rp. 7.300/L = Rp. 13.432/jam
3. Biaya operator
Biaya operator
= Rp 10.000/jam
Total Biaya Tidak Tetap (BTT)
= Rp 23.474,27/jam
c. Biaya Pengupasan Sabut Kelapa
Biaya pokok =
+ BTT] C
Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun
Tahun
1
2
3
4
5
BT
(Rp/tahun)
1.219.733
1.286.615
1.358.535
1.435.850
1.519.050
X
(jam/tahun)
1470
1470
1470
1470
1470
BTT (Rp/jam)
23.474,27
23.474,27
23.474,27
23.474,27
23.474,27
C
(jam/buah)
0,0068
0,0068
0,0068
0,0068
0,0068
BP
(Rp/buah)
165,267
165,577
165,909
166,267
166,652
Universitas Sumatera Utara
57
Lampiran 6. Break even point sebelum modifikasi
Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha
yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap
sama dengan nol.
S
=
P
SP –
Keterangan :
S
=
sales variabel (produksi) (Buah)
FC
=
fix cash (biaya tetap) per tahun (Rp)
P
=
profit (keuntungan) (Rp) dianggap nol untuk mendapat titik impas.
SP
=
selling per unit (penerimaan dari tiap unit produksi) (Rp)
VC =
variabel cash (biaya tidak tetap) per unit produksi (Rp)
Biaya tidak tetap (VC)
= Rp 23.474,27/jam (1 jam = 145,45 buah)
= Rp 161,39/buah
Penerimaan setiap produksi (SP)
= Rp 400/buah
SP-VC
= Rp 238,61
Tahun Biaya Tetap (Rp/tahun) BEP (buah/tahun)
1.219.733
1
5.111,826
1.286.615
2
5.392,123
1.358.535
3
5.693,536
1.435.850
4
6.017,559
1.519.050
5
6.366,248
Universitas Sumatera Utara
58
Lampiran 7. Net present value sebelum modifikasi
Net present value (NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto)
pada waktu sekarang (present). Asumsi present yaitu menjelaskan waktu awal
perhitungan bertepatan dengan saat evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke
nol (0) dalam perhitungan cashflow investasi.
NPV = PWB – PWC
Keterangan :
PWB = present worth of benefit
PWC = present worth of cost
Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak
ekonomis atau tidak, diperlukan suatu ukuran atau kriteria tertentu dalam metode
NPV, yaitu:
NPV > 0 artinya investasi akan menguntungkan/ layak
NPV < 0 artinya investasi tidak menguntungkan
Investasi
= Rp 5.754.000
Nilai akhir
= Rp 575.400
Suku bunga bank
= Rp 7.5%
Suku bunga coba-coba
= Rp 10%
Umur alat
= 5 tahun
Pendapatan
= penerimaan x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun
dengan asumsi alat bekerja pada kapasitas penuh
= Rp 85.524.600/tahun
Pembiayaan
= biaya pokok x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun
Tabel perhitungan pembiayaan tiap tahun
Tahun
1
2
3
4
5
BP
(Rp/buah)
165,267
165,577
165,909
166,267
166,652
Kap. Alat
(buah/jam)
145,45
145,45
145,45
145,45
145,45
Jam kerja (jam/tahun)
Pembiayaan
1470
1470
1470
1470
1470
35.336.057,43
35.402.207,36
35.473.340,59
35.549.809,91
35.632.100,43
Universitas Sumatera Utara
59
Lampiran 7. (Lanjutan)
Cash in Flow 7.5%
1.
Pendapatan
= Pendapatan x (P/A, 7.5%,5)
= Rp 85.524.600 x 4,04645
= Rp 344.071.071,67
2.
Nilai akhir
= Nilai akhir x (P/F, 7.5%,5)
= Rp 575.400 x 0,6968
= Rp 400.938,72
Jumlah CIF
= Rp 344.071.071,67 + Rp 400.938,72
= Rp 344.472.010,39
1.
Investasi
= Rp. 5.754.000
2.
Pembiayaan
= Pembiayaan x (P/F, 7.5%,n)
Tabel perhitungan pembiayaan
Tahun (n)
1
2
3
4
5
Biaya
35.336.057,43
35.402.207,36
35.473.340,59
35.549.809,91
35.632.100,43
Total
(P/F, 7.5%, n)
0,9302
0,8654
0,8050
0,7489
0,6968
Pembiayaan (Rp)
32.869.600,62
30.637.070,25
28.556.039,17
26.623.252,64
24.828.447,58
143.514.410,27
Jumlah COF = Rp 5.754.000 + Rp 143.514.410,27
= Rp 149.268.410,27
NPV 7.5%
= CIF – COF
= Rp 344.472.010,39 – Rp 149.268.410,27
= Rp 195.203.600,12
Jadi besarnya NPV 7.5% adalah Rp 195.203.600,12 > 0 maka usaha ini layak
untuk dijalankan.
Universitas Sumatera Utara
60
Lampiran 8. Internal rate of return sebelum modifikasi
Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan
tertentu. IRR adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh B/C ratio =
1 atau NPV = 0.
IRR = q% +
-
× (q% - p%) (positif dan positif)
Keterangan :
p
= suku bunga bank paling atraktif
q
= suku bunga coba-coba ( > dari p)
X
= NPV awal pada p
Y
= NPV awal pada q
Suku bunga bank paling atraktif (i1) = 7.5%
Suku bunga coba-coba ( > dari i1) (i2) = 10%
Cash in Flow 10%
1. Pendapatan
= Pendapatan x (P/A, 10%,5)
= Rp 85.524.600 x 3,7908
= Rp 324.206.653,68
2. Nilai akhir
= Nilai akhir x (P/F, 10%,5)
= Rp 575.400 x 0,6209
= Rp 357.265,86
Jumlah CIF
= Rp 324.206.653,68+ Rp 357.265,86
= Rp 324.563.919,54
Cash out flow 10 %
1.
Investasi
= Rp 5.754.000
2.
Pembiayaan
= Pembiayaan x (P/A, 10%, 5)
Universitas Sumatera Utara
61
Lampiran 8. (Lanjutan)
Tabel perhitungan pembiayaan
Tahun (n)
1
2
3
4
5
Total
Biaya
35.336.057,43
35.402.207,36
35.473.340,59
35.549.809,91
35.632.100,43
(P/F, 10%, n)
0,9091
0,8264
0,7513
0,6830
0,6209
Pembiayaan (Rp)
32.124.009,81
29.256.384,16
26.651.120,79
24.280.520,17
22.123.971,16
134.436.006,08
Jumlah COF = Rp 5.754.000 + Rp 134.436.006,08
= Rp 140.190.006,08
NPV 10 %
= CIF – COF
= Rp 324.563.919,54 – Rp 140.190.006,08
= Rp 184.373.913,46
Karena nilai X dan Y adalah positif maka digunakan rumus:
IRR = q% +
-
= 10% +
× (q% - p%)
p 195.
p 195.
3.6
,1
3.6
,1
- p 184.373.913,46
× (10% - 7.5%)
= 10% + (18,02 × 2,5 %)
= 55,06 %
Universitas Sumatera Utara
62
Lampiran 9. Biaya pemakaian alat sesudah modifikasi
1. Unsur produksi
1. Total biaya pembuatan alat
= Rp. 6.254.000
2. Umur ekonomi (n)
= 5 tahun
3. Nilai akhir alat (S)
= Rp. 625.400
4. Jam kerja
= 5 jam/hari
5. Produksi/hari
= 727,25 buah/hari
6. Biaya operator
= Rp. 50.000/hari
7. Biaya perbaikan
= Rp. 45.94 /jam
8. Biaya bahan bakar
= Rp. 13.651/jam
9. Bunga modal dan asuransi
= Rp 356.478/tahun
10. Jam kerja alat per tahun
= 1.470 jam / tahun (asumsi 294 hari
efektif berdasarkan 2015)
Universitas Sumatera Utara
63
Lampiran 10. Biaya produksi alat setelah modifikasi
Perhitungan Biaya Produksi
a. Biaya Tetap (BT)
1. Biaya penyusutan
Dt
= (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, n-1)
Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund
Akhir
Tahun ke
0
1
2
3
4
5
(P-S) (Rp)
5.628.600
5.628.600
5.628.600
5.628.600
5.628.600
(A/F,
7.5%, n)
0,1722
0,1722
0,1722
0,1722
0,1722
(F/P,
7.5%, n-1)
1
1,075
1,15565
1,24235
1,33565
Dt
969.244,92
1.041.938,29
1.120.107,89
1.204.141,43
1.294.571,98
Nilai Mesin Tiap
Akhir Tahun (Rp)
6.254.000
5.284.755
4.242.817
3.122.709
1.918.567
623.995
2. Bunga modal (7,5%) dan asuransi (2%)
I
=
=
i P n 1
n
9,5%
p 6. 54.
5 1
5
= Rp 356.478/tahun
Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun
Tahun
D (Rp)
I(Rp)/tahun
1
2
3
4
5
969.244,92
1.041.938,29
1.120.107,89
1.204.141,43
1.294.571,98
356.478
356.478
356.478
356.478
356.478
Biaya tetap
(Rp)/tahun
969.601,40
1.042.294,77
1.120.464,37
1.204.497,90
1.294.928,46
b. Biaya tidak tetap (BTT)
1. Biaya perbaikan alat (reparasi)
Biaya reparasi
=
=
1, % P-S
jam
1, %
p6. 54.
- p 6 5.4
147 jam
= Rp 45.94/jam
2. Biaya bahan bakar
Konsumsi bahan bakar
= 1,87 liter/jam
Universitas Sumatera Utara
64
Lampiran 10. (Lanjutan)
Jumlah pemakaian 1 hari = 5 jam
Biaya bahan bakar per tahun = 1,87 L/jam x Rp. 7.300/L = Rp.
13.651/jam
3. Biaya operator
Biaya operator
= Rp 10.000/jam
Total Biaya Tidak Tetap (BTT)
= Rp 23.696,94/jam
c. Biaya Pengupasan Sabut Kelapa
Biaya pokok =
+ BTT] C
Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun
Tahun
1
2
3
4
5
BT
(Rp/tahun)
969.601,40
1.042.294,77
1.120.464,37
1.204.497,90
1.294.928,46
X
(jam/tahun)
1470
1470
1470
1470
1470
BTT (Rp/jam)
23.696,94
23.696,94
23.696,94
23.696,94
23.696,94
C
(jam/buah)
0,0058
0,0058
0,0058
0,0058
0,0058
BP
(Rp/buah)
141,268
141,555
141,863
142,195
142,551
Universitas Sumatera Utara
65
Lampiran 11. Break even point setelah modifikasi
Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha
yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap
sama dengan nol.
S
=
P
SP –
Keterangan :
S
=
sales variabel (produksi) (Buah)
FC
=
fix cash (biaya tetap) per tahun (Rp)
P
=
profit (keuntungan) (Rp) dianggap nol untuk mendapat titik impas.
SP
=
selling per unit (penerimaan dari tiap unit produksi) (Rp)
VC =
variabel cash (biaya tidak tetap) per unit produksi (Rp)
Biaya tidak tetap (VC)
= Rp 23.696,94/jam (1 jam = 170,61 buah)
= Rp 138,895/buah
Penerimaan setiap produksi (SP)
= Rp 400/buah
SP-VC
= Rp 261,105
Tahun Biaya Tetap (Rp/tahun) BEP (buah/tahun)
1
969.601,40
3.713,454
2
1.042.294,77
3.991,861
3
1.120.464,37
4.291,241
4
1.204.497,90
4.613,079
5
1.294.928,46
4.959,417
Universitas Sumatera Utara
66
Lampiran 12. Net present value setelah modifikasi
Net present value (NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto)
pada waktu sekarang (present). Asumsi present yaitu menjelaskan waktu awal
perhitungan bertepatan dengan saat evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke
nol (0) dalam perhitungan cashflow investasi.
NPV = PWB – PWC
Keterangan :
PWB = present worth of benefit
PWC = present worth of cost
Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak
ekonomis atau tidak, diperlukan suatu ukuran atau kriteria tertentu dalam metode
NPV, yaitu:
NPV > 0 artinya investasi akan menguntungkan/ layak
NPV < 0 artinya investasi tidak menguntungkan
Investasi
= Rp 6.254.000
Nilai akhir
= Rp 625.400
Suku bunga bank
= Rp 7.5%
Suku bunga coba-coba
= Rp 10%
Umur alat
= 5 tahun
Pendapatan
= penerimaan x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun
dengan asumsi alat bekerja pada kapasitas penuh
= Rp 100.318.680/tahun
Pembiayaan
= biaya pokok x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun
Tabel perhitungan pembiayaan tiap tahun
Tahun
1
2
3
4
5
BP
(Rp/buah)
141,268
141,555
141,863
142,195
142,551
Kap. Alat
(buah/jam)
170,61
170,61
170,61
170,61
170,61
Jam kerja
(jam/tahun)
1470
1470
1470
1470
1470
Pembiayaan
35.429.520,67
35.501.453,52
35.578.805,31
35.661.959,69
35.751.444,16
Universitas Sumatera Utara
67
Lampiran 12. (Lanjutan)
Cash in Flow 7.5%
3.
Pendapatan
= Pendapatan x (P/A, 7.5%,5)
= Rp 100.318.680 x 4,04645
= Rp 405.934.522,7
4.
Nilai akhir
= Nilai akhir x (P/F, 7.5%,5)
= Rp 625.400 x 0,6968
= Rp 435.778,72
Jumlah CIF
= Rp 405.934.522,7 + Rp 435.778,72
= Rp 406.370.301,4
3.
Investasi
= Rp. 6.254.000
4.
Pembiayaan
= Pembiayaan x (P/F, 7.5%,n)
Tabel perhitungan pembiayaan
Tahun (n)
1
2
3
4
5
Biaya
35.429.520,67
35.501.453,52
35.578.805,31
35.661.959,69
35.751.444,16
Total
(P/F, 7.5%, n)
0,9302
0,8654
0,8050
0,7489
0,6968
Pembiayaan (Rp)
32.956.540,13
30.722.957,88
28.640.938,28
26.707.241,61
24.911.606,29
143.939.284,18
Jumlah COF = Rp 6.254.000 + Rp 143.939.284,18
= Rp 150.193.284,18
NPV 7.5%
= CIF – COF
= Rp 406.370.301,4 - Rp 150.193.284,18
= Rp 256.177.017,22
Jadi besarnya NPV 7.5% adalah Rp 256.177.017,22 > 0 maka usaha ini layak
untuk dijalankan.
Universitas Sumatera Utara
68
Lampiran 13. Internal rate of return setelah modifikasi
Internal Rate of Return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan
tertentu. IRR adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh B/C ratio =
1 atau NPV = 0.
IRR = q% +
-
× (q% - p%) (positif dan positif)
Keterangan :
p
= suku bunga bank paling atraktif
q
= suku bunga coba-coba ( > dari p)
X
= NPV awal pada p
Y
= NPV awal pada q
Suku bunga bank paling atraktif (i1) = 7.5%
Suku bunga coba-coba ( > dari i1) (i2) = 10%
Cash in Flow 10%
3. Pendapatan
= Pendapatan x (P/A, 10%,5)
= Rp 100.318.680 x 3,7908
= Rp 380.288.052,14
4. Nilai akhir
= Nilai akhir x (P/F, 10%,5)
= Rp 625.400 x 0,6209
= Rp 388.310,86
Jumlah CIF
= Rp 380.288.052,14 + Rp 388.310,86
= Rp 380.676.363
Cash out flow 10 %
a.
Investasi
= Rp 6.254.000
2.
Pembiayaan
= Pembiayaan x (P/A, 10%, 5)
Universitas Sumatera Utara
69
Lampiran 13. (Lanjutan)
Tabel perhitungan pembiayaan
Tahun (n)
1
2
3
4
5
Biaya
35.429.520,67
35.501.453,52
35.578.805,31
35.661.959,69
35.751.444,16
Total
(P/F, 10%, n)
0,9091
0,8264
0,7513
0,6830
0,6209
Pembiayaan (Rp)
32.208.977,24
29.338.401,19
26.730.356,43
24.357.118,47
22.198.071,68
134.832.925,01
Jumlah COF = Rp 6.254.000 + Rp 134.832.925,01
= Rp 141.086.925,01
NPV 10 %
= CIF – COF
= Rp 380.676.363 – Rp 141.086.925,01
= Rp 239.589.437,99
Karena nilai X dan Y adalah positif maka digunakan rumus:
IRR = q% +
= 10% +
-
× (q% - p%)
p 56.177. 17,
p 56.177. 17,
– p 39.589.437,99
× (10% - 7.5%)
= 10% + (15,44 × 2,5 %)
= 48,61%
Universitas Sumatera Utara
70
Lampiran 14. Spesifikasi alat pengupas sabut kelapa mekanis
Dimensi
Panjang
: 116 cm
Lebar
: 51 cm
Tinggi
: 91 cm
Roller pengupas
Panjang
: 70 cm
Diameter
: 10 cm
Jarak
: 3,2 cm
Mata pisau
Bentuk
: kerucut
jumlah
: 48 buah
Tinggi
: 2,4 cm
Berat
Kapasitas efektif
: 131 kg
: 170,61 buah/jam
Universitas Sumatera Utara
71
Lampiran 15. Foto buah kelapa dan alat pengupas sabut kelapa mekanis
Kelapa setelah dikupas
Sabut kelapa
Alat tampak atas
Universitas Sumatera Utara
72
Lampiran 15. (Lanjutan)
Alat tampak depan
Alat tampak belakang
Alat tampak samping
Universitas Sumatera Utara
73
Universitas Sumatera Utara
74
Universitas Sumatera Utara
75
Universitas Sumatera Utara
76
Lampiran 17. Gambar teknik alat pengupas sabut kelapa mekanis setelah
modifikasi
Skala 1:1
Universitas Sumatera Utara
77
Universitas Sumatera Utara
78
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar dan K. Suga, 1975. Elemen - Elemen Mesin. Pradya Paramitha,
Jakarta.
Arismunandar, W., 2005. Penggerak Mula Motor Bakar Torak. ITB, Bandung.
Butar Butar, A. R., 2013. Uji Variasi Bentuk Mata Pisau pada Alat Pengupas
Sabut Kelapa Mekanis. http:repository.usu.ac.id [17 April 2015].
Darun, 2002. Ekonomi Teknik. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
USU, Medan.
Daryanto. 2007. Dasar-Dasar Teknik Mesin. Rineka Cipta. Jakarta.
Daywin, F. J., R. G. Sitompul dan I. Hidayat., 2008. Mesin-mesin Budidaya
Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Giatman, M. 2006. Ekonomi Teknik. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Handoko, T. H., 200. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE,
Yogyakarta
Hasibuan, Y., 2011. Hubungan Kelelahan Kerja dan Kepuasan Kerja dengan
Produktivitas Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rsu Dr. Tengku Mansyur
Tanjungbalai Tahun 2010. repository.usu.ac.id [17 April 2015].
Jummy, R., 2010. Optimalisasi Biaya. Fakultas Teknik Universitas Indonesia,
Depok..
Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya.
Nababan, M., 2005. Mesin Pengupas Kulit Kacang Tanah Kapasitas 2500
buah/jam. Politeknik Negeri Medan, Medan.
Niemann, G., 1982. Elemen Mesin: Desain dan Kalkulasi dari Sambungan,
Bantalan dan Poros. Penerjemah Bambang Priambodo. Erlangga. Jakarta.
Nugroho, W, A., 2008. Perancangan Ulang Alat Pengupas Kacang Tanah untuk
Meminimalkan Waktu Pengupasan. Jurusan Teknik Industri Fakultas
Teknik
Universitas
Muhammadiyah,
Surakarta.
http:ums.ac.id
[17 April 2015]
Nurmianto, E., 2004. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Penerbit Guna
Widya, Surabaya.
45
Universitas Sumatera Utara
46
Nurmianto, E., 2008. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Penerbit Guna
Widya. Surabaya.
Piggot, C. J., 1964. Coconut Growing. Oxford University Press. London.
Pudjanarsa, A dan D. Nursuhud, 2010. Mesin Konversi Energi. Andi Offest,
Yogyakarta.
Setyamidjaja, D., 1991. Bertanam Kelapa Hibrida. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Shin, G.C. and R.W. Curtis, 1978. Working in Agricultural Mechanics. Mc GrawHill Inc, The United States of America.
Sijabat, M., 2012. Rancang Bangun Alat Pengupas
repository.usu.ac.id [Diakses pada 17 April 2015].
Sabut
Kelapa.
Silaban, R. G., 2012. Uji Jumlah Alur Sproket pada Alat Mekanis Pengupas Sabut
Kelapa. repository.usu.ac.id [Diakses pada 17 April 2015].
Sitanggang, J., 2012. Uji Jumlah Pisau Roller pada Alat Pengupas Sabut Kelapa
Mekanis. repository.usu.ac.id [Diakses pada 17 April 2015].
Soenarta, N. dan S. Furuhama, 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paranitha
Jakarta.
Stolk, J. dan C. Kross, 1986. Elemen Mesin: Elemen Konstruksi dari Bangunan
Mesin. Penerjemah Handersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.
Stolk, J., dan C. Kross, 1993. Elemen Mesin: Elemen Kontruksi dari Bangunan
Mesin. Penerjemah Hendersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.
Sugito, B dan A. Hariyanto, 2007. Pengaruh Karburisasi Roda Gigi Sprocket
Aspira dengan Ahm Terhadap Perubahan Sifat Fisis dan Mekanis.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id. [Diakses pada 28 April 2015]
Suhardiyono, L., 1995. Tanaman Kelapa Budidaya dan Pemanfaatannya. Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Sukamto, 2001. Upaya Meningkatkan Produksi Kelapa. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sularso dan K. Suga, 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Pradnya Paramita. Jakarta.
Tarwaka, 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan,
Produktivitas. UNIBA PRESS, Surakarta.
Kesehatan
Kerja
dan
Universitas Sumatera Utara
47
Waldiyono. 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Warisno, 1998. Budidaya Kelapa Kopyor. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Warisno, 2003. Budidaya Kelapa Genjah. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Warisno, 2007. Budidaya Kelapa Genjah. Penerbit Kanisius. Jakarta.
Widananto, H dan H. Purnomo, 2013. Rancangan Mesin Pengupas Sabut Kelapa
Berbasis Ergonomi Partisipatori. UMS, Surakarta.
Wignjosoebroto, S., 2008. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Penerbit Guna
Widya. Surabaya.
Wiheta, Y., 2010. Pembuatan Alat Praktikum Perawatan Sistem Transmisi I.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Wulansari, D. D., 2009. Pemakaian Alat Pelindung Diri sebagai Upaya dalam
Pencegahan Kecelakaan Kerja di Bagian Granule di Pt. Bina Guna Kimia
Ungaran. http:repository.usm.ac.id [Diakses pada 28 Agustus 2015]
Zander, J., 1972. Ergonomics in Machine Design (A Case Study of the Self
Propelled Combine Harvester). H. Veenman & Zonen N.V, Wageningen.
Universitas Sumatera Utara
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus - Oktober 2015 di
Laboratorium Keteknikan Pertanian, Program Studi Keteknikan Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kelapa
diameter 10-16 cm, kawat las, besi, roda gigi, rantai, cat, thinner, motor bensin,
Speed reducer, bensi, baut dan mur.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian adalah mesin las, mesin
gerinda, stopwatch, kalkulator, komputer, meteran, busur derajat, alat pengupas
sabut kelapa mekanis, responden sebanyak 10 orang dewasa sebagai obyek
pengukuran, dimana objek yang diukur adalah mahasiswa Keteknikan Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah studi literatur tentang
analisis tingkat kenyamanan dan keamanan operator terhadap pengoperasian alat
pengupas sabut kelapa mekanis. Dilakukan pengujian data berupa uji kecukupan
data, uji normalitas dan uji
keseragaman data yang dilaksanakan dengan
pengaplikasian program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) dan ms.
Excel. Dihitung analisis kesesuaian kendali yang di operasikan dengan tangan
berdasarkan data antropometri yang telah didapat.
28
Universitas Sumatera Utara
29
Prosedur Penelitian
- Diambil data ukuran-ukuran pengoperasian alat pengupas sabut kelapa mekanis
dengan melakukan pengukuran menggunakan meteran.
- Disiapkan 10 orang sebagai sampel operator alat pengupas sabut kelapa
mekanis
- Diambil ukuran antropometri sampel sebagai data penelitian
- Diuji kecukupan data dengan rumus :
[
Dimana
√
]
k
= tingkat kepercayaan
s
= derajat ketelitian
N’
= jumlah pengamatan yang dibutuhkan
N
= jumlah pengamatan
- Diuji kenormalan data dengan aplikasi SPSS, dengan ketentuan :
sig > 0,05, data yang diuji berdistribusi normal
sig < 0,05, data yang duji tidak berdistribusi normal
- Diuji keseragaman data menggunakan aplikasi ms. Excel dengan mencari BKA
dan BKB
- Diambil data persentil dari output pengaplikasian SPSS sebelumnya
- Dilakukan pengujian parameter
- Dianalisis hubungan antara tinggi badan dengan kapasitas efektif alat
- Dimodifikasi tinggi alat sesuai dengan tinggi badan rata-rata 10 orang operator
- Dilakukan kembali pengujian parameter pada alat setelah modifikasi
- Dibandingkan parameter sebelum dan sesudah modifikasi
Universitas Sumatera Utara
30
Parameter Penelitian
Kapasitas efektif alat
Pengukuran kapasitas alat dilakukan dengan membagi jumlah bahan yang
dikupas terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mengupas bahan. Kapasitas
efektif alat dapat dihitung dengan persamaan (7).
Analisis ekonomi
Biaya pemakaian alat
Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan
biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok). Hal
ini dapat dihitung dengan persamaan (8).
a. Biaya tetap
Biaya tetap terdiri dari :
1. Biaya penyusutan (metode sinking fund). Hal ini dapat dihitung dengan
persamaan (9).
2. Biaya bunga modal dan asuransi Hal ini dapat dihitung dengan persamaan
(10).
3. Diperkirakan bahwa biaya pajak adalah 2% per tahun dari nilai awalnya.
b. Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap terdiri dari :
1. Biaya bahan bakar (Rp 7.300;/liter)
2. Biaya perbaikan untuk motor bakar sebagai sumber tenaga penggerak. Hal
ini dapat dihitung dengan persamaan (11).
Universitas Sumatera Utara
31
3. Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator. Biaya ini
tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau
gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya
Break even point
Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi
minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola layak untuk
dijalankan. Pada kondisi ini, pemasukan (income) yang diperoleh hanya cukup
untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Untuk mengetahui
produksi titik (BEP) dapat dihitung dengan persamaan (12).
Net present value
Net present value (NPV) yaitu kriteria yang digunakan untuk mengukur
suatu alat layak atau tidak untuk digunakan dalam usaha. NPV adalah selisih
antara present value dari investasi nilai sekarang dari penerimaan kas bersih di
masa yang akan datang. Identifikasi masalah kelayakan finansial dianalisis dengan
menggunakan metode analisis finansial dengan kriteria investasi. Untuk
menghitung NPV digunakan persamaan (13).
Kriteria NPV yaitu :
- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan
- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak
menguntungkan
- NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang
dikeluarkan
- i1 = 7,50 %, berdasarkan suku bunga Bank Indonesia
Universitas Sumatera Utara
32
Internal rate of return
Pada metode IRR ini informasi yang dihasilkan berkaitan dengan tingkat
kemampuan cashflow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam %
periode waktu. Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cashflow
dalam mengembalikan modalnya dan seberapa pula kewajiban yang harus
dipenuhi. Untuk menghitung IRR digunakan persamaan (14).
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat Pengupas Sabut Kelapa Mekanis
Alat pengupas sabut kelapa mekanis dirancang untuk mengupas sabut
kelapa Alat ini mempunyai dimensi panjang 116 cm, lebar 51 cm, tinggi 91 cm,
diameter penekan 15 cm, dan massa 131 kg.
Pemakaian Speed reducer dengan rasio 1:60, tipe 70 pada alat ini
bertujuan untuk mengurangi kecepatan putaran yang dihasilkan oleh motor
bensin, dimana kecepatan putar maksimum motor bensin 3600 dan kecepatan
putar minimum 2500 sehingga output kecepatan putar dari Speed reducer menjadi
kecil. Kecepatan putar yang dibutuhkan untuk alat ini tidak besar, karena apabila
putarannya cepat maka buah kelapa akan dikupas akan keluar dari roller pengupas
dan membahayakan keselamatan kerja operator pada saat pengupasan serta
pengambilan buah dari roller tersebut.
Pemasangan rangka atas bertujuan untuk menahan buah kelapa yang
dikupas tidak keluar dari roller pengupas dan menahan sabut kelapa yang
terkupas tidak ikut tergulung pada roller tersebut sehingga sabut kelapa dapat
jatuh melalui saluran pengeluaran. Pemasangan penekan kelapa bertujuan untuk
memudahkan operator dalam pengupasan serta mengurangi resiko terjadinya
celaka sewaktu pengoperasian alat.
Proses pengambilan buah yang telah terkupas tersebut dilakukan dengan
manual yaitu dengan menggunakan tangan. Pada saat pengambilan buah kelapa
yang telah terkupas, sumber tenaga yaitu motor bensin masih tetap beroperasi.
Setelah buah terkupas, dilakukanlah pengupasan buah kelapa yang selanjutnya.
33
Universitas Sumatera Utara
34
Buah kelapa yang dikupas pada alat ini adalah buah kelapa dengan
varietas kelapa hibrida yang sudah layak panen atau sudah layak untuk diambil
santan kelapanya yang warna kulit kelapanya biasanya berwarna hijau.
Perancangan yang Ergonomis
Menurut Nurmianto (2004), ergonomi adalah studi aspek-aspek manusia
dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan perancangan. Ergonomi berkenaan dengan optimasi,
efisiensi, kesehatan dan keselamatan manusia. Oleh sebab itu perancangan
dilakukan untuk mencapai rancangan yang ergonomis. Pada akhirnya rancangan
yang ergonomis akan meningkatkan sistem kerja dengan lingkungan atau situasi
yang cocok. Ergonomi memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor
keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya desain sistem kerja untuk mengurangi
rasa nyeri pada sistem kerangka dan otot manusia.
Alat pengupas sabut kelapa mekanis merupakan alat berat yang belum
diuji keselamatan dan keamanannya, maka perlu dilakukan analisis ergonomi
sehingga diketahui apakah alat pengupas sabut kelapa mekanis ini sesuai untuk
digunakan oleh masyarakat di Indonesia sehingga dapat meningkatkan
produktivitas operator.
Kesesuaian Alat yang Dioperasikan
Untuk menentukan kesesuaian alat yang dioperasikan diperlukan data
antropometri dari 10 orang operator (sampel) yang telah disajikan dalam bentuk
Tabel 1 dibawah ini.
Universitas Sumatera Utara
35
Tabel 1. Data persentil antropometri (cm)
No.
Parameter
Mean
St.
deviasi
1.
Tinggi Badan
164,9
9,29
2.
Tinggi pinggang
91,2
5,51
3.
Lebar genggaman
9,24
0,58
4.
Jangkauan ke depan 66,9
4,20
(tangan)
5.
Jangkauan ke depan 56,4
3,86
(menggenggam)
6.
Panjang Siku ke
43,4
2,41
ujung Jari
7.
Diameter
5,25
0,5
Genggaman Tangan
Persentil
ke-5
153,35
84,45
8,5
61,9
Persentil
ke-50
164,9
91,2
9,24
66,9
Persentil
ke-95
175,65
98,55
9,9
72,55
52
56,4
61,55
40,45
43,4
46,55
5
5,25
5,85
Dari data diatas, didapat hasil uji kecukupan data yang telah diolah dan
disajikan ke dalam bentuk Tabel 1. Uji kecukupan data dilakukan karena data
yang diamati lebih banyak dari data yang harus diamati sehingga perlu dilakukan
uji kecukupan data untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan sudah cukup
dan dapat digunakan dalam penelitian. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh
(Tayyari dan Smith, 1997), beberapa pengolahan data yang harus dilakukan pada
data antropometri adalah :
1. Kecukupan data
[
Dimana
k
√
]
= tingkat kepercayaan
bila tingkat kepercayaan 99%, maka k
bila tingkat kepercayaan 95%, maka k
,58 ≈ 3
1,96 ≈
bila tingkat kepercayaan 68%, maka k ≈ 1
s
= derajat ketelitian
N’
= jumlah pengamatan yang dibutuhkan
N
= jumlah pengamatan
Universitas Sumatera Utara
36
Apabila N’ < N, maka data dinyatakan cukup.
Tabel 2. Uji kecukupan data
No.
Keterangan
1.
Tinggi Badan
2.
Tinggi pinggang
3.
Lebar genggaman
4.
Jangkauan ke depan (tangan)
5.
Jangkauan ke depan
(menggenggam)
6.
Panjang Siku ke ujung Jari
7.
Diameter Genggaman Tangan
N
10
10
10
10
10
N’
4,57
5,26
5,71
5,66
6,76
Kesimpulan
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
10
10
4,45
6,52
Cukup
Cukup
Dari Tabel 2 di atas disimpulkan bahwa data dinyatakan cukup dan dapat
digunakan dalam penelitian.
Uji keseragaman dilakukan untuk memastikan bahwa data yang dihasilkan
seragam. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Santoso, 2013, bahwa uji
keseragaman data dilakukan untuk memisahkan data yang memiliki karakteristik
yang berbeda. Hasil uji keseragaman data dari setiap data antropometri dimensi
tubuh yang telah diolah disajikan ke dalam Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Uji keseragaman data
No. Keterangan
BKA (cm) BKB (cm) Kesimpulan
1.
Tinggi Badan
183,48
146,32
Seragam
2.
Tinggi pinggang
102,22
80,18
Seragam
3.
Lebar genggaman
10,4
8,08
Seragam
4.
Jangkauan ke depan (tangan)
75,3
58,5
Seragam
5.
Jangkauan ke depan
64,12
48,68
Seragam
(menggenggam)
6.
Panjang Siku ke ujung Jari
48,22
38,58
Seragam
7.
Diameter Genggaman Tangan
6,01
4,61
Seragam
Penentuan keseragaman data dilihat pada sebaran data pada peta kontrol
yang dibuat berdasarkan batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Jika ada data
yang diluar batas kontrol, data akan dikeluarkan atau dibuang sehingga data yang
digunakan diasumsikan seragam.
Uji kenormalan data ditentukan dengan menggunakan program SPSS dan
dapat ditentukan bersamaan dengan penentuan persentil. Hal ini perlu dilakukan
Universitas Sumatera Utara
37
untuk memastikan apakah data yang dihasilkan normal dan dapat digunakan
dalam penelitian. Hasil uji kenormalan data dari setiap data antropometri dimensi
tubuh yang telah diolah disajikan ke dalam Tabel 3 berikut ini.
Tabel 4. Uji kenormalan data
No. Keterangan
1.
Tinggi Badan
2.
Tinggi pinggang
3.
Lebar genggaman
4.
Jangkauan ke depan (tangan)
5.
Jangkauan ke depan (menggenggam)
6.
Panjang Siku ke ujung Jari
7.
Diameter Genggaman Tangan
N
10
10
10
10
10
10
10
Kesimpulan
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Maka langkah selanjutnya adalah menentukan ukuran alat pengupas sabut
kelapa mekanis berdasarkan ukuran persentil yang akan digunakan. Untuk
menentukan ukuran tinggi mesin maka dimensi tubuh yang digunakan adalah
dimensi tinggi pinggang. Ukuran tinggi mesin ini menggunakan persentil 50-th
sebesar 91.2 cm. Memilih ukuran persentil rata-rata karena diharapkan dapat
mencakup ukuran populasi operator atau pemakai.
Untuk lebar genggaman penekan pada alat pengupas sabut kelapa maka
dimensi tubuh yang digunakan adalah lebar genggaman menggunakan persentil
50-th sebesar 5,25 cm, karena lebar genggaman maksimum sebesar 5,25 cm maka
lebar genggaman harus dibawahnya yaitu sebesar 3 cm agar dapat penekan
menggenggam secara penuh dan tenaga terfokus pada penekan.
Kapasitas Efektif Alat
Kapasitas efektif alat merupakan kemampuan alat dan mesin dalam
menghasilkan suatu produk (buah) per satuan waktu (jam). Dalam hal ini
pengukuran kapasitas efektif alat dilakukan dengan membagi jumlah bahan yang
dikupas terhadap waktu yang dibutuhkan untuk mengupas bahan.
Universitas Sumatera Utara
38
Pada penelitian ini pengupasan dilakukan oleh 10 orang operator dengan
masing-masing operator mengupas 10 buah kelapa (lampiran 3).
Tabel 5. Kapasitas efektif alat sebelum dan sesudah modifikasi
Jumlah Waktu pengupasan rata-rata
buah
(detik)
Sebelum modifikasi
10
247,2
Setelah modifikasi
10
211
Kapasitas
(buah/jam)
145.45
170,61
Dari hasil analisis uji sampel t berpasangan pada lampiran 3 diperoleh
bahwa modifikasi berpengaruh sangat nyata terhadap waktu pengupasan. Dari
Tabel 5 diperoleh waktu pengupasan
rata-rata 10 buah
kelapa sebelum
modifikasi adalah 247,2 detik dan setelah modifikasi adalah 211 detik. Pada hasil
pengamatan didapat bahwa kapasitas alat yang tertinggi terdapat pada alat setelah
modifikasi yaitu 170,61 buah/jam dan kapasitas terendah terdapat pada alat
sebelum modifikasi yaitu 145,45 buah/jam.
Analisis Ekonomi
Biaya pokok
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat
diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan.
Dari penelitian yang dilakukan (lampiran 5) diperoleh bahwa biaya
produksi pengupasan sabut kelapa tiap tahun berbeda-beda. Diperoleh biaya
pengupasan sabut kelapa pada alat pengupas sabut kelapa mekanis yang sebelum
modifikasi sebesar Rp 165,267/buah pada tahun pertama, Rp 165,577/buah pada
tahun kedua, Rp 165,909/buah pada tahun ketiga, Rp 166,267/buah pada tahun
keempat, dan Rp 166,652/buah pada tahun kelima. Hal ini disebabkan perbedaan
Universitas Sumatera Utara
39
nilai biaya penyusutan tiap tahun sehingga mengakibatkan biaya tetap alat tiap
tahun berbeda juga.
Dari penelitian yang dilakukan (lampiran 10) diperoleh biaya pengupasan
sabut kelapa pada alat pengupas sabut kelapa mekanis yang setelah modifikasi
sebesar Rp 141,268/buah pada tahun pertama, Rp 141,555/buah pada tahun kedua,
Rp 141,863/buah pada tahun ketiga, Rp 142,195/buah pada tahun keempat, dan
Rp 142,551/buah pada tahun kelima.
Dari hasil penelitian yang dilakukan (lampiran 5 dan lampiran 10)
diperoleh bahwa biaya pengupasan sabut kelapa tertinggi adalah pada alat
pengupas sabut kelapa mekanis yang sebelum modifikasi pada tahun kelima
sebesar Rp 166,652/buah dan biaya pengupasan sabut kelapa terendah adalah
pada alat pengupas sabut kelapa mekanis yang setelah modifikasi pada tahun
pertama sebesar Rp 141,268/buah.
Break even point
Menurut Waldiyono (2008) analisis titik impas umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha
yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap
sama dengan nol.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan diperoleh
nilai BEP pada alat pengupas sabut kelapa mekanis yang sebelum modifikasi yang
dapat dilihat pada lampiran 6. Alat ni mencapai titik impas apabila telah
mengupas kelapa sebanyak 5.111,826 buah pada tahun pertama, 5.392,123 buah
Universitas Sumatera Utara
40
pada tahun kedua, 5.693,536 buah pada tahun ketiga, 6.017,559 buah pada tahun
keempat dan 6.366,248 buah pada tahun kelima.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan diperoleh
nilai BEP pada alat pengupas sabut kelapa mekanis yang setelah modifikasi yang
dapat dilihat pada lampiran 11. Alat ni mencapai titik impas apabila telah
mengupas kelapa sebanyak 3.713,454 buah pada tahun pertama, 3.991,861 buah
pada tahun kedua, 4.291,241 buah pada tahun ketiga, 4.613,079 buah pada tahun
keempat dan 4.959,417 buah pada tahun kelima. Peningkatan BEP dipengaruhi
oleh biaya penyusutan yang meningkat setiap tahun.
Dari hasil penelitian yang dilakukan (lampiran 6 dan lampiran 11)
diperoleh bahwa nilai BEP tertinggi adalah pada alat pengupas sabut kelapa
mekanis sebelum modifikasi pada tahun kelima sebesar 6.366,248 buah dan nilai
BEP terendah adalah pada alat pengupas sabut kelapa mekanis setelah modifikasi
pada tahun pertama sebesar 3.713,454 buah.
Net present value
Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha
maka net present value dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisa
finansial. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian pada alat pengupas
sabut kelapa mekanis yang sebelum modifikasi pada lampiran 7 dapat diketahui
besarnya NPV 7,5% adalah Rp 195.203.600,12. Pada suku bunga 7,5%,
penerimaan yang diperoleh akan lebih besar daripada pengeluaran sehingga usaha
ini layak untuk dijalankan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV > 0.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian pada alat pengupas sabut
kelapa mekanis yang setelah modifikasi pada lampiran 12 dapat diketahui
Universitas Sumatera Utara
41
besarnya NPV 7,5% adalah Rp 256.177.017,22. Pada suku bunga 7,5%,
penerimaan yang diperoleh akan lebih besar daripada pengeluaran sehingga usaha
ini layak untuk dijalankan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV > 0.
Dari hasil penelitian yang dilakukan (lampiran 7 dan lampiran 12)
diperoleh bahwa besarnya NPV 7,5% tertinggi adalah pada alat pengupas sabut
kelapa mekanis yang setelah modifikasi sebesar Rp 256.177.017,22 dan besarnya
NPV 7,5% terendah adalah pada alat pengupas sabut kelapa mekanis yang
sebelum modifikasi sebesar Rp 195.203.600,12.
Internal rate of return
Internal rate of return berfungsi untuk melihat seberapa layak suatu usaha
dapat dilaksanakan atau seberapa besar keuntungan investasi maksimum yang
ingin dicapai. Hasil yang didapat dari perhitungan IRR pada alat pengupas sabut
kelapa mekanis yang sebelum modifikasi adalah sebesar 55,06% (Lampiran 8).
Usaha ini masih layak dijalankan apabila bunga pinjaman bank tidak melebihi
55,06%. Jika bunga pinjaman di bank melebihi angka tersebut maka usaha ini
tidak layak lagi diusahakan.
Hasil yang didapat dari perhitungan IRR pada alat pengupas sabut kelapa
mekanis yang setelah modifikasi adalah sebesar 48,61% (Lampiran 13). Usaha ini
masih layak dijalankan apabila bunga pinjaman bank tidak melebihi 48,61% jika
bunga pinjaman di bank melebihi angka tersebut maka usaha ini tidak layak lagi
diusahakan. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank maka keuntungan yang
diperoleh dari usaha ini semakin kecil.
Dari hasil penelitian yang dilakukan (lampiran 8 dan lampiran 13)
diperoleh bahwa IRR tertinggi adalah pada alat pengupas sabut kelapa mekanis
Universitas Sumatera Utara
42
sebelum modifikasi sebesar 55,06% dan besarnya IRR terendah adalah pada alat
pengupas sabut kelapa mekanis yang sebelum modifikasi sebesar 48,61%.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kapasitas alat yang tertinggi terdapat pada alat setelah modifikasi yaitu 170,61
buah/jam dan kapasitas terendah terdapat pada alat sebelum modifikasi yaitu
145,45 buah/jam.
2. Biaya pokok tertinggi yang dikeluarkan untuk memproduksi buah kelapa yang
sudah terkupas adalah pada alat pengupas sabut kelapa mekanis sebelum
modifikasi pada tahun kelima sebesar Rp 166,652/buah dan terendah adalah
pada alat pengupas sabut kelapa mekanis setelah modifikasi pada tahun
pertama sebesar Rp 141,268/buah.
3. Break even point (titik impas) tertinggi diperoleh dari alat pengupas sabut
kelapa mekanis sebelum modifikasi pada tahun kelima sebesar 6.366,248 buah
dan terendah adalah pada alat pengupas sabut kelapa mekanis setelah
modifikasi pada tahun pertama sebesar 3.713,454 buah.
4. Net present value 7,5% tertinggi adalah pada alat pengupas sabut kelapa
mekanis setelah modifikasi sebesar Rp 256.177.017,22 dan terendah adalah
pada alat pengupas sabut kelapa mekanis sebelum modifikasi sebesar
Rp 195.203.600,12. Usaha ini masih layak dijalankan.
5. Internal rate of return tertinggi adalah pada alat pengupas sabut kelapa
mekanis sebelum modifikasi sebesar 55,06% dan terendah adalah pada alat
pengupas sabut kelapa mekanis sebelum modifikasi sebesar 48,61%. Usaha ini
masih layak dijalankan.
43
Universitas Sumatera Utara
44
Saran
1. Perlu pengambilan sampel lebih luas lagi seperti pengambilan sampel pada
masyarakat suatu daerah.
2. Perlu dilakukan pengembangan alat untuk meningkatkan kapasitas alat.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Kelapa
Mengenai asal usul kelapa belum ada kesepakatan di antara para ahli. Pada
abad ke-9, pertama kali dikenal mata dagangan serat dan minuman keras yang
terbuat dari kelapa, diproduksi oleh pedagang bangsa Arab bernama Soleyman
yang mengunjungi negeri Cina. Kelapa (coconut) dikenal dengan berbagai
sebutan seperti Nux Indica, al djanz al kindi, ganz-ganz, nargil, narle, tenga, dan
pohon kehidupan. Kata coco (coquo) pertama kali digunakan oleh Vasco da
Gama, kata ini berhubungan dengan kera atau wajah aneh, seperti tempurung
kelapa yang bermata tiga. Tentang asal usul kelapa, terdapat dua teori yang saling
bertentangan. Teori pertama menyatakan bahwa kelapa berasal dari Amerika
Selatan dan teori kedua menyatakan bahwa kelapa berasal dari Asia atau Indo
Pasifik. Kedua teori ini memerlukan pengkajian yang lebih mendalam untuk
memperoleh bukti yang dapat membenarkan teori tersebut (Warisno, 1998).
Botani Kelapa
Dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman
kelapa (Cocos nucifera) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut.
Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-divisio
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas
: Monocotyledonae (biji berkeping satu)
Ordo
: Palmales
Famili
: Palmae
4
Universitas Sumatera Utara
5
Genus
: Cocos
Species
: Cocos nucifera L
Tanaman kelapa dikelompokkan ke dalam family yang sama dengan sagu
(Metroxylon sp), salak (Salaca edulis), aren (Arenga piñata), dan lain-lain.
Penggolongan varietas kelapa umumnya didasarkan pada perbedaan umur pohon
mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah serta sifat-sifat khusus yang
lain (Warisno, 2007).
Bagian - Bagian Tanaman Kelapa dan Kegunaannya
Kelapa merupakan salah satu anggota keluarga Palmae. Kelapa dikenal
sebagai tanaman serba guna karena seluruh bagian tanaman ini bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Berikut adalah bagian-bagian dan kegunaan dari tanaman
kelapa.
1. Batang
Batang kelapa yang sudah tua dapat digunakan untuk bahan bangunan,
jembatan, kerangka papan perahu, atau kayu bakar. Agar dapat digunakan
sebagai bahan bangunan, batang kelapa dibelah dulu menjadi beberapa
bagian. Kemudian dihaluskan menyerupai balok-balok atau silinder.
2. Daun
Daun-daun yang mudah kering dipakai sebagai hiasan janur atau bungkus
ketupat, sedangkan daun yang tua dijadikan atap, lidinya untuk sapu, tusuk
sate, dan lain-lain.
3. Buah
Buah kelapa terdiri atas:
Universitas Sumatera Utara
6
- sabut kelapa yang dapat dijadikan sebagai bahan baku industri, seperti:
karpet, sikat, keset, bahan pengisi jok mobil, tali dan lain-lain selain itu
sabut kalapa dapat dimamfaatkan juga sebagai pupuk dengan cara
membakarnya terlebih dahulu.
- tempurung kelapa dapat dimanfaatkan untuk berbagai industri seperti:
arang tempurung dan karbon aktif yang berfungsi untuk mengabsorbsi
gas dan uap.
- daging buah dapat diolah untuk keperluan rumah tangga, seperti bumbu
dapur, santan, kopra, minyak kelapa dan parut kering.
- air kelapa dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Selain sebagai
penyegar tenggorokan, juga dapat diolah menjadi sirup, nata de coco,
dan lain-lain.
(Piggot, 1964).
Akar tanaman kelapa yang masih muda dapat digunakan untuk mengobati
sakit perut. Sabut kelapa ataupun tapas dapat digunakan sebagai pembungkus
cangkokan pada tanaman. Selain itu, sabut kelapa juga dapat digunakan sebagai
pembungkus buah-buahan di pohon sebelum masak. Buah-buahan yang
dibungkus dengan sabut kelapa memiliki kualitas yang lebih baik, karena sabut
kelapa mempunyai susunan yang tidak terlampau rapat sehingga kebutuhan sinar
matahari dan udara tetap terjamin (Warisno, 2003).
Kondisi Perkelapaan di Indonesia
Sekitar tahun 1886, Belanda membuka perkebunan kelapa di Indonesia,
tepatnya di pulau Tallise dan Kikabohutan. Di samping itu, kebun-kebun kelapa
milik rakyat ternyata sudah lama diusahakan, misalnya sejak tahun 1880 kopra
Universitas Sumatera Utara
7
rakyat dari daerah Minahasa sudah mulai diekspor ke Eropa. Setelah perang dunia
kedua, ternyata ekspor kopra Indonesia semakin meningkat dan termasuk urutan
ketiga dari enam komoditas ekspor utama yaitu karet, kelapa sawit, kopra,
tembakau, teh, dan gula. Dengan demikian, tanaman kelapa memberikan
sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian rakyat dan sumber devisa bagi
negara (Setyamidjaja, 1991).
Saat ini kelapa diusahakan di seluruh provinsi di Indonesia. Bentuk dan
skala usaha taninya berbeda-beda, tergantung ketersediaan sumber daya dan
permintaan pasar. Selama lebih dari 25 tahun terakhir areal kelapa sudah
berkembang lebih dari 200%. Di tahun 1969 luas areal kelapa hanya seluas
1.680.536 ha. Namun, di tahun 1997 luasnya sudah menjadi 3.668.233 ha
sehingga Indonesia merupakan negara yang memiliki areal kelapa terluas di dunia.
Hal ini berarti sepertiga areal kelapa dunia terdapat di Indonesia yang sebagian
besarnya terkonsentrasi di tiga wilayah, yaitu Jawa dan Bali, Sumatera, serta
Sulawesi.
Di Indonesia, pengusahaan tanaman umumnya dilakukan di lahan sempit.
Sekitar 97% dari luas areal yang ada diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat
dengan sistem penanaman