Nilai Religius Dalam Surat Luqman Ayat 13-19 Dan Kaitannya Dengan Ayat Lain
NILAI RELIGIUS DALAM SURAT LUQMAN AYAT 13-19 DAN
KAITANNYA DENGAN AYAT LAIN
SKRIPSI SARJANA
O
L
E
H
04070402
AHMAD SYAHPUTRA TARIGAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
MEDAN
(2)
N
ILAI RELIGIUS DALAM SURAT LUQMAN AYAT 13-19 DAN KAITANNYA DENGAN AYAT LAINO
L
E
H
AHMAD SYAHPUTRA TARIGAN
04070402
Pebimbing I Pembimbing II
Dra. Pujiati M,Soc.Sc
2010
Dra. Rahima M.Ag
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu ujian sarjana sastra dalam bidang ilmu Bahasa Arab.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB MEDAN
(3)
Pengesahan Diterima oleh :
Panitia ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana sastra dalam ilmu bahasa arab pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan pada.
Hari :
Tanggal :
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
Dekan.
Dr.Syahron Lubis, M.A
Panitia Ujian
NO Nama Tanda tangan
1. Dra. Khairawati, MA.,Ph.d ( )
2. Drs. Mahmud Khudri, M.Hum ( )
3. Drs. Suwarto, M hum ( )
4. Dra. Pujiati M,Soc.Sc Ph.d ( )
(4)
Disetujui oleh : Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara Medan
Program Studi Bahasa Arab.
Ketua. Sekretaris.
(5)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkah dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini. Salawat beriring salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan sahabat-sahabatnya yang telah membawa risalah yang benar kepada manusia untuk pedoman hidup dalam meraih kebahagian di dunia dan akhirat.
Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir dan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana. Berkaitan dengan hal tersebut maka penulis menyusun sebuah skripsi yang berjudul
“Nilai Religius Dalam Surat Luqman ayat 13-19 Dan Kaitannya
Dengan Ayat Lain”
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih dapat kekurangan, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan serta pengalaman penulis. Penulis mengucapkan tarima kasih atas bantuan pembimbing, dosen, teman-teman serta maupun pihak lain yang telah berbaik hati memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Penulis juga senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.
Medan, 2010 Penulis
Ahmad Syahputra Tarigan 040704025
(6)
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama penulis mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada hambanya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Begitu pula salawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk ke jalan yang diridhainya.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada ;
1. Kedua orang tua yang tercinta, Adat Tarigan dan Agustina Pinem yang telah membesarkan, mendidik, dan selalu mendoakan penulis hingga penulis menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Berkat do’a keduanya, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, karunia, hidayahnya, serta ampunan bagi keduanya di dunia dan akhirat. Amin ya rabbal ‘alamin.
2. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A selaku Dekan Fakultas Sastra, Univesitas Sumatera Utara beserta pembantu Dekan I, II, dan III.
3. Ibu Dra. Khairawati, MA.,Ph.d selaku Ketua Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Mahmud Khudri, M.Hum selaku Sekretaris Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dra. Pujiati M,Soc.Sc Ph.d selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dra. Rahima M.Ag selaku dosen pembimbing II yang dengan ikhlas telah rela meluangkan waktu dan pikirannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. 6. Serta seluruh staff pengajar Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, khususnya
staf pengajar di Progaram Studi Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara yang telah menambah wawasan penulis selama masa perkuliahan, serta Sdr Andika sebagai staf tata usaha di Progaram Studi Sastra Arab.
7. Saya ucapkan juga terima kasih kepada Bapak Bahagia Tarigan serta keluarga besar Tarigan dan pinem yang banyak membantu berupa moril maupun materil kapada penulis selama menjalani perkuliahan hingga selesai.
8. Yang tercinta kakak, abang, adik : Anta Vlorita Tarigan, Ansyarifuddin Tarigan, Ardiansyah Tarigan karena merekalah penulis merasa termotivasi untuk menyelesaikan karya tulis ini.
9. Special thanks to Sri Damayanti (Aie) yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan kepada penulis untuk merampungkan studi ini.
(7)
10.Seluruh keluarga besarku yang mau memahami dan mengerti alasan keterlambatan studiku, terima kasih atas do’a kalian.
11.Kakanda alumni dan teman-teman yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Atas semua ini, penulis tidak dapat balas jasa baiknya. Oleh karena itu selaku hamba yang lemah penulis hanya dapat memohon kepada Allah SWT semoga diberikan balasan yang lebih baik atas bantuan yang telah diberikan. Amin ya rabbal ‘alamin.
(8)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………..………..i
UCAPAN TERIMA KASIH………..………...………....….ii
DAFTAR ISI………..………...……..…………. iv
PEDOMAN TRANSLITERASI…..…………..………...………...v
ABSTRAK……….………...ix
BAB I PENDAHULUAN………..…...………1
1.1 Latar belakang………..………...1
1.2 Rumusan masalah………2
1.3 Tujuan dan manfaat penelitian 1.4Metode penelitian………..………...3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...…………...………5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN………...……..………..………25
3.1 Biografi Luqman Al-Hakim 3.2 Nilai Religius Dalam Surat Luqman Ayat 13-19 3.2.1 Keimanantauhidan Manusia Terhadap Tuhan 3.2.2 Keteringatan Manusia Terhadap sifat Tuhan 3.2.3 Ketaatan Manusia Terhadap firman Tuhan 3.2.4 Kepasrahan Manusia Terhadap kekuasaan Tuhan BAB IV PENUTUP………..…...…………...………...……..41
4.1 Kesimpulan……….………...………...41
4.2 Saran……….…………...…..………...44
(9)
PEDOMAN TRANSLITERASI
Pedoman Transliterasi berdasarkan SK Bersama Mentri Agama dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 Tahun 1987 dan No. 0543/U/1987.
A. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf latin Nama
Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
Ba B be
Ta T te
Sa S Es(dengan titik di atas )
Jim J je
Ha H ha ( dengan titik di bawah )
Kha Kh ka dan ha
Dal D de
Zal Z Zet (dengan titik di atas )
Ra R er
Zai Z zet
Sin S es
Syin Sy es dan ye
Sad S es( dengan titik di bawah )
Dad D de ( dengan titik di bawah )
(10)
Za Z zet ( dengan titik di bawah )
‘Ain ‘ koma terbalikm (di atas)
Gain G ge
Fa F ef
Qaf Q ki
Kaf K ka
Lam L el
Mim M em
Nun N en
Waw W we
Ha H ha
Hamzah ‘ apostrof
Ya Y ye
B. Konsonan Rangkap
Konsonan Rangkap ( tasydid ) ditulis rangkap
Contoh: = muqaddimah
= al-madinah al-munawwarah
C. Vokal
1. Vokal Tunggal
______ (fathah ) ditulis “a” contoh = qara’a ______ (kasrah ) ditullis “i” contoh = rahima ______ (damma ) ditulis “u” contoh = Haifa
(11)
2. Vokal Rangkap
Vokal Rangkap _____ ( fathah dan ya ) ditulis “ai”
Contoh = zainab = kaifa
Vokal Rangkap _____ ( fathah dan wa ) ditulis “au”
Contoh = haula =qaula
D. Vokal Panjang ( maddah )
____ dan ____ / fathah / “ā” Contoh = qāma ____ / kasrah / ditulis “Ī” Contoh = rahĪm ____ / dammah / ditulis “ū” Contoh = ‘ūlum
E. Ta Marbutah
Ta Marbutah yang mati atau yang mendapat harkat sukun di tulis “h”
Contoh = makkah al-mukarramah
Ta Marbutah yang hidup atau berharakat ditulis “t”
contoh = al-hukumatu al-islamiyyah
F. Hamzah
Huruf hamzah ( ) di awal kata ditulis dengan vokal tanpa didahului oleh tanda apostrof (
). Contoh = Īman, bukan
ĪmanG. Lafzu jalalah
Lafzu jalalah ( kata ) yang berbentuk frase nomina ditransliterasikantanpa hamza. Contoh = Abdullah, bukan Abd Allah
H. Kata sandang ‘al-”
1. Kata sandang ditulis “al-”, pada kata yang dimulai dengan huruf qamariyah. Contoh = al-lugatu al-arabiyah
(12)
2. Kata sandang “al-”, yang diikuti huruf syamsiyah diganti dengan huruf syamsiyah yang mengikutinya. Contoh = asy-syamsu
3. Huruf “a” pada kata sandang “al-” tetap ditulis dengan huruf kecil, meskipun merupakan nama diri. Contoh = al-azhar
4. Kata sandang “al-” di awal kalimat dan pada kata “Allah SWT”, Qur’an” ditulis dengan huruf Kapital. Contoh saya menbaca Al-Qur’an al- Karim.
(13)
-
–-
(14)
NILAI RELIGIUS DALAM SURAT LUQMAN AYAT 13-19 DAN KAITANNYA DENGAN AYAT LAIN
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterikatan manusia dengan Tuhan, keseriusan hati nurani, kesalehan, ketelitian dalam pertimbangan batin.
Dalam surat Luqman ayat 13-19 dan kaitannya dengan ayat lain terdapat nilai religius yang mengandung prinsip-prinsip dasar untuk membangun masyarakat Islam
Adapun tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan nilai relegius yang terkandung dalam surat Luqman ayat 13-19. penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library reseach) diuraikan secara Deskriftif menggunakan teori Suwondo.
Adapun nilai religius menurut Suwondo (1994-65) 1. Keimantauhidan manusia terhadap Tuhan
2. Keteringatan manusia terhadap sifat Tuhan 3. Ketaatan manusia terhadap firman Tuhan 4. Kepasrahan manusia terhadap kekuasaan Tuhan
Adapun hasil penelitian yang peneliti temukan dalam surat Luqman ayat 13 yang mengandung keimantauhidan manusia terhadap Tuhan terdapat pada kata “ lā tusyrik” ayat
17 pada kata “ ‘ - -
-Nilai religius yang mengandung keteringatan manusia terhadap sifat Tuhan pada ayat 14 terdapat dalam kata “ ani usykur lī ” sedangkan ayat 15 “ marji ‘ukum”
Nilai religius yang mengandung ketaatan manusia terhadap kekuasaan Tuhan pada ayat 18-19 terdapat pada kata “ inna allaha lā yuhibbu kulla mukhtālin fakhūrin”
Nilai religius yang mengandung kepasrahan manusia terhadap kekuasaan Tuhan dalam ayat 16 terdapat pada kata “ ya’ ti bihā allahu inna allaha laţīfun khabīrun”.
(15)
-
–-
(16)
NILAI RELIGIUS DALAM SURAT LUQMAN AYAT 13-19 DAN KAITANNYA DENGAN AYAT LAIN
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterikatan manusia dengan Tuhan, keseriusan hati nurani, kesalehan, ketelitian dalam pertimbangan batin.
Dalam surat Luqman ayat 13-19 dan kaitannya dengan ayat lain terdapat nilai religius yang mengandung prinsip-prinsip dasar untuk membangun masyarakat Islam
Adapun tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan nilai relegius yang terkandung dalam surat Luqman ayat 13-19. penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library reseach) diuraikan secara Deskriftif menggunakan teori Suwondo.
Adapun nilai religius menurut Suwondo (1994-65) 1. Keimantauhidan manusia terhadap Tuhan
2. Keteringatan manusia terhadap sifat Tuhan 3. Ketaatan manusia terhadap firman Tuhan 4. Kepasrahan manusia terhadap kekuasaan Tuhan
Adapun hasil penelitian yang peneliti temukan dalam surat Luqman ayat 13 yang mengandung keimantauhidan manusia terhadap Tuhan terdapat pada kata “ lā tusyrik” ayat
17 pada kata “ ‘ - -
-Nilai religius yang mengandung keteringatan manusia terhadap sifat Tuhan pada ayat 14 terdapat dalam kata “ ani usykur lī ” sedangkan ayat 15 “ marji ‘ukum”
Nilai religius yang mengandung ketaatan manusia terhadap kekuasaan Tuhan pada ayat 18-19 terdapat pada kata “ inna allaha lā yuhibbu kulla mukhtālin fakhūrin”
Nilai religius yang mengandung kepasrahan manusia terhadap kekuasaan Tuhan dalam ayat 16 terdapat pada kata “ ya’ ti bihā allahu inna allaha laţīfun khabīrun”.
(17)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangKarya sastra merupakan sarana para sastrawan dalam mengungkapkan ekspresinya terhadap dunia imajiner. hal ini senada dengan pernyataan Teeuw bahwa “ kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa sansekerta. akar kata sas- berarti mengarahkan, memberi petunjuk atau intruksi. sedang –tra berarti alat atau sarana” (Males; 2000:3)
Pengertian sastra yang berdasarkan makna kata diatas tentu tidak dapat menggambarkan definisi sastra secara keseluruhan. hal tersebut misalnya dapat dibandingkan dengan makna sastra yang terdapat dalam bahasa Barat. Kerancuan makna pun masih melingkup i makna kata tersebut. dalam bahasa Inggris misalnya dikenal istilah literature, sedangkan dalam bahasa Perancis adalah Perancis literature, dalam bahasa Jerman adalah Jerman literature, dan bahasa Belanda adalah Belanda letterkunde. Secara etimologis, kata-kata tersebut berasal dari bahasa latin yaitu literature yang merupakan terjemahan dari kata-kata grammatika yang mengandung makna tata bahasa dan puisi. Namun kenyataannya, dalam pengertian yang dikenal saat ini kata literature ternyata mengacu pada makna segala sesuatu yang tertulis. Padahal jika kita simak lebih jauh, manifestasi makna tersebut tentu tidak dapat menggambarkan sastra dalam pengertian karya sastra (Fananie; 2000: 4)
Setiap hubungan karya sastra dengan masyarakat, baik sebagai inovasi, maupun afirmasi, jelas merupakan hubungan yang hakiki. karya sastra mempunyai tugas penting. baik dalam usahanya untuk menjadi pelopor pembaharuan, maupun memberikan pengakuan terhadap suatu gejala kemasyarakatan (Nyoman; 2004:334)
Bila dikaitkan sastra dengan rangkaian ayat-ayat Al-Qur’an maka menurut Al-Khulli Al-Qur’an disebut sebagai kitab sastra yang terbesar. ini menunjukkan bahwa mengadakan pengkajian tentang ayat-ayat dengan pendekatan sastra itu dapat dilakukan secara ilmiah (Al-Khulli dalam Setiawan; 2005: X )
Oleh karena itu penulis meneliti ayat Al-Qur’an surat Luqman ayat 13-19 dan kaitannya dengan ayat lain, untuk mendapatkan nilai-nilai religius yang ada didalamnya. Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada nabi Muhammad yang mengandung petunjuk-petunjuk bagi umat manusia. Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka, yang ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. tidak hanya diturunkan untuk suatu umat atau untuk suatu abad, tetapi untuk seluruh umat manusia dan untuk sepanjang masa, karena itu luas ajarannya adalah sama dengan banyaknya umat manusia dimuka bumi.
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam, yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad sebagai mukzizat yang berisikan syariat (hukum-hukum) peringatan, sejarah (kisah-kisah) dan berbagai ilmu pengetahuan. Nabi Muhammad SAW diutus Allah dengan tugas utama untuk membina dan membangun akhlak yang terpuji, tugas utama beliau tersebut
(18)
sangat menarik simpati ummat manusia untuk mengikuti dan meneruskannya. Sebagaimana sabda beliau
”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak” (HR. Ahmad)
Karena risalah yang diajarkan nabi itu memberikan informasi tentang dasar dan tujuan akhlak, serta cara dan latihan untuk mencapainya. dengan komponen-komponen yang lengkap disertai penjelasan serta keteladanan oleh beliau sendiri, sebagai suri teladan yang baik dalam suatu sistem kehidupan manusia. Dalam hal ini Allah telah berfirman pada surat Al-Ahzab.
/
--ākhira wa żakara allaha kaśīran/
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS AL-Ahzab [33]: 21)
Ajaran tentang akhlak tersebar dibeberapa ayat. namun yang menjadi objek kajian penulis adalah surat Luqman ayat 13-19. surat Luqman terdiri dari 34 ayat, termasuk golongan surat-surat makiyyah, diturunkan sesudah surat Ash-Shaffaat. dinamai surat Luqman karena pada ayat 12 disebutkan bahwa Luqman telah diberi Allah ni’mat dan ilmu pengetahuan, oleh sebab itu dia bersyukur kepada Allah atas ni’mat yang diberikan itu. dan pada ayat 13-19 terdapat nasehat-nasehat Luqman kepada anaknya.
Ini adalah isyarat daripada Allah supaya setiap ibu bapak melaksanakan pula terhadap anak-anak mereka sebagaimana yang telah dilakukan Luqman. dilihat dari Asbabun Nuzulnya ayat ini diturunkan karena banyaknya masyarakat pada waktu itu, yang merasa dirinya paling pintar (pengetahuan) serta suka mengolok-olok orang-orang yang mengikuti perintah Allah.
Pada saat Luqman memberikan pelajaran pada anaknya para ulama berbeda pendapat mengenai siapa Luqman yang dimaksud ayat tersebut. menurut Ibnu Katsir, Luqman Al-Hakim bernama Luqman Bin ‘Anqa’ bin Sadwan. menurut Al-Khazin, dia bernama Luqman Bin Ba’aura’ Bin Nahur Bin Tarikh. Ibnu Tarikh ini adalah Azar. namun ada juga yang mengatakan, Luqman adalah anak dari saudara Ayyub. ada juga yang mengatakan Luqman
(19)
adalah anak dari bibi Ayyub. Al-Bagahawi menuturkan, menurut Muhammad Bin Ishaq, ia bernama Luqman Bin Na’ur Bin Nahur Bin Tarikh, tidak lain ia adalah Azar. menurut Wahab dia adalah anak saudara perempuan Ayyub. Namun menurut Muqotil, dia adalah anak dari bibi Ayyub (Abdullah Al-Ghamidi 2008)
Dalam tafsirnya, Al-Qurthubi menjelaskan, Luqman hidup selama seribu tahun dan Daud a.s bertemu dengannya, bahkan belajar kepadanya. sebelum Daud a.s diutus menjadi nabi dan rasul, Luqman yang memberikan fatwa. Ketika Daud a.s menjadi nabi dan rasul, Luqman berhenti memberikan fatwa. Konon Luqman ditanya mengapa ia tidak lagi memberikan fatwa ? dia menjawab, “Sudah cukup bagiku jika sudah cukup bagimu”.
Terhadap keterangan ini Al-Alusi menambahkan ada yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang hakim dimasa bani Israil. keterangan ini dikutip dari Al-Waqidi. namun menurutnya masa hidup Luqman adalah rentang waktu antara masa hidup nabi Isa a.s dan nabi Muhammad. Menurut Ikrimah dan Sya’bi, Luqman adalah seorang nabi. namun menurut kebanyakan ulama dia hidup dimasa kehidupan nabi Daud a.s dan bukan seorang nabi.
Luqman disebut juga dengan mu’ammar karena Ia berumur panjang, ada yang menyebutkan Ia hidup di zaman kaum Ad (Ali, Juz 2. hal 1049). Ada banyak riwayat dan pendapat yang menerangkan tentang sifat, ciri fisik, dan akhlak Luqman. sumber-sumber yang biasa kita peroleh adalah keterangan yang umumnya terdapat pada kitab-kitab tafsir. diantara atsar yang terpenting adalah dalam tafsir At-Thabari disebutkan, Nashar Bin Abdurrahman Al-Audi dan Ibnu Hamid bercerita kepadaku (At-Thabari), bahwa Hikam mendapat cerita dari Sa’id Az-Zubaida dari mujahid, dia berkata “Luqman Al-Hakim adalah seorang hamba berkebangsaan Habsyi, bibirnya tebal, langkahnya lebar, dan menjadi hakim bagi bani Israil.” Thabari juga mendapat cerita dari ‘Isa Bin ‘Utsman Bin ‘Isa Ar-Rahili, dia berkata bahwa Yahya Bin Isa mendapat cerita dari mujahid, dia berkata, Luqman adalah seorang budak kulit hitam, bibirnya tebal, dan kakinya bengkok (Abdullah Al-Ghamidi 2008) mengenai siapa Luqman dan ciri-ciri fisiknya ini penulis uraikan sesuai referensi yang ada.
Luqman juga menempati derajat yang paling tinggi, sebab manusia yang derajatnya paling tinggi adalah orang yang telah sempurna sekaligus berusaha menyempurnakan orang lain. adapun upaya nya untuk membuat orang lain menjadi sempurna terlihat pada nasehat-nasehat yang disampaikan pada putranya diantaranya ialah:
(20)
/wa iż qāla luqmānu libnihi wahuwa ya‘ izuhu yā bunayya lā tusyrik bi allahi inna asy
-syirka lazulmun ‘azīmun /
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS [31]:l3)
/wa waş
--maşīru/
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada Ku-lah kembalimu (QS [31]:l4)
Ketika ayat-ayat dalam nasihat Luqman ini dicermati secara keseluruhan, ada dua perkara terpenting yang dinasehatkan Luqman kepada anaknya. Pertama menyangkut persoalan akidah. Luqman menasehati anaknya agar tidak menyekutukan Allah Iapun mengingatkan kepada anaknya bahwasannya Allah maha tahu apa yang dilangit dan di bumi dan Allah akan membalas semua perbuatan manusia. Kedua berkenaan dengan pelaksanaan amal ibadah yang menjadi konsekuensi tauhid baik menyangkut hubungan partikal manusia dengan Khalik, dengan dirinya sendiri, maupun hubungan harizontal sesama manusia.
Penulis memilih judul ini karena ayat-ayat yang ada dalam surat Luqman, khususnya yang membahas nasihat Luqman kepada anaknya, mengandung prinsip-prinsip dasar untuk membangun masyarakat Islam. Misalnya tentang keikhlasan dalam beribadah kepada Allah. dan tidak menyekutukannya, menjauhkan diri dari kekufuran, bersyukur kepada Allah. wasiat agar berbakti kepada orang tua kecuali mereka menyuruh maksiat kepada Allah, mendirikan shalat, memerintahkan kebaikan, mencegah kemungkaran, sabar menghadapi kesulitan, bersikap rendah hati, menjahui kesombongan, bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan, dan mengikuti orang-orang yang kembali kepada jalan Allah.
Masalah yang akan diteliti lebih lanjut dalam nasehat ini adalah nilai religius yang terkandung didalamnya, karena menurut penulis ayat-ayat ini mempunyai pesan religius. meskipun setiap ayat dari Al-Qur’an itu mengandung makna religius.
(21)
1.2 Perumusan Masalah :
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari pokok bahasan, maka perlu adanya perumusan masalah sehingga tidak keluar dari topik permasalahan. maka penulis memberikan batasan-batasan sebagai berikut
1. Apakah nilai religius yang terkandung dalam surat Luqman ayat l3-19 dan bagaiman kaitannya dengan ayat lain ?
1.3 Tujuan Penelitian :
Adapun penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan nilai religius yang terkandung dalam surat Luqman ayat l3-19 dan kaitannya dengan ayat lain.
Maanfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Untuk menambah dan memperluas wawasan penulis dan pembaca mengenai pesan religius yang terdapat pada surat Luqman ayat l3-19 dan kaitannya dengan ayat lain yang dapat digunakan menjadi i’tibar pesan pendidik dalam mendidik semua anak 2. Untuk mempermudah pembaca dalam mengembangkan penelitian tentang nilai-nilai
religius pada surat serta ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an khususnya surat Luqman ayat 13-19
1.4 Metode Penelitian
Adapun penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library reseach) diuraikan secara deskriftif dengan merujuk kepada pendapat-pendapat terdahulu, dan menggunakan teori Suwondo.
Adapun tahap-tahap penelitian ini adalah :
1. Mengumpulkan bahan referensi atau buku yang terkait dengan masalah yang diteliti. 2. Mempelajari dan menganalisis data dari referensi yang sudah ada kemudian
mengklasifikasikannya.
3. Menyusun hasil penelitian secara sistematis dalam bentuk laporan ilmiah yang kemudian disajikan dalam bentuk skripsi.
(22)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kata "religius" berasal dari kata "religi" yang berarti khidmat dalam pemujaan, sikap dalam hubungan dengan hal yang suci dan supra natural yang dengan sendirinya menuntut hormat dan khidmad (Shadaly, 1984 : 2878). Berkaitan dengan itu Prikarya (1977 : 31 ) juga mengatakan bahwa manusia itu bergantung kepada Tuhan, selain itu dikatakan pula bahwa manusia bergantung pada Tuhan dalam keyakinan dan juga dikatakan bahwa Tuhanlah yang memberikan keselamatan sejati pada manusia, ditambahkan pula bahwa manusia dengan kekuatannya sendiri tidak mampu memperoleh keselamatan itu sehingga ia menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Sikap khidmat dalam pemujaan atau penyerahan diri dengan Tuhan dapat dilakukan melalui sikap kesetiaan batin, hati nurani, dan sikap ketaatan mengikuti ajaran agama berdasarkan iman dan taqwa kepada Nya.
Pengertian yang lebih singkat dikemukakan oleh Dojosantoso (1986 : 3 ) bahwa religius adalah keterikatan manusia pada Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan. keterikatan manusia secara sadar terhadap Tuhan merupakan sikap manusia "religius" manusia religius dapat diartikan sebagai manusia yang berhati nurani serius, shaleh, teliti dalam pertimbangan batin (Mangunwijaya 1982 : 194). Kaitan Al-Qur’an merupakan kalam Ilahi. Jadi, kebahasaan mengandung nilai-nilai sastra yang tinggi dan mengandung nilai religius, yang bermanfaat bagi petunjuk kehidupan manusia. Salah satu pesan-pesan kalam Allah yang merupakan pesan religius adalah tercantum pada surat Luqman ayat 13-19. Berkenaan dengan karya sastra yang bernilai religius, Mangunwijaya (1982 : 2) mengatakan bahwa "pada awal mula segala sastra adalah religius"
Uraian diatas menjelaskan bahwa sastra tidak dapat dipisahkan dengan agama, karena sastra dan agama merupakan realitas pandangan hidup masyarakat.
Adapun nilai religius menurut Suwondo (1994: 65) adalah: 1. Keimantauhidan manusia terhadap Tuhan.
2. Keteringatan manusia terhadap sifat Tuhan 3. Ketaatan manusia terhadap firman Tuhan. 4. Kepasrahan manusia terhadap kekuasaan Tuhan.
Sastra dan masyarakat sangat berkaitan, bentuk dan karya sastra sebenarnya memang lebih banyak diambil dari fenomena sosial dibandingkan dengan seni yang lain, kecuali film. kebebasan sekaligus kemampuan karya sastra untuk memasukkan hampir seluruh aspek
(23)
kehidupan manusia menjadikan karya sastra yang dekat dengan aspirasi masyarakat. Ciri-ciri utama karya sastra adalah aspek-aspek estetika tetapi secara intens karya sastra juga mengandung etika, filsafat, logika, bahkan juga ilmu pengetahuan (Nyoman;2004: 337)
Berkenaan dengan karya sastra yang bernilai religius, Mangunwijaya (1982 : 11) menyatakan bahwa “pada awal mula, segala sastra adalah religius”. Dengan demikian, dalam karya Sastra Arab sejak dulu hingga sekarang, terdapat nilai luhur yang disebut dengan “nilai religius”. Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterikatan manusia dengan tuhan, keseriusan hati nurani, kesalehan, ketelitian dalam pertimbangan batin.
Penulis mencoba menganalisis masalah religius yang terdapat pada nasehat Luqman kepada anaknya menggunakan teori Suwondo yang mengatakan, keimantauhidan manusia terhadap Tuhan, keteringatan manusia terhadap sifat Tuhan, ketaatan manusia terhadap firman Tuhan, kepasrahan manusia terhadap kekuasaan Tuhan. Unsur-unsur yang akan diteliti adalah unsur yang tersirat yang mempengaruhi sebuah sastra, dan hal-hal yang tersirat yang menggambarkan pola-pola masyarakat serta nilai-nilai sosial yang meliputi pesan moral, pesan relegius, dan pesan-pesan kritik sosial (Nurgiyantoro 1995; 319)
Akan tetapi penulis hanya membahas hal-hal yang tersirat yang mengambarkan pesan religius dan kaitannya dengan ayat lain dalam nasihat Luqman kepada anaknya. Pesan religius yang tersirat dalam surat Luqman tentang nasehatnya kepada anaknya sangat jelas mengandung pesan-pesan religius antara manusia dengan Tuhannya dan manusia dengan manusia. Hal ini tergambar jelas dalam surat Luqman tentang nasehatnya kepada anaknya pada ayat 13-19.
(24)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Biografi Luqman Al-Hakim Luqman dan nasehatnya
Lazimnya setiap tokoh mempunyai biografi, demikian juga dengan Luqman. Biografi Luqman Hakim penulis himpun dari berbagai referensi. Menurut Ibnu Katsir, Luqman Al-Hakim bernama Luqman Bin ‘Anqa’ bin Sadwan. Menurut Al-Khazin, beliau bernama Luqman Bin Ba’aura’ Bin Nahur Bin Tarikh. Ibnu Tarikh ini adalah Azar. Namun ada juga yang mengatakan, Luqman adalah anak dari saudara Ayyub. Yang lainnya mengatakan Luqman adalah anak dari bibi Ayyub. Al-Bagahawi menuturkan, menurut Muhammad Bin Ishaq, ia bernama Luqman Bin Na’ur Bin Nahur Bin Tarikh, tidak lain ia adalah Azar. menurut Wahab dia adalah anak saudara perempuan Ayyub. Menurut Muqotil, dia adalah anak dari bibi Ayyub.
Dalam tafsir Al-Qurthubi dijelaskan, Luqman hidup selama seribu tahun dan Daud as bertemu dengannya, bahkan belajar kepadanya. sebelum Daud as diutus menjadi nabi dan rasul, Luqman yang memberikan fatwa. ketika Daud as menjadi nabi dan rasul, Luqman berhenti memberikan fatwa. konon Luqman ditanya mengapa ia tidak lagi memberikan fatwa ? dia menjawab, “Sudah cukup bagiku jika sudah cukup bagimu.
Al-Alusi menambahkan ada yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang hakim dimasa bani Israil. keterangan ini dikutip dari Al-Waqidi. Mamun menurutnya masa hidup Luqman adalah rentang waktu antara masa hidup nabi Isa dan nabi Muhammad. Sedangkan menurut Ikrimah dan Sya’bi Luqman adalah seorang nabi, namun menurut kebanyakan ulama dia hidup dimasa kehidupan nabi Daud as dan bukan seorang nabi.
Ciri fisik Luqman
Ada banyak riwayat dan pendapat yang menerangkan tentang sifat, ciri fisik, dan akhlak Luqman, sumber-sumber yang biasa di peroleh adalah keterangan yang umumnya terdapat pada kitab-kitab tafsir. Dalam tafsir At-Thabari disebutkan, Nashar Bin Abdurrahman Al-Audi dan Ibnu Hamid bercerita kepadaku (At-Thabari), bahwa Hikam mendapat cerita dari Sa’id Az-Zubaida dari mujahid, dia berkata “Luqman Al-Hakim adalah seorang hamba berkebangsaan Habsyi, bibirnya tebal, langkahnya lebar, dan menjadi hakim bagi bani Israil.” Thabari juga mendapat cerita dari ‘Isa Bin ‘Utsman Bin ‘Isa Ar-Rahili, dia berkata bahwa Yahya Bin Isa mendapat cerita dari mujahid, menurut mereka Luqman adalah
(25)
seorang budak kulit hitam, bibirnya tebal, dan kakinya bengkok (Abdullah Al-Ghamidi 2008).
Luqman juga menempati derajat yang paling tinggi. sebab manusia yang derajatnya paling tinggi adalah orang yang telah sempurna sekaligus berusaha menyempurnakan orang lain. Adapun upaya nya untuk membuat orang lain menjadi sempurna terlihat pada nasehat-nasehat yang disampaikan pada putranya dalam surat Luqman ayat 13-19.
Nama dan nasabnya
Luqman Al-Hakim bernama Luqman Bin ‘Anqa’ bin Sadwan. Menurut Al-Khazin, ada yang mengatakan dia bernama Luqman Bin Ba’aura’ Bin Nahur Bin Tarikh. Ibnu Tarikh ini adalah Azar, namun ada juga yang mengatakan. Luqman adalah anak dari saudara Ayyub. ada juga yang mengatakan Luqman adalah anak dari bibi Ayyub
Al-Bagahawi menuturkan, menurut Muhammad Bin Ishaq, ia bernama Luqman Bin Na’ur Bin Nahur Bin Tarikh, tidak lain ia adalah Azar, menurut Wahab dia adalah anak saudara perempuan Ayyub. Namun menurut Muqotil, dia adalah anak dari bibi Ayyub. Sedangkan menurut Asy-Syaukani, dia adalah Luqman bin Ba,ura bin Nahur bin Tarikh, yakni Azar, ayah Ibrahim, ada juga yang mengatakan ia adalah luqman bin ‘Anga bin Marwan. Menurut Wahab, dia adalah anak saudara perempuan Ayyub. Menurut Muqottil, dia adalah anak bibi Ayyub.
Sedangkan menurut Qurthubi, dia adalah Luqman bin ‘Aura bin Nahur bin Tarikh. sedangkan Tarikh adalah Azar, ayah Ibrahim, demikianlah nasab Luqman menurut Muhammad bin Ishaq, menurut pendapat yang lain dia adalah Luqman bin ‘Anga bin Saudan. Menurut Az-Zamakhsyari, dia adalah Luqman bin ‘Aura’ bin Ba’ura anak dari saudara perempuan Ayyub atau anak bibi Ayyub. Dari sejumlah perbedaan tersebut, penulis beranggapan bahwa seorang manusia mungkin dipanggil dengan lebih dari satu nama dan setiap orang boleh memanggilnya sesuai dengan nama yang lebih dikenalnya. Satu hal yang pasti adalah luqman tersebut dibahas dalam Al-Quran.
Keadaan pada masa hidup Luqman hidup
Dalam tafsirnya, Al-Qurthubi menjelaskan, Luqman hidup selama seribu tahun dan Daud bertemu dengannya, bahkan belajar kepadanya. sebelum Daud diutus menjadi nabi dan rasul, Luqman yang memberikan fatwa. ketika Daud menjadi nabi dan rasul, Luqman berhenti memberikan fatwa. konon Luqman ditanya mengapa ia tidak lagi memberikan fatwa ? dia menjawab, “Sudah cukup bagiku jika sudah cukup bagimu.”
Terhadap keterangan ini Al-Alusi menambahkan ada yang mengatakan bahwa Luqman adalah seorang hakim dimasa bani Israil, keterangan ini dikutip dari Al-Waqidi
(26)
namun menurutnya masa hidup Luqman adalah rentang waktu antara masa hidup nabi Isa dan nabi Muhammad. menurut Ikrimah dan Sya’bi Luqman adalah seorang nabi. namun menurut kebanyakan ulama dia hidup dimasa kehidupan nabi Daud dan bukan seorang nabi.
Luqman Al-Hakim pada saat itu menghadapi masyarakat materialistis, yaitu seluruh aspek kehidupan dikuasai oleh materi. Luqman datang memberikan pelajaran ruhiyah, sehingga mereka menuntun jiwa manusia menjadi liar disebabkan oleh kekuasaan materi. tidak pula diragukan, bahwa munculnya seorang penyeru ruhani dikalangan masyarakat materialistis telah menunjukkan adanya tingkat kebutuhan yang tinggi terhadap penyeru ruhani dan betapa kuatnya perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan oleh luqman untuk mengembalikan kehidupan manusia agar senantiasa dalam sinaran ruhani, selamat dari kemaksiatan, dan jauh dari kemungkaran.
Meskipun riwayat-riwayat yang menjelaskan tentang riwayat hidup luqman tidak begitu jelas, namun al-quran menunjukkan bahwa masyarakat membutuhkan orang yang mampu melakukan upaya perbaikan (mushlih) dimana antara ucapan dan perbuatan dapat sejalan karena keduanya tidak dapat dipisahkan.
Luqman hidup dengan mengikuti jalan seorang mushlih hal ini dimulai dari prinsip-prinsip pemikirannya dia bersyukur kepada tuhan, memahami takdirnya, dan memberi wasiat kepada anaknya seperti yang dikisahkan di dalam Al-Qur’an
Anak Luqman
Menurut Ibnu Katsir, At-Thabari dan Al-Qurthubi, juga As-Shalihi nama anak laki-lakinya adalah Tsaran, menurut Khazin nama anaknya adalah An’am dan ada juga yang mengatakan Asykam. Sedangkan Al-Alusi berpendapat bahwa nama anak Luqman adalah Tsaran, seperti pendapat At-Thabari dan Al-Qutbi. Ada juga yang mengatakan Matsan, An’am, Asykam, atau Masykam. Maka sesuai dengan banyaknya riwayat yang menyatakan nama anak Luqman adalah Tsaran namun panggilan atau nama lain darinya adalah An’am atau Asykam atau Masykam.
(27)
3.2 Nilai Religius Dalam Surat Luqman Ayat 13-19 Dan Kaitannya Dengan Ayat Lain.
Melihat jalinan yang utuh dan erat, mulai dari awal hingga akhir dalam nasihat Luqman kepada anaknya. Semua nasihatnya mengandung nilai-nilai religius yang dapat di amalkan untuk kehidupan sehari-hari. Serta menjadi i’tibar pesan pendidikan untuk diterapkan oleh setiap orang tua dalam mendidik anak. Wasiat Luqman kepada anaknya yang diawali tentang larangan syirik, perintah berbuat baik kepada orang tua, kekuasaan Allah, perintah shalat, larangan berbuat sombong, serta keederhanaan. secara keseluruhan mengandung nilai-nilai religius.
Kata "religius" berasal dari kata "religi" yang berarti khidmat dalam pemujaan, sikap dalam hubungan dengan hal yang suci dan supra natural yang dengan sendirinya menuntut hormat dan khidmad (Shadaly, 1984 : 2878). Berkaitan dengan itu Prikarya (1977 : 31 ) juga mengatakan bahwa manusia itu tergantung dari Tuhan. Selain itu dikatakan pula bahwa manusia tergantung pada Tuhan dalam keyakinan dan juga dikatakan bahwa Tuhanlah yang memberikan keselamatan sejati pada manusia dan ditambahkan pula bahwa manusia dengan kekuatanya sendiri tidak mampu memperoleh keselamatan itu sehingga ia menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Sikap khidmat dalam pemujaan atau penyerahan diri dengan Tuhan dapat dilakukan melalui sikap kesetiaan batin, hati nurani, dan sikap ketaatan mengikuti ajaran agama.
Pengertian yang lebih singkat dikemukakan oleh Djontosa (1986 : 3 ) bahwa religius adalah keterikatan manusia pada Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan. keterikatan manusia secara sadar terhadap Tuhan merupakan sikap manusia "religius" manusia religius dapat diartikan sebagai manusia yang berhati nurani serius, shaleh, teliti dalam pertimbangan batin (Mangunwijaya 1982 : 194). Jelaslah bahwa surat Luqman ayat 13-19 merupakan nasihat yang tersusun dengan sistem kebahasaan yang mengandung nilai-nilai sastra yang tinggi dan mengandung nilai-nilai religius, amat menyentuh dan bermanfaat bagi petunjuk kehidupan manusia, salah satu pesan-pesan kalam Allah yang merupakan pesan religius tercantum pada surat Luqman ayat 13-19. Adapun ayat tersebut berkaitan dengan ayat lain. Adapun nilai religius dari surat Luqman ayat 13-19 itu dapat di analisa menggunakan metode penelitian deskriftif dengan menggunakan teori Suwondo
1. Keimantauhidan manusia terhadap Tuhan. 2. Keteringatan manusia terhadap sifat Tuhan 3. Ketaatan manusia terhadap firman Tuhan. 4. Kepasrahan manusia terhadap kekuasaan Tuhan.
(28)
3.2.1 Nilai religius yang mengandung keimantauhidan manusia terhadap Tuhan. Nilai keimantauhidan adalah nilai kepercayaan dan keyakinan manusia terhadap tuhan dengan penuh kesadaran melalui hati nurani, ucapan, dan perbuatan. Perwujudan keimanantauhidan itu tercermin dalam sikap, tutur kata, dan tindakan dilandasi keseriusan hati nurani, kesalehan dan ketelitian dalam pertimbangan batin.
Keimantauhidan mempunyai pengaruh-pengaruh yang baik dan jelas dalam kehidupan manusia, tauhid adalah pengabdian manusia kepada penciptanya, yaitu Allah Yang Maha Esa. tauhid merupakan pembebasan akal manusia dari Khurafat. pembebasan hati dan jiwa manusia dari kehinaan, dan pembebasan kehidupan manusia secara keseluruhan dari penguasaan syaitan dan hal-hal yang menganggap dirinya Tuhan.
Tauhid (mengakui Tuhan itu ada dan satu, yaitu Allah SWT), adalah hal paling penting dan yang paling pertama yang harus dipelajari oleh seorang muslim. Nabi Muhammad SAW selama 13 tahun masa-masa pertama kenabiannya, gigih menyampaikan ajaran tauhid kepada orang-orang kafir Quraisy.
Penekanan pada ajaran tauhid akan memberikan kemudahan untuk menghayati masalah fiqih, syariat dan muamalat sehingga dapat terbina masyarakat yang bertaqwa, yang shaleh dalam menjalani kehidupan yang damai. Dengan mendalami tauhid dan benar-benar melaksanakan perintah Allah maka umat islam akan terhindar dari kemusyrikan. Dalam surat luqman ayat 13 nilai keimantauhidan itu berupa keyakinan bahwa Tuhan itu satu dan tiada Tuhan selain Dia. Seperti dalam firman Allah di bawah ini.
/wa iż qāla luqmānu libnihi wahuwa ya ‘ izuhu yā bunayya lā tusyrik bi allahi inna asy
-syirka lazulmun ‘ āzīmun/
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS [31]: l3 )
Pada surat luqman ayat 13 di atas, merupakan suatu keyakinan bahwa Tuhan itu satu dan tiada Tuhan selain Dia. Maka jangan pernah menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. ayat ini berkaitan dengan ayat lain, yang terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 22.
(29)
/alla
fa´ahraja bihi minassamarāti rijqallakum falā taj’alū lillahi andādan wa´antum ta’lamūna/
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui (QS [2]: 22)
Allah menyatakan bahwasannya, Dia yang menjadikan bumi terhampar bagi manusia dan langit sebagai atap, dan Allah juga yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Allah menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untuk manusia. karena itu janganlah kita mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Berkaitan dengan kemusyrikan Allah juga telah berfirman pada surat An-Nisaa’ ayat 48
/΄inna allaha lā yagfiru an yu
yusyrik billahi faqadiftarā ismān ΄azīmān/
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar (QS [4]: 48)
Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia tidak akan mengampuni dosa syirik, karena syirik perbuatan dosa yang sangat besar, akan tetapi Allah mengampuni segala dosa selain syirik, bagi orang-orang yang dikehendaki Nya. Berkenaan dengan firman Allah pada surat An-Nisaa’ ayat 4 Allah juga telah menerangkan pada surat An-Nisaa’ ayat 116.
/´inna allaha lā yagfiru an yu
/
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya (QS [4]: 116)
(30)
Kedua ayat di atas menceritakan hal yang sama bunyi ayatnya juga sama hanya terdapat perbedaan pada kata
(maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar) dan
(maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya).
Sedangkan dalam surat Al-Maidah ayat 72 Allah berfirman.
/laqad kafarol lajīna qōlû huw
/
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam", padahal Al masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun (QS [5]: 72)
Dalam ayat ini terdapat perintah untuk seluruh manusia agar menyembah Allah, dan dilarang melakukan perbuatan syirik, sebab kemusyrikan adalah penyebab utama masuknya seseorang ke dalam neraka, karena Allah mengharamkan surga untuk orang yang melakukan syirik. Adapun di dalam surat Al-Jin ayat 20 Allah berfirman.
/qul innamā ‘ad’ ū rabbi walā ´ usyriku bihi ´ahadañ/
Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya" (QS [72]: 20)
Ayat di atas menerangkan bahwasannya Allah telah memerintahkan nabi Muhammad untuk mengatakan sesungguhnya Dia hanya menyembah Allah, dan tidak akan menyekutukannya. Maka kita juga harus mengikutinya sebab kita adalah ummatnya.
Dari nasihat Luqman pada ayat 13 terdapat larangan untuk mensyarikatkan Allah. Sebab syirik adalah kezhaliman karena menyembah sesuatu yang lain, yakni selain kepada
(31)
Allah, syirik disebut kezaliman yang besar karena orang meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, bahkan seolah menyamakan antara sesuatu yang tidak bisa memberi nikmat kepada manusia, dengat dzat yang menjadi satu-satunya sumber nikmat.
Menurut ajaran islam, zalim merupakan prilaku tercelah yang harus dihindari setiap muslim karena sesungguhnya perbuatan itu dapat merugikan pelakunya dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Tindakan aniaya (zalim) sebagai perbuatan dosa yang dapat merusak individu, keluarga serta masyarakat. Tindakan aniaya itu menyesatkan dan menyengsarakan, oleh sebab itu orang-orang musyrik juga dikatakan didalam Al-Qur’an sebagai orang zalim. Zalim adalah perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran yang akan membawa mudharat bagi pelakunya.
Syirik adalah mengingkari bahwa Tuhan adalah maha esa dan maha kuasa, jika tidak maha esa, maka ada lebih dari satu tuhan. Konsekuensinya, berarti ada tuhan yang lain berasal dari kalangan makhluk ciptaan tuhan, akibatnya manusia yang musyrik itu mengangkat dan mengagungkan alam atau sesama manusia. Hal lain yang termasuk pada syirik adalah ria.
Ria (membanggakan diri) syirik yang samar dan tersembunyi artinya mungkin saja seorang manusia menunaikan ibadah seumur hidupnya dalam keadaan ria, namun ia tidak menyadarinya oleh sebab itu di dalam beberapa riwayat ria diumpamakan seperti seekor semut yang hitam yang berjalan diatas batu yang hitam di malam gelap gulita. Salah satu cara setan untuk memperdaya manusia adalah ria. Terkadang setan mendatangi manusia melalui jalan maksiat, seperti mengunjing, memfitnah. Namun terkadang setan mendatangi manusia melalui ibadah yaitu dengan cara menumbuhkan rasa ujub didalam hati seorang hamba, sehingga dengan begitu setan menuntunnya kejalan neraka jahannam.
Allah mengampuni segala dosa selain syirik, bagi orang-orang yang dikehendaki Nya. Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang berbuat syirik (musyrik) sampai dia bertaubat kepada Allah. jadi, kalau ada orang musyrik yang bertaubat (dengan sungguh-sungguh) dari kesyirikannya, maka dia akan diampuni oleh Allah. sebagai contoh adalah sahabat Umar bin Khattab radiyallah anhu’ yang bertaubat dari gelapnya kesyirikan menuju kepada cahaya Islam, bahkan dengan baiknya keislaman Umar Allah pun meninggikan derajat beliau sebagai salah satu manusia pilihan yang beruntung menyertai dakwah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan termasuk dari manusia yang mendapat janji surga dari Allah Azza Wa Jalla.
Kemusyrikan adalah penyebab utama seseorang masuk kedalam neraka, tauhid adalah penyebab utama masuk surga. orang yang musyrik tidak mempunyai masa depan kecuali neraka, karena dosa kemusyrikan itu tidak akan dimpuni. kemusyrikan adalah masalah yang
(32)
paling banyak diperingatkan dalam Al Qur’an. Al Qur’an juga menjelaskan bahwa orang-orang yang melakukan kemusyrikan akan dilaknat oleh Allah, dan akan dimasukkan kedalam neraka. Allah memerintahkan manusia untuk menyembah Nya, dan dilarang melakukan perbuatan syirik, sebab kemusyrikan adalah penyebab utama masuknya seseorang kedalam neraka, karena Allah mengharamkan surga untuk orang yang melakukan syirik.
Islam adalah agama tauhid, islam menjadikan manusia tunduk kepada Allah. tidak dibenarkan seseorang mempertuhankan orang lain selain Allah dan tidak dibenarkan pula seseorang memperhambakan orang lain.
Perkara pertama yang diajarkan oleh Luqman kepada anaknya ialah jangan syirik kepada Allah SWT. Disebutkan di dalam wasiat ini, bahwa syirik kepada Allah SWT adalah kezaliman yang amat besar. Mengapa? karena ia mengandung syirik terhadap Rububiyatullah (Allah yang maha berkuasa memelihara alam semesta ) dan syirik terhadap Uluhiyatullah (tidak ada tuhan yang disembah melainkan Allah). Allah SWT yang layak disembah dan diagungkan karena apa yang dilakukan-Nya itu tidak akan mampu dilakukan oleh kuasa lain. tetapi jika kuasa lain yang diagungkan, maka inilah yang disebut kezaliman.
Menurut Imam Al-Raghib Al-Ishafahani syirik itu adalah menetapkan adanya sekutu bagi Allah. Sedangkan menurut Imam Al-Minawi syirik adalah menyandarkan perbuatan yang hanya dzat Yang Maha Esa semata berhak melakukannya kepada makhluk yang bukan haknya melakukan perbuatan itu.
Imam Al-‘Allamah Ali As-Suwaidi Asy-Syafi’I lebih jauh lagi menjelaskan bahwa syirik itu ada kalanya terjadi di Rububiyah, dan ada kalanya terjadi terjadi di Uluhiyah. yang kedua ini dapat terjadi di I’tiqad (keyakinan), dan juga dapat terjadi di dalam Mu’amalat khusus dengan Tuhan. Syirik dalam Rububiyah (ketuhanan) tidak pernah dilakukan oleh orang kafir. Tidak ada yang mengatakan bahwa pencipta alam ini ada dua yang wajib adanya meskipun sebagian orang kafir mengatakan tidak adanya tuhan, seperti yang dilakukan Fir’aun dan lain-lain.
Adapun syirik dalam Uluhiyah (penyembahan) hal ini bermacam-macam berdasarkan siapa yang disembah. namun tidak ada yang mengatakan alam raya ini mempunyai dua tuhan yang wajib disembah, dimana keduannya sebanding, kecuali golongan berhalais (politeis). golongan berhalais (politeis) yang menyembah selain Allah ini, mereka tidak mengatakan tuhan itu banyak, meskipun mereka menyebutkan sembahan-sembahan mereka itu dengan kata Alihah (Tuhan-tuhan).
(33)
Nilai religius keimantauhidan ini di nyatakan dalam perbuatan berupa ibadah kepada Allah dan berbuat baik kepada mahkluknya. Sebagaimana firman Allah pada surat Luqman ayat 17.
/ - - --umūri/
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah (QS [31]: 17)
Ayat di atas berkaitan dengan beberapa ayat lainnya seperti pada surat Al-Baqarah ayat 43 Allah berfirman.
/wa aqīmu aşşalawaata wa´tū azzakāta warka΄ū ma´arrāki΄īna/
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku (QS [2]:43)
Dalam ayat ini Allah memerintahkan manusia untuk mendirikan shalat serta menunaikan zakat, dan tunduk pada perintah Allah bersama orang-orang yang tunduk. Allah juga telah berfirman pada surat Al-Baqarah ayat 45.
/wasta’īnu bişşabri waşşalawāti wa´innahā laka bīrotun ‘illa ’alal hōsyi’ina/
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' (QS [2]: 45)
Secara sistematis Allah juga memerintahkan manusia untuk menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong. Walaupun sabar dan shalat itu sangat berat untuk dilaksanakan dalam keseharian, terkecuali bagi orang yang khusyuk dalam menjalankan keduannya. adapun ayat lain yang mengandung pesan yang sama terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 153.
(34)
/yā ayyuha allajīna ´manū asta’īnū bişşabri waşşalawāti inna allaha ma’a assōbirīna/ Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS [2]: 153)
Dari ayat di atas Allah juga berfirman agar kita menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong kita. Karena Allah bersama orang-orang yang sabar. Sedangkan firman Allah dalam surat Thaahaa 132.
/wa´mur ´ahlaka bissalawāti waşţabira ‘alaihā lā nas’luka rizkoñ nahnu narzuquka
wal’āqibatu littaqwā/
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa (QS [20]: 132)
Allah memerintahkan kepada kita agar kita memerintahkan kepada keluarga kita untuk mendirikan shalat dan bersabar dalam mengerjakannya, serta memohon rezki kepadanya, sebab Allah yang memberikan rezki kepada kita. Dalam surat Al-Ankabuut ayat 45 Allah berfirman tentang fungsi shalat
-
-- ΄lamu mā taşna΄ūna
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan(QS [29]: 45)
Dari ayat di atas Allah menjelaskan bahwa fungsi shalat selain ibadah dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Maka Allah mewajibkan kita untuk mengerjakan shalat. Karena terdapat perintah Allah untuk mengerjakannya pada surat Ar-Ruum ayat 31.
(35)
/munībīna ilahi wattaqūhu wa´aqīmū ssalawāta walā takūnū minal musyrikīna/
Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah
(QS [30]:31)
Allah memerintahkan kita untuk bertaubat serta bertaqwa kepadaNya. Dan juga terdapat perintah untuk mendirikan shalat serta melarang kita menjadi bagian orang-orang yang mempersekutukanNya.
Dari keseluruhan ayat di atas terdapat larangan untuk semua umat manusia melakukan perbuatan syirik, serta diwajibkan untuk bertaqwa kepada Allah sebab ilmu Allah dan QudratNya tidak akan dapat ditandingi oleh siapapun. Selain itu, juga terdapat arahan supaya beramal dengan amalan ibadah sebagai wujud dari keimanan pada Allah yakni shalat (bersembahyang), shalat adalah tiang agama. shalat adalah jalan menghambakan diri kepadaNya (Ta’abbud) dan dapat mencegah kemungkaran, dan kekejian.
Allah juga telah memerintahkan manusia agar beriman kepada keesaan Allah. Diwujudkan dengan mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat. Dengan mengerjakan keduanya, maka tumbuhlah iman dengan suburnya. Sebab banyak orang yang telah mengaku beriman kepada Allah akan tetapi tidak mengerjakan shalat, hal itu sangat berbahaya, karena semakin lama iman akan runtuh. Dan hendaklah bermurah hati dengan mengeluarkan zakat; karena bakhil adalah musuh terbesar dari iman.
Menurut bahasa shalat berarti berdoa. sedangkan menurut istilah agama, shalat ialah suatu perbuatan dan perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. ibadah shalat diperintahkan oleh Allah kepada nabi Muhammad ketika beliau melakukan Isra
Mikraj. tepatnya satu setengah tahun sebelum nabi dan para sahabat hijrah dari mekah ke
madinah.
Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap masalah shalat dan memerintahkan agar pemeluknya sungguh-sungguh mendirikannya. Sebaliknya, islam memberikan peringatan keras kepada mereka yang meninggalkan shalat. demikian tegasnya perintah ini karena shalat memiliki urgensi yang sangat tinggi dan mulia karena shalat adalah rukun islam yang paling mulia setelah syahadat. Shalat adalah tiang agama. Jika seseorang mendirikannya dengan memenuhi seluruh rukun, wajib dan syarat-syaratnya, maka ia telah mendirikan agama jika dia mengabaikan dan tidak mendirikannya, maka ia telah
(36)
meruntuhkan agama dan shalat pula amal perbuatan yang pertama kali akan dihisab dihari kiamat.
Shalat adalah ibadah yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, pada hakikatnya mempunyai makna intrinsik dan ektrinsik pada diri sendiri dan sosial. sebagaimana Allah berfirman didalam surat Al-Ankabuut ayat 45 “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar” Aplikasi ayat ini harus bisa membias pada kehidupan, baik secara secara vertikal maupun harisontal. jika shalat dilakukan secara baik dan benar sesuai dengan tuntunan rasul, ada beberapa poin yang berpengaruh dalam pembentukan akhlak karimah yang disebabkan oleh shalat, diantaranya adalah : berdisiplin untuk tepat waktu, tawadhu’ (rendah hati), tawakkal (pasrah), sabar, spirit (semangat), cinta Allah, rasul dan makhluk ciptaanNya, leadership (kepemimpinan), meningkatkan ESQ Power (kekuatan kecerdasan emosional & spiritual), mensucikan hati, fikiran, perkataan dan perbuatan.
Salah seorang dari 4 imam mahzab yang ternama yaitu Al Imam Ahmad Bin Hambal berpendapat, sesungguhnya kualitas keislaman seseorang adalah tergantung pada kualitas ibadah shalatnya. kecintaan seseorang pada islam juga tergantung pada kecintaan dalam mengerjakan shalat. Oleh karena itu kenalilah dirimu wahai hamba Allah, takutlah kamu menghadap Allah Azza Wajalla tanpa membawa kualitas keislaman yang baik. Sebab kualitas keislaman dalam hal ini ditentukan oleh kualitas ibadah shalatmu.
Shalat adalah sarana paling efektif untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menenangkan jiwa. Mendirikan shalat adalah suatu perjuangan, keseriusan, kedisiplinan dan konsentrasi. itulah sebabnya Allah memerintahkan untuk mendirikan shalat, mendirikan shalat artinya melaksanakan dengan sempurna. Hal ini dapat dicapai dengan shalat tepat pada waktunya, bahkan sebelum tiba waktu shalat, kita sudah mempersiapkan diri. Mempersiapkan diri secara fisik maupun psikologis untuk menghadap kepada Allah. Ini menunjukkan kesungguhan dalam beribadah kepada Allah.
Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak perintah agar manusia selalu memelihara shalat di segala kondisi, baik saat mukim maupun dalam perjalanan, dalam keadaan aman maupun takut, dalam masa damai maupun perang. selain itu juga dilarang untuk menyia-nyiakan shalat pada waktunya. Allah memberikan ancaman neraka jahannam dan kehancuran pada orang-orang yang menyia-nyiakan shalat hingga waktunya berlalu, sehingga dia tidak mengerjakannya. Ibnu Abbas berpendapat bahwa makna menyia-nyiakan shalat bukanlah meninggalkan sama sekali, tetapi mengakhirinya dari waktu yang seharusnya. Sedangkan para imam para tabi’in, sa’id bin musayyad berpendapat, maksudnya adalah orang itu itu
(37)
tidak shalat zuhur sehingga datang waktu ‘asar, tidak shalat’asar sehingga datang magrib, tidak shalat magrib sehingga datang shalat isya, tidak shalat isya sampai fajar menjelang dan tidak shalat subuh sanpai matahari terbit. Siapa saja mati dalam keadaan terus-menerus melakukan hal ini dan tidak bertobat, Allah menjanjikan baginnya ghayy, yaitu lembah di neraka jahannam yang sangat dalam dasarnya lagi tidak enak suasananya.
Mendirikan shalat adalah dengan menyempurnakan ruku’, sujud, tilawah, khusyuk dan kesadaran menghadap Allah selama shalat. menurut Qatadah, mendirikan shalat adalah melakukannya tepat pada waktunya, menyempurnakan, bersuci, ruku’, sujud, tilawah Al-Qur’an selama shalat dan membaca tasyahud serta shalawat atas nabi SAW.
Imam Al-Qurthubi, dan Al-Alusi saling mendukung dalam menjelaskan pelaksanaan shalat yang baik, menurutnya shalat adalah melaksanakannya dengan memenuhi rukun, sunnah, serta melaksanakannya tepat pada waktunya. Begitu pula Al-Alusi menjelaskan dalam bukunya Ruh Al-ma’ani, bahwa mendirikan shalat memiliki empat makna. Pertama.
Yuqimuna ash-shalah, berarti menegakkan rukun-rukunnya, melaksanakannya dengan
memenuhi fardhu, adab, dan sunnah-sunnahnya. Kedua. Maknanya adalah melaksanakannya secara terus menerus. Ketiga. Melaksanakannya dengan bersungguh-sungguh dan tanpa jeda. Keempat. Melaksanakannya.
Luqman berwasiat untuk mendirikan shalat, kerena shalat dapat mencegah perbuatan munkar, dan dia juga berwasiat kepada anaknya untuk bersabar terhadap apa-apa yang menimpa mereka, sabar artinya sikap menahan diri dalam menghadapi cobaan dan ujian dalam kehidupan. sabar termasuk sikap yang terpuji. bersabar hakikatnya adalah bahwa semua cobaan, ujian, dan musibah yang dihadapi merupakan ketentuan Allah. namun kita tetap harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mengatasinya
Sabar terbagi atas tiga hal yaitu : sabar dalam berbuat, sabar dalam menghadapi penderitaan dan sabar dalam menahan amarah. Sabar dalam berbuat artinya sabar dalam menghadapi rintangan, halangan, hambatan dan kesulitan yang ditemukan oleh setiap orang, sabar mengandung pengertian gigih, berkemaun keras dan tekun. Sabar dalam menghadapi penderitaan berarti sabar menerima cobaan, tidak akan mengeluh dan putus asa, tetapi menyerahkan seluruhnya kepada Allah. Hidup manusia tidak akan luput dari suka dan duka, adakala suka duka itu mengenai diri sendiri maupun mengenai keluarga. Apa yang dialami manusia itu datangnya dari Allah dan merupakan ujian hidup dari-Nya. Sedangkan sabar dalam menahan amarah artinya sabar dalam menghadapi sesuatu yang dapat menimbulkan kemarahan, orang yang sabar akan menghadapinya dengan tenang dan bijaksana, sifat ini harus dilatih dan ditanamkan pada diri semua orang, sebab Allah selalu bersama orang-orang
(38)
yang sabar, serta mengasihi orang-orang yang sabar. Mereka akan mendapatkan berkah, rahmat dan petunjuk dari Allah.
3.2.2 Nilai religius yang mengandung keteringatan manusia terhadap sifat Tuhan Dalam masyarakat Arab jahiliyah terdapat kepercayaan bahwa Tuhan memiliki sifat utama yaitu maha pemurah , maha penyayang, maha adil dan maha tahu.
Dalam nasihat Luqman ayat 14-15 terdapat perintah agar berbuat baik kepada kedua orang tua. Sebagaimana Allah berfirman.
/wa
--maşīru/ /
şāhibhumā fi ad-dunyā ma ‘rū
Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (QS [31]: 14-15)
Dari nasihat Luqman di atas Allah memerintahkan manusia agar berbuat baik kepada orang tua dan berlaku lemah lembut kepadanya, serta mentaati keduanya, kecuali orang tua yang mengajak kemaksiatan kepada Allah, Allah juga memerintahkan untuk menjalin hubungan dengan keduannya, bahkan sekalipun keduannya kafir. Berbuat baik kepada kedua orang tua dan mentaati keduanya selain dalam kemaksiatan kepada Allah, termasuk hal-hal
(39)
yang dituntun syariah. namun tingkat kebaikannya bermacam-macam dan penentunya adalah Islam. segala hal yang sesuai dengan Islam kita terima dan yang berlawanan kita tolak.
Allah dan rasulnya menempatkan orang tua pada posisi yang istimewa, oleh sebab itu sebagai anak sudah sewajarnya apabila dituntut berbuat baik dan dilarang mendurhakai keduannya. berbuat baik kepada orang tua tidak hanya terbatas ketika orang tua masih hidup, setelah meninggal pun kita tetap harus berbakti kepada keduanya.
Allah juga memerintahkan kita untuk merendahkan diri terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Mengucapkan ucapan yang dengan sikap sopan santun yang menunjukkan penghormatan kepada keduanya, tidak memanggil keduanya langsung dengan namanya, tidak bersuara keras di hadapan keduanya, tidak menajamkan pandangan kepada keduanya (melotot) akan tetapi hendaknya pandangan kita kepadanya adalah pandangan penuh kelembutan dan ketawadhuan, serta berdoa untuk keduannya sebab mereka telah mendidik kita dengan penuh kasih sayang. Surat Luqman ayat 15 ini didukung ayat-ayat lain diantaranya surat An-Nisaa’ ayat 36 Allah berfirman.
/wa a’budū allaha wa lā tusyrikū bihi syaiañ wabilwālidaini ihsānan wabiżīl qurbā
walyatāmā walmasākīni waljāri żīlqurbā waljāril junubi waşşāhibi biljanbi wabnissabīli wamā malakat aymānukum inna allaha lāyuhibbu man kāna mukhtālañ fakhūrañ/
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (QS [4]: 36)
Allah melarang manusia mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. dan memerintahkan manusia berbuat baik kepada orang tua, kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, karena Allah tidak menyukai orang yang sombong. Pada surat Al-Israa’ ayat 23 Allah berfirman
(40)
wa qul lahumā qawlān karīmān
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (QS [17]: 23)
Allah memerintahkan supaya kita tidak menyembah selain diri-Nya. dan Akhlakul Al-Karimah (akhlak yang mulia) wajib dilakukan kepada ibu bapak, itu dimulai dari hal yang kecil yakni tidak boleh mengatakan “Ah” ucapan ini merupakan tingkah laku yang dapat menyakitkan hati keduannya juga termasuk tindakan kasar kepada keduanya. pernyataan ayat ini didukung oleh ayat lain yang terdapat pada surat Al-Israa’ ayat 24 dan Al-Ankabuut ayat 8, şa’gīrān/
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (QS [17]: 24)
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah telah memerintahkan manusia untuk merendahkan diri terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang, dan senantiasa berdoa untuk keduanya. Sedangkan dalam surat Al-Ankabuut ayat 8 Allah berfirman.
(41)
-isāna biwālidayhi husnañ wain jāhadaka litusyrikabī mā laysalaka bihi
‘ilmun falā tuţi’humā ilayya marji’ukum faunabbiukum bimā kuntum ta’malūna/
Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu- bapaknya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. hanya
kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan (QS [29]: 8)
Allah mewajibkan manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. dan apabila keduanya memaksa untuk menyekutukan Allah maka boleh menolaknya dan tidak mengikuti keduannya. Sedangkan di dalam surat Al-Ahqaaf ayat 15 Allah menerangkan proses mengandungnya seorang ibu.
-isāna biwālidayhi ihsānān hamalathu ΄ummuhu, kurhān wa wada’athu
kurhān wa hamluhu wa fişāluhu salasūna sahrān hattā izā balaga asyuddahu, wa balaga ‘arba’ īna sanatan qāla rabbi aw zi΄nī ‘an ΄ asykura ni’mataka allatī ΄an’amta ‘alayya
wa
-muslimīna/
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. sesungguhnya Aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri" (QS [46]: 15)
Dari ayat di atas Allah memerintahkan manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, karena ibu yang mengandung dengan susah payah, dan melahirkan dengan susah payah pula. Mengandung sampai menyapih selama tiga puluh bulan.
Dalam wasiat Luqman ayat 14-15, para ahli tafsir menyebutnya sebagai jumlah i’tiradhiyah maksudnya ialah ketika Luqman berpesan agar anaknya menjauhi syirik
(1)
/awalaya’ lamūna anna allaha ya’lamu mā yusirrūna wamā yu’linūna/
Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan? (QS [2]: 77)
Dalam ayat ini Allah mengatakan bahwa Dia mengetahui segala sesuatu. Dalam surat Ali-‘Imran ayat 29.
/qul įn tukhfū mā fī şudūrikum ‘au tubdūhu ya’lamhu /
Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha kuasa atas segala sesuatu (QS [3]: 29)
Allah berfirman jika manusia menyembunyikan sesuatu di dalam hati ataupun yang ditampakkan pastilah Allah mengetahui. sebab Allah mengetahui apa-apa yang ada dilangit maupun dibumi. karena Allah maha kuasa atas segala sesuatu. Mengenai ayat ini terdapat banyak ayat-ayat yang mendukung bahwasannya Allah maha tahu. Seperti dalam surat Al-Qashash ayat 69 dan Al-Mulk ayat 14.
/warabbuka ya’lamu tukinnu şudūruhum wamā yu’linūna/
Dan Tuhanmu mengetahui apa yang disembunyikan (dalam) dada mereka dan apa yang mereka nyatakan (QS [28]: 69)
Pada surat Qashash ayat 69 di atas Allah menyatakan bahwasannya Dia mengetahui apa yang ada di dalam hati manusia dan apa yang di nyatakan.
alā ya’lamu man khalaka wa huwa allaţīfu al-khabīru /
Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan) dan dia Maha lemah-lembut lagi Maha mengetahui (QS [67]: 14)
Dan di dalam surat Al-Mulk ayat 14 Allah berfirman bahwasannya Dia mengetahui segala sesuatu yang tampak maupun tidak tampak, rahasia besar maupun yang kecil sekalipun.
(2)
Dalam hal ini Luqman menerangkan kepada anaknya akan ilmu Allah melebihi ilmu manusia. Allah bebas melakukan apa saja tanpa ada halangan. Allah dapat mendatangkan sesuatu yang diinginkanNya dari segala tempat yang tidak mampu dibuat oleh manusia. sesuatu kebaikan, kejahatan, kezaliman dan kesalahan yang diumpamakan seperti berat biji sawi, walaupun tersembunyi didalam hati atau jauh berada di tempat yang tinggi seperti langit, atau jauh berada di dalam tempat seperti di dasar bumi Allah juga mengetahuinya sebab Allah mengetahui apa-apa yang ada dilangit dan dibumi.
“sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi” maksud dari potongan arti ayat tersebut adalah kezaliman atau kesalahan walau hanya seberat biji sawi. ini menunjukkan adanya penyamaan antara bobot sebuah kesalahan dengan barang yang sangat kecil dan ringan. dan jika kesalahan itu sangat kecil dan tersembunyi ditempat yang tidak dapat dijangkau, seperti direlung-relung padang pasir, langit ataupun perut bumi semuanya itu dapat diketahui oleh Allah. niscaya Allah akan menghisab dan memberikan balasannya di hari kiamat.
Jelas bahwa tidak ada petunjuk dialam ini untuk menunjuk satu tempat yang tertutup. namun, redaksi kalimat ini menuntut demikian, sehingga maksudnya adalah untuk memberikan makna penegasan atau mubalaghah. dan dilaut dimulai dengan apa yang bias dicerna oleh pendengar, yakni menempatkan sesuatu dipadang pasir sesuatu yang dikuatka oleh batu sehingga sulit untuk dikeluarkan lalu Allah mengikutinya dengan kata langit dan ini sesuatu yang dirasa lebih asing bagi pendengar, lalu diikuti dengan tempat segala sesuatu yang mudah dilihat yakni bumi.
Menyembunyikan sesuatu bisa dengan beberapa cara. dengan menunjukkan betapa sesuatu itu sangat kecil, sangat jauh berada dikegelapan atau dibalik tabir. jika sesuatu itu tampak jelas secara keseluruhan, misalnya tampak bentuknya yang bear, dekat tanpa tabir atau penghalang, maka dalam kebiasaan itu tidaklah tersembunyi. didalam ayat ini luqman menegaskan kekuasaan dan pengelihatan Allah serta keluasan ilmuNya.
Menurut Abdullah Al-Ghamidi ayat tersebut bertujuan memberikan penjelasan. Dan memberikan isyarat bahwa bagi Allah tidak ada sesuatu apapun yang tersembunyi dan tidak ada yang membuatnya lemah betapa sesuatu itu sangat kecil. sebab Allah maha tahu lagi maha kuasa. Allah melaksanakan kekuasaanya dan ilmunya menjangkau semua yang
(3)
adapula yang bahagia. mungkinkah bintang yang melakukan ini semua ? maka, tidak diragukan bahwa semua ini karena kekuasan Allah.
Sedangkan menurut kaum Tsanawiyah Allah tidak kuasa melakukan keburukan. An-Nidzam dari kaum mu’tazilah mengatakan bahwa Allah tidak memiliki kekuasaan untuk melakukan perbuatan yang buruk. menurut mereka, kekuasaan untuk keburukan itu akan menghilangkan kasih sayang atau keagungan Tuhan. pendapat mereka ini dibantah dengan argument seandainnya Allah tidak kuasa melakukan perbuatan buruk, bukankah Allah pasti mampu mengubah menjadi hikmah Ilahiah.
Sedangkan menurut Abu Qasim Al-Balkhi, allah tidak menggunakan kekuasaannya untuk berbuat seperti perbuatan seorang hamba sebab perbuatan seorang hamba itu berkisar antara taat, maksiat, atau sia-sia. menurut jaba’iyah, Allah tidak kuasa untuk melakukan perbuatan hamba. pendapat ini dibantah dengan argument bahwa perbuatan Allah tidak bisa dianalogikan dengan perbuatan manusia.
Diksi (pilihan kata) yang dicetuskan Luqman mengandung etika yang falsafi (mengandung kebenaran mutlak) mudah dimengerti karena bahasanya tidak berbelit. mengandung nasihat yang tulus murni dari orang tua untuk anaknya sehingga dari ayat diatas dapat diambil nilai-nilai religius serta hikmah untuk acuan kehidupan sehari-hari agar tidak salah dalam menjalankan kehidupan sosial ditengah-tengah masyarakat serta menjalankan hubungan dengan Tuhan.
(4)
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan, ada dua perkara yang terpenting yang dinasehatkan Luqman kepada anaknya. pertama menyangkut persoalan akidah. Luqman menasehati anaknya agar tidak menyekutukan Allah Iapun mengingatkan kepada anaknya bahwasannya Allah maha tahu apa yang dilangit dan di bumi dan Allah akan membalas semua perbuatan manusia. kedua berkenaan dengan pelaksanaan amal yang menjadi konsekuensi tauhid baik menyangkut hubungan manusia dengan Khalik, dengan dirinya sendiri, maupun sesama manusia.
Wasiat Luqman juga mengandung prinsip-prinsip dasar untuk membangun masyarakat Islam. misalnya tentang keikhlasan dalam beribadah kepada Allah. dan tidak menyekutukannya, menjauhkan diri dari kekufuran, bersyukur kepada Allah. wasiat agar berbakti kepada orang tua kecuali mereka menyuruh maksiat kepada Allah, mendirikan shalat, memerintahkan kebaikan, mencegah kemungkaran, sabar menghadapi kesulitan, bersikap rendah hati, menjahui kesombongan, bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan, dan mengikuti jalan orang-orang yang kembali kepada Allah
Wasiat Luqman mempunyai suatu nilai yang sangat penting. yaitu nilai religius. adapun nilai relegius yang terkandung di dalamnya adalah :
1. Keimantauhidan manusia terhadap Tuhan. 2. Keteringatan manusia terhadap Tuhan 3. Ketaatan manusia terhadap firman Tuhan
(5)
SARAN
4.2 Saran
Untuk lebih berkembangnya pembahasan wasiat Luqman ini, maka perlu adanya analisis dalam bentuk lain, seperti nilai relegius yang ditinjau dari sisi bahasa, ataupun dari segi tafsir.
Mudah mudahan dengan adanya pembahasan ini, akan menambah ketertarikan para pembaca untuk mengkaji lebih jauh tentang wasiat Luqman kepada anaknya karena terdapat banyak sekali pelajaran-pelajaran yang dapat dipelajari serta menjadi petunjuk dalam menjalani kehidupan.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghamidi, Abdullah. 2008. Namanya Luqman Al-Hakim. DIVA Press.
Ali,Abdullah,Yusuf. 2009. Terjemah Oleh AliHudah Cet Ke-3. Bogor: Litera Antar Nusa. Aminuddin, H.S. Suyono Muhammad, Abidin Slamet. 2004. Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Bumi Aksara
Departemen Agama RI. 1989. Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: CV. Toha Putra. Dojosantoso, 1986. Unsur Religius dalam Sastra Jawa. Semarang : Aneka Ilmu. Fananie, Zainuddin. 2000, Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Kutha Ratna Nyoman. 2004. Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mangunwijaya, Y.B. 1982. Sastra dan Religiusitas. Jakarta: Sinar Harapan. Mendikbud. 1987. Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta : Bumi Aksara.
Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Purwadarminta. 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.
Setiawan, Kholis, Nur, M. 2005. Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar. Jogyakarta: El Saq Press.
Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Shadaly, Hasan. 1984. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Aksara Baru. Sutiasumarga, Males. 2000. Kesusastraan Arab. Jakarta: Zikrul Hakim Suwondo. 1994. Nilai-Nilai Budaya Susastra Jawa. Jakarta: Depdikbud. Wahab, Abdul, Bin, Muhammad, Syaikh. Tiga Landasan Utama.
Wellek. Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia. Wilson, Devix. 2003. Nilai Religius Syair Al-Hikmah Karya Zuhair Bin Abi Sulma
(Tinjauan Struktural Semiotik). Medan: Skripsi Sarjana.
Yakub, Abdullah, Prof. 2000. Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Yusuf, Rosy, Ansyari Sukmadjaja. 1984. Indeks Al-Qur'an. Bandung: Pustaka. Zuhri, Mohammad,H, Drs. 1994. Terjemah Juz ‘Amma. Jakarta: Pustaka Amani