Pola Interaksi Guru Dengan Murid Dalam Al-Qur'an Surat Luqman Ayat 12-19 Dan Surat ‘Abasa Ayat 1-10

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Ahmad Irwan Irfany

NIM 108011000025

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

AYAT 12-

19 DAN SURAT ‘ABASA AYAT 1

-10

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Ahmad Irwan Irfany

NIM 108011000025

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

DALAM AL-QUR'AN SURAT LUQMAN

AYAT I2.I9 DAN SURAT 'ABASA AYAT 1-10

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

' Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun oleh: Ahmid Irwan Irfanv

NrM. 108011000025 Di bawah bimbingan:

JTJRUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

F'AKTJLTAS ILMU TARBIYAII DAN KEGTJRUAN

UIN SYARIF HIDAYATT]LLAH

JAKARTA

20t3Ml 1434H

i

i J

I .i L9580707 1987t3 1 005


(4)

Surat Luqman Ayat 12-19 dan Surat 'Abasa Ayat 1-10' disusun oleh AHMAD IRWAN IRFANY Nomor Induk Mahasiswa 108011000025, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 24 Mei 2013 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana Sl (S. Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta,24 Mei 2013 Panitia Ujian Munaqosah

Tanggal Tanda Tansan

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Bahrissalim. M. Ae

NrP. 19680307 199803 I 002

Sekretaris (Sekretaris Jurusan) Drs. Sapiudin Shidiq. M. Ae NrF. 19670328 200003 I 001

Penguji I

Prof. Dr. Salman Harun NrP. 19450612 196510 1 001 Penguji II

Dr. Yavah Nurmaliah. MA

Ul"Lr' ) "

""?"""""""""'


(5)

Nama NIM Fakultas Jurusan Alamat

Ahmad Irwan hfany

1 0 8 0 1 1 0 0 0 0 2 5

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Pendidikan Agamalslam

Rt. 01/Rw. 05, Kel. Abung Surakarta, Kec. Tatakarya, Kota Bandar Lampung, Prov. Lampung

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul "Pola Interaksi Guru dengan Murid dalam Al-Qur'an Surat Luqman Ayat 12-19 dan Surat 'Abasa Ayat 1=10" adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbinsan dosen:

Nama Pembimbing : Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag NIP :19580707 198703 1 005

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima dengan segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta,0l Mei 2013 Yang Menyatakan

Ahmad Irwan Irfanv NIM: 108011000025


(6)

i

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam proses pembelajaran dalam rangka untuk membina dan mengararahkan peserta didik guna menjadikan peserta didik menjadi manusia yang berilmu pengetahuan tinggi, berkarakter, bertanggungjawab, bijak, dan berakhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan orang lain untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.

Perubahan peserta didik yang tidak didasari oleh bimbingan, maka perubahan tersebut tidak akan terarah dalam perkembangannya. Oleh karena itu, setiap pelajar membutuhkan bimbingan dalam mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya. Di sinilah guru dibutuhkan untuk memberikan bekal hidup yang berguna. Sehingga guru harus mampu dan menciptakan situasi yang kondusif dan interaksi yang baik antara guru dengan murid dalam proses pembalajaran.

Hubungan guru dengan murid di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan dan sempurnanya metode yang digunakan, namun jika interaksi guru dengan murid tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan.

Penulisan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan ini yaitu dengan cara membaca, menelaah, mendeskripsikan, dan menganalisa literatur dari berbagai sumber kitab tafsir serta buku-buku pendidikan yang sesuai.

Fokus dalam penulisan skripsi ini adalah kajian tafsir surat Luqman ayat

12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10. Jadi, pendekatan yang dipergunakan dalam kajian ini adalah pendekatan tafsir. Metode penafsiran yang penulis gunakan adalah metode maudhui (tematik) dan metode tahlili (telaah). Adapun teknik analisa dari penulisan ini adalah content analysisi (analisis isi) yakni teknik apa saja yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif serta sistematis.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan tentang pola interaksi guru dengan murid dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10, bahwasanya seorang pendidik seharusnya memiliki kompetensi-kompetensi (sifat dasar pendidik), antara lain meliputi bijaksana, penuh kasih sayang, demokratis, mengenal murid dan memahami kejiwaaannya, berpengetahuan luas, memahami materi, sabar dan ikhlas. Sedangkang sikap peserta didik yang harus dimiliki antara lain: Patuh, tabah, sabar, punya kemauan atau cita-cita yang kuat serta tidak putus asa dan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, sopan santun, rendah diri dan hormat pada guru, dan tugas utama seorang anak didik adalah belajar.


(7)

ii

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak nikmat kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi akhir zaman yaitu Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya sampai akhir zaman.

Selama menyusun skripsi ini, banyak tantangan dan hambatan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dan motivasi serta bantuan dari berbagai pihak, segala kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, Ayahanda tercinta M. Khudlori, S.Pd.I dan Ibunda tercinta Siti Amanati yang dengan susah payah mengasuh dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Begitu juga dengan adikku tercinta (Erwin, Arif, Khafidin, dan Evika) yang telah membantu, memotivasi, dan mengisi hari-hari penulis dengan kegembiraan dan kebahagiaan.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh stafnya.

2. Bapak Bahrissalim, MA dan Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag, selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, sebagai pembimbing skripsi yang telah bersedia memberikan dan meluangkan segenap waktu, tenaga, pikiran, dan kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan serta motivasinya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak H. Abdul Ghofur, MA, selaku dosen Penasihat Akademik yang telah melayani konsultasi dan memberikan arahan perkuliahan kepada penulis.


(8)

iii

6. Seluruh staf perpustakaan UIN dan perpustakaan FITK yang telah menyediakan bermacam-macam buku ilmiah sehingga mempermudah penulis dalam mencari sumber referensi.

7. Kepada saudara-saudara; Keluarga Ir. Nur Efendy, Maz Bagus, Lukman, Faiz, dan Rizka Novaliana yang sudah memberikan nasehat-nasehatnya, bimbingan, dan bantuan baik berupa ilmu, motivasi dan pengalaman-pengalaman yang berharga kepada penulis.

8. Kepada segenap kepengurusan dan anggota HIKMAT yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah membimbing penulis dalam setiap melaksanakan kegiatan.

9. Kepada teman-teman Mahasiswa PAI angkatan 2008, khususnya kelas A, sebagai tempat sharing yang tetap solid dan kompak saat kuliah, kelompok PPKT SMPN 6 Jombang Kota Tangerang Selatan, yang sudah bekerja sama dengan baik dalam setiap menjalankan tugas.

10. Kepada teman-teman kosan H. Hanif, yang selama ini selalu bersama-sama dalam berbagai kondisi, dan saling sharing dalam ilmu pengetahuan; Aang, Afdhil, Ari Agus, Ari Sudiar, Budi, Cahyo, Deny, Keluarga Cak Joko, Lubay, Munif, Mustamil, Nophyanto, Sirozul Qori, Sugiarto, Syafiq, Yasir, dll. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menghaturkan terima kasih dan semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan. Amin.

Jakarta, 01 Mei 2013


(9)

iv

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Pedoman Transliterasi ... vi

Daftar Gambar ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Pola dan Interaksi ……….. ... 9

B. Faktor-faktor Interaksi Guru dengan Murid ... 11

C. Ciri-ciri Interaksi Guru dengan Murid ... 13

D. Macam-macam Pola Interaksi Guru dengan Murid ... 15

E. Sikap Guru terhadap Murid ... 20

F. Sikap Murid terhadap Guru ... 26

G. Tinjauan Pustaka yang Relevan ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek dan Waktu Penelitian ... 30

B. Jenis Penelitian ... 30

C. Fokus Penelitian ... 31


(10)

v

BAB IV TAFSIR DAN ANALISIS SURAT TENTANG POLA

INTERAKSI GURU DENGAN MURID DALAM AL-QUR'AN

A. Tafsir Surat Luqman Ayat 12-19 dan Surat ‘Abasa Ayat 1-10 1. Teks Ayat dan Terjemah ... 35 2. Latar Belakang Turunnya Surat ... 37 3. Tafsir Ayat ... 41 B. Analisis Surat tentang Pola Interaksi Guru dengan Murid

dalam Al-Qur’an

1. Surat Luqman Ayat 12-19 ... 60 2. Surat ‘Abasa Ayat 1-10 ... 63 C. Pola Interaksi Guru dengan Murid yang Terkandung dalam

Al-Qur’an

1. Surat Luqman Ayat 12-19 ... 66 2. Surat ‘Abasa Ayat 1-10 ... 67

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 68 B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN


(11)

vi

A. Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

ا

-

ط

th

ب

b

ظ

zh

ت

t

ع

‘a

ث

ts

غ

gh

ج

j f

ح

h

ق

q

خ

kh

ك

k

د

d

ل

l

ذ

dz

م

m

ر

r

ن

n

ز

z w

س

s

ه

h

ش

sy

ء

ص

sh

ي

y


(12)

vii

Tanda Baca Huruf Latin Tanda & Huruf Huruf Latin

ـــــ

a

ْيــ

ai

ـــــ

i

ْ ــ

au

ـــــ

ـ

u

Contoh:

-

: Kataba -

فْ

: Kaifa

-

ع

: ‘Urifa -

لْ

: Haula

C. Madd (Panjang)

Harakat dan Huruf Huruf dan Tanda

ـ ــ

â

ْيــ

Î

ْ ــ

Û

Contoh:

-

ن

: Kâna -

ْ ق

: Qîla


(13)

viii

Gambar

Halaman

1.1 Pola Komunikasi Satu Arah ... 15

2.1 Pola Komunikasi Dua Arah ... 16

3.1 Pola Komunikasi Tiga Arah ... 17

4.1 Pola Komunikasi Multi Arah ... 18


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Agama Islam merupakan jalan hidup yang menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya di dunia dan di akhirat kelak. Agama Islam mempunyai satu pedoman utama yaitu al-Qur’an yang berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya. Di samping itu juga al-Qur’an tidak hanya diturunkan untuk suatu umat ataupun suatu abad tertentu saja tetapi juga untuk seluruh umat manusia dan untuk sepanjang masa.

Al-Qur’an adalah kitab suci yang sempurna dan bersifat universal, sehingga sebagian besar penjelasan al-Qur’an lebih bersifat global dan terbuka bagi siapapun untuk memahaminya.

Al-Qur’an merupakan nikmat besar yang Allah turunkan kepada seluruh manusia untuk menyucikan hati, kebersihan jiwa, menjelaskan aqidah-aqidah, menunjukkan ke jalan kebenaran dan keadilan, mengajarkan akhlak yang luhur dan sifat-sifat terpuji, memperingatkan mereka agar tidak berbuat kemungkaran dan amal-amal buruk lainnya.

Al-Qur’an tidak hanya menyebutkan dasar-dasar dan ketentuan-ketentuan kehidup manusia, akan tetapi lebih jauh lagi tentang hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk memahami berbagai


(15)

petunjuk dalam al-Qur’an digunakanlah penafsiran. Termasuk dalam hal ini adalah penafsiran terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan pendidikan.

Pendidikan adalah sarana untuk membentuk, dan mengembangkan karakteristik manusia yang tangguh dan unggul dalam ilmu pengetahuan (intelektualitas), amal, ibadah, harta kekayaan, sikap dan terlebih prilaku sopan santun kepada diri, keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar. Tanpa pendidikan yang memadai, manusia akan jatuh harkat dan martabatnya dihadapan manusia lain, karena pendidikan adalah upaya untuk mewujudkan eksistensi diri dan menumbuh-kembangkan kedewasaan melalui penanaman pengetahuan, nilai-nilai kebudayaan dan keagamaan serta sebagai bekal untuk hidup di masa yang akan datang dibawah bimbingan seorang pendidik.

Pengertian pendidikan adalah usaha sadar maupun tidak sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam rangka untuk membina dan mengararahkan peserta didik guna menjadikan peserta didik menjadi manusia yang berilmu pengetahuan tinggi, berkarakter, bertanggungjawab, bijak, dan berakhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan orang lain.

Pengertian pendidikan jika disempitkan dalam pengertian pengajaran, adalah suatu usaha yang bersifat sadar tujuan dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku. Dengan adanya tujuan perubahan tersebut menunjukkan pada suatu proses yang harus dilalui. Tanpa adanya suatu proses, maka perubahan tidak akan terjadi dan tujuanpun tidak akan tercapai. Dan proses yang dimaksud di sini adalah proses pendidikan.

Proses pendidikan berlangsung tidak tanpa alasan dan tujuan. Pengajaran merupakan proses yang bertujuan untuk membimbing pelajar dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap pelajar. Tugas perkembangan tersebut mencakup kebutuhan hidup baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.

Dapat disadari bahwa perubahan yang tidak didasari oleh bimbingan, maka perubahan tersebut tidak akan terarah dalam perkembangannya. Oleh karena itu, setiap pelajar membutuhkan bimbingan dalam mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya. Di sinilah guru dibutuhkan untuk memberikan bekal hidup yang


(16)

berguna. Sehingga guru harus mampu dan menciptakan situasi yang kondusif dan interaksi yang baik antara guru dengan murid dalam proses pembalajaran.1

Akhlak sangat penting dalam kehidupan manusia. Berakhlak mulia merupakan salah satu tujuan pendidikan juga sebagai refleksi kehidupan bermasyarakat yang berperadaban. Maka sandaran umat Islam dalam mengambil contoh figur yang terbaik dalam akhlak adalah Rasulullah saw. Beliau adalah sebaik-baiknya manusia yang pernah hidup di dunia karena akhlaknya beliau adalah akhlak al-Qur'an dan langsung dididik oleh Sang Maha Pendidik. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Qalam ayat 4:



“Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. Al-Qalam: 4).

Dan penjelasan tentang akhlak Nabi juga banyak diterangkan oleh hadits beliau, diantaranya yang paling populer adalah :

قاخأا مراكم ممت أ تثعب امنإ

(

كلام هاور

.)

“Sesungguhnya Aku tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”(H.R Malik).

Akhlak sebagaimana menurut Imam Al-Ghazali merupakan perbuatan yang lahir secara reflek dan tiba-tiba dari seseorang tanpa pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu,2 mempunyai peran yang sangat signifikan dalam mencapai keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, dan menggapai kebahagiaan baik sebagai individu maupun masyarakat.

Sejalan dengan pernyataan di atas, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan kepada pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

1

Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmars, 1986), h. 13-14.

2


(17)

kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.3

Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik atau yang biasa disebut dengan guru dan peserta didik atau murid dalam mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan anak didik. Dalam saling mempengaruhi ini peranan pendidik lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak menguasai nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan.

Hidup bersama antara manusia yang satu dengan yang lain berlangsung di dalam berbagai bentuk hubungan dan di dalam berbagai jenis situasi. Sehingga tanpa adanya sebuah interaksi dalam hidup, tidak mungkin manusia dapat hidup bersama. Pada kenyataanya bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki sifat sosial yang besar. Sehingga setiap manusia sangat membutuhkan interaksi antara individu yang satu dengan yang lain. Setiap proses interaksi terjadi dalam suatu situasi, bukan dalam situasi yang hampa. Salah satunya interaksi terjadi dalam situasi pendidikan, yang bisa di sebut dengan interaksi pendidikan4

Proses pendidikan berlangsung tidak tanpa alasan atau tujuan. Pengajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing peserta didik di dalam kehidupan, yakni membimbing perkembangan diri sesuai dengan tugas-tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh peserta didik. Tugas perkembangan tersebut mencakup kebutuhan hidup baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Di sinilah guru dibutuhkan. Ia dibutuhkan untuk memberi bekal hidup yang berguna dan harus menciptakan situasi dan interaksi edukatif.

Guru adalah seorang yang memegang peranan utama dalam proses belajar mengajar. Inti dari pendidikan adalah proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan tersebut. Maka berhasil tidaknya atau efektif dan efisiennya suatu proses belajar mengajar salah

3

Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h. 3-4.

4


(18)

satuya bergantung pada keprofesionalan seorang guru dalam menjalankan tugasnya.

Al-Qur’an menyebutkan bahwa Allah akan meninggikan derajat dan

memuliakan pendidik daripada orang Islam lainnya yang tidak berilmu pengetahuan dan bukan pendidik. Firman Allah SWT dalam surat al-Mujadilah ayat 11:

















“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadilah: 11).

Hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh komponen-komponen belajar-mengajar, sebagai contoh bagaimana cara mengorganisasikan materi, metode yang diterapkan, media yang digunakan, dan lain-lain. Tetapi di samping komponen-komponen tersebut, ada faktor lain yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar siswa, yaitu soal hubungan antara guru dengan murid.

Hubungan guru dengan murid di dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan dan sempurnanya metode yang digunakan, namun jika interaksi guru dengan murid tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan.5 Untuk menjalin hubungan tersebut, seorang guru harus memahami bahwa dalam suatu kelas ada yang tidak dapat dielakkan yaitu adanya perbedaan individu, baik dari aspek biologis, intelektual, maupun psikologis. Interaksi yang akan terjadi juga dipengaruhi oleh cara guru dengan murid ketika pelajaran

5


(19)

berlangsung. Di sini tentu saja aktivitas optimal belajar murid sangat menentukan kualitas interaksi yang terjadi di dalam kelas.

Salah satu komponen yang menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan sebagaimana dikatakan di atas adalah keprofesionalan guru. Guru dituntut untuk berkompeten karena guru merupakan orang pertama yang berhadapan langsung dengan anak didik. Mereka dituntut untuk membawa anak didiknya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan melalui interaksi belajar mengajar. Oleh sebab itu, para guru dituntut untuk dapat menjalankan interaksi belajar-mengajar yang dikelola dengan sebaik-baiknya sehingga terjadi hubungan timbal balik yang harmonis. Dalam hal ini menyangkut pola interaksi guru dengan murid yang sesuai dengan ajaran al-Qur’an, yaitu perilaku atau moral yang berdasarkan

al-Qur’an.

Persoalan yang paling mendasar yang terjadi di sekolah terkadang masih ada beberapa guru yang memperlakukan muridnya secara diskriminatif. Ia memperlakukan muridnya dengan pilih kasih dan membeda-bedakan anak yang cerdas, cantik, berpangkat, anak kesayangan, dan lain sebagainya. Padahal mereka seharusnya merasakan bahwa sekolah bagi mereka merupakan tempat belajar yang menyenangkan. Di sekolah, ia harus dihargai, dipahami, dan tidak dibodoh-bodohkan maupun diejek, khususnya anak dari masyarakat miskin. Biasanya mereka sering dibodoh-bodohi, diejek, atau dibiarkan semaunya. Begitu pula dengan sikap murid yang kurang baik dalam berinteraksi dengan guru, seperti halnya dengan menjaga sopan santun baik tutur kata maupun tingkah laku murid terhadap guru.

Bertitik tolak dari kondisi tersebut maka penulis mengadakan penelitian

skripsi “POLA INTERAKSI GURU DENGAN MURID DALAM

AL-QUR'AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 DAN SURAT ‘ABASA AYAT 1


(20)

B.

Identifikasi Masalah

1. Bagaimana sikap guru dengan murid dalam berinteraksi agar tidak terjadi diskriminatif dalam proses pembelajaran?

2. Bagaimana sikap murid dengan guru dalam berinteraksi pada situasi pembelajaran?

3. Bagaimana pola interaksi guru dengan murid agar tujuan pendidikan dalam proses pembelajaran tercapai?

4. Bagaimanakah tipe pola interaksi guru dengan murid dalam pandangan

al-Qur’an?

C.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini penulis akan membahas tentang pola interaksi antara guru dengan murid dalam pandangan al-Qur’an. Agar permasalahan tidak meluas, maka penulis membatasi pada pola interaksi guru dengan murid yang terkandung dalam surat Luqman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10.

2. Perumusan Masalah

a. Nilai-nilai pendidikan apa saja yang terkandung dalam surat Luqman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10?

b. Bagaimanakan pola interaksi guru dengan murid dalam al-Qur'an surat Luqman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10?

D.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan apa saja yang terkandung dalam surat Luqman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10.

b. Untuk mengetahui pola interaksi guru dengan murid dalam al-Qur'an surat Luqman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10.


(21)

2. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan untuk mengembangkan teori pola interaksi guru dengan murid dalam proses pembelajaran.

b. Secara umum, diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmiah di bidang ilmu tafsir.


(22)

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Pengertian Pola dan Interaksi

Pola adalah gambar yang dibuat contoh atau model. Sedangkan dalam Kamus Induk Istilah Ilmiah, M. Dahlan menyatakan bahwa “interaksi adalah aksi yang saling memberikan timbal balik”.1 Jadi pola interaksi adalah bentuk hubungan timbal balik antara orang satu dengan orang lainnya. Sebagai makluk sosial, kecenderungan manusia untuk berhubungan dengan yang lain melahirkan komunikasi dua arah, baik melalui bahasa maupun perbuatan. Karena adanya aksi maka reaksipun terjadi, inilah unsur yang membentuk terjadinya interaksi.2

Manusia adalah mahluk individu dan mahluk sosial. Sehingga dalam hubungannya setiap manusia bagaimanupun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Dengan demikian kegiatan manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi, baik interaksi dengan alam lingkungan, interaksi dengan sesama, maupun dengan Tuhannya, baik disengaja maupun tidak disengaja.

Menurut H. Bonner sebagaimana yang dikutip Abu Ahmadi, berpendapat bahwa yang dimaksud dengan interaksi ialah suatu hubungan antara dua individu

1

M. Dahlan Y. Al-Barry dan L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah, (Surabaya: Target Press, 2003), h. 323.

2

Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur’an Mendidik Anak, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Cet. I, h. 38.


(23)

atau lebih di mana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki individu yang lain. Begitu juga sebaliknya.3

Manusia sebagai makhluk sosial, di dalam kehidupannya membutuhkan hubungan dengan manusia lainnya. Hubungan itu terjadi karena setiap manusia memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dan karena saling membutuhkan, membuat manusia cenderung untuk berhubungan melahirkan komunikasi dua arah melalui bahasa yang mengandung tindakan dan perbuatan. Karena ada aksi dan reaksi, maka interaksipun terjadi. Oleh sebab itu, interaksi akan berlangsung bila ada hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih.4

Interaksi yang bernilai pendidikan dalam dunia pendidikan ataupun yang disebut dengan interaksi edukatif. Dalam pola interaksi antara guru dengan murid adalah dalam proses pembelajaran seorang guru menghadapi murid-muridnya yang merupakan suatu kelompok manusia di dalam kelas. Di dalam interaksi tersebut tampak bahwa guru mencoba untuk menguasai kelasnya supaya proses interaksi berlangsung dengan seimbang, di mana terjadi saling mempengaruhi antara kedua belah pihak, baik guru maupun murid. Sebagai contoh, seorang guru mengadakan diskusi diantara anak didiknya untuk memecahkan sebuah persoalan, di sinilah proses interaksi itu akan terjadi, adanya saling memberikan pendapat yang berbeda satu sama lain. Dengan adanya interaksi pola pikir, pola sikap dan pola tingkah laku, maka sikap yang maunya benar dan menang sendiri tidak akan muncul dan berkembang. Sebaliknya akan tumbuh sikap yang toleran dan saling menghargai antara yang satu dengan yang lainya.

Menurut Djamarah, sebagaimana yang di kutip oleh Miftahul Huda. bahwa interaksi yang bernilai pendidikan, yaitu interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Dengan konsep di atas, maka muncullah istilah guru di satu pihak dan murid di pihak lain. Keduanya berada dalam interaksi yang bernilai pendidikan dengan posisi, tugas, dan tanggung jawab yang berbeda, namun tetap bersama-sama dalam mencapai tujuan

3

Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1982), Cet. IV, h. 42.

4


(24)

pendidikan.5 Sehingga dalam hal ini guru bertanggung jawab untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan dengan memberikan sejumlah ilmu pengetahuan dan membimbingnya. Sedangkan anak didik berusaha untuk mencapai tujuan pendidikan dengan bantuan dan pembinaan dari guru.

B.

Faktor-faktor Interaksi Guru dengan Murid

Proses belajar mengajar sebagai suatu sistem interaksi, maka kita akan dihadapkan pada sejumlah faktor-faktor. Tanpa adanya faktor-faktor tersebut sebenarnya tidak akan terjadi proses interaksi antara guru dengan murid dalam proses belajar mengajar.

Faktor-faktor yang dimaksud adalah:

1. Tujuan, merupakan hal yang pertama kali yang harus dirumuskan dalam kegiatan interaksi guru dengan murid dalam proses belajar mengajar. Karena tujuan dapat memberikan arah yang jelas dan pasti kemana kegiatan pembelajaran dibawa oleh guru. Dengan berpedoman pada tujuan, guru akan dapat menyeleksi tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan mana yang harus ditinggalkan.

2. Bahan Pelajaran, adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi guru dengan murid dalam proses pembelajaran tidak akan berjalan. Dalam pemilihan pelajaran harus disesuaikan dengan kondisi kemampuan murid dalam menerima pelajaran. Selain itu bahan pelajaran mutlak harus dikuasai oleh guru dengan baik.

3. Metode, adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode diperlukan guna menunjang terciptanya tujuan pembelajaran.

4. Alat, adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam interaksi antara guru dengan murid dalam proses pembelajaran biasanya dipergunakan alat non material dan alat material. Alat material biasanya berupa suruhan, perintah, larangan, nasihat, dan

5


(25)

sebagainya. Sedangkan alat bantu material misalnya: globe, papan tulis, batu, gambar, dan sebagainya.

5. Sarana, merupakan komponen yang sangat penting dalam rangka menciptakan interaksi antara guru dengan murid dalam proses belajar mengajar, sebab interaksi hanya mungkin terjadi bila ada sarana, waktu, tempat, dan sarana-sarana lainnya.6

Menurut Winarno Surachmad, bahwa faktor-faktor yang sangat diperlukan dalam setiap proses interaksi antara guru dengan murid adalah:

1. Ada tujuan yang jelas akan dicapai;

2. Ada bahan yang menjadi isi proses pembelajaran; 3. Ada pelajar yang aktif mengalami proses pembelajaran; 4. Ada guru yang melaksanakan proses pembelajaran; 5. Ada metode tertentu untuk mencapai tujuan; dan 6. Ada situasi yang kondusif dalam proses pembelajaran.7

Penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses interaksi antara guru dengan murid tidak dapat dilakukan dalam ruangan yang hampa, tanpa adanya tujuan, dan tanpa adanya pelajar.

Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan secara sengaja, seksama, terencana, dan memiliki tujuan pendidikan. Pendidikan ini dilaksanakan oleh guru yang memiliki bekal ilmu pengetahuan yang cukup dan memiliki keterampilan dalam menyampaikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik secara bertahap agar peserta didik dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan memiliki aspek-aspek yang saling berkaitan, diantaranya yaitu: aspek tujuan, kurikulum, metode, guru, lingkungan, dan sarana.8

6

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 157-158.

7

Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung: Jemmars, 1986), h. 14.

8


(26)

C.

Ciri-ciri Interaksi Guru dengan Murid

Interaksi guru dengan murid terkandung dua unsur pokok, yaitu: kegiatan guru dan kegiatan murid. Sehingga apa yang dilakukan oleh guru mendapat respon dari murid, dan demikian pula sebaliknya apa yang dilakukan murid akan mendapat sambutan dari guru. Semua kegiatan tersebut dapat diikhtisarkan dengan beberapa ciri interaksi edukatif yang sering juga disebut dengan interaksi belajar mengajar.

Proses belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni murid sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Interaksi yang merupakan proses atau interaksi belajar mengajar tersebut memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan dengan interaksi yang lain.

Djamarah dan Zain menjelaskan ciri-ciri interaksi guru dengan murid diantaranya:

1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak dalam suatu perkembangan tertentu. Dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian, sedangkan unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.

2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat mencapai tujuan optimal, maka dalam melakukan interaksi antara guru dengan murid perlu ada prosedur atau langkah-langkah yang terencana. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan membutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula.

3. Ditandai dengan penggarapan materi khusus, yaitu materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan dan perlu memperhatikan komponen-komponen pengajaran yang lain. Meteri harus sudah didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya interaksi antara guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar.

4. Ditandai dengan aktivitas anak didik, sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar


(27)

antara guru dengan murid. Jadi tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau anak didik hanya pasif.

5. Guru berperan sebagai pembimbing, dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberi motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi, sehingga guru merupakan tokoh yang akan dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (akan lebih baik bersama anak didik) sebagai pemimpin terjadinya interaksi.

6. Membutuhkan disiplin, disiplin dalam kegiatan belajar mengajar diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur menurut ketentuan yang sudah ditaati dengan sadar oleh pihak guru maupun pihak anak didik. Jadi langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sedah digariskan. Penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator pelanggaran disiplin. 7. Ada batas waktu, untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem

berkelas, batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu dan kapan tujuan harus sudah tercapai.

8. Evaluasi, dari seluruh kegiatan tersebut, masalah evaluasi merupakan bagian penting yang tidak bisa diabaikan. Evaluasi harus guru lakukan untuk mengetahui tercapai atau tidak tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.9

Pendapat ini serupa dengan pendapat Miftahul Huda yang menjelaskan bahwa ciri-ciri interaksi antara guru dengan murid dalam proses belajar mengajar,

yaitu: “interaksi yang memiliki tujuan, mempunyai prosedur yang direncanakan untuk mencapai tujuan, interaksi yang ditandai dengan materi khusus, ditandai dengan aktivitas anak didik, pendidik atau guru yang berperan sebagai pembimbing, interaksi pendidikan membutuhkan kedisiplinan, adanya batasan waktu, dan diakhiri dengan adanya evaluasi”.10

9

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. II, h. 46-48.

10


(28)

D.

Macam-macam Pola Interaksi Guru dengan Murid

Interaksi antara guru dan murid, unsur guru dan murid harus aktif, tidak mungkin terjadi proses interaksi dalam proses pembelajaran bila hanya satu unsur yang aktif. Baik aktif dalam sikap, mental, dan perbuatan.

Kegiatan interaksi belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan oleh murid. Hal ini tentu saja bergantung pada keterampilan guru dalam mengelola kegiatan interaksi belajar mengajar. Penggunaan variasi pola interaksi mutlak dilakukan oleh guru. Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejenuhan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan guru dan anak dalam mencapai tujuan pendidikan.

Ada beberapa pola interaksi antara guru dengan murid dalam proses pembelajaran yang dilakukan antara guru dengan murid, diantaranya yaitu:

1. Pola pendidik (guru) – anak didik (murid), merupakan komunikasi sebagai aksi (komunikasi satu arah).

Gambar 1.1

Pola Komunikasi Satu Arah

Komunikasi satu arah ini biasanya dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran dengan metode ceramah. Dalam pola interaksi antara guru dengan murid yang seperti ini dapat diumpamakan seorang guru yang mengajar muridnya hanya dengan menyuapi makanan kepada muridnya.


(29)

Sehingga murid selalu menerima suapan itu tanpa komentar dan tanpa aktif berfikir.

Pelaksanaan bentuk interaksi seperti ini gurulah yang berperan penting, gurulah yang aktif, murid pasif, dan semua kegiatan berpusat pada guru. Guru sebagai sumber segala pengetahuan, sumber segala kebenaran, dan sumber segala yang diperlukan siswa di sekolah. Semua yang dikatakan oleh guru dipegang oleh murid sebagai suatu kebenaran yang mutlak.11

Semua orang mempercayai bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah dan membantu perkembangan peserta didik dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik secara optimal sesuai dengan tujuan hidup peserta didik tersebut.12 2. Pola pendidik (guru) – anak didik (murid) – pendidik (guru), ada feedback

bagi guru, tetapi tidak ada interaksi antara anak didik (komunikasi dua arah).

Gambar 2.1

Pola Komunikasi Dua Arah

Pola komunikasi ini biasanya dalam proses pembelajaran menggunakan metode tanya jawab. Setelah guru menjelaskan tentang suatu materi, maka guru akan memberi kesempatan kepada murid untuk bertanya, yang kemudian pertanyan tersebut akan dijawab oleh guru.

11

Ibid.

12

Enco Mulyasa, Menjadi Guru Profesiona: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. IV, h. 35.


(30)

Pola interaksi guru dengan murid dalam bentuk ini, guru merupakan salah satu sumber belajar, bukan sekedar menyuapi materi kepada murid. Jadi, guru sebagai salah satu sumber pengetahuan tetapi hal itu tidak mutlak. Guru melontarkan masalah-masalah kepada murid, agar murid mampu dan timbul inisiatif untuk memecahkan masalah tersebut. Guru memberikan aksi-aksi yang merangsang murid untuk mengadakan reaksi-aksi. Dengan demikian, terjadilah interaksi antara guru dengan murid. Ada hubungan timbal balik antara guru dengan murid.

3. Pola pendidik (guru) – anak didik (murid) – anak didik (murid), ada feedback

bagi guru, dan anak didik saling belajar satu sama lain (komunikasi tiga arah).

Gambar 3.1

Pola Komunikasi Tiga Arah

Komunikasi atau interaksi antara guru dengan murid dalam proses pembelajaran seperti ini biasanya terjadi dengan metode diskusi, yang dimana guru menugaskan anak didik untuk berdiskusi dengan temannya tentang suatu masalah atau materi yang sedang dipelajari.

Sebenarnya interaksi seperti ini bukan sekedar adanya aksi dan reaksi, melainkan juga adanya hubungan interaktif antara setiap individu. Setiap individu ikut aktif, dan tiap individu mempunyai peran. Dalam hal ini guru hanya menciptakan situasi dan kondisi, agar tiap individu murid dapat aktif


(31)

belajar. Yang dimana suasana atau proses belajar mengajar yang aktif. Masing-masing siswa sibuk belajar, dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.

Setiap murid memegang peranan di dalam proses belajar mengajar seperti ini. Guru akan mengawasi dan mengarahkan serta membimbing murid dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, interaksi belajar mengajar berlangsung timbal balik. Murid dapat menerima pelajaran dari guru dan mendapat pengalaman dari siswa lain. Kegiatan seperti ini menimbulkan adanya interaktif antara guru dan murid, serta antara murid dengan murid.13 4. Pola pendidik (guru) – anak didik (murid) – anak didik (murid) – pendidik

(guru), interaksi yang optimal yang memungkinkan adanya kesempatan yang sama bagi setiap anak didik dan guru untuk saling berdiskusi (komunikasi multi arah).

Gambar 4.1

Pola Komunikasi Multi Arah

13

Roestiyah N.K, Masalah Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 44.

Guru

Murid

Murid

Murid

Murid


(32)

Interaksi ini murid dihadapkan pada suatu masalah, dan murid sendiri lah yang memecahkan masalah tersebut, kemudian hasil diskusi murid-murid tersebut dikonsultasikan kepada guru. Sehingga diri interaksi seperti ini, murid memperoleh pengalaman dari teman-temannya sendiri.

Pola interaksi seperti ini, guru harus memberi motivasi agar murid-murid mampu memahami masalah dan dapat memecahkan masalah tersebut. Dengan kondisi belajar yang seperti ini, maka setiap siswa ketika menghadapi suatu masalah akan aktif mencari jawaban atas segala inisiatifnya sendiri. Guru hanya membimbing, mengarahkan, dan menunjukkan sumber belajar.14

5. Pola melingkar, interaksi seperti ini disebut dengan komunikasi segala arah.

Gambar 5.1

Pola Komunikasi Melingkar (Segala Arah)

14

Ibid., h. 41-45.

Murid

Murid

Murid

Murid

Murid


(33)

Pola komunikasi melingkar ini, setiap anak didik mendapat giliran untuk mengemukakan pendapat atau jawaban dari pertanyaan, dan tidak diperbolehkan berpendapat atau menjawab sampai dua kali sebelum semua anak didik mendapat giliran. 15

E.

Sikap Guru terhadap Murid

Imam Muhyiddin Yahya bin Syarf al-Nawawi (w.676 H) menyatakan bahwa seorang guru ketika mengajar hendaknya berniat untuk memperoleh ridha dari Allah SWT bukan untuk mendapatkan kekayaan dunia, melainkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Untuk itu maka diperlukan niat yang baik, walaupun masalah ini tergolong cukup berat, terutama bagi orang yang pertama kali mengajar. Dari sikap tersebut perlu dibarengi dengan senantiasa menunjukkan kebaikan kepada murid-murid dengan bersikap lembut, sungguh-sungguh, dan sabar dalam menghadapi cobaan dan perlakuan yang kurang menyenangkan dari murid-muridnya.16

Hal berikutnya yang perlu dilakukan guru adalah dengan menanyakan murid yang tidak hadir, memperluas pemahaman murid sesuai tingkat kecerdasannya, tidak memberikan beban yang tidak sangup dipikul murid, tidak juga memberikan tugas yang terlalu ringan kepada murid, dan memberikan penjelasan melalui perumpamaan bagi murid-murid yang belum paham.17

Nasution di dalam bukunya menyebutkan ciri-ciri guru yang baik, diantaranya yaitu: Mampu memahami dan menghormati murid; mampu menghormati bahan pelajaran yang diberikan kepada murid; mampu menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran; mampu menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu murid; mampu mengaktifkan kegiatan murid dalam hal belajar; mampu memberikan pengertian dan bukan hanya kata-kata; mampu menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid; mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikan; tidak terikat

15

Ibid., h. 41-42.

16

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid: Studi Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001), Cet. I, h.93-94.

17


(34)

oleh satu buku pelajaran (teksbook); dan tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada murid, melaikan senantiasa mengembangkan pribadi anak.18

Mengajar adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah. Walaupun demikian setiap guru dan calon guru harus mampu menanamkan pada dirinya syarat-syarat yang harus dimiliki oleh guru yang baik, supaya jelas kearah mana seorang guru harus membentuk kepribadian dalam mengajar murid-muridnya.

Ibn Khaldun berpendapat, sebegaimana yang dikutip Abuddin Nata menyatakan bahwa:

Seorang guru harus mengajar secara bertahap, mengulang-ngulang sesuai dengan pokok bahasan, dan kesanggupan murid, tidak memaksakan atau membunuh daya nalar siswa, tidak berpindah dari satu topic ke topic lain, sebelum topik pertama dikuasai, tidak memandang kelupaan sebagai suatu aib, tetapi agar mengatasinya dengan jalan mengulang, jangan bersikap keras terhadap murid. seorang guru juga harus membiasakan diskusi dan tukar pikiran dengan murid, memilih bidang kajian yang disukai murid, mendekatkan murid pada pencapaian tujuan, memperhatikan tingkat kesanggupan murid dan menolongnya agar murid tersebut mampu memahami pelajaran.19

Menurut al-Ghazali, sebagaimana dikutip Abuddin Nata memandang bahwa:

“Pekerjaan mengajar dinilai lebih mulia dibandingkan dengan memanfaatkan

harta. Hal itu didasarkan pada alasan bahwa orang yang meminta ilmu itu berlapis-lapis, yaitu ada yang kaya, miskin, raja, rakyat, dan sebagainya. Sedangkan orang yang meminta harta hanya orang yang miskin atau yang

membutuhkan saja.”20

Oleh sebab itu, al-Ghazali berpendapat bahwa seorang guru harus memiliki etika yang wajib dilakukan oleh seorang guru, diantaranya:

1. Bersikap lembut dan kasih sayang pada para pelajar. Dalam hal ini al-Ghazali menilai bahwa seorang guru menjadi penyebab bagi keberadaan kehidupan yang kekal di akhirat, sedangkan orang tua berperan sebagai penyebab adanya anak di dunia yang sementara ini. Oleh sebab itu, seorang guru dianggap lebih tinggi posisinya dibandingkan orang tua murid. Sehingga seorang guru wajib memperlakukan murid-muridnya dengan rasa kasih

18

S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 8-13.

19

Nata, op. cit., h.96.

20


(35)

sayang, dan mendorong murid-muridnya mempersiapkan diri untuk mendapatkan kehidupan di akhirat yang kekal dan bahagia.

2. Seorang guru tidak meminta imbalan atas tugas mengajar murid-muridnya. Seperti halnya yang dilakukan Rasulullah SAW yang mengajar manusia tanpa imbalan dan tanpa meminta ucapan terima kasih, namun semata-mata karena karunia Allah SWT.

3. Tidak menyembunyikan sedikitpun ilmu yang dimiliki seorang guru. Seorang guru harus sungguh-sungguh tampil sebagai penasehat dan pembimbing ketika murid membutuhkan ataupun tidak membutuhkan.

4. Menjauhi akhlak yang buruk dengan cara menghindarinya sedapat mungkin. Dalam hal ini al-Ghazali menyerukan agar seorang guru mengajar dengan cara yang benar, seperti mengulang bukan menjelaskan dan kasih sayang bukan merendahkan. Karena dengan hanya menjelaskan akan menyebabkan timbulnya rasa bosan dan cepat hilang hafalan murid-muridnya. Menurut al-Ghazali hal yang seperti ini termasuk pekerjaan mengajar yang mendalam.21

Berdasarkan uraian tersebut, bahwa sosok guru yang ideal adalah guru yang memiliki motivasi mengajar yang tulus, ikhlas dalam mengamalkan ilmunya, bertindak sebagai orang tua yang penuh kasih sayang terhadap anaknya, dapat mempertimbngkan kemampuan intelektual anaknya, mampu menggali potensi yang dimiliki murid, bersikap terbuka dan demokratis untuk menerima dan menghargai pendapat murid, dapat berkerjasama dengan murid dalam memecahkan masalah, dan pada akhirnya murid dibimbing menuju ke jalan Allah melalui berbagai upaya seorang guru terhadap muridnya dalam mengajar.22

Prof. Dr. H. Mahmud Yunus menjelaskan bahwa guru harus berusaha mempunyai sifat-sifat sebagai berikut, yaitu: Guru harus mengasihi murid-muridnya seperti mengasihi anak-anaknya sendiri; hubungan antara guru dan murid-murid haruslah baik dan erat; guru haruslah memperhatikan keadaan anak-anak dan mempelajari jiwa kanak-anak-kanak-anak; guru haruslah sadar akan kewajibannya terhadap masyarakat; guru haruslah menjadi contoh bagi keadilan, kesucian, dan

21

Ibid., h. 98-99.

22


(36)

kesempurnaan; guru haruslah berlakau jujur dan ikhlas; guru haruslah berhubungan dengan kehidupan masyarakat; guru haruslah cakap mengajar, baik pimpinannya dan bijaksana dalam perbuatannya; guru harus mempunyai cita-cita yang tetap; guru haruslah berbadan sehat; guru haruslah membiasakan murid-murid supaya mereka percaya kepada diri sendiri; guru haruslah mementingkan intisari pelajaran, bukan bentuknya yang lahir saja; guru haruslah berbicara dengan murid-muridnya dalam bahasa yang dipahaminya; guru haruslah memikirkan pendidikan akhlak; dan guru haruslah mempunyai kepribadian yang kuat.23

Proses interaksi belajar mengajar, guru adalah orang yang memberikan pelajaran dan siswa adalah orang yang menerima pelajaran. Dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa diperlukan pengetahuan, kecakapan, atau keterampilan sebagai guru. Tanpa ini semua tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dapat berjalan secara kondusif. Disinilah kompetensi dalam arti kemampuan mutlak diperlukan guru dalam melaksanakannya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik. Beranjak dari pengertian inilah kompetensi merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan pengajaran.

Konsep interaksi antara guru dengan murid bahwa pendidik (guru) mempunyai peranan yang penting. Oleh karena itu, seorang pendidik harus mempunyai kompetensi-kompetensi (sifat dasar pendidik), antara lain meliputi bijaksana, penuh kasih sayang, demokratis, mengenal murid dan memahami kejiwaaannya, berpengetahuan luas, memahami materi, sabar dan ikhlas.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

23

Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), Cet. III, h. 61-72.


(37)

1) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut;

 Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

 Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

 Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

 Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

 Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.


(38)

2) Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

 Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

 Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

 Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

 Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

 Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

3) Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:

 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.


(39)

 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.

 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

4) Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:

 Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

 Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.24

F.

Sikap Murid terhadap Guru

Kitab al-Ilm wa Adab al-Alim wa al-Muta’alim sebagaimana dikutip Abuddin Nata dikatakan bahwa: “Sikap murid sama dengan sikap guru yaitu sikap murid sebagai pribadi dan sikap murid sebagai penuntut ilmu. Sebagai pribadi seorang murid harus bersih hatinya dari kotoran dan dosa agar dapat dengan mudah dan benar dalam menangkap pelajaran.”25

Murid harus berupaya agar lebih dekat dengan gurunya agar mendapatkan pemahaman yang sempurna dan tidak sulit untuk memehami penjelasan dari guru.

24

http://ibnufajar75.wordpress.com/2012/12/27/empat-kompetensi-yang-harus-dimiliki-seorang-guru-profesional/

25


(40)

Dengan syarat tempat duduk murid tidak lebih tinggi daripada tempat duduk guru, bersikap sopan santun ketika berada di dalam kelas, karena hal seperti itu berarti menghormati guru dan memuliakan proses belajar mengajar. Duduklah seperti duduknya seorang murid, jangan bersuara keras jika tidak ada kebutuhan terhadar guru, jangan tertawa, jangan banyak bicara, jangan mengangkat tangan dan menengok jika tidak ada keperluan, melainkan harus menghadap guru, jangan mengajukan pertanyaan atau permasalahan kecuali setelah mendapatkan izin dari guru.26

Seorang murid juga harus menunjukkan kesungguhannya dalam belajar, tekun belajar setiap waktu, dan tidak berpergian yang sekiranya tidak ada hubungannya dengan menuntut ilmu kecuali untuk memenuhi kebutuhan pokok untuk keperluan sehari-hari. Selain itu murid juga harus bersikap sabar, dan menjauhkan diri dari pelakuan yang kurang baik kepada gurunya, jangan menutup diri, dan terus berupaya bersikap husnudzhan terhadap guru. Dengan demikian bahwa seorang murid harus bersih hatinya agar mendapatkan pancaran ilmu dengan mudah. Seorang murid juga harus menunjukkan sikap akhlak yang tinggi terutama terhadap gurunya, pandai dalam membagi waktu, memahami tatakrama dalam proses pembelajaran, berupaya menyenangkan hati sang guru, tidak menenjukkan sikap yang memancing kemarahan guru, giat belajar dan sabar dalam menuntut ilmu.27

Pendapat al-Ghazali sebagaimana yang dikutip Abuddin Nata mengenai etika sikap murid terhadap guru, diantaranya: Seorang murid harus membersihkan jiwanya terlebih dahulu dari akhlak yang buruk dan sifat-sifat tercela; tidak banyak melibatkan diri dalam urusan duniawi; jangan menyombongkan diri dengan ilmu yang dimilikinya dan jangan pula banyak memerintah guru; janganlah melibatkan diri dalam perbedaan pendapat para guru bagi pelajar pemula; jangan berpindah dari suatu ilmu yang terpuji kepada cabang-cabangnya kecuali setelah ia memahami pelajaran sebelumnya; jangan menenggelamkan diri

26

Ibid., h.103.

27


(41)

pada satu bidang ilmu saja; dan jangan melibatkan diri terhadap pokok bahasan tertentu, sebelum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang ilmu tersebut.28

Murid adalah salah satu komponen dalam pengajaran, disamping faktor guru, tujuan dan metode pembelajaran. Sebagai salah satu komponen maka dapat dikatakan bahwa murid adalah komponen yang terpenting diantara komponen lainnya. Tanpa adanya murid, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Guru hanya berusaha memenuhikebutuhan yang ada pada murid. Dapat dikatakan bahwa etika peserta didik yang harus dimiliki antara lain: Patuh, tabah, sabar, punya kemauan atau cita-cita yang kuat serta tidak putus asa dan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, sopan santun, rendah diri dan hormat pada guru, dan tugas utama seorang anak didik adalah belajar.

G.

Tinjauan Pustaka yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Ferdiyanti Anik dengan judul “Pola Interaksi Antara Guru Dan Murid Sebagai Proses Peningkatan Kedisiplinan Siswa SMA WIDYA DHARMA TUREN”, membahas permasalahan tentang bagaimana pola interaksi guru dengan murid dalam mengembangkan kedisiplinan siswa di SMA WIDYA DHARMA TUREN.

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode observasi, wawancara, angket dan dokumentasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Ferdiyanti Anik sama halnya dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu membahas tentang pola interaksi antara guru dengan murid. Namun, objek pembahasanya berbeda, jika penelitian yang dilakukan oleh Ferdiyanti Anik meneliti tentang pola interaksi antara guru dengan murid pada perkembangan kedisiplinan sisiwa. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan yaitu pola interaksi antara guru dengan murid yang terkandung dalam

al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10.

Buku yang ditulis Dr. H. Abuddin Nata, M.A yang berjudul “Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Murid: Studi Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali”, membahas permasalahan tentang bagaimana pola komunikasi guru dengan murid

28


(42)

dalam suatu pola hubungan yang harmonis. Dan fokus dalam pembahasan buku ini adalah pola komunikasi antara guru dengan murid menurut pemikiran tasawuf Al-Ghazali.

Buku yang ditulis Dr. H. Abuddin Nata, M.A sama halnya dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu membahas tentang pola interaksi antara guru dengan murid. Namun, objek pembahasanya berbeda, jika penelitian yang dilakukan oleh Dr. H. Abuddin Nata, M.A meneliti tentang pola interaksi antara guru dengan murid menurut pemikiran tasawuf Al-Ghazali. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan yaitu pola interaksi antara guru dengan murid yang terkandung dalam

al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10.

Objek penelitian yang dilakukan oleh Dr. H. Abuddin Nata, M.A yaitu pada pemikiran tasawuf Al-Ghazali tentang pola komunikasi antara guru dengan murid, sedangkan objek penelitian yang dilakukan penulis yaitu pada pola interaksi antara guru dengan murid dalam al-Qur’an surat Lukman ayat 12-19 dan surat


(43)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Objek dan Waktu Penelitian

Objek dalam pembahasan skripsi ini yaitu pola interaksi guru dengan murid dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2012 sampai bulan Mei 2013 digunakan untuk pengumpulan data mengenai sumber-sumber tertulis yang diperoleh dari berbagai sumber buku dan kitab tafsir yang ada di perpustakaan, artikel, jurnal, serta website yang berhubungan dengan judul skripsi “Pola Interaksi Guru dengan Murid dalam Al-Qur'an Surat Luqman Ayat 12-19 dan Surat ‘Abasa Ayat 1-10”.

B.

Jenis Penelitian

Penulisan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan ini yaitu dengan cara membaca, menelaah, mendeskripsikan, dan menganalisa literatur dari berbagai sumber kitab tafsir serta buku-buku pendidikan yang sesuai.

Menurut DR. Hamka Hasan, penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang dilakukan secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak


(44)

dimanipulasi keadaan dan kondisinya, dan pengambilan datanya dilakukan secara alami atau natural.1

Hampir semua jenis penelitian memerlukan studi pustaka. Meskipun banyak orang yang membedakan antara penelitian kepustakaan (library research) dengan penelitian lapangan (fieldresearch), tetapi keduanya tetap memerlukan penelitian pustaka untuk memperoleh data dalam melakukan penyusunan skripsi. Dalam penelitian kepustakaan (library research) membatasi kegiatannya hanya pada pengumpulan bahan-bahan sumber referensi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan.2 Dengan demikian, maka metode yang digunakan adalah library research yaitu suatu metode yang menggunakan cara penelitian dengan membaca literatur dan tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti.

C.

Fokus Penelitian

Fokus dalam penulisan skripsi ini adalah kajian tafsir surat Luqman ayat

12-19 dan surat ‘Abasa ayat 1-10. Jadi, pendekatan yang dipergunakan dalam kajian ini adalah pendekatan tafsir. Melalui pendekatan ini diupayakan untuk memahami maksud yang terkandung dalam al-Qur’an dalam batas kemampuan manusia dan dalam penafsiran yang dijelaskan oleh para mufasir.

Metode penafsiran yang penulis gunakan adalah metode maudhui (tematik) dan metode tahlili (telaah).

Pertama, metode maudhui: “salah satu pesan Ali bin Abi Thalib adalah: “Ajaklah

alquran berbicara atau biarkan ia menguraikan maksudnya”. Pesan ini

mengharuskan penafsir merujuk pada alquran dalam rangka memahami kandungannya. Dari sini lahir metode maudlu’i”.3 Metode maudhui yaitu metode menafsirkan al-Qur’an dengan cara menghimpun ayat-ayat al-Qur’an dari

1

Hamka Hasan, Metodologi Penelitian Tafsir Hadis, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 42.

2

Mustika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), Cet. II, h. 1-2.

3

Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Garafindo Persada, 2006), Cet. X, h. 222.


(45)

berbagai surat yang berkaitan dengan topik yang sudah di tentukan sebelumnya, dan kemudian menganalisis kandungan dari setiap ayat tersebut.4

Ke dua, metode tahlili yaitu: metode yang “dipergunakan dalam menafsirkan

al-Qur’an ayat demi ayat, kemudian peneliti berusaha menjelaskan kandungan ayat al-Qur’an secara berurutan ditinjau dari berbagai seginya dengan menjelaskan makna surat, jumlah ayat, surah makkiyah atau madaniyah, asbab nuzul, dan

lain-lain yang berkaitan dengan kandungan ayat.”5

Dalam penulisan skripsi ini juga menggunakan pendekatan deskriptif analisis. Menurut Whitney, sebagaimana yang dikutip oleh Nazir di dalam bukunya, yaitu: Yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interprestasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masala-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.6

D.

Sumber Data

Memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan tujuan penelitian, maka sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer penelitian ini adalah buku-buku khusus yang berkaitan dengan pola interaksi guru dengan murid dalam al-Qur'an surat Luqman ayat 12-19 dan surat

‘Abasa ayat 1-10. Adapun untuk sumber data sekunder penelitian ini meliputi data tidak langsung yaitu berupa catatan-catatan atau dokumen, jurnal, internet, majalah, dan bahan-bahan yang dapat diambil sesuai dengan pokok bahasan.

Sumber primer dalam menyusun skripsi ini menggunakan kitab tafsir al-Mishbah dan tafsir al-Qurthubi, serta sumber sekunder adalah buku-buku pendidikan yang berkaitan dan sesuai dengan pokok bahasan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini menggunakan berbagai sumber kitab tafsir agar dalam pengambilan kesimpulan penafsirannya lebih kuat kebenarannya. Jika dari beberapa kitab tafsir berbeda-beda dalam penafsiranya, maka penulis akan

4

Didin Saefuddin Buchori, Metodologi Studi Islam, (Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005), Cet. I, h. 20.

5

Hasan, op. cit., h. 130.

6


(46)

mengambil yang paling kuat dan yang paling cocok untuk digunakan pada zaman sekarang ini. Dan jika dari berbagai sumber kitab tafsir sama dalam penafsirannya, maka semakin bagus dan semakin kuat kebenarannya.

E.

Pengolahan Data

Pada umumnya data yang diperoleh dari hasil penelitian adalah data yang masih mentah, sehingga akan memperoleh kesulitan dalam menarik suatu gambaran yang berarti dari hasil penelitian tersebut. Agar sedikit banyak memudahkan dalam penelitian, dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing. Ini berarti bahwa semua angket harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari kekeliruan dan kesalahan.

Proses pengumpulan data, penulis menggunakan teknik metode dokumentasi. Pemeriksaan dokumentasi atau studi dokumentasi, dilakukan dengan meneliti bahan dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.

Metode dokumentasi merupakan metode yang mempunyai peran sangat penting dalam pengumpulan data jenis penelitian kualitatif atau jenis penelitian studi kasus. Karena dalam metode dokumentasi ini memerlukan penelusuran yang sistematis terhadap dokumen yang relevan.7 Dengan menggunakan studi dokumentasi, penelitian dapat mengumpulkan data tertulis mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang berupa buku yang ada di perpustakaan maupun catatan-catatan tertulis di lokasi penelitian, baik itu berupa makalah, artikel, jurnal, koran, internet, dan literature ilmiah lainya dari karya para pakar tafsir, intelektual, praktisi, maupun para pengambil kebijikan yang tentunya berkompeten di bidang pendidikan, yang mana karya-karya tersebut mempunyai keterkaitan dengan objek kajian yang dibahas.

Menggunakan metode dokumentasi, penulis berusaha mempelajari secara cermat dan mendalam segala dokumen yang tertulis. Metode dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data sebagai laporan

7

Robert, Studi Kasus Desain dan Metode, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. 5, h. 105.


(47)

tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap suatu peristiwa.8

F.

Analisis Data

Penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Maka teknik analisis data yang digunakan adalah content analysis atau analisis isi, yang lebih mengarah pada kajian pustaka dan tafsir.

G. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi yang disusun oleh tim penyusun revisi pedoman

penulisan skripsi fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2011.”

8

Departemen Agama RI, Rokonstruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2005), h. 5.


(1)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Slaipsi berjudul "Pola Interaksi Guru dengan Murid dalam Al-Qur'an Surat Luqman Ayat 12-19 dan Surat 'Abasa Ayat l-10" disusun oleh AHMAD IRWAN IRFANry Nomor Induk Mahasiswa 108011000025, diajukan kepada Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ihniah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakafia,01 Mei2013

Yang mengesahkan,

Pembimbing

t I €:


(2)

UJI REFERENSI

1':i

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul "Pola Interaksi Guru dengan Murid dalam Al-Qurfan Surat Luqman Ayat 12-19 dan Surat 'Abasa Ayat 1-10" yang disusun oleh Ahmad Inaan Irfany Nomor Induk Mahasiswa 108011000025 Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyail dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh pembimbing skripsi pada tanggal.8.l.. Mei 2013.

Jakarta.0l Mei 2013

Dosqn Pembimbing Skripsi


(3)

Nama NIM Fakultas Jurusan Judul Skripsi

LEMBAR UJI REFERENSI

Ahmad Irwan Irfany 1 0 8 0 1 1 0 0 0 0 2 5

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Pendidikan Agama Islam

Pola Interaksi Guru dengan Murid dalam Al-Qur'an Surat Luqman Ayat 12-19 dan Si:rat 'Abasa Ayat 1-10

No. Judul dan halaman buku/referensi

Paraf Pembimbing I Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, (Bandung:

Jemmars, 1986), h. 13-14.

2 .

Ahmad Musthafa, Akhlaq Tasarntf, (Bandung: Pustaka Setia, 2008),

C e t . V . h . l I - 1 2 .

-lr-.-"

J .

Departemen Agama RI, Undang-Undang dan' Perahtran Pemerintah RI tentang Pendidikan. (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2006), h.3-4.

4. Armai Arief, Reformulasi Pendidiknn Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), Cet.I, h. 95.

5 . M. Dahlan Y. Al-Bany dan L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah llmiah, (Surabaya: Target Press, 2003),h. 323.

6 . Miftahul Huda, Interaksi Pendidiknn I0 Cara Qur'an Mendidik

Anak, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), Cet. I, h. 38.

v-7 . Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1982),

Cet.IY,h.42.

J-8 . B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 157-158.

9 . Winarno Suracbmad, Metodologi Pengaiaran Nasional, (Bandung: Jemmars, 1986), h. 14.


(4)

Ilmu, 1997), Cet. I, h. 10.

1 l Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi , Belajar

Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,2002), Cet. II, h. 46-48. (

1 2 .

Enco Mulyasa, Menjadi Gunt Profesiona: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. IV, h. 35.

1 3 . Roestiyah NKn Masalah Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h . 4 4 .

1 4 .

Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Gunt-Murid: Studi Pemikiran Tasarwf Al-Ghazali, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,2001), Cet. I, h.93-94.

1 5 . S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1 9 9 5 ) , C e t . I, h . 8 - 1 3 .

1 6 . Mahmud Yunus, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), Cet. III, h.6l-72.

t 7 .

Hamka Hasan, Metodologi Penelitian Tafsir Hadis, (Jakarta: UIN

Syarif Hidayatullah, 2008), h. 42.

1 8 . Mustika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), Cet. II, IL l-2.

t9.

Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Garafindo

Persada, 2006), Cet. )L h.222.

20.

Didin Saefuddin Buchor\ Metodologi Studi Islam, (Bogor: Granada

SaranaPustaka,2005), Cet. I, h. 20.

2 1 .

Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia,

2005), Cet. VI, h. 54-55.

22.

Robert, Studi Kasus Desain dan Metode, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2004), Cet. 5, h. 105.

2 3 .

Departemen Agama RI, Rokonstruksi Sejarah Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jendral Departemen Agama RI, 2005), h. 5.

Pendidikan Islam di Pendidikan Islam


(5)

24.

Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Vot,11,

M. Quraish Shihab,

Keserasian Al-Qur'an,

1 0 7 - 1 0 8 .

dan h.

(

I

2 5 .

Muhammad Nashiruddin Al Albani, Derajat Hadis-Hadis Tafsir

Ibnu Katsir, (Jakarta: Pustaka Azzam,2008), Cet. I, Jil.2,h.765.

2 6 .

Departemen Agama RI, AI-Qur'dn dan Tafsirnya, (Yogiakarta:

Universitas Islamlndonesia, 1995), Jil. VII, h. 618.

27.

Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), h. 114.

28.

Armai Ariet Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press,

2005), Cet. I, h. 182-183.

29.

Muhammad Nashiruddin Al Albani, Derajat Hadis-Hadis Tafsir

Ibnu Katsir, (Jakarta: Pustaka Azzam,2008), Cet.I, h. 650.

3 0 .

Al Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzan" 2009),

JiL.20, Cet. I, h. 87.

3 r .

Abu Ja'far Muhammad, Tafsir Ath-Thabari , (Jakarta: Pustaka

Azzarc, 20A9), Ir1. 20, Cet. I, h. 7 50-7 51.

32.

Al Qurthubi, Tafsir al-Qurthtbi, (Jakarta: Pustaka Azzan" 20Ag),

Jil.14, Cet. I, h.149.

3 3 .

Muhammad Nasib Ar-Rifa'I, Kemudahan dari Allah: Ringkasan

Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Gema Insaru, 2000), Cet. I, h.792.

34.

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan

Keserasian AI-Qur'an, (Jakarta: Lentera Hati,2002), Vol. 15, h"

59-60.


(6)

LEMBAR PERI\-YATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

Tempat/Tanggal

Lahir

NIM

Fakultas

Jurusan

Judul Skripsi

Dosen Pembimbing

Ahmad kwan Irfany

Kotabumi,

09 Januari

1990

10801

1000025

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Pendidikan

Agama Islam

Pola Interaksi Guru dengan Murid dalam

Al-Qur'an Surat Luqman Ayat 12-19 dan Surat

'Abasa

Ayat 1-10

Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

l. Skripsi ini merupakan hasil karyu asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana Pendidikan Islam di1 UtrN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam pe,lrulisan ini, telah saya canfumkan ''sesuai

dengan ketentuan yangberlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli atau

merupakan jiplakan dari karya oraflg lain, maka saya bersedia rnenerirna sanksi yangberlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakafia,0l Mei 2013

Yang Menyatakan

Ahmad Irwan lrfany

NIM: 108011000025