Pengembangan Pulau Pandang Sebagai Objek Wisata Bahari Di Kabupaten Batubara

(1)

PENGEMBANGAN PULAU PANDANG SEBAGAI OBJEK WISATA

BAHARI DI KABUPATEN BATUBARA

KERTAS KARYA

OLEH

INDAH TRIANA AMELIA D

092204015

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya

: PENGEMBANGAN PULAU PANDANG

SEBAGAI OBJEK WISATA BAHARI DI

KABUPATEN BATUBARA

Oleh

: Indah Triana Amelia D

NIM

: 092204015

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

Ketua,

Arwina Sufika, S.E., M.Si.

NIP. 19640821 199802 2 001


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGEMBANGAN PULAU PANDANG SEBAGAI OBJEK WISATA

BAHARI DI KABUPATEN BATUBARA

OLEH

INDAH TRIANA AMELIA D

092204015

Dosen Pembimbing

,

Dosen Pembaca,

Sugeng Parmono, S.E.,M.Si. Mukhtar, S.Sos, S.Par, M.A

NIP. 19560815 199103 1 003 NIP. 19580615 198703 1 001


(4)

ABSTRAK

Kabupaten Batubara memiliki banyak objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan dalam dunia kepariwisataan. Salah satu objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Pulau Pandang yang terletak di perairan Selat Malaka, ini dapat dilihat dari potensi-potensi yang dimiliki dan keadaan alamnya yang masih alami. Jika objek wisata ini dikembangkan dan dikelola dengan baik, diyakini dapat meningkatkan arus kunjungan wisatawan dan diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan tentunya akan menambah devisa, memperluas dan meratakan kesempatan kerja, kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitarnya. Untuk mewujudkan harapan tersebut, diperlukan suatu upaya pengembangan kawasan wisata yang terpadu dalam mengatasi masalah, peningkatan citra, penambahan serta pembenahan fasilitas serta promosi, maka pengembangan keseluruhan dari pulau pandang akan dapat dicapai.

Dalam upaya pengembangan objek wisata bahari Pulau Pandang ini, harus pula ditangani dan dikelola dengan baik, serta kerja sama dengan beberapa pihak yang terkait, seperti Pemerintah Daerah, Masyarakat dan Instansi lainnya guna mendapatkan hasil yang optimal. Dengan adanya pengembangan tersebut, maka akan membuka peluang kerja bagi masyarakat di daerah tersebut.

Keyword : Wisata Alam, Wisata Bahari Pulau Pandang, Keindahan Alam, Flora dan Fauna, Kabupaten Batubara.


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahiim.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini tepat waktu. Salawat beriring salam juga penulis ucapkan kepada Nabi Muhamamd SAW karena beliaulah yang membawa peradaban umat manusia menjadi lebih baik.

Sudah merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk menyusun dan menyelesaikan sebuah kertas karya. Kertas karya ini untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Diploma III Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah “Pengembangan Pulau Pandang Sebagai Objek Wisata Bahari di Kabupaten Batubara”.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini belum sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan, kemampuan, pengetahuan, dan sumber bacaan yang diperoleh, untuk itu dengan hati yang terbuka penulis bersedia menerima saran dan keritikan yang sifatnya membangun dari pembaca guna penyempurnaan kertas karya ini.

Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis banyak mendapat bantuan, dorongan, semangat dan motivasi yang penulis terima dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan rasa haru dan bangga penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Arwina Sufika, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Sugeng Parmono, S.E., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mengoreksi kertas karya ini.


(6)

4. Bapak Mukhtar, S.Sos, S.Par, M.A selaku dosen pembaca

5. Bapak Solahuddin Nasution, SE, MSP, selaku Koordinator Praktek Jurusan Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata yang telah dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis.

6. Seluruh dosen dan Staff Administrasi Program Studi Pariwisata D III USU yang telah membimbing dan mendidik penulis selama perkuliahan.

7. Tersayang dan tercinta Ayahanda Tony Dalimunthe dan Ibunda Gontina Novida yang telah banyak memberikan dorongan moral maupun materil dan kasih sayang yang tiada tara terhadap penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini tepat waktu. “Thanks a lot for everything that you have given me”. 8. Abang, Kakak serta adik-adik penulis yang tercinta, Kak Desy, Bang Nova, Dania

dan Arief, yang memberikan hangatnya kasih sayang dan pendorong semangat kepada penulis. I Miss You All.

9. Nenekku tercinta Hj. Nurhaida yang tak henti-hentinya berdoa dan memberi semangat untukku.

10.Sahabat hatiku “Fadli” (Bhucheq) yang selalu mendoakan keberhasilanku, mendukungku, membangkitkan semangatku, mengingatkanku, serta segala perhatian yang diberikan untukku, Nda ucapkan makasih atas semuanya

11.Buat anak-anak UW 2009, Natalia, Lily, Olive, Fitri, Nabillah, Kiki dan semuanya terimakasih atas kebersamaannya di USU. Penulis akan selalu ingat akan kenangan-kenangan kita.

12.Langit Adventure Travel yang telah memberikan banyak informasi kepada penulis.

13.Buat Bang Iqbal dan Bang Rivay terimakasih atas waktu, motivasi yang diberikan dan masukannya kepada penulis.


(7)

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini. Semoga kertas karya ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya. Dan kepada Engkau ya Allah segala kesempurnaan dan kami memohon atas segala keridhoan-Mu ya Allah.

Alhamdulillahirabil’alamiin.

Medan, Maret 2011 Penulis,

Indah Triana Amelia 092204015


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penulisan ... 3

1.4 Metode Penelitian ... 4

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pengembangan Pariwisata ... 6

2.2 Pengertian Pengembangan Objek Wisata ... 10

2.2.1 Tujuan dan Asas Pengembangan Objek Wisata ... 12

2.2.1.1 Tujuan Pengembangan Objek Wisata ... 12

2.2.1.2 Asas Pengembangan Objek Wisata………. 13

2.2.2 Penetapan Lokasi Objek Wisata ... 14

2.2.3 Landasan Hukum Objek Wisata ... 14

2.3 Defenisi Wisata Alam ... 15

2.3.1 Prinsip-Prinsip Wisata Alam ... 16

2.4 Pengertian Pengembangan Wisata Bahari………. 17

2.4.1 Konsep Wisata Bahari……… 20

2.4.2 Contoh-Contoh Wisata Bahari ... 21

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN BATUBARA 3.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam ... 22

3.1.1 Sejarah Kabupaten Batubara... 22

3.1.2 Letak Daerah ... 26

3.1.3 Pembagian Wilayah Administratif ... 28

3.1.4 Luas Daerah ... 28

3.1.5 Keadaan Alam ... 29

3.2 Perekonomian dan Sosial Budaya Masyarakat Batubara ... 29


(9)

3.2.2 Sosial Budaya Masyarakat... 31

3.3 Sarana Prasarana Kabupaten Batubara ... 33

BAB IV PENGEMBANGAN PULAU PANDANG SEBAGAI OBJEK WISATA BAHARI DI KABUPATEN BATUBARA 4.1 Wisata Bahari di Kabupaten Batubara ... 34

4.2 Pulau Pandang Sebagai Objek Wisata Bahari di Kabupaten Batubara ... 34

4.2.1 Sejarah Pulau Pandang ... 34

4.2.2 Potensinya Menjadi Daya Tarik Wisata ... 35

4.2.2.1 Letak Geografis... 35

4.2.2.2 Sosialisasi Masyarakat Setempat ... 36

4.2.3 Sarana Prasarana yang Tersedia ... 36

4.2.4 Promosi Pulau Pandang ... 37

4.2.5 Perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Batubara ... 39

4.2.6 Dampak Pengembangan Objek Wisata Pulau Pandang... 41

4.2.6.1 Dampak Positif ... 41

4.2.6.2 Dampak Negatif ... 41

4.2.7 Potensi Lain... 43

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 44

5.2 Saran... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(10)

ABSTRAK

Kabupaten Batubara memiliki banyak objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan dalam dunia kepariwisataan. Salah satu objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan adalah Pulau Pandang yang terletak di perairan Selat Malaka, ini dapat dilihat dari potensi-potensi yang dimiliki dan keadaan alamnya yang masih alami. Jika objek wisata ini dikembangkan dan dikelola dengan baik, diyakini dapat meningkatkan arus kunjungan wisatawan dan diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan tentunya akan menambah devisa, memperluas dan meratakan kesempatan kerja, kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitarnya. Untuk mewujudkan harapan tersebut, diperlukan suatu upaya pengembangan kawasan wisata yang terpadu dalam mengatasi masalah, peningkatan citra, penambahan serta pembenahan fasilitas serta promosi, maka pengembangan keseluruhan dari pulau pandang akan dapat dicapai.

Dalam upaya pengembangan objek wisata bahari Pulau Pandang ini, harus pula ditangani dan dikelola dengan baik, serta kerja sama dengan beberapa pihak yang terkait, seperti Pemerintah Daerah, Masyarakat dan Instansi lainnya guna mendapatkan hasil yang optimal. Dengan adanya pengembangan tersebut, maka akan membuka peluang kerja bagi masyarakat di daerah tersebut.

Keyword : Wisata Alam, Wisata Bahari Pulau Pandang, Keindahan Alam, Flora dan Fauna, Kabupaten Batubara.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Indonesia merupakan negara yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan banyaknya potensi wisata alam dan budaya yang ada. Sumber daya alam berupa hutan dengan segala isinya, daratan dengan segala bentuk dan gatranya, serta lautan dengan segala potensi dan perilakunya telah dimanfaatkan dan akan terus dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan.

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk di dalamnya pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Sedangkan defenisi wisata sendiri adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata (Pendit, 1994).

Dapat dikatakan bahwa kegiatan pariwisata merupakan kegiatan lintas sektoral, sehingga dalam pengembangannya akan melibatkan sektor lain seperti pertanian, perhubungan, perdagangan dan jasa, industri dan lain-lain. Pengembangan sektor pariwisata akan memberikan pengaruh atau multiplier effect pada pengembangan sektor-sektor lain dan akan memberikan pengaruh pada pengembangan kondisi perekonomian masyarakat.

Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten di provinsi Sumatera Utara yang mempunyai beberapa obyek wisata dengan daya tarik berupa fenomena alam. Pengembangan obyek-obyek wisata ini sangat diperlukan untuk mengembangkan kondisi perekonomian masyarakat di kabupaten tersebut, mengingat pada saat ini pariwisata memberikan kontribusi yang kecil pada pendapatan daerah yaitu sebesar 15 juta per tahun (Suara Merdeka, 2003).


(12)

Kabupaten Batubara memiliki berbagai obyek wisata yang menampilkan kelangkaan fenomena alam. Obyek wisata alam sendiri merupakan obyek wisata yang daya tariknya bersumber pada keindahan alam dan tata lingkungannya. Obyek wisata alam yang terdapat di kabupaten Batubara sendiri antara lain adalah obyek wisata bahari Pulau Pandang dan Pulau Salah Nama . Obyek-obyek wisata ini merupakan kemungkinan untuk dikembangkan karena fenomena alam yang ada tidak terdapat di semua tempat, sehingga obyek wisata ini memberi suatu pesona alam yang luar biasa.

Obyek wisata pulau pandang terletak di perairan Selat Malaka, kaum nelayan menyebutnya Pulau Si Angsa Dua, karena memang bentuk fisiknya yang unik mirip unggas berleher panjang “angsa”. Memiliki luas hanya ± 1ha dan berjarak ± 15 mil laut dan ditempuh 2 jam dari Kuala Batubara (Tanjung Tiram) dengan menggunakan motor boat. Dari segi keindahan Pulau Pandang memiliki hamparan pasir putih, gugusan terumbu karang dan dilengkapi dengan biota laut yang sangat indah, begitu juga dengan pantainya yang jernih bagai zamrud yang berkilau.

Pulau Pandang juga merupakan tempat penangkaran penyu. Pulau ini sangat cocok untuk melakukan berbagai kegiatan olahraga bahari seperti selam (diving), pemancingan (fishing), snorkling, ataupun jet ski. Memungkinkan obyek wisata ini berpotensi menjadi obyek wisata pilihan bagi wisatawan yang berada di lingkungan sekitarnya. Tetapi sangat disayangkan pengelolaan obyek wisata pulau pandang pada saat ini masih sangat terbatas. Dikarenakan belum ada pengelolaan yang serius dari pihak pengelola maupun pemerintah sehingga keberadaannya jarang diketahui oleh wisatawan lokal maupun mancanegara padahal pulau pandang tersebut memiliki potensi wisata bahari yang bisa dikembangkan. Pengunjung Pulau Pandang biasanya hanya ramai dikunjungi oleh para wisatawan yang hobi memancing (fishing) dan para wisatawan yang hobi selam (diving), pengunjung paling banyak biasanya pada hari libur nasional atau liburan panjang (holiday). Sehingga pengembangan Pulau


(13)

Pandang sebagai objek wisata bahari di Kabupaten Batubara dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya daerah yang memiliki potensi pariwisata menjadi kegiatan ekonomi yang dapat meningkatkan devisa, memperluas dan meratakan kesempatan kerja, kesempatan berusaha, khususnya bagi masyarakat sekitarnya.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat tugas akhir tentang “Pengembangan Pulau Pandang Sebagai Obyek Wisata Bahari di Kabupaten Batubara”.

1.1 Batasan Masalah

Penulis membatasi masalah yang akan dibahas, yang meliputi pengenalan objek wisata Pulau Pandang dan potensinya sebagai objek wisata bahari di Kabupaten Batubara sehingga keberadaannya dapat diketahui oleh wisatawan lokal ataupun mancanegara.

1.2 Tujuan Penulisan

Kertas karya ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui potensi wisata bahari Pulau Pandang

2. Memperkenalkan lebih jauh kepada masyarakat luas tentang objek wisata Pulau Pandang di Kabupaten Batubara Sumatera Utara

3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan objek wisata bahari Pulau Pandang

1.3 Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan dua metode penelitian, yaitu :

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Pengumpulan data secara teoritis, yang diperoleh dari pustaka berupa buku-buku ilmiah, majalah, dan internet yang ada hubungannya dengan pembahasan judul kertas karya ini.


(14)

2. Studi Lapangan (Field Research)

Penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data dengan cara penelitian langsung di lapangan dengan mewawancarai orang-orang di instansi yang terkait dan mengadakan observasi.

1.4 Sistematika Penulisan

Kertas karya ini terdiri dari lima bab yang setiap bab mencakup hal-hal sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisikan uraian tentang alasan pemilihan judul, batasan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II : Uraian Teoritis Tentang Kepariwisataan

Berisikan uraian teoritis tentang kepariwisataan yang meliputi pengertian pengembangan pariwisata, pengertian pengembangan objek wisata , defenisi wisata alam dan pengertian pengembangan wisata bahari.

Bab III : Gambaran Umum Masyarakat dan Wilayah Kabupaten Batubara

Bab ini menguraikan tentang letak geografis Kabupaten Batubara, pembagian wilayah administratif, sarana prasarana kepariwisataan di Kabupaten Batubara, keadaan sosial, sistem sosial, dan perekonomian masyarakat di Kabupaten Batubara.

Bab IV : Pengembangan Objek Wisata Pulau Pandang Sebagai Objek Wisata Bahari di Kabupaten Batubara

Bab ini menguraikan sejarah objek wisata Pulau Pandang dan potensinya menjadi objek wisata bahari di Kabupaten Batubara, sarana prasarana yang tersedia, dan dampaknya bagi pemerintah dan masyarakat setempat di Kabupaten Batubara.


(15)

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II

URAIAN TEORISTIS TENTANG KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pengembangan Pariwisata

Pengertian pengembangan menurut J.S Badudu dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, memberikan definisi pengembangan adalah hal, cara atau hasil kerja mengembangkan. Sedangkan mengembangkan berarti membuka, memajukan, menjadikan maju dan bertambah baik.

Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya pariwisata mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata. (Swarbrooke 1996 :99)

Terdapat beberapa jenis pengembangan, yaitu :

a . K e s e l u r u h a n d e n g a n t u j u a n b a r u , m e m b a n g u n a t r a k s i d i s i t u s y a n g t a d i n y a t i d a k d i g u n a k a n sebagai atraksi.

b. Tu ju a n baru, me mba ngu n at raks i p ada s it u s ya ng se be lu mn ya t e la h d ig u nak a n se baga i at raks i.

c. Pe nge mba ng a n baru s ec ara k ese luru ha n p ada k e ber adaa n at raks i ya ng d iba ngu n u nt uk me nar ik pengunjung lebih banyak dan untuk membuat atraksi tersebut dapat mencapai pasar yang lebihluas, dengan meraih pangsa pasar yang baru. d. Pengembangan baru pada keberadaan atraksi yang bertujuan untuk meningkatkan fasilitas


(16)

e. Penc ipt aa n keg iat a n-keg iat a n baru at au t ahapa n dar i keg iat an ya ng berp inda h dar i sat u t e mpat ke tempat lain dimana kegiatan tersebut memerlukan modifikasi bangunan dan struktur.

Dalam Pengembangan pariwisata diperlukan aspek-aspek untuk mendukung pengembangan tersebut. Adapun aspek-aspek yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Aspek Fisik Menurut UU RI No. 23 Tahun 1997 dalam Marsongko (2001), lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri-kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Yang termasuk dalam lingkungan fisik berdasarkan olahan dari berbagai sumber, yaitu

a. Geografi

Aspek geografi meliputi luas kawasan DTW, Luas area terpakai, dan juga batas administrasiserta batas alam.

b. Topografi

Merupa ka n be nt uk per mu kaa n suat u da era h k hu sus n ya ko nfig uras i d a n ke mir inga n la ha nsep ert i dat ara n ber bu k it da n area p egu nu nga n ya ng me n ya ng kut ket ingg ia n r at a-rat a dar i permukaan laut, dan konfigurasi umum lahan.

c. Geologi

Aspe k dar i k arakt er ist ik g eo lo g i ya ng p e nt ing d ipert imba ngk a n t er masu k je n is mat er ia ltanah, kestabilan, daya serap, serta erosi dan kesuburan tanah.

d. Klimatologi

Termasuk temperature udara, kelembaban, curah hjan, kekuatan tiupan angin, penyinaran matahari rata-rata dan variasi musim.


(17)

e. Hidrologi

Termasuk di dalamnya karakteristik dari daerah aliran sungai, pantai dan laut seperti arus, sedimentasi, abrasi

f. Visability

Menurut Salim (1985;2239), yang dimaksud dengan visability adalah pemandangan terutama dari ujung jalan yang kanan kirinya berpohon (barisan pepohonan yang panjang)

g. Vegetasi dan Wildlife

Daerah habitat perlu dikembangkan untuk menjaga kelangsungan hidup vegetasi dan kehidupan liar untuk masa sekarang dan akan dating. Secara umum dapat dikategorikan sebagai tanaman tinggi, tanaman rendah (termasuk padang rumput) beserta spesies-spesies flora dan fauna yang terdapat di dalamnya baik langka, berbahaya, dominan, produksi, konservasi maupun komersial.

Pengembangan pariwisata tidak lepas dari perkembangan politik, ekonomi, social dan pembangunan disektor lainnya. Maka didalam pengembangan pariwisata dibutuhkan perencanaan terlebih dahulu.

Dari pemikiran diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan adalah suatu proses yang terjadi secara terus menerus, untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap ancaman yang ada untuk dapat berkembang dalam mencapai tujuan individu dalam organisasi dan tujuan organisasi secara keseluruhan.

Pengembangan pariwisata ini mempunyai dampak positif maupun dampak negatif, maka diperlukan perencanaan untuk menekan sekecil mungkin dampak negatif yang ditimbulkan. James J. Spillane (1994: 51-62) menjelaskan mengenai dampak positif dan negatif dari pengembangan pariwisata.


(18)

1) Penciptaan lapangan kerja, dimana pada umumnya pariwisata merupakan industry padat karya dimana tenaga kerja tidak dapat digantikan dengan modal atau peralatan.

2) Sebagai sumber devisa asing

3) Pariwisata dan distribusi pembangunan spiritual, disini pariwisata secara wajar cenderung mendistribusikan pembangunan dari pusat industri kearah wilayah desa yang belum berkembang, bahkan pariwisata disadari dapat menjadi dasar pembangunan regional. Struktur perekonomian regional sangat penting untuk menyesuaikan dan menentukan dampak ekonomis dari pariwisata

Sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya pengembangan pariwisata meliputi :

1) Pariwisata dan vulnerability ekonomi, karena di negara kecil dengan perekonomian terbuka, pariwisata menjadi sumber mudah

Kena serang atau luka (vulnerability), khususnya kalau Negara tersebut sangat tergantung pada satu pasar asing.

2) Banyak kasus kebocoran sangat luas dan besar, khususnya kalau proyek-proyek pariwisata berskala besar dan diluar kapasitas perekonomian, seperti barang-barang impor, biaya promosi keluar negeri, tambahan pengeluaran untuk warga negara sebagai akibat dari penerimaan dan percontohan dari pariwisata dan lainnya.

3) Polarisasi spasial dari industri pariwisata dimana perusahaan besar mempunyai kemampuan untuk menerima sumber daya modal yang besar dari kelompok besar perbankan atau lembaga keuangan lain,


(19)

Pengembangan objek wisata dapat diartikan usaha atau cara untuk membuat jadi lebih baik segala sesuatu yang dapat dilihat dan dinikmati oleh manusia sehingga semakin menimbulkan perasaan senang dengan demikian akan menarik wisatawan untuk berkunjung.

Gamal Suwantoro (1997:57) menulis mengenai kebijakan pengembangan objek wisata yang meliputi :

a. Prioritas pengembangan objek

b. Pengembangan pusat-pusat penyebaran kegiatan wisatawan

c. Memungkinkan kegiatan penunjang pengembangan objek wisata. Dalam pengambangan objek wisata ini perlu diperhatikan tentang prasarana, sarana wisata, infrastruktur pariwisata.

Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek tersebut diminati pengunjung, yaitu :

a. Something to see adalah obyek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa di lihat atau di jadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut.

b. Something to do adalah agar wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax berupa fasilitas rekreasi baik itu arena bermain ataupun tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah untuk tinggal di sana.


(20)

c. Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh. (Yoeti, 1985:164).

Ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur yang kuat untuk daerah tujuan wisata dan di lain pihak harus dipikirkan bagaimana produk yang telah siap dipasarkan itu dapat dibeli oleh wisatawan, karena itu perlu pula dipersiapkan :

1. Persiapan perjalanan bagi calon wisatawan, yaitu: informasi, reservasi, tiket, vouchers, traveller check, dan barang-barang bawaan selama dalam perjalanan.

2. Kendaraan yang akan membawanya ke daerah tujuan. 3. Akomodasi, seperti hotel, mote, dan lain-lain.

4. Bar dan Restoran.

5. Sarana-sarana lain yang dapat menunjang kelancaran kedatangan wisatawan seperti Kantor Pos, Kantor Telepon, Bank, dan lain-lain saran yang berkaitan (Yoeti, 1983:168).

2.2.1 Tujuan dan Asas Pengembangan Objek Wisata 2.2.1.1 Tujuan Pengembangan Objek Wisata

Tujuan pengembangan dari objek wisata adalah : 1. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam 2. Meningkatkan pengembangan objek wisata 3. Memberikan nilai rekreasi

4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan 5. Meningkatkan keuntungan.

Ada dua keuntungan ekonomi dalam pengembangan objek wisata yaitu: a. Keuntungan ekonomi bagi masyarakat daerah :


(21)

• Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat pengangguran • Meningkatkan pendapatan masyarakat daerah

• Meningkatkan popularitas daerah • Meningkatkan produksi

b. Keuntungan ekonomi bagi objek wisata :

• Meningkatkan pendapatan objek wisata tersebut • Meningkatkan gaji pegawai pengelola objek wisata

• Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada pada objek wisata

• Meningkatkan sikap kesediaan dalam berperan serta untuk melestarikan potensi daerah objek wisata dan lingkungan hidup serta manfaat yang diperoleh

• Meningkatkan sikap, kreasi dan inovasi para pengusaha objek wisata

• Serta meningkatkan mutu aksessibilitas dan bahan-bahan promosi dalam pengembangan suatu objek wisata (Universitas Sumatera Utara, http://google.com).

2.2.1.2 Asas Pengembangan Objek Wisata

Pengembangan objek wisata didasarkan atas asas sebagai berikut: 1. Asas Pelestarian

Penyelenggaraan program sadar wisata terhadap suatu objek wisata yang hendak dikembangkan dan diarahkan bertujuan untuk meningkatkan kelestarian alam dan lingkungan objek wisata serta kesegaran udara di daerah objek wisata tersebut.


(22)

Penyelenggaraan program sadar wisata diarahkan untuk dapat memberikan manfaat dan dampak praktis baik ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan maupun lingkungan (Universitas Sumatera Utara,

2.2.2 Penetapan Lokasi Objek Wisata

Dalam menetapkan suatu lokasi objek wisata harus benar-benar diperhatikan tentang karakteristik alam dan juga letak lokasi objek wisata yang strategis, karena dapat mempengaruhi minat wisatawan yang akan datang nantinya. Untuk itu perencanaan harus sesuai dengan pembangunan pariwisata di daerah, sehingga pengembangannya dapat dilaksanakan secara optimal sesuai dengan kondisi kawasan dan tidak mengganggu kegiatan komunitas di sekitar kawasan tersebut. Oleh karena itu pembangunan objek wisata perlu dilakukan di tempat yang strategis, yang nantinya dapat menarik minat pengunjung terutama bagi objek wisata yang berorientasi menjual suasana objeknya dan produknya.

Faktor yang menjadi pertimbangan objek wisata yaitu mudah dijangkau dan dekat dengan kelompok sasaran. Pada suatu objek wisata penetapan lokasi merupakan salah satu pendukung pariwisata yang nantinya dapat menentukan seberapa banyaknya wisatawan yang akan datang bila ingin menetapkan suatu lokasi objek wisata yang ingin dibangun.

2.2.3 Landasan Hukum Objek Wisata

Landasan hukum dalam pengembangan objek wisata bertujuan untuk meningkatkan koordinasi antara keduanya dan dalam rangka memanfaatkan potensi objek wisata. Suatu kegiatan dalam pengembangan suatu objek wisata perlu adanya hukum yang turut membantu dan mengikat serta menjaga objek wisata dalam upaya perlindungan terhadap pelestarian dan perawatan objek wisata. Secara fungsional perencanaan, pemanfaatan, pembinaan, pengembangan kepariwisataan menjadi tugas dan tanggung jawab Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi. Untuk itu perlu adanya koordinasi antara departemen ini dengan


(23)

pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan objek wisata. Untuk itu landasan hukum ini sekaligus sebagai wadah dan payung hukum bagi suatu daerah objek wisata.

Landasan hukum pengembangan objek wisata berdasarkan surat keputusan (SK) bersama Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Menparpostel) dan Menteri Pertanian No. KM 47/PW-89 dan No. 204 / KPTS / HK / 050 / 4 1989.

Sebuah lembaga hukum mempunyai kekuatan untuk dapat mengikat dan melindungi terhadap pelestarian dan pemanfaatan alam bagi suatu objek wisata, karena landasan hukum ini sangat dijunjung tinggi oleh Negara Indonesia sebagai negara yang berazaskan hukum maupun mengutamakan hukum yang berlaku. Landasan hukum inilah yang menjadi pedoman masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari (Universitas Sumatera Utara,

2.3 Defenisi Wisata Alam

Obyek wisata alam adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup seni-budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi. Selanjutnya Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam (1979) mengasumsikan obyek wisata adalah pembinaan terhadap ka-wasan beserta seluruh isinya maupun terhadap aspek pengusahaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan pengawasan terhadap ka-wasan wisata. Obyek wisata yang mempunyai unsur fisik lingkungan berupa tumbuhan, satwa, geomorfologi, tanah, air, udara dan lain sebagainya serta suatu atribut dari lingkungan yang menurut anggapan manusia memiliki nilai tertentu seperti keindahan, keunikan, ke-langkaan, kekhasan, keragaman, bentangan alam dan keutuhan.

Obyek wisata alam yang ada di Indonesia dikelompokkan menjadi dua obyek wisata alam yaitu obyek wisata yang terdapat di luar kawasan konservasi dan obyek wisata yang terdapat di dalam kawasan konsevasi yang terdiri dari taman nasional, taman wisata, taman


(24)

buru, taman laut dan taman hutan raya. Semua kawasan ini berada di bawah tanggung-jawab Direktorat Jendral Perlindungan dan Pelestarian Alam.

DEPHUTBUN. Kegiatan rekreasi yang dapat dilakukan berupa lintas alam, mendaki gunung, mendayung, berenang, menyelam, ski air, menyusur sungai arus deras, berburu (di taman buru). Sedangkan obyek wisata yang terdapat di luar kawasan konservasi dikelola oleh Pemerintah Daerah, Pihak Swasta dan Perum Perhutani, salah satunya adalah Wana Wisata.

Kelayakan sumberdaya alam merupakan potensi obyek wisata alam yang terdiri dari unsur-unsur fisik lingkungan berupa tumbuhan, satwa, geomorfologi, tanah, air, udara dan lain sebagainya, serta suatu atribut dari lingkungan yang menurut anggapan manusia memiliki nilai-nilai tertentu seperti keindahan, keunikan, kelangkaan, atau ke-khasan keragaman, bentangan alam dan keutuhan (Anonymous,

2.3.1 Prinsip-prinsip Wisata Alam

Menurut Undang-Undang Kepariwisataan No. 9 Tahun 1990, penyelenggaraan pariwisata dilaksanakan dengan tetap memelihara kelestarian dan mendorong upaya peningkatan mutu lingkungan hidup serta obyek dan daya tarik wisata itu sendiri, nilai-nilai budaya bangsa yang menuju ke arah kemajuan adab, mempertinggi derajat kema-nusiaan, kesusilaan dan ketertiban umum guna memperkokoh jati diri bangsa dalam rangka mewujudkan wawasan Nusantara.

Menurut John, dkk (1986), prinsip wisata yang paling berhasil mengkombinasikan sejumlah minat yang berbeda diantaranya olahraga, satwa liar, pakaian setempat, tempat bersejarah, pemandangan yang mengagumkan dan makanan. Ditambah pula potensi wisata alam (kawasan yang dilindungi) akan turun dengan cepat bila biaya, waktu dan ketidaknyamanan perjalanan meningkat atau bila bila bahaya selalu mengintai.

Fasilitas-fasilitas yang memadai diperlukan agar pengunjung dapat menikmati keindahan atau kebudayaan daerah tersebut. Penerangan disampaikan kepada pengunjung


(25)

mengingat akan pentingnya keselamatan pengunjung dan kelestarian alam dan kebersihan

lingkungan (Richardo,

2.4 Pengertian Pengembangan Wisata Bahari

Wisata bahari adalah seluruh kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan kesenangan, tantangan, pengalaman baru, kesehatan yang hanya dapat dilakukan di wilayah perairan.

Pengertian wisata bahari atau tirta seperti dinyatakan (Pendit, 2003: 41) menyatakan bahwa jenis pariwisata ini dikaitkan dengan kegiatan olah raga air lebih-lebih di danau, bengawan, pantai, teluk atau lautan lepas seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompet isi selancar, mendayung dan sebagainya. Aktivitas bahari ini dapat dijumpai di daerah Bunaken Sulawesi Utara, Wakatobi, Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan di Lombok, Pulau Rajaampat di Papua serta beberapa kawasan pesisir pulau Bali.

Wisata bahari menurut Ardika (2000:2) adalah wisata dan lingkungan yang berdasarkan daya tarik wisata kawasan yang didominasi perairan dan kelautan. Keraf (2000:2) wisata bahari adalah kegiatan untuk menikmati keindahan dan keunikan daya tarik wisata alam di wilayah pesisir dan laut dekat pantai serta kegiatan rekreasi lain yang menunjang. Sarwono (2000:2) wisata bahari adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi alam bahari sebagai daya tarik wisata maupun wadah kegiatan wisata baik yang dilakukan diatas permukaan di wilayah laut yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ekosistemnya yang kaya akan keanekaragaman jenis biota laut.

Wisata bahari dengan kesan penuh makna bukan semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat berpart isipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah


(26)

pesisir dan dimasa kini dan masa yang akan datang. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa wisata bahari adalah segala akt ivitas wisata yang menjadikan sumber daya alam laut beserta segala potensinya sebagai suatu daya tarik yang unik untuk dinikmati.

Pembangunan pariwisata diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan. Wisata bahari dengan kesan penuh makna bukan semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan sekaligus pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan wilayah pesisir di masa kini dan masa yang akan datang. Jenis wisata yang memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan langsung diantaranya berperahu, berenang, snorkeling, diving, pancing sedangkan kegiatan tidak langsung seperti kegiatan olahraga pantai, piknik menikmati atmosfer laut (Siti Nuraisyah, 1998).

Konsep wisata bahari didasarkan pada view, keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karakteristik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah. (Whaet, 1994) berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam. (Steele, 1993) menggambarkan kegiatan ecotourism bahari sebagai proses ekonomi yang memasarkan ekosistem yang menarik dan langka.

Perkembangan wisata bahari yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada wilayah pesisir yang memiliki sesuatu kegiatan yang berkesinambungan ditunjukan dengan munculnya atau hilangnya,semakin dikenal atau dit inggalkan, bertambah atau berkurangnya bagian-bagian, fungsi-fungsi atau sifat-sifat dari wilayah tersebut, baik dilihat secara fisik, sosial dan, ekonominya.


(27)

2.4.1 Konsep Wisata Bahari

Menurut Undang-undang Nomor 9 tahun 1990 wisata bahari merupakan wisata kelautan. Sedangkan menurut Siti Nuraisyah (1998) mengatakan ‘wisata bahari adalah suatu bentuk wisata potensial termasuk di dalam kegiatan “Clean industry”. Adapun pelaksanaan wisata bahari yang berhasil apabila memenuhi berbagai komponen yakni terkaitnya dengan kelestarian lingkungan alami, kesejahteraan penduduk yang mendiami wilayah tersebut, kepuasan pengunjung yang menikmatinya dan keterpaduan komunitas dengan area pengembangannya”. Dengan memperhatikan komponan tersebut maka wisata bahari akan memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian masyarakat.

Prinsip utama ekowisata dapat juga di aplikasikan karena wisata bahari termasuk bagian dari ekowisata ini dapat dilihat pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah pada pasal I dan pada pasal II. Maka dari itu ada lima prinsip utama dari ekowisata yang di rumuskan oleh Low Choy dan Heillbronn (dalam Niki 2002) Lingkungan ecotourism bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang relative belum tercemar atau terganggu yaitu;

1. Lingkungan ekotorisme bertumpu pada lingkungan alam, budaya yang relatif belum tercemar atau terganggu

2. Masyarakat ekotorisme harus memberikan manfaat ekologi, sosial dan ekonomi langsung kepada masyarakat.

3. Pendidikan dan Pengalaman ekotorisme harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya pengalaman yang dimiliki.

4. Berkelanjutan ekotorisme dapat memberikan sumbangan positif bagi keberlanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka


(28)

panjang.

5. Manajemen ekotorisme harus dikelola secara baik dan menjamin

sustainability lingkungan alam, budaya yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan sekarang maupun generasai mendatang.

Kelima prinsip utama ini merupakan dasar untuk pelaksanaan kegiatan ecotourism yang berkelanjutan.

2.4.2 Contoh – Contoh Wisata Bahari

Kawasan wisata Nusa Dua Bali yang memiliki ekosistem ekologis dan Kepulauan Raja Ampat Sorong di provinsi Papua Barat yang memiliki ekosistem terumbu karang yang terlengkap dan terbaik di dunia serta kawasan rekreasi mangrove sungai Buloh di Singapore, kawasan pantai Copacabana di Rio de Jeneiro (Brasil), kawasan Historik Puerto Madero Buenos aires (Argentina) dan pantai wisata di Hawai merupakan contoh bagi pengembangan wisata bahari yang cukup terkenal di Dunia.

Sehingga dari segi budaya masyarakat setempat dengan pola hidup, adat istiadat dan budaya yang khas merupakan modal bagi pengembangan wisata bahari berbasis masyarakat. Dengan adanya objek wisata tersebut, maka wisatawan akan terus berdatangan ke Indonesia apabila keberadaannya terus terjaga dan dilestarikan.

BAB III

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BATUBARA


(29)

3.1.1 Sejarah Kabupaten Batubara

Wilayah Batu Bara telah dihuni oleh penduduk sejak tahun 1720 M, ketika itu di Batu Bara terdapat 5 (lima) suku penduduk yaitu “Lima Laras, Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh dan Suku Boga”. Kelima suku tersebut masing-masing dipimpin oleh seorang Datuk yang juga memimpin wilayah teritorial tertentu. Ketika itu Batu Bara menjadi bagian dari kerajaan Siak dan Johor. Untuk mewakili kerajaan Siak dan mengepalai Datuk-Datuk seluruh Batu Bara diangkat seorang Bendahara secara turun temurun. Setiap Datuk kepala suku mendapat pengangkatan dan capnya dari Sultan Siak.

Susunan pimpinan Batu Bara pada waktu itu ialah Bendahara dan di bawahnya terdapat sebuah Dewan yang anggota-anggotanya dipilih oleh Datuk-Datuk kepala suku bersama-sama. Anggota Dewan ini adalah:

1.Seorang Syahbandar, tetap dipilih orang yang berasal dari suku Tanah Datar.

2.Juru Tulis, dipilih yang berasal dari suku Lima Puluh.

3.Mata-Mata, dipilih orang yang berasal dari suku Lima Laras.

4.Penghulu Batangan, dipilih orang yang berasal dari suku Pesisir.

Nama Batu Bara (Batubahara) sudah tercantum dalam literatur di abad ke-16 yang membayar upeti kepada Haru. Laporan Pemerintah Inggris dari Penang, Jhon Anderson, mengunjungi Batu Bara pada tahun 1823 dalam bukunya “ Mission to The Eastcoast of Sumatra” sebagai berikut:

“Di hulu sungai Batu Bara ada sebuah bangunan batu yang tidak ada tercatat bila dibangun di kalangan penduduk. Bangunan itu dilukiskan sebagai bentuk empat persegi, dan di salah satu


(30)

sudutnya ada tiang yang sangat tinggi, mungkin tiang bendera. Lukisan relief manusia diukir di dinding, yang mungkin dewa-dewa Hindu ...”.

Menurut Shadee, dalam bukunya “Geschiedenis van Sumatra’s Oostkust”, pada permulaan kedatangan Belanda ke Sumatera Timur di tahun 1862, wilayah Pagurawan dan Tanjong berada langsung di bawah jajahan Datuk Lima Puluh dari Batu Bara yang kemudian tunduk pula kepada Siak.

Dalam tahun 1885, Pemerintah Hindia Belanda membayar ganti rugi kepafa Pemerintah Kerajaan Siak sehingga kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur Lepas dari kerajaan Siak dan berhubungan langsung dengan Pemerintah Hindia Belanda yang diikat dengan perjanjian Politik Contract (27 pasal). Perjanjian Politik Contract tersebut meliputi beberapa kerajaan seperti Langkat, Serdang, Deli, Asahan, Siak, Pelalawan (Riau), termasuk juga kerajaan-kerajaan kecil seperti Tanah Karo, Simalungun, Indragiri dan Batu Bara serta Labuhan Batu.

Pada tahun 1889 residensi Sumatera Timur terbentuk dan beribukota di Medan, residen Sumatera Timur ini terdiri dari 5 (lima) Afdeling yaitu:

1.Afdeling Deli yang langsung di bawah Residen di Medan.

2.Afdeling Batu Bara berkedudukan di Labuhan Ruku.

3.Afdeling Asahan berkedudukan di Tanjung Balai.

4.Afdeling Labuhan Batu berkedudukan di Labuhan Batu.


(31)

Wilayah Batu Bara saat itu merupakan Afdeling (Kabupaten) tersendiri beribukota di Labuhan Ruku di samping Afdeling (Kabupaten) Asahan. Afdeling Batu Bara itu terdiri dari 8 (delapan) Landschap (setara dengan Kecamatan). Masing-masing landschap ini dipimpin oleh seorang raja. Di dalam Afdeling Batu bara termasuk di dalamnya wilayah Batak di perdalaman (Simalungun). Berdasarkan Sensus Penduduk yang diselenggarakan Pemerintah Hindia Belanda tahun 1933, penduduk asli Batu Bara berjumlah 32.052 jiwa.

Pada saat Indonesia merdeka wilayah Batu Bara berubah nama. Sebutan Landschap menjadi Kecamatan. Khusus Batu Bara lebih dahulu digelar namanya Kewedanan. Kewedanan Batu Bara beribukota Labuhan Ruku yang waktu itu membawahi 5 (lima) Kecamatan yaitu: Kecamatan Talawi, Tanjung Tiram, Lima Puluh, Air Putih dan Medang Deras. Hal ini terjadi hingga 4 (empat) masa kepemimpinan Kewedanan, nama Kewedanan dicabut sehingga yang ada hanya 5 (lima) kantor camat dan tergabung dengan wilayah Asahan dengan nama Kabupaten Asahan yang beribukota di Kisaran.

Pada tahun 1969 masyarakat Batu Bara pernah membentuk Panitia Penuntut Otonom Batu Bara (PPOB) yang diketuai oleh Abdul Karim AS, seorang tokoh masyarakat dan pernah menjadi anggota DPRD Asahan. PPOB ini berkedudukan di Jalan Merdeka Kecamatan Tanjung Tiram, tetapi karena Undang-Undang Otonomi belum dikeluarkan Pemerintah sehingga perjuangan ini kandas sebelum berhasil terbentuk Kabupaten Batu Bara yang otonom.

Pada era reformasi lebih kurang 30 tahun setelah terbakarnya kantor PPOB di Tanjung Tiram, dengan adanya Ketetapan MPR No.XV/MPR/1998 yang meminta kepada Presiden untuk dilakukannya penyelenggaraan Otonomi Daerah, tepatnya pasca lahir Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang semakin


(32)

mempertegas makna penyelenggaraan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab serta membenarkan adanya pemekaran atau pembentukan suatu daerah menjadi lebih satu daerah, sebagaimana tertuang dalam pasal 6 ayat 2 yang berbunyi “Daerah dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah”. Undang-Undang ini menjadi landasan perjuangan masyarakat Batu Bara untuk kembali menuntut menjadi wilayah Batu Bara menjadi sebuah daerah Kabupaten yang otonom yang bisa mengatur dirinya sendiri dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam kemandirian.

Badan Pekerja Persiapan Pembentukan Kabupaten Batu Bara (BP3KB) yang berkedudukan di Medan berupaya untuk meneliti dan menjajaki lebih lanjut kemungkinan terbentuknya Kabupaten Batu Bara yang otonom. Sejalan dengan itu di kecamatan-kecamatan lahir pula gerakan masyarakat yang menuntut dibentuknya Kabupaten Batu Bara yang menamakan diri sebagai Gemkara “Gerakan Masyarakat Menuju Kabupaten Batu Bara”.

Kabupaten Batu Bara akhirnya terbentuk setelah pihak legislative (DPR-RI) dalam Sidang Paripurna pada hari Jum’at tanggal 8 Desember 2006 membahas tentang pembentukan Kabupaten Batu Bara dan dinyatakan syah menjadi sebuah Kabupaten melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Batu Bara di Propinsi Sumatera Utara dan Lampiran Negara Nomor 7 Tahun 2007. (Admin,

3.1.2 Letak Daerah

Secara astronomis Kabupaten Batu Bara terletak antara 2046’ – 3026’ LU dan 99005’ – 99039’ BT, lebih jelasnya lihat Peta Administratif Kabupaten Batu Bara. Secara goegrafis Kabupaten Batu Bara merupakan sebuah kawasan di bahagian timur dari Provinsi Sumatera Utara tepatnya berbatasan dengan;


(33)

a. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka dan Kabupaten Asahan

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan Kabupaten Simalungun

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai d. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

Kabupaten Batubara

: Sejahtera Berjaya

:

Luas

Lima Puluh : 922,20 km2

Penduduk :

• Jumlah : 374.715 jiwa • Kepadatan : 406,33 jiwa/km2

Pembagian administratif :

• : 7 (Tujuh)

: 98 / 7 (Sembilan Puluh Delapan / Empat Belas)


(34)

Tanggal : 15 Juni 2007

Hari Jadi : 8 Desember 2006

Bupati : OK Arya Zulkarnaen SH MM

3.1.3 Pembagian Wilayah Administratif

Kabupaten Batubara terdiri atas 7 (tujuh) kecamatan serta 98 desa dan 7 (tujuh) kelurahan definitive, diantaranya :

1. Kecamatan Medang Deras 2. Kecamatan Sei Suka 3. Kecamatan Air Putih 4. Kecamatan Lima Puluh 5. Kecamatan Talawi

6. Kecamatan Tanjung Tiram 7. Kecamatan Sei Balai 3.1.4 Luas Daerah

Kabupaten Batubara memiliki luas wilayah 922,20 km2, terdiri dari : Tabel 3.1

Luas Wilayah dan Rasio Terhadap Luas Kabupaten Batu Bara Menurut Kecamatan Tahun (2009)

No Kecamatan Luas

(Ha)

Persentase (%)


(35)

2 3 4 5 6 7

Kecamatan Sei Suka Kecamatan Air Putih Kecamatan Lima Puluh Kecamatan Talawi

Kecamatan Tanjung Tiram Kecamatan Sei Balai

17.147 7.224 23.955 8.980 17.379 10.988 18,59 7,83 25,98 9,74 18,85 11,91

Jumlah 92.220 100,00

Sementara apabila wilayah Batubara ini ditambah dengan luas lautan (Selat Malaka) 12 mil laut dari garis pantai sekitar 7.000 Ha

3.1.5 Keadaan Alam

Wilayah Kabupaten Batu Bara adalah merupakan wilayah yang bertopografi relatif datar dan landai dengan ketinggian 0 – 80 m dpl (di atas permukaan laut). Wilayah ini terletak di tepi pantai pulau Sumatera (Sumatera Utara), merupakan daerah endapan yang dikenal sebagai daerah dataran rendah yang relatif datar, dimana seluruh wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, dengan panjang pantai ± 110 Km. Daerah ini sangat cocok untuk dimanfaatkan sebagai daerah pusat pemukiman, perkebunan, pertanian sawah, perdagangan, industri dan jasa.

Letak suatu daerah akan mempengaruhi keadaan iklim pada wilayah tersebut. Kemudian lebih lanjut iklim akan mempengaruhi kehidupan yang ada di wilayah tersebut. Kabupaten Batu Bara beriklim tropis sebagaimana iklim di Indonesia secara umumnya dengan temperatur tinggi dan suhu udara yang tinggi pula sepanjang tahun, yaitu 230 - 270 C, dengan dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim penghujan terjadi pada bulan September s/d Maret dan musim kemarau pada bulan Maret s/d September. Pada bulan Maret dan bulan September adalah musim peralihan atau musim pancaroba. Tingkat curah hujan adalah 1.702 mm/tahun.


(36)

3.2 Perekonomian dan Sosial Budaya Masyarakat Batubara 3.2.1. Perekonomian

Untuk mempercepat proses pembangunan dan mendayagunakan potensi ekonomi dan sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) pemerintahan Kabupaten Deli Serdang membuat kebijakan-kebijakan yang terdapat pada agenda pemerintahan daerah, yakni :

1. Agenda Pertama

Menerapkan kepemerintahan yang baik dengan perioritas utama peningkatan kompetensi aparatur pemerintah dan penciptaan aparatur yang bersih dan berwibawa pembangunan bidang kesehatan.

2. Agenda Kedua

Pembinaan sumber daya manusia yang berkualitas dengan prioritas utama • Peningkatan kualitas pendidikan

• Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat • Pembangunan Infrastruktur

3. Agenda Ketiga

Pengembangan wilayah dan infrastruktur dengan prioritas utama. • Peningkatan dan percepatan pembangunan infrastruktur

• Peningkatan penataan ruang dan perencanaan pembangunan yang berdaya guna dan berhasil guna dalam dinamika otonomi daerah

• Peningkatan dan percepatan pembangunan sumber daya air. 4. Agenda Keempat

Peningkatan kerukunan masyarakat, kehidupan sosial dan budaya dengan prioritas utama.


(37)

• Peningkatan peranan perempuan yang lebih berkualitas

• Peningkatan keamanan, ketertiban dan penanggulangan kriminalitas • Peningkatan kesejahteraan sosial

5. Agenda Kelima

Pengembangan ekonomi daerah dengan prioritas utama revitalisasi pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan.

• Peningkatan kualitas pendidikan peningkatan daya saing industri • Kepariwisataan

• Pemberdayaan tenaga kerja

• Meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan pemberdayaan koperasi, dan usaha mikro, kecil dan menengah.

6. Agenda Keenam

Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan prioritas utama perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi

lingkungan hidup (Admin

3.2.2 Sosial Budaya Masyarakat

Penduduk Kabupaten Batubara mayoritas dari suku bangsa melayu., dengan jumlah penduduk yang bermukim di daerah ini sampai dengan akhir tahun 2008 adalah diperkirakan sebanyak 336.868 jiwa dan rumah tangga sebanyak 65.538 kepala keluarga, dari pertumbuhan penduduk tahun 2008 terdapat kenaikan sebanyak 3.869 jiwa. Kepadatan penduduk pada tahun 2008 sebanyak 4 (empat) jiwa per ha atau 365 jiwa per km².

Jumlah penduduk yang besar dan berkualitas merupakan modal pelaksanaan pembangunan dan potensi bagi peningkatan pembangunan di segala bidang. Namun jumlah penduduk yang besar apabila tidak diupayakan pengembangan kualitasnya dapat merupakan


(38)

beban bagi pembangunan dan justru dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati oleh masyarakat.

Dampak pembangunan terhadap dinamika kependudukan antara lain dapat dilihat dari aspek kuantitas dan kualitas penduduk yang diindikasikan dari pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, angka ketergantungan umur, median umur, rata-rata anak lahir hidup/rata-rata masih hidup dan angka migrasi, umur perkawinan pertama, pendidikan, dan ketenagakerjaan.

Kondisi sosial budaya yang multicultural dan diwarnai dengan corak heterogenitas masyarakat Kabupaten Deli Serdang masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya masing-masing dan juga dapat menghargai budaya dari suku bangsa lain, sehingga kehidupan sosial masyarakat di Kabupaten Deli Serdang cukup harmonis. Hal tersebut dapat terlihat dari kehidupan dan pergaulan masyarakat sehari-hari yang senantiasa mengutamakan kepentingan bersama, seperti masih terpeliharanya budaya gotong royong dalam kehidupan masyarakat, yang tentunya sangat mendukung terciptanya suasana kondusif, aman dan sejahtera.

3.3 Sarana Prasarana Kabupaten Batubara

Ibu kota Kabupaten Batubara adalah Lima Puluh, sesuai dengan keputusan DPRD Kabupaten yang secara permanen akan dibangun diatas tanah milik PT. Kuala Gunung. Untuk sementara Kantor Bupati, DPRD, Dinas/dinas Badan terkait menggunakan beberapa gedung yang sudah tersedia di Kecamatan Lima Puluh dan eks Kantor Proyek Bah Bolon.

Kabupaten Batubara terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan yaitu Kecamatan Medang Deras dengan luas wilayah 6.547ha, Kecamatan Sei Suka dengan luas wilayah 17.147ha, Kecamatan Air Putih dengan luas wilayah 7.224ha, Kecamatan Lima Puluh 23.955ha,


(39)

Kecamatan Talawi dengan luas wilayah 8.980ha, Kecamatan Tanjung Tiram dengan luas wilayah 17.379ha, Kecamatan Sei Balai dengan luas wilayah 10.988ha.

BAB IV

PENGEMBANGAN PULAU PANDANG SEBAGAI OBJEK WISATA BAHARI DI KABUPATEN BATUBARA

4.1 Wisata Bahari Di Kabupaten Batubara

Semenjak pemekaran wilayah dari Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara memiliki 2 buah pulau yang memiliki pesona yang luar biasa yaitu Pulau Pandang dan Pulau Salah Nama yang berada di Desa Bogak , Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara. Akan tetapi, karena kurangnya perhatian dari pemerintah dan Pulau Pandang hanya dikelola oleh swadaya masyarakat setempat maka kondisi objek wisata tersebut cukup memprihatinkan.


(40)

4.2 Pulau Pandang Sebagai Objek Wisata Bahari di Kabupaten Batubara 4.2.1 Sejarah Pulau Pandang

Pulau Pandang Adalah sebuah pulau kecil di perairan Selat Malaka, kaum nelayan menyebutnya Pulau Si Angsa Dua, karena memang bentuk fisiknya yang unik mirip unggas berleher panjang “angsa”.

Penduduk asli Kabupaten Batubara menyebut Pulau Pandang tersebut dengan sebutan Pulau Pandan karena di sekitar pulau tersebut banyak ditumbuhi pohon pandan tetapi, para wisatawan lebih banyak mengenal pulau ini dengan nama Pulau Pandang.

Awalnya hanya kaum nelayan saja yang mengunjungi pulau ini, tetapi karena pulau ini memiliki pasir putih dan terumbu karang yang masih alami maka lahan ini pun berpotensi untuk dijadikan objek wisata. Kemudian masyarakat setempat menjadikan pulau pandang tersebut menjadi sebuah objek wisata alam yang sangat asri dan indah yang dapat menghipnotis setiap pengunjung yang mengunjunginya

4.2.2 Potensinya Menjadi Daya Tarik Wisata 4.2.2.1 Letak Geografis

Objek Wisata Pulau Pandang terletak di perairan Selat Malaka, tepatnya di Desa bogak Kecamatan Tanjung Tiram. Objek Pulau Pandang adalah merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Batubara yang memiliki pasir putih dan memiliki biota laut yang sangat indah sehingga keberadaannya dianggap mampu menarik perhatian dari wisatawan lokal bahkan mancanegara.

Memiliki luas hanya ± 1 ha terletak pada posisi (3° 25′ 08.44976″ N dan 99° 45′ 21.08423″ E), berjarak ± 15 mil laut dan ditempuh 2 jam dari Kuala Batubara (Tanjung Tiram) dengan menggunakan motor boat. Terdapat 5 unit perumahan yang dihuni oleh para awak (navigator) mercusuar.


(41)

Dengan kedalaman pantai 1 – 10 meter pada radius 100 m dikelilingi gugusan terumbu karang, pulau ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi objek wisata bahari yaitu selam (diving), snorkeling, jet ski, trecking ke puncak menara suar dan pemancingan (fishing). Pulau Pandang juga merupakan tempat penangkaran penyu.

Untuk memudahkan pendaratan di Pulau Pandang pada tahun 2001 dan 2002 telah dibangun steiger mini sepanjang 15 m. Selain itu di dalam pulau kecil tersebut terdapat sumur air tawar sebagai sumber air bersih bagi keperluan para navigator dan para nelayan yang melakukan peristirahatan.

4.2.2.2 Sosialisasi Masyarakat Setempat

Masyarakat Kabupaten Batubara daerah objek wisata Pulau Pandang mayoritas bersuku Melayu. Masyarakat Melayu Batubara hingga saat ini masih mempunyai budaya yang nilai dan norma-normanya masih dipatuhi di tengah-tengah khalayaknya, seperti adat bersopan santun dan bertutur kata lemah lembut. Masyarakat Melayu Batubara khususnya daerah Lima Laras,Pesisir, Lima Puluh, dan Tanah Datar masih ada yang percaya dengan mistik. Karena daerah-daerah tersebut masih mempunyai beberapa fenomena yang serba mistisme. Hal ini juga dapat dilihat dalam setiap jamuan atau pesta yang dilakukan di Batubara sampai pada saat ini. Tradisi hidangan yang berasal dari daging, ikan, sayur-sayuran dan buah-buahan yang dimasak harus ada, disantap sebagai lauk nasi. Hidangan ini dikenal juga sebagai hidangan penghormatan terhadap leluhur, nenek moyang yang ada pada zaman dahulu.

4.2.3 Sarana dan Prasarana yang Tersedia

Sarana maupun prasarana kepariwisataan adalah merupakan hal yang perlu dipersiapkan dan sangat mendukung, apabila hendak mengembangkan suatu objek wisata. dalam rangka mengembangkan, menunjang dan meningkatkan daya saing terhadap objek wisata itu sendiri.


(42)

Pengertian sarana kepariwisataan itu sendiri (main tourism suprastructure) adalah semua kegiatan usaha pariwisata yang menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, mulai berangkat dari tempat tinggalnya menuju Daerah Tujuan Wisata (DTW) hingga kembali lagi ke tempat asalnya.

Sedangkan pengertian prasarana (supplementing tourism suprastructure) adalah semua kegiatan pariwisata yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi. Fungsinya tidak hanya untuk melengkapi sarana pokok kepariwisataan tetapi yang terpenting adalah agar wisatawan lebih betah dan lama tinggal di suatu tempat atau di daerah yang dikunjunginya.

Sarana yang tersedia di daerah objek wisata alam Pulau pandang : • Boat

• Jet ski

Prasarana yang tersedia: • Telekomunikasi

• Dan prasarana air bersih

• Resort tempat menginap para wisatawan 4.2.4 Promosi Pulau Pandang

Pengertian promosi merupakan suatu kegiatan untuk memperkenalkan suatu produk yang ingin diperkenalkan agar produk yang diperkenalkan dapat dijual kepada konsumen. Akan tetapi promosi yang akan dilakukan disini atau yang akan dibahas adalah: mengenai promosi objek wisata bahari Pulau Pandang sebagai daya tarik wisata di Kabupaten Batubara yang seharusnya sudah dilakukan sejak melihat antusiasme wisatawan yang datang berkunjung ke daerah tersebut.

Dengan melihat potensi yang dimiliki objek wisata Pulau Pandang tentu langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah setempat maupun masyarakat setempat harus lebih meningkatkan promosi dan membuat penekanan atas promosi wisata, supaya


(43)

wisatawan asing juga tahu dengan potensi yang ada di kawasan objek wisata bahari Pulau Pandang dan ada keinginan untuk mengunjunginya.

Dengan adanya promosi, sudah tentu yang ingin dijadikan objek wisata ataupun yang ingin diperkenalkan hendaknya harus mengikuti langkah-langkah antara lain:

1. Implementasi kebijakan pengembangan pariwisata berdasarkan hasil studi pengembangan obyek wisata yang pernah dilakukan lembaga terkait

2. Strategi promosi dengan penerapan teknologi informasi melalui media elektronik terutama internet dengan membuka situs pariwisata Pulau Pandang, dilengkapi dengan data yang terbaru

3. Implementasi Sapta Pesona pariwisata (aman, indah, tertib, bersih, ramah-tamah dan kenangan), kualitas pelayanan kepariwisataan yang baik merupakan sarana promosi yang efektif untuk meningkatkan jumlah wisatawan

4. Pemulihan kondisi ekonomi nasional dan jaminan keamanan dan kenyamanan berwisata

5. Menambah event-event wisata dan diversifikasi produk wisata, festival budaya lokal (upacara adat), pertunjukan kesenian (seni tari, theater dan seni musik) dan aspek kelestarian lingkungan (konservasi penyu), pembenahan fasilitas dan akses obyek wisata diantaranya taman bermain, akuarium biota laut, marine science tour, pencitraan baru semisal dengan Parangtritis dengan citra baru sebagai daerah wisata kuliner masakan laut yang murah dan higienis dan penataan lingkungan sekitar pantai berpeluang meningkatkan pendapatan masyarakat dan wilayah.

6. Membuat suatu paket perjalanan wisata dan memasukkan objek wisata bahari Pulau Pandang dalam suatu paket perjalanan (Itinerary)


(44)

8. Melakukan kerja sama antara (BPW) Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata (APW) dengan memasukkannya ke dalam jadwal perjalanan

9. Membuat iklan-iklan poster tentang menggalakkan objek wisata bahari Pulau Pandang Dengan langkah-langkah diatas, diharapkan promosi mengenai peningkatan objek wisata Pulau Pandang dapat diwujudkan dengan segera, dan dapat menjadi objek wisata unggulan, serta banyak wisatawan lokal maupun wisatawan asing yang datang untuk berkunjung ke kawasan tersebut.

4.2.5 Perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Batubara

Ketika suatu objek wisata daerah ingin dikembangkan, perlu adanya campur tangan dari pihak pemerintah ataupun perhatian dari pemerintah kota terutama pemerintah daerah Kabupaten Batubara. Apalagi objek wisata yang akan dikembangkan ini, cukup mempunyai potensi yang baik dan sangat layak untuk dijadikan salah satu objek wisata di Kabupaten Batubara. Objek wisata bahari Pulau Pandang perlu perhatian yang khusus dari Pemerintah Daerah Kabupaten Batubara terutama dalam mengelola kawasan tersebut agar kawasan ini dapat menjadi objek wisata yang layak untuk dikunjungi oleh wisatawan. Pemerintah Kabupaten Batubara selama ini kurang menyadari bahwa objek wisata bahari Pulau Pandang sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai objek wisata unggulan. Pemerintah Kabupaten Batubara tidak mau melihat suatu potensi yang terdapat di daerahnya yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata, padahal apabila pemerintah lebih peka sedikit terhadap permasalahan potensi yang ada di Pulau Pandang ini, tentu ini akan menjadi suatu asset yang sangat baik untuk dikembangkan kedepannya, menjadi objek wisata unggulan di Kabupaten Batubara.

Apabila dilihat lagi bahwa objek wisata bahari Pulau Pandang sangat berpotensi, namun masih perlu banyak perhatian dari Pemerintah Daerah terutama sarana dan prasarana yang ada di Kabupaten Batubara, promosinya, pengelolaannya, baik mulai dari hal yang kecil


(45)

sampai hal yang terbesar sekalipun, itu semua harus dilakukan Pemerintah daerah itu sendiri dan harus fokus terhadap permasalahan yang ada di Kabupaten Batubara.

Apabila pemerintah Kabupaten Batubara tidak juga memperhatikan asset wisata dan mengolahnya, sudah tentu bisa dibayangkan Kabupaten Batubara tidak akan bisa menjadi suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW). Sungguh sangat disayangkan apabila terjadi seperti itu, kalau kita melihat potensi yang sangat baik dari objek wisata ini, apalagi potensi yang dimilikinya, cukup alamiah dengan didalamnya terdapat panorama keindahan alam yang cukup luas, asri dan indah untuk dilihat serta sungai yang berasal dari mata airnya dan menuruni lerengnya secara continue.

Oleh karena itu diharapkan Pemerintah Kabupaten Batubara harus lebih memperhatikan lagi terhadap kawasan yang sangat potensial ini, dan kelak dapat dijadikan Daerah Tujuan Wisata (DTW) dan menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Batubara apalagi Pulau Pandang ini memiliki terumbu karang yang sangat indah yang memungkinkan orang-orang dari daerah lain akan berkunjung ke tempat ini.

4.2.6 Dampak Pengembangan Objek Wisata Pulau Pandang 4.2.6.1 Dampak Postif

Dampak positif yang dapat dikembangkan apabila Pulau Pandang ini menjadi daerah Tujuan Wisata (DTW) dan menjadi daya tarik wisata Kabupaten Batubara adalah sebagai berikut :

a. Perubahan tata nilai dan sikap

Maksudnya apabila Pulau Pandang dikembangkan menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) dan menjadi daya tarik wisata maka adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya, yang menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat setempat yang tinggal di daerah setempat, yang tadinya semua irasional (tidak mungkin) menjadi rasional (kenyataan).


(46)

b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi

Maksudnya bahwa apabila berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sudah tentu masyarakat kawasan sekitar menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berfikir maju.

b. Tingkat kehidupan yang lebih baik

Maksudnya apabila objek wisata bahari Pulau Pandang ini menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) sudah pasti ini merupakan salah satu usaha mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.

4.2.6.2 Dampak Negatif

Dampak negatif apabila Pulau Pandang ini dijadikan Daerah Tujuan Wisata (DTW) dan sebagai daya tarik wisata adalah sebagai berikut:

a. Pola hidup konsumtif

Maksudnya apabila Pulau Pandang ini sudah berkembang dan maju kemungkinan masyarakat setempat yang tinggal di daerah sekitar, ingin melakukan sesuatu (pelayanannya) dengan instan dalam mengelola objek wisata tersebut tanpa memikirkan wisatawan yang mengutamakan kealamian dan keaslian dari objek wisata tersebut.

b. Sikap individualistik

Maksudnya masyarakat setempat merasa dimudahkan dengan teknologi maju untuk mengelola objek wisata ini sehingga membuat mereka tidak lagi membutuhkan bantuan orang lain dalam mengelola objek wisata tersebut, dan akan membuat mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.


(47)

Maksudnya bahwa apabila daerah objek wisata bahari Pulau Pandang ini menjadi daya tarik wisata Kabupaten Batubara sudah pasti wisatawan asing akan banyak berkunjung, dan membawa budaya kebarat-baratan mereka dan mempengaruhi budaya asli contohnya pergaulan bebas remaja, dan lain-lain.

d. Kesenjangan sosial

Maksudnya adalah apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan ada jurang pemisah antara individu yang satu dengan individu yang lain.

Maksudnya dengan semakin berkembangannya suatu objek wisata maka semakin banyak pengunjung yang datang dan banyaknya sampah-sampah/ bungkus-bungkus makanan yanga dibuang sembarangan oleh pengunjung-pengunjung yang tidak bertanggung jawab, maka hal ini harus lebih di perhatikan guna menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih dan juga terhindar dari bencana-bencana alam seperti banjir dan sebagainya.

4.2.7 Potensi Lain

Potensi lain yang dimiliki Kabupaten Batubara yang sebenarnya sangat mendukung pengembangan dunia kepariwisatan yang perlu diperhatiakan oleh pemerintahan Kabupaten Batubara, antara lain :

1. Potensi sumber daya alam yang cukup menjanjikan baik potensi perkebunan, pertanian, perikanan / kelautan, pertambangan, industri dan perdagangan dengan produk unggulan dari hasil tanaman perkebunan kelapa sawit dan karet, yang merupakan komoditas eksport non-migas (penyumbang devisa negara) dan merupakan agrowisata Kabupaten Deli Serdang.


(48)

2. Letak Kabupaten Batubara sangat strategis, karena berada pada jalur lintas trans Sumatera sehingga mendukung pengembangan investasi baik industri maupun perdagangan dan kepariwisataan.

3. Letak wiliayah yang berbatasan dengan Selat Malaka (perairan internasional) sehingga sangat strategis untuk pengembangan pelabuhan bertaraf internasional, selain potensi sumber daya alam perairan yang sangat menduku

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pulau Pandang adalah salah satu objek wisata bahari yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu objek wisata bahari dan menjadi daya tarik wisata yang berada di Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara. Disamping memiliki pasir putih, biota laut yang sangat indah dan udara yang masih sejuk. Namun masih perlu mendapatkan perhatian yang layak dari Pemerintah Kabupaten Batubara dan pihak pengelola.

Pengembangan objek wisata Pulau Pandang haruslah melibatkan pihak-pihak penyelenggara tour yang lebih banyak untuk membantu memperkenalkan objek wisata ini, dengan memasukkannya kedalam sebuah paket wisata. Disamping itu perlu juga diadakan promosi dan seminar mengenai pengembangan pariwisata dengan menitikberatkan terhadap potensi objek wisata Pulau Pandang dan memperkenalkan objek wisata tersebut melalui media elektronik, seperti iklan, video, internet, dan media cetak seperti brosur, booklet,


(49)

majalah dan lain-lain. Oleh karena itu perlu adanya kerja sama yang baik antara Pemerintah Kabupaten Batubara dengan pihak pengelola dan masyarakat setempat agar pengembangan objek wisata Pulau Pandang dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan yang baik dan menjadi sumber devisa serta memperluas dan meratakan kesempatan kerja, kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitarnya.

5.2 Saran

Pemerintah Kabupaten Batubara harus turut serta dalam mengembangkan objek wisata Pulau Pandang dan memberikan perhatian penuh guna menarik wisatawan lokal maupun mancanegara ke daerah Kabupaten Batubara. Dengan melihat potensi yang ada didalamnya, sudah tentu objek wisata Pulau Pandang ini kedepannya dapat menjadi objek wisata yang unggul dan menjadi asset pariwisata di Kabupaten Batubara itu sendiri. Untuk itu diharapkan pemerintah daerah setempat memberikan skala prioritas dan perhatiannya terhadap objek wisata Pulau Pandang dalam pengelolaannya agar dapat menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) dan sebagai daya tarik wisata Kabupaten Batubara.

Selain itu, pihak pengelola juga harus lebih memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar, agar pemandangan serta keindahan terumbu karang di pulau tetap terjaga.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2012. Profile Batubara. http:

Anonymous. 2000. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 1979 Tentang Peneyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Dalam Bidang Kepariwisataan Kepada

Daerah Tingkat I.

Richardo. 2010. Pengantar Pariwisata. http://hukumonline.com.

Bahar, Herman dan Happy Marpaung 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung : Alfabeta. Nuraisyah, Siti.1998. Pengertian Wisata Bahari.

Pendit, Nyoman S.2003. Ilmu Pariwisata. Jakarta : Pradnya Paramita.

Syafiie, Inu Kencana. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata Mandar Maju Bandung. Universitas Sumatera Utara. 2010. Chapter II.

Wikipedia.2012.Pulau Pandang


(51)

LAMPIRAN

1. Data Informan

1. Nama : Langit Adventure Travel Alamat : Jl. Bukit Siguntang No.3

No. Hp : 085763073234

2. Nama : Iqbal

Alamat : Jl. Bilal ujung gg. Srikandi

Umur : 23 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

No. Hp : 085397130504

Lama tinggal di lokasi : 10 Tahun

3. Nama : Evi Mardiah

Alamat : Kecamatan Talawi, Desa Dahari Selebar No 17

Umur : 21 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

No. Hp : 087892193938


(52)

2. Dokumentasi

BillBoard Wisata Pulau Pandang

Sumber : Langit Adventure Travel

Pantai Pulau Pandang


(53)

Lokasi Pulau Pandang

Sumber : Langit Adventure Travel

Pantai Pulau Pandang di Kunjungi Para Wisatawan


(54)

Pasir Putih Pantai Pulau Pandang

Sumber : Langit Adventure Travel

Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Bahari Pulau Pandang


(1)

majalah dan lain-lain. Oleh karena itu perlu adanya kerja sama yang baik antara Pemerintah Kabupaten Batubara dengan pihak pengelola dan masyarakat setempat agar pengembangan objek wisata Pulau Pandang dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan yang baik dan menjadi sumber devisa serta memperluas dan meratakan kesempatan kerja, kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitarnya.

5.2 Saran

Pemerintah Kabupaten Batubara harus turut serta dalam mengembangkan objek wisata Pulau Pandang dan memberikan perhatian penuh guna menarik wisatawan lokal maupun mancanegara ke daerah Kabupaten Batubara. Dengan melihat potensi yang ada didalamnya, sudah tentu objek wisata Pulau Pandang ini kedepannya dapat menjadi objek wisata yang unggul dan menjadi asset pariwisata di Kabupaten Batubara itu sendiri. Untuk itu diharapkan pemerintah daerah setempat memberikan skala prioritas dan perhatiannya terhadap objek wisata Pulau Pandang dalam pengelolaannya agar dapat menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) dan sebagai daya tarik wisata Kabupaten Batubara.

Selain itu, pihak pengelola juga harus lebih memperhatikan kebersihan lingkungan sekitar, agar pemandangan serta keindahan terumbu karang di pulau tetap terjaga.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2012. Profile Batubara. http:

Anonymous. 2000. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 1979 Tentang Peneyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Dalam Bidang Kepariwisataan Kepada

Daerah Tingkat I.

Richardo. 2010. Pengantar Pariwisata. http://hukumonline.com.

Bahar, Herman dan Happy Marpaung 2002. Pengantar Pariwisata. Bandung : Alfabeta. Nuraisyah, Siti.1998. Pengertian Wisata Bahari.

Pendit, Nyoman S.2003. Ilmu Pariwisata. Jakarta : Pradnya Paramita.

Syafiie, Inu Kencana. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata Mandar Maju Bandung. Universitas Sumatera Utara. 2010. Chapter II.

Wikipedia.2012.Pulau Pandang


(3)

LAMPIRAN

1. Data Informan

1. Nama : Langit Adventure Travel

Alamat : Jl. Bukit Siguntang No.3

No. Hp : 085763073234

2. Nama : Iqbal

Alamat : Jl. Bilal ujung gg. Srikandi

Umur : 23 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

No. Hp : 085397130504

Lama tinggal di lokasi : 10 Tahun

3. Nama : Evi Mardiah

Alamat : Kecamatan Talawi, Desa Dahari Selebar No 17

Umur : 21 Tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

No. Hp : 087892193938


(4)

2. Dokumentasi

BillBoard Wisata Pulau Pandang

Sumber : Langit Adventure Travel

Pantai Pulau Pandang


(5)

Lokasi Pulau Pandang

Sumber : Langit Adventure Travel

Pantai Pulau Pandang di Kunjungi Para Wisatawan


(6)

Pasir Putih Pantai Pulau Pandang

Sumber : Langit Adventure Travel

Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Bahari Pulau Pandang