Cara praktis penetapan bawah kedalaman efektif suatu solum tanah adalah melalui penyidikan pada kedalaman penetrasi perakaran tanaman yang tidak
mempunyai lapisan padat yang dapat menghambat penetrasi akar, maka perakaran tanaman akan berpeluang menembus sampai perbatasan mineral tanah dan bahan
geologis atau bukan tanah. Foth, 1994 mengklasifikasikan kedalaman efektif sebagai berikut :
Ke1 = 90 cm dalam Ke2 = 50-90 cm sedang
Ke3 = 25-50 cm dangkal Ke4 = 25 cm sangat dangkal
4. Drainase
Drainase adalah proses meresapnya air ke dalam tanah dan pembuangan air tanah. Kelas drainase dilapangan ditentukan dengan melihat adanya gejala pengaruh
air dalam penampang air. Gejala-gejala tersebut antara lain adalah warna pucat, kelabu, atau bercak-bercak karatan. Warna pucat atau kelabu kebiru-biruan
menunjukan adanya pengaruh genangan air yang kuat, sehingga merupakan petunjuk bahwa udara masih dapat masuk ke dalam tanah tersebut sehingga terjadi oksidasi di
tempat tersebut Hardjowigeno, 1995
Tujuan utama drainase di lahan pertanian adalah menurunkan muka air untuk meningkatkan kedalaman dan efektifitas perakaran. Hal ini berarti bahwa jumlah hara
yang mungkin dapat diserap oleh tanaman dapat dipertahankan pada level yang tinggi dengan hilangnya kelebihan air karena drainase akan mengakibatkan turunnya panas
tanah sehingga menurunkan jumlah energi untuk menaikkan suhu tanah Hakim, dkk, 1986
Arsyad, 1989 mengklasifikasikan drainase sebagai berikut : d1 = drainase cepat bila tanah berwarna homogen dan tidak dijumpai bercak
atau karatan. d2 = drainase agak cepat bila tanah berwarna homogen dan tidak dijumpai
karatan. d3 = drainase baik bila tanah berwarna homogen tanpa karatan pada lapisan 0-
100 cm.
8
d4 = drainase agak baik bila tanah berwarna homogen tanpa karatan pada lapisan 0-50 cm.
d5 = drainase agak terhambat bila tanah berwarna homogen tanpa karatan pada lapisan 0-25 cm.
d6 = drainase terhambat bila tanah mempunyai karatan sedikit sampai pada lapisan permukaan.
d7 = drainase sangat terhambat bila tanah mempunyai karatan yang permanen sampai pada lapisan permukaan.
5. Topografi
Faktor topografi umumnya dinyatakan ke dalam kemiringan dan panjang lereng, secara umum erosi akan meningkat dengan meningkatnya kemiringan dan
panjang lereng, percikan butir air hujan melemparkan partikel tanah pada lahan miring, partikel tanah lebih banyak terlempar ke arah bawah dari pada keatas dengan
porositas yang semakin besar dengan meningkatnya kemiringan lereng Eng, 2002
Land slope atau kemiringan lahan merupakan faktor yang sangat perlu di perhatikan sejak dari penyiapan lahan pertanian, usaha penanamannya, pengambilan
produk-produk serta pengawetan lahan tersebut, karena lahan yang mempunyai kemiringan curam dapat dikatakan lebih mudah terganggu atau rusak. Kemiringan
lahan sangat mempengaruhi tingkat erosi, karena semakin tinggi kemiringan lereng maka tingkat erosi sangat besar yang menyebabkan banjir
Kartasapoetra, dkk, 1991 Arsyad, 1989 mengklasifikasikan kemiringan lereng sebagai berikut :
L1 = 3 datar L2 = 3 sampai 8 agak landai
L3 = 8 sampai 15 landai L4 = 15 sampai 30 berbukit
L5 = 30 sampai 40 bergunung L6 = 40 sampai 60 curam
L7 = 60 sangat curam
6. Bahaya Erosi