Endodonti

(1)

PENUNTUN PRAKTIKUM

PENUNTUN PRAKTIKUM

BAGIAN ILMU KONSERVASI GIGI


(2)

Disusun oleh: Darwis Aswal. Drg 19560516 198303 1 003

BAGIAN ILMU KONSERVASI GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Buku Penuntun Praktikum Endodonti ini merupakan buku yang harus dibaca dan dipelajari Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dalam melakukan praktikum Preklinik Endodonti.

Buku ini berisikan persiapan gigi untuk praktikum dan tahap-tahapan perawatan endodonti. Untuk peningkatan di masa mendatang, masukan dan saran diterima dengan senang hati.

Semoga bermanfaat.

Medan, Januari 2011 Penyusun

Darwis Aswal, drg.


(4)

Kata Pengantar ... i

Pendahuluan ... 1

Persiapan Gigi Untuk Praktikum ... 2

Preparasi Ruang Pulpa ... 3

Preparasi Saluran Akar ...13

Pengisian Saluran Akar ...19


(5)

Perawatan Endodonti

Perawatan Endodonti adalah perawatan atau tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan gigi vital maupun non vital agar tetap berfungsi pada lengkung gigi. Perawatan Endodonti terdiri dari beberapa tahapan yang dibedakan berdasarkan tindakan yang dilakukan.

Tahap-tahap perawatan Endodonti dilakukan secara berurutan sebagai berikut: 1. Isolasi gigi yang akan dirawat.

2. Pembukaan kamar pulpa. 3. Pengukuran panjang kerja. 4. Preparasi saluran akar. 5. Irigasi saluran akar. 6. Medikasi.

7. Penumpatan sementara. 8. Pengisian saluran akar.

Urutan tindakan yang dilakukan tersebut diatas merupakan “Pedoman Pokok” yang harus dikuasai oleh seorang operator.

Untuk dapat melakukan setiap langkah perawatan Endodonti dengan baik, seorang operator harus memahami dan menguasai bidang:

a. Anatomi gigi dan ruang pulpa

b. Pengetahuan alat-alat preparasi saluran akar dan cara manipulasinya c. Prinsip-prinsip preparasi saluran akar

d. Teknik pengisian saluran akar


(6)

Pemilihan Gigi

Gigi-gigi yang harus disediakan untuk praktikum Endodonti terdiri dari: - 2 (dua) buah gigi insisivus sentralis atas

- 2 (dua) buah gigi premolar atas - 1 (satu) buah gigi molar satu atas - 1 (satu) buah gigi molar satu bawah

Gigi- gigi tersebut mempunyai mahkota dalam keadaan baik dan tanpa karies. Gigi tersebut harus diukur penjangnya yang nantinya akan menjadi panduan untuk menentukan panjang kerja. Gigi tersebut ditanam berjajar pada balok berukuran 15 x 2,5 x 2,5 (cm) secara berurutan, seperti terlihat pada gambar (1).


(7)

Maksud dilakukannya preparasi ruang pulpa adalah untuk membentuk dan membersihkan ruang pulpa sehingga diperoleh ruang pulpa yang steril sebagai persiapan tempat bahan pengisian ruang pulpa.

Tujuan Preparasi ruang pulpa:

 Membersihkan ruang pulpa dari sisa-sisa jaringan pulpa, dentin yang lunak dan mengalami infeksi dan benda-benda asing yang terdapat dalam ruang pulpa.

 Memperbesar saluran akar agar obat-obatan, medikasi yang dipakai mudah ditempatkan didalam saluran akar dan berfungsi dalam jumlah yang maksimum.

 Menghaluskan dinding saluran akar, agar diperoleh kontak yang baik antara obat-obatan dengan permukaan saluran akar.

 Mempersiapkan saluran akar terutama pada daerah 1/3 apikal sehingga mempermudah pengisian saluran akar.

Prinsip Preparasi Kamar Pulpa: 1. Out line form (Ragangan Kavitas) 2. Convinience form

3. Pembuangan sisa jaringan karies 4. Toilet kavitas

1. Out Line Form (Ragangan Kavitas)

Merupakan proyeksi anatomi internal gigi yaitu anatomi kamar pulpa. Sehubungan dengan kaitan eksternal-internal ini maka setelah penembusan atap, preparasi kamar pulpa dilakukan dari dalam keluar agar bentuk internal ini terproyeksi dengan baik. Faktor yang mempengaruhi out line form adalah:

- Ukuran kamar pulpa. - Bentuk kamar pulpa. - Jumlah saluran akar.

2. Convinience form

Adalah bentuk kavitas sedemikian rupa sehingga akan dicapai kemudahan dan ketepatan dalam instrumentasi dan pengisian yaitu:

- tidak ada hambatan dalam mencapai orifisi 3


(8)

- tidak ada hambatan mencapai seluruh saluran akar - memudahkan pengisian

3. Pembuangan sisa jaringan karies

Sebelum menembus kamar pulpa, jaringan karies dan restorasi yang tidak baik harus dibersihkan.

4. Toilet Kavitas

Kamar pulpa diirigasi dengan NaOCl 2,5% agar bersih dari debris, jaringan karies dan bahan-bahan nekrotik.

Teknik Pembukaan Kamar Pulpa (Secara Umum).

 Isolasi gigi

 Pengambilan seluruh jaringan karies

 Tentukan ukuran dan posisi kamar pulpa dengan mengamati gambaran radiographi klinis. Dengan menggunakan bur bulat no. 4 atap pulpa dibuka sampai mencapai kamar pulpa. Apabila kamar pulpa telah dicapai, bur akan terasa anjlok karena tidak ada yang menahan lagi.

 Pengangkatan atap pulpa dilakukan dengan bur bulat bertangkai panjang dengan putaran rendah no. 2,4,6,8. Pada tahap ini gerakan bur diubah kearah oklusal sampai tidak terasa lagi ada hambatan.

 Preparasi kamar pulpa dilanjutkan dengan bur silindris berujung bulat untuk membentuk dan menghaluskan dinding kavitas.

Contoh Preparasu Kamar Pulpa Pada gigi anterior

1. Pembukaan atap pulpa gigi anterior selalu dimulai pada permukaan palatal/lingual. Permukaan palatal/lingual dibagi menjadi 3 bagian kearah horizontal dan vertikal. Daerah paling tengah x merupakan tempat penembusan kamar pulpa (gbr. 2).

2. Pada gigi muda dengan kamar pulpa masih lebar, bur diarahkan tegak lurus pada daerah x. Sumbu gigi merupakan batas masuknya bur kedalam gigi (gbr.3a). pada gigi dewasa, atap pulpa sudah menebal ke arah servikal sehingga arah bur harus sejajar sumbu gigi (gbr.3b).


(9)

3. Setelah menembus atap pulpa arah bur disejajarkan dengan sumbu gigi (gbr.4). bur kemudian ditarik kearah permukaan insisal sambil mengangkat atap pulpa yang tertinggal sampai terasa tidak ada tahanan lagi.

4. Out line form ditentukan dengan tujuan

membuang seluruh atap pulpa, membentuk kavitas yang dapat memberikan retensi yang baik bagi tumpatan sementara dan tidak menghambat masuknya alat ke saluran akar (gbr.5).

5. Preparasi pulpa dilanjutkan dengan bur selindris berujung bulat untuk membentuk dan menghaluskan dinging kavitas (gbr.6).

6. Toilet Kavitas dilakukan dengan eksavator dan di desinfeksi dengan NaOCl 2,5% agar orifisi terlihat jelas (gbr.7).

Pada Gigi Posterior

1. Arah pembukaan dari oklusal. Out line form diperkirakan sesuai dengan letak orifisi. Bur ditembuskan ke arah saluran akar terbesar, misalnya: saluran akar distal molar bawah atau akar palatal molat atas (gbr.8).


(10)

2. Setelah menembus atap pulpa, bur ditarik kepermukaan oklusal sampai semua atap pulpa terbuang (gbr.9).

3. Preparasi ke lateral dilakukan dengan bur fissur berujung bulat tanpa menyentuh lantai kamar pulpa (gbr.10). Sedapat mungkin meletakkan orifisi pada sudut-sudut kavitas agar memudahkan masuknya jarum endodonti kedalam saluran akar. Tanpa harus melihat langsung ke orifisi.

4. Setelah kamar pulpa dibersihkan maka akan terlihat orifisi yang satu sama lain dihubungkan oleh parit-parit yang tampak lebih gelap dibandingkan dengan jari-jari sekitarnya. (gbr.11).

Pembukaan kamar pulpa dikatakan baik, jika memenuhi prinsip preparasi diatas yang secara praktis dapat dilihat sebagai:

1. Untuk gigi anterior, pandangan ke arah saluran akar jelas. Untuk gigi posterior orifisi terlihat jelas.

2. Jarum endodonti dapat masuk dan difungsikan didalam saluran akar tanpa hambatan 3. Kavitas telah bebas dari jaringan karies dan restorasi yang buruk

4. Bantuk kavitas harus memberikan retensi yang baik bagi tumpatan sementara

Anatomi/Morfologi Gigi dan Berbagai bentuk Preparasi Kamar Pulpa

Pembersihan ruang pulpa dari jaringan pulpa dan jaringan nekrotik penting sekali bagi kebersihan perawatan endodonti. Masih tersisanya ruang pulpa atau tidak sempurnanya


(11)

pengisian akan memudahkan terjadinya inflamasi. Pemahaman tentang anatomi internal gigi dan berbagai bentuk sistem kamar pulpa dan saluran akarnya dapat membantu operator dalam melakukan preparasi kamar pulpa dengan baik, menentukan orifisi dengan tepat dan melakukan instrumentasi ke dalam saluran akar dengan benar. Oleh karena itu pengetahuan akan berbagai variasi anatomi ruang pulpa sangat penting dikuasai sebelum melakukan perawatan endodonti.

Dibawah ini diberikan gambaranskemaris bentuk-bentuk pembukaan (preparasi kamar pulpa) pada beberapa gigi.

1. Anatomi ruang pulpa insisivus atas, baik sentral maupun lateral tidak jauh berbeda. Kaninus atas dan bawah hampir identik, demikian juga insisivus sentral dan lateral bawah. Bentuk ragangan pada kavitas kamar pulpa insisivus biasanya hampir segitiga namun lebih oval pada gigi kaninus (gbr.12).

Insisivus pertama dan kedua rahang atas biasanya merupakan gigi yang paling sedikit menimbulkan kesukaran dalam perawatan. Anatomi ruang pulpanya mirip sekali dengan anatomi mahkota dan akarnya. Masalah yang sering menimbulkan adalah adanya bengkokan di daerah apeks, tersumbatnya kamar pulpa dan saluran akar oleh dentin sekunder, atau adanya resorpsi interna.

2. Pada gigi premolar dua atas dan pada kedua premolar di rahang bawah, biasanya akan dijumpai satu saluran akar yang terletak di tengah-tengah. Oleh karena itu ragangan kavitas kamar pulpa akan terletak ditengah-tengah oklusal. Seandainya saluran akar terletak di bawah tonjol bukat atau tonjol lingual, periksalah


(12)

3. Sebagian besar premolar pertama atas mempunyai dua saluran akar, yaitu di bukal dan palatal. Ragangan kavitasnya biasanya lebih melebar ke arah buko-lingual dan lebih oval dibandingkan dengan premolar kedua (gbr.14).

4. Ragangan kavitas molar atas berbentuk segitiga dengan basis di daerah bukal dan puncak di daerah palatal sesuai dengan letak ketiga orifisinya. Harusnya selalu diingat akan kemungkinan adanya dua saluran akar di mesio-bukal. Ketika akan menembus kamar pulpa, bur diarahkan ke saluran akar terbesar yakni palatal (ghbr.15). Molar kedua atas ragangan kavitasnya biasanya lebih kecil (gbr.16).

Pada perawatn endodonti molar atas munkin akan dijumpai banyak kesulitan. Konfigurasi saluran akatnya sangat rumit dan struktur anatomik disekitar apeks akan menyukarkan pemeriksaan radiografnya. Sangatlah bermanfaat dan penting untuk mengetahui berbagai variasi morfologi saluran akar sebelum memulai perawatan.


(13)

5. Molar bawah biasanya mempunyai dua akar dan tiga saluran akar, satu di akar distal dan dua di akar mesial. Ragangan pembukaan kamar pulpanya biasanya berbentuk segitiga dengan basis di daerah mesial dan puncaknya di daerah distal. Jika ada dugaan terdapatnya dua saluran akar di akar distal, maka ragangan di daerah ini akan lebih melebah ke arah buko-lingual. Pada saat memulai pembukaan kamar pulpa, arahkan bur ke arah saluran akar terbesar yakni saluran akar distal (gbr.17).

Efek Dentin Sekunder & Tersier pada Ukuran Kamar Pulpa dan Saluran Akar: Ukuran ruang pulpa sering mengecil karena

terbentuknya dentin sekunder dan tersier karena proses penuaan maupun yang diakibatkan oleh berbagai iritan. Iritan tersebut antara lain karies, restorasi, khemis, perubahan suhu, erosi dan abrasi. Dalam upaya melindungi dirinya, pulpa membentuk dentin tersier yang dimulai di daerah terdekat dengan iritan. Proses ini akan berlanjut terus ke arah apeks. Pada saluran akar tunggal kadang-kadang dijumoai saluran akar yang telah tertutup rapat. Kamar pulpa molar jarang sampai tertutup rapat, namun akan

menyukarkan penemuan orifisi. Hal-hal seperti ini tentu saja akan mempengaruhi keberhasilan perawatan endodontik, karenanya harus selalu diantisipasi. Ganbar 18 memperlihatkan perbedaan antara gigi muda dengan gigi tua.


(14)

Bentuk Ragangan Kavitas Kamar Pulpa:

Gambar 19 memperlihatkan bentuk-bentuk ragangan kavitas kamar pulpa gigi atas dan bawah.

Penentuan Panjang Kerja Panjang gigi dan Panjang kerja


(15)

Panjang gigi adalah jarak antara titik acuan pada mahkota sampai ke ujung akar. Sedangkan panjang kerja adalah jarak antara titik acuan sampai ke kontriksi apeks. (gbr.20)

Menentukan panjang kerja yang tepat sangat penting dalam perawatan endodonti. Tanpa diketahuinya panjang kerja yang tepat tidak akan diperoleh hasil preparasi dan pengisian yang baik.

Cara pengukuran panjang kerja: a. Cara perbandingan

b. Cara radiograf dengan alat c. Panjang rata-rata gigi

Pada praktikum yang dipakai adalah dengan mengurangi panjang gigi yang diukur sebelum ditanam di balok yaitu:

Panjang kerja = panjang gigi – 2 mm IRIGASI

Irigasi saluran akar dilakukan sebelum, selama dan sesudah preparasi saluran akar. Tujuannya adalah untuk mengeluarkan kotoran dan serbuk dentin dari saluran akar, dan sebagai pelumas. Dengan demikian, selama preparasi saluran akar harus selalu dalan keadaan tergenang cairan irigasi.

Cairan irigasi yang umum dipakai adalah larutan NaOCl 2,5% sabagai baterisid, pelarut dentin dan berfungsi juga sebagai pelumas preparasi saluran akar.

Cairan irigasi ini dapat dibuat dari bahan pemutih pakaian yang ada dipasaran (tanpa pewangi dan mengandung NaOCl 5%) yang diencerkan dengan aquadest.


(16)

Teknik irigasi

Gunakan semprit dengan jarum yang berukuran kecil (27G x 1 1/4) dan ujungnya dibengkokkan. Jarum dimasukkan ke dalam saluran akar perlahan-lahan sejauh 1/3 apikal tanpa menyumbat, kemudian cairan irigasi dialirkan tanpa tekanan sebanyak 1cc untuk setiap saluran akar. Cairan irigasi yang keluar ditampung dengan gulungan kapas (gbr.21).

Pada waktu melakukan irigasi, hal penting yang harus diingat adalah: 1. Jarum tidak boleh menyumbat saluran akar

dan irigasi harus dilakukan tanpa tekanan agar cairan irigasi tidak terpompa ke periapeks.

2. cairan yang keluar harus ditampung dengan gulungan kapas agar tidak berkontak dengan mukosa mulut, selain itu juga untuk melihat kebersihan saluran akar dengan memperhatikan serbuk dentin yang keluar bersama cairan irigasi.

PREPARASI SALURAN AKAR

Preparasi saluran akar dilakukan jika preparasi kamar pulpa sudah sempurna. Preparasi saluran akar mempunyai dua tujuan:

1. Mengeluarkan debris dari saluran akar. 12


(17)

2. Membentuk saluran akar untuk pengisian. Prinsip Preparasi Saluran Akar.

1. Pembersihan Kavitas

Pembersihan saluran akar merupakan lanjutan dari pembersihan kavitas kamar pulpa. Irigasi harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah pergantian alat.

2. Bentuk Retensi

Daerah 1/3 apeks 2 – 5 mm dari kontriksi apikal harus dipertahankan bentuknya seperti file utama, agar master cone dapat mengisi seluruh daerah ini dengan rapat, sehingga diperoleh pengisian yang hermetis. Ini dapat diketahui dengan adanya retensi pada master cone yang ketika ditarik terasa ada tahanan (tug back) (gbr.22).

3. Bentuk Resisten

Penyenpitan di apeks yang disebut kontriksi apeks harus dipertahankan untuk menahan bahan pengisi tidak terdorong ke daerah periapeks (gbr.23).

Fungsi instrumen untuk preparasi saluran akar:

Jarum miller (Smooth broach) untuk menjajaki saluran akar dan melepaskan jaringan pulpa dari dinding saluran akar.

Jarum ekstirpasi (Barbed broach) untuk mengangkat jaringan pulpa dari saluran akar.

 Reamer untuk melebarkan saluran akar (sekarang jarang digunakan)

 File K untuk menghaluskan dinding saluran akar dan melebarkan saluran nakar yang sempit.

 Hedstrom file untuk melebarkan saluran akar dengan cepat, tetapi meninggalkan dinding yang kasar.


(18)

Cara kerja alat:

Reaming (gerakan memutar):

Gerakan rotasi instrumen searah jarum jam dan merupakan gerakan melengkung dari satu ujung ke ujung potong lainnya (gbr.24).

Filing (pengikiran):

Serangkaian gerakan yang berulang. Instrumen dimasukkan sepanjang panjang kerja dengan gerakan memutar pasif tanpa mengerok. Setelah itu dirotasi seperempat putaran atau lebih, lalu ditarik keluar dari saluran akar dengan ujung menekan dinding saluran akar (gbr.25).

Sirkum Ferencial Filling (pengikiran berkeliling): Gerak memutar pasif, reaming dan gerakan penarikan berulang-ulang dengan ujung file menekan berbagai-bagai dinding saluran akar, sampai dinding saluran akar menjadi halus (gbr.26).

Syarat preparasi saluran akar:

1. Panjang kerja yang pasti harus ditentukan dahulu sebelum preparasi, dan jarum diberi stop.

2. Alat-alat preparasi harus dalam keadaan bersih, steril dan disusun secara urut sesuai nomor.

3. Gunakan alat secra berurutan mulai dari nomor yang kecil tanpa dipaksa. 14


(19)

4. Alat yang tumpul, bengkok-tajam, ‘rolled up’ atau elongasi harus dibuang.

5. Selama preparasi, saluran akar harus dalam keadaan tergenang cairan NaOCl 2,5% 6. Penggunaan alat jangan dipaksakan seandainya ditemui hambatan.

7. Gunakan alat dengan gerakan yang tepat (reaming dan filing)

8. Sebelum, setiap dan setelah penggantian alat, saluran akar harus diirigasi. Teknik Preparasi Saluran Akar

Bermacam-macam teknik preparasi saluran akar, mulai dari yang konvensional, step back, step down dan sebagainya. Pada praktikum teknik yang dipakai adalah teknik step back:

1. Persiapan

a. Tentukan panjang kerja

b. Beri penanda karet pada alat sesuai dengan panjang kerja

c. Pada akar yang bengkok, ujung jarum dilengkungkan sedikit untuk mencegah terjadinya “ledge”.

Caranya adalah dengan menjepit alat di antara gulungan kapas beralkohol, lalu dengan ibu jari dan telunjuk alat sedikit demi sedikit dilengkung. (gbr.27). jarium tidak boleh sampai bengkok mematah. 2. Jajaki saluran akar dengan jarum Miller.

Pada gigi vital, jarum ini dipakai juga untuk melepaskan perlekatan jaringan pulpa dari dinding saluran akar ekstirpasi mudah dilakukan (gbr.28).

3. Keluarkan isi saluran akar dengan jarum ekstirpasi. Tindakan ini dilakukan jika jaringan pulpa masih utuh (pada gigi vital). Pada gigi nekrosis, pulpa sudah hancur sehingga cukup di irigasi kemudian langsung dipreparasi (gbr.29).


(20)

4. Irigasi dengan larutan NaOCl 2,5% menggunakan semprit yang jarumnya dibengkokkan. Larutan yang keluar ditampung dengan kapas. Lakukan irigasi sampai cairan yang ditampung terlihat bersih (gbr.30).

STEP BACK

Mulainey membaginya atas 2 fase yaitu: 1. Fase I

2. Fase II

a. Fase II – A b. Fase II – B FASE I

฀ Kanal dilubrikasi dan dieksplorasi dengan menggunakan file (no. 10/15 K-file)

฀ Tentukan panjang kerja (mis. 20 mm)

฀ Instrumen I-IAF (Initial Apical File) (gbr.31).

฀ File diputar dengan gerakan searah jarum jam sampai instrumen longgar lalu ikuti dengan irigasi.

฀ Instrumen selanjutnya (no.20) – panjang kerja sama

฀ File no. 25 – panjang kerja sama untuk melengkapi preparasi apikal lalu kanal diirigasi (MAP). (gbr.32)

FASE II-A

฀ File no. 30 – panjang kerja kurang 1 mm. Lalu kanal diirigasi.

฀ File no. 35 – panjang kerja kurang 2 mm. Lakukan rekapitulasi dengan instrumen sebelumnya (no. 25) dengan panjang kerja awal.

฀ Lakukan demikian seterusnya dengan mengurangi 1 mm pada setiap pergantian ke file yang berukuran lebih besar sampai mencapai daerah pertengahan kanal.


(21)

FASE II-B

฀ MAF digunakan untuk menghaluskan semua dinding preparasi diikuti dengan irigasi.

STERILISASI RUANG PULPA

Strerilisasi ruang pulpa dengan obat saluran akar dilakukan setelah preparasi saluran akar selesai. Sterilisasi ini ditujukan pada kuman-kuman di saluran akar dan tubuli dentin atau ramifikasi yang tidak dapat ditanggulangi selama preparasi saluran akar.

Sebelum sterilisasi dilakukan, saluran akar diirigasi dahulu dengan NaOCl 2,5%. 17


(22)

Setelah itu saluran akar dikeringkan dengan kon kertas hisap.

Sterilisasi dilakukan dengan meneteskan obat saluran akar pada butiran kapas, dikeringkan dengan dijepit dengan kapas gulung (agar obat tidak mengalir dan mengiritasi jaringan periapeks) dan diletakkan pada orifisi. Kavitas kemudian ditutup dengan 2 lapis tambalan sementara yaitu tambalan gutaperca yang atasnya ditutup dengan semen ZnOE.

PENGISIAN SALURAN AKAR Tujuan:

Menutup saluran akar dalam segala dimensi secara hermetis. Alat dan bahan yang diperlukan


(23)

Bahan yang digunakan untuk pengisian saluran akar adalah:

a. Bahan pengisi saluran akar (yang bisa digunakan adalah kon gutaperca). Terdiri atas:

- kon utama (master cone)

- kon tambahan (accessory cone)

b. Semen saluran akar (root canal sealer), yang biasanya terdiri dari bubuk dan liquid. Guna semen saluran akar adalah untuk:

 Melicinkan/meletakkan bahan pengisi ke dinding saluran akar sewaktu pengisian.

 Mengisi ruang antara bahan pengisi dengan dinding saluran akar untuk mencegah kebocoran.

 Mengisi saluran akar tambahan yang tidak dapat diisi dengan bahan pengisi. Alat yang digunakan untuk pengisian saluran akar adalah:

a. Kaca pengaduk dan spatula untuk mengaduk semen saluran akar.

b. Lampu spiritus dan ekskavator/instrumen lain untuk memotong bahan pengisi gutaperca. c. Jarum lentulo untuk melapiskan semen saluran akar ke dinding saluran akar, digunakan

dengan putaran searah jarum jam. Alat ini dapat digunakan dengan mesin maupun tangan. Selain itu dapat juga dengan jarum file yang berfungsi sebagai lentulo, hanya pemakaiannya dengan putaran berlawanan.

d. Alat penguak (root canal spreader), untuk mengguakkan kon bahan pengisi dan menyediakan ruangan bagi kon tambahan.

e. Alat pemampat bahan pengisi (root canal plugger). f. Alat pemampat semen.

g. Sonde lurus.

h. Instrumen penumpat bahan plastis.

Tahap pengisian:

Teknik pengisian saluran akar yang umum digunakan dan dianggap paling baik sampai saat ini adalah teknik kondensasi lateral, dengan tahap kerja sebagai berikut:

1. Pemilihan bahan utama 2. Penyiapan semen saluran akar


(24)

3. Pelapisan (coating) dinding saluran akar dengan semen saluran akar 4. Pengisian saluran akar

5. Pemilihan bahan utama 1. Pemilihan bahan pengisi utama:

Pemilihan kon utama dilakukan dengan melalui tiga tahap, yakni: a. Tes visual : Ukuran kon sesuai dengan FU

b. Tactile test : Kon utama yang masuk sepanjang kerja sewaktu ditarik akan tertahan (tug back). Hal ini berarti ujungnya pas dengan bentuk retensi di daerah sepertiga apeks saluran akar.

c. Tes radiograf : Memeriksa posisi kon utama di sepertiga apeks secara radiograf

2. Pengadukan semen saluran akar:

a. Sediakan kaca pengaduk dan spatula steril.

b. Letakkan bubuk semen seujung spatula pada kaca pengaduk, dan didekatnya teteskan dua tetes liquidnya.

c. Campur bubuk dan liquid dengan gerakan memutar sampai homogen. Campuran dianggap baik bila seman dapat diangkat dengan spatula dari adukan setinggi ± 2 cm tanpa putus.

d. Campuran semen dikumpulkan dengan spatula agar mudah digunakan. e. Waktu manipulasi semen ± 3 – 4 menit sebelum mengeras.

3. Pelapisan dinding saluran akar dengan semen

Alat yang digunakan adalah jarum lentulo atau file tipe K yang diputar dengan mesin putaran rendah atau tangan. Bila menggunakan lentulo, semen diambil dengan ujungnya, dimasukkan ke dalam saluran akar, kemudian diputar searah jarum jam. Bila menggunakan file, putaran dilakukan berlawanan. Tahap ini dilakukan sampai seluruh dinding saluran akar terlapis oleh semen.

4. Pengisian saluran akar

a. Kon utama yang steril dimasukkan ke dalam saluran akar perlahan-lahan, ditarik sedkit satu dua kali, kemudian dimasukkan kembali sampai panjang kerja (gbr.35). b. Kon utama ditekan dengan alat penguak

sampai rapat ke dinding saluran akar (gbr.36). Masukkan kon tambahan setelah penguak diangkat. Tahap ini diulang sampai seluruh akar terisi padat (gbr.37).


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang N. Narlan. S : Penuntun Praktikum Preklinik Endodonti

Edisi 4 Bagian Ilmu Konservasi Gigi, FKG. UI 1999. Trimurni. A. dkk : Penuntun Praktikum Endodonti


(26)

Laboratorium Konservasi FKG USU 1994. Walton. R : Priciples and Practice of Endodonti Philadelphia, W.B Saunders, 1989. Ingle. Jl. dkk : Endodontics, edisi 2.

Philadelphia, LEA & Febiger 1976.


(1)

FASE II-B

฀ MAF digunakan untuk menghaluskan semua dinding preparasi diikuti dengan irigasi.

STERILISASI RUANG PULPA

Strerilisasi ruang pulpa dengan obat saluran akar dilakukan setelah preparasi saluran akar selesai. Sterilisasi ini ditujukan pada kuman-kuman di saluran akar dan tubuli dentin atau ramifikasi yang tidak dapat ditanggulangi selama preparasi saluran akar.

Sebelum sterilisasi dilakukan, saluran akar diirigasi dahulu dengan NaOCl 2,5%. 17


(2)

Setelah itu saluran akar dikeringkan dengan kon kertas hisap.

Sterilisasi dilakukan dengan meneteskan obat saluran akar pada butiran kapas, dikeringkan dengan dijepit dengan kapas gulung (agar obat tidak mengalir dan mengiritasi jaringan periapeks) dan diletakkan pada orifisi. Kavitas kemudian ditutup dengan 2 lapis tambalan sementara yaitu tambalan gutaperca yang atasnya ditutup dengan semen ZnOE.

PENGISIAN SALURAN AKAR Tujuan:

Menutup saluran akar dalam segala dimensi secara hermetis. Alat dan bahan yang diperlukan


(3)

Bahan yang digunakan untuk pengisian saluran akar adalah:

a. Bahan pengisi saluran akar (yang bisa digunakan adalah kon gutaperca). Terdiri atas:

- kon utama (master cone)

- kon tambahan (accessory cone)

b. Semen saluran akar (root canal sealer), yang biasanya terdiri dari bubuk dan liquid. Guna semen saluran akar adalah untuk:

 Melicinkan/meletakkan bahan pengisi ke dinding saluran akar sewaktu pengisian.  Mengisi ruang antara bahan pengisi dengan dinding saluran akar untuk mencegah

kebocoran.

 Mengisi saluran akar tambahan yang tidak dapat diisi dengan bahan pengisi. Alat yang digunakan untuk pengisian saluran akar adalah:

a. Kaca pengaduk dan spatula untuk mengaduk semen saluran akar.

b. Lampu spiritus dan ekskavator/instrumen lain untuk memotong bahan pengisi gutaperca. c. Jarum lentulo untuk melapiskan semen saluran akar ke dinding saluran akar, digunakan

dengan putaran searah jarum jam. Alat ini dapat digunakan dengan mesin maupun tangan. Selain itu dapat juga dengan jarum file yang berfungsi sebagai lentulo, hanya pemakaiannya dengan putaran berlawanan.

d. Alat penguak (root canal spreader), untuk mengguakkan kon bahan pengisi dan menyediakan ruangan bagi kon tambahan.

e. Alat pemampat bahan pengisi (root canal plugger). f. Alat pemampat semen.

g. Sonde lurus.

h. Instrumen penumpat bahan plastis.

Tahap pengisian:

Teknik pengisian saluran akar yang umum digunakan dan dianggap paling baik sampai saat ini adalah teknik kondensasi lateral, dengan tahap kerja sebagai berikut:

1. Pemilihan bahan utama 2. Penyiapan semen saluran akar


(4)

3. Pelapisan (coating) dinding saluran akar dengan semen saluran akar 4. Pengisian saluran akar

5. Pemilihan bahan utama 1. Pemilihan bahan pengisi utama:

Pemilihan kon utama dilakukan dengan melalui tiga tahap, yakni: a. Tes visual : Ukuran kon sesuai dengan FU

b. Tactile test : Kon utama yang masuk sepanjang kerja sewaktu ditarik akan tertahan (tug back). Hal ini berarti ujungnya pas dengan bentuk retensi di daerah sepertiga apeks saluran akar.

c. Tes radiograf : Memeriksa posisi kon utama di sepertiga apeks secara radiograf

2. Pengadukan semen saluran akar:

a. Sediakan kaca pengaduk dan spatula steril.

b. Letakkan bubuk semen seujung spatula pada kaca pengaduk, dan didekatnya teteskan dua tetes liquidnya.

c. Campur bubuk dan liquid dengan gerakan memutar sampai homogen. Campuran dianggap baik bila seman dapat diangkat dengan spatula dari adukan setinggi ± 2 cm tanpa putus.

d. Campuran semen dikumpulkan dengan spatula agar mudah digunakan. e. Waktu manipulasi semen ± 3 – 4 menit sebelum mengeras.

3. Pelapisan dinding saluran akar dengan semen

Alat yang digunakan adalah jarum lentulo atau file tipe K yang diputar dengan mesin putaran rendah atau tangan. Bila menggunakan lentulo, semen diambil dengan ujungnya, dimasukkan ke dalam saluran akar, kemudian diputar searah jarum jam. Bila menggunakan file, putaran dilakukan berlawanan. Tahap ini dilakukan sampai seluruh dinding saluran akar terlapis oleh semen.

4. Pengisian saluran akar

a. Kon utama yang steril dimasukkan ke dalam saluran akar perlahan-lahan, ditarik sedkit satu dua kali, kemudian dimasukkan kembali sampai panjang kerja (gbr.35). b. Kon utama ditekan dengan alat penguak

sampai rapat ke dinding saluran akar (gbr.36). Masukkan kon tambahan setelah penguak diangkat. Tahap ini diulang sampai seluruh akar terisi padat (gbr.37).


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang N. Narlan. S : Penuntun Praktikum Preklinik Endodonti

Edisi 4 Bagian Ilmu Konservasi Gigi, FKG. UI 1999. Trimurni. A. dkk : Penuntun Praktikum Endodonti


(6)

Laboratorium Konservasi FKG USU 1994. Walton. R : Priciples and Practice of Endodonti

Philadelphia, W.B Saunders, 1989.

Ingle. Jl. dkk : Endodontics, edisi 2.

Philadelphia, LEA & Febiger 1976.