Laporan Kerja Praktek Lapangan (PKL)Di Kejaksanaan Tinggi Jawa Barat

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Sejarah Kejaksaan

1.1.1 Sebelum Reformasi

Istilah Kejaksaan sebenarnya sudah ada sejak lama di Indonesia. Pada zaman kerajaan Hindu-Jawa di Jawa Timur, yaitu pada masa Kerajaan Majapahit, istilah dhyaksa, adhyaksa, dan dharmadhyaksa sudah mengacu pada posisi dan jabatan tertentu di kerajaan. Istilah-istilah ini berasal dari bahasa kuno, yakni dari kata-kata yang sama dalam Bahasa Sansekerta.

Seorang peneliti Belanda, W.F. Stutterheim mengatakan bahwa dhyaksa adalah pejabat negara di zaman Kerajaan Majapahit, tepatnya di saat Prabu Hayam Wuruk tengah berkuasa (1350-1389 M). Dhyaksa adalah hakim yang diberi tugas untuk menangani masalah peradilan dalam sidang pengadilan. Para dhyaksa ini dipimpin oleh seorang adhyaksa, yakni hakim tertinggi yang memimpin dan mengawasi para dhyaksa tadi.

Kesimpulan ini didukung peneliti lainnya yakni H.H. Juynboll, yang mengatakan bahwa adhyaksa adalah pengawas (opzichter) atau hakim tertinggi (oppenrrechter). Krom dan Van Vollenhoven, juga seorang peneliti Belanda,


(2)

bahkan menyebut bahwa patih terkenal dari Majapahit yakni Gajah Mada, juga adalah seorang adhyaksa. 1

Pada masa pendudukan Belanda, badan yang ada relevansinya dengan jaksa dan Kejaksaan antara lain adalah Openbaar Ministerie. Lembaga ini yang menitahkan pegawai-pegawainya berperan sebagai Magistraat dan Officier van Justitie di dalam sidang Landraad (Pengadilan Negeri), Jurisdictie Geschillen (Pengadilan Justisi) dan Hooggerechtshof (Mahkamah Agung ) dibawah perintah langsung dari Residen / Asisten Residen.

Hanya saja, pada prakteknya, fungsi tersebut lebih cenderung sebagai perpanjangan tangan Belanda belaka. Dengan kata lain, jaksa dan Kejaksaan pada masa penjajahan belanda mengemban misi terselubung yakni antara lain:

a. Mempertahankan segala peraturan Negara b. Melakukan penuntutan segala tindak pidana

c. Melaksanakan putusan pengadilan pidana yang berwenang

Fungsi sebagai alat penguasa itu akan sangat kentara, khususnya dalam menerapkan delik-delik yang berkaitan dengan hatzaai artikelen yang terdapat dalam Wetboek van Strafrecht (WvS).

Peranan Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntut secara resmi difungsikan pertama kali oleh Undang-Undang pemerintah zaman pendudukan

1


(3)

tentara Jepang No. 1/1942, yang kemudian diganti oleh Osamu Seirei No.3/1942, No.2/1944 dan No.49/1944. Eksistensi kejaksaan itu berada pada semua jenjang pengadilan, yakni sejak Saikoo Hoooin (pengadilan agung), Koootooo Hooin (pengadilan tinggi) dan Tihooo Hooin (pengadilan negeri). Pada masa itu, secara resmi digariskan bahwa Kejaksaan memiliki kekuasaan untuk:

1. Mencari (menyidik) kejahatan dan pelanggaran 2. Menuntut Perkara

3. Menjalankan putusan pengadilan dalam perkara kriminal. 4. Mengurus pekerjaan lain yang wajib dilakukan menurut hukum.

Begitu Indonesia merdeka, fungsi seperti itu tetap dipertahankan dalam Negara Republik Indonesia. Hal itu ditegaskan dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, yang diperjelas oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 1945. Isinya mengamanatkan bahwa sebelum Negara R.I. membentuk badan-badan dan peraturan negaranya sendiri sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar, maka segala badan dan peraturan yang ada masih langsung berlaku.

Karena itulah, secara yuridis formal, Kejaksaan R.I. telah ada sejak kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, yakni tanggal 17 Agustus 1945. Dua hari setelahnya, yakni tanggal 19 Agustus 1945, dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) diputuskan kedudukan Kejaksaan dalam struktur Negara Republik Indonesia, yakni dalam lingkungan Departemen Kehakiman.


(4)

Kejaksaan RI terus mengalami berbagai perkembangan dan dinamika secara terus menerus sesuai dengan kurun waktu dan perubahan sistem pemerintahan. Sejak awal eksistensinya, hingga kini Kejaksaan Republik Indonesia telah mengalami 22 periode kepemimpinan Jaksa Agung. Seiring dengan perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia, kedudukan pimpinan, organisasi, serta tata cara kerja Kejaksaan RI, juga juga mengalami berbagai perubahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta bentuk negara dan sistem pemerintahan.

Menyangkut Undang-Undang tentang Kejaksaan, perubahan mendasar pertama berawal tanggal 30 Juni 1961, saat pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kejaksaan RI. Undang-Undang ini menegaskan Kejaksaan sebagai alat negara penegak hukum yang bertugas sebagai penuntut umum (pasal 1), penyelenggaraan tugas departemen Kejaksaan dilakukan Menteri / Jaksa Agung (Pasal 5) dan susunan organisasi yang diatur oleh Keputusan Presiden. Terkait kedudukan, tugas dan wewenang Kejaksaan dalam rangka sebagai alat revolusi dan penempatan kejaksaan dalam struktur organisasi departemen, disahkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1961 tentang Pembentukan Kejaksaan Tinggi.

Pada masa Orde Baru ada perkembangan baru yang menyangkut Kejaksaan RI sesuai dengan perubahan dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961 kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991, tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Perkembangan itu juga mencakup perubahan mendasar pada susunan organisasi


(5)

serta tata cara institusi Kejaksaan yang didasarkan pada adanya Keputusan Presiden No. 55 tahun 1991 tertanggal 20 November 1991.

1.1.2 Masa Reformasi

Masa Reformasi hadir ditengah gencarnya berbagai sorotan terhadap pemerintah Indonesia serta lembaga penegak hukum yang ada, khususnya dalam penanganan Tindak Pidana Korupsi. Karena itulah, memasuki masa reformasi Undang-undang tentang Kejaksaan juga mengalami perubahan, yakni dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991. Kehadiran undang-undang ini disambut gembira banyak pihak lantaran dianggap sebagai peneguhan eksistensi Kejaksaan yang merdeka dan bebas dari pengaruh kekuasaan pemerintah, maupun pihak lainnya.

Dalam Undang-Undang No.16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, Pasal 2

ayat (1) ditegaskan bahwa “Kejaksaan R.I. adalah lembaga pemerintah yang

melaksanakan kekuasaan negara dalam bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang”. Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara (Dominus Litis), mempunyai kedudukan sentral dalam penegakan hukum, karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana. Disamping sebagai penyandang Dominus Litis, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana (executive ambtenaar). Karena itulah, Undang-Undang Kejaksaan yang baru ini dipandang


(6)

lebih kuat dalam menetapkan kedudukan dan peran Kejaksaan RI sebagai lembaga negara pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan.

Mengacu pada UU tersebut, maka pelaksanaan kekuasaan negara yang diemban oleh Kejaksaan, harus dilaksanakan secara merdeka. Penegasan ini tertuang dalam Pasal 2 ayat (2) UU No. 16 Tahun 2004, bahwa Kejaksaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan secara merdeka. Artinya, bahwa dalam melaksanakan fungsi, tugas dan wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya. Ketentuan ini bertujuan melindungi profesi jaksa dalam melaksanakan tugas profesionalnya. UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan R.I. juga telah mengatur tugas dan wewenang Kejaksaan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 30, yaitu :

(1) Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:

a. Melakukan penuntutan;

b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan bersyarat;

d. Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang;


(7)

e. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

(2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus dapat bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah

(3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan:

a. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat; b. Pengamanan kebijakan penegakan hukum; c. Pengamanan peredaran barang cetakan;

d. Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;

e. Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama; f. Penelitian dan pengembangan hukum statistik kriminal.

Selain itu, Pasal 31 UU No. 16 Tahun 2004 menegaskan bahwa Kejaksaan dapat meminta kepada hakim untuk menetapkan seorang terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa, atau tempat lain yang layak karena bersangkutan tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan oleh hal-hal yang dapat membahyakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri. Pasal 32 Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tersebut menetapkan bahwa di samping tugas dan


(8)

wewenang tersebut dalam undang-undang ini, Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan undang-undang. Selanjutnya Pasal 33 mengatur bahwa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan membina hubungan kerjasama dengan badan penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lainnya. Kemudian Pasal 34 menetapkan bahwa Kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum kepada instalasi pemerintah lainnya.

Pada masa reformasi pula Kejaksaan mendapat bantuan dengan hadirnya berbagai lembaga baru untuk berbagi peran dan tanggungjawab. Kehadiran lembaga-lembaga baru dengan tanggung jawab yang spesifik ini mestinya dipandang positif sebagai mitra Kejaksaan dalam memerangi korupsi. Sebelumnya, upaya penegakan hukum yang dilakukan terhadap tindak pidana korupsi, sering mengalami kendala. Hal itu tidak saja dialami oleh Kejaksaan, namun juga oleh Kepolisian RI serta badan-badan lainnya. Kendala tersebut antara lain:

1. Modus operandi yang tergolong canggih

2. Pelaku mendapat perlindungan dari korps, atasan, atau teman-temannya 3. Objeknya rumit (compilicated), misalnya karena berkaitan dengan

berbagai peraturan

4. Sulitnya menghimpun berbagai bukti permulaan 5. Manajemen sumber daya manusia


(9)

6. Perbedaan persepsi dan interprestasi (di kalangan lembaga penegak hukum yang ada)

7. Sarana dan prasarana yang belum memadai

8. Teror psikis dan fisik, ancaman, pemberitaan negatif, bahkan penculikan serta pembakaran rumah penegak hukum

Upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan sejak dulu dengan pembentukan berbagai lembaga. Kendati begitu, pemerintah tetap mendapat sorotan dari waktu ke waktu sejak rezim Orde Lama. Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi yang lama yaitu UU No. 31 Tahun 1971, dianggap kurang bergigi sehingga diganti dengan UU No. 31 Tahun 1999. Dalam UU ini diatur pembuktian terbalik bagi pelaku korupsi dan juga pemberlakuan sanksi yang lebih berat, bahkan hukuman mati bagi koruptor. Belakangan UU ini juga dipandang lemah dan menyebabkan lolosnya para koruptor karena tidak adanya Aturan Peralihan dalam UU tersebut. Polemik tentang kewenangan jaksa dan polisi dalam melakukan penyidikan kasus korupsi juga tidak bisa diselesaikan oleh UU ini.

Akhirnya, UU No. 30 Tahun 2002 dalam penjelasannya secara tegas menyatakan bahwa penegakan hukum dan pemberantasan korupsi yang dilakukan secara konvensional selama ini terbukti mengalami berbagai hambatan. Untuk itu, diperlukan metode penegakan hukum luar biasa melalui pembentukan sebuah badan negara yang mempunyai kewenangan luas, independen, serta bebas dari kekuasaan manapun dalam melakukan pemberantasan korupsi, mengingat korupsi sudah dikategorikan sebagai extraordinary crime .


(10)

Karena itu, UU No. 30 Tahun 2002 mengamanatkan pembentukan pengadilan Tindak Pidana Korupsi yang bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus tindak pidana korupsi. Sementara untuk penuntutannya, diajukan oleh Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) yang terdiri dari Ketua dan 4 Wakil Ketua yang masing-masing membawahi empat bidang, yakni Pencegahan, Penindakan, Informasi dan Data, Pengawasan internal dan Pengaduan masyarakat.

Dari ke empat bidang itu, bidang penindakan bertugas melakukan penyidikan dan penuntutan. Tenaga penyidiknya diambil dari Kepolisian dan Kejaksaan RI. Sementara khusus untuk penuntutan, tenaga yang diambil adalah pejabat fungsional Kejaksaan. Hadirnya KPK menandai perubahan fundamental dalam hukum acara pidana, antara lain di bidang penyidikan.

1.1.3 Pengertian Kejaksaan

Kejaksaan R.I. adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara, khususnya di bidang penuntutan. Sebagai badan yang berwenang dalam penegakan hukum dan keadilan, Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung yang dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan Negeri merupakan kekuasaan negara khususnya dibidang penuntutan, dimana semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan.


(11)

Gambar 1.1

Kejaksaan Negri RI

Sumber : Internet Kejaksaan

Mengacu pada Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 yang menggantikan UU No. 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan R.I., Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Di dalam UU Kejaksaan yang baru ini, Kejaksaan RI sebagai lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan harus melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya secara merdeka, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya (Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004).

Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung yang membawahi enam Jaksa Agung Muda serta 31 Kepala


(12)

Kejaksaan Tinggi pada tiap provinsi. UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia juga mengisyaratkan bahwa lembaga Kejaksaan berada pada posisi sentral dengan peran strategis dalam pemantapan ketahanan bangsa. Karena Kejaksaan berada di poros dan menjadi filter antara proses penyidikan dan proses pemeriksaan di persidangan serta juga sebagai pelaksana penetapan dan keputusan pengadilan. Sehingga, Lembaga Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara (Dominus Litis), karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana.

Perlu ditambahkan, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana (executive ambtenaar). Selain berperan dalam perkara pidana, Kejaksaan juga memiliki peran lain dalam Hukum Perdata dan Tata Usaha Negara, yaitu dapat mewakili Pemerintah dalam Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara sebagai Jaksa Pengacara Negara. Jaksa sebagai pelaksana kewenangan tersebut diberi wewenang sebagai Penuntut Umum serta melaksanakan putusan pengadilan, dan wewenang lain berdasarkan Undang-Undang.

1.1.4 Logo dan Maknanya 1.4.1 Logo

Sebagaimana perusahaan besar lainnya yang memliki cirri berupa logo begitupun Kejaksaan yang memilki logo sebagai berikut :


(13)

Gambar 1.2 Logo

Sumber : Internet Kejaksaan

1.4.2 Makna Lambang Kejaksaan

Bintang bersudut tiga

Bintang adalah salah satu benda alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang tinggi letaknya dan memancarkan cahaya abadi. Sedangkan jumlah tiga buah merupakan pantulan dari Trapsila Adhyaksa sebagai landasan kejiwaan warga Adyaksa yang harus dihayati dan diamalkan.

Pedang

senjata pedang melambangkan kebenaran, senjata untuk membasmi kemungkaran/kebathilan dan kejahatan.


(14)

Timbangan

Timbangan adalah lambang keadilan, keadilan yang diperoleh melalui keseimbangan antara suratan dan siratan rasa.

Padi dan Kapas

Padi dan kapas melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran yang menjadi dambaan masyarakat.

Seloka ”Satya Adi Wicaksana”

Merupakan Trapsila Adhyaksa yang menjadi landasan jiwa dan raihan cita-cita setiap warga Adhyaksa dan mempunyai arti serta makna:

 Satya : Kesetiaan yang bersumber pada rasa jujur, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap diri pribadi dan keluarga maupun kepada sesama manusia.

 Adi : kesempurnaan dalam bertugas dan yang berunsur utama, bertanggungjawab baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap keluarga dan terhadap sesama manusia.

 Wicaksana : Bijaksana dalam tutur-kata dan tingkah laku, khususnya dalam penerapan kekuasaan dan kewenangannya.


(15)

1.4. 3 Makna tata warna

 Warna kuning diartikan luhur, keluhuran makna yang dikandung dalam gambar/lukisan, keluhuran yang dijadikan cita-cita.

 Warna hijau diberi arti tekun, ketekunan yang menjadi landasan pengejaran/pengraihan cita-cita.

1.1.5 Visi dan Misi

1.5.1 Visi

"Mewujudkan Kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum yang melaksanakan tugasnya secara independen dengan menjunjung

tinggi HAM dalam negara hukum berdasarkan Pancasila” 1.5.2 Misi

 Menyatukan tata pikir, tata laku dan tata kerja dalam penegakan hukum

 Optimalisasi pemberantasan KKN dan penuntasan pelanggaran HAM

 Menyesuaikan sistem dan tata laksana pelayanan dan penegakan hukum dengan mengingat norma keagamaan, kesesuliaan,


(16)

kesopanan dengan memperhatikan rasa keadilan dan nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat.

1.1.6 Tugas dan Wewenang Kejaksaan

Berdasarkan Pasal 30 Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, berikut adalah tugas dan wewenang Kejaksaan.

Di bidang pidana :

 melakukan penuntutan;

 melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

 melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat;

 melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang;

 melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

Di bidang perdata dan tata usaha negara : Kejaksaan dengan kuasa khusus, dapat bertindak baik di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama negara atau pemerintah. Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, Kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan:


(17)

 pengamanan kebijakan penegakan hukum;

 pengawasan peredaran barang cetakan;

 pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara;

 pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;

 penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.

1.1.7 Kejaksaan Tinggi Jawa Barat

Kejaksaan Tinggi adalah Kejaksaan di Ibu kota Propinsi dengan daerah hukum meliputi wilayah Propinsi yang bersangkutan. Kepala Kejaksaan Tinggi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi dan dibantu oleh beberapa orang unsur pembantu pimpinan dan unsur pelaksana. Kanal ini memuat informasi, data, serta bebagai perkembangan lain di lingkungan kerja masing-masing Kejaksaan Tinggi.


(18)

Gambar 1.3 Peta Indonesia

Sumber : Internet Kejaksaan

Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat dipimpin oleh Drs. H Mohammad Amari, SH. MH. Sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi. Kantor Kejati ini berada di JL. RE. Martadinata No. 54, Bandung. Telp. 022-423 9375. Kejati Jawa Barat adalah kejaksaan di ibukota provinsi Jawa Barat, dengan wilayah tugas meliputi wilayah provinsi yang bersangkutan.

1.7.1 Tugas

Melaksanakan tugas dan wewenang serta fungsi Kejaksaan di daerah hukum Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa serta tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.


(19)

1.7.2 Fungsi

1. Perumusan kebijaksanaan pelaksanaan dan kebijaksanaan teknis pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perijinan sesuai dengan bidang tugasnya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung;

2. penyelengaraan dan pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana, pembinaan manajemen, administrasi, organisasi dan tatalaksanaan serta pengelolaan atas milik negara menjadi tanggung jawabnya;

3. pelaksanaan penegakan hukum baik preventif maupun yang berintikan keadilan di bidang pidana;.

4. pelaksanaan pemberian bantuan di bidang intelijen yustisial, dibidang ketertiban dan ketentraman umum, pemberian bantuan, pertimbangan, pelayanan dan penegaakan hukum di bidang perdata dan tata usaha negara serta tindakan hukum dan tugas lain, untuk menjamin kepastian hukum, kewibawaanm pemerintah dan penyelamatan kekayaan negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan Jaksa Agung;

5. penempatan seorang tersangka atau terdakwa di rumah sakit atau tempat perawatan jiwa atau tempat lain yang layak berdasarkan penetapan Hakim karena tidak mampu berdiri sendiri atau disebabkan hal - hal yang dapat membahayakan orang lain, lingkungan atau dirinya sendiri;


(20)

6. pemberian pertimbangan hukum kepada instansi pemerintah, penyusunan peraturan perundang-undangan serta peningkatan kesadaran hukum masyarakat;

7. koordinasi, pemberian bimbingan dan petunjuk teknis serta pengawasan, baik di dalam maupun dengan instansi terkait atas pelaksanaan tugas dan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Jaksa Agung.

1.2Sejarah Divisi (bagian) Tempat PKL

Asisten Intelijen merupakan bagian dari Administrasi Umum Kejaksaan yang meliputi keseluruhan proses kegiatan dan operasi intelijen yustisial baik preventif maupun represif serta penyuluhan dan penerangan hukum, berupa pencatatan proses penanganan dalam bentuk surat registerdan laporan. Dalam melaksanakan tugasnya asisten intelijen dibantu oleh beberapa kasi,

diantaranya :

1. Kasi. Sosial dan Politik 2. Kasi. Ekonomi dan Keuangan

3. Kasi. Prodsarin (Produksi Sarana Intelijen) 4. Kasi. Penkum Humas

Pekum humas ini berada pada naungan Asistan Intelijen dan dikepalai oleh seorang Kasi Penkum dan Humas. Pada Kasi Penkum dan Humas dipimpin oleh Suryo Atmono, SH. Secara garis besar penkum humas merekomendasikan pada tahun 2008, intelijen kejaksaan akan kembangkan instrument preventif atau


(21)

edukasidiluar instrument represif melalui peningkatan program BINMATKUM baik yang ada di pusat maupun daerah.

1.3Struktur Perusahaan /Instansi

Gambar 1.4

Struktur Organisasi Kejaksaan Tinggi Jawa Barat


(22)

1.4Struktur Divisi Humas

Gambar 1.5

Struktur Organisasi Asisten Intelijen


(23)

1.5Job deskription

Pada job deskription dalam penkum dan humas terdapat di pasal 540,541, 542 dan 543, sebagai berikut :

Pasal 540

Seksi penerangan hukum dan hubungan masyarakat mempunyai tugas melakukan kegiatan dibidang penerangan hukum dan hubungan masyarakat untuk mendukung kegiatan dan operasi intelijen yustisial.

Pasal 541

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 540, seksi penerapan hukum dan hubungan masyarakat menyelenggarakan fungsi :

a) Penyiapan bahan laporan pelaksanaan rencana dan program kerja , serta laporan pelaksanaannya.

b) Penyiapan perumusan pelaksanaan teknis penerangan, publikasi, hubungan masyarakat dan dokumentasi.

c) Pelaksanaan pengumpulan dan pengelolaan data dari Kejaksaan Negri di wilayah hukum Kejaksaan Tinggi yang bersangkutan untuk kegiatan publikasi serta pembinaan masyarakat.

d) Pelaksanaan pembinaan kerjasama denganinstansi terkaitdan

organisasi sosial kemasyarakatan dalam rangka program penerangan hukum dan pembinaan kesadaran hukum masyarakat.


(24)

Pasal 542

Seksi Penerangan Hukum dan Hubungan Masyarakat terdiri dari : a) Subseksi Penerangan Hukum

b) Subseksi Hubungan Masyarakat

Pasal 543

1. Subseksi penerangan hukum mempunyai tugas melakukan penyiapan dan pemberian penerangan hukum mengenai berbagai masalah yang

menyangkut kegiatan Kejaksaan, melakukan urusan dokumentasi, serta penyiapan bahan-bahan untuk pelaksanaan penerangan hukum kepada masyarakat dan instansi pemerintah swasta.

2. Subseksi Hubungan Masyarakat mempuyai tugas melakukanpenyiapan dan pemantauan berita-berita serta menampung aspirasi dan pendapat umum mengenai masalah dalam masyarakat yang berkaitan dengan Kejaksaan dan pelaksanaan hubungan dan lembaga legislatif di daerah, instansi pemerintahan, mass media dan masyarakat.

1.6Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kantor Kejaksaan Tinggi Jawa Barat adalah sebagai berikut :

Pengendaraan kendaraan dinas operasional 1. Kendaraan Tahanan

Kendaraan tahanan roda 6 merk Toyota Dyna Rhino dari Kejagung RI masing-masing :


(25)

Tabel 1.1

Kendaraan operasional Tahanan Toyota Dyna Rhino

No. Nama Kejati dan Kejari Banyaknya

1. Kejati Jabar 1 (satu) unit

2. Kejari Sukabumi 1 (satu) unit

3. Kejari Bogor 1 (satu) unit

4. Kejari Purwakarta 1 (satu) unit

5. Kejari Tasikmalaya 1 (satu) unit

Sumber : Arsip Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, 2010

2. Kendaraan Operasional

Kendaraan operasional roda 4 merk Toyota Innova dari proyek sebanyak 13 unit masing-masing :

Tabel 1.2

Kendaraan operasional Toyota Innova

No. Nama Kejati dan Kejari Banyaknya

1. Kejati Jabar 7 (tujuh) unit


(26)

3. Kejari Cirebon 1 (satu) unit

4. Kejari Sumber 1 (satu) unit

5. Kejari Garut 1 (satu) unit

6. Kejari Banjar 1 (satu) unit

7. Kejari Bogor 1 (satu) unit

Sumber : Arsip Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, 2010

3. Kendaraan Roda 2 (sepeda motor)

Sepeda motor merk Honda Supra Fit sebanyak 15 unit dari Proyek, masing-masing :

Tabel 1.3

Kendaraan Roda 2 Honda Supra Fit

No. Nama Kejari Banyaknya

1. Kejari Purwakarta 1 (satu) unit

2. Kejari Bale Bandung 1 (satu) unit

3. Kejari Bandung 1 (satu) unit

4. Kejari Cirebon 1 (satu) unit


(27)

6. Kejari Kuningan 1 (satu) unit

7. Kejari Cikarang 1 (satu) unit

8. Kejari Banjar 1 (satu) unit

9. Kejari Bekasi 1 (satu) unit

10. Kejari Ciamis 1 (satu) unit

11. Kejari Cibadak 1 (satu) unit

12. Kejari Cibinong 1 (satu) unit

13. Kejari Garut 1 (satu) unit

14. Kejari Karawang 1 (satu) unit

15. Kejari Sumber 1 (satu) unit

Sumber : Arsip Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, 2010

Pengadaan peralatan kantor 1. Komputer dan Laptop

Tabel 1.4

Personal computer sebanyak 30 unit dari Proyek

No. Nama Kejati dan Kejari Banyaknya

1. Kejati Jabar 15 (lima belas) unit


(28)

3. Kejari Banjar 1 (satu) unit

4. Kejari Bekasi 1 (satu) unit

5. Kejari Bogor 1 (satu) unit

6. Kejari Ciamis 1 (satu) unit

7. Kejari Cibinong 1 (satu) unit

8. Kejari Cikarang 1 (satu) unit

9. Kejari Cirebon 1 (satu) unit

10. Kejari Depok 1 (satu) unit

11. Kejari Garut 1 (satu) unit

12. Kejari Karawang 1 (satu) unit

13. Kejari Kuningan 1 (satu) unit

14. Kejari Majalengka 1 (satu) unit

Sumber : Arsip Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, 2010

2. Proyektor

Sebanyak 3 (tiga) unit dari proyek, dan 2 (dua) unit dari Kejagung RI.

3. Portable Wireless Amplifier


(29)

4. IP-PABX VOIP Sistem Siemen

Sebanyak 1 (satu) paket dari Kejagung RI.

5. Video Conference Sistem Sony

Sebanyak 1 (satu) paket dari Kejagung RI.

6. Meubelair dari proyek

Diperuntukkan bagi Kejati Jabar dan Kejari-kejari : Tabel 1.5

Meubelair

No. Nama Barang Banyaknya

1. Meja biro 120 (seratus dua puluh) buah

2. Lemari kayu 60 (enam puluh) buah

3. Meja rapat 8 (delapan) set

4. Meja ½ biro 290 (dua ratus smbilan puluh)

buah

5. Rak kayu 96 (sembilan puluh enam)

buah

6. Sofa 21 (dua puluh satu) set


(30)

Tabel 1.6

Diperuntukkan bagi Kejati Jabar

No. Nama Barang Banyaknya

1. Kursi tamu 10 (sepuluh) set

2. Meja biro sedang 6 (enam) buah

3. Tempat tidur 1 (satu) buah

4. Lemari pakaian 1 (satu) buah

5. Meja baca 3 (tiga) buah

6. Meja makan 1 (satu) buah

7. Bufet 2 (dua) buah

8. Rak surat 1 (satu) buah

Sumber : Arsip Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, 2010

Tabel 1.7

Diperuntukkan bagi Kejari-kejari

No. Nama Barang Banyaknya

1. Cardenza 7 (tujuh) buah

2. Lemari buku 12 (dua belas) buah


(31)

7. Ac dari proyek

Tabel 1.8 Ac

No. Jenis AC Banyaknya Diperuntukkan

1. 1 PK 20 (dua puluh)

buah

Kejati Jabar dan Kejari-Kejari.

2. 2 PK 3 (tiga) buah 3 (tiga) Kejari.

3. 3 PK 2 (dua) buah Kejati Jabar.

Sumber : Arsip Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, 2010

8. PABX Sebanyak 1 (satu) buah dari proyek

9. Panaboard sebanyak 1 (satu) buah dari proyek

10.Pompa air sebanyak 6 (enam) buah dari proyek

11.Penangkal Petir untuk 6 (enam) titik dari proyek

12.Pemadam kebakaran sebanyak 24 (dua puluh empat) buah dari proyek untuk Kejati dan Kejari

13.Filling Cabinet sebanyak 154 (seratus lima puluh empat) buah dari proyek untuk Kejati dan Kejari

14.Mesin Tik Manual sebanyak 23 (dua puluh tiga) buah dari proyek unutk Kejari-Kejari.

15.Brankas sebanyak 11 (sebelas) buah dari proyek untuk Kejati dan Kejari-Kejari.


(32)

17.Vertikal Blinds sebanyak 175 (seratus tujuh puluh lima) meter dari proyek.

18.Lemari besi sebanyak 49 (empat puluh sembilan) buah dari proyek untuk Kejati dan Kejari-Kejari.

19.Kursi kerja sebanyak 350 (tiga ratus lima puluh) buah dari proyek untuk Kejati dan Kejari-Kejari.

20.Kursi rapat sebanyak 48 (empat puluh delapan) buah dari proyek untuk Kejati dan Kejari-Kejari.

21.Kursi undangan sebanyak 100 (seratus) buah dari proyek.

22.Kursi hadap sebanyak 170 (seratus tujuh puluh) buah dari proyek untuk Kejati dan Kejari-Kejari.

23.Kursi direktur sebanyak 8 (delapan) buah dari proyek untuk Kejati dan Kejari-Kejari.

24.Ordner plastik sebanyak 2.500 (dua ribu lima ratus) buah dari proyek.


(33)

1.7Lokasi dan waktu PKL 1.7.1 Lokasi PKL

Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Barat dipimpin oleh Sugiyanto, SH. MH sebagai kepala Kejati. Kantor Kejati ini berada di JL. RE. Martadinata No. 54, Bandung. Telp. 022-423 9375. Kejati Jawa Barat adalah kejaksaan di ibukota provinsi Jawa Barat, dengan wilayah tugas meliputi wilayah provinsi yang bersangkutan.

1.7.2 Waktu PKL

Pelaksanaan PKL terhitung dari tanggal 5 Juli 2010 sampai dengan 5 Agustus 2010.


(34)

BAB II

PELAKSANAAN PKL

2.1Aktifitas Kegiatan Pelaksanaan PKL

Selama berlangsungnya Praktek Kerja Lapangan, penulis melakukan berbagai kegiatan berupa kegiatan yang sifatnya rutin (dilakukan hampir setiap hari kerja) dan kegiatan insedental (dilakukan pada waktu atau acara tertentu saja).

Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan PKL yang telah penulis lakukan selama 1 bulan lebih, yakni mulai tanggal 05 juli 2010 s/d 05 Agustus 2010, adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Jadwal Kegiatan Selama PKL

No. Hari/tanggal Jenis Kegiatan Keterangan

Rutin Insidental

1. Senin,

05-07- 2010

Perkenalan dengan pegawai humas Kejati Jabar

Selasa, 06-07-2010

Izin pengarahan pkl

3. Rabu,

07-07-2010

Mengetik rangkuman kliping pers surat kabar lokal

4. Kamis,

08-07-2010

Membuat rangkuman kliping pers surat kabar lokal


(35)

5. Jum‟at

09-07-2010

Membuat kliping pers surat kabar lokal Mencatat surat masuk

6. Sabtu,

10-07-2010

Libur

7. Senin,

12-07-2010

Mencatat surat masuk Membuat kliping pers surat kabar harian lokal

8. Selasa,

13-07-2010

Mendistribusikan hasil kliping pers ke ruang asisten intelijen

9. Rabu,

14-07-2010

Membuat kliping pers surat kabar harian lokal

10. Kamis,

15-07-2010

Membuat kliping pers surat kabar

Memasukkan surat keagenda tahunan

11. Jum‟at,

16-07-2010

Memasukkan dan memindahkan surat

penkum dan humas 

12. Sabtu,

17-07-2010

Libur

13. Senin,

19-07-2010

Mengkliping dan

merangkum kliping pers surat kabar lokal

Mengantarkan surat ke


(36)

bagian sosial politik Meminta bahan untuk wawancara Kajati Jabar dan wartawan ke bagian sosial politik dan

ekonomi

14. Selasa,

20-07-2010

Membuat kliping dan merangkum kliping pers

surat kabar harian lokal 

15. Rabu,

21-07-2010

Membuat kliping dan merangkum kliping pers

surat kabar harian lokal 

16. Kamis,

22-07-2010

Mendokumentasikan acara ulang tahun Kejati

Jabar 

17. Jum‟at,

23-07-2010

Mendistribusikan hasil kliping pers ke ruang

asisten intelijen 

18. Sabtu,

24-07-2010

Libur

19. Senin,

26-07-2010

Mendistribusikan hasil kliping pers ke ruang asisten intelijen

Merangkum kliping pers surat kabar

Mendokumentasikan kesepakatan antara Kejati Jabar dan massa (pendemo)

20. Selasa, 27-07-2010


(37)

21. Rabu, 28-07-2010

Mengkliping, merangkum dan mengetik rangkuman kliping pers surat kabar harian lokal

22. Kamis,

29-07-2010

Izin partisipan sidang

23. Jum‟at,

30-10-2010

Izin sakit

24. Sabtu,

31-07- 2010

Libur

25. Senin,

02-08-2010

Mencatat surat masuk Merangkum kliping pers surat kabar harian lokal dan mendistribusikan hasil kliping pers ke ruang asisten intelijen

26. Selasa, 03-08-2010

Membuat dan

merangkum kliping pers surat kabar harian lokal.

27. Rabu,

04-08-2010

Membuat dan mengetik rangkuman kliping pers surat kabar harian lokal Mencatat surat masuk penkum

28. Kamis,

05-08-2010

Membuat dan mengetik kliping pers surat kabar harian lokal

Mencatat surat masuk penkum


(38)

2.2Deskripsi dan Contoh Kerja Rutin Selama PKL

Dalam melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) dihumas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Bandung, penulis melakukan aktifitas rutin yakni kegiatan yang dilakukan setiap hari pada saat bekerja dan dilakukan secara continue atau berulang-ulang, kerja rutin tersebut antara lain :

1. Kliping

Kliping merupakan kegiatan pengguntingan atau pemotongan bagian-bagian tertentu dari surat kabar, majalah atau sumber yang lain kemudian disusun dalam sistem tertentu dalam suatu bidang. Kliping sebagai salah satu sumber informasi dan pengetahuan penggunaannya belumlah semaksimal sumber yang lain misalnya buku. Padahal dari kliping juga bisa didapat sumber informasi dan pengetahuan yang tidak kalah pentingya bahkan bisa didapatkan berita terbaru1.

Mendokumentasikan artikel atau berita dalam bentuk kliping merupakan suatu kegiatan pokok yang rutin dilakukan oleh penulis setiap hari selama PKL. Yang pertama dilakukan ketika akan mengkliping adalah membaca koran, kemudian mencari suatu artikel yang beritanya berkaitan dengan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dan Kejaksaan Negri se-Jawa Barat. Artikel atau berita tersebut di dapat dari media cetak yaitu surat kabar

1

http://www.tembi.org/perpus/2006_05_perpus01.htm (selasa, 2/11/2010. pukul 17:19. Tempat kosan)


(39)

lokal yang ada di Bandung. Seperti koran Kompas, Pikiran Rakyat, Republika, dan Dialog.

Setelah itu, artikel atau berita yang terkait dengan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dan Kejaksaan Negri se-Jawa Barat digunting,

kemudian di tempelkan pada selembar kertas khusus yang telah disediakan bedasarkan nama koran, hari, tanggal, bulan, tahun, halaman, kolom dan topik.

Setelah mengkliping, kegiatan selanjutnya adalah merangkum dari isi artikel atau berita terkait dengan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dan Kejaksaan Negri se-Jawa Barat. Adapun definisi dari merangkum adalah menyusun garis besar isi bacaan dengan mengambil gagasan pokok dan menghilangkan gagasan penjelasnya2.

Merangkum isi dari artikel atau berita yang terkait dengan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dan Kejaksaan Negri se-Jawa Barat juga merupakan suatu kegiatan rutin yang dilakukan oleh penulis selama PKL. Merangkum isi artikel atau berita dilakukan dikomputer. Dimana pada lembar word sudah tersedia kepala surat seperti ditujukan kepada Kepada Yth Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, dari bagian Asisten Intelijen,

2

http://books.google.co.id/books?id=7sektGy27UUC&pg=PA133&lpg=PA133&dq=%22merangkum

+adalah%22&source=bl&ots=jgisVI1d0Y&sig=NivxNJi5PiKG7LC-iXdyqOVGxpo&hl=id&ei=rO_PTLaQJIaycZDOhaoC&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&v ed=0CBYQ6AEwATgU#v=onepage&q=%22merangkum%20adalah%22&f=false (selasa, 2/11/2010. pukul 17:19. Tempat : kosan)


(40)

nomor, tanggal, sifat, lampiran, dan perihal. Setelah isi rangkuman diketik kemudian di print untuk ditanda tangan oleh Kasi Penerangan Hukum dan Humas, kemudian ditanda tangan oleh Kasubsi Humas, dan terakhir di tanda tangan oleh Asisten Intelijen. Setelah merangkum artikel surat kabar maka kliping pers maka hasil kliping akan diserahkan ke ruang asisten intelijen.

Tabel 2.2

Daftar Hasil Kliping

No. Nama Media Tanggal Judul Artikel

1. Pikiran Rakyat 6 Juli 2010 “Anton Heryanto

Divonis 5

Tahun.”

2. Kompas

Pikiran Rakyat

8 Juli 2010 “Celah Dari

Penetapan Hingga Pertanggung

Jawaban” “Kejaksaan

Akan Tetap Penjarakan Ny.


(41)

Saodah”

3. Kompas 9 Juli 2010 “ Kasus Dugaan

Korupsi Makan-Minum

Purwakarta”

4. Pikiran Rakyat 12 Juli 2010 “Menjanjikan

Pelayanan Hukum Lebih

Cepat” “Jadi Jaksa

Godaannya Luar

Biasa” “Berharap

Kejaksaan Lebih

Mumpuni” “Membenahi

Moral Jaksa”

5. Pikiran Rakyat 15 Juli 2010 Nenek Nyanyu

Saodah Siap Bersumpah


(42)

Pocong.

6. Dialog

Pikiran Rakyat

19 Juli 2010

Kedekatan PK 05 BBWS dengan Pejabat Kejati Jabar Perlu

Dipertanyakan.

Menikmati Kehidupan di Lapas

Sukamiskin.

7. Pikiran Rakyat

Kompas

20 Juli 2010

Setelah Keluar PK, Nenek Soadah Sakit.

Hary Temui Jampidsus.


(43)

Dialog

Sejahtera Mulai Disidangkan.

Berkas

Pemeriksaan Ab Selesai.

Yusril diminta Menjawab 19 Pertanyaan.

Kejari Bale Bandung Usut Dua Kasus Korupsi.

Kejari Bekasi Usut Dugaan Penyelewengan

Dana “Rumah Gadang.”

Kejagung Akan Supervisi Kejari


(44)

Cikarang.

9. Kompas 27 Juli 2010 Vonis Korupsi

APBD Bogor Ditunda.

10. Tribun Jabar 28 Juli 2010 Mereka Bicara

Soal Bank Jabar Banten.

11. Pikiran Rakyat 29 Juli 2010 Kasus Lapangan

Gasibu Memasuki Ranah Pidana.

12. Pikiran Rakyat 30 Juli 2010 “Tanah Di

Naripan 78 Tidak Bisa

Dieksekusi”

13. Republika 02 Agustus 2010 “Demokrasi”

14. Pikiran Rakyat 03 Agustus 2010 “Barang Bukti

Ternyata Sudah


(45)

Kompas

“32 Eks Anggota

DPRD Dihukum

Satu Tahun.” “Anggota Dewan

Divonis Satu

Tahun.”

Sumber : Arsip peneliti selama PKL, 2010

2. Mendistribusikan Hasil Kliping Pers Keruang Asisten Intelijen

Definisi dari mendistribusikan adalah menyalurkan (membagikan, mengirimkan) kpd beberapa orang atau ke beberapa tempat3. Mendistribusikan hasil kliping pers dilakukan setelah kliping dibuat. Pendistribusian tersebut diserahkan keruang Asisten Intelijen, untuk selanjutnya ditanda tangani oleh Asisten Intelijen selaku Jaksa Utama Pratama. Setelah ditanda tangani oleh Asisten Intelijen, keliping tersebut dijadikan bundel kliping pers surat kabar harian lokal, yang kemudian ditandatangani oleh Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.

2.3Deskripsi dan Contoh Kerja Insidental Selama PKL

Definisi dari kerja insidental adalah kegiatan yang terjadi atau dilakukan hanya pada kesempatan atau waktu tertentu saja, tidak secara

3

http://www.artikata.com/arti-362795-mendistribusikan.php ( Senin (22-11-2010) / pukul 20:25 / kosan)


(46)

tetap atau rutin.4 Dan adapun kegiatan inseidental yang dilakukan penulis selama melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Kejaksaan Tinggi Jawa Barat diantarannya adalah sebagai berikut :

1. Perkenalan pegawai humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.

Pada saat hari pertama PKL, kegiatan yang dilakukan adalah perkenalan dengan para pegawai humas di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat. Perkenalan adalah suatu kegiatan memperkenalkan pegawai humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dengan mahasiswa yang akan melaksanakan PKL di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.

2. Mencatat Surat Masuk.

Mencatat surat masuk adalah kegiatan menulis surat yang masuk kebagian penkum dan humas, yang kemudian disimpan didalam agenda untuk dijadikan sebagai arsip.

3. Mengantarkan surat.

Mengantar surat adalah suatu kegiatan memberikan surat dari bagian humas, untuk selanjutnya diberikan kepada bagian yang lain.

4


(47)

4. Meminta Bahan Wawancara.

Meminta bahan wawancara merupakan kegiatan meminta bahan sebagai acuan atau pedoman yang akan digunakan pada saat wawancara dilaksanakan. Bahan wawancara tersebut disedikan oleh bagian sosial dan politik untuk wawancara yang dilaksanakan oleh Kepala Kejaksaan tinggi Jawa Barat.

5. Mendokumentasikan Acara Ulang Tahun Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.

Mendokumentasikan adalah mengabadikan sebuah kejadian yang berharga untuk dijadikan sebagai arsip. Dalam mendokumentasikan acara ulang tahun kejaksaan tinggi jawa barat, dilakukan dengan cara memofoto kegiatan yang sedang berlangsung pada saat acara ulang tahun.


(48)

Gambar 2.1

Pemotongan tumpeng pada saat ulang tahun Kejaksaan Tinggi Jawa Barat


(49)

Gambar 2.2

Persembahan lagu selamat ulang tahun dari para jaksa muda perempuan

Sumber : Dokumentasi penulis selama PKL, 2010

6. Mendokumentasikan Kesepakatan Antara Kejati Jabar dan Massa

Mendokumentasikan adalah mengabadikan sebuah kejadian yang berharga untuk dijadikan sebagai arsip. Dalam mendokumentasikan kesepakatan antara kejati jabar dan massa adalah memfoto kegiatan kesepakatan yang sedang terjadi anatara massa (GMBI) dan kejati jabar


(50)

terkait dengan permasalahan keyakian yang dianut oleh aliran ahmadiyah .

Gambar 2.3

Kesepakatan antar GMBI dan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat


(51)

2.4Analisa Kegiatan Selama PKL

2.4.1 Analisa Humas

Humas adalah salah satu cabang Ilmu Komunikasi yang sangat penting. Setiap orang pasti melakukan fungsi humas baik untuk kepentingan dirinya sendiri maupun orang lain atau untuk kepentingan keluarga, kelompok, organisasi dan masyarakat.

Public relations merupakan sebuah ujung tombak dari perusahaan. Pada saat ini tidak ada organisasi yang tidak membutuhkan humas, karena salah satu fungsi dari PR adalah untuk menjaga image atau citra dari perusahaan. Oleh karena itu Kejaksaan Tinggi Jawa Barat menyadari akan pentingnya keberadaan humas dalam bagian perusahaan.

Adapun definisi dari Public Relations itu sendiri menurut Tony Greener adalah presentasi positif suatu organisasi kepada seluruh publiknya. Sedangkan menurut The First World Forum Of Public

Relations “ Public relations practise adalah seni dan ilmu pengetahuan mengenai proses menganalisis trends, memprediksi konsekuensi-konsekuensinya, memberikan konseling kepada pimpinan organisasi, dan mengimplementasikan program yang terencana yang akan

melayani kepentingan organisasi dan publik.” ( Kriyantono, 2008 : 5 )

Dalam definisi Public Relation seperti yang sudah disebutkan diatas, dapat kita ketahui bahwa Public Relation bukan hanya ujung tombak dari sebuah perusahaan yang salah satu fungsinya adalah untuk menjaga image atau citra dari sebuah perusahaan, tetapi humas juga dalam menjalankan kerjanya harus menganalisis mengenai masalah apa yang terjadi dalam perusahaannya. Tidak hanya sampai disitu


(52)

peran seorang humas diperlukan dalam organisasi suatu perusahaan, setelah menganalisa kasus yang terjadi dalam perusahaan tersebut, sebaiknya seorang humas mengambil tindakan yang terbaik bagi perusahaan tersebut dan memikirkan resiko (akibat) apa yang dapat timbul dari keputusan yang telah diambil. Sebagai seorang humas atau Public Relation yang baik, hendaknya seorang humas dapat mengetahui citra perusahaan di mata publik. Apabila citra perusahaan kurang baik di mata publik, maka seorang humas sekiranya dapat memberikan saran, dan masukan kepada pemimpin perusahaan untuk membuat strategi agar citra perusahaan tersebut menjadi baik di mata masyarakat atau publik. Karena setiap sesuatu yang bersangkutan dengan perusahaan harus mempunyai persetujuan dari pimpinan perusahaan, selain itu seorang humas juga bertugas untuk menjalankan program yang sudah terencana.

Perkembangan masyarakat yang sangat kompleks ternyata diikuti oleh pertumbuhan dan perkembangan organisasi bisnis yang semakin membesar. Kondisi ini membawa satu konsekuensi terhadap bentuk relasi yang terjadi antara masyarakat sebagai salah satu stakeholdernya.

Dan dapat kita ketahui bahwa fungsi Public Relations menurut Cutlip dan Center adalah untuk menunjang kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi, menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan informasi dari perusahaan kepada


(53)

publik dan menyalurkan opini publik kepada perusahaan, melayani publik dan memberikan nasehat kepada pimpinan perusahaan untuk kepentingan umum, serta membina hubungan secara harmonis antara perusahaan dan publik, baik internal maupun eksternal. ( Kriyantono, 2008 : 5 )

Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa Public Relations juga dapat membantu kegiatan manajemen dan mencapai tujuan organisasi, karena keberhasilan praktisi humas dalam menjalankan tugasnya bergantung kepada kepiawaiannya dalam mempersuasi pihak manajemen unutk menjalankan tanggung jawab sosial dan mempersuasi masyarakat untuk percaya kepada organisasi bahwa mereka telah menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin. Dan seorang humas juga dapat menciptakan komunikasi dua arah antara perusahaan dan publik, dimana adanya feed back dari masyarakat kepada perusahaan yang berupa opini publik. Yang kemudian akan disampaikan oleh seorang humas kepada pimpinan perusahaan dan peran serta seorang humas dalam memberikan saran dan masukan kepada pimpinan perusahaan untuk kepentingan umum. Dan juga agar terbentuknya hubungan yang harmonis antara perusahaan dan publik, baik publik eksternal maupun publik internal.


(54)

2.4.2 Analisa Kerja Humas

Perkembangan teknologi dan kondisi masyarakat yang semakin kompleks menjadi faktor penyebab yang membawa pengaruh sangat besar terhadap PR.

PR merupakan suatu konsep dasar yang menjadi arah acuan yang berhubungan dan bertanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya. Adanya hubungan timbal balik antara perusahaan dengan masyarakat atau publiknya dapat menciptakan interaksi positif yang pada ujungnya akan bermanfaat bagi kedua belah pihak. Dan PR menjadi dibutuhkan disuatu instansi pemerintah atau perusahaan swasta karena relasi dan interaksi merupakan satu kebutuhan penting dalam kehidupan bisnis dan organisasi yang ada dimasyarakat. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri oleh setiap instansi pemerintah atu perusahaan swasta karena komunikasi dan interaksi yang dilakukan suatu instansi atau perusahaan akan menentukan keberhasilan serta kemajuan instansi atau perusahaan swasta tersebut.

Organisasi atau perusahaan pasti selalu berhubungan dengan khalayaknya. Namun praktisi humas pada saat ini sudah harus memfokuskan pekerjaannya pada khalayak tertentu saja. Khalayak humas, yaitu kelompok atau orang-orang yang berhubungan atau berkomunikasi dengan perusahaan, baik khalayak internal maupun eksternal.


(55)

Dan adapun ruang lingkup pekerjaan humas mencakup enam bidang pekerjaan yaitu : 1. Publisitas. 2. Pemasaran. 3. Public Affair. 4. Manajemen Isu. 5. Lobi. 6. Hubungan Investor. Seluruh bidang pekerjaan humas tersebut telah menghasikan spesialisasi kehumasan yang bersifat khusus. (Morissan, 2008 : 31-32)

PR mempunyai peran yang sangat penting bagi suatu perusahaan atau suatu institusi. Ke-urgen-an PR dalam suatu organisasi, perusahaan atau instansi ini sangat mempengaruhi tugas PR itu sendiri. Secara garis besar, tujuan PR itu menyangkut 3 hal yaitu :

1. Reputasi dan citra. Tugas PR tidak dapat lepas dari reputasi dan citra, dengan asumsi bahwa citra yang positif akan berkaitan

dengan semakin tingginya akses publik terhadap „output‟ dari

perusahaan tersebut.

2. Jembatan komunikasi. PR menjadi komunikator dan mediator organisasi dengan lingkungannya.

3. „Mutual benefit relationship‟, yaitu PR harus menjamin kepada publik bahwa perusahaan berada didalam operasinya memiliki niat baik dalam berbisnis yang diwujudkan dalam tanggung jawab sosial dan diekspresikan melalui hubungan yang saling menguntungkan diantara perusahaan dan publiknya. ( Darmastuti, 2007 : 16 )

2.4.3 Analisa Kerja Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat

Dalam ruang lingkup pekerjaan humas, humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat termasuk ke dalam spesialisasi Public Affair. Karena ruang lingkup pekerjaan humas Public Affair melahirkan tiga bidang kekhususan, salah satunya adalah Government Relations. Government Relations yaitu khusus terfokus dalam hubungannya dengan aparat pemerintahan. Lembaga tertentu memiliki unit ini karena mereka


(56)

banyak melakukan proyek yang harus terus menerus bekerja samaatau berkoordinasi dengan pemerintah. (Morissan, 2008 : 31-32)

Kegiatan kehumasan dapat dilaksanakan dalam berbagai situasi (Setting). Walaupun prinsip-prinsip humas berlaku untuk seluruh organisasi atau perusahaan namun pekerjaan atau tugas praktisi humas dapat bervariasi tergantung pada situasi yaitu jenis organisasi atau perusahaan dimana praktisi humas bekerja. Dalam hal ini organisasi atau perusahaan terbagi atas dua jenis dilihat dari tujuan organisasi atau perusahaan bersangkutan yaitu : organisasi profit dan organisasi nonprofit. (Morissan, 2008 : 85)

Kejaksaan Tinggi Jawa Barat termasuk dalam organisasi nonprofit. Karena organisasi nonoprofit didirikan untuk mencapai tujuan yang bersifat nonbisnis atau tidak mencari keuntungan, dalam organisasi nonprofit dibagi menjadi dua bagian, yaitu organisasi nonprofit pemerintah dan organisasi nonprofit bukan pemerintah. Dalam penggolongan tersebut Kejaksaan Tinggi Jawa Barat termasuk dalam golongan organisasi nonprofit pemerintah. Karena kegiatan operasionalnya dibiayai oleh pemerintah atau negara.

Humas pada organisasi pemerintah berfungsi untuk membantu menjelaskan kegiatan yang dilakukan organisasi bersangkutan kepada masyarakat. Dan sebaliknya menerima umpan balik yang diberikan


(57)

masyarakat dan menyampaikan kepada pimpinan organisasi. (Morissan, 2008 : 90)

Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat memiliki tugas pokok yaitu melakukan penyiapan dan pemantauan berita-berita serta menampung aspirasi dan pendapat umum mengenai masalah dalam masyarakat yang berkaitan dengan Kejaksaan dan pelaksanaan hubungan dengan lembaga legislatif di daerah instansi pemerintah, mass media, dan masyarakat. Adapun kegiatan eksternal yang dilakukan oleh humas Kejati Jabar adalah kegiatan penerangan hukum ke daerah-daerah. Dimana kegiatan tersebut menerangkan tentang penyuluhan hukum kepada masyarakat daerah yang belum mengetahui tentang hukum.

Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat berada di bagian Asisten Intelejen, yang kemudian berada di bawah bagian penerangan hukum dan humas. Kasi penerangan hukum dan humas dipimpin oleh Suryo Atmono, S.H. Dan dalam Kasubsi Hubungan Masyarakat dipimpin oleh Yeni Sulastri, S.H.

Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat mempunyai peranan yang penting dalam perusahaan. Karena citra perusahaan dijaga oleh seorang humas, oleh karena itu humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat menjaga hubungan baik dengan para wartawan, dan masyarakat atau publik.

Kegiatan internal adalah kegiatan yang dilakukan oleh humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat yang aktifitasnya menyangkut kegiatan yang


(58)

akan dilaksanakan bersama orang-orang dalam perusahaan. Adapun kegiatan internal yang dilaksanakan adalah :

1. Membuat kliping pers dan mendistribusikannya ke ruang asisten intelijen.

2. Mencatat surat masuk yang ditujukan kepada humas kejaksaan tinggi jawa barat.

3. Pengajian rutin yang dilakukan, sebagai kegiatan siraman rohani yg dilakukan bersama para pegawai atau karyawan kejaksaan tinggi jawa barat.

Kegiatan eksternalnya adalah kegiatan yang dilakukan oleh humas kejaksaan tinggi jawa barat yang aktifitasnya menyangkut kegiatan yang dilaksanakan bersama orang-orang dalam perusahaan untuk masyarakat atau publik. Dan kegiatan eksternal yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Mengikuti acara PORDA.

2. Melaksanakan program BINMATKUM secara efektif dan efisien sebagai upaya penigkatan kualitas kesadaran dan kepatuhan hukum masyarakat.


(59)

2.4.4 Analisa Pelayanan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Kepada Mahasiswa PKL

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain dan menyediakan kepuasan pelanggan.5

Dari definisi diatas maka hal penting dari pelayanan yang pertama adalah interaksi langsung, dan yang kedua adalah kepuasan pelanggan. Karena dari interaksi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain, dapat menimbulkan kepuasan tersebut. Pelayanan yang diberikan oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Barat terhadap penulis sangat baik. Selama melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, penulis merasa beruntung mendapatkan kesempatan, karena pada hari pertama melakukan PKL penulis diperkenalkan oleh pegawai humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, penulis merasa nyaman dengan sambutan yang ramah dari para pegawai humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, dan karyawan-karyawan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat di bagian lainnya.

5

http://www.damandiri.or.id/file/nurhasyimadunairbab2.pdf (Senin (13-12-2010) Pukul 20 : 36 kosan)


(60)

Kesempatan itu telah memberikanan pengalaman bagi penulis, khususnya mengenai Praktek kerja Humas perusahaan dan umumnya mengenai pengaplikasian teori dan praktek yang didapat mahasiswa selama perkuliahan terhadap lingkungan perusahaan.

Penulis juga sering mendapatkan pengarahan dan bimbingan dari pembimbing PKL. Khususnya dalam membuat kliping pers, penulis juga diberikan kesempatan untuk mengikuti kegiatan itu acara yang dilaksanakan di lingkungan perusahaan. Hasil kerja praktek ini memberikan suatu pemahaman yang berarti bagi penulis tentang bagaimana sistematika kerja humas dalam perusahaan.


(61)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan dari bab-bab sebelumnya dan hasil pengamatan yang dilakukan penulis selama melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di bagian Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Peranan Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntut secara resmi difungsikan pertama kali oleh Undang-Undang pemerintah zaman pendudukan tentara Jepang No. 1/1942, yang kemudian diganti oleh Osamu Seirei No.3/1942, No.2/1944 dan No.49/1944. Eksistensi kejaksaan itu berada pada semua jenjang pengadilan, yakni sejak Saikoo Hoooin (pengadilan agung), Koootooo Hooin (pengadilan tinggi) dan Tihooo Hooin (pengadilan negeri).

2. Kegiatan penulis selama melakukan kerja peraktek di bagian Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat adalah melakukan kegiatan yang bersifat rutin dan insidental.

3. Kegiatan yang rutin dilakukan oleh Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat untuk mengetahui perkembangan informasi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi, contohnya dengan melakukan pembuatan kliping yang berisi tentang berita-berita keseluruhan tentang


(62)

Kejaksaan-Kejaksaan Tinggi yang berada dalam wilayah Jawa Barat.

4. Kegiatan insidental adalah kegiatan yang tidak dilakukan setiap hari ( dilakukan pada saat acara/waktu tertentu saja). Contohnya seperti kegiatan acara ulang tahun Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.

5. Pelayanan yang diberikan oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Barat terhadap penulis sangat baik. Selama melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, penulis merasa beruntung mendapatkan kesempatan, karena pada hari pertama melakukan PKL penulis diperkenalkan oleh pegawai humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, penulis merasa nyaman dengan sambutan yang ramah dari para pegawai humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, dan karyawan-karyawan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat di bagian lainnya. Kesempatan itu telah memberikanan pengalaman bagi penulis, khususnya mengenai Praktek kerja Humas perusahaan dan umumnya mengenai pengaplikasian teori dan praktek yang didapat mahasiswa selama perkuliahan terhadap lingkungan perusahaan.


(63)

3.2 Saran-Saran

3.2.1 Saran-saran untuk perusahaan

1. Sebaiknya pembagian tugas untuk peserta PKL lebih spesifik dan pemberian tugasnya lebih terarah agar peserta PKL fokus mengerjakan tugas yang diberikan.

2. Sebaiknya prasarana seperti komputer dan printer lebih diperhatikan lagi.

3.2.2 Saran Untuk Mahasiswa PKL

1. Kerja praktek ini dapat dijadikan sebagai bahan aplikasi teori dan praktek yang didapat mahasiswa selama perkuliahan dan sebagai saran untuk meningkatkan ketahanan mental dan kepercayaan diri untuk memasuki dunia kerja dimasa yang akan datang.

2. Mahasiswa harus lebih aktif, produktif dan bersemangat dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepada kita agar pekerjaan kita bisa terpakai oleh pihak perusahaan.

3. Mahasiswa harus disiplin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dan juga harus disiplin waktu masuk kerja, agar bisa menjadi peserta kerja praktek yang berdedikasi tinggi terhadap perusahaan sebagai bentuk penghormatan kepada perusahaan yang telah mengijinkan peserta untuk kerja praktek.


(64)

4. Sebaiknya selama melakukan PKL mahasiswa juga dapat melengkapi data-data yang diperlukan untuk penyusunan laporan PKL setelah menyelesaikan kerja prakteknya.

5. Mahasiswa dapat bersosialisasi dengan baik dengan staf Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat maupun bagian staf lainnya, kerena hal tersebut dapat membantu kita dalam mendapatan informasi atau dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.


(65)

Diajukan sebagai bukti telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Oleh:

Dewi Soraya

NIM: 41807072

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(66)

(67)

vi

KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... vi DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR TABEL ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi Bab I Pendahuluan ... 1 1.1Sejarah Kejaksaan ... 1 1.1.1 Sebelum Reformasi ... 1 1.1.2 Masa Reformasi ... 5 1.1.3 Pengertian Kejaksaan ... 10 1.1.4 LOGO & MAKNANYA ... 12 1.4.1 Logo ... 12 1.4.2 Makna Lambang Kejaksaan ... 13 1.4. 3 Makna Tata Warna ... 15 1.1.5 VISI & MISI ... 15 1.5.1 Visi ... 15 1.5.2 Misi ... 15 1.1.6 Tugas & Wewenang Kejaksaan ... 16 1.1.7 Kejaksaan Tinggi Jawa Barat ... 17 1.7.1 Tugas ... 18


(68)

vii

1.3 Struktur Perusahaan /Instansi ... 21 1.4 Struktur Divisi Humas ... 22 1.5 Job deskription ... 23 1.6 Sarana dan prasarana ... 24 1.7 Lokasi dan waktu PKL ... 33 1.7.1 Lokasi PKL ... 33 1.7.2 Waktu PKL ... 33 Bab II Pelaksanaan PKL ... 34 2.1Aktifitas Kegiatan Pelaksanaan PKL ... 34 2.2Deskripsi dan Contoh Kerja Rutin Selama PKL ... 38 2.3Deskripsi dan Contoh Kerja Insidental Selama PKL ... 45

2.4Analisa Kegiatan Selama PKL ... 51

2.4.1 Analisa Humas ... 51

2.4.2 Analisa Kerja Humas ... 54 2.4.3 Analisa Kerja Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat ... 55

2.4.4 Analisa Pelayanan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Kepada Mahasiswa PKL ... 59

Bab III Penutup ... 61


(69)

viii

3.2.2 Saran Untuk Mahasiswa PKL ... 63

Daftar Pustaka ... 65

Daftar Lampiran ... 66


(70)

ix

Halaman Gambar 1.1 Kejaksaan Negri RI ... 11 Gambar 1.2 Logo ... 13 Gambar 1.3 Peta Indonesia ... 18 Gambar 1.4 Struktur Organisasi Kejaksaan Tinggi Jawa Barat ... 21 Gambar 1.5 Struktur Organisasi Asisten Intelijen ... 22

Gambar 2.1 Pemotongan tumpeng pada saat ulang tahun Kejaksaan Tinggi Jawa Barat... 48

Gambar 2.2 Persembahan lagu selamat ulang tahun dari para jaksa muda perempuan ... 49

Gambar 2.2 Kesepakatan antar GMBI dan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat ... 50


(71)

x

Tabel 1.1 Kendaraan operasional Tahanan Toyota Dyna Rhino ... 25 Tabel 1.2 Kendaraan operasional Toyota Innova ... 25 Tabel 1.3 Kendaraan Roda 2 Honda Supra Fit ... 26 Tabel 1.4 Personal computer sebanyak 30 unit dari Proyek ... 27 Tabel 1.5 Meubelair ... 29 Tabel 1.6 Diperuntukkan bagi Kejati Jabar ... 30 Tabel 1.7 Diperuntukkan bagi Kejari-kejari ... 30 Tabel 1.8 Ac ... 31 Tabel 2.1 Jadwal Kegiatan Selama PKL ... 34 Tabel 2.2 Daftar hasil kliping ... 40


(72)

xi

Lampiran 1. Surat Permohonan PKL ... 66 Lampiran 2. Surat Balasan Penerimaan PKL ... 67 Lampiran 3. Absensi PKL ... 68 Lampiran 4. Berita Acara Bimbingan Laporan ... 71 Lampiran Dokumentasi :

Gambar Lampiran 1. Kejaksaan Tinggi Jawa Barat tampak depan ... 72 Gambar Lampiran 2. Ruang Kerja Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat ... 72 Gambar Lampiran 3. Penulis Saat Sedang Membuat Rangkuman Kliping Pers Surat Kabar ... 73


(73)

(74)

DAFTAR PUSTAKA

a. Daftar Buku

Dramastuti, Rini. 2007. Etika Pr dan E-Pr. Yogyakarta: Gava Media Kriyantono, Rachmat.2008. Public Relations Writing. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Morissan. 2008 . Manajemen Public Relations; Strategi Menjadi Humas Profesional. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

b. Sumber lain

Kepja-115/JA/10/1999 tentang susunan organisasi dan tata usaha kerja Kejaksaan RI

Kepja No. KEP-558/A/JA/12/2003

http://www.kejaksaan.go.id/tentang_kejaksaan.php?id=3 (kamis/28-10-2010/pukul 19: 30)

http://www.tembi.org/perpus/2006_05_perpus01.htm (selasa, 2/11/2010. pukul 17:19. Tempat kosan)

http://books.google.co.id/books?id=7sektGy27UUC&pg=PA133&lpg=PA 133&dq=%22merangkum+adalah%22&source=bl&ots=jgisVI1d0Y&sig=

NivxNJi5PiKG7LC-iXdyqOVGxpo&hl=id&ei=rO_PTLaQJIaycZDOhaoC&sa=X&oi=book_r esult&ct=result&resnum=2&ved=0CBYQ6AEwATgU#v=onepage&q=% 22merangkum%20adalah%22&f=false (selasa, 2/11/2010. pukul 17:19. Tempat : kosan)

http://www.artikata.com/arti-362795-mendistribusikan.php ( Senin (22-11-2010) / pukul 20:25 / kosan)

http://www.artikata.com/arti-330809-insidental.php (Selasa (23-11-2010) / pukul 19:54/ kosan)

http://www.damandiri.or.id/file/nurhasyimadunairbab2.pdf (Senin (13-12-2010) Pukul 20 : 36 kosan)


(75)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap : Dewi Soraya

Nama Panggilan : Dewi

Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 08 Februari 1989

Agama : Islam

Hobby : Shoping, Baca komik dan Novel

Alamat : Jln. Burang-rang 3 no.21

Nomor Telepon : (021) 8843789/085720135556

Email : dewi_soraya@ymail.com


(76)

II. IDENTITAS KELUARGA

No. Nama Hubungan Pendidikan Pekerjaan

1. H. Kamal Hadi Ayah

Kandung Sekolah Menengah Atas Pegawai Negri Sipil

2. Hj. Munawaroh Ibu Kandung Sekolah

Menengah Atas

Ibu Rumah Tangga

3. Maulana Ibrahim Adik

Kandung

Sekolah Menengah

Pertama

Pelajar

4. Hani Nur fadhilah Adik

Kandung

Sekolah Dasar Pelajar

III. PENDIDIKAN FORMAL

No. Tahun Uaraian Keterangan

1 2007-Sekarang Program Studi

Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk UNIKOM


(77)

Aliyah Pesantren Persatuan Islam 69, Jakarta Timur

3 2001-2004 Sekolah Madrasah

Tsanawiyah Pesantren Persatuan Islam 69, Jakarta Timur

Lulus Berijazah

4 1995-2001 Sekolah Dasar

Bani Saleh 1, Bekasi

Lulus Berijazah

5 1994-1995 TK Aisiyah 72,

Bekasi

Lulus Berijazah

IV. PELATIHAN/WORKSHOP/SEMINAR

No. Tahun Uraian Keterangan

1 21 Maret 2010 Pelatihan Program

Soft Skill Academy dengan Modul

Shadr Leadership” di UNPAD Dipati


(78)

Ukur

2 21 Februari 2010 Pelatihan Program

Soft Skill Academy dengan Modul

Service Execellence” di UNPAD Dipati

Ukur

Bersertifikat

3 7 Februari 2010 Pelatihan Program

Soft Skill Academy dengan Modul

Negotiation Skill” di UNPAD

Dipati Ukur

Bersertifikat

4 31 Januari 2010 Pelatihan Program

Soft Skill Academy dengan Modul

Problem Solving and Decision

Making” di UNPAD Dipati


(79)

Ukur

5 24 Januari 2010 Pelatihan Program

Soft Skill Academy dengan Modul

Personality Development” di

UNPAD Dipati Ukur

Bersertifikat

6 20 Desember 2009 Pelatihan Program

Soft Skill Academy dengan Modul

Professional Image” di UNPAD Dipati

Ukur

Bersertifikat

7 6 Desember 2009 Pelatihan Program

Soft Skill Academy dengan Modul

Quantum Of Change” di UNPAD Dipati


(80)

Ukur

8 22 November

2009

Pelatihan Program Soft Skill Academy

dengan Modul

Interpersonal Skills and Comunication” di

UNPAD Dipati Ukur

Bersertifikat

9 8 November 2009 Pelatihan Program

Soft Skill Academy dengan

Modul

Communication Skill” di UNPAD

Dipati Ukur

Bersertifikat

10 28 Mei 2009 Kegiatan “Study

Tour Mass Media

2009”

Bersertifikat

11 16 Juni 2009 Workshop

“Penyiaran Radio”


(81)

di UNIKOM Dipati Ukur

12 23 Desember 2009 Workshop “A

Workshop On Modern Strategic Public Relations”

Bersertifikat

13 24 November

2009

Kuliah Umum

“Kebudayaan Film & SensorFilm” di

UNIKOM Dipati Ukur

Bersertifikat

14 27 Mei 2008 Pelatihan

Personal Development &

Brain Management” di UNIKOM Dipati

Ukur

Bersertifikat

15 27 Mei 2008 Pelatihan “Master

Of Ceremony” di UNIKOM Dipati


(82)

Ukur

16 28 Januari 2008 Pelatihan “Table

Manner” di Hotel Jayakarta

Bandung


(83)

ii

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dengan baik berikut dengan Laporannya.

Laporan Praktek Kerja Lapangan ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Praktek Kerja Lapangan dan salah satu syarat menempuh Sarjana Strata 1 Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Ilmu Humas Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Dalam melakukan laporan praktek kerja lapangan ini tidak sedikit penulis menghadapi kesulitan serta hambatan baik teknis maupun non teknis. Namun atas izin Tuhan, juga berkat usaha, doa, semangat, bantuan, bimbingan serta dukungan yang penulis terima baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan praktek kerja lapangan ini.

Melalui kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth. Prof. Dr. J. M. Papasi Dekan Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia Bandung yang telah mengeluarkan surat pengantar untuk PKL dan menandatangani surat permohonan Praktek Kerja Lapangan.


(84)

iii

3. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat., M.Si yang membimbing penulis selama membuat laporan Praktek Kerja Lapangan dan tidak henti-hentinya memberikan arahan serta saran dan kritik kepada penulis selama bimbingan Laporan PKL.

4. Yth. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi dan PR,

yang telah membantu penulis dalam setiap perkuliahan sehingga dapat diterapkan dalam laporan ini.

5. Yth. Sekertariat Jurusan, yang telah membantu penulis dalam hal administrasi.

6. Yth. Bpk Bambang Teguh sebagai staff HRD Toserba YOGYA Sunda yang mengijinkan penulis untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan di Toserba YOGYA Sunda.

7. Yth. Ibu Yenni Suciati sebagai store manager Toserba YOGYA Sunda yang telah menerima penulis untuk melaksanakan Paraktek Kerja Lapangan di Toserba YOGYA Sunda.

8. Yth. Ibu Teresa Alexandara sebagai kepala bagian personalia dan umum Toserba YOGYA Sunda yang telah mengijinkan penulis untuk melaksanakan PKL di Toserba YOGYA Sunda

9. Yth. Bapak Dany Supriadi Panji sebagai staff Costumer Relations di Toserba YOGYA Sunda yang membimbing penulis selama praktek kerja


(85)

iv

10.Mba Yani, Mba Fenty, Mba Rini, Mas Ikhsan, dan Mas Iman sebagai staff senior costumer relations yang telah melibatkan penulis dalam setiap aktivitas Costumer Relations dan telah membantu penulis dalam melaksanakan aktivitas praktek kerja lapangan di Costumer Relations Toserba YOGYA Sunda.

11.Seluruh staff dan karyawan Toserba YOGYA Sunda.

12.Papa dan Mama tercinta, adikku Ari, dan Vera, serta Nenekku, terima kasih atas semua kasih sayang, dorongan, doa dan support-nya.

13.Klaveryus Irvan, yang telah memberikan perhatian, semangat dan tempat bertukar pikiran bagi penulis.

14.Fani, Rahmat, dan Made, teman terbaikku yang telah membantu dalam segala hal. Dan untuk teman-teman “seperjuangan” di UNIKOM terutama anak-anak IK-2 dan IK-H2

15.Anak-anak Paduan Suara UNIKOM yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

16.Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan praktek kerja lapangan ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, penulis


(86)

v

telah membantu penulis dalam melakukan penulisan laporan praktek kerja lapangan ini dan semoga penulisan laporan praktek kerja lapangan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca lainnya umumnya. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Bandung, Desember 2009


(87)

Lampiran-Lampiran

Lampiran 1. Surat Permohonan PKL


(88)

(89)

(90)

(91)

(92)

(93)

Lampiran Dokumentasi

Gambar Lampiran 1

Kejaksaan Tinggi Jawa Barat tampak depan

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2010 Gambar Lampiran 2

Ruang Kerja Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat


(94)

Gambar Lampiran 3

Penulis Saat Sedang Membuat Rangkuman Kliping Pers Surat Kabar

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2010


(95)

(1)

(2)

(3)

(4)

Lampiran Dokumentasi

Gambar Lampiran 1

Kejaksaan Tinggi Jawa Barat tampak depan

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2010 Gambar Lampiran 2

Ruang Kerja Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat


(5)

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2010


(6)