Identifikasi Masalah Kerangka Pikir

Universitas Kristen Maranatha dapat menghasilkan motivasi yang tinggi dan engagement saat dikombinasikan dengan job resources yang tinggi Bakker Demerouti, 2007. Job resources merupakan aspek-aspek dari pekerjaan yang fungsional untuk mencapai goal, yang meminimalkan efek dari job demands, atau menstimulasi personal growth Bakker, 2010, hlm. 153. Job resources meliputi autonomy, umpan balik, dan dukungan sosial. Selain itu, job demands yang dihadapi dengan sikap yang positif seperti optimisme, keyakinan diri untuk menghadapi tuntutan yang ada, resiliensi dan mampu untuk merencanakan jalur untuk tujuan yang diinginkan meskipun terdapat hambatan, dapat meningkatkan work engagement.Sikap-sikap posiif diatas disebut dengan personal resources. Dari uraian di atas terlihat bahwa work engagement merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh guru SD Negeri “X” di Kota Bandung. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan suatu penelitian mengenai work engagement pada guru SD Negeri “X” di Kota Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana work engagement pada Guru SD Negeri “X” di Kota Bandung

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Memperoleh gambaran mengenai work engagement pada Guru SD Negeri “X” di Kota Bandung. Universitas Kristen Maranatha

1.3.2 Tujuan penelitian

Mengetahui gambaran mengenai derajat work engagement dan keterkaitan faktor-faktor pada Guru SD Negeri “X” di Kota Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

a Menjadi bahan masukan bagi ilmu Psikologi, khususnya dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi mengenai work engagement pada Guru SD Negeri “X” di Kota Bandung. b Memberikan sumbangan informasi kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti mengenai work engagement serta mendorong dikembangkannya penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan topik tersebut.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a Memberikan informasi kepada Kepala Sekolah SD Negeri “X” di Kota Bandung mengenai work engagement para guru sehingga dapat diadakan pelatihan guna meningkatkan work engagement tersebut yang diharapkan berguna bagi pengembangan sekolah. b Memberikan masukan bagi para guru SD Negeri “X” di Kota Bandung mengenai pentingnya work engagement pada guru untuk dijadikan bahan serta masukan dalam meningkatkan kualitas kinerja guru. Universitas Kristen Maranatha

1.5. Kerangka Pikir

Guru yang merupakan pendidik profesional dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari membutuhkan pengerahan energi, dedikasi, serta konsentrasi yang tinggi. Hal-hal tersebut diperlukan baik dalam merencanakan Kegiatan Belajar Mengajar KBM, melaksanakan KBM maupun dalam melakukan evaluasi pembelajaran. Menurut Schaufeli et. al, pengerahan energi, dedikasi serta konentrasi dalam suatu pekerjaan disebut dengan work engagement. Guru yang engaged terhubung dengan peran kerja mereka secara fisik, kognitif, dan emosional. Mereka merasa penuh dengan energi yang didedikasikan untuk mencapai tujuan pekerjaan mereka dan sering ‘tenggelam’ sepenuhnya dalam pekerjaan mereka Bakker, Journal:An Evidence-Based Model of Work Engagement, hlm. 268. Work engagement didefinisikan sebagai suatu penghayatan positif dan rasa terpenuhi pada pekerjaan yang ditandai oleh adanya vigor, dedication, dan absorption. Schaufeli et. al., 2002:74. Smulder 2006, dalam Schaufeli 2011 mengemukakan bahwa ada beberapa pekerjaan yang menuntut work engagement yang tinggi, diantaranya guru, enterpreuneur, dan perawat. Pekerjaan-pekerjaan tersebut memiliki satu kesamaan, yaitu pekerjaan yang melibatkan kualitas pelayanan sebagai modal utamanya. Selain memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal I ayat I, guru juga memiliki tuntutan kerja lain yang disebut dengan job demands. Job demands yang dimiliki oleh guru SD Negeri Universitas Kristen Maranatha “X” di Kota Bandung, yaitu work pressure, emotional demands, mental demands, dan physical demands. Work pressure pada guru SD Negeri “X” di Kota Bandung, yaitu mentransfer ilmu pengetahuan pada anak didiknya yang memiliki tingkat kemampuan dan karakter yang berbeda-beda. Terdapat siswa yang cepat memahami materi, ada pula yang sulit untuk memahami materi. Selain itu, mereka juga dituntut untuk mengerjakan beberapa administrasi sekolah yang menyertainya dalam melakukan proses kegiatan belajar mengajar KBM. Administrasi sekolah tersebut dikerjakan sebelum perencanaan proses KBM dan setelah evaluasi proses KBM selesai. Emotional demands guru SD Negeri “X” di Kota Bandung merupakan demands dari perasaan emosional yang dimiliki dalam menjalankan pekerjaannya sebagai seorang guru. Seorang guru dituntut untuk dapat meningkatkan prestasi akademik siswa dan mendidik siswa agar memiliki perilaku atau budi pekerti yang baik. Dalam mencapai tujuan tersebut, guru diharapkan memiliki perasaan emosional yang stabil. Saat menghadapi siswa yang memiliki tingkat kemampuan dan karakter yang berbeda dari siswa lainnya, mereka dituntut untuk bersabar. Mental demands guru SD Negeri “X” di Kota Bandung merupakan demands dari sisi kognisi dalam mengerjakan tugasnya sebagai seorang guru, yaitu melakukan proses KBM dan mengerjakan administrasi sekolah yang menyertai KBM tersebut. Dalam melaksanakan proses KBM, seorang guru dituntut untuk mencari cara agar materi yang diajarkan olehnya dapat dipahami oleh seluruh siswa. Selain itu, guru juga dituntut untuk mengetahui metode Universitas Kristen Maranatha pengajaran apa yang tepat untuk diterapkan dan yang sesuai dengan karakteristik siswa di kelasnya. Physical demands guru SD Negeri “X” di Kota Bandung adalah demands untuk memiliki stamina tubuh yang baik. Saat melakukan perencanaan proses KBM, pelaksanaan proses KBM dan mengevaluasi hasil pembelajaran, guru tersebut diharapkan berada dalam keadaan tubuh yang sehat. Hal tersebut dikarenakan mereka dituntut untuk melaksanakan tugasnya dengan optimal. Disamping memiliki job demands guru SD Negeri “X” di Kota Bandung juga memiliki job resources yang merupakan sumber untuk melaksanakan tugas- tugasnya sebagai seorang guru. Menurut Bakker 2010, job resources merupakan aspek-aspek dari pekerjaan yang fungsional untuk mencapai goal, yang meminimalkan efek dari job demands, atau menstimulasi personal growth. Job resources yang dimiliki oleh guru SD Negeri “X” di Kota Bandung, yaitu autonomi, performance feedback, dan dukungan sosial social support. Autonomi guru SD Negeri “X” di Kota Bandung merupakan kebebasan bagi mereka untuk menggunakan metode seperti apa dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Misalnya saja cara untuk mengerjakan administrasi sekolah, cara mengajar para siswa selama proses KBM berlangsung, cara penilaian pembelajaran siswa, cara menyelesaikan permasalahan yang terjadi selama proses KBM serta cara pemberian remedial pada siswa yang memiliki nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal KKM apakah diberikan soal-soal atau diberikan tugas. Universitas Kristen Maranatha Performance feedback yang didapatkan guru SD Negeri “X” di Kota Bandung berasal dari penilaian sesama rekan kerja dan kepala sekolah seperti yang tercantum pada lembar evaluasi diri untuk penilaian kinerja guru. Selain itu, feedback juga datang dari siswa itu sendiri saat proses KBM berlangsung, apakah siswa memahami materi apa yang diajarkan oleh guru tersebut atau tidak. Social support didapatkan guru SD Negeri “X” di Kota Bandung dari kepala sekolah, rekan kerja sesama guru dan siswa-siswa yang mendapatkan pengajaran dari guru tersebut. Selain itu, social support juga datang dari keluarga mereka masing-masing yang ikut mendukung mereka untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diemban sebagai seorang guru SD. Selain job resources, guru SD Negeri “X” di Kota Bandung juga memiliki sumber daya pribadi dalam dirinya yang disebut dengan personal resources yang dikarakteristikkan oleh self efficacy, optimisme, resilience, dan harapan. Guru SD Negeri “X” di Kota Bandung yang memiliki self-efficacy, mereka percaya akan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan yang ada. Optimisme pada guru SD Negeri “X” di Kota Bandung tergambar melalui kepercayaan bahwa mereka akan mendapatkan hasil yang baik di masa depan. Guru SD Negeri “X” di Kota Bandung yang memiliki resilience merupakan guru yang sanggup untuk bertahan dan mengatasi masalah dan kesulitan yang muncul dalam pekerjaannya. Karakteristik terakhir yaitu harapan, dimana guru SD Negeri “X” di Kota Bandung yang berusaha dengan gigih untuk mencapai tujuan yang terarah pada kesuksesan. Job resources dan personal resources memiliki dampak yang positif bagi work engagement. Berdasarkan hasil penelitian Xanthopoulou et al., 2009 Universitas Kristen Maranatha ditunjukkan bahwa job resources pada hari sebelumnya dapat memengaruhi personal resources pada hari berikutnya, dan pada akhirnya memengaruhi work engagement dan performance mereka. Tersedianya job resources dan personal resources tersebut berdampak bagi level work engagement yang terdiri dari aspek vigor, dedication, dan absorption. Aspek vigor ditandai dengan level energi yang tinggi dan resiliensi mental ketika bekerja, kemauan untuk mengerahkan upaya, dan persisten ketika menghadapi hambatan dalam bekerja. Guru SD Negeri “X” di Kota Bandung yang memiliki tingkat vigor yang tinggi menunjukan level energi, semangat dan stamina yang tinggi saat bekerja, sedangkan guru yang memiliki tingkat vigor yang rendah memiliki level energi, semangat dan stamina yang rendah saat mereka bekerja. Aspek kedua yaitu dedication mengacu pada pelibatan diri yang kuat terhadap pekerjaan, dan merasakan keberartian significance, antusiasme enthusiasm, inspirasi inspiration, kebanggaan pride dan tantangan challenge. Guru SD Negeri “X” di Kota Bandung dengan tingkat dedication yang tinggi memiliki pelibatan diri yang kuat terhadap pekerjaannya karena mereka seringkali merasa pekerjaannya bermakna dan mereka antusias terhadap pekerjaan tersebut. Selain itu, mereka juga sering merasa bangga terhadap profesinya sebagai guru SD, menghayati bahwa pekerjaan mereka merupakan hal yang menantang serta dapat menginspirasi. Sementara itu, guru dengan tingkat dedication yang rendah memiliki pelibatan diri yang lemah dengan pekerjaannya karena guru tersebut tidak merasakan bahwa pekerjaannya itu penuh makna, Universitas Kristen Maranatha menginspirasi dan menantang. Guru tersebut juga tidak merasa antusias ataupun bangga dengan profesi mereka. Aspek yang terakhir adalah absorption ditandai dengan konsentrasi penuh dan keasyikan ketika bekerja, dimana waktu berlalu begitu cepat dan tidak ingin berhenti bekerja. Guru SD Negeri “X” di Kota Bandung yang memiliki tingkat absorption yang tinggi akan berkonsentrasi penuh saat bekerja, merasakan keasyikan saat mereka bekerja sehingga merasa waktu berlalu begitu cepat ketika mereka sedang melakukan pekerjaanya. Guru-guru tersebut juga sering merasakan bahwa mereka sulit untuk melepaskan diri dari pekerjaan mereka sebagai guru SD. Sedangkan guru yang memiliki tingkat absorption yang rendah tidak merasakan keasyikan ketika bekerja ataupun “tenggelam” dalam pekerjaannya. Mereka juga tidak pernah merasa kesulitan untuk melepaskan diri dari pekerjaan ataupun melupakan segala sesuatu disekitar mereka, termasuk waktu. Guru SD Negeri “X” di Kota Bandung yang memiliki derajat work engagement yang tinggi akan mengerahkan energi untuk menyelesaikan tugas- tugas dalam pekerjaannya dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan. Hal tersebut didukung oleh personal resources yang dimiliki dan job resources yang tersedia dalam pekerjaan mereka. Ketika sumber-sumber tersebut memiliki derajat yang tinggi dan tersedia dalam pekerjaan, mereka akan menganggap profesi sebagai guru merupakan pekerjaan yang membanggakan, menganggap pekerjaannya menantang dan adanya perasaan antusiasme pada pekerjaannya sehingga ia akan sulit untuk melepaskan diri dari pekerjaannya sebagai guru. Universitas Kristen Maranatha Guru SD Negeri “X” di Kota Bandung yang memiliki derajat work engagement yang rendah akan mudah menyerah ketika dihadapkan dengan suatu masalah pada pekerjaannya sebagai guru. Hal ini tak lepas dari personal resources yang dimiliki dan job resources yang tersedia dalam pekerjaan mereka. Saat personal resources yang dimiliki ada pada derajat yang rendah ditambah dengan job resources yang tidak memadai, maka muncul perasaan kecewa terhadap profesi mereka sebagai guru. Tuntutan-tuntutan pekerjaan pun mereka anggap sebagai beban sehingga mereka tidak memiliki semangat untuk bekerja dan merasa tidak terikat dengan pekerjaannya. Guru SD Negeri “X” di Kota Bandung yang memiliki derajat work engagement yang rendah menghayati job resources pada pekerjaan mereka tidak memadai dan personal resources yang dimiliki berada dalam derajat yang rendah. Job demands yang terdapat dalam pekerjaan mereka juga dianggap sebagai beban. Hal tersebut berperan dalam munculnya perilaku mudah menyerah ketika dihadapkan pada suatu masalah karena level energi, semangat dan stamina yang dimiliki berada pada level yang rendah. Pelibatan diri mereka dengan pekerjaan pun tergolong lemah karena guru tersebut tidak menghayati bahwa pekerjaannya itu penuh makna, menginspirasi dan menantang. Selain itu, mereka tidak pernah merasa kesulitan untuk melepaskan diri dari pekerjaan ataupun melupakan segala sesuatu di sekitar mereka ketika bekerja, termasuk waktu. Universitas Kristen Maranatha Secara skematis, dapat digambarkan sebagai berikut : Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir

1.6. Asumsi Penelitian