Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tempat Kerja Sesuai dengan Keputusan menteri Tenaga Kerja No. 51MEN1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja, dalam pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa pengertian tempat kerja yaitu tiap ruangan atau lapangan, tertutup dan terbuka, bergerak dan tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan terdapat sumber-sumber potensi bahaya Depnakertrans, 2007. 2. Pengantar Power Plant Power plant adalah suatu unit di PUSDIKLAT MIGAS Cepu yang menangani penyediaan tenaga listrik. Peranan unit ini sangat penting karena tidak hanya digunakan di unit kilang saja, tetapi juga digunakan di PERTAMINA. Sebagai pembangkit tenaga listrik, power plant menggunakan tenaga diesel dengan pertimbangan teknis antara lain : a. Bahan bakar yang dipakai adalah solar, yang disediakan oleh PUSDIKLAT MIGAS Cepu sendiri. b. Sisten strartingnya lebih mudah dan mesinnya relatif lebih kuat. c. Daya yang dihasilkan lebih besar. d. Tidak ada ketergantungan terhadap instalasi. commit to user 8 PUSDIKLAT MIGAS Cepu menyediakan tenaga pembangkit listrik sendiri, sebab : a. Perlu adanya kontinuitas pelayanan tenaga listrik yang ada pada PUSDIKLAT MIGAS Cepu, sehingga dapat menunjang operasi kilang dan pendidikan. b. Semakin besar kebutuhan tenaga listrik yang diperlukan untuk keperluan operasional dalam rangka operasi kilang dan semakin majunya pendidikan yang ada di PUSDIKLAT MIGAS Cepu. Fungsi PLTD yang ada di PUSDIKLAT MIGAS Cepu adalah untuk melayani kebutuhan tenaga listrik di beberapa daerah antara lain : a. PUSDIKLAT MIGAS Cepu : 1 Kebutuhan dalam pabrik, yaitu : a Kebutuhan untuk operasi kilang b Kebutuhan di water treatment c Kebutuhan di kantor d Kebutuhan di wax plant e Kebutuhan di boiler plant f Kebutuhan di bengkel-bngkel operasional dan pendidikan g Kebutuhan di laboratorium 2 Kebutuhan di luar pabrik, diantaranya : a Gedung kuliah STEM b Asrama STEM c Perumahan dinas commit to user 9 d Aula dan GOR e Rumah sakit Pusdiklat Migas Cepu f Penerangan kompleks Cepu g STM MIGAS Cepu b. PERTAMINA 1 PERTAMINA UEP III 2 PERTAMINA UPDN IV PLTD di PUSDIKLAT MIGAS Cepu mulai didirikan pada tahun 1973 dan hingga kini telah memiliki 9 buah generator sebagai mesin yang digunakan untuk pembangkit listrik. Distribusi tenaga listrik dari generator ke beban didistribusikan melalui transformator yang jumlahnya ada 16 buah dengan menggunakan instalasi bawah tanah, hal ini disebabkan karena diinginkan kontinuitas tenaga listrik yang tinggi dengan faktor gangguan seminimal mungkin. 3. Definisi Kebisingan Seringkali kita mengeluh dikarenakan suara gaduh atau berisik yang terjadi di sekitar kita. Suara-suara berisik itu sering disebut sebagai bising. Bising adalah suara-suara yang tidak diinginkan oleh telinga. Beberapa sumber suara tersebut adalah : a. Suara mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik seperti genset, mesin diesel, dan sebagainya. commit to user 10 b. Benturan antara alat kerja dan benda kerja, misalnya proses menggerinda permukaan metal, memalu hammering, pemotongan logam metal cutting, dan lain-lain. c. Aliran material, misalnya aliran gas, air atau material-material cair dalam pipa distribusi di tempat kerja, aliran material padat seperti batu, kerikil, dan lain-lain. d. Manusia Saparudin, 2008. Badan kesehatan dunia WHO melaporkan tahun 1988 terdapat 8-12 penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat Annie, Yusuf, 2000 dalam Cholidah, 2006. Suara di tempat kerja berubah menjadi salah satu bahaya kerja occupational hazard saat keberadaannya dirasakan mengganggu atau tidak diinginkan secara : a. Fisik menyakitkan telinga pekerja. b. Psikis mengganggu konsentrasi dan kelancaran komunikasi. Saat situasi tersebut terjadi, status suara berubah menjadi polutan dan identitas suara berubah menjadi kebisingan noise. Kebisingan di tempat kerja menjadi bahaya kerja bagi sistem penginderaan manusia, dalam hal ini bagi sistem pendengaran hearing loss. Dalam bahasa K3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja, National Institute of Occupational Safety Health NIOSH telah mendefinisikan commit to user 11 status suara atau kondisi kerja dimana suara berubah menjadi polutan secara lebih jelas, yaitu : a. Suara-suara dengan tingkat kebisingan lebih besar dari 104 dBA. b. Kondisi kerja yang mengakibatkan seorang karyawan harus menghadapi tingkat kebisingan lebih besar dari 85 dBA selama lebih dari 8 jam maksimum 85 dBA selama 8 jam TWA atau Time Weighted Average yang ditetapkan oleh NIOSH sebagai Recommended Exposure Limit, REL Saparudin, 2008. Kebisingan merupakan suatu hal yang tidak dapat dilepaskan dari hal- hal berikut, yaitu : a. Bunyi Bunyi atau suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air, batu bara, atau udara Francois Weston Sears, 1991. Bunyi merupakan suatu gelombang berupa getaran dari molekul- molekul zat yang saling beradu satu dengan yang lain secara terkoordinasi sehingga menimbulkan gelombang dan meneruskan energi serta sebagian dipantulkan kembali. Media yang dilalui mempunyai masa yang elastis sehingga menghantarkan bunyi tersebut. Bunyi merambat melalui udara dengan kecepatan sekitar 344 mdetik pada suhu 20º C dan menimbulkan gelombang dengan sumber bunyi commit to user 12 sebagai titik pusat dan disebarkan radial membentuk bidang gelombang Emil Salim, 2002 dalam Cholidah, 2006. Bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan 6XPD¶PXU Tipe bunyi dapat dibedakan dalam 3 rentang frekuensi sebagai berikut : 1 Infra Sonic, bila suara dengan gelombang antara 0-16 Hz. Infra sonic tidak dapat didengar oleh telinga manusia dan biasanya ditimbulkan oleh getaran tanah dan bangunan. Frekuensi 16 Hz akan mengakibatkan perasaan kurang nyaman, lesu, dan kadang-kadang mengalami perubahan penglihatan. 2 Sonic, bila gelombang suara antara 16-20.000 Hz. Merupakan frekuensi yang dapat ditangkap oleh telinga manusia. Bunyi dengan frekuensi 250-3000 Hz sangat penting, karena frekuensi tersebut manusia dapat mengadakan komunikasi dengan lancar. 3 Ultra Sonic, bila gelombang 20.000 Hz. Frekuensi diatas 20.000 Hz, sering digunakan dalam bidang kedokteran seperti untuk penghancuran batu ginjal, pembedahan katarak karena dengan frekuensi yang tinggi bunyi mempunyai commit to user 13 daya tembus jaringan yang cukup besar sedangkan suara dengan frekuensi sebesar ini tidak dapat didengar oleh manusia. b. Desibel dB Desibel adalah perbandingan logaritmis antara tekanan suara tertentu dengan tekanan dasar yang besarnya 0,0002 dynecm yaitu tekanan suara dengan frekuensi 1000 Hz tepat dapat didengar oleh telinga normal 6XPD¶PXU Menurut Arif Susanto 2006, Desibel dB adalah ukuran energi bunyi atau kuantitas yang dipergunakan sebagai unit-unit tingkat tekanan suara berbobot A. Untuk menilai kebisingan diperlukan untuk menghitung tambahnya atau kurangnya tingkat tekanan suara berbobot A, rata-ratanya, dan sebagainya. c. Frekuensi Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau disebut Hertz Hz, yaitu jumlah dari golongan-golongan yang sampai di telinga setiap detiknya. Biasanya suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang-gelombang sederhana dari beraneka frekuensi. Nada dari kebisingan ditentukan oleh frekuensi-frekuensi \DQJDGD6XPD¶PXU6. Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak antara 16 hingga 20.000 Hz. Frekuensi bicara terdapat pada rentang 250-4000 Hz. Bunyi frekuensi tinggi adalah yang paling berbahaya Joko Suyono, 1995 dalam Cholidah, 2006. commit to user 14 d. Intensitas Intensitas adalah jumlah rata-rata energi yang diangkut oleh gelombang itu lewat satu satuan permukaan dan dalam satuan waktu Francois Weston Sears, 1991. Intensitas suara didefinisikan sebagai laju aliran energi daya suara yang menembus suatu luasan terientu pada jarak tertentu Yoga Suswanto, 2008. Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit atau menghalangi gaya hidup, JIS Z 8106, IEC60050-801 kosakata Elektro-Teknik International Bab 801: Akustikal dan Electroakustikal. Menurut Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan keselamatan manusia dalam kenyamanan lingkungan atau semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 51 Tahun 1999. Sedangkan bising dalam kesehatan kerja diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif peningkatan ambang pendengaran maupun secara kualitatif penyempitan spektrum pendengaran, berkaitan commit to user 15 dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi, dan pola waktu Buchari, 2007. Bising dapat merusak kokhlea di telinga dalam sehingga menganggu pendengaran, sedang kerusakan yang ditimbulkan pada saraf vestibuler di telinga dalam dapat menyebabkan gangguan keseimbangan. Gangguan pendengaran dan keseimbangan akibat kerja belum mendapat perhatian penuh, padahal gangguan ini menempati urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika dan Eropa dengan proporsi 35. Di berbagai industri di Indonesia, angka ini berkisar antara 30-50 Jenny Bashirudin, 2003 dalam Cholidah, 2006. Menurut Buchari 2007, bahaya bising dihubungkan dengan beberapa faktor, yaitu : a. Intensitas Intensitas bunyi yang harus ditangkap oleh telinga berbanding langsung dengan logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang dapat didengar. Jadi, tingkat tekanan bunyi diukur dengan skala logaritma dalam desibel dB. b. Frekuensi Frekuensi bunyi yang dapat didengar telinga manusia terletak antara 16-20.000 Hz. Frekuensi bicara terdapat dalam rentang 250- 4000 Hz. Bunyi frekuensi tinggi adalah yang paling berbahaya. commit to user 16 c. Durasi Efek bising yang merugikan sebanding dengan lamanya paparan, dan kelihatannya berhubungan dengan jumlah total energi yang mencapai telinga dalam. Jadi perlu mengukur semua elemen lingkungan akustik yang dapat merekam dan memadukan bunyi. d. Sifat Mengacu pada distribusi bunyi terhadap waktu stabil, berfluktuasi, intermitten. Bising impulsif satu atau lebih lonjakan energi bunyi dengan durasi kurang dari 11 detik sangat berbahaya. 4. Sumber Kebisingan Sumber kebisingan dibedakan bentuknya atas dua jenis sumber, yaitu : a. Sumber titik berasal dari sumber diam yang penyebaran kebisingannya dalam bentuk bola-bola konsentris dengan sumber kebisingan sebagai pusatnya dan menyebar di udara dengan kecepatan sekitar 360 mdetik. b. Sumber garis berasal dari sumber bergerak dan penyebaran kebisingannya dalam bentuk silinder-silinder konsentris dengan sumber kebisingan sebagai sumbunya dan menyebar di udara dengan kecepatan sekitar 360 mdetik, sumber kebisingan ini umumnya berasal dari kegiatan transportasi Dwi P. Sasongko, 2000 dalam Cholidah, 2006. commit to user 17 Tabel 1. Intensitas Kebisingan Sehari-hari Sumber Bising Desibel dB Ambang Menyakitkan Telinga Memasang Paku Kling Kereta Api Sebelah Atas Jalan Raya Lalu Lintas Ramai Percakapan Biasa Mesin Mobil yang Mulus Suara Suara Radio Tenang Dalam Rumah Bisik-bisik Desah Daun-daunan Ambang Pendengaran 120 95 90 70 65 50 40 20 10 Sumber : New York City Noise Abatement Commision 1991 dalam Francois Weston Sears, 1991. Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal dari mesin-mesin untuk proses produksi dan alat-alat lain yang dipakai untuk melakukan pekerjaan. Contoh sumber-sumber kebisingan di perusahaan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan seperti : a. Generator, mesin disel untuk pembangkit listrik. b. Mesin-mesin produksi. c. Mesin potong, mesin bor, gergaji, serut diperusahaan kayu. d. Ketel uap atau boiler untuk pemanas air. e. Alat-alat lain yang menimbulkan suara den getaran seperti alat pertukangan. Tabel 2. Kontribusi Berbagai Sumber Kebisingan No. Jenis Sumber Kebisingan Persentase 2. 3. 4. 4. 5. 7. 8. Kendaraan Bemotor Pesawat Terbang Suara Radio dan Televisi Alat-alat Rumah Tangga Konstruksi Industri Lain-lain 55 15 12 2 2 1 1 12 Sumber : Environmental Protection Agency EPA commit to user 18 Di tempat kerja, disadari atau tidak, cukup banyak fakta yang menunjukkan bahwa perusahaan beserta aktivitasnya ikut menciptakan atau menambah tingkat kebisingan di tempat kerja, misalnya : a. Mengoperasikan mesin-PHVLQSURGXNVL´ULEXW´\DQJVXGDKFXNXSWXD b. Terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas kerja cukup tinggi dalam periode operasi cukup panjang. c. Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala kadarnya, misalnya mesin diperbaiki hanya pada saat mesin mengalami kerusakan parah. d. Melakukan modifikasi atau perubahan atau penggantian secara parsial pada komponen-komponen mesin produksi tanpa mengindahkan kaidah-kaidah keteknikan yang benar, termasuk menggunakan komponen tiruan. e. Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak tepat terbalik atau tidak rapatlonggar, terutama pada bagian penghubung antara modul mesin bad connection. f. Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai fungsinya, misalnya penggunaan palu untuk membengkokkan benda-benda metal atau alat bantu pembuka baut. Saparudin, 2008 Kebisingan adalah suatu gerakan gelombang longitudinal di udara yang menghasilkan suara dari fluktuasi tekanan di dalam suatu medium yang elastis dengan satuan desibel dB. commit to user 19 Di dalam anatomi sistem pendengaran manusia dibagi dalam 3 zona yaitu telinga bagian luar, tengah dan dalam. Gelombang suara ditangkap melalui daun telinga yang diteruskan lewat kanal atau lubang telinga bagian luar telinga. Kemudian melalui konduksi tulang di bagian tengah telinga yang terdapat 3 jenis tulang yaitu hammer, anvil, stirrup yang mengirimnya ke cochlea seperti terompet kertas anak-anak dan menyerupai keong. Di dalam cochlea ini terdapat hair cells yang berjumlah ± 23.000 buah. Hair cell ini bergetar dengan irama yang teratur seperti padi yang tertiup oleh angin sehingga kita dapat mendengar dengan baik bagian tengah telinga Ir. Fatur Yani, 1998. Dari sudut pandang lingkungan, kebisingan adalah masuk atau dimasukkannya energi suara ke dalam lingkungan hidup sedemikian rupa sehingga mengganggu peruntukannya. Dari sudut pandang lingkungan maka kebisingan lingkungan termasuk dalam kategori pencemaran karena dapat menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan manusia Dwi P. Sasongko, 2000 dalam Cholidah, 2006. 5. Jenis Kebisingan Bising yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan secara umum. Beberapa peneliti percaya bahwa bising yang berlebihan berperan dalam timbulnya : a. Stres mental b. Stres Fisik c. Penyakit tertentu commit to user 20 d. Kecelakaan Pusat Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 2010. Jenis-jenis kebisingan yang sering ditemukan meliputi : a. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas steady state, wide band noise, misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar. b. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit steady state, narrow band noise, misalnya gergaji sirkuler, katup gas. c. Kebisingan terputus-putus intermittent, misalnya lalu lintas, suara kapal terbang di lapangan udara. d. Kebisingan impulsive impact or impulsive noise, seperti pukulan, tembakan bedil, atau meriam, ledakan. e. Kebisingan impulsive berulang, misalnya mesin tempa di perusahaan 6XPD¶PXU3. Menurut Buchari 2007, jenis kebisingan antara lain : a. Kebisingan yang continue dengan spektrum frekuensi yang luas stady state, wide band noise. Bising ini relatif tetap dalam batas ± 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut, misalnya mesin-mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lain-lain. b. Kebisingan continue dengan spektrum frekuensi sempit steady state, narrow band noise. Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi mempunyai frekuensi tertentu saja pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz, misalnya gergaji silkuler, katup gas, dan lain-lain. commit to user 21 c. Kebisingan terputus-putus intermittent. Bising di sini tidak terjadi secara terus-menerus melainkan ada periode relatif tenang, misalnya lalulintas, suara kapal terbang di lapangan udara. d. Kebisingan impulsif impact or impulsive noise. Bising jenis ini mempunyai perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya seperti pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam, dan ledakan. e. Kebisingan impulsif berulang. Sama dengan bising impulsif, hanya saja terjadi secara berulang misalnya mesin tempa di perusahaan. Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas Buchari, 2007 : a. Bising yang mengganggu Irritating noise. Intensitas tidak terlalu keras. Misalnya mendengkur. b. Bising yang menutupi Masking noise. Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain. c. Bising yang merusak damaginginjurious noise adalah bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran. Suara yang terlalu bising bisa menyebabkan : a. Kerusakan pendengaran sementara atau tetap. commit to user 22 b. Menimbulkan stres, dapat mempengaruhi kondisi fisik dan mental. c. Menyebabkan kecelakaan saat pekerja tidak dapat mendengarkan intruksi atau peringatan bahaya. Pusat Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 2010. 6. Fisiologi Pendengaran Telinga dibagi dalam tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan kanal telinga, batas telinga luar yaitu dari daun telinga sampai dengan membrana tympani. Telinga tengah, batas telinga tengah mulai dari membrana tympani sampai dengan tuba eustachii. Terdiri dari 3 buah tulang kecil yaitu os malleulus, os incus, dan os stapes. Telinga dalam, berada di belakang tulang tengkorak kepala terdiri dari kokhlea dan oval window J. F. Gabriel, 1995 dalam Cholidah, 2006. a. Telinga Bagian Luar Telinga luar terdiri atas aurikel atau pinna dan meatus auditorius externa yang menjorok ke dalam menjauhi pinna. Serta menghantarkan getaran suara menuju membrana tympani. Liang telinga berukuran panjang sekitar 2,5 cm. Sepertiga luarnya adalah tulang rawan sementara, dua pertiga dalamnya adalah berupa tulang. Bagian tulang rawan tidak lurus serta bergerak ke arah atas dan belakang. Liang ini dapat diluruskan dengan cara mengangkat daun telinga ke atas dan ke belakang. Aurikel berbentuk tidak teratur serta terdiri dari tulang rawan dan jaringan fibrus, kecuali pada ujung paling commit to user 23 bawah, yaitu cuping telinga yang terutama terdiri dari lemak Evelyn C. Pearce, 2002 dalam Cholidah, 2006. Daun telinga berfungsi sebagai pengumpul energi bunyi dan dikonsentrasikan pada membrana tympani, dan hanya menangkap 6-8 dB. Pada kanalis telinga terdapat malam wax yang berfungsi sebagai peningkatan kepekaan terhadap frekuensi suara 3.000-4.000 Hz. Membrana tympani tebalnya 0,1 mm, luas 65 mm2, mengalami vibrasi dan diteruskan ke telinga bagian tengah yaitu pada tulang telinga incus, malleulus, dan stapes. Nilai ambang pendengar terendah yang dapat didengar ~ 20 Hz dan pada 160 dB membrana tympani mengalami rupture atau pecah J. F. Gabriel, 1995 dalam Cholidah, 2006. b. Telinga Bagian Tengah Telinga bagian tengah terdiri dari 3 tulang yaitu malleulus, incus, dan stapes. Suara yang masuk itu 99,9 mengalami refleksi dan hanya 0,1 saja yang ditransmisi atau diteruskan. Pada frekuensi 400 Hz membran tympani EHUVLIDW ³SHU´ VHGDQJNDQ SDGD IUHNXHQVL 4000 Hz membran tympani akan menegang. Telinga bagian tengah ini memegang peranan proteksi. Hal ini dimungkinkan oleh karena adanya tuba eustachii yang mengatur tekanan di dalam telinga bagian tengah, dimana tuba eustachii mempunyai hubungan langsung dengan mulut J. F. Gabriel, 1995 dalam Cholidah, 2006. commit to user 24 Tuba eustakhius bergerak ke depan dari rongga telinga tengah menuju naso farinx, lantas terbuka. Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga dapat diatur seimbang melalui meatus auditorius externa serta melalui tuba eustakhius faringo timpanik. Celah tuba eustakhius akan tertutup jika dalam keadaan biasa, dan akan terbuka setiap kali kita menelan. Dengan demikian tekanan udara dalam ruang timpani dipertahankan tetap seimbang dengan tekanan udara dalam atmosfer, sehingga cedera atau ketulian akibat tidak seimbangnya tekanan udara, dapat dihindarkan. Adanya hubungan dengan nasofarinx ini, memungkinkan infeksi pada hidung atau tenggorokan dapat menjalar masuk ke dalam rongga telinga tengah J. F. Gabriel, 1995 dalam Cholidah, 2006. Tulang-tulang pendengaran adalah tiga tulang kecil yang tersusun pada rongga telinga tengah seperti rantai yang bersambung dari membrana tympani sampai rongga telinga bagian dalam. Tulang sebelah luar adalah malleus, berbentuk seperti martil dengan gagang yang terikat pada membrana tympani, sementara kepalanya menjulur ke dalam ruang tympani. Tulang yang berada di tengah adalah incus atau landasan, sisi luarnya bersendi dengan malleus sementara sisi dalamnya bersendi dengan sisi dalam sebuah tulang kecil, yaitu stapes. Stapes atau tulang sanggurdi yang dikaitkan pada inkus dengan ujungnya yang lebih kecil, sementara dasarnya yang bulat panjang terikat pada membran yang menutup fenestra vestibuli, atau tingkap commit to user 25 jorong. Rangkaian tulang-tulang ini berfungsi untuk mengalirkan getaran suara dari gendang telinga menuju rongga telinga dalam, menghubungkan gendang telinga dengan tingkap jorong Evelyn C. Pearce, 2002 dalam Cholidah, 2006. Saluran setengah lingkaran berjumlah 3 superior, posterior, lateral berfungsi mengendalikan keseimbangan tubuh. c. Telinga Bagian Dalam Rongga telinga dalam terdiri dari berbagai rongga yang menyerupai saluran-saluran dalam tulang temporalis. Rongga-rongga itu disebut labirin tulang, dan dilapisi membran sehingga membentuk labirin membranosa. Saluran-saluran bermembran ini mengandung cairan dan ujung-ujung akhir saraf pendengaran dan keseimbangan. Vestibula yang merupakan bagian tengah dan tempat bersambungnya bagian-bagian yang lain. Saluran setengah lingkaran bersambung dengan vestibula. Ada 3 jenis saluran-saluran itu, yaitu saluran superior, posterior, dan lateral. Saluran lateral letaknya horizontal, sementara ketiganya saling membuat sudut tegak lurus satu sama lain. Pada salah satu ujung setiap saluran terdapat penebalan yang disebut ampula gerakan cairan yang merangsang ujung-ujung akhir saraf khusus dan ampula yang menyebabkan kita sadar akan kedudukan kita. Bagian telinga dalam ini berfungsi untuk membantu serebelum dalam mengendalikan keseimbangan, serta kesadaran akan kedudukan kita. Kokhlea adalah sebuah tabung bentuk spiral yang commit to user 26 membelit dirinya laksana sebuah rumah siput. Belitan-belitan itu melingkari sebuah sumbu berbentuk kerucut yang memiliki bagian tengah dari tulang disebut modiulus. Dalam setiap belitan ini terdapat saluran membranosa yang mengandung ujung-ujung akhir saraf pendengaran. Cairan dalam labirin membranosa disebut endolimfe, cairan di luar labirin membranosa dan di dalam labirin tulang disebut perilimfe. Ada 2 tingkap dalam ruang melingkar ini : 1 Tingkap jorong fenestra vestibulifenestra ovalis ditutup oleh tulang stapes. 2 Tingkap bundar fenestra kokhleafenestra rotunda ditutup oleh membran. Kedua-duanya menghadap ke telinga dalam, adanya tingkap- tingkap ini dalam labirin tulang bertujuan agar getaran dapat dialihkan dari rongga telinga tengah, guna dilangsungkan dalam perilimfe. Getaran dalam perilimfe dialihkan menuju endolimfe, dengan demikian merangsang ujung-ujung akhir saraf pendengaran Evelyn C. Pearce, 2002 dalam Cholidah, 2006. Nervus auditorius saraf pendengaran terdiri dari 2 bagian salah satu dari padanya pengumpulan sensibilitas dari bagian vestibuler rongga telinga dalam yang mempunyai bagian dengan keseimbangan. Serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nucleus vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medulla oblongata, lantas kemudian bergerak terus menuju serebelum. Bagian kokhlearis pada commit to user 27 nervus auditorius adalah saraf pendengar yang sebenarnya. Serabut- serabut sarafnya mula-mula dipancarkan pada sebuah nukleus khusus yang berada tepat di belakang thalamus, kemudian dipancarkan lagi menuju pusat penerima akhir dalam korteks otak yang terletak pada bagian bawah lobus temporalis Evelyn C. Pearce, 2002 dalam Cholidah, 2006. 7. Nilai Ambang Batas Kebisingan Nilai Ambang Batas NAB adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam perhari dan 40 jam per minggu. Kebisingan terhadap manusia dibatasi dengan NAB yaitu 0 dB untuk threshold of hearing anak bayi, 120 dB untuk threshold of discomfort mulai tidak enak didengar, serta 130-140 dB adalah threshold of pain telinga mulai terasa sakit Ir. Fatur Yani, 1998. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51 tahun 1999 tentang NAB untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk bekerja secara terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam per minggunya. Waktu pemaparan kebisingan maksimum dalam bekerja adalah sebagai berikut : commit to user 28 Tabel 3. NAB Pemaparan Kebisingan di Tempat Kerja Waktu Pemaparan Intensitas Kebisingan 8 Jam 4 Jam 2 Jam 1 Jam 30 Menit 15 Menit 7,5 Menit 3,75 Menit 1,88 Menit 0,94 Menit 28,12 Detik 14,06 Detik 7,03 Detik 3,52 Detik 1,76 Detik 0,88 Detik 0,44 Detik 0,23 Detik 0,11 Detik 85 88 91 94 97 100 103 106 109 112 115 118 121 124 127 130 133 136 139 Sumber : Depnakertrans RI SNI No. 16-7063-2004 tentang NAB iklim kerja panas, kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja. NAB adalah standar faktor bahaya di tempat kerja sebagai pedoman pengendalian agar tenaga kerja masih dapat menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari- hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu yaitu sebesar 85 dB. Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan Kepmen LH No. 48, 1996. commit to user 29 Tabel 4. Baku Mutu Tingkat Kebisingan Peruntukan KaryawanLingkungan Kesehatan Tingkat Kebisingnan dB A a. Peruntukan kawasan 1. Perumahan dan pemukiman 2. Perdagangan dan jasa 3. Perkantoran dan perdagangan 4. Ruang terbuka hijau 5. Industri 6. Pemerintahan dan fasilitas umum 7. Rekreasi 8. Khusus: - Bandar udara - Stasiun Kereta api - Pelabuhan laut - Cagar budaya b. Lingkungan Kegiatan 1. Rumah sakit atau sejenisnya 2. Sekolah atau sejenisnya 3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55 70 65 50 70 60 70 60 70 55 55 55 Sumber: Kepmenlh No 48 Tahun 1996 8. Pengukuran Kebisingan 0HQXUXW 6XPD¶PXU PDNVXG GDUL SHQJXNXUDQ NHELVLQJDQ adalah : a. Memperoleh data tentang fekuensi dan intensitas di perusahaan atau di mana saja. b. Menggunakan data hasil pengukuran kebisingan untuk mengurangi intensitas kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulkan gangguan dalam rangka upaya konservasi pendengaran tenaga kerja, atau perlindungan masyarakat dari gangguan kebisingan atas ketenangan dalam kehidupan masyarakat atau tujuan lainnya. Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan Sound Level Meter. Untuk mengukur nilai ambang pendengaran commit to user 30 digunakan Audiometer. Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepat digunakan Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai ambang batas NAB intensitas bising adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari. Sound Level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakan meter penunjuk. Audiometer adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogram adalah chart hasil pemeriksaan audiometri. Nilai ambang pendengaran adalah suara yang paling lemah yang masih dapt didengar telinga Buchari, 2007. Pada pengukuran kebisingan ini GLJXQDNDQDODW³Sound Level Meter´ Alat tersebut dapat mengukur intensitas kebisingan antara 40-130 dBA pada frekuansi antara 20-20.000 Hz. Sebelum dilakukan pengukuran harus dilakukan contour map lokasi sumber suara dan sekitarnya. Selanjutnya SDGDZDNWXSHQJXNXUDQ³Sound Level Meter´GLSDVDQJpada ketinggian ± 140-150 meter atau setinggi telinga Tarwaka, 2004. 9. Pengaruh Kebisingan Pada Tenaga Kerja Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis, komunikasi, dan gangguan pendengaranketulian atau ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan auditori, commit to user 31 misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditori seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan, dan stress Buchari, 2007. Lebih rinci lagi dampak kebisingan terhadap kesehatan tenaga kerja adalah sebagai berikut Buchari, 2007 : a. Gangguan Fisiologis Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, basal metabolisme, retriksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat, dan gangguan sensoris. b. Gangguan Psikologis Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, emosi, dan lain-lain. Pemaparan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit psikosomatik antara lain; gastristik, penyakit jantung koroner, dan lain-lain. c. Gangguan Komunikasi Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja karena tidak mendengarkan teriakan atau isyarat tanda bahaya yang tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktivitas kerja. commit to user 32 d. Gangguan Keseimbangan Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing, mual, dan lain-lain. e. Gangguan Terhadap Pendengaran Ketulian Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan terhadap pendengaran adalah gangguan yang paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Buchari, 2007. Kerusakan pendengaran karena kebisingan sebenarnya adalah kerusakan pada indera pendengaran dengan risiko penurunan daya dengar yang akhirnya dapat menjadi tuli menetap yang tidak dapat disembuhkan. Oleh karena itu, menghindari kebisingan yang berlebihan adalah satu- satunya cara yang tepat untuk mencegah kerusakan pendengaran. Namun dalam suatu proses produksi hal ini tidak dapat dilaksanakan Cholidah, 2006. 0HQXUXW 6XPD¶PXU 1996 mula-mula efek kebisingan pada pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara cepat sesudah dihentikan kerja di tempat bising. Tetapi kerja terus menerus di tempat bising berakibat kehilangan daya dengar yang menetap dan tidak bisa pulih kembali. Biasanya di mulai pada frekuensi-frekuensi sekitar 4000 Hz dan kemudian menghebat dan meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi-frekuensi yang digunakan untuk percakapan. commit to user 33 Kehilangan pendengaran dapat bersifat sementara atau permanen. Pergeseran ambang sementara yang diinduksi bising NITTS, Noise Induced Temporary Treshold Shift, atau kelelahan pendengaran adalah kehilangan tajam pendengaran sementara setelah paparan yang relatif singkat terhadap bising yang berlebihan, pendengaran pulih cukup cepat setelah bising dihentikan. Pergeseran ambang permanen yang diinduksi bising NIPTS, Noise Induced Permanent Treshold Shift adalah kehilangan pendengaran irreversible yang disebabkan paparan jangka lama terhadap bising. Pergeseran ambang yang diinduksi bising adalah kuantitas kehilangan pendengaran yang dapat dikaitkan dengan bising saja setelah dikurangi nilai-nilai untuk presbiakusis. Gangguan pendengaran umumnya mengacu pada tingkat pendengaran dimana individu tersebut mengalami kesulitan untuk melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan Joko Suyono, 1995 dalam Cholidah, 2006. Seseorang yang terpapar kebisingan secara terus menerus dapat menyebabkan dirinya menderita ketulian. Ketulian akibat kebisingan yang ditimbulkan akibat pemaparan terus manerus tersebut dapat dibagi menjadi dua : a. Temporary deafness, yaitu kehilangan pendengaran sementara. b. Permanent deafness, yaitu kehilangan pendengaran secara permanen atau disebut ketulian saraf, yang harus dapat dikompensasi oleh commit to user 34 jamsostek atas rekomendasi dari dokter pemeriksa kesehatan Emil Salim, 2002 dalam Cholidah, 2006. 10. Pengendalian Kebisingan 0HQXUXW 6XPD¶PXU 1996 dalam bukunya yang berjudul Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja dikemukakan mengenai cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengendalian kebisingan antara lain dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Mengurangi intensitas kebisingan pada sumbernya. b. Mengisolasi sumber kebisingan yang ada agar tidak meluas lebih jauh. c. Melakukan upaya-upaya pengendalian lainnya seperti : Engineering Control dan Administratif Control. Dalam Cholidah, 2006, pengendalian kebisingan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Pengendalian Pada Sumber Pengendalian kebisingan pada sumber mencakup : 1 Perlindungan pada peralatan, struktur, dan pekerja dari dampak bising. 2 Pembatasan tingkat bising yang boleh dipancarkan sumber. Dwi P. Sasongko, 2000. b. Pengendalian Pada Media Rambatan Pengendalian pada lintasan media rambatan adalah pengendalian diantara sumber dan penerima kebisingan. Prinsip pengendaliannya adalah dengan melemahkan intensitas kebisingan yang merambat dari commit to user 35 sumber ke penerima dengan cara membuat hambatan-hambatan. Ada 2 cara pengendalian kebisingan pada lintasan yaitu out door noise control dan indoor noise control. 1 Outdoor Noise Control Pengendalian kebisingan di luar sumber suara adalah mengusahakan menghambat rambatan suara di luar ruangan sedemikian rupa sehingga intensitas suaranya menjadi lemah Dwi P. Sasongko, 2000. 2 Indoor Noise Control Pengendalian di dalam ruang sumber suara adalah usaha menghambat rambatan suara atau kebisingan di dalam ruangan atau gedung sehingga intensitas suara menjadi lemah Dwi P. Sasongko, 2000. c. Pengendalian Kebisingan Pada Manusia Pengendalian kebisingan pada manusia dilakukan untuk mereduksi tingkat kebisingan yang diterima harian, sering disebut dengan personal hearing protection. Pengendalian ini ditujukan pada pekerja pabrik atau mereka yang bertempat tinggal didekat jalan raya yang ramai. Karena daerah utama kerusakan akibat kebisingan pada manusia adalah pendengaran telinga bagian dalam, maka metode pengendaliannya dengan memanfaatkan alat bantu yang bisa mereduksi tingkat kebisingan yang masuk ke telinga bagian luar dan bagian tengah, sebelum masuk ke telinga bagian dalam. Cara yang commit to user 36 biasa digunakan untuk pengendalian kebisingan pada penerima adalah : 1 Pengendalian Secara Teknis a Mengubah cara kerja, dari yang menimbulkan bising menjadi berkurang suara yang menimbulkan bisingnya. b Menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suara. c Mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan. d Substitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising. e Menggunakan fondasi mesin yang baik agar tidak ada sambungan yang goyang, dan mengganti bagian-bagian logam dengan karet. f Modifikasi mesin atau proses. g Merawat mesin dan alat secara teratur dan periodik sehingga dapat mengurangi suara bising. A. M. Sugeng Budiono, 2003. 2 Pengendalian Secara Administratif Yaitu berupa kriteria atau tingkat baku kebisingan untuk tindakan pencegahan yang menetapkan tingkat kebisingan maksimal yang diperbolehkan dan lamanya kebisingan yang boleh diterima dalam kaitannya dengan perlindungan pendengaran. Pengendalian secara administratif mempunyai tujuan untuk mengendalikan tingkat dan lama kebisingan yang diterima oleh commit to user 37 pekerja dengan mengatur pola kerja sesuai lingkungannya Dwi P. Sasongko, 2000. Pengendalian secara administratif yaitu : a Pengadaan ruang kontrol pada bagian tertentu misalnya bagian diesel. Tenaga kerja di bagian tersebut hanya melihat dari ruang berkaca yang kedap suara dan sesekali memasuki ruang berbising tinggi, dalam waktu yang telah ditentukan, serta menggunakan APD ear muff. b Pengaturan jam kerja, disesuaikan dengan NAB yang ada. Cara ini dilakukan untuk mengurangi waktu pemajanan dan tingkat kebisingan, sehingga suara yang diterima organ pendengaran pekerja, masih dalam batas aman A. M. Sugeng Budiono, 2003. 3 Pengendalian Secara Medis Pemeriksaan Audiometri sebaiknya dilakukan pada saat awal masuk kerja, secara periodik, secara khusus, dan pada akhir masa kerja. Menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional 1987 adalah sebagai berikut : a Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja 1 Riwayat penyakit 2 Pemeriksaan klinis secara umum. commit to user 38 3 Pemeriksaan klinis terhadap telinga. 4 Tes audiometri yang sederhana. b Pemeriksaan Berkala 1 Riwayat penyakit secara pendek. 2 Pemeriksaan klinis terhadap telinga. 3 Tes audiometri yang sederhana. c Pemeriksaan Khusus 1 Riwayat penyakit 2 Pemeriksaan klinis secara umum. 3 Pemeriksaan klinis yang menyeluruh terhadap telinga, hidung, dan tenggorokan. 4 Tes audiometri yang kompleks. Tes audiometri yang sederhana merupakan tes terhadap suara mesin dengan hantaran udara yang dilakukan secara terpisah untuk masing-masing telinga terhadap beberapa frekuensi tertentu 500, 1000, 2000, 4000, dan 6000 Hz. Tes audiometri yang kompleks dilakukan dalam ruangan kedap suara dan masing-masing telinga terpisah terhadap beberapa frekuensi 250, 500, 1000, 2000, 3000, 4000, 6000, dan 8000 Hz dan sebelumnya orang yang akan diperiksa diisolir dalam ruang hampa suara selama 12 jam atau lebih baik 16 jam. commit to user 39 4 Penggunaan Alat Pelindung Diri Teknik ini merupakan langkah terakhir apabila seluruh teknik pengendalian di atas belum mungkin untuk dilaksanakan. Jenis pengendalian ini dapat dilakukan dengan penggunaan alat pelindung telinga tutup atau sumbat telinga. a Sumbat telinga earplug, dapat mengurangi kebisingan 8-30 dB. Biasanya digunakan untuk proteksi sampai dengan 100 dB. Beberapa tipe dari sumbat telinga antara lain Formable type, Costum-molded type, Premolded type. b Tutup telinga earmuff, dapat menurunkan kebisingan 25-40 dB. Digunakan untuk proteksi sampai dengan 110 dB. c Helm Helmet, mengurangi kebisingan sampai antara 40-50 dB. Buchari, 2007. commit to user 40

B. Kerangka Pemikiran