BAB V KESIMPULAN DAN HASIL 5.1. Kesimpulan
62 5.2. Saran
62
DAFTAR PUSTAKA 63
DAFTAR TABEL
Tabel .2.1. Sintak Implementasi Pembelajaran Realistik 28
Tabel .3.1 Rancangan Penelitian 42
Tabel .3.2 Kisi – Kisi Kemampuan Penalaran 45
Tabel .4.1. Data skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 51 Tabel .4.2. Data skor Pos–tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
52 Tabel .4.4. Deskripsi Data Ketuntasan Belajar Siswa
54
Tabel .4.5. Ringkasan Uji Normalitas Data dengan Liliefors 55
Tabel .4.6. Ringkasan Uji Homogenitas Data 56
Tabel .4.7 Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis 56
Tabel ,4.8 Ringkasan Besar Koefisien Determinasi 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Histogram hasil pemberian pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
52 Gambar 4.2. Histogram hasil pemberian postes pada kelas
eksperimen dan kelas control 53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Validitas Tes 67
Lampiran 2. Perhitungan Tingkat kesukara 70
Lampiran 3 Data Pre-tes dan Pos-tes untuk Data Kelas Eksperimen 72
Lampiran 4. Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians Data Pretes Kelas Eksperimen
74 Lampiran 5. Perhitungan Rata-rata,Standar Deviasi dan Varians
Data Pos-tes Eksperimen 75
Lampiran 6. Data Pre –tes dan Pos Tes untuk Data Kelas Kontrol 76
Lampiran 7. Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians Data Pretes Kelas Kontrol
78 Lampiran 8. Perhitungan Rata-Rata, Standar Deviasi, dan Varians
Data Pos-tes Kelas Kontrol 79
Lampiran 9. Data hasil selisih pretes dan postes 80
Lampiran 10. Perhitungan rata-rata, standar deviasi Dan varians peningkatan selisih postes dan pretes Kelas eksperimen
dan kelas kontrol 83
Lampiran 11. Data Hasil Tingkat Penalaran Kelas Eksperimen 85
Lampiran 12. Data Hasil Tingkat Penalaran Kelas Kontrol 87
Lampiran 13. Data Hasil Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen 88
Lampiran 14. Data Hasil Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol 90
Lampiran 15. Perhitungan Uji Normalitas Normalitas Data Pre-tes dan Pos-tes pada Kelas Eksperimen
92 Lampiran 16. Uji Normalitas Data Pre-tes dan Pos-tes pada
Kelas Kontrol 95
Lampiran 17. Perhitungan Uji Homogenitas 97
Lampiran 18. Pengujian Uji Hipotesis 99
Lampiran 19. Rencan Pelaksanaan Pembelajaran I 100
Lampiran 20. Rencan Pelaksanaan Pembelajaran II 108
Lampiran 21. Rencan Pelaksanaan Pembelajaran III 121
Lampiran 22. Rencan Pelaksanaan Pembelajaran I 135
Lampiran 23. Rencan Pelaksanaan Pembelajaran II 146
Lampiran 24. Rencan Pelaksanaan Pembelajaran III 157
Lampiran 25. Lembar Kegitan Siswa I 158
Lampiran 26. Lembar Kegiatan Siswa II 163
Lampiran 27. Lembar Kegiatan Siswa III 170
Lampiran 28. Alternatif Penyelesaian Masalah dan Pedoman Penskoran PenyelesaianMasalah Lembar Aktivitas Siswa I
179 Lampiran 29. Alternatif Penyelesaian Masalah dan Pedoman Penskoran
PenyelesaianMasalah Lembar Aktivitas Siswa II 187
Lampiran 30. Alternatif Penyelesaian Masalah dan Pedoman Penskoran PenyelesaianMasalah Lembar Aktivitas Siswa III
194 Lampiran 31. Kisi Kisi Tes Kemampuan Penalaran Matematika
198 Lampiran 32. Pedoman penskoran Pretes
200 Lampiran 33. Kisi-Kisi Pretes
202 Lampiran 34. Soal Pretes
203 Lampiran 35. Kunci Jawaban Pretest
204 Lampiran 36. Kisi- Kisi Postes
207 Lampiran 37. Soal Postes
210 Lampiran 38. Kunci Jawaban Postest
212 Lampiran 39. Dokumentasi Penelitian
214
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan lanjutan serta suatu alat untuk
mengembangkan cara berpikir. Hal ini disebabkan matematika dapat melatih seseorang siswa berpikir logis, bertanggung jawab, memiliki kepribadian baik
dan keterampilan menyelesaiakan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan
gagasan dan bahasa melalui model matematika yang berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, dan tabel.
Pada umumnya orang menyadari bahwa matematika sering dipandang sebagai mata pelajaran yang kurang diminati, ditakuti, membosankan bagi siswa.
Hal ini dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa kurang memuaskan. Dalam proses pembelajaran matematika terdapat beberapa kelemahan siswa,
antara lain: a. Siswa kurang senang terhadap mata pelajaran matematika, b. Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru pada setiap proses pembelajaran, c. Siswa
tidak mempunyai kemauan dan minat pada pembelajaran matematika, d. Konsentrasi siswa kurang terfokus pada saat pembelajaran matematika, e.
Kurangnya kesadaran siswa dalam pembelajaran matematika. Matematika merupakan ilmu yang mempunyai ciri-ciri khusus, salah
satunya adalah penalaran dalam matematika yang bersifat deduktif aksiomatis atau pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran yang bersifat umum-
khusus tampa memerlukan pembuktian yang berkenaan dengan ide-ide,konsep- konsep, dan simbol-simbol yang abstrak serta tersusun secara hierarkis.
Matematika bersifat deduktif artinya matematika sebagai sarana untuk berpikir secara deduktif. Untuk itu pengajaran matematika memerlukan cara pengajaran
yang dapat mengembangkan penalaran siswa. Melalui cara pengajaran yang dapat mengembangkan penalaran siswa ini diharapkan dapat menciptakan siswa sebagai
penerus bangsa yang dapat menguasai matematika dengan baik dan akhirnya nanti mereka dapat menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu tujuan umum pendidikan matematika adalah menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi dalam membuat generalisasi
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Penalaran dijelaskan sebagai proses pencapaian kesimpulan logis berdasarkan fakta dan sumber yang
relevan. Salah satu manfaat penalaran dalam pembelajaran matematika adalah membantu siswa meningkatkan kemampuan dari yang hanya sekedar mengingat
fakta, aturan, dan prosedur kepada kemampuan pemahaman. Berdasarkan hal tersebut maka penalaran merupakan kemampuan yang
sangat penting dalam belajar matematika. Baroody Prabawa, 2009:21
mengungkapkan bahwa
terdapat beberapa
keuntungan apabila
siswa diperkenalkan dengan penalaran, karena dapat secara langsung meningkatkan
hasil belajar siswa. Keuntungan tersebut adalah jika siswa diberi kesempatan untuk menggunakan keterampilan bernalarnya dalam melakukan pendugaan-
pendugaan atas dasar pengalamannya sendiri sehingga siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep materi yang dijarkan.
Siswa yang mempunyai kemampuan penalaran tinggi antara lain tampak dari kemampuan berpikir secara logis, baik yang bersifat deduktif maupun
induktif. Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan dari umum-khusus. Sedangkan penalaran induktif adalah proses berpikir yang dilakukan untuk
menarik kesimpulan dari khusus-umum. Misalnya dalam menyelesaikan soal-soal matematika siswa mampu mengemukakan konsep-konsep yang mendasari
penyelesaian soal. Selain itu, siswa mampu berpikir analitik yaitu, suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu. Siswa mampu membuktikan suatu
teorema tertentu serta mampu menarik suatu kesimpulan berdasarkan langkah- langkah yang benar, misalnya dengan induksi matematik. Siswa yang mempunyai
kemampuan penalaran tinggi juga mampu menghubungkan benda nyata, gambar maupun soal-soal cerita ke dalam ide matematika dan menjelaskan ide
matematika baik dengan lisan maupun tulisan.