Profil Keluarga Dampingan GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN
2
Tegal, Banjar Dinas Belimbing Anyar, Banjar Dinas Belantibah, Banjar Dinas Belimbing Desa, Banjar Dinas Durentaluh, Banjar Dinas Suradadi
,
Banjar Dinas Beniti.
Pada KKN PPM periode XIII ini, penulis mendapat kesempatan untuk mendampingi salah satu keluarga yang bertempat tinggal di Banjar Dinas
Suradadi yaitu Keluarga Bapak I Wayan Suantara yang tergolong sebagai keluarga sederhana, melalui arahan dari Bapak Kepala Desa Belimbing, I Made
Adi Suyana, SH beserta Bapak Kelian Dinas Suradadi , I Made Suriasa. Berikut adalah data dari keluarga Bapak I Wayan Suantara.
Data keluarga I Wayan Suantara dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No. Nama
Status Umur
Pendidikan Pekerjaan
Keterangan
1 I Wayan
Suantara Menikah
49 SLTPSederajat
Petani Pekebun Kepala Keluarga
2 Ni Made
Wintiani Menikah
41 SLTPSederajat
Petani Pekebun Istri
3 Luh Putu
Intan Sari Dewi
Belum Menikah
22 SLTASederajat PelajarMahasiswa
Anak Pertama
4 Ni Kadek
Berliana Gangga
Dewi Belum
Menikah 14
Belum Tamat SDSederajat
PelajarMahasiswa Anak Kedua
5 I Made
Ragia Menikah
75 Tamat SD
PetaniPekebun Orang Tua
6 Ni Nengah
Gonderi Menikah
66 Tamat SD
PetaniPekebun Orang Tua
7 I Ketut
Narsa Belum
Menikah 68
Tamat SD PetaniSekebun
Family Lain
Bapak I Wayan Suantara dan istrinya , Ibu Made Wintiani berprofesi sebagai petanipekebun. Ketika musim panen di sawah telah usai, maka mereka
3
disibukkan dengan kegiatan berkebun di ladang dan berjualan di warungannya sendiri. Namun selain menjadi petani atau pekebun, Bapak Wayan Suantara
terkadang membantu istrinya Made Wintiani untuk berjualan di warungnya sendiri.
Bapak Wayan Suantara dan Ibu Made Wintiani dikaruniai dua orang anak yaitu Ni Luh Putu Intan Sari Dewi dan Ni Kadek Berliana Gangga Dewi. Anak
pertama mereka, Ni Luh Putu Intan Sari Dewi menempuh pendidikan hingga tingkat D1 Pariwisata dan kini telah bekerja di Denpasar, dan pulang setiap 2
minggu sekali tergantung kesibukan. Sementara itu, anak kedua mereka, Ni Kadek Berliana Gangga Dewi saat ini berada di kelas 3 SMP dan bersekolah di
SMPN 2 Pupuan. Mereka tinggal di areal lahan seluas kurang lebih 5 are. Rumah Bapak
Wayan Suantara berkondisikan tembok permanen dengan 1 kamar tidur , 1 ruang tamu dan diseberangnya terdapat dapur dan kamar mandi. Tetapi 1 area rumah
keluarga terdapat banyak kartu keluarga. Kondisi lahan di sekitar rumah Bapak Wayan Suantara tergolong sempit
karena banyaknya Kepala Keluarga yang tinggal disana. Bapak Wayan Suantara dan Ibu Made Wintiani adalah petani padi, kopi, dan mempunyai warung. Untuk
pekerjaan ladang dan sawah misalnya pada saat panen padi dan kopi bapak dan ibu memperkerjakan buruh. Bapak Wayan Suantara dan Made Wantiani
mempunyai lahan sawah sebesar 50 are, setiap panen padi 6 bulan sekali dan menghasilkan 1 kuwintal padi, hasil panen tersebut di jual mentah harga nya
sebesar Rp 4.000 perkg sehingga persatu kali panen bapak menghasilkan uang sebesar Rp 400.000. Kemudian untuk ladang kopi bapak wayan dan ibu made
memiliki luas sebesar 50 are dan setiap panen kopi 1 tahun sekali, setiap panennya bapak dan ibu mendapatkan 1 kuwintal kopi dengan pendapatan bersih sebesar Rp
500.000 setiap 1 tahun sekali. Dalam kesehariannya, Bapak Wayan Suantara dan Ibu Made Wintiani pergi
ke warung mulai pukul 08.00 wita dan pulang ke rumah sekitar pukul 21.00 wita. Sesampainya di rumah, Ibu Made Wintiani membersihkan rumah dan kemudian
beristirahat. Tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan karena mereka kelelahan
4
setelah pulang dari berjualan. Di rumah Bapak Wayan sudah terdapat listrik dan air yang mencukupi. Keadaan kamar tidur layak, namun keadaan dapur mereka
belum cukup layak dan memadai.
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan 1.2.1 Pendapatan Keluarga
Bicara masalah pendapatan, karena Bapak I Wayan Suantara sudah dapat digolongkan pekerja serabutan, Namun untuk menghidupi keluarga pendapatan
keluarga tersebut berasal dari Ni Made Wintiani selaku istri dan Luh Putu Intan Sari Dewi selaku anak pertama nya yang membantu keluarga untuk menghidupi
kebutuhan sehari-hari. Tanah yang mereka kelolapun diladang ataupun disawah adalah milik keluarga. Sedangkan di dekat rumah nya beliau juga mempunyai
warung. Selayaknya petani pada umumnya maka penghasilan mereka tidak tetap tiap bulannya. Pada masa panen raya padi dapat diperoleh sebanyak 1 kuwintal
setiap 6 bulan sekali, padi yang baru di panen dijual seharga Rp 4.000perkg sehingga dalam 1 kuwintal menghasilkan pendapatan sebesar Rp 400.000 setiap 6
bulan, sedangkan kopi diperoleh sebanyak 1 kuwintal setiap 1 tahun sekali, dengan pendapatan bersih sebanyak Rp 500.000 setiap 1 tahun, Dan warung
bapak wayan dan ibu made menghasilkan Rp 500.000 perbulannya.