Asumsi Kesimpulan Studi Deskriptif Mengenai Resiliency-Building Factor Lingkungan Sekolah Pada Siswa SMP "X" di Kota Bandung.

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

1.6 Asumsi

1. Resiliency-building factor lingkungan sekolah yang tinggi dapat dihayati siswa SMP ”X” di Kota Bandung sebagai lingkungan yang mendukung pengembangan resiliensi mereka. SISWA SMP “X” di Kota Bandung - Increase Prosocial Bonding - Set Clear, Consistent Boundaries - Teach “Life Skills” - Provide Caring and Support - Set Communicate High Expectations - Provide Opportunities for Meaningful Participation Adversity Faktor-faktor yang menghambat Resiliency-Building Factor Lingkungan Sekolah pada siswa: - Keterbatasan waktu. - Kontroversi antara peran sekolah dalam hidup siswa. - Ukuran sekolah yang besar. - Tidak adanya strategi mengajar yang membangun resiliensi. Resiliency-Building Factor Lingkungan Sekolah Tinggi Rendah Resiliensi 2. Resiliency-Building Factor Lingkungan Sekolah dapat dilihat berdasarkan 6 aspek, yaitu increase bonding, set clear and consistent boundaries, teach life skills, provide caring and support, set and communicate high expectation, dan provide opportunities for meaningful participation. 3. Faktor-faktor seperti keterbatasan waktu, kontroversi antara peran sekolah dalam hidup siswa, ukuran sekolah yang besar, dan tidak adanya strategi mengajar yang membangun resiliensi, dapat menghambat Resiliency- Building Factor Lingkungan Sekolah di SMP “X” di Kota Bandung. 81 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Resiliency-Building Factor lingkungan sekolah pada siswa SMP yang diberikan kepada 208 siswa SMP ”X” di Kota Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Sebagian besar siswa SMP “X” menghayati upaya sekolah yang tinggi dalam menerapkan Resiliency-Building Factor lingkungan sekolah. 2. Dari keenam aspek Resiliency-Building Factor lingkungan sekolah, siswa menghayati upaya sekolah yang paling tinggi pada aspek Set Communicate High Expectations dan aspek Provide Opportunities for Meaningful Participation. 3. Aspek Set Clear and Consistent Boundaries dihayati siswa sebagai upaya sekolah yang paling rendah dari keenam aspek Resiliency-Building Factor lingkungan sekolah. 4. Keempat faktor penghambat Resiliency-Building Factor lingkungan sekolah tidak menunjukkan keterkaitan dengan upaya sekolah dalam menerapkan Resiliency-Building Factor lingkungan sekolah.

5.2 Saran