Pelaksanaan Musrenbang Dalam Bidang Sosial Dan Budaya Di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta

(1)

1

1.1 Latar Belakang Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Musyawarah merupakan titik pusat interaksi antara perencanaan dan perumusan, musyawarah berawal dari Kultur lisan, kemampuan menulis tangan, sampai dengan pemanfaatan komputer. Alat-alat komunikasi tersebut, ditunjang dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten, baik dalam hal pembuatan program maupun pengaplikasian program tersebut.

Musyawarah dapat memelihara dan menggerakkan dinamika kehidupan dan peradaban umat manusia. Pikiran dan perasaan adalah bentuk dari komunikasi seseorang atau banyak orang. Musyawarah juga dapat mengubah insting menjadi inspirasi dan tempat menyimpan ide bersama, memperkuat perasaan kebersamaan, serta mengubah pikiran menjadi perbuatan.

Musyawarah mencakup berbagai aspek dan unsur-unsur interaksi individu. Hal ini, dapat dijelaskan bahwa abstraksi historis komunikasi memberikan suatu perspektif bahwa pengekangan proses Musyawarah tercermin dari sikap perilaku penguasa, yaitu pemerintah. Pemerintah merupakan pranata yang mengatur aktivitas masyarakat. pranata tersebut terdiri dari lembaga-lembaga pemerintah negara atau daerah, dan untuk


(2)

melaksanakan aktivitas tersebut pada intinya dilakukan oleh pejabat dan pegawai pemerintah.

Pemerintahan memiliki hierarkhi wewenang dan garis panduan formal dan informal yang harus dipatuhi oleh pegawai-pegawainya. Hal ini, karena musyawarah menjalankan fungsinya sebagai kontrol yang bertujuan untuk perumusan atau perencanaan. Munculnya musrenbang untuk arah pembangunan pemerintah yang memiliki karakteristik sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya sebagai pengayom masyarakat sekaligus sebagai motivator, mediator, dan fasilitator pelaksanaan otonomi daerah.

Musrenbang memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan, kebutuhan nyata, dan aspirasi masyarakat yang tumbuh berkembang di Kabupaten Purwakarta. Pemerintah daerah kabupaten/kota memerlukan ketersediaan informasi mengenai data-data yang berhubungan dengan kualifikasi dan potensi daerah secara tepat dan akurat. Informasi yang tersedia harus diikuti dengan kemampuan aparatur pemerintah.

Pelaksanaan Musrenbang secara arif dan bijaksana untuk berbagai kepentingan pembangunan. Selain itu, berguna untuk memberikan manfaat dan memecahkan masalah-masalah lokal spesifik yang sedang dihadapi. Pemetaan secara akurat dari setiap informasi dapat memberikan jalan keluar terbaik dari setiap persoalan yang ada


(3)

melalui penerapan yang sesuai dalam mekanisme perencanaan pembangunan.

Pemerintah Daerah diharapkan segera melaksanakan proses pembangunan yang khususnya di Bidang Sosial dan Budaya Kabupaten Purwakarta, Pemanfaatan dapat dioptimalisasikan dengan kemajuan pembangunan di berbagai bidang untuk mengeliminasi sekat-sekat organisasi birokrasi, serta membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja. Hal ini, memungkinkan instansi-instansi pemerintah bekerja secara terpadu untuk mencukupi kepentingan pembangunan yang disediakan oleh pemerintah.

Sejalan dengan itu pengembangan sumber daya manusia di bidang kebudayaan perlu mempunyai pemahaman yang sama dalam melaksanakan pembangunan kebudayaan. Selanjutnya disadari bahwa Indonesia memiliki banyak peninggalan sejarah, purbakala dan kesenian yang sangat berharga, sehingga pengelolaan aset budaya ini tidak saja penting untuk dapat dimanfaatkan sebagai aset yang dapat menghasilkan devisa (sebagai aset wisata) namun juga merupakan aset yang dapat menjadi wahana untuk mempelajari peradaban manusia di dunia. Berkaitan dengan hal itu, disadari bahwa aset budaya tersebut juga banyak yang belum dilindungi oleh property rights yang di era modern ini sudah menjadi norma yang berlaku di dunia. Pengakuan atas hak kepemilikan ini menjadi penting karena perkembangan budaya dan pergaulan dunia yang mengarah ke proses global membutuhkan


(4)

kejelasan atas pemanfaatan segala aset budaya berkaitan dengan kepemilikan, pengumpulan, dan imbalan pemanfaatannya. Kepemilikan aset budaya yang unik dan hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia perlu ditata dan diproses juga agar tidak menjadi masalah di kemudian hari.

Salah satu melihat permasalahan pembangunan sosial dan budaya adalah masih rendahnya kedudukan dan peranan perempuan di sebagian besar bidang kehidupan dan pembangunan yang mengakibatkan ketimpangan gender. Ketimpangan gender ini diperburuk dengan masih banyaknya kebijakan dan program pembangunan, serta hukum dan peraturan perundang-undangan yang belum tanggapan, sehingga perempuan yang paling banyak menanggung berbagai bentuk ketidaksetaraan dan ketidakadilan, seperti tingginya angka buta huruf dan kematian ibu melahirkan, lemahnya sistem perlindungan tenaga kerja terutama tenaga kerja perempuan yang bekerja di luar negeri dan di sektor informal, serta tindak kekerasan dan perdagangan perempuan dan anak.

Dalam rangka mengatasi permasalahan pembangunan seperti tersebut di atas, berbagai upaya pembangunan bidang sosial dan budaya yang akan dilaksanakan pada tahun 2010 meliputi: pembangunan kesehatan dan kesejahteraan sosial, termasuk kependudukan, pemberdayaan keluarga dan keluarga berencana; kebudayaan dan kesenian; kedudukan dan peranan perempuan.


(5)

Perencanaan memegang peranan yang cukup penting dalam pelaksanaan pembangunan. Penetapan perencanaan yang partisipatif, terintegrasi, menyeluruh dan akuntabel diyakini mampu menghasilkan output pembangunan yang optimal. Perencanaan memiliki arti yang sangat luas serta dimensi yang saling melengkapi satu sama lain. Dalam konteks akademis, terutama dalam prinsip-prinsip manajemen pada umumnya menempatkan perencanaan pada tahapan awal dari proses manajerial suatu organisasi. Pentingnya perencanaan dan peran yang dimainkannya di dalam keseluruhan proses manajerial, menempatkan perencanaan sebagai faktor penentu keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan pembangunan.

Penyelenggaraan Urusan Perencanaan Pembangunan (PUPP) pada tahun 2007 diarahkan guna mewujudkan terciptanya dokumen perencanaan yang disusun secara partisipatif dan demokratis, melalui pelibatan berbagai stakeholders pembangunan daerah serta koordinasi perencanaan dan pengendalian pembangunan. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Purwakarta, sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mempunyai tugas pokok dan fungsi menyelenggarakan perencanaan pembangunan di daerah, pada tahun 2007 telah menghasilkan beberapa dokumen dan pelaksanaan perencanaan pembangunan.

Guna lebih menyelaraskan rencana pembangunan tahunan daerah serta dalam rangka eksplorasi aspirasi masyarakat, pada awal Januari


(6)

sampai dengan Maret Tahun 2007 telah dilaksanakan Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan), yang meliputi kegiatan: Musrenbang Tingkat Desa dan Kelurahan, Musrenbang Tingkat Kecamatan, Forum SKPD dan Musrenbang Tingkat Kabupaten. Output dari pelaksanaan Musrenbang Tahun 2007 berupa Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Purwakarta Tahun 2008.

Aspek akuntabilitas pembangunan, pada tahun 2007 telah dilaksanakan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2006 dan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Purwakarta Tahun 2006. Melihat dari dokumen tersebut merupakan report pertanggungjawaban pengelolaan pembangunan serta perkembangan kinerja pembangunan selama tahun anggaran 2006.

Masalah pembangunan Bidang Sosial di Kabupaten Puwakarta, lebih banyak didominasi oleh lamanya proses rekapitulasi data dan sering membuat data tidak dapat dipergunakan sesegera mungkin untuk berbagai keperluan. Kendala di atas juga dialami oleh Kabupaten Purwakarta dalam Bappeda. Berdasarkan permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan Musrenbang pemerintahan melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) di Kabupaten Purwakarta tersebut, maka penulis mengambil judul Laporan Kuliah Kerja Lapangan “PELAKSANAAN MUSRENBANG DALAM BIDANG SOSIAL


(7)

DAN BUDAYA DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN PURWAKARTA”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka untuk mempermudah arah dan proses pembahasan, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara memecahkan masalah Musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta?

2. Bagaimana kendala yang ada dalam Musrenbang Terhadap Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta?

3. Bagaimana ancaman yang timbul dalam Musrenbang Terhadap Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta?

1.3 Maksud dan Tujuan Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Maksud Kuliah Kerja Lapangan ini adalah untuk mengetahui Pelaksanaan Musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) di Kabupaten Purwakarta Adapun tujuannya adalah:


(8)

1. Untuk mengetahui cara memecahkan masalah Sosial dan Budaya dalam Musrenbang di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta.

2. Untuk mengetahui kendala Musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta.

3. Untuk mengetahui ancaman yang timbul dalam Musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta.

1.4 Kegunaan Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Kegunaan Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini diantaranya: 1. Untuk Kepentingan Penulis

Mengembangkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah dengan praktek di lapangan mengenai pelaksanaan Musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) di Kabupaten Purwakarta.

2. Untuk Kepentingan Ilmu (Guna Ilmiah)

Penulisan ini berguna untuk mengembangkan wawasan dan pemahaman tentang Ilmu Pemerintahan Mengenai Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) di Kabupaten Purwakarta.


(9)

3. Untuk Kepentingan Praktis

Memberikan masukan kepada Pemerintah Kabupaten Purwakarta dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Purwakarta mengenai Pelaksanaan Musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) di Kabupaten Purwakarta.

1.5 Kerangka Pemikiran Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Pengungkapan teori ini dibuat sesuai dengan pedoman dalam menganalisa masalah yang diteliti. Menurut Solichin Abdul Wahab dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara mengemukakan pendapatnya mengenai Pelaksanaan atau implementasi sebagai berikut:

“Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat, kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada terciptanya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan”.( Wahab, 2001:65).

Berdasarkan pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang/berkepentingan baik pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mewujudkan cita-cita/tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi berkaitan dengan berbagai tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan/merealisasikan program yang telah disusun demi tercapainya tujuan dari program yang telah


(10)

direncanakan, karena pada dasarnya setiap rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau target yang hendak dicapai.

Musyawarah antarmanusia hanya dapat terjadi, apabila ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya musyawarah hanya dapat terjadi apabila didukung oleh adanya sumber pesan, media, penerima, dan efek. Cangara tahun 1998 dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi mengemukakan musyawarah adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran pikiran dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 1998:19).

Berdasarkan pengertian di atas, Cangara menspesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran pikiran atau pesan, di mana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses musyawarah. Musyawarah tidak akan berjalan apabila hanya dilakukan oleh satu orang, tetapi lebih efektifnya, dilakukan oleh dua orang atau lebih.

Proses musyawarah juga dilakukan oleh pemerintahan. Komunikasi pemerintahan menurut Erliana Hasan dalam bukunya Komunikasi Antar Pemerintahan, adalah:

“Penyampaian ide, program, dan gagasan pemerintah kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan negara. Dalam hal ini pemerintah dapat diasumsikan sebagai komunikator dan masyarakat sebagai komunikan, namun dalam suasana tertentu


(11)

bisa sebaliknya masyarakat berada pada posisi sebagai penyampai ide atau gagasan dan pemerintah berada pada posisi mencermati apa yang diinginkan masyarakat” (Hasan, 2004:95).

Dalam Kondisi tersebut, berarti pemerintah memiliki kewenangan sekaligus bertanggung jawab untuk mempertimbangkan, bahkan untuk merespon keinginan-keinginan tersebut sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku. Adapun unsur-unsur dalam proses pelaksanaan musyawarah menurut Solichin Abdul Wahab dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara,sebagai berikiut:

1. Pemecahan Masalah

Pemikiran secara ilmiah yang dapat menemukansolusition. 2. Menagatasi Kendala

Suatu kendala yang ada, tetapi bisa diatasi 3. Noise(ancaman)

Anacaman tak terencana yang terjadi dalam proses perencanaan akibat adanya pesan lain yang di terima.

(Wahab, 2001:68)

Pemecahan masalah yang menjadi pokok berlangsungnya suatu musyawarah, terutama dalam mengelola, mengendalikan jalannya musyawarah. Pemecahan masalah yang menjadi pokok berlangsungnya suatu musyawarah, terutama dalam mengelola, mengendalikan jalannya musyawarah. Untuk itu, para peserta musyawarah harus terampil berkomunikasi, dan juga mempunyai ide-ide yang menarik serta penuh daya kreativitasUntuk itu, para peserta musyawarah harus terampil berkomunikasi, dan juga mempunyai ide-ide yang menarik serta penuh daya kreativitas. Selain itu, musyawarah harus memiliki kepercayaan, daya tarik, dan kekuatan (Cangara, 1998:89).


(12)

Kendala terdiri dari dari berbagai aspek yang bersinggungan dengan apa yang menjadi bahasannya, suatu instansi pemerintahan memiliki kendala dalam menjalankan program pembangunan daerah yang telah di rencanakannya. Namun, perlu mensosialisasikan kembali program tersebut kepada para perencanana, karena para stakeholder yang ada dalam pelaksanaan Musrenbang yang lainnya masih terdapat ketidakmengertian dan perbedaan cara berepikir, Kemampuan manusia berpikir dalam mempertimbangkan apa yang menjadi kendala adalah cara berpikir yang normal. (Cangara, 1998:99).

Noise (ancaman). ancaman pelaksanaan musyawarah bisa terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur yang mendukungnya, cara mengatasi ancaman sangatlah penting bagi para peserta di Musrenbang hal-hal yang mengganggu perencanaan pembangunan harus bisa di atasi dengan seksama. Hal tersebut, disebabkan karena menjadi pokok bahasan yang utama yaitu mengatasi ancaman yang nampak pada pembangunantermasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Gangguan terjadi apabila terdapat intervensi yang mengganggu salah satu elemen pelaksanaan musyawarah, sehingga proses pelaksanaan musyawarah ini tidak dapat berlangsung secara efektif. Kemudian ada hambatan yang membuat proses pelaksanaan musyawarah tidak dapat berlangsung sebagaimana harapan pelaksanaan musyawarah dan penerima.


(13)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Purwakarta, sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mempunyai tugas pokok dan fungsi menyelenggarakan perencanaan pembangunan di daerah, pada tahun 2010 telah menghasilkan beberapa dokumen dan pelaksanaan perencanaan pembangunan. Guna lebih menyelaraskan rencana pembangunan tahunan daerah serta dalam rangka eksplorasi aspirasi masyarakat, pada awal Januari sampai dengan Maret 2010 telah dilaksanakan Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan), yang meliputi kegiatan: Musrenbang Tingkat Desa dan Kelurahan, Musrenbang Tingkat Kecamatan, Forum SKPD dan Musrenbang Tingkat Kabupaten. Output dari pelaksanaan Musrenbang Tahun 2010 berupa Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Purwakarta Tahun 2009.

Aspek akuntabilitas pembangunan, pada tahun 2010 telah dilaksanakan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2009 dan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Purwakarta Tahun 2009. Kedua dokumen tersebut merupakan report pertanggungjawaban pengelolaan pembangunan serta perkembangan kinerja pembangunan selama tahun anggaran 2009.

Penyelenggaraan pembangunan pada periode jangka panjang, pada tahun 2010 berhasil dilaksanakan Musrenbang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Purwakarta


(14)

Tahun 2005-2025, dengan peserta seluruh stakeholder pada semua jenjang dan tingkatan pembangunan di Purwakarta. Pelaksanaan Musrenbang RPJPD menghasilkan pointer-pointer aspirasi pembangunan jangka panjang, sebagai bahan masukan dan penyempurnaan naskah Raperda RPJPD.

Aspek penganggaran dan keuangan daerah, pada tahun 2008 telah dilaksanakan penyusunan Rancangan Nota Kesepakatan tentang KUA dan PPAS Perubahan, sebagai dokumen acuan penyusunan dan pembahasan RAPBD Perubahan Tahun Anggaran 2008. Guna menjaga kesesuaian penggunaan dan alokasi anggaran pada APBD Perubahan Tahun Anggaran 2010, pada tahun 2009 telah pula dilaksanakan penelitian RASK Perubahan, dengan objek seluruh pengguna anggaran (SKPD Pemerintah Kabupaten Purwakarta).

Guna lebih mendukung pembangunan antar sektor di Kabupaten Purwakarta, Bappeda Kabupaten Purwakarta telah melaksanakan penyusunan kegiatan-kegiatan perencanaan pembangunan, yang tersebar dalam lingkup bidang pembangunan : Sosial Budaya, Fisik dan Prasarana, serta Ekonomi dan Pembiayaan. Pada bidang sosial dan budaya telah dilaksanakan Survei Sosial Ekonomi Daerah, Indeks Pembangunan Manusia, Purwakarta Dalam Angka, dan Evaluasi Pembangunan Bidang Sosial Budaya, dan Koordinasi Perencanaan Pembangunan Bidang Sosial dan Budaya. Pada bidang ekonomi dan pembiayaan telah dilaksanakan kegiatan RIA (Regulatory Impact


(15)

Assesment), Penyusunan PDRB, Monitoring dan Evaluasi Bidang Ekonomi dan Pembiayaan, serta Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Bidang Ekonomi dan Pembiayaan. Sedangkan pada Bidang Fisik dan Prasarana, pada tahun 2009 telah melaksanakan kegiatan evaluasi pembangunan bidang fisik dan prasarana, sosialisasi Rancangan RTRW, kejian tentang kawasan agropolitan, penyusunan peta dasar citra satelit, serta rakor perencanaan pembangunan bidang prasarana wilayah. (Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Purwakarta Tahun 2010).

Pelaksanaan Musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Purwakarta Tahun 2010 dilaksanakan dalam rangka melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN, serta Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri Nomor 0008/M.PPN/01/ 2007-050/264.A/SJ, tanggal 16 Januari 2008 perihal Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2008 serta Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Purwakarta. Peraturan tersebut mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan daerah dilakukan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing guna mewujudkan integrasi, sinkronisasi dan sinergitas pembangunan, antar


(16)

pemangku kepentingan pembangunan, antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintahan dan antar susunan pemerintahan.

Berdasarkan Kerangka Pemikiran di atas, maka definisi operasional dalam Kuliah Kerja Lapangan ini adalah:

✁ Pelaksanaan Musrenbang adalah memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang didasarkan pada kondisi, potensi, permasalahan, kebutuhan nyata, dan aspirasi masyarakat yang tumbuh berkembang di Kabupaten Purwakarta.

Adapun yang menjadi indikatornya dalah :

a) Memilih materi yang menjadi masalah pada perencanaan pembangunan, dengan mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah dan menciptakan terobosan-terobosan baru (breaktrought) dalam perencanaan pembangunan ke depan.

b) Pembentukan kelompok (jigsaw learning). Untuk mengatasi kendala pembangunan dan membuat rancangan kerja sesuai dengan anggaran yang berhubungan dengan pembangunan c) Menutup semua ancaman untuk melaksanakan program kerja

yang tertuang dalam kesimpulan topik pembahasan Musrenbang serta mendapatkan perencanaan pembangunan yang berkualitas.


(17)

2. Bidang Sosial dan Budaya Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Purwakarta mempunyai peranan penting dalam pelaksanakan Musrenbang yaitu :

a) Penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan pembangunan lingkup sumber daya pemerintahan dan aparatur serta sosial budaya.

b) Penyusunan petunjuk teknis lingkup perencanaan pembangunan sumber daya pemerintahan dan aparatur serta sosial budaya. c) Pembinaan dan pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan

perencanaan pembangunan lingkup sumber daya pemerintahan dan aparatur serta sosial dan budaya.


(18)

Gambar 1.1

Model Kerangka Pemikiran Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Tercapainya suatau Pemecahan Masalah, Kendala, Ancaman serta Merumuskan dan merencanakan Pembangunan Daerah Kabupaten Purwakarta Tahun 2010,

✂ ✄☎ ✆✝ ✞✆✟ ✆✆✟✠✡ ✞☛ ✄✟ ☞ ✆✟ ✌✍ ✆☎✆ ✠☞✎✍ ✆✟ ✌✞✏ ✞✎ ✆☎✍ ✆✟☞✡✍ ☞✆✍✆✟✂ ✄ ☛✄✟✑✆✟✆✆✟✂ ✄ ✠☞✆✟ ✌✡✟✆✟✍ ✆✄ ☛✆✒ (☞✆✂✂✄✍ ✆) ✝✆☞ ✂ ✡ ☛✓✆✝ ✆ ☛✔✆ ✆✟✑✆✠✆✟ ✕ ✖✗ ✘✙ ✚ ✛✜ ✢✣ ✤✥ ✙ ✢ ✦✤✥ ✤ ✧✤ ✢ ✦✤ ✙ ★✤ ✩✪✙ ✩ ✛✢ ✫ ✫✤✧✛✦✤ ✬ ✭ ✛✪✤✮✙ ✢✯ ✢✰✤ ✢✫ ✥ ✙ ✮ ✭✤ ✢ ✫✯ ✢✤ ✢✗ ✱✗ ✜ ✛ ✢ ✫✬ ✯ ✢ ✫✤ ✢✧✙ ★✥ ✙ ✢✚ ✛✜✣✤ ✢ ✧✙★ ✤ ✭✤ ✛✬ ✤ ✢ ✥ ✙ ✮ ✭✤ ✢ ✫✯ ✢✤ ✢ ✢✣ ✤ ✲✗ ✳✤ ✢✣ ✤ ✬ ✢✣ ✤✥ ✙ ✢✫✤ ✢ ✫✫✯ ★✤ ✪ ✤ ✢ ✫✤ ✧✮✙ ✢✰ ✤ ✦✛✤ ✢✚✤ ✮✤ ✢ ✭ ✛✪✤ ✢ ✫✪✴✪ ✛✤ ✜✦✤ ✢✭✯ ✦✤ ✣ ✤ ✵✗ ✶✙ ✢✣ ✙ ✜✙✷✙ ✢ ✫✤ ✢✦✤ ✢✤ ✣ ✤ ✢ ✫✮✙ ★✤✰ ✤★✙ ✜✤ ✪ ✙ ✩ ✛✢ ✫ ✫✤✮✙ ✮✥ ✙ ★✜✤ ✮ ✭✤ ✧ ✥ ✙ ✮ ✭✤ ✢ ✫✯ ✢✤ ✢✦ ✛ ✘✤ ✭✯ ✥ ✤ ✧✙ ✢✶✯ ★✷✤ ✬ ✤ ★ ✧✤ ✝ ✄✟ ✍ ✆☎✆✕ ✖✗✘✙ ✢ ✦✤ ✜ ✤ ✪ ✤★✤ ✢✤ ✥ ★✤✪ ✤ ★✤ ✢✤ ✦✛ ✭✙★✭✤ ✭ ✛✦✤ ✢✫✦ ✛✘✤ ✭✯✥ ✤ ✧✙ ✢ ✶✯★✷✤✬ ✤ ★ ✧✤✗ ✱✗✶✙ ✮ ✭✤ ✢✫✯ ✢✤ ✢ ✧✛ ✦✤ ✬ ✭✙★ ✰✤ ✜✤ ✢ ✪ ✙ ✪ ✦✙ ✢ ✫✤ ✢✥✙ ★✙ ✢ ✚✤ ✢✤ ✤ ✢✩✤ ✪ ✛✜✮✯ ✪ ★✙ ✢✭✤ ✢ ✲✗✶✙ ★ ✭✙ ✦✤ ✤ ✢✪ ✧✤ ✧✯ ✪✬ ✛ ✢✙ ★✰ ✤✙ ✢✰✤ ✦ ✛✮ ✬ ✙ ✢ ✦✤ ✜✤ ✪ ✙ ★ ✛✯ ✪✦✤ ✜✤ ✮✮✯ ✪ ★✙ ✢✭✤ ✢✫

4.✸✙ ★✧✯ ✢ ✦✤ ✢✣ ✤ ✥✙ ✜✤ ✬ ✪ ✤ ✤ ✢ ✮✯✪ ★ ✙ ✢ ✭ ✬ ✤ ★✙ ✢✤ ✤ ✦✤ ✢✣ ✤ ✬✙ ✥ ✙ ✢ ✧ ✛✢ ✫✤ ✢ ✦ ✛✢ ✧✯ ✭ instansi. ✂ ✄✠ ✄✑✆✒✆✟✠✆✞ ✆☎✆✒ ✖✗✘✙ ★✤ ✢ ✫✬ ✤✭✙ ★✥ ✛✬ ✛★✣ ✤ ✢ ✫ ✭✙ ✦✤✮✙ ✢✰✤ ✦ ✛✪✯ ✪ ✤✩ ✯ ✢ ✧✯ ✬✮✙ ✮✙ ✚✤ ✩✬ ✤ ✢ ✮✤ ✪ ✤ ✜✤ ✩✗ ✱✗✶✙ ✢✙ ★ ✛✮✤✩✤ ✪ ✛✜ ✮✯ ✪ ★✙ ✢✭✤ ✢ ✫✧✛ ✦✤ ✬ ✮✙ ✢✣✤ ✦✤ ★ ✛✤✬ ✤ ✢ ✥ ✙ ★✮✤✪ ✤ ✜ ✤ ✢✪ ✙ ✭✙ ✢✤ ★ ✢✣ ✤ ✲✗✶✙ ✮✙ ✚✤ ✩✤ ✢✮✤ ✪ ✤ ✜✤ ✩ ✮✙ ✢✰✤ ✦ ✛✭✤ ✫ ✛✤ ✢✯ ✧✤ ✮✤ ✦✤ ✜✤ ✮✥ ✙ ✜✤ ✬ ✪ ✤ ✢✤ ✤ ✢ ✮✯ ✪ ★✙ ✢✭✤ ✢ ✫ ✵✗✳✙ ★ ✭✙ ✦✤ ✢✣ ✤✛ ✦✙✴✜✴✫ ✛ ✹✗✶✙ ★✙ ✢ ✚✤ ✢✤ ✤ ✢✮✙ ✢✰ ✤ ✦ ✛ ✥ ✙ ✮✙ ✚✤ ✩✤ ✢✮ ✤✪ ✤ ✜✤ ✩✦ ✛ ✭✙ ★ ✭✤ ✫✤ ✛✤ ✪ ✥ ✙✬✤ ✧✤ ✯ ✭ ✛✦✤ ✢✫


(19)

1.6 Metode Laporan Kuliah Kerja Lapangan 1.6.1 Metode Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Metode Laporan Kuliah Kerja Lapangan yang digunakan dalam Kuliah Kerja Lapangan ini adalah metode penelitian deskriptif. Pengertian penelitian deskriptif adalah:

“Penelitian yang dimaksudkan untuk menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi dan dialami sekarang, hubungan antar variabel, pertentangan dua kondisi atau lebih, pengaruh terhadap suatu kondisi, perbedaan-perbedaan antarfakta, dan lain-lain” (Subana, 2001:26).

Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih. Menurut Sanapiah Faisal dalam bukunya Format-Format Penelitian Sosial, menjelaskan bahwa penelitian deskriptif (descriptive research) adalah:

“Untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Jenis penelitian ini tidak menggunakan dan tidak melakukan pengujian hipotesis, berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori” (Faisal, 1999:20).

Penulis menggunakan metode deskriptif, karena penelitian ini dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang pelaksanaan musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta, serta mendeskripsikan sejumlah konsep yang berkenaan dengan masalah pelaksanaan musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan


(20)

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) tersebut. Berdasarkan metode tersebut, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu:

“Pendekatan yang berupa deskripsi dari gejala-gejala yang diamati, tidak berbentuk angka-angka atau koefisien antarvariabel. Data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis, cenderung digunakan untuk gejala yang berhubungan dengan perilaku sosial/manusia dengan berbagai argumentasi” (Subana, 2001:17). Penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena penulis mendeskripsikan teori-teori yang telah diperoleh selama perkuliahan dan dari hasil penelitian di lapangan dengan fakta-fakta yang ada yang berhubungan dengan pelaksanaan Musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini melalui:

1. Studi Pustaka, yaitu dengan membaca dan mencari buku-buku, dan surat kabar yang berhubungan dengan pelaksanaan musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) di Kabupaten Purwakarta serta dokumenter, yaitu cara pencatatan dokumen, dan sumber datanya berupa catatan, dokumen atau pun modul yang tersedia.

2. Studi Lapangan, yaitu dengan mengamati dan terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui tentang pelaksanaan musrenbang dalam


(21)

Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA). Studi lapangan ini terdiri dari:

a. Observasi non partisipan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara peneliti berada di luar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, sehingga peneliti dapat lebih mudah mengamati tentang data dan informasi yang diharapkan.

b. Wawancara, melakukan tanya jawab dengan nara sumber yang mengetahui dan memahami lebih jauh khususnya mengenai pelaksanaan musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).

1.6.3 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini adalah purposive (pengambilan informan berdasarkan tujuan). Teknik penentuan informan ini adalah siapa yang akan diambil sebagai anggota informan diserahkan pada pertimbangan pengumpul data yang sesuai dengan maksud dan tujuan Laporan Kuliah Kerja Lapangan. Menurut Sanapiah Faisal, teknik purposiveadalah:

“Teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu; jadi tidak melalui proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random. Sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti” (Faisal, 1999:67).


(22)

Penentuan informan dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini berdasarkan objek yang diteliti dan berdasarkan keterkaitan informan tersebut dengan penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan yang berkaitan dengan komunikasi pemerintahan yaitu berasal dari pejabat maupun pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta karena penulis ingin mengetahui pelaksanaan pemecahan masalah pada musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta dan proses mengatasi kendala pembangunan yang menimbulkan ancaman tertentu.

Adapun informan yang berkaitan dengan Musrenbang Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Purwakarta yaitu:

1. Kepala Bappeda yang mengetahui segala aspek perencanaan pembanunan yang di hasilkan dari pelaksanaan Musrenbang.

2. Kasubag Bidang Sosial dan Budaya Bappeda, mengetahui tentang perencanaan pembangunan Bidang Sosial dan Budaya Kabupaten Purwakarta.

3. Pegawai Litbang, penulis ingin mengetahui keefektifan pembangunan dan lingkungan pemerintah Kabupaten Purwakarta.

4. Staf bagian fisik Bappeda yang mempunyai informasi tentang kelebihan dan kekurangan pembangunan di Kabupaten Purwakarta.


(23)

1.6.4 Analisa Data

Teknik analisa data yang sesuai dengan penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Secara operasional teknis analis data yang dilakukan melalui beberapa tahapan sebagaimana model teknik analisis data yang dikemukakan Miles dan Huberman dalam Sugiyanto yang berjudulMemahami Penelitian Kualitatif adalah:

Pertama, reduksi data sebagai proses pemilihan, penyederhanaan klasifikasi data kasar dari hasil penggunaan teknik dan alat pengumpulan data di lapangan, reduksi data sesudah dilakukan semenjak pengumpulan data. Reduksi dilaksanakan secara bertahap dengan cara membuat ringkasan data dan menelusuri tema yang tersebar. Setiap data yang dipilih disilang melalui komentar dari informasi yang berbeda untuk menggali informasi dalam wawancara dan observasi. Informasi yang berasal dari masyarakat yang menjadi narasumber.

Kedua, penyajian data merupakan upaya penyusunan sekumpulan informasi menjadi pernyataan. Data kualitatif disajikan dalam bentuk teks yang pada mulanya terpencar dan terpisah menurut sumber informasi dan pada saat diperolehnya informasi tersebut. Kemudian data diklasifikasikan menurut pokok-pokok permasalahan yang antara lain terkait dengan pelaksanaan musrenbang dalam Bidang Sosial dan Budaya di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).

Ketiga, menarik kesimpulan berdasarkan reduksi, interpelasi, dan penyajian data yang telah dilakukan pada setiap tahap sebelumnya


(24)

selaras dengan mekanisme logika pemikiran induktif, maka penarikan kesimpulan akan bertolak dengan hal-hal yang khusus (spesific) sampai dengan rumusan kesimpulan sifatnya umum (general).

Pengertian analisis data tersebut menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Sosial adalah satu data yang harus dianalisis setelah dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan lapangan. Data yang di analisis oleh Penulis adalah data kualitatif (Sugiyanto, 1992:15-20).

1.7 Lokasi dan Jadwal Laporan Kuliah Kerja Lapangan

Lokasi Kuliah Kerja Lapangan di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) yang beralamat di Jl. Gandanagara No. 9 Purwakarta. Adapun pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan di mulai pada tanggal 1 Agustus 2010 s.d 30 Agustus 2010 dan Waktu kerjanya mulai pukul 07.30 s.d 16.00 WIB.


(25)

Tabel 1.1

Jadwal Kegiatan Waktu Kuliah Kerja Lapangan

No Kegiatan Tahun 2010

Juni Juli Agust Sept Okt Nov

1 Mengajukan

surat ke Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Purwakarta 2 Pelaksanaan

Kuliah Kerja Lapangan

3 Pengumpulan

data

4 Analisis Data

5 Penulisan

Laporan Kuliah Kerja

Lapangan

6 Pengumpulan

Laporan

Laporan Kuliah Kerja


(26)

26 ❄❅❆ ✼ ❇ ❈❉ ❊❇ ❊❋ ● ❍■❏❍● ❍❑❁ ❊❉❍▲ ■❍❋ ❍❍❋

Menurut Solichin Abdul Wahab dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara mengemukakan pendapatnya mengenai Pelaksanaan atau implementasi sebagai berikut :

“Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat-pejabat, kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada terciptanya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan” (Wahab, 2001:65).

Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang/berkepentingan baik pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mewujudkan cita-cita/tujuan yang telah ditetapkan. Implementasi berkaitan dengan berbagai tindakan yang dilakukan untuk melaksanakan/merealisasikan program yang telah disusun demi tercapainya tujuan dari program yang telah direncanakan, karena pada dasarnya setiap rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau target yang hendak dicapai.

Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi Berbasis Kurikulummengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut :


(27)

“Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”(Usman, 2002:70).

Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya.

Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : “Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif”(Setiawan, 2004:39).

Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi yaitu merupakan proses untuk melaksanakan ide, proses atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan penyesuaian dalam tubuh birokrasi demi terciptanya suatu tujuan yang bisa tercapai dengan jaringan pelaksana yang bisa dipercaya.


(28)

Menurut Hanifah Harsono dalam bukunya yang berjudul Implementasi Kebijakan dan Politik mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut :

“Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi. Pengembangan kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program”(Harsono, 2002:67).

Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah suatu kebijakan dalam penyelesaian keputusan demi tercapainya tujuan yang baik dengan bergantung bagaimana implementasi yang berjalan dengan baik dalam melaksanakan proses penyempurnaan akhir. Oleh karen itu suatu implementasi baik diharapkan dalam setiap program untuk terciptanya tujuan yang diharapkan.

Musyawarah antarmanusia hanya dapat terjadi, apabila ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya musyawarah hanya dapat terjadi apabila didukung oleh adanya sumber pesan, media, penerima, dan efek. Cangara tahun 1998 dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi mengemukakan musyawarah adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran pikiran dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (Cangara, 1998:19).


(29)

▼◆ ▼ ❖ P◗yawarah

Proses musyawarah juga dilakukan oleh pemerintahan. musyawarah pemerintahan menurut Berliana Hazmi dalam bukunya Komunikasi pemerintahan, adalah:

“Penyampaian ide, program, dan gagasan pemerintah kepada masyarakat dalam rangka mencapai tujuan negara. Dalam hal ini pemerintah dapat diasumsikan sebagai komunikator dan masyarakat sebagai komunikan, namun dalam suasana tertentu bisa sebaliknya masyarakat berada pada posisi sebagai penyampai ide atau gagasan dan pemerintah berada pada posisi mencermati apa yang diinginkan masyarakat” (2005:95).

Terlihat dalam kondisi tersebut, berarti pemerintah memiliki kewenangan sekaligus bertanggung jawab untuk mempertimbangkan, bahkan untuk merespon keinginan-keinginan tersebut sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.

Pemerintah sebagai pihak pertama, berada di tingkat pusat dan daerah berperan sebagai stakeholders utama dari pelaksanaan Musrenbang. Peranan pemerintah dalam konsorsium (pengusaha yang mengadakan usaha bersama) terkait adalah sebagai pihak yang menentukan tujuan, kebijakan, standar, dan pola kerja sama dari segala yang berkaitan dengan perencanaan, penerapan, dan pengembangan konsep Musrenbang. Dengan kata lain, pemerintah memiliki kewajiban untuk membentuk sebuah lingkungan yang kondusif agar implementasi pembangunan dapat terlaksana dengan baik.


(30)

2.3 Musrenbang

Musrenbang lahir dari sebuah pergeseran paradigma perencanaan pembangunan yang lebih berpihak kepada rakyat dengan pendekatan bottom up planning. Harus diakui bahwa hampir 32 tahun lalu paradigma perencanaan masih dalam bentuk top down planning. Konsep bottom up planning sebenarnya pernah diperkenalkan pada masa itu, akan tetapi dengan beberapa alasan dan catatan pendekatan itupun –bottom up planning– perlahan-lahan ˝ditenggelamkan˝ berganti dengan pendekatan top down planning. Ada beberapa alasan yang berkembang pada waktu lalu, diantaranya bahwa pendekatan bottom up planning akan menghasilkan sebuah daftar aspirasi yang sangat panjang atau dikenal dengan istilah shoping list, tidak efektif, memerlukan waktu yang relatif lebih lama, terkesan bertele-tele dan lain sebagainya.

Peraturan Daerah Kabupaten Purwakarta Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Musrenbang Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Dapat dikatakan bahwa setiap tahun perencanaan pemerintah daerah Kabupaten Purwakarta melakukan musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) yang dihadiri oleh stakeholders pembangunan. Di tingkat Kabupaten, stakeholders pembangunan yang terlibat dalam penyusunan Musrenbang meliputi para tokoh dari unsur masyarakat; muspida; ketua, wakil ketua dan ketua fraksi DPRD, kepala badan/ dinas/ kantor SKPD


(31)

masing-masing; perwakilan instansi vertikal di daerah, camat, pihak swasta, akademisi, unsur perguruan tinggi, BUMD, pimpinan organisasi masyarakat dan LSM.

2.3.1 Pemecahan Masalah

Pemecahan Masalah suatu langkah yang sangat penting, terutama dalam mengendalikan jalannya komunikasi. Para peserta musyawarah harus terampil berpikir, mempunyai ide-ide menarik, dan penuh daya kreativitas. Karena itu, peserta musyawarah biasa disebut pengirim, sumber, source atau encoder. Pemecahan masalah dalam musyawarah menurut Berliana Hazmi dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Pemerintahan adalah “orang yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang” (Hazmi, 2005:36). Hal tersebut, sejalan dengan pengertian komunikator yang dikemukakan Cangara sebagai berikut: “Pihak yang mengirim pesan kepada khalayak”. Untuk mencapai komunikasi yang sempurna, seorang komunikator harus memiliki kepercayaan dan kompetensi, daya tarik, dan kekuatan.

2.3.2 Mengatasi Kendala

Mengatasi Kendala dapat terlihat sangat sederhana, namun untuk mendapatkan komunikasi yang efektif seringkali terdapat banyak hambatan, walaupun faktor situasi dan kondisi turut berperan. Kendala bermusyawarah sebagai proses interaksi, maka faktor manusia


(32)

memainkan peran yang sangat penting dalam pencapaian musyawarah yang efektif. Adapun faktor yang mempengaruhi tercapainya musyawarah yang efektif menurut Berliana Hazmi dalam bukunya Komunikasi Pemerintahantahun 2005 adalah:

1. Perbedaan latar belakang: a. Perbedaan persepsi

b. Perbedaan pengalaman dan latar belakang c. Sikap praduga/stereotip

2. Faktor bahasa:

a. Perbedaan arti kata

b. Penggunaan istilah atau bahasa tertentu

3. Sikap pada waktu berkomunikasi; hal ini ikut berperan, bahkan sering menjadi faktor utama, sikap-sikap seseorang yang dapat menghambat komunikasi tersebut antara lain:

a. Mendengar hanya apa yang ingin kita dengar b. Mengadakan penilaian terhadap pembicara c. Sibuk mempersiapkan jawaban

d. Bukan pendengar yang baik e. Pengaruh faktor emosi f. Kurang percaya diri

g. Gaya/cara bicara dan nada suara

4. Faktor lingkungan: faktor tempat dan faktor situasi/waktu (Hazmi, 2005:91)

Kendala dalam bermusyawarah tersebut, lebih banyak didominasi oleh faktor perbedaan latar belakang. Hal ini, disebabkan karena setiap orang ingin diperlukan sebagai pribadi. Berkaitan dengan perbedaan tersebut, tanggung jawab para pemikir untuk mengenal perbedaan tersebut dan menyesuaikan isi secara tepat, dan memilih media serta saluran komunikasi yang sesuai. Hal tersebut, agar respon atau tanggapan yang diharapkan dapat tercapai. Besarnya persamaan pada orang-orang yang terlibat dalam pembicaraan, maka akan semakin besar kemungkinan tercapainya musyawarah yang efektif.


(33)

Kendala musyawarah dapat terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur yang mendukungnya, termasuk faktor perberdaan pemikiran dimana musyawarah itu terjadi. Berkaitan dengan kendala pemikir untuk mengatasi hal tersebut dan menyesuaikan keadaan secara tepat dengan memperhatikan yaitu gangguan pada pendengaran, kepercayaan diri yang kurang sehingga hal mengemukakan pendapat tidak bisa, dan semacamnya.

Kendala yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Gangguan semantik sering terjadi karena:

1. Kata-kata yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu.

2. Bahasa yang digunakan pembicara berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh penerima.

3. Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya, sehingga membingungkan penerima.

4. Latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhadap simbol-sombol bahasa yang digunakan.

Kendala psikologis terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh persoalan-persoalan dalam diri individu. Misalnya rasa curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena gangguan kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan hasil musyawarah tidak sempurna.


(34)

Kendala yang disebabkan karena kondisi geografis, misalnya jarak yang jauh, sehingga, sulit dicapai, tidak adanya sarana kantor pos, kantor telepon, jalur transportasi, dan semacamnya. Dalam musyawarah antar individu yang berbeda, rintangan fisik dapat juga diartikan karena adanya gangguan organik, yaitu tidak berfungsinya salah satu pancaindera pada penerima.

2.3.3 Mengatasi Ancaman

Ancaman pada musyawarah adalah disebabkan karena jarak sosial diantara peserta musyawarah, misalnya perbedaan status antara yang sudah berpengalaman dengan yang baru mengikuti atau atasan dan bawahan. Perbedaan seperti ini biasanya menuntut perilaku komunikasi yang selalu memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat, yaitu bawahan cenderung hormat pada atasannya, atau rakyat pada raja yang memimpinnya.

Ancaman kerangka berfikir adalah rintangan yang disebabkan adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam berkomunikasi. Hal ini, disebabkan karena latar belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda. Rintangan yang sulit diatasi pada hakikatnya berada antara pikiran seseorang dengan orang lain.

Ancaman budaya adalah rintangan yang disebabkan karena adanya perbedan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh


(35)

pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Di negara-negara sedang berkembang masyarakat cenderung menerima informasi dari sumber yang banyak memiliki kesamaan dengan dirinya, seperti bahasa, agama, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya.

Pemahaman Musenbang Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Purwakarta dan Etalase Kabupaten Purwakarta yang diakses melalui alamat website yang telah ada dan dapat di akses (www.purwakarta.go.id_/index.php?option=com_conten&view=article&id1 19&Itemid=110) adalah saluran komunikasi yang hanya dilakukan antar dinas, badan, lembaga di Kabupaten Purwakarta saja.

Data sebagai bahan dari informasi yang dirumuskan sebagai sekelompok lambang-lambang tidak acak yang menunjukkan jumlah atau tindakan atau hal-hal lain. Data menurut Teguh Wahyono dalam bukunya Sistem Informasi Konsep Dasar, Analisis Desain, dan Implementasi adalah:

“Data adalah bahan baku informasi yang didefinisikan sebagai kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kualitas, tindakan, benda, dan sebagainya. Data terbentuk dari karakter yang dapat berupa alfabet, angka, maupun simbol khusus seperti *, $, dan /. Data disusun untuk diolah dalam bentuk struktur data, struktur file, dan basis data” (Wahyono, 2004:2).

Jadi data berhubungan dengan informasi dan data belum menunjukkan sesuatu yang bisa dipahami karena harus diproses terlebih dahulu. Data tersebut dapat berbentuk suara, bunyi-bunyian, simbol-simbol, sinyal, gambar, dan sebagainya. Informasi merupakan sarana untuk pengambilan keputusan dan sebagai data yang telah diolah menjadi


(36)

bentuk yang berguna bagi penerimanya. Selain itu, informasi berupa nilai yang dapat dipahami di dalam keputusan sekarang, maupun masa depan, sesuatu yang menunjukkan hasil pengolahan data yang diorganisasi dan berguna kepada orang yang menerimanya, sesuatu kenyataan, data, item yang menambah pengetahuan bagi penggunanya, kenyataan atau bentuk-bentuk yang berguna yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis. Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyono yang menyatakan bahwa “informasi adalah hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan” (Wahyono, 2004:3).


(37)

37

❴❵❛ Gm❝❜rn Sjrh❘❜❡ ❜n❨❞❞r❢❜n n❜❜n❨❞m❝ ❜ngunn D❜❞rh ❣ ❘❙❨❨ ❱D❙❤❲ ❜❝up❜❞tnurwkrt

Badan perencanaan pembangunan (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta adalah badan yang langsung berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati Kepala Daerah. Keberadaan Bappeda Kabupaten Purwakarta sejak tahun 1977 sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Purwakarta No. B/84/1977 tanggal 15 Juni 1977 tentang pembentukkan BAPPEDA Daerah Tingkat II Purwakarta, dipimpin oleh Bapak Soedaryadi, BA. sampai tanggal 15 April 1980. Pada kurun waktu tersebut tugas dan fungsi Bappeda Kabupaten Purwakarta belum semuanya dapat dilaksanakan karena banyak faktor seperti status hukum formal, susunan organisasi dan tata kerja yang dirasakan masih belum sempurna untuk Kabupaten Purwakarta.

Pada tanggal 9 September 1980 keluarlah Keppres Nomor 27 Tahun 1980 tentang pembekuan Bappeda Kabupaten Purwakarta yang kemudian disusul Keputusan Mendagri No. 185 Tahun 1980 tentang Pedoman di Daerah Tingkat I dan Tingkat II, dan Surat Keputusan Bupati Purwakarta Nomor 050.1/68/1981 tentang Pembentukkan Tipe Bappeda Kabupaten Purwakarta. Pada saai itulah keberadaan Bappeda Kabupaten Purwakarta semakin membutuhkan perhatian dan penanganan yang lebih intensif sesuai dengan laju perkembangan pembangunan. Termasuk juga didalamnya yaitu perbaikan sarana dan prasarana Bappeda Kabupaten


(38)

Purwakarta yang pada tahun 1980 masih sangat terbatas dengan fasilitas kantor di lingkungan Setwilda, kemudian di “Gedung Nasional” bersama Kantor Bankes dan percetakan.

Namun, dalam kurun waktu yang telah direncanakan, perkembangan sarana dan prasarana Bappeda Kabupaten Purwakarta semakin menunjukkan titik terang dengan menempati Kantor Pengadilan Lama bersama BP–7 dan Dinas Pariwisata. Pada saat itu, ternyata keberadaan Bappeda Kabupaten Purwakarta dengan segala yang terkait didalamnya telah mendapatkan prioritas yaitu menempati sarana gedung baru yang representatif di Jalan Gandanagara 9 Purwakarta.

✐❥❦❧♠♥♦ ♥♥n Gog♥♣ris❧♥q♥putnrurwkrt

Kabupaten Purwakarta memiliki kedudukan yang sangat strategis, karena berada pada jalur perlintasan antara Jakarta-Bandung-Cirebon. Kabupaten Purwakarta terletak di bagian tenggara belahan utara Propinsi Jawa Barat, antara 107 30' - 107 40' Bujur Barat dan 6 25' - 6 45' Lintang Selatan. Luas Kabupaten Purwakarta adalah 97.172 Ha atau 971,72 Km2. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Purwakarta adalah:

1) Sebelah timur :berbatasan dengan Kabupaten Karawang dan Subang

2) Sebelah barat : berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Karawang

3) Sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten Karawang dan Subang


(39)

4) Sebelah selatan: berbatasan dengan Kabupaten Bandung Posisi geografis ini menyebabkan Kabupaten Purwakarta memiliki potensial dalam pengembangan sektor industri dan perdagangan/jasa serta pemukiman, di samping sektor-sektor lainnya. Hal ini, ditunjang pula adanya jalan tol Jakarta - Cikampek yang berujung di wilayah Purwakarta. dan jalan tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang) yang saat ini sudah selesai pembangunannya.

Berdasarkan kedudukannya itu, Purwakarta telah menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Untuk itu, di Kabupaten Purwakarta telah ditetapkan kawasan industri seluas 2000 ha dan zona industri seluas 3000 ha serta kawasan pariwisata Jatiluhur. Dengan demikian, Kabupaten Purwakarta ke depan, mempunyai prospek yang sangat cerah dengan berbagai potensi daerah yang terus dikembangkan.

st ts✉✈✇①✇✇n Dmog✇ ②ris✉✇③✇putnurw✇✇k✇ trt

Faktor pertumbuhan penduduk secara kuantitatif ditentukan oleh faktor-faktor kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk. Data yang diperoleh dari hasil sensus penduduk tahun 2006 Kabupaten Purwakarta berpenduduk 623.039 jiwa. Sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2008 penduduk Kabupaten Purwakarta sebanyak 810.104 jiwa dan pada tahun 2009 jumlah penduduk mencapai 882.262 jiwa. Dalam kurun waktu 10 tahun laju pertumbuhan penduduk rata-rata per-tahun sebesar 2,42 %.

Migrasi yang cukup besar terjadi di daerah perkembangan wilayah Purwakarta, hal ini disebabkan oleh perkembangan pembangunan selama


(40)

kurun waktu tersebut terutama pada sektor industri. Berdasarkan kondisi topografinya, Kabupaten Purwakarta secara umum mempunyai kemiringan antara 2-15% sebesar 34,8% dari seluruh wilayah; kelas lereng antara 15-40% sekitar 33,13% dari luas seluruh wilayah.

Kabupaten Purwakarta terletak pada ketinggian lahan antara 40 meter dpl di bagian utara dan 2.064 meter dpl terdapat di bagian tenggara (Gunung Burangrang). Adapun Penduduk Kabupaten Purwakarta pada umumnya adalah Pemeluk Agama Islam yaitu sebanyak 99,13%, sedangkan selebihnya 0,18% memeluk Agama Katolik, 0,46% penduduk memeluk Agama Protestan, 0,11% penduduk memeluk Agama Hindu dan 0,12% penduduk memeluk Agama Budha.

Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

⑤⑥⑦ ⑧l ⑨⑩ ❶ ❷⑥umlh ❸ ⑧mluk gm Di ❺⑥⑦⑥uptnurw⑥⑥krt

Sumber : Dinas Kependudukan Kabupaten Purwakarta Tahun 2010.

⑨⑩4isi ❼⑥nisi ❺ ⑥⑦⑥putn❸⑥urwkrt

Berdasarkan sumber dari Bagian Sub Bidang Sosial dan Budaya Bappeda Kabupaten Purwakarta Tahun 2010. Pembangunan di Kabupaten Purwakarta bertujuan untuk mewujudkan agar masyarakat

❾❿ ❹⑥gmumlh

1. Islam 99,13%

2. Katolik 0,18%

3. Protestan 0,46%

4. Hindu 0,11%


(41)

Kabupaten Purwakarta merasa aman, nyaman dan tentaram. Adapun visi Kabupaten Purwakarta adalah :

Rumusan Visi dan Misi Pembangunan Tahun 2008-2013 didasarkan atas inspirasi dari analisis terhadap lingkungan dan isu strategis lokal Kabupaten Purwakarta. Gambaran Lingkungan Strategis dan Isu Strategis harus dapat disikapi secara proporsional berdasarkan potensi dan kemampuan daerah.

Atas pemikiran dan tekad yang kuat untuk mewujudkan

“Purwakarta Digjaya” serta didorong dengan itikad Ngawujudkeun

Purwakarta Nagri Raharja,berikut Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Purwakarta Tahun 2008-2013, sebagai arah utama pembangunan jangka menengah daerah :

1. Mengembangkan pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal, yang berorientasi pada keunggulan pendidikan, kesehatan, pertanian, industri, perdagangan dan jasa.

2. Mengembangkan infrastruktur wilayah yang berbasis nilai-nilai kearifan lokal dan berorientasi pada semangat perubahan kompetisi global.

3. Meningkatkan keutuhan lingkungan baik hulu maupun hilir, fisik maupun sosial.

Mengembangkan struktur pemerintahan yang efektif, yang berorientasi kepada kepuasan pelayanan publik, mengembangkan potensi kewirausahaan birokrasi yang berorientasi kemakmuran rakyat.


(42)

Makna “Visi Pembangunan : Purwakarta Berkarakter” sesungguhnya secara sederhana merupakan pencerminan dari aspek kepribadian, ciri khas (branded), kumpulan peran, mandiri, berdaya saing, tangguh, serta maju sesuai dengan tata nilai masyarakat Purwakarta yang berlandaskan

religikeislaman dan tata nilai lokal pilemburan(local values). Makna Misi :

1. Mengembangkan pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal, yang berorientasi pada keunggulan pendidikan, kesehatan, pertanian, industri, perdagangan dan jasa.

Pendidikan :

Untuk mewujudkan Visi Pembangunan : “Purwakarta Berkarakter”

pada aspek kualitas sumber daya manusia dan tatanan kehidupan ekonomi masyarakat, maka Pemerintah Kabupaten Purwakarta mempunyai misi untuk senantiasa mengembangkan pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal, yang berorientasi pada keunggulan pendidikan, kesehatan, pertanian, industri, perdagangan dan jasa. Pembangunan berbasis religi dan kearifan lokal yang berorientasi pada keunggulan pendidikan, kesehatan, pertanian, industri, perdagangan dan jasa dimaksud tercermin, antara lain :

a) Di Bidang Pendidikan, perlu dilakukannya penguatan nilai-nilai lokal (kearifan lokal, local value), baik yang bersifat geografis, teritorial maupun yang bersifat capacity intelectual. Hal ini sebagai bagian dari upaya optimalisasi potensi domestik, baik yang bersifat kultur, regional, lokal maupun menciptakan keunggulan personal,


(43)

yang memiliki kearifan intelektual, emosional dan spiritual, sehingga dapat membentuk generasi Purwakarta yang sesui dengan tata nilai :cageur, bageur, bener, pinter, jeung singer.

b) Di Bidang Kesehatan, perlu dibangunnya sarana pelayanan pengobatan masyarakat berupa Puskesmas yang memadai di seluruh Kecamatan, untuk mendekatkan fungsi pelayanan negara terhadap masyarakat. Pola hubungan yang dibangun adalah pola kemitraan yang terstruktur berdasarkan kualitas ekonomi rakyat untuk membangun dan mengintegrasikan hubungan timbal balik (feed-back) antara ekonomi atas, menengah dan bawah.

c) Di Bidang Pertanian, perlu diupayakan penguatan basis pertanian organisme, dengan mewujudkan integrasi potensi pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan pariwisata yang disebut

gerakan balik ka lembur, serta membangun kekuatan lumbung pedesaan melalui penguatan jaringan ketahanan pangan desa, sebagai bagian dari menjaga ketahanan pangan masyarakat secara makro. Dengan pengembangan upaya tersebut, diharapkan dapat terwujud swasembada pangan daerah serta sesuai dengan gambaran filosofi Sunda : bru di juru, bro di panto, ngalayah di tengah imah, rea ketan, rea keton, buncir leuit, loba duit, di hareup undeureun, di tukang alaeun, di pipir petikeun, di kolong aya si jambrong, na parango aya si jago.

d) Di Bidang Investasi dan industri, perlu dibukanya areazona industri maupun kawasan industri yang dikuasai oleh pemerintah daerah


(44)

sebagai bagian dari kemudahan investor, dan simbiosis investasi antara negara dengan pelaku industri, dengan orientasi kemakmuran rakyat. Rancang bangun ini merupakan bagian dalam membangun hubungan perubahan sosialisme-kapitalisme atau dinamakan dengan istilah bumi manjing ka langitna, ti langit seah hujana, lembur subur, kota bagja, masjid jeung diri ngahiji, harta geus ngawujud harti, hukum geus ngawujud adil, nyanding pamingpin ka rakyat, pandita ajeg wiwaha, ucap jeung langkah sarua, pitutur ngawangun subur, ayat ngawujud Adab.

e) Di Bidang Ekonomi kerakyatan, optimalisasi potensi ekonomi kerakyatan perlu ditingkatkan yaitu melalui ketauladanan untuk mencintai berbagai produk rakyat, baik yang sudah tersentuh oleh pemerintah maupun yang belum tersentuh oleh pemerintah yang merupakan potensi keunggulan daerah.

f) Di Bidang Perdagangan dan Jasa, perlu dilakukannya upaya pengembangan, proteksi dan fasilitasi terhadap pedagang kecil dan pasar tradisional sebagai penggerak ekonomi masyarakat. Pada bidang jasa pariwisata, perlu dilakukan upaya intesifikasi dan ekstensifikasi potensi pariwisata daerah, dengan lebih mengedepankan objek wisata alam dan wisata budaya sebagai wisata unggulan Purwakarta.

2. Mengembangkan infrastruktur wilayah yang berbasis nilai-nilai kearifan lokal dan berorientasi pada semangat perubahan kompetisi global.


(45)

Untuk mewujudkan Visi Pembangunan : “Purwakarta Berkarakter”, maka Pemerintah Kabupaten Purwakarta mempunyai misi untuk senantiasa mengembangkan infrastruktur wilayah yang berbasis nilai-nilai kearifan lokal dan berorientasi pada semangat perubahan kompetisi global. Pembangunan infrastruktur wilayah yang berbasis nilai-nilai kearifan lokal dan berorientasi pada semangat perubahan kompetisi global dimaksud tercermin, antara lain dari upaya :

a) Mengembangkan jaringan jalan, arsitektur rumah, penataan perkantoran serta sarana dan prasarana lainnya yang berbasis nilai-nilai kearifan lokal dan berorientasi pada semangat perubahan dan kompetisi global. Sehingga kita tidak kehilangan jatidiri dan orientasi masa depan sebagai masyarakat yang berbudaya.

b) Di bidang transportasi darat dan air, perlu dioptimalkannya berbagai sarana transportasi darat dan air yang mendekatkan hubungan antar daerah. Pola hubungan yang dibangun dalam konteks pembangunan sarana transportasi darat adalah pola simbiosis antar pemerintah, masyarakat dan dunia usaha mulai dari pembangunan sampai pemeliharaan, dengan prinsip sareundeuk sa igel, sa bobot sa pihanean, ka cai jadi sa leuwi, ka darat jadi sa logak.

3. Meningkatkan keutuhan lingkungan baik hulu maupun hilir, fisik maupun sosial.

Untuk mewujudkan Visi Pembangunan : “Purwakarta Berkarakter”


(46)

mempunyai misi untuk senantiasa meningkatkan keutuhan lingkungan baik hulu maupun hilir, fisik maupun sosial. Pembangunan lingkungan dimaksud antara lain tercermin dari upaya :

a) Penegakan berbagai peraturan ataupun membuat peraturan baru, untuk melindungi berbagai areal yang menjadi kebutuhan publik secara luas. Seperti: perlindungan terhadap hutan, perlindungan terhadap sumber mata air, perlindungan terhadap areal persawahan, perlindungan terhadap keanggunan gunung, dan perlindungan terhadap daerah aliran sungai. Hal ini sebagai bagian dalam menjaga keutuhan lingkungan hidup serta kehidupan sosial lainnya yang merupakan upaya terciptanya simbiosis mutualisme antara manusia dan alam lingkungannya.

b) Mengembalikan kondisi sumber air, sungai dan danau sebagai sumber kehidupan masyarakat, menjaga kualitas airnya, menjaga kualitas lingkungannya, agar terjaga dari berbagai bentuk ambisi kepentingan ekonomi, yang pada akhirnya menghancurkan sistem nilai hayati dan nabati yang terkandung di dalamnya. Karena pada hakikatnya, sumber air, sungai dan danau yang ada di Purwakarta merupakan cermin watak peradaban masyarakat Purwakarta secara keseluruhan.

4. Mengembangkan struktur pemerintahan yang efektif, yang berorientasi kepada kepuasan pelayanan publik, mengembangkan potensi kewirausahaan birokrasi yang berorientasi kemakmuran rakyat.


(47)

Untuk mewujudkan Visi Pembangunan : “Purwakarta Berkarakter”

pada aspek birokrasi dan otonomi daerah, maka Pemerintah Kabupaten Purwakarta mempunyai misi untuk senantiasa mengembangkan struktur pemerintahan yang efektif, yang berorientasi kepada kepuasan pelayanan publik, mengembangkan potensi kewirausahaan birokrasi yang berorientasi kemakmuran rakyat. Misi tersebut antara lain tercermin dari upaya :

a) Pengembangan tatanan birokrasi dan aparatur daerah, sehingga mampu terwujud lembaga birokrasi dan aparatur daerah yang mencerminkan tata nilai dan prinsip kesundaan : landung kandungan, laer aisan, leuleus jeujeur liat tali, hade congcot, gede bacot, someah hade ka semah.

b) Perwujudkan otonomi desa melalui penguatan otonomi kultural dan struktural masyarakat perdesaan, serta desentralisasi pembangunan desa dan desentralisasi pengelolaan anggaran perimbangan desa, yang mencerminkan semangat keadilan, atau

gemah ripah, repeh rapih, sugih mukti lemah cai, wibawa karta raharja.

c) Membangun kekuatan hukum yang memberikan perlindungan menyeluruh terhadap masyarakat dengan berorientasi pada produk hukum yang cerdas, tanggap terhadap perubahan dan berkembang sesuai dengan nalar, lingkungan alam dan masyarakat.


(48)

➀➁5 ➂➃➄➃n ➅ ➆➆rn➇➃➃➃n n ➅ ➆➈➃mngunn D➃ ➆rh ➉➂ ➊➅ ➅ ➋D➊➌ ➍➃➈➃uptnurw➃➃krt .

➀➁5➁➎Struktur rgnissi

Perencanaan pembangunan daerah dapat diartikan sebagai suatu usaha yang sistematik dari berbagai pelaku (aktor), baik umum (publik), atau pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat lainnya pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik, sosial, ekonomi dan aspek lingkungan lainnya dengan cara secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah, merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan daerah, menyusun konsep strategi bagi pemecahan masalah dan melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang tersedia, sehingga peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan.

Pihak pemerintah daerah sudah selayaknya kini melepas paradigma ekonomi pembangunan lama (neoklasik) laissez-faire yang memegang pandangan pasar yang murni atau liberal secara ekonomi: bahwa pasar bebas sebaiknya dibiarkan pada seperti apa adanya, dan akan didispensasikan dengan inefisiensi dalam cara yang lebih bebas dan cepat seperti pemberian harga, produksi, konsumsi, dan distribusi dari barang dan jasa dibuat untuk ekonomi yang lebih baik atau efisien.


(49)

➐➑gn ➒➓ ➔ Struktur rgnissi ➐➣↔↔↕D

Sumber : Bagian Sub Bidang Sosial dan Budaya Bappeda Kabupaten Purwakarta Tahun 2010.

KEPALA BADAN BIDANG FISIK DAN PRASARANA BIDANG SOSIAL BUDAYA SEKRETARIAT SUBBAGIAN PROGRAM SUBBAGIAN KEUANGAN SUBBAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUBBIDANG INFRASTUKTUR WILAYAH SUBBIDANG TATA RUANG DAN LINGKUNGAN HIDUP SUBBIDANG PENDIDIKAN , AGAMA DAN KESEHATAN SUBBIDANG PEMERINTAHAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT BIDANG EKONOMI BIDANG LITBANG DAN STATISTIK SUBBIDANG PERTANIAN, KEHUTANAN, PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN PERTAMBANGAN SUBBIDANG PENANAMAN MODAL, PENDAPATAN, KEUANGAN DAN BUMD SUBBIDANG PENGENDALIAN DAN EVALUASI SUBBIDANG LITBANG DAN STATISTIK KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL


(50)

➙➛5➛➜ ➝➞ugsokok ➠➞➡➞n➟ ➢r➢➤➞n n➞➞n ➟➢➥➞mngunn D➞ ➢➞rh ➦ ➠➧➟ ➟ ➨D➧➩➫➞➥uptnurw➞➞krt

Berdasarkan sumber dari Bagian Sub Bidang Sosial dan Budaya Bappeda Kabupaten Purwakarta Tahun 2010 yang menjadi Tugas Pokok dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Purwakarta sebagai berikut :

(1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan daerah, dipimpin oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

(2) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah.

(3) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis perencanaan.

b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan. c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan

pembangunan di daerah.

d. Pelaksanaan pelayanan teknis administratif badan.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(51)

(4) Susunan organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah terdiri dari :

a. Kepala Badan.

b. Sekretariat, terdiri dari : 1). Subbagian Program 2). Subbagian Keuangan

c. Bidang Fisik dan Prasarana, terdiri dari : ➭➯ ➲ Subbidang Infrastruktur Wilayah

➳➯ ➲ Subbidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup. d. Bidang Sosial Budaya, terdiri dari :

1). Subbidang Pendidikan, Agama dan Kesehatan 2). Subbidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat e. Bidang Ekonomi, terdiri dari :

1). Subbidang Pertanian, Kehutanan, Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertambangan.

2). Subbidang Penanaman Modal, Pendapatan, Keuangan dan BUMD.

f. Bidang Litbang dan Statistik, terdiri dari : ➭➯ ➲ Subbidang Pengendalian dan Evaluasi ➳➯ ➲ Subbidang Litbang dan Statistik


(52)

➵➸➺ ➻l➼➽ ➼ ➾lur ➚ ➻➸lksn➸➸nusr➻➺ ➸n ng

➶➸➹➸n➚➻rn➘➸n➸➸n➚ ➻➺ ➸mngunn D➸ ➻rh➴➶➾➚ ➚ ➷D➾➬ ➮➸➺➸uptnurw➸➸k➸ ➽rt

Sumber : Bagian Sub Bidang Sosial dan Budaya Bappeda Kabupaten Purwakarta Tahun 2010.


(53)

➱✃

4ÝÞÒ ßmßàáâ ánÜ ásáláâ Üusrßã án nä å álám ❐æåánä Ðæáosl å án

❐åuáyá åæ ❐áåán Ò ßrßnàááán n Ò ßmã ánäunán Ûáßráâ ç ❐❒ÒÒ Ø Û❒è Ö áãupátßn Òurwáé ártá

ê ëì ëíîïî ð ìîñ îòîï ó ëòîô ñ î ðîî ð õöñ ÷ ëðøî ðù úîò î ì û üúî ðù ýþñ üîò úî ð û öúî ÿî ûîó ó ëúî îúîòîï úüô ëðîò øîü ô þò ëï ó ëðë÷ ü ìî úüô ëðîò ú ëðùî ð ô ëóüî✁îüî ðð ÿî úîòî ì ì ë ✂✄ ☎✆✝✞ úî✟î✠úî✟î ÿî ðù îúî úîò îì ó ë÷ ö ìöñ î ðó ë÷ ëðíî ðîî ðó ëìø î ðùö ðî ðÿî ðù ñîò îïñ î✟ö ðÿî øüúî ðùñ þñü îò úî ð øöúî ÿî✡ ý ëòîü ð ü✟ö û îóó ëúî ìëìüòü ô ü óëùî✁îü ÿî ðù ø ë÷ ó ëðúü úüô î ð ø ë÷ ô þ ìëó ë✟ëð ñ ëñöî ü ú ëðùî ð ó ëô ë÷☛îî ð ðÿî ✟ëð✟î ðù óëò îô ñî ðîîð õöñ÷ ëðø îðù ú îò î ì û üúî ðù ýþñ üî ò úîð û öúî ÿî ú ü û îúî ð êë÷ ëðíî ðîî ð êëìøîðùö ðî ð☞î ë÷ îï ✌û✍êê✎☞✍ ✏✑îøöóî✟ëðê ö÷✁îô î÷✟î✡

ê ë÷ î ð ñ ë÷✟î ìîñ ÿî÷ îô î✟ ñ ëïü ðùùî ø ë÷✟î ìøî ïð ÿî ìîñÿî÷ îô î✟ ÿîðù ì ëìüòüô ü ô ëñü ùîóî ð úîòî ì ìëðùïîú îóü ø ëðíî ðî ì ëðü ðùô î✟ôî ð ñî÷ î ðî úî ð ó÷ îñ î÷ îðî ó ëò î ÿî ðîð ýþñ üîò úî ð û öúî ÿî õëìø ë÷ úî ÿîôî ð ô ëìî ðúü÷ üî ð ìîñÿî÷ îôî✟ úî ð ìëðî ìóö ðù îñóü ÷ îñ ü ìîñ ÿî÷ îô î✟ ö ð✟öô ì ë÷ ö ìöñ ô î ð ô ëøü☛îô îð ì ëðù ëòþòî þ÷ ùî ðüñ îñ ü øîüô þ÷ ùî ðüñ îñü ñ þñü îò øöúî ÿî þ ÷ù î ðüñ îñ ü ô ëîùî ìîî ð þ÷ ùî ðüñ îñ ü ô ëìî ðöñ üîî ð þ÷ ùî ðüñ îñ ü ñ ëðü øöúî ÿî úî ð ó ëðú üúüô î ð þ÷ ùîðüñ îñü ô ëó ë ìöúîî ð ú îð úî ð þòîï ÷ îùî ñ ëïü ðùùî✟ö ìøöïúî ðø ë÷ ô ëìøî ðù✡


(1)

✜✢

✣✤✥✦✤ ✧★✩✪✩ ✫✬✭✮✦ ✯✰✤✬ ✱✱✲✮✳✤ ✴✦✤ ✧✵ ✶✷✴✳✪✸ ✳ ✫ ✳✤✹✦ ✤✦✦✤✸✳✪ ✺✦ ✤ ✧✰✤✦✤

★✦ ✷ ✶✩✤✦ ✻✼

✽ ✳✦✥✦✦✤✾ ✳✪✩ ✧ ✫✦ ✿ ✶✷✦ ✺✰❀✦✴ ✳✤✽ ✸ ✰ ✫❁✦❂✦ ✫✴ ✦✾ ✶✤ ✦ ✷✽✳❀✳✤✥✰✥✰❂ ✦✤✽✦ ✺✰❀✦✴✳✤✸ ✰ ✫❁✦❂ ✦ ✫✴✦

✮✦✯✰✤ ✬ ✱✱❃✼

❄✶

s

✶✥✦✤❅✶

s

✶✽✦ ✺✦

p

u

t

✳✤✸

u

rw

✦❂✦✦

rt

❆✦ ✧✶✦✤✵

u

✺❆✶✥✦✤ ✧✵

o

s

✶✦ ✻✥✦✤❆✥✦

u

y

❆✦

p

p

✳✥✦ ✽✦ ✺

u

p

t

✳✤✸✦❂ ✦

rw

u

rt

✮✦✯✤

u

✬ ✱❇✱ ✼

❈❉❊ ❉❋●❍■❏ ❑❋▲ ▼◆❍ ❖ ❋P

Web Site

✽✦ ✺✦

u

p

t

✳✤ ✸✦❂ ✦

rw

u

rt

✦ ✼ ◗✬ ✱❇✱❘ ✼

Sistem In

formasi Manajemen Daerah dan

Etalase Kabupaten

Purwakarta

✼ ❅✳✻✦ ✻

u

✶ ✦ ✻✦✪ ✦

t

✦❂✳

s

s

❙ ✼

w

w

w

❁✦❂ ✦

p

u

r

✦✼ ✧

rt

✼✶✥

o

❚ ✶✤✥ ✳

x

✼✯

p

p

o

p

t

✶✤❱✹

o

✪ ❲✹

o

o

t

✳✤❳

t

v

✶✳

w

❱✦

rt

✶✹ ✻ ✳❳ ✶✥❱❇❇❃❳ ❨

t

✳✪ ✶✥❱❇❇✱ ❩✬✜❬✱❭❬✱✢❪✼


(2)

❫ ❴ ❴

a

a

❛ ❜

aa

a

❝❞

u

W

W

❢ ❣❤✐❥ ❦❣ ❧❣ ♠♥♦♣❤

q✐r♦ ❦♦qs❦♦ ♥t♣t ✉✐✈✐ r

rt♣ ✇♦♣ ❤ ❣r❣✉ ① ② ③ ④⑤

⑥ ⑦⑥ ⑧⑤④ ⑨⑤⑩ ❶❷⑨⑤❸

⑨⑤ ③❹⑤❺ ❻❶⑤② ② ③⑨⑤❼

❢t♣ ❦❣ ❥❣♣♦♣ ❽♦

❾t ❾t♣❣q✐ ✈❣✇♦ ❥ ❢♠❿✇

r♦♣ ➀ ✉❾❣ ❢❿ ✉✐✈✐ ❧ ➁♣✐➂

❥t♥t♣❣q♣❦♦ ➃♦q➄♦

❧t❥t ❾♥ ❣ ♠♣♦ ♦♣➅ ➃t♠q❣➃

r✐q♦ ♠♦♥ ❧♦ ♣rt♣ ✇♦♣✈♦♣

❽♦♥❿♠♦♣ ✐♣✐ ✈t♠

❧♦ ❥✐q ♦✈♦ ❥ ♥t♣ ✇♦ ♠♦q♦♣

♥✐q♦ ❧ ❦♦♣ ✇ ✈t ✉♦q ❾t

❧t♥♦r♦ ❦♦♣ ✇✈t♠q❿♠❾♦

➆➇ ❢♠❿➈ ➇ ➉➊ ➇ ➋ ➌➇ ❢ ♦

❢❿ ✉✐✈✐ ❧r✐ ➁♣✐➂ t♠ ❥✐✈♦

➍➇ s✐♦ ➎♦ ♠♣✐♦➄♦✈✐➅

❢t ❾t♠✐♣✈♦q♦ ♣ ➏♦

➎❿ ❾♥❣✈t♠➀♣r❿♣t❥

➐➇ ➑♦✈✐ ❧➊❿q❾♦➄♦✈✐➅➒

➓➇ ➒t ❾❣♦➉❿❥t♣ ♥t♣

➀ ✉❾❣ ➒❿❥✐♦✉r♦♣➀ ✉❾

➔➇ ➎t♥♦✉♦ ➒❣➃ →✐r

❢t ❾➃♦♣✇❣♣♦♣➉♦t

➣⑤↔⑤②③⑩↕⑤⑩↔⑤❹

a a

aa a u

W

❡➙

W

➛➇

♣❤ ♦✈❧♦♣❧t q♦r✐ ♠♦✈➜✉✉♦q➒➝➑➅ ❧♦ ♠t♣♦♦✈♦ ❥♠♦q

r♦♥ ♦✈ ❾t♣ ❦❣ ❥❣♣ ❽♦♥❿♠♦♣ ➎❣✉✐♦q ➎t♠❤ ♦

④⑤➣⑥⑤⑩⑤⑤⑩ ➞❷⑥❹ ③⑩❶⑤⑩↕ ⑨⑤④⑤➞

❸⑤ ⑨ ⑧ ❶⑤⑨⑤⑩ ②③❹ ③⑩➟⑤⑩⑤⑤⑩ ②③➞❶⑤

⑤❼➣⑤❶❷② ⑤↔ ③⑩②❷❹➠⑤➣ ⑤❹↔⑤ ➡ ➢

❽♦♥❿♠♦♣ ➎❣✉✐♦q ➎t♠❤♦ ❽♦♥♦♣ ✇♦♣ ✐ ♣✐ r✐♦❤❣ ❧♦

✇ ♠♦❾ ➒ ✈❣r✐ ➀ ✉❾❣ ❢t ❾t♠✐♣✈♦q♦♣ ➏♦ ❧❣✉ ✈♦ ❥ ➀✉ ❾

✐➂t♠ ❥✐✈♦ ❥ ➎❿ ❾♥❣✈t♠ ➀♣r❿♣t❥✐♦➅ rt♣ ✇♦♣ ❾

❽♦♥❿♠♦♣ ➎❣✉✐ ♦q ➎t♠❤ ♦ ❽♦♥♦♣ ✇♦ ♣ ✐♣✐ ❤♦

❣➃❣♣ ✇ rt♣ ✇♦♣ ❧t ✈t♠➃♦✈♦ ❥♦ ♣➇ ➎♠✐✈✐ ❧ r♦♣ ❥♦ ♠♦

♦♣✇♦♣✈t♠➃❣ ❧♦ r♦ ♠✐➃t♠➃♦ ✇♦✐♥✐q♦ ❧ ➇

t♠r♦♥♦✈ r✐ r♦✉♦❾♣ ❦♦ ❾t♣✇❣➤♦♥ ❧♦♣ ➃♦♣ ❦♦

♦♣➅ r♦♣ r❿♠❿♣ ✇♦♣ ❦♦♣ ✇ ❥♦♣ ✇♦✈ ➃t♠q♦ ♠ ✇♦ r♦

t ❾➃t♠✐ ❧♦♣ ➃♦♣✈❣♦♣ r♦♣ ❾❿ ✈✐➂♦ ❥✐♣❦♦ ➇ ➉✐♦

♦✈➥

♦♥♦ ❥✐ ❥t ✉♦ ❧❣ ➉t❧♦♣ ➏♦ ❧❣✉✈♦ ❥ ➀✉ ❾❣ ➒❿❥✐♦✉

✈♦ ❥➎❿ ❾♥❣✈t♠➀♣r❿♣t❥✐♦ ➇

➒➇➀❢ ➌➇➒✐ ❥t ✉♦ ❧❣ ➎t ✈❣♦ ❢ ♠❿✇♠♦❾ ➒✈❣

♦ ❧❣✉✈♦ ❥ ➀ ✉❾❣ ➒❿❥✐♦✉ r♦♣ ➀ ✉❾❣ ❢❿ ✉✐✈✐ ❧ ➁♣

❥✐♦ ➇

➒➇➀❢ ➒t ✉♦ ❧❣❢t ❾➃✐❾➃✐♣ ✇➎❣✉✐ ♦q➎t♠❤♦❽♦♥♦

♣✇♦❤♦ ♠ r✐❢♠❿✇♠♦❾ ➒ ✈❣r✐ ➀✉ ❾❣ ❢t ❾t♠✐♣✈♦q♦♣

❾❣❢❿ ✉✐✈✐ ❧➁♣✐➂ t♠ ❥✐✈♦❥➎❿ ❾♥ ❣✈t♠➀♣r❿♣t❥✐♦ ➇

r♦♣ ✇ ➒❿❥✐♦✉ r♦♣ →❣r♦ ❦♦ →♦r♦♣ ❢t♠t

♦t♠♦q➦→➜❢ ❢➧➉ ➜➨➎♦➃❣♥♦✈t♣❢❣ ♠➄♦ ❧♦ ♠✈♦ ➇

a a

aa a u

W W

♦q❾♦✈r♦♣

❽♦♥♦♣✇♦ ♣

❶⑧⑨⑤⑩↕

⑩↕❷⑩⑤⑩

❧♦♣ ❣♣✈❣ ❧

❾❣ ➒❿❥✐♦✉

❾t♣ ❦♦r♦ ♠✐

❤♦❣q r♦ ♠✐

♦♣ ❥♦♣ ✇♦✈

♦ ❧ ✈t♠✐❾♦

♦ ♠✐ ❥t ❾❣♦

♦♣✈♦ ♠♦♣❦♦

r♦♣ ➀ ✉❾❣

✈❣r✐ ➀ ✉❾❣

➁♣✐➂ t♠ ❥✐✈♦ ❥

♦♣ ✇♦♣ ➇

♣ ➏♦ ❧❣✉✈♦ ❥


(3)

v

➫➭ ➯➲➳➵➸ ➵➺ ➻➼➻➸ ➻➽➵➸ ➾➻ ➚➻ ➪ ➶➲➸ ➲ ➪➹ ➻ ➪➻➻ ➪ ➶➲➘ ➴➻➪➷➵ ➪➻ ➪ ➬➻➲➸ ➻➺

➮➾➱➶ ➶✃➬➱❐❒➻➴➵➼➻➽ ➲ ➪➶➵➸❮➻❰➻➸ ➽➻ ➭

Ï➭ ❒➲ ➚➵➻ Ð➸ ➻ ➪➷ Ñ➵➻ ❰➻➘Ò Ó➻ ➪➷ ➽➲➸ ➹ Ò➪➽ ➻ Ô ➲➳➻➳➵ ➘ ➲ ➪➚ÕÖ➻❰➻ ➪ ➘ ➲➘ ➴➲➸ Ò

➘ Õ➽ Ò×➻ÔÒÔ➲➸ ➽ ➻➚➵❰➵ ➪➷ ➻ ➪➪Ó➻ ➴➻ Ò❰ ➘➻➽ ➲➸ Ò➘ ➻➵➼➵ ➪Ô ➼ Ò➸ Ò➽➵ ➻➳ ➭

Ø➭

T

➲➘ ➻ ➪Ù➽ ➲➘ ➻ ➪ Ô ➲➼ ➲➸Ú➵➻ ➪➷➻ ➪

P

➸ Õ➷➸ ➻➘

S

➽ ➵➚Ò

I

➳➘ ➵

P

➲➘➲➸ Ò ➪➽ ➻➺➻➪ ➱➪➷❰➻➽➻ ➪ÛÜÜ ÏÝ

Ó➻ ➪➷➽ Ò ➚➻❰ ➚➻➼➻➽➚ÒÔ➲➴ ➵➽❰➻ ➪Ô ➻➽ ➵➼➲ ➸Ô ➻➽ ➵ ➭

H

➻➸ ➻➼ ➻ ➪ Ó➻ ➪➷ ➴➲Ô ➻➸ ➵ ➪➽➵❰ ➘➲➘ ➻ ➪Ú➻➽❰➻ ➪ ➚Õ➻Ý Ô ➲➘Õ➷ ➻ ❰Ò➸ ➻ ➪Ó➻

➱➳➳➻➺

S

Þ

T

Ô➲ ➪➻ ➪➽Ò➻Ô ➻ ➘ ➲➳ Ò➘ ➼➻➺❰➻ ➪ ➸ ➻➺➘ ➻➽ ➚➻➪ ➴ ➻➳ ➻Ô ➻ ➪ Ó➻ ➪➷ ➴➲➸ ➳ Ò➘➼➻➺ ➼➻ ➚➻Ô ➲➘➵➻ ➼ Ò➺➻❰ Ó➻ ➪➷➽ ➲➳➻➺➘ ➲➘ ➴➲➸ Ò❰➻ ➪➴➻ ➪➽ ➵➻ ➪➭➱➘ÒÒ➪➭

Wa

ßß

a

à

a

á

ua

à

a

âã

u

á

W

ä å

W

æå

➾➻ ➪➚➵➪➷Ý

N

Õ×➲➘ ➴➲➸ÛÜçÜ


(4)

èé ê ëìíîé ïðé ñìòìï

óôõôè ö îéèì÷ñìïììï êôñíé ï ëìïð õìè ìê ëø õìïð ñ

O

ñøìè

õìï ëôõìùì õø ëìõìï îéíé ïúìïììï

îé êëìïðôïìï õìé íìò

(

ë ìî îéõì

)

÷ìëôî ìûéï îôíüì÷ìíûì

ï ìêì

: CEPI MUHAMMAD IQBAL

NIM

: 4.17.08.701

ýþÿ ✁ÿ✂✄☎✆✝ ✞✟ ✠✞ ✡☛☞ ✌☞

Menyetujui,

Mahasiswa,

Pembimbing

Tatik Rohmawati, S.IP.

Cepi Muhammad Iqbal

NIP. 4127.35.31.007

NIM. 41708701

Instansi Tempat KKL

Ketua Prodi Ilmu pemerintahan

Kepala Bappeda

Kabupaten Purwakarta

Ir. Drs. H. Didin Sahidin, M.SP

Nia Karniawati S.IP.,M.Si.

NIP. 19570514 198503 1 007

NIP. 4127.35.002


(5)

✍✎ ✏✑✒✑✓ ✔✎ ✕✖✗✗✘ ✙✖ ✚✎✛

✜✢ ✎ ✕✘✙✓✎ ✓✑ ✛✕✎ ✍✎

✣✤✥ ✤ ✦✧★✩✪✫✬ ✤✭ ✤✥✥ ✤✮✯ ✰✱✤

l

✲★

mp

✤✳✴ ✲✤

ngg

l

✵✤

hi

✶ ✦✷✬✶ ✸✤

k

✤✶ ✳✤✴✹✺✫★

i

✹✻✼✻ ✽✳✤✳✬ ✾✷★✶

k

✤✸

in

n

✦✿ ★

l

m

❀ ✤✸

in

l

m

✤✳✵★

ngk

p

✦❂

l

❀ ✬ ✱✤

ng

✽ ✤✶

i

✺✣❄❃ ✼✤ ❅✲❆❇❅❈❆✹✿ ✤

n

✮✬

ng

✣✤

m

✤❁

y

h

✦❉❃✽

y

hi

✷★

k

★✶

j

✤✤

n

y

h

✦❈

i

✶✤✾✸✤✾✳✤

✣✤

m

✤✯ ✱✬ ✦❁✤✳❅❄

h

✤★✳

i

✷★

k

★✶

j

✤✤

n

✯ ✱✬ ✦✯✱✬❅✬

m

h

✲✤

ngg

l

m

✤✳✵★

ngk

p

❊✶✤

ng

✲✬ ✤ ✦✲✤✶

ingg

l

onggoh

❅✲❆❋❅❈❆● ❀★❍ ✤

m

✤✳✤

n

❈✤

n

y

✤✾ ✤❀ ✤✱✬

p

✤✳★

n

✷✬✶ ✸✤

k

✤✶ ✳✤❇✹✹■❇ ❉❄✱✱

y

✦❊

l

h

✶✤

g

✤✮✤

n

✫✬ ✾

ik

❏✢ ✗✘✙✕✎✕✎ ❑✑✙▲ ▼ ✍◆ ✑✚

✽❖ ✣★

g

★✶

i

✲✤✶

ingg

l

✹❈✤

n

y

✤✾ ✤✦✹✻✻❋ P●❆❆✹ ✫✲✽◗ ✷✫✯❈✤

n

y

✤✾ ✤ ✦●❆❆✹P●❆❆❇ ✫❁✣✷✬✶ ✸✤

k

✤✶ ✳✤ ✦●❆❆❇ P●❆❆■

✽ ★✮✤

ng m

l

nj

✬✳

k

n

✽✳✬ ✮

i (

✽✹

)

✷✶

og

✶✤

m

✽✳✬ ✮

i

lm

✬ ✷★

m

★✶

in

✳✤

h

n

❘❙

ikom

❚✢ ✗✘✙✕✎✕✎ ❑✑✙ ✙▼✙▲ ▼ ✍◆ ✑ ✚

✷★✾ ★✶ ✳✤ ✷★

l

✤✳

ih

n “

o

k

hop

❯ ✷★

l

✤✳

ih

n

❱❲ ❳ ❨❩❬

a

❭❩❪ ❨

i

❘❙

i

❫★✶✾

i

✳✤✾ ✷✬✶ ✸✤

k

✤✶ ✳✤ ✲✤

h

n

●❆❆■ ❃

✷★✾ ★✶ ✳✤ ✷★

l

✤✳

ih

n

✷★

n

i

ik

n

✷★

mil

✬ ✮✤

n

oli

ik

✱ ✤

gi

✷★

milih

✷★

m

l


(6)

❴❵ ❛ ❜❝❞ ❡❢❡❣❡❝❤❜✐ ❥✐❞❡❝ ❦❧❡❧ ❦

♠ ♥♦♣ qr ♥♣ ♥sq ts✉✈ ♠✇①✉②③t

n

t

y

t♣ t✈ t

h

n

⑤⑥⑥⑦⑧ ♠ ♥

k

i

l

t

h

⑩ t

g

t⑨ ♠② ♠✉❶ ❷①④⑩ ❸t

k

t⑩ ❹t✈t

h

n

⑤⑥⑥❺⑧ ♠ ♥

k

i

①♥

n

t

l

t⑩ t

n

❻t

n

① ♥

n

i

ik

t

n

❼②✉❶ ②①❽② ♠② ①⑤⑥⑥❾ ①t

ni

i

t ❽④❹ ♣ t

l

❼②✉❶ ②① ❽② ♠② ①❿s

ikom

✈t

h

n

⑤⑥⑥➀⑧ ①t

ni

i

t ⑨④❹ ➁

on

❻❼②✉❶ ②①❽②♠② ①❿s

ikom

✈ t

h

n

⑤⑥⑥➂⑧

➃t

n

❻④

ng

➄❷

o

➅♥

m

➁ ♥⑩ ⑤⑥➆⑥