Sintesis Kebijakan Pengembangan Pengusaha Kecil dan Koperasi

DAN KOPERASI
Oleh: Willem Dagi,SP,MM
(Alu'mni MMA-IPB, Angkatan Eksetkutif 3)

Kedua pokok pikiran tersebut
yang seharusnya digunakan dalam
berbagai
perumusan
kebijakan
pengembangan pengusaha kecil dah
koperasi, baik sebagai ketentuan
normatif
maupun
ketentuan
pelaksanaan. Prinsip "keadilan dan
kemakmuran" tersebut dijadikan
sebagai acuan utama, sebab data
yang diungkapkan Sanim (1997a)
memperlihatkan
bahwa
hampir

scmua negara maju membuat struktur
ekonominya
yang
melibatkan
pengusaha kecil dan besar secara
selmbang,
bahkan
pemerintah

rakyat lainnya; sebaliknya "beban
ekonomi" semakin tinggi iliranggung
rakyat akibat kemiskinannya sebab
dengan meningkatnya pertumbuhan
ekonomi
maka meningkat juga
harga-harga kebutuhan dasar manusia
(sandang dan pangan) dimana rakyat
miskin semakin sulit mendapatkan
untuk pemenuhan hidupnya.
I. Permasalahan Kesenjangan

Jika kondisi tersebut memasukkan
Sosial dan Ekonomi
variabel "krisis ekonomi" yang
Sasaran pembangunan "adil dan
diakibatkan
oleh
kesalahan
makmur" yang tertuang dalam sila
menentukan arah kebijakan ekonomi,
kelima, memberikan indikasi bahwa
variabel
yang
maka
kedua
ada 2 pokok utama yang perlu
ditanggung rakyat semakin berubah
diperhatikan dala~n seluruh agenda
I
I
yalru var~abel ' mantaat" aka11

din;im~knpemhangunnn ehononi~
b
~
a
*
t
b
~
u
l
k
a
n
kedskinan
sernakin
kec~l srdangknn
Indonesia sehclgai h z r ~ k u ~ :
~truktural
akan
%makin

meningkat
dan
vclr~abel "hehan ekonomi ' A n
a , KcaJllan
sosial
herart,
semakin sulit ditanggulmgiJika kebijakan scrnak~~r
bcsar. Padal~slr d h ) ; t ~
scluruh nklltlras ckonorni
ekOnomi
tidak
memberikm
aksekonomi
k c
bukanlall
l,cll~.~,~
rllclit,a[kan scluruh ringkarnn
yallg adfl tefhada~rakyat kecil. Untuk
kehijakan, rernpi mereka !:rng
rliasyarnkat [anpa 111clihat

pengusaha kccil akan srmakin sulit
nunanggung
cukbp
bc>.rr
l a m hel;tk,lngny;r sclalna
berpartisipasi
dnlam pembangunan
akihar dart kezalalin~l rsr~cl)ur
prliak-pillah [ e r x h u ~ dnlnm
jika tidak diberikan akses pasar
Secara [toritis ha1 In1 tll,ehul
>r;~tusrakyat Indunes~a. 11~1 ekon~mi
yang seimbang dengan para pelaku
scbacni h~aya sosldl ~ . \ o ~ c c ~ l
rni herarri hah\r,a akrif~las
ekoll~mi
1ainny.a
t@rutama
swam
besar

cosrs, akibal dnr I kcsalalicn~
pcmhangunan ekonomi hnrus
dan
Bt,JMN
arah
keh~lnkantercebur.
1nenll)erikan peluclng ~kur
Iwrparr~srpds~ bagi bcluruh
I ncgara-ncgara
nraju
[crsebut
rakyar dan lernbaga pelaku
memperliharkan keberpihakan yang
ekonomi
yaitu
pemerintah
tinggi (erhadap pengusaha kecil.
(BUMNIBUMD),
swasta
Saat ini, apalagi bila ditambah

(pengusaha kccil dan besar), dan
dengan krisis ekonomi, maka terlihat
koperasi.
kesulitan ekonomi yang ditanggung
b. Seluruh aktifiras pembangunan
rakyat
Indonesia
akibat
tidak
ekonomi
Indonesia
harus
seilnbangnya variabel "manlaat" dan
memberikan kemakmuran secara
"beban ekonomi" ying ditanggung
adil, artinya selur~rh rakyat
rakyat Indonesia.
Rakyal miskin
mendapatkan akses yang sani;)
semakin menghadapi kc~niskinan

untuk ~nendapatkan kemakmuran
strukturalnya
akihat
ridak
dari akrifrtas ekonomi makro dan
mendapatkan
" manfaat"
yang
rnikro Indonesia.
seimhang dengan sebagian kelompok
Volume 4 No.2 Juni 1998

I

Ilapa~ d ~ s ~ ~ n p u l k hah\r.a
an
kemiskinan struktural akan semakin
scniakin
sulil
meningkat

dan
ditanggulangi jika kebijakan ekonolni
tidak memberikan akses ekonomi
yang adil terhadap rakyat kccil.
Untuk pengusaha kecil akan semakin
sulit
berpartisipasi
dalam
pembangunan ekonomi jika tidak
diberikan akses pasar yang seimbang
dcngan para pelaku ekonomi laimya
terutama swasta besar dan BUMN.
Biaya sosial akan dapat diperkecil
jika dilakukan reforrnasi ckonolni

ISSN: 0853-8468

melalui konsistensi implementasi
kebijakan ekonomi serta membuat
kebijakan ekonomi yang langsung

membuka peluang usaha yang
seimbang antara scluruh lapisan
masyarakat.
Program-program pengembangan
dan pembinaan pengusaha kecil
ini
belum
banyak
selama
memberikan manfaat pertumbuhan
dan pemerataan "manfaat" ekonomi
Hal ini
yang didapatkamya.
diakibatkan karena faktor kualitas
produk, manajemen bisnis, dan akses
pasar yang tidak seimbang dengan
Sebagai
pelaku bisnis lainnya.
contoh kasus petani cabai di Brebes
(Kompas, 30 dan 31 Agustus 1996).

ketika produksi melimpah mereka
sulit mencari akses pasar tcrhadap
komoditi yang dihasilkannya,
sebaliknya
dengan
produksi
meningkat tersebut maka harga
komoditi menurun.
Kondisi harga tersebut diatas
memperlihatkan bahwa harga
komoditi usaha kecil (terutama
disektor pertanian) bersifar lokal
padahal seharusnya nasional.
Jika jumlah scluruh hasil produksi
cabai petani Brehes tcrsebut
dikonversi kedalam skala nasional
maka jumlah produksinya (diiamb
dengall Lampung) tetap sangat ke
dalam skala nasional,
seharusnya harga mereka
konlpetitif dan seimbang de
masukan (input) produksiny
pupuk dan obat-obatan.
Jika arah kebijakan pemban
ekonolni dilihat dcngan perspektif
bisnis skala nasional (Itzdo
~ncorporared) maka
kelebihan
produksi (over ritpply) disuatu tempat
tidak dapat diperhitungkan dengall
kehijakan harga scrempat melainkan
nasional
Pandangan dari kasus Brcbcs terscbut
memperlihatkan bahwa apapun yang
dalan~
dilakukan
pengembangan
dan
pembinaan
pengusaha kecil, harus dilihat dalam
pandangan nasional. Kenyataan pang
Volume 4 No.2 Juni 1998

terlihat program pembmaan sangat
besar porsinya dibandingkan dengan
program pengembangan. Program
belum
banyak
pengembangan
melakukan usaha-usaha membuka
akses pasar dan kestabilan harga
komoditi yang dihasilkan olch
pengusaha kecil.
Sebaliknya,
dengan
adanya
program
pembinaan
maka
kemampuan pengusaha kecil semakin
meningkat sehingga jumlah produksi
meningkat,
tetapi
dengan
keterbatasan jumlah produksi yang
diserap oleh pasar maka pengusaha
kecil selalu mengalami kelebihan
persediaan (over stock) akibatnya
beban biaya produksi semakin sulit
tertanggulangi. Sehingga, walaupun
program
pengembangan
dan

pcngc11lbanga11 dan pembinaan
usaha
kecil
scrta
potcnsi
kcmiskinan
struktural
akibat
praktek kehijakan ekonomi yang
tidak
seimbang
memberikan
variabel "manfaat" scrta variabcl
"behan ekonomi" tersebut, maka
sudah selayaknpa dibutuhkan
transformasi struktur ekonomi
yang memberikan "manfaat" dan
"beban ekonomi" yang seimbang

golongan
antara
setiap
masyarakat.
b. Konglomerasi perusahaan-perusahaan
besar
Indonesia
seharusnya melibatkan pengusaha kecil.
Walaupun ada
tantangan
bahwa
sulitnya
melibatkan
pengusaha
kecil
secara
professional
karena
kurangnya kemampuan pengusaha
melaksanakan
kecil
untuk
manajemen bisnis modern, tetapi
bila
konglomerat
menyadari
kenyataan bahwa tidak ada
satupun kekuatan ekonomi suatu
perusahaan besar dapat bertahan
jika tanpa adanya keterlibatan
usaha
kecil
sehingga
itu
selayaknya
kondisi
ini
dipertimbangkan.
c. Semakin
besar
suatu
inaka
bcbari
perusahaan
ekonominya
juga
akan
semakin
besar,
dengan
melibatkan pengusaha kecil
maka beban ekonomi akan
menyebar merata sebaliknya
pengusaha kecil mendapatkan
"manfaat"
ekonomi
dari
procluk-produk yang dibuatnya
berintegrasi dengan proses
produksi pengusaha bcsar.
Perrow
(1992)
mengatakan
bahwa konglomerasi yang kuat
dan
memberikan
pengar1111
peningkatan ekonomi negara
adalah
konglorncrasi
yalig
strukturya
terhentuk
dari
scjurnlah pengusaha kecil yang
porcnsial.
Uiltuk
itu.
konglomerat
harus
ikut
bertanggung-jawab
bagi
pemberdayaan
(empowerment)
pengusaha kecil dalam ha1 akses
informasi dan manajemen bisnis
modern yang terdiri d a r ~ :
manajemen kualitas, nianajelnen
operasi, manajemen pemasaran,
dan
manajemen
keuangan,
'inanajemen
organisasi.
Sebaliknya pengusaha kecil juga
harus ikut bertanggung jawah
terhadap pengembangan dirinpa
ISSN: 0853-8468

negara
Indonesia
harus
hidupnya. Perbaikan lingkungan
sendiri
secara
professional.
memperhatikan
hak
orang
Menyangkut tentang pengusaha
hidup sekitarnya meliputi politik
pemerintahan,
bidang
dan
kecil, Perrow mengatakan bahwa
banyak.
b. Pemberdayaan (empowerment)
pengusaha kecil harus mampu
ekonomi dan kepemilikan sumber
daya alam, serta bidang sosial,
mengernbangkan jaringan kerja
dibutuhkan
agar
partisipasi
kebudayaan dan kelembagaan.
masyarakat semakin meningkat
(network) dengan pengusaha
solusi
pengentasan
Berarti
besar (konglomerat).
untuk ikut menentukan perilaku
kemiskinan
harus
dilakukan
sistem
kekuasaan
(Sanim,
perumusan
e. Dibutuhkan
kebijakan pemerintah yang
1997b).
Pemberdayaan tidak
secara
holistik,
multiaspek,
dapat terlaksana dengan efektif
multidimensi dan komprehensif
terpadu antara setiap instansi
(Sanim, 1997b).
yang terkait, sebab kenyataan
jika akses iniormasi
tidak
Menyangkut butir (a), (b) dan (c)
bahwa masalah pengusaha kecil
berlangsung
dengan
efektii
tersebut diatas, berarti dibutuhkan
(Minzberg,
1979;
1993).
tidak hanya terdiri dari suatu
masalah saja tetapi sangat rumit
reformasi sosial ekonomi yang
Mengacu pada pendapat kedua
dilakukan oleh seluruh instansi
pakar tersebut, maka usaha
(kompleks)
sehingga
membutuhkan kerkaitan berbagai
pemberdayaan hams diimbangi
terkait, swasta, maupun pribadi yang
instansi yang langsung terlibat
dengan akses informasi yang
merasa bertanggung jawab dengan
memberikan jalan keluar secara
kehidupan masyarakat dan negara
seimbang antara pengusaha kecil
operatif terhadap permasalahan
dan pengusaha besar. Selama ini,
:ecara ke seluruhan. Prakteknya,
usaha kecil.
Kenyataannya,
selama ini keberpihakan tersebut
pengusaha kecil mendapatkan
masalah "ego sektoral" dan
hanya
terlihat
dilingkup
perbedaan persepsi antara
perkotaan itupun dalam skala
instansi terkait masih nyata
Upaya pemerataan dan kesempatan
sangat sempit sekali artinya
tedadi dilapangan sehingga
kerja bukanlah satu-satunya solusi,
hanya jika terjadi masalah
pengusaha kecil masih sulit
tetapi dibutuhkan usaha-usaha memutus misalnya SEMBAKO saat ini,
dicarikan jalan keluarnya
tetapi ketika terjadi kelaparan di
struktur rantai kerniskinan.
yang langsung berdaya-guna.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara
Irian Jaya hanya sebagian kecil
Untuk mengatasi berbagai
memperbaiki lingkungan hidup
yang memperhatikannya dan
masalah
kemiskinan
serta
masyarakat miskin itu sendiri sehingga
sebagian besar l a i ~ y a sangat
pembinaan dan pengembangan
sibuk dengan valuta asing dan
mereka dapat melakukan perbaikan
taraf hidupnya
pengusaha kecil, maka usahasimpanan
di
bank
yang
usaha yang dapat dilakukan
dilikuidasi. Padahal seharusnya
adalah sebagai berikut :
orang kota menyadari bahwa
akses informasi yang tidak
a. Pertama-lama harus dimulai dari
mereka dapat hidup karena adanya
seimbang dengan pengusaha besar
mendorong
keberpihakan
masukan ( s u p p l ~ ) produksi dari
dalam mencari peluang bisnis
pengusaha
besar
kepada
masyarakat pedesaan.
dalam rangka mencari jalan
pengusaha kecil secara nyata
d. Menyangkut butir (c) tersebut
keluar terhadap perbaikan status
yang disertai dengan peraturan
diatas,
maka kunci utama
hidup pengusaha kecil tersebut.
yang jelas.
Misalnya bagi
pembangunan sosial ekonomi
c . Masalab
kemiskinan
hanya
konglomerat yang terbukti dapat
yaitu kebijakan pemerintah
dapat diatasi jika masyarakat
melibatkan pcngusaha kecil dalam
yang bersifat operatif Kebijakan
miskin
mendapatkan
sarana
struktur konglomerasinya, maka
vang bersifat operatif berarti
pendidikan dan perbaikan taraf
perusahaan konglomerat tersebut
kebijakan
tersebut
proaktif
hidupnya. Upaya pemerataan dan
akan senlakin mendapatkan akses
terhadap aktifitas ekonomi yang
kesempatan kerja bukanlah satumemberikan akses ekonomi yang
informasi untuk pengembangan
satunya solusi, tetapi dibutuhkan
Tetapi
tinggi kepada masyarakat.
usahanya lebih lanjut.
usaha-usaha memutus struktur
rerbukti
tidak
dapar
e. Kebijakan operatif (butir e)
yang
rantai kemiskinan. Hal ini dapat
tersebut,
bcrarti
peran
menyusun
struktur
dilakukan
dengan
cara
pemerintah harus menjalarkan
konglomerasinya dari pengusaha
mernperbaiki lingkungan hidup
fungsi
"public services" yang
kecil, maka peluang usahanya
masyarakat miskin itu sendiri
melakukan kegiatan informatif
tidak akan diberikan lagi. Dasar
dapat
sehingga
mereka
terhadap
rakyatnya. Untuk itu,
peraturan tersebut didasari ole11
nlelakukan
perbaikan
taraf
dibutuhkan keterbukaan politik
UUD 1945 bahwa setiap warga
Volume 4 No.2 /uni 1998

ISSN: 0853-8468

yang mernbantu perubahan sosialekonomi terutama pengentasan
kemiskinan dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. (Mungkin
ha1 ini
yang dimaksudkan
reformasi politik dun ekonomi
oleh kalangan pakar saat ini ? ).

pengusaha besarimenengah akan
memperkuat ketangguhan ekonomi
Indonesia. Pengusaha kecil dapat
menyerap biaya tenaga kerja dan
biaya produksi, sedangkan hasil
produksin!.;!
dikonsumsi
oleh
perusahaan besar yang diolah
kembali menjadi suatu produk
bernilai tambah uniuk pasar global.
Pola kerjasama tersebut akan
memperkuat
struktur
saling
masyarakat.
Masukan kontribusi
dari masyarakat pengusaha kecil
akan memperkuat struktur ekonomi
masyarakat lapisan atas. Sebaliknya,
jika pengusaha
kecil semakin
berkembang maka akan terjadi
pergeseran struktur masyarakat dari
lapisan bawah bergerak menjadi
lapisan
struktur
masyarakat

111. Kemajuan Ekonomi Terhadap
Gerakan Kewirausahaan
Tidak dapat dipungkiri bahwa
kemajuan ekonomi Indonesia dicapai
melalui kontribusi mayarakat kecil
sebagai tenaga kerja atau yang
menyediakan sumberdaya lainnya
seperti tanah miliknya dan peluang
yang bisa didapatkannya melalui
tanah miliknya tersebut.
Tidak dapat dipungkiri juga
bahwa pengusaha kecil sangat adaptif
dan fleksibel dalam rnenghadapi
situasi krisis ekonomi. Berarti
pengusaha kecil sangat berpotensi jika
negara rnendapatkan kontribusi
dikembangkan Itntuk
ekonomi dari pengusaha kecil
ketangguhan ekonomi. Tidak ada
ketika situasi krisis terjadi. Hal
satupun negara maju yang memiliki
ini
rnenunjukkan
bahwa
ketangguhan ekonomi tanpa adanya
sangat
kontribusi pengusaha kecil, sebab
pengusaha
kecil
pengusaha
kecil berpotensi menyerap
berpotensi jika dike1nbangkan
tenaga kerja dalam jumlah besar serta
untuk mendukung ketangguhan
menyerap sebagian beban ekonomi
ekonomi. Tidak ada satupun
(resiko ekonomi) yang ditanggung
negara maju yang memiliki
perusahaan besar
ketangguhan ekonorni
tanpa
adanya kontribusi pengusaha
menellgah.
akibatnya
struktur
kecil, sebab
pengusaha
kecil
masyarakat lapisan menengah akan
berporensi menyerap tenaga kerja
semakin
dalam jurnlah besar serta menperap
Jika
rnasyarakat
lapisan
sebagian beban ekonomi (resiko
kuat
dan
tangguh
menengah
semakin
ekonomi)
yang
ditanggung
maka potensi produktif
untuk
perusahaan besar, perusahaall besar
meningkatkan
skala
ekonomi
dapat menyebarkan sebagian beban
nasional.
Jika skala ekonomi
biaya produksi kepada pengusaha
nasional
meningkat,
berarti berbagai
kecil,
tetapi pengusaha
kecil
peluang dapat dicapai yaitu tingkat
mendapatkan peluang pasar terhadap
pendidikan dan pendapaian akan
p r o ~ u ~ . p r o ~ u ~yang
n y a dibeli oleh
meningkat yang akan memperkuat
pengusaha besar .
kemam~uan mas~arakat untuk
Kedua kenyataan tersebut harus
nlengernbangkan teknologi, sehingga
disikapi sebagai adanya potensi
nlemberikan
manfaat
bagi
ekonomi yang beesr dari kontribusi
kesejahteraan
masyarakat
banyak
dan
para pengusaha kecil,
prinsip
meningkatkan devisa negara sebagai
ekuitas (equ;v) dalam kebijakan
jaminan
bagi kestabilan ekonomi
pembangunan sosial.ekollorni dengan
ndonesia
I
.
rnernperhatikan harmonisasi jaringan

kerja antara pengusaha kecil dan

Volume 4 No.2 1uni 1998

Persoalan yang masih meiqadi
agenda
ekonomi
kita
yaitu
kemampuan alih teknologi dan
menerapkan
manajemen
bisnis
modem dari pengusaha kecil masih
sangat ]emah. Untuk itu, program
pengembangan
dan
pembinaan
pengusaha kecil harus dilakukan
secara holistik (Sanim, 1997b).

IV. Kewirausahaan dengan Daya
Saing Nasional dalam
Perdagangan Global
Keberhasilan
pengembangan
pengusaha
kecil
akan
dapat
membantu kemaudirian dan daya
saing nasional. Sehab jika peilgusaha
kecil
berhasil
dikembangkan
berorientasi ekspor maka Indonesia
akan memiliki pertambahan cadangan
devisa
sehingga
akan
memperkuat struktur ekonomi
yang
mempakan
jaminan
kestabilan kekuatan lnata uang
rupiah terhadap mata uang asing.
Akibatnya
akan
mendorong
stabilisasi aktifitas ekonomi yaitu
impor dan ekspor, dimana
akan mendorong ~roduktifitas
industri Indonesia.
Indonesia akan dapat bersaing
ditingkat perdagangau global jika
ekonomi
domestiknya
kuat,
sehingga itu pengusaha kecil
dikembangkan
agar
memberikan kontribusi terhadap
ekonomi Indonesia. Hal ini hanya
d a ~ a t dicapai jika ~embinaan dan
Pengemhangan
pengusaha
kccil
diarahkan
pads
kemam~uan
melakukan ekspor.
Untuk itu,
~engusaha kecil hams meniiliki
kemam~uan meningkatkan kualitas
produknya serta melakukall Proses
manajemen Yang efisien.
Alasan pentingnya pengembangan
Pengusaha kecil karena selnua forum
AFTA, NAFTA, Pasar Bersarna
E r O ~ a , APEC dan seba@in~a
memasukkan
Produk
~ertanian
Sebagai Pusat perhatiannW
Di
Indonesia produk primer hasil
olahamya
perranian
maupun

ISSN: 0853-8468

sebagian besar dilakukan oleh petani
pengusaha kecil, sehiagga itu cukup
beralasan jika Indonesia perlu
memperhatikan
pengembangan
pengusaha kecil tersebut (Kompas,
14 September 1996).
Disisi lain, bahwa Indonesia akan
sernakin berdaya saing jika struktur
ekonomi tidak menanggung beban
ekonomi yang tinggi. Kurangnya
kesempatan kerja, tingkat pendidikan
yang rendah, serta produktifitas yang
rendah merupakan beban ekonomi
yang
mempengaruhi
rendahnya
efisiensi dan produktifitas Indonesia.
Pengembangan
pengusaha
kecil
merupakan salah satu cara untuk
beban
ekonorni
menurunkan
tersebut, sebab dengan meningkatnya
pendapatan masyarakat kecil maka
akan
rneningkatkan
tingkat
pendidikan
mereka,
akibatnya
produktifitas dan efisiensi makro
ekonomi akan dapat tercapai.
Kesemuanya ini akan mendorong
kemampuan daya saing Indonesia
dalam perdagangan Indonesia.

V.

KESIMPULAN FAKTORFAKTOR SINTESIS

Perumusan kebijakan pengembangan dan pembinaan pengusaha
kecil dan koperasi perlu mempertimbangan faktor-faktor sebagai
berikut :
a. Arah kebijukan pembangunan
ekonomi harus memperhatikan 2
variabel
uta~na
Y ang
mempengaruhi perbaikan ekonomi
masyarakat
(terutama
masyarakat miskin) yaitu variabel
"manfaat" dan variabel "beban
ekonomi".
Masyarakat harus
mendapatkan manfaat dari setiap
aklifitas ekonomi bagi perbaikan
taraf
hidupny a,
serta
mendapatkan beban ekonomi
yang rendah dari pertumbuhan
ekonomi yang dicapai.
pengembangan
dan
b. Manfaat
pembinaan pengusaha kecil dapat
diperoleh 3 ha1 sebagai berikut :

Volume 4 No.2 Iuni 1998

1. Dapat

menekan
jumlah
masyarakat miskin sebab
pengusaha
kecil
dapat
rnenyerap jumlah tenaga keda
sehingga dapat meningkatkan
tingkat pendapatan masyarakat
sehingga mendorong perbaikan taraf hidup masyarakat
banyak.
2. Ekonomi Indonesia semakin
efisien (orientasi ekonomi
makro) sebab dengan semakin
banyaknya jumlah masyarakat
yang
berpatisipasi dalam
proses produksi (bisnis) maka
arus masuk devisa akan
semakin tinggi. Hal ini dapat
terjadi jika pengusaha kecil
diarahkan
pada
orientasi
ekspor.
3. Struktur
pelaku
ekonomi
semakin efisien dan produktif
(orientasi ekonomi mikro)
sebab
jika
struktur
konglomerasi
Indonesia
disusun dengan memasukkan
partisipasi pengusaha kecil
dengan cara hasil produksi
pengusaha kecil dikonsumsi
oleh
pengusaha
besar,
kemudian diolah kembali oleh
pengusaha besar agar bernilai
tambah untuk pasar lokal atau
ekspor, maka cara ini akan
membuat pengusaha besar
menjadi semakin efisien dan
beban
produktif
sebab
ekonomi tenaga kerja dan
bahan baku ditanggung oleh
pengusaha kecil, sedangkan
pengusaha kecil mendapatkan
manfaat jaminan pemasaran
hasil produk;nya. Hal ini
dapat terjadi jika . pengusaha
kecil mampu berorientasi
kualitas, sedangkan pengusaha
besar
melakukan
prinsip
keadilan
(fairness)
dan
keterbukaan
(openness)
terhadap kebijakan harga.
Peran pemerintah harus berfungsi
sebagai ''public services" artinya
secara
terbuka
benar-benar

memfasilitasi
akses
pasar.
informasi, teknologi, sumber
modal, serta sumber bahan baku.
Untuk itu, kebijakan pemerintah
harus bernilai operatif yang
langsung menjawab kebutuhan
para pelaku ekonomi secara
seimbang,
kemudian
dalam
implementasi fungsi tersebut
maka setiap instansi harus saling
berintegrasi dengan satu visi.
misi, dan sasaran yang sama.
d. Kemampuan daya saing Indonesia
dalam perdagangan global dapat
dicapai jika butir (a) sampai (c)
tersebut diatas dapat dicapai
secara efektif

BAHAN BACAAN
Kompas, 30 Agustus 1996. Krisis Harga
Cabai di Brrbes : Petuni rak Buruh
Janji, rapi Bukri, hal. 17.

3 1 Agustus 1996. Krisis Cahai Brrhes
: KUD Cari Pegangun. Petani
Terpaksa Juai ke Pedagang, hal.
17.

-- -------------- 14 September 1996. AFTA
Bersabar Hadapi Indonesia, ha1 2
1.
Mintzberg,
Henry.,
1979.
Tlic
Structuring of Organizations : A
Synthesis of
the
Rrseurrh.
Prentice-Hall, Inc., New Jel sey.
USA.
1993. Structure iri
Fives
;
Desoning
Effective
Organizariotzs.
Prent~ce-Hall
Internationa!, Inc.. New Jersey,
IJSA.

--...............
.
..

Perrow. Charles., Smuil Firm Netwok. in
Nitin Nohria and Robert G . Eccles,
1992. Networks and Organizatio~is
: Structure, Fonn, and Action.
Harvard Business School Press,
Boston, USA.
Sanim, Bunasor, 1997a.
Kebijakan
Prngembangun dun Pembinuim
P e n g ~ ~ ~Krcil
h a di It~donesio :
Wujud
Keberpihnkan
Kepad(1
Ekonomi Kera@atan.
lnst~tur
Pertanian Bogor.
1997b. Makalah Bahasan Penrherdapan
Masyorakar Juwa Barat. Inst~tut
Pertanian Bogor.

ISSN: 0853-8468

.